• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. open-ended pada materi Bangun Datar Segiempat kelas VII Sekolah Menengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. open-ended pada materi Bangun Datar Segiempat kelas VII Sekolah Menengah"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

85 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan dengan produk yang dihasilkan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan saintifik berorientasi masalah open-ended pada materi Bangun Datar Segiempat kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran ini dilakukan dengan model ADDIE yang terdiri atas beberapa tahap, yaitu Analysis (analisis), Design (desain), Development (pengembangan), Implementation (implementasi), dan Evaluation (evaluasi). Berikut penjelasan dari lima tahap yang telah dilakukan dalam kegiatan penelitian ini.

1. Analysis (analisis)

Tahap analisis merupakan tahap awal dalam pengembangan perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri atas analisis kurikulum, analisis kebutuhan, dan analisis karakteristik siswa.

a. Analisis Kurikulum

Seperti yang telah kita ketahui bahwa saat ini bangsa Indonesia dalam dunia pendidikan telah menerapkan kurikulum 2013. Penerapan kurikulum 2013 dalam dunia pendidikan masih tergolong baru sehingga tidak semua sekolah di Indonesia telah menerapkan kurikulum ini. Untuk di Yogyakarta sendiri berdasarkan hasil

(2)

86

analisis peneliti diketahui bahwa beberapa sekolah telah menerapkan Kurikulum 2013, salah satunya adalah SMP Negeri 1 Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru matematika di SMP Negeri 1 Yogyakarta yang merupakan sekolah tempat peneliti melaksankan penelitian, diketahui bahwa Kurikulum 2013 belum lama diterapkan di sekolah tersebut. Kurikulum 2013 mulai diterapkan sejak tahun ajaran baru 2016/2017 pada kelas VII. Beberapa hal yang ditemukan terkait dengan Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

1) Kurikulum 2013 menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini berdasarkan Permendikbud No. 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah.

2) Salah satu pendekatan pembelajaran yang cocok digunakan dalam Kurikulum 2013 adalah pendekatan saintifik (Komara, 2014: 91). Pernyataan lain yang mendukung disampaikan oleh Daryanto (2014: 53) bahwa salah satu karakteristik pendekatan ilmiah/pendekatan saintifik adalah berpusat pada siswa. 3) Tujuan Kurikulum 2013 menurut Permendikbud No. 58 Tahun 2014 dan

Kemendikbud (2016:1) salah satunya adalah mempersiapkan manusia Indonesia menjadi manusia terdidik yang kreatif.

Berdasarkan hal di atas maka dipilih pendekatan sintifik sebagai pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam RPP dan LKS, dan oleh karena itu pengembangan perangkat pembelajaran pada penelitian ini ditekankan untuk memfasilitasi siswa dalam mengasah kemampuan berpikir kreatif matematis. Hasil analisis kurikulum dapat dilihat pada lampiran A.1 halaman 137.

(3)

87 b. Analisis Kebutuhan dan Kesenjangan

1) Secara umum sekolah menengah pertama di Indonesia telah menggunakan Kurikulum 2013 di mana pendekatan yang digunakan salah satunya adalah pendekatan saintifik.

Kebutuhan :

Siswa perlu difasilitasi dengan desain pembelajaran yang sesuai kebutuhan mereka saat ini, misalnya dengan membuat perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan saintifik yang sesuai dengan Kurikulum 2013, di mana pembelajaran berpusat pada siswa.

Kesenjangan :

Masih banyak sekolah-sekolah yang dalam kegiatan pembelajaran belum menggunakan sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa. Serta masih sedikitnya sekolah-sekolah yang membuat perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan saintifik. Contoh di sekolah yang peneliti jadikan sebagai tempat penelitian uji coba produk pengembangan ini ternyata masih sangat jarang menggunakan RPP dan LKS saintifik. Kegiatan pembelajaran di kelas berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Matematika adalah pembelajaran konvensional, inkuiri, model pembelajaran berkelompok dan pendekatan saintifik. Namun, yang paling sering digunakan oleh guru adalah pembelajaran konvensional dengan metode ceramah.

2) Secara umum berdasarkan hasil beberapa penelitian yang ada siswa belum terfasilitasi dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis

(4)

88

mereka. Padahal kemampuan berpikir kreatif sendiri merupakan salah satu kompetensi siswa yang hendak dicapai dalam Kurikulum 2013.

Kebutuhan :

Siswa perlu difasilitasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, salah satunya dengan menggunakan LKS pendekatan saintifik yang berorientasi masalah open-ended (masalah terbuka). Karena menurut Nohda dan Eman Suherman masalah open-ended dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Kesenjangan :

Belum tersedianya LKS saintifik berorientasi masalah open-ended di kebanyakan sekolah terutama sekolah tempat peneliti melakukan penelitian. Selain itu persoalan matematika yang diberikan guru dalam pembelajaran di kelas kebanyakan menggunakan jenis close-ended problem (masalah tertutup) dan masih sangat jarang memasukkan atau mengembangkan soal-soal terbuka (open-ended).

c. Analisis Karakteristik Siswa

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan sebelum dilaksakananya penelitian, diperoleh informasi bahwa: 1) siswa kurang cocok diberi pengajaran dengan metode ceramah, karena kebanyakan siswa hanya berbicara sendiri atau kurang bisa memperhatikan penjelasan guru di depan; 2) ketika proses pembelajaran berlangsung beberapa siswa aktif bertanya dan menjawab persoalan, tetapi tidak sedikit pula yang hanya diam. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan beberapa siswa diperoleh informasi bahwa kebanyakan siswa lebih

(5)

89

tertarik dan bersemangat mengikuti pembelajaran jika dilaksanakan secara diskusi dengan menyediakan LKS untuk setiap siswa yang dapat mereka isi.

Siswa SMP kelas VII pada umumnya berusia 11-12 tahun. Menurut perkembangan kognitif Piaget (Suherman, 2000: 39) pada usia tersebut siswa mengalami transisi dari penggunaan operasi konkret ke penerapan operasi formal dalam berpikir. Pada tahap ini siswa masih perlu bantuan untuk mencapai proses abstraksi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka diperlukan perangkat pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam belajar. Terutama dalam hal ini adalah LKS yang memuat langkah-langkah pembelajaran yang dapat menuntun siswa dalam memahami konsep pembelajaran melalui kegiatan yang dapat langsung mereka lakukan sendiri dan membuat siswa terlibat aktif di dalamnya, seperti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik.

2. Design (desain)

Tahap desain merupakan kelanjutan dari tahap analisis. Setelah dilakukan analisis kurikulum, analisis kebutuhan dan kesenjangan, dan analisis karakteristik siswa maka dibuat rancangan untuk produk penelitian RPP dan LKS serta menyusun instrumen penelitian.

a. Merumuskan tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran yang dirumuskan adalah tujuan pembelajaran yang sesuai dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar untuk materi Bangun Datar Segiempat kelas VII Sekolah Menengah Pertama pada Silabus Mata Pelajaran

(6)

90

Matematika SMP/ MTs Kemendikbud Jakarta 2016 Kurikulum 2013 edisi revisi, yaitu sebagai berikut:

Kompetensi Dasar :

1.14 Manganalisis berbagai bangun datar segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang).

Tujuan :

1. Siswa mengetahui jenis-jenis bangun datar segiempat.

2. Siswa dapat membedakan benda-benda yang merupakan contoh dan bukan contoh bentuk bangun datar segiempat.

3. Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat bangun datar segiempat berdasarkan sisi dan hubungan antar sisinya.

4. Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat bangun datar segiempat berdasarkan sudut dan hubungan antar sudutnya.

5. Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat bangun datar segiempat berdasarkan diagonal bidang dan sumbu simetri.

6. Siswa mengetahui hubungan/keterkaitan antar jenis-jenis bangun datar segiempat.

Kompetensi Dasar :

3.15 Menurunkan rumus untuk menentukan keliling dan luas segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) Tujuan :

1. Siswa dapat menemukan rumus keliling dan luas persegi.

2. Siswa dapat menemukan rumus keliling dan luas persegipanjang. 3. Siswa dapat menurunkan rumus keliling dan luas trapesium. 4. Siswa dapat menurunkan rumus keliling dan luas jajargenjang. 5. Siswa dapat menurunkan rumus keliling dan luas belahketupat. 6. Siswa dapat menurunkan rumus keliling dan luas layang-layang.

Kompetensi Dasar :

4.14 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang). Tujuan :

1. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang terkait jenis-jenis dan sifat-sifat bangun datar segiempat.

2. Siswa dapat menyelesaikan masalah terkait keliling dan luas bangun persegi dan persegipanjang.

(7)

91

3. Siswa dapat menyelesaikan masalah terkait keliling dan luas bangun jajargenjang dan trapesium.

4. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang terkait keliling dan luas bangun belahketupat dan layang-layang.

Kompetensi Dasar :

4.15 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas dan keliling segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang).

Tujuan :

1. Siswa dapat menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan keliling dan luas bangun persegi dan persegipanjang.

2. Siswa dapat menyelesaiakan masalah kontekstual yang berkaitan dengan keliling dan luas bangun jajargenjang dan trapesium.

3. Siswa dapat menyelesaiakan masalah kontekstual yang berkaitan dengan bangun kelliling dan luas belahketupat dan layang-layang.

b. Menentukan strategi pembelajaran

Menentukan strategi pembelajaran didasarkan pada hasil kegiatan analisis yang telah dilakukan. Kemudian strategi yang telah ditentukan digunakan untuk membuat kerangka dasar penyusunan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS. Berdasarkan hasil analisis maka digunakan strategi pembelajaran sebagai berikut:

1) Menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. 2) Menggunakan metode diskusi kelompok dan siswa aktif.

c. Mengumpulkan referensi

Referensi digunakan untuk menyusun RPP dan LKS sesuai dengan materi yang diambil dalam penelitian ini, yaitu materi Bangun Datar Segiempat untuk siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) kurikulum 2013. Referensi yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

(8)

92

1) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Matematika: Buku Guru/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, SMP/MTS kelas VII Kurikulum 2013 Edisi Revisi. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

2) Sukino dan Simangunsong, Wilson. 2006. Matematika SMP Jilid I Kelas VII. Jakarta : Erlangga

3) Jurusan Pendidikan Matematika. 2013. Hand-out Materi Perkuliahan Geometri Jurusan Pendidikan Matematika. UNY

4) A.Winarti dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning MATEMATIKA Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah Kelas VII Edisi 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

d. Menyusun kerangka RPP dan LKS

Berdasarkan tujuan pembelajaran dan strategi pembelajaran yang telah ditentukan maka disusun kerangka dasar RPP dan LKS.

1) Menyusun Kerangka Dasar RPP

RPP dikembangkan sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan pada LKS, yaitu pendekatan saintifik berorientasi masalah open-ended dengan Kurikulum 2013. Penyusunan kerangka RPP didasarkan pada Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 yang menjelaskan tentang komponen RPP dan prinsip-prinsip penyusunan RPP. Berikut susunan kerangka dasar RPP yang dikembangkan.

A. Identitas RPP B. Kompetensi Inti

C. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi D. Tujuan Pembelajaran

E. Materi Pembelajaran

F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran G. Kegiatan Pembelajaran

1. Pendahuluan a. Pembukaan b. Apersepsi

(9)

93 c. Motivasi d. Tujuan 2. Kegiatan Inti a. Mengamati b. Menanya c. Mengumpulkan Informasi d. Menalar/Mengasosiasi e. Mengkomunikasi

f. Membahas soal open-ended 3. Penutup

H. Penilaian

I. Media, Alat Bahan, dan Sumber Belajar

RPP dibuat untuk empat pertemuan berdasarkan rancangan LKS. Berikut penjelasannya:

a) RPP pertemuan pertama mempelajari LKS 1 yaitu tentang “Jenis-Jenis dan Sifat-Sifat Bangun Datar Segiempat” dengan alokasi waktu 3 × 40 menit.

b) RPP pertemuan kedua mempelajari LKS 2 yaitu tentang “Keliling dan Luas Persegi dan Persegipanjang” dengan alokasi waktu 2 × 40 menit.

c) RPP pertemuan ketiga mempelajari LKS 3 yaitu tentang “Keliling dan Luas Jajargenjang dan Trapesium” dengan alokasi waktu 3 × 40 menit.

d) RPP pertemuan keempat mempelajari LKS 4 yaitu tentang “Keliling dan Luas Belahketupat dan Layang-Layang” dengan alokasi waktu 2 × 40 menit.

Setiap pertemuan dirancang dengan menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran yang sama, yaitu dengan pendekatan saintifik berorientasi masalah open-ended serta menggunakan metode belajar diskusi kelompok dan siswa aktif dengan media pembelajaran LKS untuk setiap siswa.

(10)

94 2) Menyusun Kerangka Dasar LKS

LKS yang dikembangkan adalah LKS dengan pendekatan saintifik berorientasi masalah open-ended, yaitu LKS yang menggunakan langkah pembelajaran 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasi) untuk materi Bangun Datar Segiempat kelas VII SMP. Di dalam LKS juga menyediakan soal-soal latihan yang berupa permasalahan matematika biasa maupun masalah kontekstual berbentuk uraian. Soal-soal latihan tersebut adalah jenis soal uraian terbuka untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Namun, tetap menyediakan beberapa soal uraian tertutup yang lebih sedikit jumlahnya. Kerangka dasar LKS dibuat berdasarkan peta kebutuhan LKS yang dapat dilihat pada lampiran A.2 halaman 134. Berikut susunan kerangka dasar LKS yang dikembangkan.

A. Halaman Judul

B. Halaman Identitas LKS C. Petunjuk Penggunaan LKS

D. Kompetensi Inti dan Indikator Pencapaian Kompetensi E. Daftar Isi

F. Skema Materi

G. LKS 1 “Jenis-Jenis dan Sifat-Sifat Bangun Datar Segiempat”

1. Kompetensi Dasar, Tabel Anggota Kelompok, Tujuan Pembelajaran 2. Mengamati

3. Menanya

4. Mengumpulkan Informasi 5. Menalar/Mengasosiasi 6. Latihan Soal Open-ended

H. LKS 2 “Keliling dan Luas Persegi dan Persegipanjang”

(11)

95 2. Mengamati

3. Menanya

4. Mengumpulkan Informasi 5. Menalar/Mengasosiasi 6. Latihan Soal Open-ended

I. LKS 3 “Keliling dan Luas Jajargenjang dan Trapesium”

1. Kompetensi Dasar, Tabel Anggota Kelompok, Tujuan Pembelajaran 2. Mengamati

3. Menanya

4. Mengumpulkan Informasi 5. Menalar/Mengasosiasi 6. Latihan Soal Open-ended

J. LKS 4 “Keliling dan Luas Belahketupat dan Layang-Layang”

1. Kompetensi dasar, Tabel Anggota Kelompok, Tujuan Pembelajaran 2. Mengamati

3. Menanya

4. Mengumpulkan Infomasi 5. Menalar/Mengasosiasi 6. Latihan Soal Open-ended K. Daftar Pustaka

e. Menyusun instrumen penelitian.

Instrumen penelitian disusun berdasarkan “skema pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan saintifik berorientasi masalah open-ended untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada materi Bangun Datar Segiempat kelas VII SMP”. Skema dapat dilihat pada lampiran A.6 halaman 146. Beberapa instrumen yang hendak disusun adalah soal pretest dan posttest, pedoman wawancara guru, lembar penilaian RPP, lembar penilaian LKS, angket respon siswa, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

(12)

96 1) Menyusun instrumen tes

Instrumen tes yang dibuat merupakan soal open-ended berbentuk uraian untuk pretest dan posttest. Soal pretest dan posttest tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi Bangun Datar Segiempat kelas VII SMP. Instrumen soal kemampuan berpikir kreatif untuk pretest dan posttest menggunakan tiga aspek, yaitu kelancaran, keluwesan, dan keaslian/ kebaruan. Setelah itu menentukan indikator dari masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif, dan dilanjutkan dengan indikator butir soal untuk setiap indikator kemampuan berpikir kreatif, sehingga tersusunlah kisi-kisi untuk soal pretest dan posttest. Kisi-kisi soal pretest kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat pada lampiran B.11 halaman 189 sedangkan kisi-kisi untuk soal posttest kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat pada lampiran B.15 halaman 201. Jumlah butir soal untuk pretest dan posttest masing-masing adalah 6 soal berbentuk uraian. Soal pretest dan posttest kemampuan berpikir kreatif yang telah dibuat kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk kemudian divalidasikan kepada tiga dosen ahli hingga soal-soal tersebut valid dan layak untuk diujicobakan. Soal pretest dan posttest secara lengkap dapat dilihat pada lampiran B.12 halaman 191 dan lampiran B.16 halaman 202.

2) Pedoman wawancara guru

Pedoman wawancara guru dibuat untuk mengetahui beberapa informasi yang dibutuhkan peneliti, yaitu terkait kurikulum yang digunakan di sekolah, penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran di kelas, penggunaan masalah atau soal-soal open-ended, serta karakteristik siswa terutama yang terkait dengan

(13)

97

kemampuan berpikir kreatif siswa kelas 7 sekolah menengah pertama pada mata pelajaran Matematika. Pedoman wawancara guru secara garis besar ditunjukkan pada tabel 12 berikut.

Tabel 12. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru Aspek pertanyaan Banyak butir pertanyaan

Kurikulum 2013 4

Perangkat Pembelajaran 7

Pendekatan Saintifik 5

Masalah Open-ended 5

Kemampuan Berpikir Kreatif 5

Jumlah 26

Rincian pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran A.4 halaman 141. 3) Menyusun pedoman observasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran

Pedoman observasi keterlaksanaan pembelajaran dibuat untuk mengetahui sejauh mana keterlaksaan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat serta kepraktisan perangkat pembelajaran RPP itu sendiri. Pedoman observasi dibuat sebanyak jumlah pertemuan yang dirancang pada RPP, yaitu empat pertemuan. Aspek yang diamati berasal dari kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam RPP. Terdapat tujuh aspek yang diamati sebagaimana ditunjukkan pada tabel 13 berikut.

Tabel 13. Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Aspek yang diamati Banyak butir pernyataan

Pendahuluan 4 Mengamati 2 Menanya 1 Mengumpulkan informasi 4 Menalar/mengasosiasi 2

(14)

98

Mengkomunikasi 3

Penutup 6

Jumlah 22

Secara rinci lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran B.9 halaman 176.

4) Menyusun angket respon siswa

Angket respon siswa dibuat untuk mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran yang dibuat, yaitu LKS. Angket respon siswa dibuat dalam skala likert 5, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Angket dibuat berdasarkan 4 karakteristik berikut dengan masing-masing aspeknya. Kisi-kisi angket respon siswa secara garis besar dapat dilihat pada tabel 14 di bawah ini.

Tabel 14. Kisi-Kisi Angket Respon Siswa

Karakteristik Aspek Banyak butir

pernyataan LKS

Kemudahan 3

Keterbantuan 5

Kebermanfaatan 1

Pendekatan Saintifik dengan 5M (Mengamati, Menanya, Mengumpulkan

Informasi, Mengasosiasi Mengkomunikasi)

Kemudahan 2

Keterbantuan 4

Kebermanfaatan 2

Masalah Open-Ended Kemudahan 2

Keterbantuan 6

Kebermanfaatan 1

Desain LKS Kemenarikan 3

Jumlah 29

Angket respon siswa secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran B.8 halaman 173.

(15)

99 5) Menyusun lembar penilaian RPP dan LKS

Lembar penilaian RPP dan LKS digunakan untuk mengetahui kevalidan perangkat pembelajaran yang digunakan berdasarkan penilaian oleh dosen ahli. Jika RPP dan LKS sudah dinyatakan valid, maka kedua perangkat tersebut dinyatakan layak untuk diimplementasikan di sekolah.

a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lembar penilaian RPP berupa angket yang berisi penyataan dengan skala penilaian 1 sampai dengan 5. Angka 1 mewakili sangat kurang, angka 2 mewakili kurang, angka 3 mewakili cukup, angka 4 mewakili baik, dan angka 5 mewakili sangat baik. Skala likert 1 sampai 5 digunakan untuk menilai butir-butir pernyataan berdasarkan indikator-indikator berikut:

a. Ketepatan alokasi waktu

b. Kesesuaian rumusan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)

c. Penggunaan kata kerja operasional

d. Kesesuaian materi dengan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran

e. Kesesuaian materi dengan karakteristik siswa f. Sistematika penyajian materi

g. Kesesuaian metode dan pendekatan pembelajaran dengan tujuan pembelajaran h. Kesesuaian metode dan pendekatan pembelajaran dengan materi pembelajaran i. Kesesuaian metode dan pendekatan pembelajaran dengan karakteristik siswa j. Kelengkapan dan ketepatan unsur-unsur dalam kegiatan pembelajaran mulai dari

pendahuluan, inti hingga penutup

k. Kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik l. Kesesuaian media/sumber belajar dengan tujuan pembelajaran m. Kesesuaian media/sumber belajar dengan materi pembelajaran

n. Kesesuaian media/sumber belajar dengan metode atau pendekatan pembelajaran o. Kesesuaian media/sumber belajar dengan karakteristik siswa

p. Kesesuaian teknik penilaian pembelajaran dengan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran

(16)

100

r. Kemudahan dan kejelasan bahasa yang digunakan s. Kesesuaian bahasa dengan kaidah Bahasa Indonesia

Sementara untuk butir-butir pernyataan dengan indikator penilaian yaitu kejelasan dan kelengkapan identitas RPP, digunakan penilaian “Ya” atau “Tidak”. Jadi, instrumen penilaian RPP dibuat berdasarkan delapan aspek, yaitu identitas RPP, rumusan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran, pemilihan materi, metode dan pendekatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, pemilihan media/ sumber belajar, penilaian hasil belajar, dan kebahasaan. Dari setiap aspek tersebut diperoleh beberapa indikator penilaian yang telah disebutkan sebelumnya. Rincian lengkap untuk kisi-kisi instrumen penilaian RPP dapat dilihat pada lampiran B.1 halaman 149. Sementara lembar penilaian RPP dapat dilihat pada lampiran B.2 halaman 150.

b) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar penilaian LKS disesuaikan dengan syarat-syarat penyusunan LKS menurut Nurdin dan Adriantoni (2016) dengan sedikit tambahan sesuai dengan judul penelitian peneliti. Terdapat tiga syarat penyusunan LKS menurut Nurdin dan Adriantoni (2016: 114-115), yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknis. Kisi-kisi lembar penilaian LKS secara garis besar dapat dilihat pada tabel 15 berikut.

Tabel 15. Kisi-Kisi Lembar Penilaian LKS

Aspek yang diamati Banyak butir

pernyataan

Kesesuaian materi/ isi 9

Kesesuaian dengan syarat didaktik 6

Kesesuaian dengan syarat konstruksi 6

(17)

101

Kesesuaian orientasi masalah open-ended 2

Kesesuaian orientasi open-ended untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif 3

Jumlah 40

Kisi-kisi lembar peniaian LKS secara lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran B.4 halaman 160. Sedangkan lembar penilaian LKS itu sendiri dapat dilihat pada lampiran B.5 halaman 161.

3. Development (pengembangan)

Setelah dilakukan perancangan terhadap perangkat pembelajaran dan penyusunan instrumen penilaian maka dilanjutkan dengan tahap pengembangan perangkat pembelajaran, yaitu RPP dan LKS. Pengembangan RPP dan LKS dilakukan menurut kerangka dasar masing-masing perangkat pembelajaran tersebut yang telah disusun sebelumnya pada tahap desain. Setelah dikembangkan maka perangkat pembelajaran dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Setelah disetujui maka dilakukan validasi perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS kepada tiga dosen ahli.

a. Pengembangan perangkat pembelajaran 1) Pengembangan RPP

RPP dikembangkan berdasarkan aturan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 yang menjelaskan tentang komponen RPP. Komponen dari RPP yang dikembangkan antara lain adalah identitas RPP (nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, urutan waktu pertemuan, materi pokok, dan alokasi waktu), kompetensii, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, pendekatan dan metode pembelajaran,

(18)

102

kegiatan pembelajaran yang terdiri atas kegiatan pembukaan, inti, dan penutup, teknik penilaian, serta sumber dan media pembelajaran.

RPP yang dikembangkan merupakan RPP untuk kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik berorientasi masalah open-ended. Kegiatan pembelajaran yang direncanakan di dalam RPP merupakan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan langkah 5M yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasi. Metode yang digunakan adalah diskusi kelompok dan siswa aktif. RPP dikembangkan untuk empat pertemuan pada materi Bangun Datar Segiempat kelas VII Sekolah Menengah Pertama Semester II tahun ajaran 2016/2017.

2) Pengembangan LKS

LKS dikembangkan dengan memperhatikan kriteria kesesuaian materi, kesesuaian syarat didaktis, kesesuaian syarat konstruksi, kesesuaian syarat teknis, dan kesesuaian dengan pendekatan saintifik berorientasi masalah open-ended. LKS dikembangkan berdasarkan materi yang hendak diajarkan yaitu Bangun Datar Segiempat kelas VII SMP dengan menggunakan pendekatan saintifik berorientasi masalah open-ended. Kegiatan di dalam LKS adalah kegiatan yang sesuai dengan pendekatan saintifik yaitu menggunakan langkah 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasi), sedangkan berorientasi masalah open-ended disini lebih ditekankan pada pengertian bahwa LKS dikembangkan dengan memuat soal-soal latihan berupa soal open-ended untuk melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. Soal-soal latihan

(19)

103

yang disajikan berbentuk soal uraian. Meskipun demikian di dalam LKS tetap disisipkan soal uraian tertutup yang jumlahnya lebih terbatas.

LKS yang dikembangkan terdiri atas empat bagian sebagaimana yang terencana pada kerangka LKS yang dibuat sebelumnya, yaitu LKS 1, LKS 2, LKS 3, dan LKS 4. Masing-masing terdapat langkah 5M dan latihan soal. Setiap LKS tersebut disediakan suatu permasalah yang akan dikerjakan siswa dalam sebuah diskusi kelompok, lebih tepatnya pada langkah mengumpulkan informasi dan menalar/ mengasosiasi. Sedangkan langkah mengamati dan menanya dilakukan siswa secara mandiri. Kegiatan mengkomunikasi tidak tercantum di dalam LKS melainkan langsung praktikan oleh setiap kelompok siswa di depan kelas atau presentasi. LKS yang dikembangkan selain untuk siswa juga dibuat LKS guru. LKS guru adalah LKS siswa yang terdapat kunci jawaban.

b. Validasi dan revisi perangkat pembelajaran

RPP dan LKS yang telah dikembangkan kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk memperoleh masukan dan saran untuk kemudian dilakukan validasi perangkat pembelajaran oleh tiga dosen ahli. Tiga dosen ahli yang menilai perangkat pembelajaran tercantum pada pada tabel 16 berikut.

Tabel 16. Dosen Validator Perangkat Pembelajaran

No Nama Jabatan Bidang Keahlian

1. Dra. Endang Listyani, M.S. Lektor Kepala Pendidikan Matematika 2. Himmawati Puji Lestari,

S.Si., M.Si Lektor Matematika

3. Ilham Rizkianto, S.Pd., M.Sc Asisten Ahli Pendidikan Matematika

Validasi perangkat pembelajaran ini bertujuan untuk meminta penilaian kepada tiga dosen ahli agar dapat diketahui kualitas kelayakan perangkat

(20)

104

pembelajaran dari segi kevalidan. Selain itu validasi perangkat pembelajaran dilakukan agar peneliti bisa memperoleh masukan dan saran dari dosen ahli untuk kemudian dilakukan revisi terhadap perangkat pembelajaran berdasarkan masukan dan saran yang diberikan. Hasil skor validasi perangkat pembelajaran dapat dilihat pada tebel 17 di bawah ini.

Tabel 17. Hasil Skor Validasi Perangkat Pembelajaran

Perolehan skor perangkat pembelajaran

RPP LKS

Jumlah skor 347 432

Rata-rata 3,86 3,76

Kategori Baik Baik

Berdasarkan hasil penilaian terhadap RPP dan LKS diperoleh kesimpulan bahwa kedua perangkat pembelajaran tersebut dinyatakan valid dan layak untuk diuji cobakan dengan revisi sesuai saran. Penilaian terhadap RPP dan LKS memperoleh hasil dengan kategori baik. Skor rata-rata RPP adalah 3,86 dari skor rata-rata maksimal 5, sedangkan skor rata-rata untuk LKS adalah 3,76 dari skor maksimal 5. Tabulasi data penilaian perangkat pembelajaran secara lengkap dapat dilihat pada lampiran D.1 halaman 271 untuk RPP, sedangkan untuk LKS pada lampiran D.2 halaman 279.

Setelah mendapat penilaian kevalidan, masukan dan saran dari tiga dosen ahli maka dilanjutkan dengan revisi perangkat pembelajaran yaitu RPP dan LKS, sesuai masukan dan saran dari tiga dosen penilai. Beberapa masukan dan saran yang diberikan antara lain adalah sebagai berikut:

1) Masukan dan saran terhadap produk RPP

(21)

105

b) Penggunaan kalimat yang terlalu panjang dapat lebih disederhanakan.

c) Perlu ditambahkan informasi materi pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya pada kegiatan penutup.

d) Beberapa soal kuis perlu diperbaiki, lebih disesuaikan dengan tata bahasa penulisan yang baik, dan konsep bangun datar segiempat yang benar.

e) Hendaknya bagian LKS yang digunakan pada langkah-langkah pembelajaran disebutkan secara eksplisit.

f) Pada materi jenis-jenis bangun datar segiempat, gambar bangun datar segiempat tidak perlu diikutsertakan gambar diagonalnya.

g) Perlu konsistensi dalam urutan bangun datar segiempat yang telah disebutkan, yang pertama kali ditulis adalah yang pertama kali dibahas.

h) Tujuan pembelajaran tidak perlu dicantumkan secara persis pada kegiatan pembelajaran sebagaimana dicantumkan pada bagian awal RPP.

i) Untuk penyebutan LKS yang hendak digunakan pada kegiatan pembelajaran hendaknya diberi nomor, seperti LKS 1, LKS 2, dst.

j) Banyak soal kuis yang dibuat hendaknya disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia.

k) Pemilihan kata kerja operasional pada indikator kompetensi di RPP pertemuan pertama perlu diperbaiki.

l) Materi pembelajaran terkait bangun datar segiempat perlu diteliti dan diperbaiki karena masih terdapat definisi-definisi yang kurang tepat.

m) Hendaknya menggunakan istilah-istilah yang lebih mudah dimengerti oleh siswa SMP ketika sedang memberi penjelasan terkait suatu definisi.

(22)

106 2) Masukan dan saran terhadap produk LKS

a) Beberapa konsep materi yang belum tepat perlu diperbaiki.

b) Hendaknya menyebutkan jenis-jenis segiempat sesuai dengan urutan yang benar dan konsisten.

c) Penggunaan kalimat yang kurang tepat dan dirasa membingungkan pada soal-soal latihan perlu diperbaiki.

d) Perlu ditambahkan lagi soal-soal open-ended dan soal-soal yang menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif.

e) Kunci jawaban yang kurang tepat pada soal-soal latihan perlu diperbaiki. f) Gambar bangun datar segiempat yang masih kurang lengkap perlu dilengkapi,

seperti pemberian simbol siku-siku untuk bangun persegi, persegipanjang dan trapesium siku-siku, dan simbol kesejajaran pada sisi-sisi segiempat yang sejajar.

g) Definisi-definisi yang masih belum tepat perlu diperbaiki, serta gunakan kalimat yang lebih mudah dipahami oleh siswa.

h) Desain LKS untuk cover dan isi sudah bagus, tetapi bisa diperbaiki menjadi lebih baik lagi.

i) Untuk judul LKS bisa ditambahkan keterangan pendekatan saintifik berorientasi masalah open-ended, dan kemampuan berpikir kreatif.

Beberapa contoh bagian LKS yang direvisi ditunjukkan oleh gambar 3, gambar 5, gambar 7, dan gambar 9. Sementara hasil revisi dari masing-masing gambar secara berturut-turut ditunjukkan oleh gambar 4, gambar 6, gambar 8, dan gambar 10.

(23)

107

Berikut berapa contoh bagian LKS sebelum dan sesudah revisi.

(Gambar 3. Tabel jenis-jenis segiempat sebelum direvisi)

(Gambar 4. Tabel jenis-jenis segiempat setelah direvisi)

(Gambar 5. Tabel kegiatan 4 pada LKS 1 sebelum revisi )

(24)

108

(Gambar 7. Latihan soal no. 1 pada LKS 1 sebelum direvisi)

(Gambar 8. Latihan soal no. 1 pada LKS 1 setelah direvisi)

(Gambar 9. Mengumpulkan informasi pada LKS 2 sebelum revisi)

(25)

109

Perangkat pembelajaran yang telah direvisi sesuai saran dapat digunakan untuk penelitian, yaitu diimplementasikan pada kegiatan pembelajaran di dalam kelas di sekolah yang dituju, yaitu SMP Negeri 1 Yogyakarta.

4. Implementation (implementasi)

Tahap implementasi adalah tahap di mana produk yang telah dikembangkan, dinilai, dan direvisi kemudian diuji cobakan di lapangan. Uji coba produk pengembangan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Yogyakarta pada tanggal 15 Mei 2017 s/d 24 Mei 2017. Subjek uji coba adalah siswa kelas VII C yang berjumlah 34 siswa. Jadwal pelaksanaan uji coba dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18. Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Produk Pengembangan

No. Hari/tanggal Kegiatan

1. Senin, 15 Mei 2017 Pretest kemampuan berpikir kreatif siswa 2. Rabu, 17 Mei 2017 Pembelajaran dengan menggunakan LKS 1

3. Senin, 22 Mei 2017 Pembelajaran dengan menggunakan LKS 2, LKS 3, dan LKS 4

4. Rabu, 24 Mei 2017 Posttest kemampuan berpikir kreatif siswa

a. Pretest dan Posttest

Pretest atau tes awal kemampuan berpikir kreatif dilaksanakan pada pertemuan pertama diikuti oleh 30 siswa dari 34 siswa keseluruhan di kelas 7C. Alokasi waktu untuk pretest adalah dua jam pelajaran yaitu 2 × 40 menit dengan 6 soal uraian. Posttest atau tes akhir kemampuan berpikir kreatif dilaksanakan pada pertemuan keempat yang diikuti oleh 34 siswa kelas 7C. Alokasi waktu untuk posttest adalah 2 jam pelajaran yaitu 2 × 40 menit dengan 6 soal uraian. Kegiatan pretest dan posttest berjalan dengan lancar dan kondusif. Siswa melaksanakan tes

(26)

110

sesuai dengan petunjuk yang diberikan dengan aturan-aturan yang disepakati dan ditaati oleh semua siswa.

b. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran

Berdasarkan RPP yang telah dibuat pelaksanaan kegiatan pembelajaran seharusnya berjalan sebanyak empat kali pertemuan dimulai setelah pretest yaitu sebagai berikut:

1) Pertemuan pertama yaitu Rabu, 17 Mei 2017 untuk mempelajari LKS 1 tentang “Jenis-Jenis Bangun Datar Segiempat”.

2) Pertemuan kedua yaitu Senin, 22 Mei 2017 untuk mempelajari LKS 2 tentang “Keliling dan Luas Persegi dan Persegipanjang”.

3) Pertemuan ketiga yaitu Rabu, 24 Mei 2017 untuk mempelajari LKS 3 tentang “Keliling dan Luas Jajargenjang dan Trapesium”.

4) Pertemuan keempat yaitu Senin, 29 Mei 2017 untuk mempelajari LKS 4 tentang “Keliling dan Luas Belahketupat dan Layang-layang”.

Perencanaan tersebut dibuat dengan beberapa pertimbangan yaitu, dengan melihat kalender akademik SMP Negeri 1 Yogyakarta dan atas kesepakatan dan persetujuan dari guru pembimbing. Namun, karena ada perubahan jadwal ujian yang dimajukan menjadi tanggal 30 Mei 2017, maka setelah berkonsultasi dengan guru pembimbing diperoleh keputusan untuk jadwal penelitian seperti yang tertera pada tabel 18. Hal ini juga dikarenakan terjadinya perubahan jadwal ujian yang cukup mendadak.

Kegiatan pembelajaran untuk pertemuan pertama dimulai pada Selasa, 17 Mei 2017 mempelajari LKS 1 tentang “Jenis-jenis bangun datar segiempat”. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama tiga jam pelajaran, yaitu 3 x 40 menit.

(27)

111

Kegiatan dapat berjalan lancar sesuai dengan RPP pertama, yaitu dimulai dari pembukaan hingga penutup. Namun, kuis tidak sempat diberikan karena waktu yang tidak cukup sehingga soal kuis diberikan sebagai PR untuk siswa.

Pertemuan kedua sekaligus pertemuan terakhir untuk kegiatan pembelajaran di kelas, dilaksanakan pada Senin, 22 Mei 2017 tidak berjalan sesuai RPP. Kegiatan berlangsung selama 2 jam pelajaran, yaitu 2 x 40 menit. Adapun beberapa permasalahan dalam melaksanakan penelitian di kelas secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut.

1) Waktu penelitian yang berkurang dari persetujuan awal, yaitu empat kali pertemuan untuk kegiatan pembelajaran menjadi dua kali pertemuan saja. Hal ini dikarenakan perubahan jadwal ujian siswa yang secara mendadak dimajukan, yaitu dimulai tanggal 30 Mei 2017.

2) Untuk satu pertemuan pada tanggal tersebut digunakan untuk membahas 3 LKS sekaligus, yaitu LKS 2, LKS 3, dan LKS 4. Di mana dalam waktu yang bersamaan, setiap LKS dikerjakan oleh dua kelompok siswa.

3) Meskipun tetap dapat berjalan dengan metode diskusi kelompok dengan pendekatan saintifik, tetapi kegiatan 5M hanya berjalan sampai tahap mengumpulkan informasi, kemudian langsung menuju tahap mengkomunikasi melalui presentasi kelompok siswa. Sedangkan tahap mengasosiasi tidak dapat dilakukan karena waktu yang terbatas.

4) LKS 2 dan LKS 3 dapat berjalan hingga tahap mengkomunikasi, meskipun harus melompati tahap mengasosiasi. Sedangkan LKS 4 hanya terlaksana sampai tahap mengumpulkan informasi, sedangkan siswa tidak dapat

(28)

112

mengkomunikasikan di depan kelas hasil diskusi kelompok mereka, dikarenakan waktu yang kurang. Sehingga untuk LKS 4 guru langsung mengambil alih, yaitu membahas LKS 4 secara bersama-sama dengan guru yang langsung memberikan penjelasan.

5) Soal kuis yang sudah disiapkan untuk pertemuan kedua, ketiga dan keempat tidak jadi diberikan, karena waktu yang terbatas, kecuali untuk yang pertemuan kedua yang terlanjur diberikan pada pertemuan pertama.

6) Latihan soal pada LKS 1, LKS 2, LKS 3, dan LKS 4 diberikan sebagai PR untuk siswa tetapi tidak sempat dibahas. Guru hanya mengecek pekerjaan siswa pada latihan soal - latihan soal yang ada di LKS tersebut, dan hasilnya hanya sekitar 40% siswa yang mau mengerjakan.

Berikut gambar pelaksanaan pembelajaran pertemuan kedua untuk LKS 2, LKS 3, dan LKS 4.

Gambar 11. Kegiatan diskusi kelompok Gambar 12. Presentasi LKS 2

(29)

113

Gambar 11 merupakan kegiatan diskusi kelompok oleh setiap siswa pada pertemuan kedua. Terdapat delapan kelompok diskusi yang melakukan kegiatan mengumpulkan informasi pada LKS 2, LKS 3, dan LKS 4. Kegiatan mengumpulkan informasi pada LKS 2 dilakukan oleh dua kelompok siswa, sementara mengumpulkan informasi pada LKS 3 dan LKS 4 masing-masing dilakukan oleh tiga kelompok siswa. Kegiatan mengumpulkan informasi pada tiga LKS berbeda ini dilakukan siswa dalam waktu yang bersamaan, dikarenakan waktu pertemuan yang kurang. Jadi, pertemuan kedua merupakan pertemuan terakhir untuk mempelajari LKS, sehingga kegiatan di dalam LKS yang belum terlaksana langsung dilaksanakan pada saat itu juga.

Kegiatan diskusi kelompok untuk melakukan kegiatan mengumpulkan informasi selesai setelah 30 menit, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan mengkomunikasi yang dilakukan oleh dua kelompok secara bergantian. Kegiatan mengkomunikasi di sini adalah kegiatan presentasi untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan. Kelompok pertama mempresentasikan hasil kegiatan mengumpulkan informasi pada LKS 2, seperti ditunjukkan pada gambar 12. Sementara kelompok kedua mempresentasikan hasil kegiatan mengumpulkan informasi pada LKS 3, seperti yang terlihat pada gambar 13. Karena hanya sedikit waktu yang tersisa, maka hasil mengumpulkan informasi pada LKS 4 tidak dipresentasikan oleh kelompok siswa melainkan dibahas bersama dengan dipandu oleh guru. Kegiatan mempelajari materi pada LKS 4 ditunjukkan oleh gambar 14. Sementara itu soal-soal latihan yang dijadikan sebagai pekerjaan

(30)

114

rumah di setiap akhir pertemuan, belum bisa dibahas bersama karena waktu yang terbatas.

Oleh karena itu, pada hari Selasa, 24 Mei 2016 sebelum pelaksanaan posttest dengan ketersediaan alokasi waktu tiga jam pelajaran atau 120 menit, maka untuk 40 menit pertama digunakan untuk membahas beberapa soal open-ended yang mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Setelah itu baru dilaksanakan posttest. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran tidak dapat berjalan sesuai rencana yang telah tersusun rapi dalam RPP karena kurangnya waktu yang tersedia.

5. Evaluation (evaluasi)

Tahap evaluasi merupakan tahap untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari pengembangan perangkat pembelajaran setelah diuji cobakan. Pada tahap ini akan dilihat bagaimana kevalidan, kepraktisan dan keefektifan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Kepraktisan dinilai berdasarkan data hasil penilaian pada angket respon siswa dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Sedangkan keefektifan produk dapat diperoleh dan diketahui dari data hasil skor pretest dan posttest kemampuan berpikir kreatif siswa.

a. Kevalidan perangkat pembelajaran

Kevalidan perangkat pembelajaran diketahui berdasarkan hasil penilaian tiga dosen validator terhadap produk RPP dan LKS yang telah dibuat. Penilaian terhadap RPP dan LKS dilakukan menggunakan penilaian dengan skala Likert 1 sampai dengan 5. Namun, khusus untuk RPP selain menggunakan penilaian skala Likert 1 sampai dengan 5, juga menggunakan penilaian Guttman. Penilaian

(31)

115

Guttman digunakan untuk nomor butir 1 sampai dengan 10, sedangkan nomor butir 11 sampai dengan 40 menggunakan penilaian dengan skala Likert. Hasil penilaian kevalidan perangkat pembelajaran RPP dan LKS dapat dilihat pada tabel 19 dan tabel 20.

Tabel 19. Hasil Penilaian Kevalidan RPP

Penilaian dengan skala No. butir Aspek Penilaian Juml ah skor Rata -rata Katego ri Rata-rata keseluru han aspek Katego ri Guttman 1-10 Identitas RPP 30 1 Sangat Baik 1 Sangat Baik Likert 11 dan 12 Identitas RPP 22 3,67 Baik 3,86 Baik 13-16 Rumusan Indikator Pencapaian Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran 47 3,92 Baik 17-21 Pemilihan Materi 55 3,67 Baik 22-24 Metode dan Pendekatan Pembelajaran 34 3,78 Baik 25-31 Kegiatan Pembelajaran 82 3,91 Baik 32-35 Pemilihan Media/ Sumber Belajar 47 3,92 Baik 36-38 Penilaian

Hasil Belajar 36 4 Baik 39 dan

40 Kebahasaan 24 4 Baik

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kategori hasil penilaian RPP untuk setiap aspek adalah baik. Sementara secara keseluruhan rata-rata hasil penilaian terhadap RPP dengan skala Guttman adalah 1 dengan kategori sangat baik, sedangkan rata-rata penilaian RPP dengan skala Likert adalah 3,86 dengan

(32)

116

kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa RPP yang dikembangkan valid dan layak untuk diuji cobakan.

Tabel 20. Hasil Penilaian Kevalidan LKS Aspek penilaian Jumlah

skor Rata-rata Kategori Kesesuaian materi/ isi 99 3,67 Baik

Kesesuaian dengan syarat didaktik

71 3,94 Baik

Kesesuaian dengan

syarat konstruksi 69 3,83 Baik

Kesesuaian dengan

syarat teknis 160 3,81 Baik

Kesesuaian orientasi

masalah open-ended 14 3,5 Baik

Kesesuaian orientasi open-ended untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif 19 3,17 Cukup Jumlah 432 3,76 Baik

Berdasarkan tabel 20 penilaian LKS oleh tiga dosen validator menghasilkan skor rata-rata keseluruhan aspek penilaian yaitu 3,76 dengan kategori baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan valid dan layak untuk diuji cobakan.

b. Kepraktisan perangkat pembelajaran

Kepraktisan perangkat pembelajaran dapat diukur menggunakan data hasil angket respon siswa, dan hasil penilaian pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

1) Angket respon siswa

Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran, yaitu LKS. Siswa sebagai pengguna LKS selama proses

(33)

117

pembelajaran diberikan lembar angket respon siswa untuk membuat penilaian mereka terhadap LKS yang telah digunakan berdasarkan pernyataan yang tersedia. Angket diisi oleh siswa kelas 7C. Terdapat 30 siswa yang turut mengisi lembar angket respon ini. Penilaian yang digunakan berupa skala likert 1 sampai dengan 5. Hasil tabulasi data penilaian pada angket respon siswa dapat dilihat pada lampiran D.3 halaman 281. Secara singkat hasil respon siswa terhadap LKS ditampilkan dalam tabel 21.

Tabel 21. Hasil Angket Respon Siswa

Kemu dahan Keter bantu an Keber manfa atan Kemena rikan Total Rata-rata keselur uhan Jumlah skor tiap aspek 800 1.743 453 326 3.303 Rata-rata skor tiap aspek 3,81 3,87 3,78 3,62 15,08 3,8

Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Berdasarkan tabel di atas diketahui skor rata-rata siswa terhadap perangkat pembelajaran berupa LKS adalah 3,30 sehingga berdasarkan pedoman konversi penskoran skala lima oleh Widoyoko (2009: 238) dapat disimpulkan bahwa respon siswa terhadap perangkat pembelajaran berupa LKS adalah baik.

2) Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran

Data dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengukur kepraktisan perangkat pembelajaran berupa RPP. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran diisi oleh seorang observer, yaitu observer 1 mengisi

(34)

118

lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran pertemuan pertama dan observer 2 mengisi lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran pertemuan kedua. Tabel 12 berikut merupakan tabel hasil penilaian menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang disajikan secara lebih ringkas.

Tabel 22. Persentase Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran No. Pertemuan Persentase (%) Kriteria

1 Pertemuan 1 100 Sangat Baik

2 Pertemuan 2 71,43 Cukup Baik 3 Pertemuan 3 4 Pertemuan 4 Persentase dari empat pertemuan (%) 78,82 Cukup Baik

Berdasarkan tabel di atas diketahui rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran untuk pertemuan pertama adalah 100 % dengan kriteria sangat baik, sedangkan rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran untuk pertemuan kedua adalah 71,43% dengan kriteria cukup baik. Pada tabel 22 di atas terlihat bahwa persentase skor untuk pertemun 2, pertemuan 3, dan pertemuan 4 digabung menjadi satu. Hal ini dikarenakan waktu yang tersedia untuk pertemuan kurang, sehingga untuk tiga pertemuan tersebut dirangkum menjadi satu pertemuan, menjadi pertemuan kedua. Di mana pada pertemuan kedua tersebut kegiatan yang dilaksanakan adalah mempelajari topik materi pada LKS 2, LKS 3, dan LKS 4. Akhirnya diperolah rata-rata persentase dari semua pertemuan yang telah terlaksana yaitu sebesar 78,82% dan disimpulkan bahwa kepraktisan perangkat pembelajaran berupa RPP berdasarkan kualifikasi keterlaksanaan pembelajaran yang diadaptasi dari buku Sudjana (2005: 118) adalah tidak praktis.

(35)

119 c. Keefektifan perangkat pembelajaran

Keefektifan perangkat pembelajaran dapat dilihat dari data hasil tes kemampuan berpikir kreatif yaitu nilai pretest dan posttest siswa, yaitu apakah terjadi peningkatan rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif siswa dari pretest ke posttest. Tabel rata-rata skor pretest dan posttest kemampuan berpikir kreatif siswa kelas 7C dapat dilihat pada tabel 23 dan tabel 24.

Tabel 23. Rata-Rata Skor Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelancaran Keluwesan Keaslian

Rata-rata nilai keseluruhan aspek Jumlah skor tiap aspek 286 115,5 104 Nilai tiap aspek 52,96 14,26 14, 44 24,42

Kategori Cukup Baik Sangat Tidak Baik

Sangat Tidak

Baik

Tidak Baik

Tabel 24. Rata-Rata Skor Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelancaran Keluwesan Keaslian

Rata-rata nilai keseluruhan aspek Jumlah skor tiap aspek 878 454,5 318 Nilai tiap aspek 73,78 45,51 38,97 56,45

Kategori Baik Cukup

Baik

Tidak

Baik Cukup Baik

Berdasarkan Tabel 23 dan Tabel 24 dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat, yaitu dilihat dari rata-rata nilai pretest 24,42

(36)

120

dengan kategori tidak baik, kemudian meningkat dengan hasil rata-rata nilai posttest 56,45 dengan kategori cukup baik. Karena kategori nilai yang diperoleh pada posttest adalah cukup baik, sedangkan perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika minimal mencapai kategori baik, maka tingkat keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan perolehan data hasil posttest adalah tidak efektif.

B. PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan perangkat pembelajaran matematika berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan saintifik berorientasi masalah open-ended untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi bangun datar segiempat kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP). Perangkat pembelajaran dikembangkan menggunakan desain pengembangan ADDIE yang terdiri atas lima tahapan, yaitu analysis (analisis), design (perencanaan), development (pengembangan), dan evaluation (evaluasi). Setiap tahap pengembangan tersebut telah dijelaskan atau dideskripsikan pada hasil penelitian. Produk akhir pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS telah selesai dinilai berdasarkan tiga aspek penilaian, yaitu kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

1. Analisis Kevalidan

Produk pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS telah memenuhi kriteria valid berdasarkan penilaian oleh tiga dosen ahli. RPP dinilai dengan menggunakan skala Guttman dan skala Likert. Skala Guttman untuk

(37)

121

menilai aspek identitas RPP pada indikator kejelasan dan kelengkapan, sementara skala Likert untuk menilai semua aspek termasuk aspek identitas RPP tetapi hanya untuk indikator ketepatan alokasi waktu. Berdasarkan tabel 19 hasil analisis data menggunakan penilaian dengan skala Guttman menunjukkan bahwa identitas RPP memperoleh skor rata-rata 1 dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa identitas RPP sudah jelas dan lengkap. Sementara hasil analisis data menggunakan penilaian dengan skala Likert menunjukkan bahwa RPP memperoleh skor rata-rata 3,86 dengan kategori baik. RPP dikatakan valid jika minimal memenuhi kategori baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa RPP yang dikembangkan adalah valid sehingga layak untuk diuji cobakan.

Sebagaimana RPP, LKS yang dikembangkan juga telah melewati tahap penilaian oleh tiga dosen ahli dan memberikan hasil penilaian valid terhadap produk LKS. Berdasarkan tabel 20 hasil penilaian LKS diperoleh rata-rata skor keseluruhan aspek 3,76 dengan kategori baik. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa rata-rata penilaian LKS terhadap lima aspek pertama adalah baik, dan untuk satu aspek terakhir adalah cukup baik. Pertama, aspek kesesuaian materi/ isi skor rata-rata yang diperoleh adalah 3,67 dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan telah sesuai dengan konsep materi yang diambil, yaitu Bangun Datar Segiempat untuk kelas VII SMP. Kedua, aspek kesesuaian dengan syarat didaktis memperoleh skor rata-rata 3,94 dengan kategori baik yang berarti LKS yang dikembangkan sudah memenuhi asas belajar mengajar efektif, yaitu LKS dapat digunakan oleh beragam siswa yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda, dan mampu memfasilitasi siswa dalam menemukan konsep-konsep

(38)

122

pengetahuan yang hendak dibangun. Ketiga, kesesuaian dengan syarat konstruksi memperoleh skor rata-rata 3,83 dengan kategori baik. Hal ini berarti bahwa LKS dibuat sudah memperhatikan tata bahasa yang baik sesuai dengan tingkat usia siswa sehingga perintah, petunjuk, dan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam LKS dapat dimengerti oleh siswa. Keempat, kesesuaian dengan syarat teknis memperoleh skor rata-rata 3,81 dengan kategori baik yang menunjukkan bahwa LKS dikembangkan dengan desain yang pas, baik desain isi maupun tampilan yang melibatkan tulisan, gambar, ilustrasi dan ukuran LKS. Kelima, kesesuaian dengan orientasi masalah open-ended yang memperoleh skor rata-rata 3,5 dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa LKS sudah memuat masalah-masalah terbuka atau open-ended yang baik dan sesuai dengan karakteritik masalah open-open-ended. Terakhir, kesesuaian orientasi open-ended untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif yang memperoleh skor rata-rata 3,17 dengan kategori cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa soal-soal open-ended yang dikembangkan di dalam LKS dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa.

2. Analisis Kepraktisan

Analisis kepraktisan perangkat pembelajaran dapat dilihat dari hasil tabulasi data penilaian angket respon siswa dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Data angket respon siswa untuk mengetahui kepraktisan produk LKS yang telah digunakan oleh siswa selama proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan tabel 21 diketahui rata-rata skor hasil penilaian siswa terhadap perangkat pembelajaran berupa LKS adalah 3,30. Berdasarkan tabel 9 tentang klasifikasi perangkat pembelajaran berdasarkan angket respon siswa disimpulkan bahwa

(39)

123

respon siswa terhadap perangkat pembelajaran berupa LKS secara keseluruhan adalah baik.

Tabulasi data hasil penilaian angket respon siswa terhadap LKS juga menjelaskan secara lebih rinci, yaitu penilaian untuk setiap aspek yang terdiri atas kemudahan, keterbantuan, kebermanfaatan, dan kemenarikan. Hasil penilaian menyatakan bahwa keempat aspek tersebut mendapatkan kategori baik berdasarkan pedoman konversi penskoran skala lima, di mana skor tertinggi terdapat pada aspek keterbantuan dengan skor 3,87. Sedangkan untuk aspek kemudahan diperoleh skor 3,81, aspek kebermanfaatan dan kemenarikan secara berturut-turut memperoleh skor 3,78 dan 3,62. Berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat disimpulkan bahwa produk LKS telah memenuhi kriteria praktis dilihat dari aspek kemudahan, keterbantuan, kebermanfaatan, dan kemenarikan.

Selain dari penilaian angket respon siswa, kepraktisan perangkat pembelajaran dapat dilihat dari penilaian pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Lembar ini digunakan untuk menilai kepraktisan perangkat pembelajaran berupa RPP ketika diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dibuat untuk empat pertemuan, yaitu untuk pertemuan 1 hingga pertemuan 4. Namun, karena dalam pelaksanaannya hanya mampu sampai dua pertemuan, yaitu pertemuan pertama dalam satu hari dan pertemuan kedua, ketiga, dan keempat yang dirangkum dalam satu hari pertemuan pembelajaran yaitu setelah pertemuan pertama, maka untuk penilaian lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran menyesuaikan hal tersebut. Penilaian terhadap keterlaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan

(40)

124

skala Guttman, yaitu berupa pilihan “Ya” atau “Tidak” dengan pedoman penskoran yang digunakan mengacu pada buku Sudjana (2005: 118). Berdasarkan tabel 22 persentase data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran yang diperoleh pada pertemuan pertama adalah 100% dengan kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran berjalan sesuai dengan RPP pertemuan pertama. Sementara untuk pertemuan kedua, ketiga, dan keempat yang dirangkum menjadi satu pertemuan memperoleh persentase skor 71,43% dengan kategori cukup baik. Hal ini dikarenakan ada beberapa kegiatan yang sudah terencana di dalam RPP yang tidak terlaksana. Beberapa kegiatan yang tidak terlaksana saat pembelajaran menggunakan LKS 2, LKS 3 dan LKS 4, antara lain:

a. Apersepsi dan motivasi pada kegiatan pembukaan. b. Kegiatan menalar/mengasosiasi.

c. Kegiatan mengkomunikasi oleh siswa pada LKS 4, yang akhirnya diganti dengan penjelasan langsung oleh guru.

d. Pemberian soal kuis sebagai bahan evaluasi di setiap pertemuan.

Ketidak terlaksanaan beberapa langkah kegiatan tersebut disebabkan karena waktu yang tersedia kurang. Pertemuan kedua yang membahas LKS 2, LKS 3, dan LKS 4 pada satu hari yang sama, membutuhkan tambahan waktu 10 menit setelah bel istirahat berbunyi. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran diperoleh persentase keseluruhan total skor keterlaksanaan pembelajaran sebesar 78,82%. Sementara RPP dinilai praktis jika minimal memenuhi kriteria baik dengan persentase minimal 80% sehingga dapat

(41)

125

disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dinilai praktis untuk LKS dan tidak praktis untuk RPP.

3. Analisis Keefektifan

Keefektifan perangkat pembelajaran diketahui berdasarkan hasil nilai posttest kemampuan berpikir kreatif siswa. Berdasarkan hasil uji coba lapangan yang telah dilakukan, produk perangkat pembelajaran dengan pendekatan saintifik berorientasi masalah open-ended memenuhi kriteria tidak efektif. Kesimpulan ini diperoleh dari tabulasi data hasil posttest kemampuan berpikir kreatif siswa sebagaimana terlihat pada tabel 24. Dari tabel tersebut diperoleh bahwa rata-rata keseluruhan aspek nilai postest adalah 56,45 dengan kategori cukup baik. Karena kategori nilai yang diperoleh pada posttest adalah cukup baik, sedangkan perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika minimal mencapai kategori baik, maka tingkat keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan perolehan data hasil posttest adalah tidak efektif.

Berdasarkan hasil posttest diketahui bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa kelas 7C di SMP Negeri 1 Yogyakarta yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik berorientasi masalah open-ended dalam dua pertemuan pada materi bangun datar segiempat adalah baik untuk aspek kelancaran dengan skor 73,78, sementara untuk aspek keluwesan adalah cukup baik dengan skor 41,51, dan dari aspek keaslian tidak baik dengan skor 38,97. Penilaian ini berdasarkan pedoman penilaian kecakapan akademik oleh Widoyoko (2012: 242) pada tabel 11.

Sementara hasil nilai pretest kemampuan berpikir kreatif digunakan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu

(42)

126

dari skor pretest ke posttest. Berdasarkan tabel 23 dan 24 dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat, yaitu dilihat dari rata-rata nilai pretest 24,42 dengan kategori tidak baik, kemudian meningkat dengan hasil rata-rata nilai posttest 56,45 dengan kategori cukup. Hal ini juga meningkat jika dilihat dari setiap aspek kemampuan berpikir kreatif. Skor aspek kelancaran menunjukkan kemampuan siswa meningkat dari 52,96 dengan kategori cukup baik menjadi 73,78 dengan kategori baik. Ini adalah yang terbaik dari dua aspek lainnya. Skor aspek keluwesan meningkat dari 14,26 (tidak baik) menjadi 45,51 (cukup baik). Sedangkan untuk aspek keaslian perolehan skor meningkat dari 14,44 (sangat tidak baik) menjadi 38,87 (tidak baik), tetapi belum mencapai ketuntasan minimal.

Perangkat pembelajaran yang tidak efektif ditunjukkan dengan peroleh skor pada tes kemampuan berpikir kreatif siswa yang masih rendah, di bawah skor minimal. Dari tiga aspek kemampuan berpikir kreatif yang diukur saat posttest, yaitu aspek kelancaran, keluwesan, dan keaslian, hanya pada aspek kelancaran saja yang sudah bisa dinyatakan lulus dengan perolehan skor 73,78 kategori baik. Sementara untuk aspek keluwesan dan keaslian masih perlu mendapatkan perhatian, terutama untuk aspek keaslian yang masih jauh dari kriteria skor minimal, yaitu memperoleh skor rata-rata 38,97 kategori tidak baik. Hal ini di duga karena dalam pelaksanaan pembelajaran waktu yang tersedia kurang sehingga tidak ada cukup waktu untuk membahas soal-soal latihan pada LKS 1, LKS 2, LKS 3, dan LKS 4 yang digunakan untuk mengasah kemampuan berpikir kreatif siswa. Dilihat dari hasil pretest dan posttest aspek keaslian menunjukka perolehan skor yang paling rendah. Berdasarkan hal tersebut, diduga soal untuk aspek keaslian

(43)

127

adalah soal yang paling sulit untuk dikerjakan siswa terutama untuk soal pada nomor 6, ditambah dengan waktu yang diperlukan untuk membahas soal-soal latihan dalam LKS sangat kurang. Ketika pretest hanya 18% siswa yang mencoba mengerjakan soal nomor 6. Sementara ketika posttest hanya 53% siswa yang mencoba mengerjakan soal nomor 6 sedangkan sisanya tidak menjawab sama sekali. Selain itu soal kuis yang berupa soal open-ended yang seharusnya diberikan disetiap akhir pertemuan tidak diberikan, kecuali kuis untuk LKS 1 dan LKS 2 yang diberikan sebagai pekerjaan rumah. Kedua soal kuis tersebut diberikan pada pertemuan pertama dan diminta pada pertemuan selanjutnya. Hasilnya hanya 16 siswa yang sudah mengerjakan dengan benar. Karena pemberian soal kuis tidak berjalan lancar sesuai rencana maka guru kesulitan untuk mengetahui bagaimana perkembangan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan persoalan open-ended pada materi bangun datar segiempat.

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Adapun beberapa kendala atau keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Waktu penelitian yang terbatas, dan tidak sesuai dengan rencana awal.

2. Kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai dengan RPP, yang seharusnya terdiri atas empat pertemuan, hanya berlangsung menjadi dua pertemuan.

3. Langkah pembelajaran saintifik untuk LKS 2, LKS 3, dan LKS 4 tidak terlaksana secara sempurna sebagaimana terencana dalam RPP. Untuk LKS 2 dan LKS 3 langkah pembelajaran menalar / mengasosiasi tidak terlaksana. Sementara untuk

(44)

128

LKS 4 yang tidak dapat terlaksana adalah langkah pembelajaran menalar/ mengasosiasi dan mengkomunikasi. Hal ini disebabkan karena waktu yang terbatas.

4. Waktu yang diperlukan untuk membahas soal-soal open-ended kurang. Latihan soal pada LKS 1, LKS 2, LKS 3, dan LKS 4 belum bisa dibahas bersama dan hanya dijadikan sebagai pekerjaan rumah untuk siswa.

5. Pemberian kuis berupa soal open-ended untuk setiap akhir pertemuan tidak terlaksana, karena waktu yang terbatas.

Gambar

Tabel 12. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru  Aspek pertanyaan  Banyak butir pertanyaan
Tabel 14. Kisi-Kisi Angket Respon Siswa
Tabel 15. Kisi-Kisi Lembar Penilaian LKS
Tabel 16. Dosen Validator Perangkat Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan pendekatan historis metode iniciri khasnya yakni periode nilai, kemajuan bahkan kemunduran, dilihat dan dikaji dalam konteks waktu untuk

Dinasasri Wisatajaya juga diduga disebabkan oleh faktor lain seperti harapan produsen terhadap harga dan produksi apel, biaya input seperti obat-obatan dan tenaga kerja, serta

Menggunakan materi ajar IPA-fisika lainnya dan melakukan penelitian pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi untuk memperoleh gambaran mengenai efektivitas

Foto Mikro Permukaan Spesimen Setelah Dilakukan Pengujian Untuk Rasio Kecepatan 10 dengan perbesaran (a) 5x dan (b) 10x. Pada Gambar 9 dapat dilihat pola keausan yang

Menurut Pawit M Yusuf (2007: 70), pelayanan peminjaman koleksi atau disebut juga sebagai pelayanan sirkulasi merupakan pelayanan yang memutar koleksi, dipinjam

Sumsum tulang belakang Otak besar Otak tengah Otak depan Otak kecil Sumsum lanjutan Saraf somatik Saraf otonom.. 12 pasang saraf otak (saraf

Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya yaitu dengan terlaksananya kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kreatifitas pada siswa dan tidak