• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1425 HI 2004 M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1425 HI 2004 M"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

MASFUPAH

NIM: 0018218301

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1425

HI

2004 M

(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah clan Keguruan untuk

Pembimbing I,

Drs. SyafriL M. Pd NIP. 150 097 592

Memenubi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh MASFUPAH NIM: 0018218301 Di Bawah Bimbingan Pembimbing II, Drs. Abdul RozaR! NIP. 150 277 689

PROGRAM STUDI MANA.JEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SY ARIF HIDA YATULLAH

JAKARTA

1425 H / 2004 M

(3)

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (STUDI PADA SLTP NEGERI JAKARTA BARAT) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Kuguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8 September 2004. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (SI) pada Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan.

Dekan

Ketua l',<le'Fatlgkap Anggota,

Prof. . a man Harun A NIP. 150 062 568 Penguji I Drs. H.M. Alisuf Sabri NIP. 150 034 454 Sidang Munaqasyah Anggota: Jakarta, 8 September 2004 Pembantu Dekan I Sekretaris Merangkap Anggota,

Penguji II

Drs. Svafril, M.Pd NIP. 150 097 592

(4)

telah memberikan Taufiq serta Hidayahnya dan memancarkan Secercah Sinar yang menyejukkan hati, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan studi pada Program Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Dalam proses penyelesaian tugas ini, penulis senantiasa berusaha untuk berkarya yang terbaik, namun penulis menyadari bahwa sebagai makhluk insani yang terbatas akan kemampuannya, tentu masih ada kekurangan-kekurangan atau ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu dengan senang hati penulis menenma saran maupun kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penulis sadar bahwa tanpa bantuan dari Dosen Pembimbing niscaya skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik, dan dari semua pihak yang telah membantu baik moriil maupun materiil yang tidak mampu penulis lupakan jasa-jasa yang telah mereka berikan, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Salman Harun., MA, Dekan Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan, Bapak Dr. Dede Rosyada, MA, Pernbantu Dekan I Fakultas limn Tarbiyah dan Keguruan, Bapak Drs. H.M. Alisuf Sabri, Ketua Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan, yang telah

(5)

pertama dan kedua yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan sabar, teliti, dan bijaksana sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.

3. Bapak dan !bu Dosen Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang tidak temilai harganya.

4. Bapak Kepala Sekolah SLTPN 45 Cengkareng Bapak Drs. H. Aluih Yusandi, M.M, kepala SLTPN 75 Kebon Jeruk !bu Dra. Hj. Erni Rivai, Kepala SLTPN 215 Kembangan Bapak Drs. Saring, Kepala SLTPN 169 Kali Deres Bapak Drs. Samlawi, M.M, Ibu Dra. Lidia selaku Waka. Sek SLTPN 45, lbu Dra. Ratna selaku Staf. Sarana prasarana SLTPN 75, Bapak Bahrudin S. Pd selaku Waka. Sek SLTPN 215, Bapak Drs. M. Karim selaku Waka. Sek SLTPN 169 dan para guru selaku responden penelitian, atas bantuan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Pimpinan Perpustakaan VIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Jlmu Tarbiyah dan Keguruan beserta staf karyawan yang telah melayani serta meminjamkan seperangkat buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam skripsi.

(6)

7. Bapak Siswadi Sang Guru Sejati yang telah memberikan pengetahuan yang tiada temilai harganya.

8. Sahabat-sahabatku seperjuangan di Jurusan KI- Manajemen Pendidikan, Mas Ashari, K' Cima, K' Zeky, Yu' Dwi dan Dini, berkat motivasi serta bantuan mereka skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga dengan tersusunnya skripsi ini kiranya dapat memberikan kemanfaatan dan kegunaan kelak.

Jakarta, Agustus 2004

(7)

KATAPENGANTAR ... .

DAFTARISI ... IV

DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR BAB I. PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

B. ldentifikasi Masai ah ... .

Vl

Vil

1

8 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah . . . .. 8

D. Manfaat Penelitian ... . E. Sistematika Penulisan . . ... . BAB II. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

9

10

11 A. Kajian Teori . . . .. 11 1. Hakikat Kurikulum Berbasis Kompetensi . . . 11 a. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi . . . 11 b. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi

c. Komponen-Komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi ... . 2. Hakikat Guru ... . a. Pengertian Guru 27 29 46 46

(8)

/

A Tujuan Penelitian ... . 56

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... . . . ... ... ... ... . .. ... . . . ... .. . . .. . 56

C. Metode Penelitian . . . .. 57

D. Populasi dan Sampel ... . 57

E. Teknik Pengumpulan Data 58 F. lnstrumen Pengumpulan Data 59 I. Definisi Konseptual ... .. 59

2. Definisi Operasional ... .

60

3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

60

G. Teknik Analisa Data ... . 63

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... . 64

A Deskripsi dan Analisa Data 64 B. Ulasan ... . 77 BAB V. PENUTUP ... . 81 A. Kesimpulan ... . 81 B. Saran Saran ... . 82 DAFTARPUSTAKA ... . 84 LAMPIRAN ... . 88

(9)

TABEL

I. Data Responden Berdasarkan J enis Kelamin

2. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... . 3. Data Responden Berdasarkan Lamanya Masa Kerja Sebagai Guru 4. Data Responden Yang Mengikuti Pelatihan KBK ... . 5. Perhitungan Rata-Rata dan Standar Deviasi dari Skor Hasil Tes

6. Konversi Skor Mentah Menjadi Nilai Huruf ... . 7. Nilai dan Rata-Rata Nilai Tes Pengetahuan KBK ... .

Halaman

67

68

69

70 72 73

74

(10)

GAMBAR Halaman I. Bagan Komponen-Komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi 45 2. Bagan Kerangka Berpikir dan Pengembangan Sistem

(11)
(12)

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi manusia dihadapkan pada perubahan-perubahan yang tidak menentu, dengan adanya liberalisasi ekonomi dan sistem perdagangan bebas secara global, seperti AFTA dan AFLA pada negara-negara ASEAN maupun APEC di kawasan negara-negara Asia Pasifik. Selain itu, akselerasi teknologi (khususnya bidang informasi dan komunikasi) dan sain, tren politik, kekuatan ekonomi, tren sosial budaya modern, perubahan peta pengetahuan dan post modem merupakan tantangan masa depan dalam milenium ketiga. Perubahan dan gelombang dinamika tersebut menuntut sumber daya manusia yang unggul dan kualifaied agar dapat survive di dalamnya. Hal itu pun, merupakan tantangan dalam dunia pendidikan, artinya pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas SDM dengan memperhatikan link and match.

Hal tersebut sesuai dengan paparan Indra Djati Sidi mengenai tantangan pendidikan;

Bahwa pendidikan nasional kita setidaknya menghadapi empat tantangan besar yang kompleks. Pertama; tantangan untuk meningkatkan nilai tambah (added value), kedua; tantangan untuk melakukan pengkajian secara komprehensif dan mendalam terhadap terjadinya transformasi (perubahan) struktur masyarakat yang implikasinya pada tuntutan dan pengembangan SDM, ketiga; tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat,

(13)

keempat; munculnya kolonialisme barn dibidang iptek dan ekonomi menggantikan kolonialisme politik.1

Pendidikan sebagai kata kunci yang merupakan wahana membentuk manusia pemikir dan pengolah kultur peradaban dunia. Sebagaimana gagasan Paulo Freire dengan pendidikan pembebasan, dan Erich Fromm dengan humanisasi (memanusiakan manusia),2 maka pendidikan dimaknai sebagai proses pembebasan, pendidik dibebaskan dari kecenderungan monolog untuk mencapai kemampuan berdialog dengan si terdidik, sementara si terdidik dibebaskan dari kebudayaan bisu untuk mencapai kesadaran kritis dan aktif. Dan proses yang berorientasi pada humanisasi di mana manusia dibentuk dan diarahkan untuk menjadi dirinya sendiri serta mengaktualisasikan dirinya secara penuh.

Berdasarkan gagasan Freire dan Fromm, setidaknya pendidikan di [ndonesia dapat menerapkan gagasan tersebut dalam peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan tidak hanya dilihat dari nilai yang diperoleh oleh

siswa, melainkan bagaimana siswa dapat menjadi dirinya sendiri dan dapat mengaplikasikan dari ilmu pengetahuan yang didapat, memiliki kecakapan hidup

(life skill at au I ife competency) dan memiliki karakter moral dan spiritual yang terpuji.

1

Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar (menggagas paradio.ma barn~idikan), (Jakarta, Paramadina dengan Logos Wacana Ilmu, 2001), cet. l, h.42

2 Alexander Jatmiko Wibowo

& Fandi Tjiptono. (ed), Pendidikan Berbasis Kompetensi. (Yogyaka11a: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2002), cet. Pertama, h. 4-5

(14)

rnengemukakan "bahwa pendidikan nasional dewasa ini sedang dihadapkan empat krisis pokok, yang berkaitan dengan kuantitas, relevansi atau efisiensi ekstemal, elitisme dan manajemen. "3 Lebih lanjut dikemukakan "bahwa sedikitnya ada enam masalah pokok sistern pendidikan nasional: (l) menurunnya akhlak dan moral peserta didik, (2) pemerataan kesempatan belajar, (3) masih rendahnya efisiensi internal sistem pendidikan, ( 4) status kelembagaan, ( 5) manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional, dan ( 6) sumber daya yang belum professional.'"' Untuk itu perlu dilakukan penataan ulang terhadap sistem pendidikan secara holistik terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan serta relevansi dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Menyadari ha! tersebut, pemerintah telah melakukan upaya penyempumaan sistem pendidikan, baik melalui penataan perangkat lunak maupun perangkat keras. Di antaranya, dengan di keluarkannya UU No. 22 tentang Pemerintahan Daerah dan 25 Tahun 1999 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi, yang secara langsung berpengaruh terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan. Sistem pendidikan yang sentralistik telah beralih kepada

3

H.A.R. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1998), h. 19

(15)

daerah serta peningkatan mutu pendidikan.

Tantangan era globalisasi, mutu pendidikan, rendahnya sumber daya manusia (SDM) serta otonomi daerah mernpakan fenomena yang menuntut pernbahan dalam pendidikan, perlu dilakukan penyesuaian kurikulum dan perbaikan semua unsur yang ada kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kurikulum adalah seperangkat lunak yang memberi arah dan akan menentukan kualitas serta kuantitas produk akhir suatu pendidikan. Dunia pendidikan di Indonesia tercatat telah mengalami empat kali perubahan "' kurikulum dasar dan menengah, yaitu 1968, 1975, 1984, dan yang terakhir 1994. Setiap perubahan selalu didasari oleh pendekatan yang berbeda dengan tajuan penyempurnaan kurikulum tersebut.

Kurikulum 1994 yang sekarang masih digunakan sebagai kurikulum nasional terdapat dua dimensi pokok kurikulum yal1.11i produk dan proses, yang secara keseluruhan mencakup aspek materi, pengalaman siswa, tujuan kegiatan belajar mengajar dan basil kegiatan belajar mengajar.

Namun pada kenyataannya banyak keluhan, kekurangan dan kelemahan dari kurikulum 1994. Indra Djati Sidi menandaskan "bahwa ia mengharapkan jumlah jam mata pelajaran dipangkas ratusan jam per tahun sehingga terjadi pengurangan beban kurikulum dan pelajaran sehingga diperoleh waktu untuk aktivitas tambahan (ekstrakulikuler) yang inovatif, seperti praktek atau

(16)

:·:-mengeluh akan padatnya materi.

Deny Yudiyawan menyatakan bahwa:

"Kurikulum l 994 menggunakan pendekatan penguasaan materi, sarat akan materi (over loaded) dan beberapa materi bahkan terkesan tumpang tindih (overlap). Banyak guru yang merasa keteteran dalam menjalankan kurikulum tersebut karena banyaknya materi yang hams diberikan. Kurikulum 1994 juga hanya menekankan pada bobot kognitif, disetir dengan Ebtanas sehingga kualitas sekolah ditentukan dengan banyaknya siswa yang masuk sekolah idaman. "6

Berdasarkan kedua pernyataan di atas yang mengemukakan kekurangan

dan kelemahan kurikulum 1994, menuntut penyempumaan kurikulum dengan mengedepankan kompetensi dasar siswa, pencapaian hasil belajar yang berkelanjutan dan bertahap, dan mengantisipasi perkembangan sisoal ekonomi masa depan.

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan alternatif kurikulum yang dapat menjadi solusi dari perubahan global dan tantangan yang ada pada dunia pendidikan sekaligus menyempurnakan kekurangan yang ada pada kurikulum 1994. Suyanto mengemukakan, bahwa: "Kurikukulum Berbasis Kompetensi ini sebenamya memiliki justifikasi didaktis pedagogis yang kuat untuk menggantikan Kurikulum 1994, karena pendidikan dengan kurikulum l 994 ternyata tidak

5

Indra Djati Sidi, Kurikulum Pendidikan Dirampingkan, Suara Pembaruan, Kamis, 14 maret 2003

(, Deni Yudia\van KBK Solusi Pendidikan Menjawab Tantangan, Pikiran Rakyat, Kamis, 09 Januari 2003

(17)

tetapi tidak bermakna bagi kehidupannya."7 Perbedaan mendasar juga ada antara Kurikulum 1994 dan KBK yang dikemukakan oleh Yuli kwartolo dalam jurnal Pendidikan Penabur: "Kurikulum 1994 menggunakan pendekatan penguasaan materi, sarat materi (over loaded), dan isinya tumpang tindih (over lapping),

sedangkan KBK menggwmkan pendekatan penguasaan kompetensi tertentu, materinya sedikit tetapi mendalam, komprehensif dan berkelanjutan, materinya kontekstual, dan sebagainya". 8

Dalam pelaksanaan kurikulwn berbasis kompetensi diperlukan kesiapan dari berbagai aspek mulai dari manajemen, guru, siswa, orang tua, dewan sekolah, sarana prasarana, dan iklim yang kondusif. Dalam semua kurikulum pendidikan termasuk kurikulum berbasis kompetensi "guru adalah the man behind the unloaded gun (manusia di balik senjata kosong tak berpeluru)." 9 Diperlukan kreativitas guru untuk mengisi senjata itu dan membidiknya sedemikian rupa sehingga mampu dengan cermat dan tepat mengena sasarannya secara efektif dan efisien.

7

Suyanto, Persoalan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kompas, 6 Oktober 2003 8

Yuli kwartolo, Jurnal Penpidikan Penabur - No OJ I Th. I I Maret 2002. h. 79

9

Suke Silverius, Masa Depan Kurikulum Masa Depll.!!,)umal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 046. Tahun Ke-l O. Januari 2004

(18)

baru ini, karena guru merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran dan guru yang berinteraksi langsung kepada kurikulwn dan murid Menurut Zubdi Muhammad, "kebanyakan guru akan mengalami kesulitan untuk menerapkan kurikulum barn ini karena beberapa alasan, diantaranya: KBK menuntut guru untuk lebih banyak mencurahkan perhatiannya kepada peserta didik khususnya mereka yang memiliki prestasi di bawah rata-rata, menuntut para guru untuk merancang sendiri baik bahan pelajaran maupun strategi pembelajaran."10

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) juga menuntut kreativitas, kompetensi, profesionalitas serta kualitas guru, sebagaimana telah dikatakan oleh Syukur Budihardjo, bahwa:

"Berhasil tidaknya pengimplementasian Kurikulum Berbasis Kompetensi bergantung pada kualitas guru. Masalahnya adalah apakah para guru sudah benar-benar memilki komitrnen yang tinggi sehingga akan bersungguh-sungguh melaksanakan KBK? Agaknya masih diperlukan waktu yang panjang agar para guru dapat melaksanakan KBK secara efektif dan efisien sehin~fa dapat menghasilkan produk pembelajaran yang berkualitas tinggi."

Dari uraian di atas penulis berkeinginan untuk meneliti kesiapan sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi, di mana kurikulum berbasis kompetensi akan menjadi kurikulwn nasional yang menggantikan

10

Zuhdi Muhammad, The New Curricu/11111: Hopes and Challenges. in The Jakarta Post, June 12. 2002.

11

Syukur Bidihardjo, Kurikulum dan Manusia di Balik Senjata Fornm Otonowj Pem!idikan,

(19)

kurikulum J 994, maim pada penulisan skripsi ini penulis memberikan judul

"Kesiapan Sekolah Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Studi Pada SLTP Negeri Jakarta Ba rat)".

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan rnasalah sebagai berikut:

I. Bagaimana manajemen sekolah yang diterapkan oleh kepala sekolah? 2. Bagaimana pemahaman guru mengenai kurikulwn berbasis kompetensi? 3. Bagaimana proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam K.BM? 4. Bagaimana pemberdayaan sumber belajar atau pemberdayaan sarana

prasarana dalam proses pembelajaran di sekolah?

5. Bagairnana kesiapan guru dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi?

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Dari permasalahan yang telah diidentifikasikan penulis membatasi masalah agar tidak terjadi bias dan ketidaksesuaian dengan Jatar belakang masalah, maka penulis membatasi masalah pada: Kesiapan sekolah yang dimaksud dalam penulisan skripsi ini adalah kesiapan guru dalam arti pengetahuan dan pernahaman guru SLTPN .Jakarta Baral mengenai kurikulum

(20)

kompetensi di sekolah.

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah: "Bagaimana kesiapan pengetahuan dan pemahaman guru SL TP Negeri Jakarta Barat dalam mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi?"

D. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan pengetahuan penulis tentang kesiapan sekolah dalam implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada sekolah khususnya guru mengena1 kesiapannya dalam melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi.

3. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi para peneliti lain dalam bidang pendidikan.

(21)

E. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini disusun berdasarkan prosedur penulisan yang telah balm, untuk lebih jelasnya berikut ini digambarkan secara garis besar sistematika penulisan yang keseluruhannya meliputi lima bab, yang tersusun sebagai berikut:

Bab I, pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II, kerangka teori berikut kerangka berpikir. Bab ini berisi teori-teori yang berkaitan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi, dan guru scrta kualifikasi dalam implcmcntasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Bab III, mctodologi penclitian, terdiri dari tujuan penelitian, waktu dan tempat pcnclitian, metode penelitian, populasi dan sample penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpuian data dan teknik analisa data.

Bab IV, basil penelitian; dalam bab ini penulis menguraikan tentang deskripsi sekolah dan kesiapan guru dalam implementasi KBK ( deskripsi data), analisa data dan interpretasi data.

Bab V, penutup; dalam bab ini penulis menguraikan tentang kesimpulan, dansaran.

(22)
(23)

A. KAJIAN TEORI

I. Hakikat Kurikulum Berbasis Kompetensi

a. Pengertian Krikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulurn merupakan variabel pendidikan yang menjadi salah satu faktor dominan te~jadinya proses pembelajaran. Kurikulum khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yakni sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di pergurnan tinggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat atau keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan.

Inti dari kurikulum menurut Tyler (1949) adalah suatu jawaban secara menyeluruh terhadap beberapa pertanyaan berikut ini:

I) Tujuan dan maksud apa yang hendak dicapai oleh sekolah? 2) Kesempatan-kesempatan belajar apa yang dipilih agar

terjadi perubahan tingkah laku sesuai dengan harapan? 3) Bagaimana unsur-unsur belajar disusun'l

4) Bagaimana penilaian untuk mengetahui keberhasilannya?1

1

Yuh K \vartolo, Catatan Kritis tentang Kurikulum Berbasis Komp_etensi, Jurnal Pendidikan Penabur - No.OJ I Th.l /Maret 2002, h. 75

(24)

Jika keempat jawaban pertanyaan itu telah terjawab, itulah yang dimaksud dengan kurikulum.

Menurut pengertian harfiyah dari kata "kurikulwn" berasal dari bahasa Latin yaitu "a little rececourse" (suatu jarak yang harus ditempuh dalan1 pertandingan olah raga), yang kemudian dialihkan ke dalam pengertian pendidikan menjadi "circle ol instruction" yaitu suatu lingkaran pelajaran di mana guru dan murid terlibat di dalamnya." c

Menurut Edward A. Krug, definisi kurikulurn: " a curiculum consisl (){ the means used to achieve or can:v our given". 3 Pengertian ini menunjukkan pada usaha-usaha yang mengarah kepada tujuan pendidikan atau tujuan sekolah.

Kurikulum menurut A. Glatthorn (1987) yang telah dikutip oleh Abdullah !di, yaitu "Rencana-rencana yang dibuat untuk membirnbing dalam belajar di sekolah, yang biasanya meliputi dokumen, level secara umum, dan aktualisasi rencana-rencana itu dikelas, sebagai pengalaman murid, yang telah dicatat dan ditulis oleh ahli; pengalaman-pengalaman tersebut ditempatkan dalam lingkungan bekajar yang juga mempengaruhi

2

Hermah H. Home, An Idealistic Philosophy of Education, Chapter V dari Philosophies Of Education, p. 158

3

Moh. Uzer Usman, Menjadi guru Profesional, (Bandung; PT. Remaja Rosda karya, 2003) cet. Ke-15, h. 24

(25)

apa yang dipelajari. "4 Definisi ini mengedepankan aktualisasi rencana-rencana dari kurikulum sebagai pengalaman murid dengan menjadikan ha! konluit, sehingga kurikul um bukan hanya suatu rencana tertuJis atau dokumentasi.

Kurikulum didefinisikan dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai "Seperangkat rencana dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (pasal I). "Yang disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan (pasal 3 7). "5

Kemudian definisi tersebut mengalami perubahan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 1 ayat ( 19) menjelaskan bahwa "Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

·• Abdullah !di, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jakarta, Gaya Media Pratan1a, 1999), cet. I, h.5

5

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sek.Jen., Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, l 995

(26)

kegiatan pembelajaran untuk mencapru tujuan pendidikan tertentu. "6 Kurikulum menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pendidikan di sekolah dengan mendemonstrasikan materi pelajaran yang sudah ditetapkan dalam kurikulum pada proses belajar mengajar. Kurikulum disusun sesuai dengan perkembangan peserta didik dan perkembangan sosial serta ilmu pengetahuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan.

Harold B. Albertycs dalam Reorganizing the High School Curriculum ( 1965) memandang kurikulum sebagai "all of" the activities that are provided for students by the school." Seperti halnya dengan definisi Saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan luar kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah. 7

Hilda Taba mengemukakan bahwa "hakikat kurikulum merupakan

suatu cara untuk mempersiapkan anak didik agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakatnya dengan memperhatikan perkembangan koi,'llitif, afektit: psikimotorik, sosial dan emosional anak didik."8 Dari definisi Harold dan Hilda Taba terdapat kesatuan arah pada prinsip definisi kurikulum yaitu pengembangan diri peserta didik dengan 6

Departemen Pendidikan Nasional, UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta 2003

7

S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta, Bumi Aksara, 1994), Edisi kedua, cet. I, h.5

(27)

mengadakan suatu kegiatan baik di kelas maupun di luar kelas tidak terbatas pada materi belaka, anak didik dibentuk dan dipersiapkan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakatnya dengan memperhatikan perkembangan kognitif atau dengan memberikan ilmu pengetahuan, afektif, psikimotorik, kreativitas, sosial dan emosional peserta didik, sehingga peserta didik tidak menjadi produk kurikulum yang kaku akan tetapi menjadi produktif dan berguna bagi masyarakat dan negara.

Dari beberapa definisi mengenai kurikulurn penulis menyimpulkan babwa kurikulum adalab seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan ajar yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran dan proses pencapaian tujuan pendidikan atau sekolah yang diaktualisasikan di kelas maupun di luar kelas sebagai pengalaman murid. Sebagaimana disebutkan oleh Taba bakikat dari kurikulum yaitu untuk menjadikan anak produktif dalam masyarakatnya.

Setelah mengetahui pengertian kurikulum penulis akan memaparkan pengertian kompetensi yang mana kompetensi merupakan kata kunci dari kurikulum berbasis kompetensi.

"Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Perdawadaminta) kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau

(28)

memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (Competency)

yakni kemampuan atau kecakapan".9

Menurut Jones (2000) di kutip oleh Taylor Powel, kompetensi diberikan batasan sebagai "suatu pengetahuan dan keterampilan khusus

(specific) dan cara penerapan pengetahuan serta keterampilan tersebut mengikuti sebuah baku kinerja (standard pe1.formance) yang ditetapkan."10 Pendapat ini menegaskan bahwa kompetensi merupkan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang dengan mengikuti baku kinerja yang telah ditetapkan.

Wuryadi menyatakan bahwa secara etimologi "kompetensi

mengandung keterkaitan makna dengan kemampuan (capability, ability),

kecakapan (skill), cerdas (smart), kewenangan (authority), kinerja

(performance), perilaku (attitude), dan kesadaran (awareness)."11

Pendapat ini mengemukakan makna kompetensi yang lengkap, artinya kompetensi mempunyai keterkaitan makna dengan kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu, cakap, cerdas, mempunyai kewenangan dalam memutuskan sesuatu, adanya kinerja yang muncul dari diri berdasarkan

standar kinerja, perilaku dan kesadaran.

9 Moh. Uzer Usman, op.cit., h. 19. 10

Taylor Powel, Competence in extension education evaluation. What is? U1hat does capacity

building entail? Hear it from The Board, January, 2002

11 Wuryadi. H., Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi, makalah dipresentasikan pada Sarasehan Temu Prodi Biologi di UKDW, 28 Agustus 2002

(29)

Mc. Ashan (1981:45) telah dikutip oleh E. Mulyasa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, mengemukakan bahwa "Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afek--tif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya". 12 Penekanan pada pengertian diatas yaitu kompetensi yang dimiliki siswa setelah adanya proses pembelajaran, yang melekat pada diri siswa.

Finch dan Crunkilton (1979:222) mengartikan "kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apersepsi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan"B Pengertian diatas menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap, dan apersepsi yang harus dimiliki siswa untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu.

Dari pengertian diatas mengenai kompetensi dapat penulis simpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan siswa baik berupa pengetahuan, keterampilan atau kemampuan lainnya yang termanifestasikan dengan sikap atau perilaku siswa yang menjadi bagian

12

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep karakteristik dan lmplementasi, (Bandw1g: PT. Remaja Rosdakaiya, 2003), eel. Ke-3, h. 38

(30)

5) Dapat hidup bennasyarakat dengan bekerjasama saling menghonnati dan menghargai nilai-nilai pluralisme, dan kedamaian (to live to gether).16

Berdasarkan pengertian kurikulum dan kompetensi di atas, menurut E. Mulyasa kurikulum berbasis kompetensi dapat diartikan sebagai,

"suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar perfonnansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum berbasis kompetensi cliarabkan untuk mengembangkan pengetabuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat siswa, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab." 17

Berikut pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi menurut Depdiknas:

"Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah."18

Siskandar Kepala Pusat Kurikulum Depcliknas mengemukakan bahwa, "Kurikulum berbasis kompetensi tiada lain adalah pengembangan 16

Suprodjo-Pusposutardjo, Panduan Penyusunan Kurikulum dan Penilaian Hasil Belajar Pendidikan Tinggi Berbasis Kompentensi, Handout Direktorat Pengembangan Akademis dan Kemahasiswaan, Ditjen Dikti, Depdiknas dalam seminar di Universitas Widiya mandala Surabaya, 27 Agustus 2002

17 E. Mulyasa, Op.cipt., h. 39 18

(31)

kurikulwn yang bertitik tolak dari kompetensi yang seharusnya dimiliki siswa setelah menyelesaikan pendidikan, yang meliputi pengetahuan., keterampilan, nilai dan pola pikir serta bertindak sebagai refleksi dari penghayatan dari apa yang telah dipelajari siswa."19

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurikulwn berbasis kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi siswa dan basil belajar, kegiatan belajar mengajar, penilaian berbasis kelas, yang mana siswa diharapkan dapat mengembangkan kompetensi dasar serta kompetensi standar yang telah ditentukan, dengan memperhatikan kreativitas serta keberagaman kemampuan siswa. Siswa dapat mengaplikasikan ilmu dengan menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupannya dan melakukan melalui sikap serta praktik atau belajar dengan melakukan.

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan wujud dari perubahan kurikulum yang dikehendaki pada era otonomi dan demokrasi pendidikan. Penyempurnaan kurikulum ini dilandasi oleh kebijakan-kebijakan yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

l. UUD 1945 dan perubahannya

2. Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN

3. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

19

Siskandar, Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan dasar dan Me~engah, (Makalah), Pusat Kurikulum, Depdiknas, Jakarta, 2003

(32)

4. Undang-Undang No. 22 1ahun 1999 tentang Pemerintahan Dearahdan

5. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.20

Adapun penjelasan dari kebijakan-kebijakan di atas sebagai berikut: Dalam alinea 4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan "mencerdasakan kehidupan bangsa Indonesia" sebagai. tujuan nasional bangsa Indonesia, pencerdasan kehidupan bangsa tercermin pada manusia seutuhnya. Pembinaan individu menjadi manusia seutuhnya adalah tugas utama pendidikan yang digariskan dalam kurikulum pendidikan. Perubahan pengertian kurikulum dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas, ke dalam Undang-Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (telah disebutkan dalam pengertian kurikulum, Pada halaman 11 ).

Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN, pasal I BAB IV Arah Kebijakan, mengenai pendidikan poin 3 yang berbunyi: "Melakukan pembaruan sistem pendidikan termasuk pembaruan kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan

20

Puskur, Balitbang Depdiknas, Kerangka Dasar Kurikulurn Berbasis Kornpetensi, (Jakarta, Balitbang Depdiknas, 2004). h. l

(33)

kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan secara profesional. "20 Oto no mi Daerah merekomendasikan adanya diversifikasi kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keragaman siswa, masyarakat dan lingkungan sekitar, hat ini mencirikan pendidikan yang berpolakan bottom up.

Penyempurnaan kurikulum tersebut mengacu pada Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu berkenaan dengan pasal-pasal sebagai berikut:

1. Pasal 3 tentang Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatit: mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab; 2. Pasal 35 ayat (1) tentang standar nasional pendidikan

terdiri atas standar isi, proses, kompetensi l ul usan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala;

3. Pasal 36 ayat (1) dan (2) tentang pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional dan tujuan pendidikan, serta memperhatikan pnns1p diversifikasi sesuai dengan potensi peserta didik;

4. Pasal 37 ayat (1) tentang muatan wajib pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah;

5. dan Pasal 38 ayat (1) tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh pemerintah, dan ayat (2) tentang peran koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama 20

Penyusun Sinar Grafika (ed.), Garis-aris Besar Ha\uan Negara 1999-2004 Tag MPR No. IV/MPR/1999, (Jakarta, PT Sinar Grafika, 2002), cet. Kedua h.28

(34)

kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah dalam pengembangan kurikulum pendidikan dasar dan menengah sesuai degan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolab.21

Undang-Undang No. 22 Tabun 1999 tentang Pemerintahan Daerab, pasal 7 ayat (I) dan (2) yang melandasi penyempurnaan kurikulum berbasis kompetensi, berbunyi:

(I) Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain.

(2) Kewenangan bidang lain sebagaimana dirnaksud pada ayat ( l) meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pernbinaan dan pernberdayaan SDM, pendayagunaan SDA serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. 22

Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerab Otonom Pasal 2 ayat (2) ''Kewenangan kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pernbangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonornian negara, pembinaan dan pernberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan

21

Puskur, Balitbang Depdiknas. Op.cit., h. 1-2 22

Dikutip dari tulisan Suharyanto, Menyongsong Era Otonomi Daerah. Bidang Pendidikan

(35)

sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan standardisasi nasional." (3) "Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikelompokkan dalam bidang sebagai berikut: (yang berkenaan dengan pendidikan yakni):

11. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan

a. Penetapan standar kompetensi siswa dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan pemilihan hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya. b. Penetapan standar materi pelajaran pokok.

c. Penetapan persyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik.

d. Penetapan pedoman pembiayaan penyelenggaraan pendidikan.

e. Penetapan persyaratan penerimaan, perpindahan, sertifikasi, siswa, warga belajar dan mahasiswa

f. Penetapan persyaratan pemintakatanfzoning, pencarian, pemanfaatan, pemindahan, penggandaan, sistem pengamanan dan kepemilikan benda cagar budaya serta persyaratan penelitian arkeologi.

g. Pemanfaatan hasil penelitian arkeoloi,>i nasional serta pengelolaan museum nasional, galeri nasional,

pemanfaatan naskah sumber arsif dan monumen yang diakui secara intemasional.

h. Penetapan kalender pendidikan danjumlahjam belajar efektif setiap tahun bagi pendidikan dasar menengah dan luar sekolah.

L Pengaturan dan pengembangan pendidikan tinggi,

pendidikan jarak jauh serta pengaturan sekolah internasional.

J. Pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastar Indonesia. 23

Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada: (I) basil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui

23 hl1J:_,_ __ \\·_,\\' Pc_1:_n,:r?n

(36)

serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya.

Rumusan kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, di sikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten.

Dalam kurikulum berbasis kompetensi dibutuhkan pola pengajaran yang lebih interaktif dengan peran yang lebih besar pada siswa. Guru berperan sebagai fasilitator, dan bukan sebagai penceramah atau pengajar. Sebagai fasilitator, guru harus kreatif mengelola proses mengajar di kelas dengan menciptakan kondisi kelas yang hidup dan menarik, menciptakan suasana belajar yang rileks, bervariasi, dan menggelitik rasa ingin tahu siswa, mengoptimalkan daya pikir siswa melalui dengar, lihat dan rasakan, serta mengembangkan nalar kritis dan mampu secara kreatif menemukan problem solving.

Kurikulum berbasis kompetensi menerapkan 4 pilar pendidikan yang telah dicanangkan oleh UNESCO yaitu: Learning to know, learning to do, /earning to be, dan learning lo live logether. Johanna Soewono dalam

(37)

tulisannya Pendidikan Berbasis Kompetensi (2002),24 memaparkan bahwa,: dalam proses belajar, siswa perlu mengetahui landasan ilmu pengetahuan yang terus berkembang pesat (learning to know), siswa tidak hanya mengenal dan memahami ilmu yang dipelajarinya (cognitive domain terbawah) seperti yang terjadi pada dunia pendidikan kita saat ini, akan tetapi diupayakan lebih ditingkatkan pada domain yang lebih tinggi yaitu dapat mengaplikasikan (learning to do), dapat menganalisis peristiwa yang ada (to know why), mengkaitkan peristiwa tersebut dengan hal-hal lain untuk mengambil kesimpulan sebagai landasan pengembangan pengertian yang lebih tinggi serta mengeveluasinya Learning to be menekankan pada penggalian potensi diri siswa untuk membentuk eksistensinya sebagai intellectual human beings. Sebagai mahluk sosial, siswa juga hams belajar untuk hidup bersama (learning to live together), bekerja dalam team work, saling membantu dan peduli terhadap sesama.

b. Karakteristik Kurikulum Berbasis kompetensi

Harapan orang tua menyekolahkan anaknya agar anak mempunyai kemampuan yang dimiliki dan menjadi mandiri serta dapat memecahkan permasalahan kehidupan yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya. Tugas

24

Alexander Jatmiko Wibowo & Fandi Tjiptono. (ed), Pendidikan Berbasis Kompetensi. (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2002), cet. Pertama, h. 5 l

(38)

sekolah sebagai lembaga pendidikan dituntut untuk memenuhi kebutuhan siswa, masyarakat dan memenuhi kebutuhannya sendiri dalam arti sekolah bersikap proporsional dan professional dalam menjalankan tugasnya sebagai lembaga pendidikan. Sekolah dalam menerapkan kurikulum berbasis kompetensi perlu mengetahui karakteristik kurikulum berbasis kompetensi agar tidak terjadi rancu dalam pelaksanaannya.

Depdiknas mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut:

l) Menekankan pada tercapainya kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.

2) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan metode yang bervariasi.

4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. 25 Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi mencakup seleksi kompetensi yang sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan kesuksesan pencapaian kompetensi, dan pengembangan sistem pembelajaran. Salah satu tujuan kurikulum berbasis kompetensi adalah bagaimana mengekspresikan keluaran dari proses pendidikan secara eksplisit, berupa kinerja nyata yang dapat diobservasi dalam pekerjaannya.

25

(39)

Karekteristik pertama dari kurikulum berbasis kompetensi berdasarkan pada spesifikasi dan penilaian keluaran (sebagai acuan kompetensi). Berorientasi pada hasil belajar, dimana dalam pembelajaran siswa mempunyai beberapa pengalaman yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam KBK dituntut guru yang mempunyai kompetensi dan kreativitas sehingga dapat merangsang gairah belajar siswa, guru menerapkan metode belajar inquiry dan konstruktivisme dan metode lain yang bervariatif dan menantang. Memanfaatkan sumber belajar yang beragam sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dan dari pengalaman siswa yang beragam akan menghasilkan suatu wawasan baru bagi siswa. Penekanan KBK tidak hanya pada kompetensi akademik akan tetapi kompetensi emosional dimana siswa dapat bekerja sama dengan orang lain dan dapat bersosialisasi dengan baik.

c. Komponen-komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulwn Berbasis Kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat komponen, yaitu Kurikulum dan Hasil Belajar, Penilaian Berbasis Kelas, Kegiatan Belajar Mengajar, dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah.

Berikut penjelasan Depdiknas (2002), tentang komponen kurikulum berbasis kompetensi:

(40)

I). Kurikulwn dan Hasil Belajar memuat perencanaan pengembangan kompetensi peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai 18 tahun. Kurikulum dan Hasil Belajar ini memuat kompetensi, hasil belajar, dan indikator dari TK dan RA sampai dengan Kelas XII (TK danRA-12).

2). Penilaian Berbasis Kelas memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui identifikasi kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.

3). Kegiatan Belajar Mengajar memuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran yang untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis dan andragogis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik.

4). Pengelolaan Kurikulwn Berbasis Sekolah memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan swnber daya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi pula dengan gagasan pembentukan jaringan kurikul wn (curriculum council), pengembangan perangkat kurikulum (a.I. silabus), pembinaan profesional tenaga kependidikan, dan pengembangan sistem infonnasi kurikulum.26

Dari keempat komponen KBK diatas terdapat pembahasan tersendiri dan mempunyai konsep tersendiri. Penulis akan merincikan satu persatu pembahasan dari empat komponen KBK.

l ). Kurikulum dan Hasil Belajar

Kurikulum dan Hasil Belajar menuntut setiap siswa di Indoneia - di sekolah dan madrasah negeri atau swasta - dapat menggali, memahami, menghargai dan melakukan sesuatu sebagai hasil belajar yang

2

(41)

qilaksanakan di sekolah dan diluar sekolah. "Kurikulum dan Hasil Belajar mempunyai dua keistimewaan yaitu berbasis kompetensi dan pendekatan menyeluruh dari Taman Kanak-kanan (TK) dan Raudbatul athfal (RA) sampai dengan kelas 12 (TK dan RA 12)."27

Komponen ini memuat perencanaan pengembangan kompetensi peserta didik sejak lahir lahir hingga kelas XJI. Pendekatan menyeluruh dari Taman Kanak-kanak sampai kelas Xll yang berfokus pada hasil belajar memberikan peluang bagi para guru untuk memilih dan menetukan sendiri pendekatan yang paling tepat dan menantang bagi peserta didik untuk mencapai hasil belajar setinggi mungkin. Dengan basis kompetensi maka program pengajaran diselaraskan dengan kebutuhan siswa menurut kompetensinya masing-masing, keadaan sekolah, dan tuntutan hidup.

Kurikulum dan Hasil Belajar setiap mata pelajaran memuat tiga komponen utama, yaitu kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator pencapaian hasil belajar.

Pengembangan Kurikulum dan Has ii Belajar (KHB)

mempertimbangkan 9 prinsip berikut ini:

I. Keimanan, Nilai, dan Budi Pekerti Luhur 2. Penguatan Inte1,>ritas Nasional

3. Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika 4. Kesamaan Memperoleh Kesempatan

5. Abad Pengetahuan dan Teknologi Informasi

27 Puskur, Balitbang Depdiknas. Ringkasan Kegiatan Hasil Belajar, (Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2002), h. I

(42)

6. Mengembangkan Keterampilan Hidup 7. Belajar Sepanjang Hayat

8. Berpusat pada Anak dengan Penilaian yang Berkelanjutan dan Komperehensi

9. Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan28

Menurut Kepala Balitbang Depdiknas Boediono di depan peserta rapat Kerja Depdiknas mengatakan:

Dalam komponen kurikulum dan hasil belajar, siswa, orang tua, dan guru dapat memperoleh kejelasan tentang hasil belajar apa yang diharapkan dapat dicapai siswa di sekolah. Pendekatan yang berfokus pada hasil belajar ini dapat memberikan kelonggaran guru untuk menentukan pedekatan yang paling tepat dan mendorong para siswa untuk mencapai hasil belajar setinggi mungkin. Sekolah dan guru akan menggunkan kurikulum dan hasil belajar mi untuk mengembangkan pembelajaran dan program pengajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan tuntutan kehidupan. 29

Secara umum kompetensi yang harus dimiliki dan atau dapat dikembangkan untuk para peserta didik bisa diklasifikasikan menjadi empat, yakni kompetensi tamatan, kompetensi mata pelajaran, kompetensi rumpun mata pelajaran, dan kompetensi lintas kurikulum. "Kompetensi tamatan adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpildr dan bertindak setelah siswa menyelesaikan belajar pada suatu jenjang tertentu. Sedangkan kompetensi

28

1Md. h. 2 29

Harian Kompas 4 Jili 2002 khususnya mengenai Rencana llmplementasi Kurikulum Berbasis Sekolah. Sejumlah sekolah ternyata telah menjadi pilot projects untuk kurikulum ini,

(43)

mata pelajaran adalah rumusan kompetensi siswa dalam berpikir, bersikap dan bertindak setelah menyelesaikan mata pelajaran tertentu."30 Kompetensi-kompetensi yang dihasilkan dari setiap mata pelajaran itu akan menghasilkan kompetensi rumpun mata pelajaran, dan kompetensi rumpun mata pelajaran, akan menghasilkan kompetensi lulusan, dan kompetensi yang dapat dilatihkan untuk beberapa rumpun mata pelajaran, lazim disebut dengan kompetensi lintas kurikulum.

2 ). Penilaian Berbasis Ke las

Setiap kegiatan harus dipadukan secara integral dengan penilaian yang tepat terhadap kegiatan tersebut. Proses dan materi penilaian disesuaikan dengan proses dan pelaksanaan kegiatan dengan materi tersebut. Sebagai bagian yang terpadu secara integral dengan kegiatan belajar mengajar maka penilaiannya harus ditujukan pada materi dan proses belajar mengaJar.

Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa yang diperoleh melalui pengukuran untuk menganalisis atau menjelaskan unjuk kerja atau prestasi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang terkait.

Dalam ha! ini penilaian yang diterapkan kurikulum Berbasis Kompetensi yalu1i penilaian berbasis kelas dimana hasil belajar siswa

30

)lulaelawati, Ella,, Pen1be_l.fil_aran dan Penilaian Berdasarkan Ku1ikulu1n Berbasis KQill!2etensi,

(44)

dapat dipertanggung jawabkan dan dengan penilaian yang berkesinambungan baik dilakukan dalam kelas maupun diluar kelas. Berikut pengertian Penilaian Berbasis Kelas (PBK) yang dikemukakan oleh Puskur Balitbang Depdiknas, yaitu "Suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang basil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik."31 PBK mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan basil belajar yang dikemukakan melalui pemyataan yang jelas tentang standar yang barns dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.

Penilaian ini dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, oleb karena itu disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK dilakukan dengan pengumpulan kerja siswa (portofolio ), basil karya (produk), penugasan (proyek), bnerja (performance), dan tes tertulis (paper and pencil). Guru menilai kompetensi dan basil belajar siswa

berdasarkan level pencapaian prestasi siswa.

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) secara umum bertujuan untuk memberikan pengbargaan terbadap pencapaian belajar siswa dan memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, PBK

31

Puskur, Balitbang Depdiknas, Buku Penilainn Berbasis Kelas, (Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2002), h. 2

(45)

menekankan pencapaian hasil belajar siswa sekaligus mencakup seluruh proses mengajar dan belajar melalui kegiatan PBK yang menilai karakteristik siswa, metode mengajar dan belajar, pencapaian kurikulwn, alat dan bahan belajar, dan administrasi sekolah.

Adapun fungsi Penilaian Berbasis Kelas bagi siswa dan bagi guru adalah untuk membantu:

a. Siswa dalam mewujudkan dirinya dengan mengubah atau mengembangkan perilakunya ke arah yang lebih baik dan maJU;

b. Siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya;

c. Guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang digunakannya telah memadai; dan

d. Guru membuat pertimbangan dan keputusan administrasi. 32 Penilaian harus diarahkan agar memenuhi prinsip-prinsip umum penilaian sebagai berikut:

32 Ibid.. h. I I

a. Valid; Penilaian Berbasis Kelas harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya, tepat atau sahih.

b. Mendidik; Penilaian harus memberi swnbangan positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa.

c. Berorientasi pada kompetensi; Penilaian harus menilai pencapaian kompetensi yang dimaksud dalam kurikulum. d. Adil dan objektit; Penilaian harus adil terhadap semua

siswa dan tidak membeda-bedakan latar belakang siswa yang tidak berkaitan dengan pencapaian hasil belajar. Objektivitas penilaian tergantung dan dipengaruhi oleh faktor-faktor pelaksana, kriteria untuk skoring dan pembuatan keputusan pencapaian hasil belajar.

(46)

e. Terbuka; Kriteria penilaian bendaknya terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

f Berkesinambungan; Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur, terns menerus, dan berkesinambungan untuk memperoleb gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar siswa.

g. Menyelurub; Penilaian terhadap basil belajar siswa barns dilaksanakan menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup aspek kognitif, psikomotorik, dan afek"tif serta berdasarkan pada berbagai teknik dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti basil belajar siswa.

h. Bermakna; Penilaian bendaknya mudah dipabami dan bisa ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.33 Selain barns memenuhi prinsip-prinsip umum penilaian, pelaksanaan PBK senatiasa harus memegang prinsip-prinsip kbusus sebagai berikut: "Apapun jenis penilaiannya harus memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang mereka ketahui dan pabami, serta mendemonstrasikan kemampuannya "34

Acuan yang digunakan dalam penilaian basil belajar dapat menggunakan dua kriteria yaitu kriteria mutlak atau penilaian acuan patokan (PAP) dan kriteria relatif atau penilaian acuan normal (PAN). Namun, dalam kurikulum berbasis kompetensi acuan nilai lebih tepat menggunakan penilaian beracuan patokan (PAN), karena penilaian berpusat pada individu anak didik dan perkembangannya.

·"Ibid, h. 11-12

(47)

Penilaian kompetensi dalam PBK meliputi penilaian kompetensi dasar mata pelajaran, kompetensi rumpun pelajaran, kompetensi lintas kurikuJum, penilaian kompetensi tamatan dan kompetensi keterampilan hidup. Di samping itu disampaikan pula penilaian ketiga ranah yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.

Seperangkat alat penilaian dan jenis tagihan yang dapat digunakan dalam penilaian berbasis kelas, antara lain sebagai berikut:

a. Kuis: digunakan untuk menanyakan hal-hal yang prms1p dari pelajaran yang lalu secara singkat, bentuknya bempa isian singkat, dan dilakukan sebelum pelajaran.

b. Pertanyaan lisan di kelas: digunakan untuk mengungkap penguasaan siswa tentang pemahaman konsep, prinsip, atau teorema. c. Ulangan harian. d. Tugas individu e. Tugas kelompok f. Ulangan semester g. Ulangan kenaikan

h. Laporan kerja praktik atau laporan praktikum: dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya, seperti Fisika, Kimia, Biologi.

1. Responsi atau ujian praktik: dipakai untuk mata pelajaran

yang ada kegiatan prak1:ikumnya, seperti Fisika, Kimia, Biologi, dan Bahasa yaitu untuk mengetahui penfuasaan akhir baik dari aspek kognitif maupun psikomotor. 3

Alat penilaian yang digunakan dalam PBK ada yang berbentuk tes dan ada yang berbentuk nontes. Alat penilaian berbentuk tes merupakan semua alat penilaian yang hasilnya dapat dikategorikan menjadi benar dan salah, misalnya alat penilaian untuk mengungkap aspek kognitif dan psikomotor.

35 lhid.,

(48)

Alat penilaian nontes hasilnya tidak dapat dikategorikan benar salah, dan

umumnya dipakai untuk mengungkap aspek afektif.

Salah satu cara yang dapat dilakukan agar hasil pengukuran tepat adalah alat ukumya hams memenuhi persyaratan atau baik. Suatu tes yang baik harus memiliki bukti kesahihan, keandalan, hasilnya dapat dibandingkan, dan ekonomis. Kesahihan tes dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu kesahihan isi, konstruk, dan luiteria. Kesahihan isi dilihat dari bahan yang diujikan, kesahihan konstruk dilihat dari dimensi yang diukur, dan kesahihan kriteria dilihat dari daya prediksinya.

Setelah diadakan penilaian kemudian perlu adanya pelaporan hasil belajar siswa. Laporan kemajuan belajar siswa merupakan sarana komunikasi antara siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua. Laporan kepada orangtua adalah bagian penting dari kerjasama antara sekolah dan orangtua/walinya. Isi laporan hams jelas dan komunikatif dan menitikberatkan pada kekuatan dan kelemahan anak dalam belajar. Laporan dapat berupa angka, deskripsi, atau potret pencapaian kompetensi. Laporan hasil belajar siswa dapat dimanfaatkan oleh siswa, orangtua, dan para pendidik untuk: mendiagnosis hasil belajar, memprediksi masa depan, menyeleksi dan sertifikasi, umpan balik, dan menetapkan kebijakan.

(49)

3). Kegiatan Belajar Mengajar

Belajar merupakan pemrosesan informasi oleh s1swa. Prosesnya melalui perseps1, penyimpanan infonnasi, dan pemanfaatan kembali informasi tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Kegiatan belajar mengajar berfokus pada aktivitas siswa dalam memaknakan materi yang disajikan dalam kegiatan pengajaran. Atas dasar ini maka kegiatan belajar mengajar dirancang dengan mengikuti prinsip belajar mengajar dan prinsip motivasi dalam belajar.

Adapun prinsip Kegiatan Belajar Mengajar antara lain adalah:

"Berpusat pada siswa; Belajar dengan melakukan;

Mengembangkan kemampuan sosial; Mengembangkan

keingintahuan, imaj inasi, dan fitrah bertuhan; Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah; Mengembangkan kreatifitas siswa; Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi; Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik; Belajar sepanjang hayat; Perpaduan kompetensi, kerjasama, dan solidaritas. "36

Sedangkan prinsip motivasi belajar adalah:

"Kebermaknaan; Pengetahuan dan keterampilan prasyarat; Model; Komunikasi terbuka; Keaslian dan tugas yang menantang; Latihan yang tepat dan aktif; Penilaian tugas; Kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan; Keragaman pendekatan; Mengembangkan beragam kemampuan; Melibatkan sebanyak mungkin indera; Keseimbangan pengaturan pengalaman belajar. "37

36

Puskur, Balitbang Depdiknas, Leatlet KBM, (Jakarta, Balitbang Depdiknas, 2002 ), h. I 37

(50)

Maka dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip di atas agar tercapai kegiatan pembelajaran yang efektif dan dapat melahirkan siswa yang cerdas, aktif, kreatif serta meningkatkan mutu pendidikan

Adapun penataan ruang kelas menunjang KBM yang mengaktifkan siswa antara lain melalui:

a. Aksesibilitas: s1swa mudah menjangkau alat dan sumber belajar;

b. Mobilitas: siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam kelas;

c. Jnteraksi: memudahkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa, maupun antar siswa;

d. Variasi ke1ja siswa: memungkinkan siswa bekerja secara perorangan, berpasangan, atau berkelompok.

e. Rekreatif kondisi kelas yang menyenangkan baik fisik maupun psikologis. 38

Dalam satu kelas, siswa memiliki potensi yang beragam. Guru perlu mengatur kapan siswa bekerja secara perorangan, berpasangan, berkelompok, atau klasikaL Jika berkelompok, kapan sISwa dikelompokkan berdasarkan kemampuan/minat atau secara campur untuk mendorong terciptanya pola belajar melalui tutor sebaya. Mengingat belajar adalah proses siswa membangun gagasan/pemahaman sendiri, maka KBM hendaknya memberikan kesempatan dan motivasi untuk itu. Suasana belajar harus memungkinkan siswa terlibat secara aktif, tidak membantu siswa terlalu dini, menghargai usaha siswa walaupun hasilnya

(51)

belwn memuaskan, dan menantang siswa sehingga berbuat/berpikir lebih baik. Hal ini ; akan memotivasi siswa untuk menjadi pembelajar seumur hidup.

Dalam penyediaan pengalaman belajar seorang guru memberikan modus pengalaman belajar sebagai berikut:39 kita belajar !0% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita lakukan. Jika seorang guru menggunakan metode ceramah maka siswa hanya mengingat 20% dan sebaliknya jika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%.

Kegiatan belajar mengajar yang efektif yaitu memanfaatkan sumber belajar secara maksimal, sedangkan dalam pemanfaatan sumber belajar yang perlu diperhatikan adalah:40 identifikasi kebutuhan sumber belajar; identifikasi karakteristik dan potensi sumber belajar; pengelompokan swnber belajar seperti lingkungan alam sekitar kita, perpustakaan, media cetak, nara sumber, karya wisata, media elektronik dan komputer; analisis relevansi kelompok sumber belajar dengan mata pelajaran dan kompetensi

39

Pusbir, Balitbang Depdiknas, Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar, (Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2002), h. 8

(52)

yang hendak dicapai; penentuan materi dan kompetensi s1swa; cara pemanfaatan sumber belajar.

4). Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah

Penge\olaan kurikulum berbasis sekolah merupakan realisasi desentralisasi pendidikan dalam wujud desentralisasi kurikulwn. Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah meliputi pengembangan silabus, penetapan dan pengembangan meteri yang diperlukan di sekolah, pelaksanaan kurikulum. 1-!al-hal ini perlu dijadikan tumpuan dalam menyusun silabus.

Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (PKBS) sebagai salah satu komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan salah satu pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya pendidikan lainnya untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui pengembangan silabus.

Silabus merupakan "seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar."41 Silabus berisikan komponen yang dapat menjawab permasalahan berikut: kompetensi apa yang akan dikembangkan pada siswa?, bagaimana cara mengembangkannnya? Bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dicapai siswa?

41

Puskur, Balitbang Depdiknas, Pengembangan Silabus Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2002). h. 1

(53)

Dalam pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, pihak sekolah mempunyai peran dan tanggung jawab yang terkait dengan peran dan tanggung jawab pihak lainnya daJam bidang pendidikan di daerah yang bersangkutan. Peran sekolah anara lain:

I) Meningkatkan komunikasi dengan berbagai pihak (guru, karyawan sekolah, orang tua, siswa, pihak akademis, birokrat terkait) untuk mensosialisasikan gagasan, konsep, pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi dan implikasinya terhadap siswa dan sekolah.

2) Menetapkan tahap & administrasi (persuratan/legalitas) pelaksanaan kurikulum berbasi s kompetensi misalnya: Menyusun silabus sendiri, atau Memohon bantuan Dinas Kabupaten/kota untuk menyusun silabus, atau menggunakan model silabus yang disusun oleh sekolah lain atau pihak lainnya.

3) Menata ulang penempatan guru pada kelas-kelas yang lebih sesuai dengan tidak mengurangi kesejahteraan guru yang tel ah ditetapkan sebel umnya. 42

Peran Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, antara lain:

l) Mengusahakan tersedianya sumber dana pada tingkat kebupaten/kota yang dalokasikan untuk penyusunan, evaluasi, dan perbaikan silabus.

2) Membuat rambu-rambu pengembangan silabus yang sesuai dengan kebutuhan daerah yang bersangkutan.

3) Membentuk tim pengembang silabus pada tingkat kabupaten/kota.

4) Melakukan sosialisasi KBK berkenaan dengan segala implikasi perubahan dalam tatanan penyelenggaraan pendidikan.

5) Mengkaji silabus yang dibuat oleh sekolah yang mampu membuatnya sendiri.

6) Mendistribusikan silabus ke sekolah-sekolah yang tidak menyusun silabus.

42

(54)

7) Mengkaji kalayakan sekolah yang akan memulai menggunakan KBK.

8) Memberikan persetujuan jika sekolah telah sanggup melaksanakannya.

9) Melakukan supervisi, penilaian, dan monitoring mulai dari penyusunan samrai dengan pelaksanaannya termasuk perangkat silabus. 3

Peran Dinas Pendidikan Provinsi, antara Jain:

I) Menjadi fasilitator pembentukan, pelatihan, dan pembinaan

Tim Pengembang silabus pada tingkat kabupaten/kota.

2) Memberikan layanan operasional pelaksanaan KBK dan penyusunan silabus bagi sel uruh kabupaten/kota.

3) Memantau penyusunan dan implementasi silabus pada tingkat kabupaten/kota.

4) Memberikan dukungan sumber-sumber daya pendidikan yang diperlukan bagi penyusunan silabus.

5) Mengusahakan dana secara rutin untuk kegiatan penyusunan silabus, penilaian, dan monitoring silabus. 6) Melakukan supervisi, penilaian, dan monitoring untuk

kepentingan informasi pendidikan tingkat provinsi.

7) Melakukan koordinasi vertikal dengan unit-unit kerja terkait di Jingkungan Departemen Pendidikan Nasional.44 Peran Tingkat Pusat, antara lain:

43

Ibid, h. 7-8 "Ibid, h. 8

1) Merencanakan, mengembangkan dan mengevaluasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.

2) Memberikan saran kebijakan.

3) Memberikan pelayanan yang berkaitan dengan konsep dan filosofi pengembangan dan pelaksanaan kurikulum Berbasis Kompetensi.

4) Menyempurnakan KurikuJum Berbasis Kompetensi berdasarkan masukan dari hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi.

5) Memberikan pelayanan kepada Tim Perekayasa Kurikulum di daerah.

(55)

6) Menyelenggarakan workshop dan semmar peningkatan mutu pelaksanaan Inuikulum.45

Berikut ini komponen kurikulum berbasis kompetensi dalam bagan:

Kurikulum dan Hasil Belaiar Pengelolaan Kurikulum Berbasis Kompetensi KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Penilaian Berbasis Kelas Kegiatan Belajar Mengajar

(Sumber: Puskur, Balitbang Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi)

15

Gambar

GAMBAR  Halaman  I.  Bagan Komponen-Komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi  45  2.  Bagan Kerangka Berpikir dan Pengembangan Sistem

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap awal Pokja Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Bina Marga Kabupaten Kuningan telah memberikan penjelasan kepada peserta lelang mengenai hal-hal yang perlu disampaikan

Dengan ini diberitahukan kepada sudara, apabila dikuasakan harus disertai dengan surat kuasa atau surat tugas dari direktur kepada penerima kuasa atau penerima tugas dan

Untuk itu kami meminta kepada saudara untuk menunjukan asli dokumen yang sah dan masih berlaku ( beserta copynya ), sebagaimana yang terlampir dalam daftar isian

Yang hadir adalah yang menandatangani surat penawaran atau dapat diwakilkan kepada yang namanya tercantum dalam akte perusahaan dengan membawa surat kuasa. Membawa

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya, dalam usaha memenuhi

Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan salah satu faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa adalah metode yang digunakan guru kurang

Dalam kisah Mahabharata, terdapat Senjata Pusaka yang diberikan oleh para dewa kepada manusia yang disebut dengan Astra. Manusia yang telah dianugerahi Astra tersebut

KADISOBO PAROKI SANTO YOSEPH MEDARI”. Penulis memilih judul tersebut berdasarkan keprihatinan penulis terhadap kurangnya minat kaum muda untuk ikut terlibat ambil