• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Prosedur pengembangan LKS materi Bangun Ruang Sisi Datar yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Prosedur pengembangan LKS materi Bangun Ruang Sisi Datar yang"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

56 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Prosedur pengembangan LKS materi Bangun Ruang Sisi Datar yang menggunakan pendekatan kontekstual dan berorientasi pada kemampuan berpikir kritis ini dilakukan dengan model ADDIE yang terdiri dari tahap analysis (analisis), design (desain), development (pengembangan), implementation (implementasi), dan evaluation (evaluasi). Berdasarkan penelitian pengembangan yang dilakukan, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut.

1. Tahap Analysis (Analisis)

Tahap analisis ini merupakan tahap awal dari penelitian pengembangan. Dalam tahapan ini dilakukan analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik siswa.

a. Analisis Kebutuhan

Optimalisasi pendidikan sesuai dengan prinsip pembelajaran abad-21 salah satunya adalah fokus pada skill. Seperti halnya yang tertera pada Permendiknas RI Nomor 23 Tahun 2006 bahwa salah satu SKL untuk satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB adalah menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif. Namun, faktanya berdasarkan hasil test kemampuan berpikir kritis yang dilakukan di salah satu sekolah menengah pertama di Kabupaten Magelang, sebanyak 46,43% siswa masih memperoleh

(2)

57

kriteria kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis masih perlu mendapatkan perhatian khusus.

Selanjutnya, bangun ruang sisi datar merupakan salah satu materi pelajaran matematika bidang geometri yang dipelajari pada jenjang SMP kelas VIII. Berdasarkan data yang dirilis oleh puspendik, persentase penguasaan bidang geometri dan pengukuran pada Ujian Nasional tahun pelajaran 2015/2016 jenjang SMP provinsi Jawa Tengah mendapat hasil lebih rendah dibandingkan dengan bidang-bidang yang lain. Selain itu, menurut guru yang mengampu mata pelajaran matematika di salah satu sekolah menengah pertama yang ada di Kabupaten Magelang, materi bangun ruang sisi datar tergolong sulit dipelajari oleh siswa khususnya pada bagian jaring-jaring bangun ruang sisi datar. Hal ini dikarenakan ketersediaan bahan ajar dalam mempelajari materi bangun ruang sisi datar tersebut masih terbatas, sehingga perlu adanya pengembangan bahan ajar berupa LKS yang dapat mempermudah siswa dalam mempelajari materi bangun ruang sisi datar.

LKS tersebut harus mengacu pada suatu pendekatan. Pendekatan yang digunakan harus mempertimbangkan kondisi dan karakteristik siswa serta diharapkan mampu membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri, salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan kontekstual. Penggunaan pendekatan kontekstual yang mencakup delapan komponen dirasa cocok untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Delapan komponen tersebut di antaranya, membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran

(3)

58

yang diatur sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian yang autentik. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi bangun ruang sisi datar yang digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan LKS ini adalah sebagai berikut.

Tabel 19. SK dan KD Materi Bangun Ruang Sisi Datar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 5. Memahami sifat-sifat kubus,

balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya

5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya

5.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas

5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas.

b. Analisis Kurikulum

Berdasarkan kurikulum 2006, materi bangun ruang sisi datar merupakan salah satu pokok bahasan yang harus dipelajari siswa kelas VIII pada semester genap. Materi bangun ruang sisi datar yang dibahas dibatasi pada menyebutkan unsur-unsur serta sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas; membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas; serta menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan limas.

Pembelajaran yang dilakukan mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar seperti yang tertera pada Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Standar kompetensi yang harus dicapai siswa pada materi bangun ruang sisi datar adalah memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukuran-ukurannya. Sedangkan

(4)

59

kompetensi dasar yang harus dicapai adalah mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas serta bagian-bagiannya; membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas; serta menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan limas.

Materi bangun ruang sisi datar dipandang cocok untuk mengembangkan LKS ini dikarenakan materi ini dapat dikaitkan dengan permasalahan sehari-hari. Misalnya pada topik prisma dan limas, banyak benda-benda di sekitar kita yang berbentuk prisma ataupun limas. Sebagai contohnya, piramida Giza yang merupakan piramida terbesar di Mesir. Piramida Giza berbentuk limas segiempat. Itu artinya, mempelajari Piramida Giza sama halnya dengan mempelajari materi limas segiempat. Untuk itulah materi bangun ruang sisi datar dapat digunakan sebagai materi dalam pengembangan LKS dengan menggunakan pendekatan kontekstual ini. c. Analisis Karakteristik Siswa

Sesuai klasifikasi menurut Piaget, tahap perkembangan kognitif siswa pada jenjang SMP kelas VIII berada pada tahap operasional formal. Pada tahap ini kemampuan menalar secara abstrak mulai meningkat. Namun, kenyataannya tidak sedikit siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mempelajari sesuatu yang bersifat abstrak, misalnya dalam mempelajari salah satu materi geometri, yaitu bangun ruang sisi datar.

SMP Negeri 1 Kota Mungkid merupakan salah satu sekolah menengah yang terletak di kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Berdasarkan laporan hasil UN Puspendik tahun pelajaran 2014/2015, SMP Negeri 1 Kota Mungkid

(5)

60

menduduki peringkat 17 dari 59 sekolah menengah negeri yang ada di kabupaten Magelang.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP Negeri 1 Kota Mungkid, siswa cenderung hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Beberapa siswa aktif dalam mengerjakan permasalahan yang diberikan oleh guru kemudian menuliskannya di papan tulis untuk kemudian didiskusikan bersama guru dan teman lainnya. Namun, tidak sedikit pula siswa yang pasif dalam pembelajaran, bahkan ada yang justru berbincang-bincang dengan teman lainnya.

Siswa tidak berpartisipasi aktif dalam menemukan konsep pembelajaran matematika. Keadaan tersebut membuat siswa cenderung menghafal dalam mempelajari matematika, sehingga apa yang didapatkan selama proses pembelajaran menjadi kurang bermakna. Akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam menghadapi soal-soal yang mengasah kemampuan berpikir kritisnya. Berdasarkan hal itu, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual cocok diterapkan untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kota Mungkid.

2. Tahap Design (Desain)

Tahap selanjutnya dalam penelitian pengembangan ini adalah tahap perancangan. Tahap perancangan meliputi penyusunan rancangan LKS. a. Penyusunan Rancangan LKS

Hasil yang diperoleh pada tahap perancangan LKS adalah sebagai berikut.

(6)

61 1) Penyusunan Peta Kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS memuat informasi terkait materi yang akan dibahas dalam LKS berdasarkan indikator yang telah dijabarkan dari kompetensi dasar. LKS yang dikembangkan meliputi LKS 1 mengenai kubus dan balok, LKS 2 mengenai prisma, dan LKS 3 mengenai limas. Secara garis besar, peta kebutuhan LKS dapat dilihat pada gambar berikut:

(7)

62 5.1 Mengidentifikasi

sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta

bagian-bagiannya

5.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan

limas

5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan

limas

Mengidentifikasi sifat-sifat serta bagian-bagian kubus Mengidentifikasi sifat-sifat

serta bagian-bagian balok Mengidentifikasi sifat-sifat serta bagian-bagian prisma Mengidentifikasi sifat-sifat serta bagian-bagian limas

Membuat jaring-jaring kubus Membuat jaring-jaring balok Membuat jaring-jaring prisma Membuat jaring-jaring limas Menghitung luas permukaan dan volume

kubus Menghitung luas permukaan dan volume

balok Menghitung luas permukaan dan volume

prisma Menghitung luas permukaan dan volume

limas

LKS 1

LKS 2

(8)

63 2) Penyusunan Kerangka LKS

a) Perumusan KD dan indikator

Perumusan KD diturunkan dari standar kompetensi dan indikator diturunkan dari KD. Perumusan KD dan indikator dalam mengembangkan LKS ini sebagai berikut.

Tabel 20. SK, KD dan Indikator Materi Bangun Ruang Sisi Datar Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator 5. Memahami

sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya

5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya 5.1.1 Menyebutkan unsur-unsur kubus 5.1.2 Menyebutkan sifat-sifat kubus 5.1.3 Menyebutkan unsur-unsur balok 5.1.4 Menyebutkan sifat-sifat balok 5.1.5 Menyebutkan unsur-unsur prisma 5.1.6 Menyebutkan sifat-sifat prisma 5.1.7 Menyebutkan unsur-unsur limas 5.1.8 Menyebutkan sifat-sifat limas 5.2 Membuat

jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas

5.2.1 Membuat jaring-jaring kubus 5.2.2 Membuat jaring-jaring balok 5.2.3 Membuat jaring-jaring prisma 5.2.4 Membuat jaring-jaring limas 5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas 5.3.1 Menghitung luas permukaan kubus 5.3.2 Menghitung volume kubus

(9)

64 5.3.3 Menghitung luas permukaan balok 5.3.4 Menghitung volume balok 5.3.5 Menghitung luas permukaan prisma 5.3.6 Menghitung volume prisma 5.3.7 Menghitung luas permukaan limas 5.3.8 Menghitung volume limas b) Penyusunan Materi

Untuk menyusun LKS ini diperlukan berbagai referensi terkait materi yang dikembangkan. Berikut ini merupakan referensi yang dipilih dan digunakan sebagai acuan dalam pengembangan LKS ini.

(1) M.Cholik Adinawan dan Sugijono. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

(2) Endah Rahaju, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

(3) Nuniek Avianti. 2007. Mudah Belajar Matematika untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. (4) J. Dris dan Tasari. 2011. Matematika 2 untuk SMP dan MTs

Kelas VIII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional.

(10)

65

Selain referensi di atas, digunakan juga beberapa referensi dari internet sebagai acuan dalam menyusun definisi dan mengembangkan permasalahan yang ada pada LKS.

c) Perancangan dari Syarat Teknis atau Tampilan LKS

Rancangan LKS dari syarat teknis atau tampilan LKS memuat beberapa komponen yang dicantumkan sebagai berikut.

(1) Sampul

Sampul terdapat di awal halaman LKS. Sampul terdiri atas judul LKS, gambar pendukung, sasaran LKS, kolom identitas, dan nama penulis.

(2) Halaman Identitas LKS

Halaman identitas berisi keterangan kurikulum maupun pendekatakan yang digunakan, serta identitas-identitas penulis, penyunting, dan penguji LKS.

(3) Fitur LKS

Fitur LKS berisi keterangan bagian-bagian yang ada pada LKS sehingga memudahkan pembaca dalam memahami LKS.

(4) Panduan Menggunakan LKS

Panduan ini berisi langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru dalam mempraktekkan LKS tersebut.

(5) Prakata

Prakata berisi ucapan terimakasih dan informasi secara ringkas mengenai LKS.

(11)

66 (6) Daftar Isi

Daftar isi ditulis untuk memudahkan pembaca dalam mencari materi yang diinginkan. Daftar isi berisi judul-judul sub bab LKS beserta nomor halamannya.

(7) Peta Konsep

Peta konsep digunakan untuk mempermudah pembaca dalam memahami alur materi bangun ruang sisi datar. Peta konsep berisi bagan materi bangun ruang sisi datar secara garis besar.

(8) Halaman Pengantar Materi

Halaman pengantar materi berisi sub judul LKS, indikator topik yang akan dibahas, dan apersepsi.

(9) Nomor halaman

Nomor halaman dicantumkan pada setiap halaman untuk memudahkan pembaca dalam menemukan halaman yang tertera pada daftar isi.

(10) Daftar Pustaka

Daftar pustaka diletakkan pada akhir LKS yang menunjukkan referensi dari isi LKS. Daftar pustaka ditulis sesuai dengan aturan penulisan daftar pustaka yang ada.

Secara garis besar, rancangan LKS yang dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini.

(12)

67 Tabel 21. Rancangan LKS Langkah Pembelajaran Kontekstual Indikator

Berpikir Kritis Rancangan Relating - Tahap relating dikemas melalui

percakapan antara dua tokoh yang sedang membicarakan materi yang dipelajari dengan dikaitkan pada permasalahan sehari-hari. Tahap relating dapat dilihat pada tiap LKS dengan ditandai kalimat “Relating Activity”

Experiencing - Tahap experiencing dikemas dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk dijawab oleh siswa agar siswa dapat menemukan konsep materi yang dipelajari secara mandiri. Tahap experiencing dapat dilihat pada tiap LKS dengan ditandai kalimat “Experiencing activity” Applying and Cooperating  Menuliskan pola/hubungan dari beberapa informasi

Tahap applying and cooperating dikemas melalui soal-soal latihan yang dikerjakan secara berkelompok. Soal tersebut berkaitan dengan konsep yang ditemukan oleh siswa. Beberapa soal pada tahap applying and cooperating disesuaikan dengan indikator-indikator berpikir kritis untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Tahap applying and cooperating dapat dilihat pada tiap LKS dengan ditandai kalimat “Applying and Cooperating Activity”  Menuliskan prediksi jawaban dari suatu masalah  Menyelesaikan masalah menggunakan cara yang efektif Transfering  Menuliskan kesalahan dari suatu penyelesaian masalah

Tahap transfering dikemas melalui soal latihan yang dikerjakan oleh siswa secara individu. Soal-soal latihan tersebut merupakan soal yang berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari. Beberapa soal pada tahap transfering ini disesuaikan dengan indikator berpikir kritis untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Tahap transfering ini dapat dilihat  Memperbaiki penyelesaian masalah yang disajikan  Menuliskan kesimpulan

(13)

68 dari

penyelesian masalah

pada tiap LKS dengan ditandai kalimat “Uji Pemahaman”  Menuliskan informasi yang kurang dari suatu masalah  Menuliskan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah  Menuliskan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah

3. Tahap Development (Pengembangan)

Setelah membuat rancangan LKS, tahap selanjutnya adalah tahap pengembangan. Pada tahap ini dilakukan pengembangan LKS, serta validasi dan revisi LKS. Hasil dari tahap pengembangan meliputi :

a. Pengembangan LKS

LKS dikembangkan dengan memperhatikan kesesuaian materi/isi, kesesuaian LKS dengan syarat didaktik, kesesuaian LKS dengan syarat konstruksi, kesesuaian LKS dengan syarat teknis, kesesuaian kegiatan dengan pendekatan kontekstual, serta kesesuaian LKS untuk melatih kemampuan berpikir kritis.

Kesesuaian kegiatan LKS dengan pendekatan kontekstual terlihat pada berbagai permasalahan dan kegiatan yang disesuaikan dengan langkah

(14)

69

REACT. Tahap relating terdapat pada relating activity di mana siswa diberikan suatu percakapan terkait hubungan antara materi yang akan dipelajari dengan masalah kehidupan sehari-hari. Tahap experiencing terdapat pada experiencing activity yang mendorong siswa untuk menemukan konsep, rumus, atau sifat secara mandiri. Tahap applying dan cooperating terdapat pada applying and cooperating activity yang berisi soal-soal untuk didiskusikan secara berkelompok terkait konsep, rumus, atau sifat yang ditemukan oleh siswa. Tahap transfering terdapat pada kolom uji pemahaman. Kolom uji pemahaman tersebut berisi soal-soal mengenai permasalahan sehari-hari yang terkait dengan konsep yang dipelajari namun dikerjakan secara individu.

Selain itu, dibuat juga LKS untuk guru. LKS untuk guru dikembangkan sama dengan LKS untuk siswa namun ditambah dengan kunci jawaban serta panduan menggunakan LKS. LKS ini digunakan untuk mempermudah guru dalam membimbing dan mengkonfirmasi hasil belajar siswa.

Secara garis besar, pengembangan LKS dilihat dari aspek teknis atau tampilannya adalah sebagai berikut.

(1) Sampul

(15)

70

Gambar 2. Desain Sampul LKS Guru

Gambar 3. Desain Sampul LKS Siswa (2) Halaman Identitas LKS

Halaman identitas LKS ditunjukkan pada gambar berikut.

(16)

71 (3) Fitur LKS

Fitur LKS ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 5. Fitur LKS (4) Panduan Menggunakan LKS

Panduan Menggunakan LKS ditunjukkan oleh gambar berikut.

(17)

72 (5) Prakata

Tampilan kata pengantar ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 7. Prakata (6) Daftar Isi

Tampilan daftar isi dapat dilihat pada gambar berikut.

(18)

73 (7) Peta Konsep

Tampilan peta konsep dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 9. Peta Konsep (8) Halaman Pengantar Materi

Tampilan halaman pengantar materi terlihat sebagai berikut.

Gambar 10. Halaman Pengantar Materi (9) Nomor Halaman

Tampilan nomor halaman LKS dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 11. Nomor Halaman

Judul dan topik Indikator

(19)

74 (10) Daftar Pustaka

Tampilan daftar pustaka dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 12. Daftar Pustaka

Kemudian, untuk pengembangan LKS dilihat dari keterkaitan dengan pendekatan kontekstual dan indikator berpikir kritisnya dijabarkan dalam Tabel 22 di bawah ini.

Tabel 22. Pengembangan LKS Langkah

Pembelajaran Kontekstual

Indikator

Berpikir Kritis Fitur

Relating -

(20)

75 Applying and Cooperating  Menuliskan pola/hubungan dari beberapa informasi  Menuliskan prediksi jawaban dari suatu masalah  Menyelesaikan masalah menggunakan cara yang efektif Transfering  Menuliskan kesalahan dari suatu penyelesaian masalah  Memperbaiki penyelesaian masalah yang disajikan  Menuliskan kesimpulan dari penyelesian masalah  Menuliskan informasi yang kurang dari suatu masalah  Menuliskan langkah-langkah yang diperlukan untuk

(21)

76 menyelesaikan masalah  Menuliskan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah

b. Validasi dan Revisi

Validasi LKS dilakukan oleh dua dosen dan satu guru. Sedangkan validasi instrumen penelitian dilakukan oleh satu dosen. Sebelum diberikan kepada validator, draft LKS dan instrumen penelitian tersebut dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Saran dan masukan yang diberikan oleh dosen pembimbing antara lain:

1) Pertanyaan-pertanyaan pada tahap Experiencing diperbaiki lagi agar lebih mengacu pada pertanyaan-pertanyaan berpikir kritis.

(22)

77

2) Panduan menggunakan LKS ditulis agar guru dapat mengetahui langkah-langkah dalam menggunakan LKS yang dikembangkan, sehingga panduan menggunakan LKS harus ditulis secara lengkap.

Gambar 14. Perbaikan Panduan Menggunakan LKS 3) Antara kubus, balok, prisma, dan limas lebih baik dipisah. Sehingga

untuk LKS 1 membahas kubus dan balok, LKS 2 membahas prisma, dan LKS 3 membahas limas.

(23)

78

4) Aktivitas untuk mempelajari jaring-jaring lebih baik diubah agar lebih mudah dipahami oleh siswa.

Gambar 16. Perbaikan Aktivitas Experiencing

5) Ukuran gambar jaring-jaring kubus, balok, prisma ataupun limas terlalu besar. Lebih baik diperkecil agar tidak terlalu memakan tempat. 6) Kolom untuk menemukan rumus lebih baik tidak usah disertai operasi

matematika, hal ini ditujukan supaya siswa lebih mandiri dalam menuliskan rumus yang telah siswa peroleh secara mandiri.

(24)

79

Gambar 17. Perbaikan Kolom Penemuan Rumus

7) Perbaiki beberapa susunan kalimat perintah pada soal di LKS agar menjadi kalimat yang mudah dipahami siswa.

8) Aspek pada kisi-kisi lembar penilaian LKS lebih baik ditambah dengan kesesuaian kegiatan dengan pendekatan kontekstual dan kebermanfaatan LKS dalam melatih kemampuan berpikir kritis. 9) Indikator penilaian pada kisi-kisi angket respons siswa lebih baik

ditambah dengan kemudahan mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan keterbantuan siswa dalam melatih kemampuan berpikir kritis menggunakan LKS.

10) Perbaiki kalimat pada pernyataan angket respons siswa agar mudah dipahami oleh siswa.

11) Indikator penilaian pada kisi-kisi angket respons guru lebih baik ditambah dengan kesesuaian dengan pendekatan kontekstual dan kebermanfaatan untuk melatih kemampuan berpikir kritis.

12) Kisi-kisi soal tes kemampuan berpikir kritis lebih baik ditambah dengan keterangan indikator pencapaian materi.

(25)

80

13) Pedoman penskoran kunci jawaban soal tes kemampuan berpikir kritis diperbaiki agar lebih spesifik ketika digunakan untuk melakukan penilaian.

Draft LKS dan instrumen penelitian yang telah disesuaikan dengan saran dan masukan dari dosen pembimbing kemudian divalidasi dan dimintakan pendapat kepada dua dosen dan satu guru matematika. Validasi tersebut dilakukan untuk mengetahui kualitas produk yang dikembangkan dari segi kevalidan. Hasil penilaian validasi LKS dan instrumen penilaian dapat dilihat pada lampiran B1 sampai B5.

Hasil validasi LKS dan instrumen penilain dari penilai menunjukkan bahwa LKS dan soal kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan layak diuji cobakan di lapangan dengan revisi sesuai saran dan masukan dari penilai. Berbagai saran dan masukan yang diberikan terhadap LKS yang dikembangkan dan soal kemampuan berpikir kritis yang disusun adalah sebagai berikut:

1) Perbaiki kalimat soal agar menjadi kalimat yang mudah dipahami siswa.

2) Perbaiki penulisan daftar pustaka pada LKS.

3) Lengkapi keterangan gambar pada soal agar soal dapat dikerjakan siswa.

4) Perbaiki alur percakapan pada tahap relating agar dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

(26)

81

6) Sesuaikan kembali antara kisi-kisi dengan pernyataan yang diberikan pada angket respons siswa dan angket respons guru.

7) Perbaiki kalimat pada soal kemampuan berpikir kritis supaya tidak ambigu.

LKS dan soal kemampuan berpikir kritis yang dinyatakan layak oleh validator dapat langsung diuji cobakan di sekolah setelah melalui tahap revisi sesuai saran yang diberikan.

4. Tahap Implementation (Implementasi)

Tahap implementasi pada penelitian ini merupakan tahap uji coba terbatas yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kota Mungkid kelas VIII B. Uji coba tersebut dilaksanakan pada tanggal 28 April 2017 sampai 30 Mei 2017. Proses uji coba diikuti oleh 31 siswa kelas VIII B. Jadwal pelaksanaan uji coba dapat dilihat pada Tabel 23 berikut ini:

Tabel 23. Jadwal Pelaksanaan Uji Coba

No. Pelaksanaan Materi

1 Jum’at, 5 Mei 2017 LKS 1. Memahami unsur-unsur kubus dan balok serta bagian-bagiannya

2 Sabtu, 6 Mei 2017 LKS 1. Membuat jaring-jaring kubus dan balok

3 Jum’at, 12 Mei 2017 LKS 1. Menghitung luas permukaan kubus dan balok

4 Sabtu, 13 Mei 2017 LKS 1. Menghitung volume kubus dan balok

5 Jum’at, 19 Mei 2017 Tes kemampuan berpikir kritis 6 Jum’at, 26 Mei 2017 Pengisian angket respons siswa

Pada tahap ini, peneliti hanya menguji cobakan LKS 1 saja dikarenakan keterbataan waktu. Secara umum, proses pembelajaran tiap pertemuannya diawali dengan pendahuluan yaitu memberikan informasi tentang topik yang

(27)

82

akan dipejari, tujuan pembelajaran, dan kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian masuk ke kegiatan inti yang mengacu pada pendekatan kontekstual menggunakan langkah-langkah pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering). Tahap relating dilakukan dengan meminta perwakilan dua siswa untuk membacakan percakapan pada relating activity dan meminta siswa yang lain untuk menyimak. Kemudian guru menegaskan keterkaitan antara materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Siswa terlibat aktif dalam tahap ini, hal ini tampak pada gambar 18 yang menunjukkan dua orang siswa sedang membacakan percakapan di depan kelas.

Gambar 18. Siswa Mempraktekkan Percakapan Tahap Relating

Tahap experiencing dilakukan dengan meminta siswa menjawab beberapa pertanyaan pada experiencing activity kemudian guru membimbing siswa supaya dapat menemukan konsep materi yang dipelajari. Siswa cenderung tenang dan mengikuti arahan yang diberikan oleh guru pada tahap experiencing ini. Hal ini ditunjukkan pada gambar 19 berikut ini.

(28)

83

Gambar 19. Guru Membimbing Siswa Menemukan Konsep

Selanjutnya, tahap Applying dan cooperating dilakukan dengan membentuk kelompok yang beranggota 4-5 siswa, lalu masing-masing kelompok diminta untuk mengerjakan soal yang ada pada applying and cooperating activity. Siswa aktif dalam kegiatan berdiskusi, tetapi ada beberapa siswa yang membuat kegaduhan selama proses diskusi berlangsung sehingga perlu mendapat pengawasan khusus dari guru untuk siswa-siswa tersebut. Gambar 20 berikut ini adalah gambar salah satu kelompok yang sedang berdiskusi bersama kelompoknya.

Gambar 20. Siswa Berdiskusi dengan Anggota Kelompok

Kemudian guru memilih perwakilan 2 kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Anggota kelompok yang lain pun turut

(29)

84

memperhatikan presentasi perwakilan tersebut. Hal ini tampak pada gambar 21 berikut ini.

Gambar 21. Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusinya

Tahap yang terakhir, yaitu tahap transfering dilakukan dengan mengerjakan soal uji pemahaman secara mandiri untuk kemudian dikonfirmasi oleh guru. Siswa terlibat aktif dalam setiap tahapan pembelajaran. Berikut adalah gambar beberapa siswa yang sedang mengerjakan soal uji pemahaman secara individu.

Gambar 22. Siswa Mengerjakan Uji Pemahaman

Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, namun sesekali peneliti harus menjelaskan beberapa hal yang belum dipahami siswa. Siswa tidak malu bertanya ketika belum memahami materi yang dipelajari. Adapun catatan-catatan selama penelitian berlangsung adalah sebagai berikut.

(30)

85

Pada pertemuan pertama, siswa diberikan LKS kemudian diminta untuk mengisi identitas masing-masing. Sebelum memasuki topik yang akan dipelajari, peneliti terlebih dahulu menjelaskan mengenai bagian-bagian LKS. Pada pertemuan pertama ini siswa mempelajari tentang unsur-unsur kubus dan balok serta bagian-bagiannya dengan lancar.

Pada pertemuan kedua, siswa mempelajari jaring-jaring kubus dan balok. Kelas dibagi menjadi 6 kelompok di mana masing-masing kelompok harus menemukan 1 jaring-jaring kubus dan 1 jaring-jaring balok yang berbeda-beda antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Siswa sangat antusias dalam berdiskusi untuk membuat jaring-jaring kubus dan jaring-jaring balok bersama anggota kelompoknya. Kesulitan yang dihadapi pada pertemuan kedua ini adalah ketika mengendalikan kondisi kelas.

Pada pertemuan ketiga, siswa mempelajari tentang luas permukaan kubus dan balok. Proses pembelajaran berjalan cukup lancar. Siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal latihan pada LKS. Siswa juga berebut ketika diminta untuk mengerjakan di depan kelas.

Pada pertemuan keempat, siswa mempelajari volume kubus dan balok. Kesulitan yang dihadapi pada pertemuan ini adalah ada beberapa siswa yang terbalik dalam memahami rumus luas permukaan kubus dengan rumus volume kubus. Dalam hal ini peneliti harus membimbing siswa tersebut secara personal dengan menggunakan peraga rubik.

(31)

86

Pada pertemuan kelima, siswa diberikan tes kemampuan berpikir kritis. Hasil tes kemampuan berpikir kritis digunakan untuk melihat keefektifan LKS yang diuji cobakan.

Pada pertemuan keenam, siswa diberikan angket respons siswa. Hasil angket respons tersebut digunakan untuk melihat kepraktisan LKS yang diuji cobakan.

Sebagian besar siswa tampak antusias ketika belajar dengan menggunakan LKS. Tampilan LKS yang didesain semenarik mungkin membuat siswa semangat mengerjakan tahapan demi tahapan pada LKS. Namun, tak jarang siswa kebingungan ketika memaknai kalimat yang ada pada LKS terutama pada bagian soal berpikir kritis, sehingga guru harus menjelaskan secara lisan maksud dari kalimat pada LKS tersebut. Selain itu ada beberapa kesalahan penulisan pada LKS yang kemudian ditanyakan oleh siswa.

5. Tahap Evaluation (Evaluasi)

Setelah melakukan uji coba, tahapan selanjutnya adalah tahap evaluasi. Selama proses uji coba berlangsung, saran dan masukan dari guru dan siswa ditampung untuk kemudian dijadikan sebagai perbaikan atau revisi tahap II. Saran dan masukan yang diberikan terkait LKS dan cara penyampaian materi oleh peneliti. Beberapa hal yang diperbaiki adalah sebagai berikut:

1) Penambahan keterangan pada gambar kubus di tahapan experiencing 2) Perbaikan kalimat pertanyaan di tahapan experiencing

(32)

87

3) Perbaikan kunci jawaban pada LKS guru terkait soal topik luas permukaan balok

Hasil akhir pengembangan LKS setelah melalui perbaikan tersebut dapat dilihat pada lampiran D2 dan lampiran D3.

Pada tahap ini juga dilakukan analisis kualitas LKS dari aspek kevalidan, kepraktisan dan keefektifan.

a. Analisis Kevalidan

Analisis kevalidan digunakan untuk melihat kualitas LKS yang dikembangkan berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh dosen dan guru matematika. Penilaian LKS dilihat dari aspek kesesuaian materi/isi, kesesuaian LKS dengan syarat didaktik, kesesuaian LKS dengan syarat konstruksi, kesesuaian LKS dengan syarat teknis, kesesuaian kegiatan dengan pendekatan kontekstual, serta kesesuaian LKS untuk melatih kemampuan berpikir kritis. Secara singkat, hasil penilaian LKS ditunjukkan dengan Tabel 24 berikut :

Tabel 24. Hasil Penilaian LKS Aspek Penilaian Skor

Maksimal

Skor

Rata-rata Kategori

kesesuaian materi/isi 5,00 4,00 Baik

kesesuaian LKS dengan syarat didaktik

5,00 4,06 Baik

kesesuaian LKS dengan syarat konstruksi

5,00 4,14 Baik

kesesuaian LKS dengan syarat teknis

5,00 4,33 Sangat Baik

kesesuaian kegiatan dengan pendekatan kontekstual

5,00 4,67 Sangat Baik

kesesuaian LKS untuk melatih kemampuan berpikir kritis

5,00 4,48 Sangat Baik

(33)

88

Penilaian ahli terhadap LKS yang dikembangkan menunjukkan skor rata-rata 4,28. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian, LKS yang dikembangkan memenuhi kualifikasi sangat baik. Kualifikasi LKS yang memenuhi kriteria sangat baik tersebut menunjukkan bahwa LKS memenuhi kualifikasi valid. Dengan demikian, LKS yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran di sekolah.

b. Analisis Kepraktisan

Analisis kepraktisan dilakukan untuk mengetahui kualitas LKS yang dikembangkan berdasarkan angket respons siswa dan angket respons guru setelah menggunakan LKS, serta hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran. Berikut ini merupakan hasil yang telah diperoleh.

1) Angket Respons Siswa

Angket respons siswa digunakan untuk menilai kepraktisan LKS ditinjau dari indikator penilaian kemudahan penggunaan LKS, kemudahan mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual, keterbantuan siswa dalam memahami materi menggunakan LKS, serta keterbantuan siswa dalam melatih kemampuan berpikir kritis menggunakan LKS. Secara singkat, hasil angket respons siswa ditunjukkan pada Tabel 25 berikut:

(34)

89

Tabel 25. Hasil Angket Respons Siswa Indikator Penilaian Maks Skor Skor

Rata-rata Kategori kemudahan penggunaan LKS 5,00 4,10 Baik kemudahan mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual 5,00 4,23 Sangat Baik

keterbantuan siswa dalam memahami materi menggunakan LKS

5,00 4,21 Sangat Baik

keterbantuan siswa dalam melatih kemampuan berpikir kritis menggunakan LKS

5,00 4,15 Baik

Kesimpulan 4,17 Baik

Respons siswa terhadap LKS yang telah digunakan menunjukkan skor rata-rata 4,17. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian LKS yang dikembangkan, respons siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan LKS tersebut memenuhi kriteria baik.

2) Angket Respons Guru

Angket respons guru juga digunakan untuk menilai kepraktisan LKS yang telah digunakan. Secara singkat, hasil angket respons guru ditunjukkan pada Tabel 26 berikut ini :

Tabel 26. Hasil Angket Respons Guru Indikator Penilaian Skor

Maksimal

Skor

Rata-rata Kategori

Penggunaan bahasa 5,00 4,67 Sangat Baik

Isi/materi LKS 5,00 4,00 Baik

Kesesuaian ilustrasi/gambar 5,00 4,00 Baik Kesesuaian dengan

pendekatan kontekstual

5,00 3,83 Baik

Kebermanfaatan untuk melatih kemampuan berpikir kritis

5,00 4,00 Baik

(35)

90

Respons guru terhadap LKS yang telah digunakan menunjukkan skor rata-rata 4,10. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian LKS yang dikembangkan, respons guru terhadap pembelajaran dengan menggunakan LKS tersebut memenuhi kriteria baik.

3) Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk menilai kepraktisan LKS yang dikembangkan dalam proses pembelajaran. Secara singkat, hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran ditunjukkan pada Tabel 27 berikut:

Tabel 27. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Keterlaksanaan Persentase rata-rata Kategori

Pertemuan ke 1 90,91 Sangat Baik

Pertemuan ke 2 90,91 Sangat Baik

Pertemuan ke 3 100 Sangat Baik

Pertemuan ke 4 100 Sangat Baik

Kesimpulan 95,45 Sangat Baik Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran selama proses pembelajaran dengan menggunakan LKS yang dikembangkan menunjukkan persentase rata-rata 95,45. Berdasarkan pedoman kualifikasi keterlaksanaan pembelajaran yang dikembangkan, pelaksanaan pembelajaran menggunakan LKS yang dikembangkan memenuhi kriteria sangat baik. Namun, ada beberapa catatan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu guru sebaiknya tidak lupa untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam memberi tanggapan ketika berdiskusi, dan waktu yang digunakan untuk mengerjakan soal tahap transfering kurang cukup sehingga latihan soal menjadi tugas rumah.

(36)

91

Klasifikasi respons siswa yang memenuhi kriteria baik, klasifikasi angket respons guru yang memenuhi kriteria baik, dan klasifikasi keterlaksanaan pembelajaran yang memenuhi kriteria sangat baik menunjukkan bahwa LKS yang digunakan memiliki kualifikasi praktis. c. Analisis Keefektifan

Analisis keefektifan dilakukan untuk menentukan kualitas LKS yang dikembangkan berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa. Secara singkat, hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa ditunjukkan pada Tabel 28 berikut:

Tabel 28. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Hasil Tes Banyak Siswa Persentase (%) Siswa dengan kriteria

minimal baik (≥ 60)

26 83,87

Siswa dengan kriteria dibawah baik (< 60)

5 16,13

Jumlah 31 100,00

Persentase ketuntasan klasikal adalah 83,87. Berdasarkan pedoman kualifikasi ketuntasan belajar klasikal yang telah dikembangkan, kualifikasi keefektifan LKS yang telah digunakan memenuhi kriteria sangat baik.

Secara lebih detail dilakukan penilaian untuk setiap indikator kemampuan berpikir kritis seperti ditunjukkan pada Tabel 29 berikut ini:

Tabel 29. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Skor per

butir Kategori Indikator 1. Menuliskan pola/ hubungan

dari beberapa informasi 81,72

Sangat Baik Indikator 2. Menuliskan informasi yang

diperlukan untuk menyelesaikan masalah 72,04

(37)

92 Indikator 3. Menuliskan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah

69,89

Baik

Indikator 4. Menyelesaikan masalah

menggunakan cara yang efektif 72,04

Baik Indikator 5. Menuliskan kesimpulan dari

penyelesaian masalah 82,26

Sangat Baik Indikator 6. Menuliskan prediksi jawaban

dari suatu masalah 88,71

Sangat Baik Indikator 7. Menuliskan kesalahan dari

suatu penyelesaian masalah 80,65

Sangat Baik Indikator 8. Memperbaiki penyelesaian

masalah yang disajikan 82,26

Sangat Baik Indikator 9. Menuliskan informasi yang

kurang dari suatu masalah 83,87

Sangat Baik

Skor rata-rata 79,27 Baik

Berdasarkan Tabel 29 di atas, diketahui bahwa skor rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa adalah 79,27. Berdasarkan pedoman kualifikasi skor kemampuan berpikir kritis, skor rata-rata tersebut memiliki kualifikasi baik.

Persentase ketuntasan klasikal sebesar 83,87 yang memenuhi kriteria sangat baik dan skor kemampuan berpikir kritis dengan rata-rata 79,27 yang memenuhi kriteria baik. Dengan demikian, hasil tersebut menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis.

B. Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya merupakan langkah-langkah pengembangan LKS pada materi bangun ruang sisi datar dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang berorientasi kemampuan berpikir kritis siswa SMP kelas VIII beserta dengan kualitas LKS dilihat dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifannya. Pengembangan LKS tersebut

(38)

93

dilakukan melalui 5 tahapan pengembangan yaitu analysis (analisis), design (desain), development (pengembangan), implementation (pelaksanaan), dan evaluation (evaluasi). Hasil dari pengembangan berupa produk akhir yang telah diuji kevalidan, kepraktisan, dan keefektifannya. Beberapa hal yang diperoleh dalam penelitian pengembangan LKS materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan kontekstual berorientasi pada kemampuan berpikir kritis adalah sebagai berikut.

1. Kevalidan LKS

Produk berupa LKS matematika yang telah dikembangkan memenuhi kriteria valid berdasarkan hasil penilaian oleh dua dosen dan satu guru matematika. Hasil penilaian LKS tersebut telah mencapai kriteria minimal baik.

Berdasarkan penilaian pada LKS, diperoleh skor rata-rata 4,28 dari skor maksimal 5,00 dengan klasifikasi sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan telah memenuhi syarat pengembangan LKS yang baik (Hendro Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis 1993: 41-46).

Berdasarkan Tabel 19, aspek kesesuaian LKS dengan syarat teknis memenuhi klasifikasi sangat baik. Menurut Hendro Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis (1993: 41-46), syarat teknis berkaitan dengan tulisan, gambar dan penampilan. Hal ini berarti bahwa tulisan yang digunakan dalam LKS yang dikembangkan sudah sesuai dengan standar yang dipaparkan oleh Hendro Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis, gambar yang dicantumkan dalam LKS sudah berhubungan dengan topik yang dibahas, dan tampilan LKS sudah

(39)

94

menarik. Selain itu, aspek kesesuaian kegiatan dengan pendekatan kontekstual dan aspek kesesuaian LKS untuk melatih kemampuan berpikir kritis juga memenuhi klasifikasi sangat baik. Hal ini berarti bahwa aktivitas pada LKS yang dikembangkan telah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran pendekatan kontekstual meliputi relating, experiencing, applying, cooperating, dan transfering. LKS juga sudah memuat soal-soal yang mengacu pada indikator kemampuan berpikir kritis guna melatih kemampuan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan hasil penilaian dosen dan guru matematika, LKS memiliki klasifikasi baik pada aspek kesesuaian materi/isi, kesesuaian syarat didaktik, dan kesesuaian syarat konstruksi. Hal ini menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan sudah sesuai dengan SK dan KD materi bangun ruang sisi datar, LKS yang dikembangkan juga sudah memperhatikan kemampuan siswa yang heterogen, serta penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan LKS yang dikembangkan sudah sesuai standar yang dipaparkan Hendro Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis namun tidak sebaik aspek-aspek penilaian lainnya.

Komentar dan saran dari dosen dan guru matematika selaku validator di antaranya adalah perlunya membenahi kalimat yang digunakan dalam LKS agar menjadi kalimat yang tidak ambigu. Misalnya ketika menuliskan perintah “berapakah hasil akar kuadrat dari √576?”. Kalimat tersebut jika lebih dicermati, artinya adalah menanyakan hasil akar kuadrat dari akar 576 atau sama saja dengan menanyakan “berapakah hasil √√576?”, padahal yang

(40)

95

dimaksudkan peneliti bukanlah pertanyaan itu. Dengan demikian, kalimat tersebut harus diubah menjadi “berapakah hasil dari √576?”. Penggunaan kalimat dalam LKS merupakan salah satu syarat yang penting, seperti yang telah dijelaskan oleh Hendro Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis bahwa kalimat yang digunakan dalam LKS harus memiliki struktur yang jelas, kalimat juga lebih baik sederhana namun bisa dimengerti oleh pengguna.

2. Kepraktisan LKS

LKS yang dikembangkan telah memenuhi kriteria praktis berdasarkan angket respons siswa, angket respons guru, serta hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran. Secara umum tanggapan guru terhadap LKS yang telah digunakan dalam pembelajaran adalah baik dan tanggapan siswa adalah baik. Sementara itu pelaksanaan proses pembelajaran yang diamati menunjukkan hasil yang sangat baik.

Berdasarkan respons yang diberikan oleh siswa diperoleh skor rata-rata 4,17 dari skor maksimal 5,00 dengan klasifikasi baik. Hal ini berarti bahwa LKS yang dikembangkan telah membantu dan memudahkan siswa dalam mempelajari materi bangun ruang sisi datar. Dengan demikian, LKS yang dikembangkan telah memenuhi manfaat pengambangan bahan ajar menurut Andi Prastowo (2013:302) yaitu siswa mendapat kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasai.

Hasil respons siswa terhadap LKS yang dikembangkan ditinjau dari kemudahan penggunaan LKS dan keterbantuan dalam melatih kemampuan berpikir kritis memenuhi klasifikasi baik. Sedangkan hasil respons siswa

(41)

96

terhadap LKS yang dikembangkan ditinjau dari kemudahan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan keterbantuan dalam melatih kemampuan berpikir kritis memenuhi klasifikasi sangat baik.

Selanjutnya berdasarkan hasil lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, pada setiap pertemuan memiliki kategori sangat baik. Pada pertemuan ke-3 dan ke-4 memperoleh persentase rata-rata sebesar 100%, yang artinya pembelajaran pada pertemuan ke-3 dan ke-4 berjalan sesuai dengan rencana. Sedangkan pada pertemuan ke-1 dan ke-2 memperoleh persentase rata-rata sebesar 90,91%, yang artinya ada 1 aktivitas yang tidak terlaksana pada pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2. Persentase rata-rata akhir dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran adalah 95,45 dengan kategori sangat baik.

Hasil respons yang diberikan oleh guru matematika diperoleh skor rata-rata 4,10 dari skor maksimal 5,00 dengan klasifikasi baik, hasil respons siswa diperoleh skor rata-rata 4,17 dari skor maksimal 5,00 dengan klasifikasi baik, serta hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran menunjukkan persentase rata-rata 95,45 dengan klasifikasi sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan praktis untuk digunakan dalam proses pembelajaran bagi guru.

3. Keefektifan LKS

Berdasarkan hasil uji coba lapangan, LKS yang dikembangkan dengan pendekatan kontestual telah memenuhi kriteria efektif. Secara umum, persentase ketuntasan siswa dalam tes kemampuan berpikir kritis yang

(42)

97

dilakukan pada akhir pertemuan adalah 83,87% dengan kategori sangat baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Johnson (2014:225) bahwa CTL dapat mendorong para siswa untuk menerapkan pemikiran kritis dan kreatif ke dalam kehidupan keseharian.

Siswa harus mengasah kemampuan berpikir kritisnya karena hal ini merupakan salah satu SKL yang harus dicapai untuk satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB sesuai dengan Permendiknas No 23 Tahun 2006. Siswa menemukan konsep yang dipelajarinya melalui aktivitas-aktivitas sesuai langkah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Melalui aktivitas-aktivitas tersebut, siswa dapat menemukan konsep yang dipelajarinya secara mandiri dan mengasah kemampuannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Cronbach (Baharuddin, 2015:16) bahwa belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman sendiri. Dengan pengalaman, pembelajaran yang diperoleh siswa menjadi bermakna.

Berdasarkan hasil tes belajar diperoleh nilai rata-rata 79,27 dari skor maksimal 100 dengan klasifikasi baik. Ketercapaian hasil belajar menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran sehingga LKS yang dikembangkan dapat dikatan efektif, hal ini dikarenakan pada tahap applying dan transfering dalam LKS tersebut berisi soal untuk melatih untuk menuliskan informasi yang kurang dari suatu masalah, menuliskan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, menuliskan pola/hubungan dari beberapa informasi, menuliskan kesalahan dari suatu penyelesaian masalah, memperbaiki penyelesaian masalah yang disajikan,

(43)

98

menuliskan prediksi jawaban dari suatu masalah, menuliskan kesimpulan dari penyelesaian masalah, menuliskan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, dan menyelesaikan masalah menggunakan cara yang efektif sesuai dengan indikator-indikator untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Meskipun masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran kontekstual di kelas, di antaranya sulitnya mengkondisikan ketenangan siswa terutama ketika melaksanakan tahap cooperating. Siswa sangat antusias dalam berdiskusi dengan anggota kelompoknya sehingga menimbulkan kegaduhan di dalam kelas. Namun, secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian Diah Kusumaningsih (2011) di mana salah satu hasil penelitiannya adalah bahwa melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual siswa terlatih untuk mengidentifikasi, menganalisis, serta mengevaluasi permasalahan kontekstual dengan cermat, mengkonstruksi pengetahuan dengan bantuan LKS, menemukan sendiri materi yang harus mereka pelajari sehingga siswa dapat mengembangkan daya nalarnya secara kritis untuk memecahkan masalah.

Berdasarkan tercapainya kriteria valid, praktis, dan efektif dari LKS yang telah dikembangkan, maka diperoleh suatu produk akhir berupa LKS bangun ruang sisi datar menggunakan pendekatan kontekstual yang valid, praktis, dan efektif sehingga layak digunakan dalam pembelajaran.

(44)

99 C. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil yang diperoleh, penelitian ini memiliki keterbatasan waktu pelaksanaan pembelajaran yang tidak sesuai dengan perencanaan peneliti. Pada pertemuan kedua, 3 jam pelajaran berakhir sebelum tahap transfering terlaksana. Hal ini dikarenakan diskusi kelompok dalam membuat jaring-jaring kubus dan balok menyita banyak waktu.

Selain itu, LKS yang digunakan untuk uji coba dalam penelitian ini hanya LKS 1. Kubus dan Balok saja, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu.

Gambar

Tabel 19. SK dan KD Materi Bangun Ruang Sisi Datar  Standar Kompetensi  Kompetensi Dasar  5
Tabel 20. SK, KD dan Indikator Materi Bangun Ruang Sisi Datar  Standar
Gambar 2. Desain Sampul LKS Guru
Gambar 5. Fitur LKS  (4)  Panduan Menggunakan LKS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh yaitu LKS yang dikembangkan untuk meningkantkan keterampilan berpikir kritis siswa oleh para ahli dinyatakan valid dan layak digunakan dan keterampilan

Selain itu, pengaruh pendekatan Problem Centered Learning (PCL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam semangat belajar matematika dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran matematika berbantu berbantu software prezi dengan pendekatan kontekstual pada materi bangun ruang sisi

Salah satu cara untuk dapat menumbuh kembangkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis adalah dengan cara membiasakan dan melatih siswa untuk

- Pembelajaran menggunakan LKS Matematika dengan Pendekatan Scientific pada kelas VII C materi Persegi dan Persegipanjang untuk melatih berpikir kritis siswa..

LKS yang dikembangkan adalah LKS dengan pendekatan saintifik berorientasi masalah open-ended, yaitu LKS yang menggunakan langkah pembelajaran 5M (mengamati,

Hasil pengolahan data tes kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan model Problem Based Learning berbantuan audio visual yaitu sebagai berikut : Berdasarkan hasil nilai pretest

4 Mengetahui keefektifan hasil pengembangan lembar kerja peserta didik berbasis penemuan terbimbing untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis materi bangun ruang sisi datar kelas