• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH RISIKO HARGA TERHADAP PENAWARAN APEL PT KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA KOTA BATU JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH RISIKO HARGA TERHADAP PENAWARAN APEL PT KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA KOTA BATU JAWA TIMUR"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

ii 

PENGARUH RISIKO HARGA TERHADAP PENAWARAN

APEL PT KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA

KOTA BATU JAWA TIMUR

SKRIPSI

INIKE RAHMADITIYANI H34063433

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(2)

ii 

RINGKASAN

INIKE RAHMADITIYANI. Pengaruh Risiko Harga Terhadap Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Kota Batu Jawa Timur.

Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI)

Pertanian merupakan sektor yang strategis dalam pembangunan perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar 41,18 persen dari total jumlah penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor ini (BPS 2009). Sektor pertanian juga memiliki kontribusi besar terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Sektor pertanian menempati urutan ke dua dari sembilan sektor perekonomian nasional dengan kontribusi sebesar 14,39 persen dari total PDB 2008.

Salah satu komponen yang menjadi penyumbang PDB pertanian adalah subsektor hortikultura yaitu sekitar 9,36 persen terhadap total PDB pertanian (BPS 2009). Komoditas buah – buahan merupakan komoditas hortikultura yang memberikan kontribusi paling besar yaitu sebesar 50, 64 persen terhadap total PDB hortikultura. Dalam perkembangannya kontribusi komoditas buah – buahan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009).

Kesadaran masyarakat akan manfaat dari komoditas ini menyebabkan permintaan buah – buahan nasional mengalami peningkatan. Peningkatan konsumsi buah – buahan ini menyebabkan tingkat ketersediaan komoditas buah tidak hanya ditunjang oleh hasil produksi dalam negeri tetapi juga produksi luar negeri melalui impor. Apel merupakan buah yang nilai impornya tertinggi dibandingkan dengan buah– buahan lainnya dengan rata–rata peningkatan nilai impor sebesar 6,39 persen setiap tahunnya (Ditjen Hortikultura 2009). Nilai impor apel yang tinggi mengindikasikan bahwa permintaan apel di pasar domestik sangat besar dan jumlah apel yang berkualitas baik masih kurang.

Dalam membudidayakan apel, produsen dihadapkan pada risiko harga produk. Pada dasarnya para produsen apel tidak dapat mengetahui secara pasti harga produk yang akan diperoleh. Fluktuasi harga ini disebabkan adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan komoditas apel di pasar. Risiko harga menyebabkan produsen mengalami ketidakpastian terhadap penerimaan yang diperoleh.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis tingkat risiko harga buah apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, dan (2) Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Risiko harga apel dianalisis menggunakan model ARCH-GARCH Metode ARCH (Autoregressive Conditional Heteroscedasticity) dan GARCH

(Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity) merupakan metode

yang digunakan untuk menjawab persoalan adanya volatilitas pada data ekonomi dan bisnis. Sedangkan penawaran buah apel dianalisis menggunakan model regresi berganda. Perhitungan tingkat risiko harga apel dilanjutkan dengan menggunakan perhitungan nilai VaR (Value at Risk). Sedangkan analisis kualitatif

(3)

iii 

Berdasarkan hasil ARCH-GARCH, dapat disimpulkan bahwa model yang terbaik untuk meramalkan harga buah apel adalah ARCH (1) dan GARCH (1) dengan tingkat risiko harga apel sebesar 14,57 persen. Indikasi adanya risiko harga apel yaitu adanya fluktuasi harga apel yang dihadapi perusahaan. Fluktuasi harga apel ini dipengaruhi secara nyata oleh harga apel periode sebelumnya dan jumlah penawaran apel. Selain itu risiko harga apel juga dipengaruhi secara nyata oleh risiko harga apel periode sebelumnya. Risiko harga apel periode sebelumnya berpengaruh positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan risiko harga apel periode sebelumnya akan meningkatkan risiko harga apel periode berikutnya. Upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk meminimalisir risiko harga yang dihadapi perusahaan antara lain dengan melakukan diversifikasi produk, mengatur pola tanam apel agar penawaran apel ke Divisi Trading berlangsung secara kontinu, melakukan kerjasama dengan produsen apel di daerah Kota Batu, dan menerapkan sistem grading. Selain itu perusahaan juga melakukan strategi

integrasi vertikal yaitu dengan mendirikan industri pengolahan buah apel.

Dari hasil analisis regresi berganda diketahui bahwa dari 10 variabel yang digunakan yaitu ekspektasi harga apel (X1), variasi harga apel (X2), harga obat –

obatan (X3), upah tenaga kerja (X4), ekspektasi produksi apel (X5), variasi

produksi apel (X6), harga jeruk (X7), jambu (X8), buah naga (X9), dan strawberi

(X10) terdapat tiga variabel yang berpengaruh nyata terhadap penawaran apel.

Ketiga variabel tersebut adalah variabel ekspektasi harga apel, ekspektasi produksi apel, dan variasi produksi apel. Model yang diperoleh mampu menggambarkan variasi dari kuantitas apel yang ditawarkan sebesar 60,7 persen dan selebihnya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.  Hasil tersebut

menunjukkan bahwa PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya menghadapi risiko dalam menjalankan usahanya. 

(4)

iv 

PENGARUH RISIKO HARGA TERHADAP PENAWARAN

APEL PT KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA

KOTA BATU JAWA TIMUR

INIKE RAHMADITIYANI H34063433

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(5)

Judul Skripsi : Pengaruh Risiko Harga Terhadap Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Kota Batu

Jawa Timur

Nama : Inike Rahmaditiyani

NRP : H34063433

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi

NIP. 19640921 199003 2 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

vi  PERNYATAAN

Dengan ini, menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Risiko Harga Terhadap Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Kota Batu Jawa Timur” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2010

Inike Rahmaditiyani H34063433

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Risiko Harga Terhadap Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Kota Batu Jawa Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko harga apel, pengaruh risiko harga apel terhadap penawaran apel dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Desember 2010 Inike Rahmaditiyani

(8)

vii  RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ngawi pada tanggal 13 Maret 1988. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Puryanto Hery Wibowo dan Ibunda Farida Setyorini.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Dawu 1 pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTPN 2 Ngawi. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 2 Ngawi diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai Sekretaris Divisi Proyek periode kepengurusan 2007-2008 dan Sekretaris Umum periode kepengurusan 2008-2009, Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (Hipma) FEM IPB.

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dai bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir Anna Fariyanti, MSi selaku pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Narni Farmayanti, MSc dan Ir. Harmini, MSi selaku dosen penguji yang berkenan memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi, yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.

4. Ibunda dan Ayahanda tercinta, Innike Maulidyah, Ambang Wijaya, Galih Angga serta keluarga besar di Ngawi, untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Departemen Agribisnis IPB.

5. Manager dan Staf Sub Divisi Personalia, Trading dan Budidaya Tanaman Tahunan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang telah membantu penulis dalam pengambilan data dan penyusunan skripsi ini.

6. Raditantri Setyarini selaku pembahas seminar, yang banyak memberikan masukan saran maupun kritik untuk memperbaiki skripsi ini.

7. Sahabatku (Novi, Rieska, Dewi, Maya, Evy, Mb Anis, Mb Ratna, Nurfika, Hanif) kalian adalah sahabat terbaik, terima kasih atas bantuan, dukungan serta doanya, semoga ukhuwah kita tetap terjaga selamanya.

8. Rekan - rekan Agribisnis Angkatan 43, 42, dan 44 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga tali persahabatan dan persaudaraan kita tetap terjalin dan hanya Allah SWT yang dapat membalas segala amal kebaikan yang telah diberikan, Amin.

Bogor, Desember 2010

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan ... 8 1.4 Kegunaan Penelitian ... 8 1.5 Ruang Lingkup ... 9 II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian .. 10

2.2 Perkembangan Kajian Komoditas Apel ... 14

2.3 Kajian Perilaku Penawaran ... 17

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 20

3.1.1 Konsep Risiko pada Bisnis Sektor Pertanian ... 20

3.1.2 Konsep Penawaran Komoditas Pertanian ... 24

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 28

IV METODE PENELITIAN ... 32

4.1 Lokasi Penelitian ... 32

4.2 Data dan Sumber Data ... 32

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 32

4.4 Pengolahan dan Analisis Data ... 33

4.4.1 Analisis Risiko Harga Apel (Model ARCH-GARCH) 33 4.4.1.1 Perhitungan VaR (Value at Risk) ... 35

4.4.2 Analisis Penawaran Apel ... ... 36

4.4.2.1 Pengujian terhadap Model Penduga Penawaran apel ... ... 37

4.4.2.2 Pengujian terhadap Koefisien Regresi Model Penduga Penawaran Apel ... ... 38

4.5 Definisi Operasional ... 39

V GAMBARAN UMUMLOKASI PENELITIAN ... 41

5.1 Letak Geografis dan Potensi Kota Batu ... 41

5.2 Sejarah PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya ... 44

5.2.1 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ... 46

5.2.6 Sumber Daya Manusia ... 48

5.3 Gambaran Budidaya Apel ... 49

5.3.1. Penyediaan Bibit ... 49

5.3.2 Persiapan Lahan dan Penanaman ... 49

5.3.3 Pengelolaan Tanaman Apel ... 50

(11)

5.3.5 Pelengkungan Cabang ... 52

5.3.6 Pemangkasan ... 53

5.3.7 Pemeliharaan Tanaman ... 54

5.3.8 Pemupukan ... ... 54

5.3.9 Pengendalian Hama dan Penyakit ... 55

5.4 Perkembangan Produksi dan Harga Apel ... 56

VI ANALISIS RISIKO HARGA ... 61

6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya ... 61

6.2 Sumber-Sumber Risiko Harga Apel ... 68

VII ANALISIS PERILAKU PENAWARAN ... 74

7.1 Analisis Perilaku Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya ... 74

7.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya ... 77

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

8.1 Kesimpulan ... 85 8.2 Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN ... 89    

(12)

xii 

DAFTAR TABEL

 

Nomor Halaman

1. Sebaran Persentase Produk Domestik Bruto (Menurut Sektor Usaha di Indonesia Tahun 2008 ... 1 2. Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura berdasarkan

Harga Berlaku Periode Tahun 2003-2008 ... 2 3. Konsumsi Buah-Buahan Perkapita Indonesia Periode

Tahun 1999-2008 ... 2 4. Jumlah Tanaman Baru, Tanaman Produktif, Produksi, dan

Produktivitas Tanaman Apel Indonesia Tahun 2004-2008 .... 3 5. Jumlah Impor Buah-Buahan Indonesia Tahun 2003 – 2008 ... 4 6. Tabel Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Tanaman

Apel di Kota Batu Tahun 2004-2009 ... 43 7. Analisis Pendapatan Usahatani Apel Ha/ Tahun

PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun 2009-2010 ... 59 8. Ringkasan Hasil Uji ARCH LM Model Regresi Harga Apel ... 63 9. Ringkasan Hasil Uji White Heteroscedasticity Model

Regresi Harga Apel ... 64 10. Ringkasan Uji Coba Model ARCH-GARCH Harga Apel ... 65 11. Model ARCH (1) GARCH (1) Persamaan Harga Apel ... 65 12. Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya ... 67 13. Perbandingan Jumlah Produksi Apel per Bulan dari Kebun

Milik Sendiri dan Kebun Luar PT Kusuma Satria Dinasasri

Wisatajaya Periode Januari 2009 – April 2010 ... 69 14. Koefisien Regresi pada Variabel Independen ... 75 15. Perbandingan Hasil Analisis Regresi dengan Hipotesis ... 76

 

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perkembangan Harga Mingguan Komoditas Buah -Buahan di Pasar Induk Kramat Jati Periode

Januari 2009- Oktober 2010 ... 5

2. Jumlah Penawaran Harian Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Periode Januari 2009 – April 2010 ... 6

3. Fluktuasi Harga Apel Periode Januari 2009–April 2010 PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya ... 7

4. Hubungan Antara VarianceReturn dan Expected Return ... 23

5. Pergerakan Kurva Penawaran Akibat Pengaruh Perubahan Harga Komoditas itu Sendiri ... 24

6. Pergeseran Kurva Penawaran Suatu Produk ... 25

7. Kerangka Pemikiran Operasional ... 31

8. Persentase Pemanfaatan Lahan di Kota Batu ... 42

9. Diagram Alur pemeliharaan Tanaman Apel ... 50

10. Pola Pengaturan Pemeliharaan Tanaman Apel ... 52

11. PerkembanganProduksi Apel Per Bulan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun 2006 – 2010 ... 57

12. PerkembanganHarga Buah ApelPer BulanPT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun 2006 – 2010 ... 58

13. Plot Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Periode Januari 2009 – April 2010 ... 62

14. Nilai Kurtosis Model Regresi Apel ... 63

15. PerkembanganProduksi Total Buah ApelPer Bulan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun 2009-2010 ... 70

16. Perbandingan Harga Buah Apel dan Jumlah Penawaran Apel per Bulan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Periode Januari 2009 – April 2010 ... 71

17. PerkembanganHarga InputProduksi ApelPer Bulan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun 2006 – 2010 .... 71

18. Perbandingan Produksi Apel, Jeruk, Jambu PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Periode Januari 2008 – April 2010 ... 83

(14)

xiv 

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Pendapatan dari Budidaya Tanaman Buah PT Kusuma Satria

Dinasasri Wisatajaya (Ribu Rupiah) Tahun 2007-2010* ... 90

2. Model Regresi Harga Apel ... 91

3. Uji ARCH LM Terhadap Model Regresi Harga Apel ... 92

4. Uji White Terhadap Model Regresi Harga Apel ... 93

5. Model ARCH (1) GARCH (0) Apel ... 94

6. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (1) GARCH (0) Harga Apel ... ... 95

7. Model ARCH (1) GARCH (1) Harga Apel ... 96

8. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (1) GARCH (1) Harga Apel ... ... 97

9. Model ARCH (1) GARCH (2) Harga Apel ... 98

10. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (1) GARCH (2) Harga Apel ... ... 99

11. Model ARCH (1) GARCH (3) Harga Apel ... 100

12. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (1) GARCH (3) Apel ... 101

13. Model ARCH (2) GARCH (0) Harga Apel ... 102

14. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (2) GARCH (0) Harga Apel ... ... 103

15. Model ARCH (2) GARCH (1) Harga Apel ... 104

16. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (2) GARCH (1) Harga Apel ... ... 105

17. Model ARCH (2) GARCH (2) Harga pel ... 106

18. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (2) GARCH (2) Apel ... 107

19. Model ARCH (2) GARCH (3) Harga Apel ... 108

20. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (2) GARCH (3) Harga Apel ... ... 109

21. Model ARCH (3) GARCH (0) Harga Apel ... 110

22. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (3) GARCH (0) Harga Apel ... ... 111

(15)

24. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH 3) GARCH (1)

Harga Apel ... ... 113 25. Model ARCH (3) GARCH (2) Harga Apel ... 114 26. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (3) GARCH (2)

Harga Apel ... ... 115 27. Model ARCH (3) GARCH (3) Harga Apel ... 116 28. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (3) GARCH (3)

Harga Apel ... ... 117 29. Analisis Regresi Linier Berganda Model Penawaran Apel ... 118 30. Uji Normalitas Model Penawaran Apel PT Kusuma Satria

Dinasasri Wisatajaya ... 119 31. Uji Heteroskedastisitas Model Penawaran Apel PT Kusuma

Satria Dinasasri Wisatajaya ... 120 32. Peta Lokasi PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya ... 121 33. Komoditas Buah yang Dihasilkan PT Kusuma Satria Dinasasri

Wisatajaya ... 122 34. Kebun Buah PT Kusuma Satria Dinasasri Wistajaya ... 123

(16)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar 41,18 persen dari total jumlah penduduk Indonesia menggantungkan hidup mereka pada sektor ini. Sektor pertanian juga memiliki peran sebagai penyedia bahan baku industri, penyedia bahan pangan masyarakat, sumber devisa negara, dan penyedia lapangan kerja (BPS 2009). Selain itu pada Tabel 1 dapat dilihat peran sektor pertanian lainnya yaitu sebagai penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kedua terbesar setelah sektor industri pengolahan.

Tabel 1. Sebaran Persentase Produk Domestik Bruto Menurut Sektor Usaha di

Indonesia Tahun 2008

No. Sektor Usaha PDB (%)

1. Industri pengolahan 27,87

2. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 14,39

3. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,97

4. Pertambangan dan Penggalian 10,97

5. Jasa-jasa lain 9,76

6. Bangunan 8,46

7. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 7,44

8. Pengangkutan dan Komunikasi 6,31

9. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,82

Total PDB 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor antara lain subsektor pangan, hortikultura, dan perkebunan. Subsektor pertanian yang cukup penting yaitu subsektor hortikultura, subsektor ini memiliki kontribusi terhadap PDB Nasional yaitu sebesar 9,36 persen terhadap total PDB pertanian (BPS 2009). Subsektor hortikultura meliputi buah-buahan, sayuran, biofarmaka, dan tanaman hias. Berdasarkan data statistik Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian RI (2009), PDB pada subsektor hortikultura dari tahun 2003 hingga

(17)

2008 mengalami peningkatan. Disamping itu komoditas buah-buahan memberikan kontribusi paling besar untuk nilai PDB Indonesia dan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku

Periode Tahun 2004-2008

No. Kelompok

Komoditas

Nilai PDB (milyar rupiah) Kontribusi

(%) 2004 2005 2006 2007 2008 1. Buah-Buahan 30,765 31,694 35,448 42.362 40.660 50,64 2. Sayuran 20,749 22,63 24,694 25.587 27.423 34,15 3. Biofarmaka 722 2,806 3,762 4.105 4.118 5,23 4. Tanaman Hias 4,662 4,662 4,734 4.741 6.091 7,59 Total PDB 56,844 61,792 68.693 76.795 80.292

-Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian 2009

Berdasarkan Tabel 2 kontribusi komoditas buah-buahan terhadap nilai PDB Hortikultura yaitu sebesar 50,64 persen. Besarnya kontribusi komoditas ini mengindikasikan bahwa buah-buahan memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan, karena permintaannya relatif besar baik di pasar domestik maupun pasar luar negeri. Disamping dilihat dari besarnya kontribusi terhadap PDB Indonesia, perkembangan komoditas buah-buahan di Indonesi juga dapat dilihat pada perkembangan konsumsi buah-buahan pada Tabel 3.

Tabel 3. Konsumsi Buah-Buahan Perkapita Indonesia Periode Tahun 1999-2008

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian 2009

Konsumsi buah-buahan Indonesia perkapita mengalami fluktuasi seperti yang terlihat pada Tabel 3. Secara umum pada periode tahun 1999 sampai 2008

No. Komoditas

Nilai (Kg/Kapita) Rata-Rata

Pertumbuhan Konsumsi (%/Th) 1999 2002 2005 2008 1. Pisang 8,27 7,8 8,89 8,37 0,87 2. Melon 0,05 0,31 0,47 0,16 (0,14) 3. Nenas 0,68 0,47 0,47 0,31 (12,76) 4. Jeruk 1,2 1,98 6,14 3,59 72,89 5. Apel 0,16 0,62 0,78 1,04 6,59 6. Buah lainnya 192,38 145,70 92,37 138,14 (1,26) Total Konsumsi 202,74 156,88 109,12 151,61 (6,70)

(18)

perkembangan konsumsi rata-rata komoditas buah setiap tahunnya mengalami penurunan hingga 6,70 persen. Penurunan ini diduga disebabkan oleh adanya pengaruh krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1999 yang ditandai dengan adanya penurunan daya beli masyarakat pada waktu itu.

Namun, apabila dilihat pada periode 2005 hingga 2008 konsumsi buah-buahan justru meningkat dengan rata-rata peningkatan setiap tahunnya mencapai 9,52 persen. Kondisi ini tidak terlepas dari adanya pemulihan kondisi ekonomi di Indonesia. Selain itu, kenaikan konsumsi disebabkan kesadaran masyarakat akan manfaat yang diberikan komoditas ini. Manfaat buah-buahan cukup besar dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat, karena merupakan sumber vitamin dan mineral yang berperan penting dalam proses metabolisme tubuh. Salah satu buah yang mengalami peningkatan konsumsi yaitu buah apel. Namun peningkatan konsumsi ini tidak diimbangi dengan peningkatan produksi apel seperti yang terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Tanaman Baru, Tanaman Produktif, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Apel Indonesia Tahun 2004 - 2008

Tahun Jumlah Tanaman Baru (Pohon) Jumlah Tanaman Produktif (Pohon) Produksi (Ton) Perkembangan Produksi (%) Produktivitas (Kg/Pohon) 2004 133.678 6.621.587 140.201 - 2,12 2005 73.631 9.290.085 225.854 61,09 2,43 2006 43.835 7.363.078 298.728 32,27 4,06 2007 95.358 9.004.059 172.390 (42,29) 1,91 2008 250.000 2.241.192 160.794 (6,73) 7,17

Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian 2010

Perkembangan produksi apel Indonesia cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Penurunan produksi terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu

mencapai 42.29 persen. Penurunan produksi ini disebabkan oleh produktivitas

tanaman apel yang mengalami penurunan akibat keengganan petani melakukan peremajaan tanaman sehingga tanaman apel yang sudah berusia tua masih tetap dipaksa untuk berproduksi.

Konsumsi apel yang meningkat namun tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah produksi apel dalam negeri, menyebabkan ketersediaan buah

(19)

apel juga ditunjang dari produksi luar negeri melalui impor seperti yang terlihat pada Tabel 5. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa apel memiliki jumlah impor paling besar dibandingkan dengan buah-buahan lainnya.

Tabel 5. Jumlah Impor Buah-Buahan Indonesia Tahun 2004-2008

No. Komoditas 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah (Ton) Perkembang-an (%) 1. Pisang 408,82 443,91 124,24 24,75 55,63 (4,68) 2. Melon - 848,94 207,34 112,65 101,27 (26,27) 3. Nenas 98,362 68,09 113,273 344,588 2.013,74 181,05 4. Jeruk 95.744,71 93.430,39 100.655,57 118.808,43 143.661,06 8,85 5. Apel 114.030,54 126.972,70 112.011,39 145.301,57 139.818,88 6,39

Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian 2010

Berdasarkan Tabel 5 perkembangan jumlah apel impor Indonesia cenderung meningkat, dengan peningkatan sebesar 6,39 persen setiap tahunnya. Menurut Kusumo (1986) tingginya nilai impor apel disebabkan oleh permintaan buah apel di pasar domestik relatif tinggi dan kurangnya jumlah apel dalam negeri yang berkualitas baik. Selain itu, apabila dilihat dari sisi harga berdasarkan penelitian yang dilakukan Komarudin (2005) menunjukkan bahwa tingginya impor apel Indonesia juga disebabkan oleh harga apel impor relatif lebih murah.

Dalam membudidayakan apel, produsen dihadapkan pada risiko harga produk. Pada dasarnya para produsen apel tidak dapat mengetahui secara pasti harga produk yang akan diperoleh. Hal tersebut dapat menimbulkan kesenjangan antara penerimaan aktual dengan penerimaan yang diharapkan oleh produsen. Perkembangan harga harian beberapa komoditas buah-buahan di pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) Jakarta dapat dilihat pada Gambar 1. PIKJ Jakarta menjadi salah satu acuan penetuan harga buah-buahan di tingkat produsen apel.

(20)

Gambar 1. Perkembangan Harga Mingguan Komoditas Buah-Buahan di Pasar

Induk Kramat Jati Periode Januari 2009 – Oktober 2010

Sumber : Dinas Pasar Induk Kramat Jati, 2010

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat juga bahwa harga beberapa komoditas termasuk buah apel yang berlaku di PIKJ berfluktuasi. Fluktuasi harga disebabkan ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan komoditas apel di pasar. Fluktuasi harga yang terjadi menggambarkan adanya variasi harga yang merupakan indikasi risiko harga pada komoditas tersebut. Risiko harga yang dihadapi menyebabkan produsen apel mengalami ketidakpastian terhadap penerimaan yang diperoleh.

Dalam menjalankan suatu usaha penawaran akan suatu produk merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena terkait dengan keberlangsungan usaha dan tingkat keuntungan yang diperoleh. Sebagaimana teori penawaran, besarnya penawaran suatu komoditas ditentukan oleh jumlah yang diproduksi. Selain aspek produksi, tingkat penawaran suatu komoditas juga dipengaruhi oleh tingkat harga (Nicholson 1991).

Lipsey et al, (1995) dan Hyman (1996) juga menjelaskan bahwa

pergerakan kurva penawaran suatu komoditas pertanian disebabkan oleh perubahan harga produk itu sendiri. Disamping itu pergeseran kurva penawaran disebabkan oleh beberapa faktor seperti teknologi, harga input produksi, harga produk lain, jumlah produsen, dan harapan produsen di masa yang akan datang. Berdasarkan penelitian Hartoyo et al. (2001) perubahan jumlah penawaran suatu

(21)

komoditas pertanian disebabkan oleh nilai varian harga produk tersebut. Nilai varian harga menggambarkan tingkat risiko harga yang ditanggung oleh produsen. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai risiko harga apel dan bagaimana pengaruh adanya risiko harga terhadap penawaran apel.

1.2 Perumusan Masalah

PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang membudidayakan apel di Kota Batu. Dalam pengelolaan budidaya apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya menghadapi risiko harga apel. Indikasi risiko harga produk yang dihadapi perusahaan adalah dengan adanya fluktuasi harga yang dihadapi PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Sumber risiko harga yang dihadapi diduga disebabkan oleh fluktuasi jumlah penawaran apel yang menyebabkan ketidakpastian harga apel seperti yang terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Jumlah Penawaran Harian Apel PT Kusuma Satria Dinasasri

Wisatajaya Periode Januari 2009 – April 2010

Sumber : Divisi Trading, PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya 2010

Pada Gambar 2, dapat diketahui bahwa jumlah penawaran buah apel terbesar berada pada periode bulan September hingga November, sedangkan penawaran terendah terjadi pada bulan April hingga Juli. Apabila penawaran buah tinggi maka harga yang terbentuk akan rendah dan sebaliknya ketika penawaran buah rendah maka harga apel yang terbentuk akan tinggi. Nicholson (1991)

(22)

mengemukakan bahwa jumlah produk yang ditawarkan suatu perusahaan akan mempengaruhi besarnya pendapatan, biaya produksi dan keuntungan yang akan diperoleh. Hal tersebut sejalan dengan tujuan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang memaksimalkan keuntungan, sehingga perusahaan akan menawarkan apel pada tingkat yang dapat memberikan keuntungan secara maksimal

Berdasarkan informasi dari Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, selama periode waktu Januari 2009 hingga April 2010 tercatat harga apel tertinggi mencapai Rp 23.000,00 per kg sedangkan harga apel terendah mencapai Rp 10.000,00 per kg seperti yang terlihat pada Gambar 3. Fluktuasi harga yang dialami PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya menggambarkan adanya variasi harga yang merupakan indikasi adanya risiko harga yang dialami perusahaan. Selain itu besarnya perbedaan harga tertinggi dan terendah ini dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Gambar 3. Fluktuasi Harga Buah Apel Periode Januari 2009 – April 2010

PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya

Sumber : Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya 2010

Besarnya risiko harga yang dihadapi PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya diduga menyebabkan perubahan pada jumlah penawaran apel. Selain adanya risiko harga, perubahan penawaran buah apel di PT Kusuma Satria

(23)

Dinasasri Wisatajaya juga diduga disebabkan oleh faktor lain seperti harapan produsen terhadap harga dan produksi apel, biaya input seperti obat-obatan dan tenaga kerja, serta harga komoditas lain yang diproduksi di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat risiko harga apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya ? 2. Bagaimana pengaruh risiko harga apel terhadap penawaran apel di PT Kusuma

Satria Dinasasri Wisatajaya ?

3. Bagaimana pengaruh faktor-faktor lain terhadap penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis tingkat risiko harga apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti :

1. Bagi perusahaan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan dalam menjalankan usahanya pada saat menghadapi risiko.

2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi untuk mengetahui tingkat risiko harga yang dihadapi buah apel sehingga nantinya dapat digunakan untuk membantu mengembangkan komoditas buah apel.

3. Bagi penulis penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk menambah ilmu dan pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh.

(24)

4. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan pembaca dan dapat dijadikan acuan atau perbandingan dalam melakukan studi lanjutan, khususnya di bidang analisis risiko suatu bisnis pertanian.

1.5 Ruang Lingkup

1. Penelitian ini difokuskan pada analisis risiko harga apel dan menganalisis penawaran apel di Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. 2. Data risiko harga yang digunakan adalah data harga apel harian dan jumlah

penawaran apel harian yang berlaku pada Divisi Trading bulan Januari 2009-April 2010 dengan menggunakan model ARCH-GARCH sebagai alat analisis. Sedangkan data penawaran digunakan data produksi apel bulanan perusahaan yang dijual melalui ke Divisi Trading tahun 2006-2010 yang bersumber dari Laporan Manajemen PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Penawaran buah apel tersebut dijelaskan menggunakan model regresi linier berganda. 3. Faktor musim atau iklim dan cuaca sangat berpengaruh terhadap

pembudidayaan apel. Namun dalam penelitian ini tidak menganalisis pengaruh musim terhadap penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, karena pada dasarnya faktor musim sulit untuk diperkirakan dengan tepat. 4. Perhitungan nilai Value at Risk (VaR) dalam penelitian ini menggunakan

tingkat pendapatan usahatani apel periode panen tahun 2009-2010 sebagai pengganti variabel besarnya investasi.

5. Jenis buah apel yang menjadi fokus penelitian adalah jenis Apel Malang dengan varietas Manalagi.

(25)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

Risiko harga suatu komoditas dapat bersumber dari fluktuasi harga output maupun harga input pertanian. Umumnya kegiatan produksi pertanian berlangsung dengan proses yang cukup lama, namun kondisi pasar cenderung bersifat kompleks dan dinamis. Akibat kondisi pasar yang dinamis ini petani maupun pengusaha sering mendapati harga jual produk yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ketidakpastian harga jual ini menyebabkan petani atau pengusaha menghadapi risiko karena adanya ketidakpastian pendapatan yang akan diterima. Begitu pula dengan harga input yang cenderung berfkuktuatif sehingga mempengaruhi komponen biaya pada kegiatan produksi.

Penelitian mengenai risiko produksi dan harga dilakukan Fariyanti (2008) yaitu mengkaji perilaku ekonomi rumah tangga petani sayuran dalam menghadapi risiko produksi dan harga produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko produksi kentang maupun kubis dipengaruhi secara nyata oleh risiko produksi pada musim sebelumnya. Risiko produksi pada kentang lebih tinggi dibandingkan dengan kubis, tetapi sebaliknya risiko harga pada kentang lebih rendah dari pada kubis. Diversifikasi usahatani kentang dan kubis mempunyai risiko produksi (portofolio) lebih rendah dibandingkan spesialisasi kentang atau kubis.

Disamping itu kajian spesifik risiko harga telah dilakukan pada beberapa komoditas antara lain komoditas peternakan dan pertanian. Risiko harga pada komoditas peternakan dilakukan oleh Siregar (2009) yaitu dengan mengkaji harga

Day Old Chick (DOC) broiler dan layer pada PT Sierad Produce Tbk. Sedangkan

untuk komoditas pertanian dengan membandingkan risiko harga kubis dengan bawang merah di Indonesia telah dilakukan oleh Herviyani (2009) dan Megasari (2009) mengkaji risiko harga cabai merah besar dan cabai merah keriting di Indonesia.

Hasil ketiga penelitian Siregar (2009) menunjukkan bahwa harga pola pergerakan harga DOC dipengaruhi oleh kondisi permintaan dan penawaran DOC di pasar seperti pada saat menjelang lebaran dan memasuki tahun ajaran baru. Berbeda dengan yang dilakukan Herviyani (2009) dan Megasari (2009), kedua

(26)

11 

penelitian tersebut menunjukkan bahwa risiko harga dipengaruhi oleh variabel harga komoditas periode sebelumnya dan jumlah pasokan dari komoditas tersebut.

Dalam analisis risiko, adanya fluktuasi harga dapat dianalisis dengan menggunakan nilai variance. Salah satu model yang dapat mengakomodasi

adanya fluktuasi atau variasi yaitu model Generalized Autoregressive Conditional Heteroskedasticity (GARCH) dikembangkan oleh Bollerslev tahun 1986 (Firdaus

2006). Model GARCH secara khusus didesain untuk menjawab permasalahan heteroskedastisitas pada analisis deret waktu. Dalam model GARCH nilai

variance sebagai variabel dependen yang merupakan fungsi dari variabel

dependen periode sebelumnya, dan atau variabel independen atau variabel eksogenous.

Penerapan model ARCH-GARCH terhadap penentuan besar risiko terlebih dahulu diaplikasikan untuk menghitung harga saham seperti yang dilakukan Iskandar (2006). Penelitian yang lebih dikhususkan pada saham agribisnis rokok ini menyimpulkan bahwa model terbaik untuk meramalkan tingkat risiko saham GGRM adalah ARCH (1) dimana tingkat risiko hanya dipengaruhi oleh besarnya nilai sisaan pengembalian sehari sebelumnya. Sedangkan model terbaik untuk meramalkan tingkat risiko saham HMSP dan RMBA adalah GARCH (1,1) dimana tingkat risiko dipengaruhi oleh besarnya nilai sisaan pengembalian sehari sebelumnya dan besarnya simpangan baku pengembalian dari rataannya untuk satu hari sebelumnya.

Penerapan model ini kemudian berkembang, tidak hanya untuk meramalkan tingkat risiko harga saham saja namun juga digunakan untuk meramalkan risiko usaha khususnya di bidang pertanian. Penerapan model ini lebih banyak untuk menganalisis tingkat risiko harga produk pertanian. Namun Fariyanti (2008) menerapkan model GARCH (1,1) untuk menghitung tingkat risiko produksi bukan risiko harga pada komoditas kentang dan kubis di Kecamatan Pangalengan, Bandung. Hal tersebut dikarenakan faktor keterbatasan data sehingga hanya menggunakan perhitungan varian manual. Berdasarkan analisis risiko dihasilkan bahwa risiko produksi kentang yang diindikasikan oleh fluktuasi produksi kentang yang disebabkan oleh risiko produksi pada musim sebelumnya dan penggunaan input, pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang

(27)

menimbulkan risiko produksi, sedangkan lahan, benih dan obat-obatan menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Pada komoditas kubis, lahan dan obt-obatan menjadi faktor yang menimbulkan risiko, sementara benih, pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi.

Risiko produksi pada komoditas kentang lebih tinggi dibandingkan pada komoditas kubis sedangkan risiko harga produk pada komoditas kubis lebih tinggi dibandingkan komoditas kentang. Perilaku rumahtangga petani dengan adanya risiko produksi dan harga produk termasuk risk aversion dengan melakukan

pengurangan penggunaan luas lahan garapan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Pengurangan tertinggi input, produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga akibat peningkatan risiko produksi produksi dan harga produk serta upah pada kegiatan usahatani terdapat pada rumahtangga petani lahan sempit. Demikian pula peningkatan penggunaan tenaga kerja off farm dan non farm yang

paling rendah.

Siregar (2009) juga menggunakan model GARCH untuk menganalisis risiko harga pada DOC broiler dan layer. Berdasarkan hasil analisis GARCH (1,1) diperoleh bahwa risiko harga DOC broiler dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga DOC broiler periode sebelumnya dengan tanda yang positif yang berarti bahwa jika terjadi peningkatan risiko harga DOC periode sebelumnya maka akan meningkatkan risiko harga DOC periode berikutnya. Sedangkan risiko harga DOC layer hanya dipengaruhi oleh volatilitas harga DOC layer periode sebelumnya. Risiko harga DOC broiler lebih besar dibandingkan dengan risiko harga DOC layer.

PT Sierad Produce Tbk sebaiknya melakukan recording (pencatatan) data

permintaan DOC dari para peternak sehingga dapat mengantisipasi adanya fluktuasi harga DOC. Dalam menentukan harga DOC sebaiknya PT Sierad Produce Tbk mempunyai kebijakan sendiri dan prosedur yang baik terkait dengan harga dan penjualan DOC. Untuk meminimalkan risiko fluktuasi harga jual DOC yang dihadapi, PT Sierad Produce Tbk juga dapat melihat atau mempelajari perilaku harga jual DOC periode sebelumnya dan perubahan pergerakan data harga DOC sebelumnya dengan melakukan analisis harga secara rutin per periode dan menjadikan harga jual DOC sebelumnya sebagai dasar untuk memprediksi

(28)

13 

harga pada periode yang akan datang. Untuk meminimalkan risiko harga DOC sebaiknya PT Sierad Produce Tbk meningkatkan kegiatan kemitraan dengan peternak.

Hasil penelitian Herviyani (2009) dengan menerapkan model ARCH-GARCH didapatkan model yang terbaik untuk menganalisis risiko harga kubis dan bawang merah adalah model GARCH (1,1). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat risiko harga kubis dan bawang merah dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga satu hari sebelumnya. Selanjutnya dilakukan perhitungan VaR (Value at Risk) dan didapatkan hasil bahwa risiko harga kubis sebesar 13,86

persen dari total investasi (biaya tunai) yang dikeluarkan petani setelah menjual hasil panennya dalam jangka waktu penjualan satu hari, sedangkan risiko harga bawang merah sebesar 9,80 persen dalam jangka waktu periode penjualan satu hari. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh bahwa risiko harga kubis lebih tinggi dibandingkan dengan risiko harga bawang merah.

Berdasarkan besarnya risiko harga kubis dan bawang merah, maka alternatif solusi yang dilakukan petani untuk mengurangi risiko yaitu dengan pertama petani sebaiknya melakukan pengaturan pola tanam sesuai dengan saran yang telah direkomendasikan oleh pemerintah daerah setempat, tujuan dari pengaturan pola tanam tersebut agar jumlah produksi sesuai dengan kebutuhan pasar. Solusi kedua mengaktifkan dan mengefektifkan peran kelembagaan kelompok tani yang secara tidak langsung dapat mengurangi risiko harga kubis maupun harga bawang merah karena petani dapat melakukan kontrak dengan pihak lain. Ketiga petani sebaiknya menjalin kemitraan dengan pedagang maupun perusahaan pengolahan untuk mendapatkan jaminan kepastian dalam memasarkan hasil panennya terutama jaminan harga produk ketika terjadi kelebihan hasil produksi saat panen raya.

Hasil analisis risiko terhadap cabai merah keriting dan cabai merah besar yang dilakukan Megasari (2009) menunjukkan bahwa fluktuasi harga tidak terlepas dari adanya pengaruh permintaan dan penawaran di pasar. Harga cabai merah biasanya naik pada akhir tahun dimana banyak perayaan hari-hari besar keagamaan seperti lebaran, natal dan tahun baru. Sedangkan harga rendah terjadi pada bulan-bulan Mei hingga Agustus dimana pada saat tersebut biasanya terjadi

(29)

oversupply karena panen serentak yang terjadi pada lahan pertanian cabai

Indonesia. Berdasarkan Analisis ARCH-GARCH diketahui bahwa model yang terbaik untuk meramalkan harga cabai merah keriting adalah ARCH (1) dan GARCH (2). Hal ini berarti pola pergerakan harga cabai merah keriting dipengaruhi oleh volatilitas pada satu hari sebelumnya dan varian pada dua hari sebelumnya. Sedangkan model terbaik yang dapat digunakan untuk meramalkan risiko harga cabai merah besar adalah ARCH (1) GARCH (2). Hal ini berarti pola pergerakan harga cabai merah besar dipengaruhi oleh volatilitas dan varian satu hari sebelumnya.

Berdasarkan perhitungan VaR (Value at Risk) diperoleh bahwa tingkat

risiko yang diperoleh oleh petani untuk komoditi cabai merah keriting adalah sebesar 14,68 persen sedangkan untuk cabai merah besar adalah sebesar 4,85 persen. Risiko harga cabai merah keriting yang lebih tinggi dibandingkan cabai merah besar menunjukkan bahwa untuk setiap rupiah yang diterima maka risiko harga yang cabai merah keriting lebih besar dibandingkan cabai merah besar. Upaya meminimalisir adanya risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar sebaiknya dilakukan secara terintegrasi antara petani, pedagang pemerintah dan pihak-pihak lainnya. Dengan kata lain semua komponen yang terkait harus dapat bekerja sama untuk mengatasi risiko harga agar dapat lebih efektif. Kerjasama yang dilakukan antara berbagai pihak tersebut hendaknya diiringi dengan konsistensi dan komitmen yang kuat untuk agar dalam upaya mencapai hasil yang diharapkan dapat lebih efisien.

2.2 Perkembangan Kajian Komoditas Apel

Tanaman apel (Malus sylvestris Mill) merupakan tanaman tahunan yang

berasal dari daerah subtropis. Tanaman ini merupakan tanaman yang menggugurkan daun dan memerlukan suhu rendah pada proses pembungaannya, dengan demikian tanaman ini akan sulit beradaptasi di daerah tropis (Childers 1957, diacu dalam Hardiyanto et al. 1988). Namun di Indonesia tanaman ini telah

dapat tumbuh dan berkembang pesat pada tahun 1960an akibat ditemukannya teknik budidaya dan pembuahan apel (Soelarso, 1997).

Pada usahatani tanaman buah-buahan seperti apel, kegiatan peremajaan tanaman yang telah tua merupakan tindakan yang perlu dilaksanakan. Peremajaan

(30)

15 

ini bertujuan untuk memulihkan kembali efisiensi pada proses produksi apel (Rajino 1978, diacu dalam Santoso 1992). Pada mulanya semakin tua umur tanaman maka semakin tinggi produksinya namun kemudian akan menirin produktivitasnya. Disamping itu semakin tua umur tanaman maka semakin tinggi biaya produksi yang harus dikeluarkan. Dengan demikian kondisi tanaman akan mencapai suatu titik optimal, dimana perbandingan antara nilai output dan input tidak akan seimbang lagi. Pada saat inilah umur ekonomis tanaman akan berakhir dan tingkat profitabilitas usahatani akan merugi. Untuk itu Santoso (1992) melakukan penelitian mengenai analisis ekonomi peremajaan usahatani apel di Jawa Timur. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan bahwa pendapatan maksimum usahatani apel pada tanah sawah terdapat pada umur 13 tahun dan pada tanah tegal pada umur 16 tahun. Pada tanah sawah umur ekonomis dan saat peremajaan yang optimal terdapat pada umur 19 tahun dan tanah tegal pada umur 21 tahun.

Dalam perkembangannya usahatani apel mengalami banyak kendala antara lain biaya produksi yang semakin meningkat dan semakin banyaknya apel impor yang beredar di Indonesia. Tingginya nilai impor apel di Indonesia melatarbelakangi banyak penelitian tentang buah apel di Indonesia. Salah satunya adalah Nugroho (2001) melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani Apel Malang. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai rasio pendapatan dan biaya dari usahatani tersebut lebih besar dari satu sehingga masih efisien secara ekonomi. Hal ini berarti dalam persaingan Apel Malang dengan Apel Impor dalam jangka pendek masih memberikan intensif bagi petani. Dan untuk menekan risiko kerugian, petani memilih mengusahakan beberapa varietas tanaman apel daripada hanya satu varietas saja. Kesimpulan tersebut didasarkan pada hasil analisis struktur biaya dan pendapatan usahatani apel malang untuk varietas Rome Beauty dalam lahan satu hektar secara finansial tidak efisien, hal tersebut disebabkan nilai R/C rationya sebesar 0,97 dan kerugian sebesar Rp 503.340,00.

Selanjutnya Komarudin (2005) melakukan penelitian mengenai analisis permintaan impor buah apel di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola perkembangan impor buah apel, harga impor apel, nilai tukar

(31)

rupiah dan produk domestik bruto Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor buah apel. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tren impor apel di Indonesia selama empat tahun terakhir mengalami peningkatan. Faktor yang berpengaruh nyata pada permintaan impor apel di Indonesia adalah harga impor. Dengan adanya kesepakatan AFTA tahun 2003 yang memberlakukan tarif impor hampir nol persen menyebabkan harga apel turun di negara pengimpor. Hal ini dapat dijadikan peluang bagi komoditas buah dalam negeri khususnya apel untuk meningkatkan daya saing dalam upaya volume peningkatan ekspor.

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumsi buah apel di Kota Bogor dilakukan oleh Uzlifah (2006). Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik individu yang mengkonsumsi buah apel dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian buah apel. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa alasan konsumen mengkonsumsi apel antara lain karena alasan kesehatan (61,1 persen), sebagai makanan pencuci mulut (16,7 persen) dan sebagai pelengkap menu makan, diet, dan kesukaan (22,2 persen). Adapun ciri buah apel yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian buah apel adalah karena alasan rasa, warna, dan lain-lain. Dari hasil analisis ini dapat dijadikan masukan bagi para pembudidaya untuk meningkatkan kualitas buah apel yang dihasilkan, sehingga apel lokal akan diminati oleh konsumen.

Perkembangan ekspor buah apel Indonesia yang menurun dan semakin meningkatnya nilai impor buah apel dari tahun ke tahun juga melatarbelakangi Ariani (2007) untuk melakukan penelitian mengenai analisis daya saing Apel (Malus sylvestris Mill) di sentara produksi Kota Batu Propinsi Jawa Timur (Kasus

Desa Bumiaji, Kota Batu). Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya keunggulan kompetitif dan komparatif usahatani apel di Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Propinsi Jawa Timur, dan menghitung besarnya dampak kebijakan pemerintah terhadap usahatani apel di Desa Bumiaji.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani apel di sentra produksi Kota Batu menguntungkan secara finansial dan ekonomi, hal ini dapat diketahui dari nilai keuntungan finansial dan ekonomi di kedua kelompok tani sampel yang

(32)

17 

bernilai positif. Usahatani apel di sentra produksi Kota Batu memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif serta berdaya saing baik pada harga aktual maupun pada harga ekonomi. Sedangkan analisis dampak kebijakan dari pemerintah mengindikasikan bahwa belum adanya insentif ekonomi terhadap usahatani apel di Kota Batu. Hal ini diketahui dari adanya surplus produsen yang hilang saat perekonomian berada pada keadaan terdistorsi, baik akibat kebijakan pemerintah maupun oleh kegagalan pasar.

2.3 Kajian Perilaku Penawaran

Dalam menjalankan usaha, penawaran akan produk yang dihasilkan sangat berpengaruh pada keberlangsungan usaha tersebut. Jumlah barang yang ditawarkan akan mempengaruhi keuntungan yang akan didapat perusahaan dimana tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan laba atau keuntungan. Suryani (2006) meneliti tentang permintaan dan penawaran daging ayam broiler di Indonesia. Tujuan dari penelitian tersebut adalah menganalisis struktur permintaan daging ayam broiler serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Tujuan berikutnya adalah menganalisis dampak kebijakan pemerintah dan perubahan faktor eksternal terhadap permintaan dan penawaran daging ayam

broiler di dalam negeri.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model dugaan yang digunakan menunjukkan nilai R-sq yang diperoleh sebesar 0,7637 dan 0,9863. Sedangkan faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi permintaan ayam

broiler antara lain harga daging ayam, harga telur, harga daging sapi, dan

pendapatan per kapita. Sementara faktor lain seperti harga pakan, kebijakan Kepres Nomor 22 Tahun 1990 yang memberikan izin bagi peternak untuk memperluas skala usaha dan teknologi berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran daging ayam broiler.

Harga ayam sangat dipengaruhi oleh harga pakan dan harga DOC sebagai input. Produksi dan harga pakan tidak stabil dan dipengaruhi oleh jumlah dan harga bahan bahan baku pakan yang diimpor serta adanya pengaruh nilai tukar. Apabila harga daging ayam broiler tidak stabil maka akan berdampak pada penawaran dan permintaan dalam negeri. Berdasarkan hasil analisis dampak kebijakan pemerintah mengenai daging ayam broiler diperoleh hasil bahwa

(33)

kebijakan untuk meningkatkan impor bungkil kedelai dapat meningkatkan produksi pakan dalam negeri. Perubahan faktor eksternal berupa kenaikan pendapatan per kapita dapat menyebabkan permintaan daging ayam broiler meningkat cukup signifikan.

Penelitian lain tentang perilaku penawaran dilakukan Marudut (2009), yaitu dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran daging sapi domestik. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penawaran daging sapi domestik meningkat dari periode tahun 1997 hingga 2007. Hasil dugaan model penawaran daging domestik dengan metode fixed effect menunjukkan

bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 20 persen adalah populasi ternak sapi potong, harga daging sapi, luas panen padi, dan harga ternak sapi.

Utami (2009) juga meneliti perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes disamping mengkaji risiko produksi komoditas tersebut. Dalam penelitian ini juga menggunakan nilai varian sebagai salah satu variabel untuk menduga perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes. Nilai varian ini merupakan indikasi adanya risiko yang dihadapi oleh petani bawang merah. Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes antara lain variabel variabel biaya obat-obatan dan variabel nilai ekspektasi produksi.

Berdasarkan uraian tersebut pada akhir bab ini maka dapat disimpulkan persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu tujuan dari penelitian ini tidak membandingkan besarnya risiko harga pada dua komoditas pertanian, tetapi hanya mengkaji risiko harga pada salah satu komoditas buah yaitu apel dan menganalisis pengaruhnya terhadap penawaran apel tersebut. Faktor yang mengindikasi adanya risiko ini adalah adanya fluktuasi harga apel yang disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran buah apel sama seperti yang dikemukakan Fariyanti (2008), Siregar (2009), Herviyani (2009), dan Megasari (2009).

Selain itu dari segi metodologi yang berkaitan dengan pengukuran tingkat risiko harga yaitu menggunakan model ARCH-GARCH dan perhitungan nilai

(34)

19  Value at Risk (VaR) seperti yang dilakukan Siregar (2009), Herviyani (2009), dan

Megasari 2009). Namun berbeda dengan metode yang digunakan Fariyanti (2008) dalam mengukur tingkat risiko harga. Dalam perhitungan risiko harga Fariyanti (2008) menggunakan perhitungan variance.

Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis penawaran apel dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi berganda. Seperti penelitian mengenai perilaku penawaran yang dilakukan Suryani (2006), Marudut (2009) dan Utami (2009) tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap penawaran suatu produk. Hanya saja variabel yang digunakan untuk menduga perilaku penawaran buah apel selain berdasarkan teori penawaran suatu produk, juga mengacu penelitian yang dilakukan Utami (2009) yaitu dengan memasukkan nilai varian sebagai salah satu variabel untuk menduga perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes. Nilai varian ini merupakan gambaran besarnya tingkat risiko yang dihadapi produsen dalam menawarkan komoditas yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah risiko harga dan risiko produksi. Selain itu juga menggunakan variabel ekspektasi harga produk dan ekspektasi produksi seperti yang dilakukan dalam penelitian Hartoyo

(35)

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Pada aktivitas bisnis, baik bisnis dengan skala kecil maupun skala besar para pelaku bisnis terlepas dengan adanya risiko. Risiko diartikan sebagai kemungkinan terjadinya kerugian bagi para pelaku bisnis ( Harwood et al. 1999).

Risiko harga suatu komoditas pertanian meliputi risiko haraga output dan input. Dalam kaitanya dengan perilaku penawaran suatau komoditas, besarnya risiko harga diduga mempengaruhi besarnya penawaran komoditas tersebut dan begitu sebaliknya jumlah komoditas yang ditawarkan juga akan berpengaruh terhadap besarnya risiko yang akan dialami.

3.1.1 Konsep Risiko pada Bisnis Sektor Pertanian

Menurut Frank Knight dalam Robison dan Barry (1987) risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat keputusan yang didasarkan pada data historis dan pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Risiko juga menunjukkan peluang terjadinya peristiwa yang menghasilkan pendapatan di atas atau dibawah rata-rata dari pendapatan yang diharapkan. Debertin (1986) menggambarkan bahwa kejadian berisiko adalah kejadian dimana peluang dan hasil dari kejadian tersebut dapat diketahui oleh pembuat keputusan.

Indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis dapat dilihat dengan adanya variasi, fluktuasi atau volatilitas dari hasil yang diharapkan. Sebagai contoh indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis diantaranya adanya fluktuasi produksi, fluktuasi harga output, atau fluktuasi pendapatan untuk setiap satuan yang sama. Adanya fluktuasi produksi, harga output, dan pendapatan menyebabkan terjadinya kemungkinan menghasilkan produksi maupun pendapatan diatas maupun di bawah rata-rata.

Risiko yang dihadapi sektor pertanian bersifat unik dibandingkan dengan lainnya. Hal tersebut dikarenakan ketergantungan aktivitas pertanian terhadap kondisi alam seperti iklim dan cuaca. Harwood et al. (1999) menyatakan bahwa sumber risiko pada kegiatan pertanian meliputi :

(36)

21  1. Risiko produksi

Risiko produksi dalam kegiatan pertanian disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti curah hujan, temperatur udara, hama dan penyakit. Teknologi juga dapat menimbulkan risiko produksi apabila dalam penggunaannya tidak ada penyesuaian sebelumnya. Penerapan teknologi tersebut dapat menurunkan produktivitas dari usaha, yang pada awalnya diharapkan mampu meningkatkan efisiensi usaha.

2. Risiko harga atau pasar

Risiko pasar atau pasar meliputi risiko harga output dan input pertanian. Umumnya, kegiatan produksi pertanian mengalami proses yang cukup lama. Sementara, pasar cenderung memiliki sifat kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, pada saat panen belum tentu petani yang memperoleh harga jual produk sesuai dengan yang diharapkan. Begitu pula dengan harga input yang cenderung berfluktuasi sehingga mempengaruhi komponen biaya pada kegiatan produksi.

3. Risiko institusi

Risiko institusi berhubungan dengan kebijakan dari pemerintah yang mempengaruhi sektor pertanian. Sebagai contoh, kebijakan dari pemerintah untuk memberikan atau mengurangi subsidi dari harga input seperti harga pupuk pertanian akan berpengaruh terhadap komponen biaya kegiatan produksi pertanian.

4. Risiko finansial

Risiko finansial yang dihadapi petani antara lain risiko yang terjadi pada saat petani melakukan peminjaman modal kepada institusi keuangan seperti bank. Risiko finansial ini terkait dengan tingkat suku bunga pinjaman (interest rate) yang memiliki kecendurungan berfluktuatif.

Dalam analisis risiko, adanya fluktuasi produksi maupun harga dapat dianalisis menggunakan nilai variance. Salah satu model yang dapat mengakomodasi adanya fluktuasi atau variasi yaitu model Autoregressive Conditional Heteroskedasticity (ARCH). Model ini dikembangkan terutama untuk menjawab persoalan adanya volatilitas pada data ekonomi dan bisnis. Selanjutnya model ARCH dikembangkan kembali menjadi model GARCH yaitu singkatan

(37)

dari Generalized Autoregressive Condotional Heteroskedasticity dengan orde r dan orde m yang dinotasikan sebagai εt ~ GARCH (r,m) (Firdaus 2006).

Model GARCH secara khusus didesain untuk model variandimana varian sebagai variabel dependen merupakan fungsi dari variabel dependen periode sebelumnya, dan atau variabel independen atau variabel eksogenous. Secara umum model GARCH dapat dituliskan sebagai berikut :

yt = θ + yt-1 + εt

...(1)

ht = к + ∑δrht‐r + ∑mε2t‐m ...(2) Dalam prakteknya model GARCH standar dengan ordo r =1 dan m = 1 sering digunakan. Model GARCH (1,1) dapat dituliskan sebagai berikut :

ht = к + δht‐1+ ε2t -1 ...(3)  Dimana :

ht = Varian eror pada periode t δht‐1 = Varian pada periode sebelumnya ε2t-1 = Volatilitas sebelumnya

к, δ, α, = Parameter estimasi

Persamaan pada model GARCH (1,1) menunjukkan bahwa varian eror pada periode t (ht) ditentukan oleh varian periode sebelumnya (δht‐1) dan volatilitas periode sebelumnya (ε2t-1). Model ini menggunakan asumsi bahwa jika ht non negative maka к, α, β juga non negative. Hal tersebut menunjukkan bahwa

semakin tinggi risiko pada periode sebelumnya maka risiko pada periode tertentu akan semakin tinggi pula.  

Dalam menghadapi risiko setiap pelaku bisnis atau usaha mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Perilaku individu dalam menghadapi risiko ini dapat dibedakan menjadi tiga karakteristik yakni risk averter, risk neutral, dan risk taker. Perilaku individu dalam menghadapi risiko dapat dijelaskan berdasarkan teori utilitas seperti terlihat pada Gambar 4.

(38)

23  Expected Return variance return

Gambar 4. Hubungan Antara Variance Return dan Expected Return Sumber: Debertin (1986)

Gambar 4 menunjukkan hubungan antara variance return, dan expected return. Variance return merupakan ukuran tingkat risiko, sedangakan expected

return merupakan tingkat kepuasan para pembuat keputusan. Perilaku individu

atau pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori sebagai berikut :

1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (Risk Averter) yaitu perilaku individu yang takut terhadap risiko, dan cenderung akan menghindari risiko. Pada Gambar 1 menunjukkan jika U1 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan, maka dengan adanya kenaikan

variance return yang merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi

dengan menaikkan return yang diharapkan.

2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk Neutral) menunjukkan jika U2 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan maka adanya kenaikan variance return yang merupakan ukuran tingkat risiko tidak akan diimbangi menaikkan return yang diharapkan. Artinya, jika varian return semakin tinggi, maka expected return akan tetap.

3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (Risk Taker/Lover) menunjukkan jika U3 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan maka adanya kenaikan variance return akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan kesediaanya menerima return yang diharapkan lebih

U3 Risk Taker/Lover U2 Risk Neutral U1 Risk Averter

(39)

Q S P

rendah. Risk Lover cenderung menganggap risiko sebagai suatu hal yang tidak perlu dikhawatirkan.

3.1.2 Konsep Penawaran Komoditas Pertanian

Penawaran adalah jumlah barang yang tersedia yang dapat dijual oleh para penjual (Mankiw 2000). Menurut Nicholson (1991) penawaran suatu komoditas pertanian tidak hanya dipengaruhi oleh aspek produksi tetapi juga dipengaruhi oleh aspek harga. Kurva penawaran adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan oleh perusahaan dengan harga barang tersebut. Pengaruh perubahan harga komoditas itu sendiri terhadap kuantitas yang ditawarkan akan mengakibatkan pergerakan kurva sepanjang kurva penawaran (Mankiw 2000). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pergerakan Kurva Penawaran Akibat Pengaruh Perubahan Harga Komoditas itu Sendiri

Sumber : Nicholson (1991)

Disamping adanya pergerakan kurva penawaran akibat adanya perubahan harga produk, kurva penawaran juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti adanya peningkatan teknologi, perubahan harga input produksi, jumlah produsen, harga produk lain dan harapan produsen di masa mendatang. Faktor-faktor tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran kurva penawaran. Pergeseren kurva penawaran ke kanan terjadi apabila pada setiap tingkat harga lebih banyak jumlah yang ditawarkan daripada sebelumnya. Sementara itu pergeseran kurva penawaran

(40)

25 

Q2

ke kiri akan terjadi apabila pada setiap tingkat harga lebih sedikit jumlah yang ditawarkan daripada sebelumnya (Lipsey et al. 1995).

P S S1 Gambar 6. PergeseranKurva Penawaran Suatu Produk

Sumber : Nicholson (1991)

Hukum penawaran menyatakan bahwa dengan mengganggap hal lainnya

cateris paribus, jumlah komoditas yang ditawarkan akan meningkat apabila harga

komoditas tersebut juga meningkat. Jadi, berdasarkan hukum penawaran tersebut, kuantitas komoditas yang ditawarkan juga merupakan fungsi dari harga komoditas tersebut. Disamping itu, kurva penawaran juga dipengaruhi kombinasi input dengan tingkat output serta perilaku perusahaan dalam memilih input yang ditentukan oleh harga output dan harga input. Kombinasi tersebut berpengaruh pada tujuan perusahaan memaksimalkan keuntungan sehingga fungsi produksi dapat dirumuskan sebagai berikut (Debertin 1986).

Q = f ( x1, x2,) ...(4)

Dimana :

Q = Jumlah yang diproduksi xi = Jumlah input, untuk i = 1, 2

Apabila diasumsikan pasar output dan input yang dihadapi perusahaan adalah persaingan sempurna dan yang menjadi kendala adalah anggaran yang terbatas, maka fungsi kendala anggaran dapat dituliskan sebagai berikut :

D P1

Q1

P2

(41)

C = r1 x1 + r2 x2 ...(5)

Dimana :

ri = harga input, untuk i = 1,2

C = Anggaran perusahaan

Dengan tujuan perusahaan yang memaksimalkan keuntungan maka dengan adanya kendala anggaran dalam penyelesaiannya digunakan fungsi lagrangian berikut (Debertin 1986).

L = Pf ( x1, x2) + λ (C - r1 x1 - r2 x2 ) ...(6)

Dari persamaan di atas maka diturunkan menjadi

∂L/∂ x1 = Pf1 – λ r1 = 0 atau Pf1 = λ r1 ...(7) ∂L/∂ x2 = Pf2 – λ r2 = 0 atau Pf2 = λ r2 ...(8) ∂ L/∂λ = C - r1 x1 - r2 x2 = 0...(9)

Dimana :

P = harga produk

Dari persamaan (8) dan (9) diperoleh bahwa

f1 / f2 = r1 / r2 ...(10)

= r1 / r2 ...(11) ∂ x2/∂ x1 = r1 / r2 ...(12)

Dari hasil di atas maka diperoleh fungsi penawaran yang merupakan fungsi dari harga input dan harga output. Fugsi penwaran tersebut adalah sebagai berikut :

Q* = q* (r1, r2, p) ...(13)

Teori penawaran yang dikemukakan Nicholson (1991), Lipsey et al.

(1995) dan Hyman (1996) menyebutkan bahwa jumlah penawaran produk suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

∂Q/∂ x1 ∂Q/∂ x2

(42)

27  1. Teknologi

Tingkat teknologi memegang peranan penting di dalam menentukan banyaknya jumlah komoditas yang ditawarkan. Kemajuan teknologi mampu mengurangi biaya produksi, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas komoditas itu sendiri. Dalam hubungannya dengan penawaran, kemajuan teknologi ini dapat menimbulkan dua akibat yaitu pertama produksi dapat ditambah dengan cepat dan kedua biaya produksi dapat dikurangi sehingga keuntungan dapat meningkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemajuan teknologi cenderung akan menimbulkan kenaikan penawaran.

2. Harga input produksi

Pembayaran terhadap input produksi merupakan pengeluaran yang sangat penting di dalam proses produksi berbagai perusahaan. Terjadinya kenaikan harga input produksi, cateris paribus, maka mengakibatkan laba yang diperoleh perusahaan akan berkurang. Perusahaan akan mengurangi produksinya pada setiap tingkat harga, karena laba yang diperoleh dalam menggunakan faktor produksi itu semakin berkurang.

3. Jumlah Produsen

Adanya rangsangan harga komoditi pertanian tertentu, banyak orang akan cenderung mengusahakan tanaman tersebut. Akibatnya adalah produksi atau barang yang ditawarkan akan menjadi bertambah.

4. Harapan produsen di masa mendatang

Di dalam teori ekonomi dimisalkan suatu perusahaan memiliki tujuan untuk memaksimumkan keuntungan. Pemisalan ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak akan berusaha menggunakan kapasitas produksinya secara maksimal, tetapi akan menggunakannya pada kapasitas yang memaksimalkan keuntungan. Dalam kenyataannya banyak perusahaan yang memiliki tujuan lain, seperti perusahaan yang tidak mau menanggung risiko sehingga akan melakukan kegiatan yang lebih aman walaupun keuntungan yang diperolehnya relatif kecil. Perbedaan tujuan masing – masing perusahaan ini yang akan menberikan pengaruh yang berbeda pada penentuan tingkat produksi. Dengan

(43)

demikian penawaran akan suatu komoditas akan berbeda tergantung pada tujuan yang ingin dicapai perusahaan.

5. Harga produk lain

Seperti yang dikemukakan Slameto (2003) efek kompetitif merupakan konsep yang terkandung dalam penawaran suatu komoditas. Apabila terjadi penurunan harga komoditas akan mengakibatkan produsen mengganti tanamannya dengan tanaman lain yang menjadi kompetitornya. Dan sebaliknya apabila terjadi kenaikan harga komoditas maka akan memotivasi produsen untuk memperluas areal penanamannya atau meningkatkan produktivitas komoditas tersebut.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Apel merupakan komoditas buah dengan nilai impor yang paling besar dibandingkan dengan komoditas buah lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya produksi buah apel Indonesia, atau karena kualitas dari apel yang dihasilkan Indonesia masih kalah dengan apel impor sehingga apel lokal kurang diminati oleh konsumen. Harga apel yang berfluktuatif di Indonesia menyebabkan ketidakpastian penerimaan yang diperoleh produsen yang membudidayakan buah ini. Fluktuasi harga apel pada dasarnya disebabkan adanya ketidakseimbangan antara jumlah permintaan dengan jumlah buah yang ditawarkan di pasar.

Penawaran dan permintaan merupakan kekuatan yang secara simultan berpengaruh terhadap pembentukan harga suatu komoditas. Seperti halnya yang terjadi di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya adanya fluktuasi harga apel merupakan indikasi adanya risiko harga yang dihadapi oleh perusahaan tersebut. Tingkat risiko harga dapat dianalisis secara kuantitatif maupun kualitatif. Penilaian secara kuantitatif dapat dianalisis menggunakan model ARCH-GARCH dan perhitungan Value at Risk (VaR). Analisis secara kualitatif dapat dilakukan melalui pendekatan deskriptif berupa wawancara dan diskusi langsung dengan pihak berkepentingan. Sumber risiko yang dihadapi berasal dari aspek produksi apel itu sendiri, seperti yang diketahui bahwa budidaya apel sangat dipengaruhi oleh alam yang kejadian di luar kendali para pelaku usaha sehingga mengakibatkan fluktuasi penawaran apel. Selain itu harga apel periode

Gambar

Tabel 1. Sebaran Persentase Produk Domestik Bruto Menurut Sektor Usaha di  Indonesia Tahun 2008
Tabel 2. Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku  Periode Tahun 2004-2008
Gambar 1. Perkembangan Harga Mingguan Komoditas Buah-Buahan di Pasar  Induk Kramat Jati Periode Januari 2009 – Oktober 2010
Gambar 2.   Jumlah Penawaran Harian Apel PT Kusuma Satria Dinasasri  Wisatajaya Periode Januari 2009 – April 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menggunakan teknologi dan hasil pemuliaan untuk mengatasi sensitifitas tanaman terhadap cuaca (terutama curah hujan); menerapkan teknologi produksi yang efisien dengan

baiknya dan seluas-luasnya tanpa gangguan rasa takut. Karena semua kebutuhannya telah dipenuhi orang tuanya. Anak lahir dalam keadaan keadaan fitrah. Keluarga dan

Melalui hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa menutup aurat itu sangat penting dipelajari agar para siswi dapat mengetahui aurat yang harus ditutupi sehingga busana

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan limpahan rahmat dan karunia Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesabaran sehingga dapat menyelesaikan skripsi

Penyelengaraan Ibadah Haji (PIH) meliputi unsur kebijakan, pelaksanaan dan pengawasan. Kebijakan dan pelaksanaan dalam penyelenggaraan ibadah haji merupakan

Hasil evaluasi juga bisa digunakan untuk mengetahui apakah materi yang diajarkan telah tepat bagi siswa atau tidak, sehingga bisa dijadikan pedoman pada