• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 Isu Pembangunan dan Lingkungan Hidup Strategis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 Isu Pembangunan dan Lingkungan Hidup Strategis"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 1

BAB 4

Isu Pembangunan dan Lingkungan Hidup

Strategis

4.1. IsuPembangunan dan Lingkungan

Isu pembangunan dan lingkungan yang dikaji terhadap RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018 yang sering dibahas pada berbagai kajian dan forum diskusi, antara lain adalah sebagai berikut:

1) Penataan ruang: pemanfaatan ruang, termasuk kawasan lindung dan zonasi kawasan budi daya

2) Sumber daya hutan dan lahan: fungsi hutan sebagai kawasan lindung, dan produksi hutan serta cadangan, yang menghadapai permasalahan kerusakan lahn lahan atau lahan kritis oleh kebakaran hutan, pembalakan kayu, dan perambahan lahan hutan

3) Sumber daya pesisir:mengalami kerusakan hutan mangrove di Pantura Jawa Barat, dan kerusakan gumuk pasir dunes di Pansel. Fungsi hutan mangrove melindungi kawasan pesisir, yang sangat penting untuk mendukung produksi perikanan budi daya dan tangkap dan wisata alam

4) Sumber daya pangan: produksi pangan dari pertanian, peternakan, dan perikanan membutuhkan sumber daya lahan dan sumber daya air. Lahan pertanian banyak mengalami alih fungsi, sedangkan sumber air banyak mengalami pencemaran. Disamping intu sarana sumber daya air belum sepenuhnya mencukupi air pertanian

5) Sumberdaya air:permasalahan kekurangan air pertanian di musim kemarau, dan kekurangan sumber air baku penduduk yang memenuhi syarat kualitas air. Selain itu masalah genangan banjir di musim hujan, pencemaran air sungai, danau, waduk, pesisir dan laut, serta ketersediaan air tanah yang menurun.

6) Sumber daya energi: batu bara, PLTA dan PLTA mini, geothermal dan bioenergi 7) Lingkungan permukiman: air limbah domestic, sampah kota termasuk domestik

(2)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 2

8) Lingkungan industri:Pembatasan dan zonasi industri beban pencemaran

tinggi,daur ulang air limbah industri dan pengembangan industri kering

9) Perhubungan:pembangunan jalan yang berdampak alih fungsi lahan, genangan banjir akibat aliran air dan drainase terhambat.

10) Pencemaran Udara dan Perubahan Iklim: pencemaran udara akibat industri, transportasi dan domestic yang menimbulkanemisi gas rumah kaca berpotensi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Perubahan iklim tersebut menyebabkan perubahan waktu musim hujan dan musim kemarau serta intensitas curah hujan

(3)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 3

4.1.1. Penataan Ruang

RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten dan Kota perlu sinkronisasi sesuai dengan daya dukung sumber daya lahan dan sumber daya air.

Zonasi berbagai kegiatan pembangunan, terutama kawasan industri perlu dihindari dampak konversi lahan pertanian, dan menyesuaikan dengan daya tampung beban pencemaran air sungai dan waduk.

Kebijakan tata ruang yang dilakukan oleh Provinsi Jawa Barat sering kali belum sesuai dengan kebijakan tata ruang di kota maupun kabupaten sehingga Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengalami kesulitan untuk memenuhi harapan dari Kebijakan rencana dan program yang dilakukannya. Seperti pengembangan kawasan lindung di beberapa wilayah kota dan kabupaten berbenturan dengan kawasan terbangun yang direncanakan oleh wilayah kota dan kabupaten yang bersangkutan. Berdasarkan permasalahan di atas dibutuhkan komitmen bersama dalam melakukan sinkronisasi kebijakan provinsi dengan kota maupun kabupaten.

Berdasarkan citra satelit Landsat tahun 2012 dari BPLHD Jawa Barat, luas hutan primer 32.338 Ha, hutan sekunder 283.559 Ha dan hutan mangrove Pantura 1.470 Ha, sehingga jumlah luasnya hanya 317.366 Ha atau 8 % dari luas wilayah Jawa Barat

Hutan lindung di Pantura Jawa Barat yang ditetapkan luasnya 33.300 Ha berupa hutan mangrove, sebagian besar rusak berat , hanya menyisakan luas hutan mangrove 1.470 Ha berdasarkan citra satelit Google tahun 2012.

Permasalahan Tata Ruang yang terjadi adalah sebagai berikut:

• RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten dan Kota perlu sinkronisasi sesuai dengan daya dukung sumber daya lahan dan sumber daya air.

• Zonasi berbagai kegiatan pembangunan, terutama kawasan industri perlu dihindari dampak konversi lahan pertanian, dan menyesuaikan dengan daya tampung beban pencemaran air sungai dan waduk.

(4)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 4

Tabel 4.1. Penataan Ruang

Tema Isu Pembangunan

Berkelanjutan Penataan Ruang

Gambaran

Singkat Dokumen RTRW dan RDTR Kondisi ketersediaan dokumen RTRW dan RDTR adalah sebagai berikut:

a. Tingkat ketersediaan Dokumen RDTR Kabupaten dan Kota 10 % b. Tingkat Penanganan Raperda Kawasan Strategis Provinsi 47 % c. Tingkat penyediaan RTH Publik Perkotaan 10 %

Kawasan Lindung

Perda No. 22 Tahun 2010 RTRW Provinsi Jawa Barat menetapkan luas kawasan lindung 45 % dari luas wilayah Provinsi, yang penyebarannya bertumpu pada beberapa kabupaten yang memiliki kawasan hutan, yaitu:

a. Kabupaten Bogor 66,49 % b. Kabupaten Sukabumi 60,00 % c. Kabupaten Cianjur 60,16 % d. Kabupaten Bandung 79,76 % e. Kabupaten Garut 64,85 % f. Kabupaten Tasikmalaya 66,49 %

Kondisi tersebut menyebabkan beberapa kabupaten memerlukan revisi RTRW mengingat luasan tersebut tidak sinkron, bahkan beberapa kabupaten tidak dapat memenuhi luasan hutan lindung untuk kawasan lindung di Jawa Barat tersebut.

Demikian juga hutan lindung di Pantura Jawa Barat yaitu hutan mangrove sebagian besar rusak berat dan alih fungsi.

Tujuan Target

dan Indikator Program Penataan Ruang dengan target berikut: a. Tingkat ketersediaan Dokumen RDTR Kab./Kota (100 %)

b. Tingkat Penanganan Raperda KSP Kaw. Strategis Provinsi c. (100%)

d. Tingkat penyediaan RTH Publik Perkotaan min 20%

Program Pengelolaan Kawasan Lindung dengan target capaian fungsi kawasan lindung terhadap luas wilayah propinsi 45 %

Isu penting RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten dan Kota perlu sinkronisasi sesuai

dengan daya dukung sumber daya lahan dan sumber daya air.

Zonasi berbagai kegiatan pembangunan, terutama kawasan industri perlu dihindari dampak konversi lahan pertanian, dan menyesuaikan dengan daya tampung beban pencemaran air sungai dan waduk.

Data baseline Berdasarkan citra satelit Landsat tahun 2012 dari BPLHD Jawa Barat, luas

hutan primer 32.338 Ha, hutan sekunder 283.559 Ha dan hutan mangrove Pantura 1.470 Ha, sehingga jumlah luasnya hanya 317.366 Ha atau 8 % dari luas wilayah Jawa Barat

Hutan lindung di Pantura Jawa Barat yang ditetapkan luasnya 33.300 Ha berupa hutan mangrove, sebagian besar rusak berat, hanya menyisakan luas hutan mangrove 1.470 Ha berdasarkan citra satelit Google tahun 2012. Pemangku

kepentingan Bappeda Diskimrum

(5)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 5

4.1.2. Permasalahan Sumber Daya Hutan dan Lahan

Berdasarkan fungsinya, hutan lindung di Provinsi Jawa Barat memiliki luas 291 ribu ha atau 28% dari luas kawasan hutan secara keseluruhan. Dominasi fungsi kawasan hutan adalah hutan produksi dan hutan produksi terbatas yang memiliki proporsi masing-masing 37% dan 18%, yang menunjukkan besarnya fungsi ekonomi kawasan hutan di Jawa Barat.

Grafik4.1. Presentasi Luas Lahan Kawasan Lindung di Provinsi Jawa Barat

Secara umum kondisi lahan kritis di Jawa Barat mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Majalengka adalah kabupaten yang memiliki proporsi luas lahan kritis terbesar yaitu masing-masing sebanyak 15% dari total keseluruhan lahan kritis yang ada.

(6)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 6

Grafik 4.2. Perkembangan Lahan Kritis di Provinsi Jawa Barat Tahun 2007 - 2012

(7)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 7

4.1.2.1. Lahan kritis

Berdasarkan hasil inventarisasi, luas lahan kritis di Jawa Barat pada tahun 2007 sebesar160.382 ha dengan kategori sangat kritis 19.487 ha dan kritis 140.895 ha. pada tahun2011, luas lahan kritis tersebut mengalami peningkatan menjadi 483.944 ha dengankategori sangat kritis 68.139 dan kategori kritis sebesar 415.806 ha. Salah satu upayauntuk menghijaukan lahan kritis tersebut dilakukan kegiatan rehabilitasi lahan di dalamdan diluar kawasan hutan. Sejak tahun 2003 s.d. 2008 kawasan yang telah direhabilitasiseluas 208.230 ha, dimana seluas 68.786 ha berada dalam kawasan dan 139.444 hadiluar kawasan hutan. Melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan satu miliarpohon, pada tahun 2010 telah tertanam 83.319.255 batang pohon, dan pada tahun2011 telah tertanam 64.280.027 batang pohon.

Gambar 4.1. Kawasan Hutan Gunung Tilu dan Lembah Cilengkrang di Wilayah TN. Gunung Ciremai

(8)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 8

4.1.2.2.Proporsi Kawasan Lindung dengan Kawasan Budidaya menurut RTRW Provinsi Jawa Barat

Proporsi luas Kawasan Lindung menurut RTRWP Provinsi Jawa Barat seluas 1.654.697,27 Ha atau 44,66 % dan Luas Kawasan Budidaya 384.289,03 atau 10,37%.

Tabel 4.2.Luas Kawasan Lindung di Jawa Barat berdasarkan Perda No. 22 Tahun 2010

No. Kabupaten/ Kota Luas Wilayah

(Ha)

Luas Kawasan Lindung (Ha) Kawasan

Budi Daya Hutan (Ha) Non Hutan (Ha) Jumlah Jumlah Luas (Ha) 1 Kabupaten Bogor 298.015,40 43.478,12 67.967,89 111.446,01 39.685,95 2 Kabupaten Sukabumi 417.701,30 50.062,31 227.682,21 277.744,52 57.302 3 Kabupaten Cianjur 358.684,80 51.238,93 163.984,46 215.223,39 41.841,56 4 Kabupaten Bandung 176.565,27 52.843,86 53.373,68 106.217,54 2.201,33 5 Kabupaten Garut 309.001,30 93.270,69 153.202,38 246.473,07 11.949,95 6 Kabupaten Tasikmalaya 267.522,40 17.138,76 156.351,64 173.490,40 31.165,40 7 Kabupaten Ciamis 281.412,60 5.725,67 112.487,05 118.212,72 30.738,66 8 Kabupaten Kuningan 122.289,30 9.572,31 51.970,98 61.543,29 25.241,90 9 Kabupaten Cirebon 105.604,20 7,17 1.412,53 1.419,70 4.388,81 10 Kabupaten Majalengka 131.904,80 10.144,55 35.266,04 45.410,59 17.957,04 11 Kabupaten Sumedang 156.061,70 18.528,39 71.782,72 90.311,11 28.205,67 12 Kabupaten Indramayu 207.182,30 5.595,04 644,26 6.239,30 30.895,88 13 Kabupaten Subang 215.644,30 12.644,13 35.986,51 48.630,64 13.654,09 14 Kabupaten Purwakarta 96.845,12 2.561,36 37.148,54 39.709,90 18.296,13 15 Kabupaten Karawang 191.209,30 8.601,42 15.217,16 23.818,58 13.435,27 16 Kabupaten Bekasi 128.127,40 11.449,87 3.548,65 14.998,52 - 17 Kabupaten Bandung Barat 130.617,28 21.705 42.690 64.395,10 15.469,00 18 Kota Bogor 10.981,58 - 234,50 234,50 - 19 Kota Sukabumi 5.301,05 - 1.236,70 1.236,70 445,55 20 Kota Bandung 16.440,12 0,98 164,04 165,02 - 21 Kota Bekasi 20.159,01 - - - - 22 Kota Depok 18.973,00 7,00 - 7,00 - 23 Kota Cimahi 4.468,39 - - - - 24 Kota Tasikmalaya 21.101,42 1188,38 6581,29 7.769,67 261,05 25 Kota Banjar 9.793,34 - - - 1.153,79 26 Kota Cirebon 3.329,72 - - - -

Jumlah

3.704.936,40 415.763,94 1.238.933,23 1.654.697,27 384.289,03

Persentase % 100

11,22

33,44

44,66

10,37

(9)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 9

Tabel 4.3. Sumber Daya Hutan dan Lahan

Tema Isu Pembangunan

Berkelanjutan Sumber Daya Hutan dan Lahan

Gambaran

Singkat Kawasan Ekoregion a. Kawasan Ekologi Cidurian – Citarum: mempunyai luas 10.770,73 km²,

dan terdapat areal yang ditetapkan sebagai hutan konservasi dan hutan lindung terutama di puncak gunung dan daerah pantai. Sekitar seperempat luas kawasan (2.606,00 km²) tergolong rawan longsor menengah sampai tinggi

b. Kawasan Ekologi Cilamaya - Cipanasmempunyai luas 5.213,53 km², dan terdapat lima areal hutan yang telah ditetapkan sebagai hutan

konservasi dan hutan lindung, dengan total luas 18.157,6 Ha.Sekitar 724,15 km² daerah hulu tergolong mempunyai daya resap air tinggi sampai sedang dan sekitar 409,51 km² tergolong mempunyai daya resap kecil sampai kedap air. Sedangkan sekitar 593,47 km² daerah hulu tergolong rawan longsor menengah sampai tinggi

c. Kawasan Ekologi Cimanuk - Cisanggarung, mempunyai luas6.424,42 km². Sekitar separuh kawasan (3.488,45 km2) tergolong mempunyai daya resap air tinggi sampai sedang dan sekitar seperenam luas kawasan (1.102,89 km²) tergolong mempunyai daya resap kecil sampai kedap air. Sekitar seperempat luas kawasan(1.533,64 km²) tergolong rawan longsor menengah sampai tinggi, lokasinya tersebar dipegunungan patahan dan rangkaian gunung api.

d. Kawasan Ekologi Citanduy – Cimandiri mempunyai luas 14.800,10 km², terdapat areal yang ditetapkan sebagai hutan konservasi dan hutan lindung, terutama di pegunungan dan daerah pantai.Lebih dari separuh kawasan (8.608,30 km²) tergolong mempunyai daya resap kecil sampai kedapair dan hampir seluruh kawasan (14.047,52 km²) tergolong rawan longsor dan peka erosi.

Luas Hutan

a. Jumlah luas hutan negara pada tahun 2010 adalah 522.444 Ha yang tersebar di kabupaten-kabupaten di Jawa Barat, yang sebagian besar berada di kabupaten Tasikmalaya, Garut, Sukabumi dan Cianjur b. Jumlah luas hutan rakyat pada tahun 2012 adalah 271.803 Ha dengan

produksi kayu 2.642.498 mᵌ. Daerah yang luasnya besar adalah Kabupaten Sukabumi, Tasikmalaya, Garut dan Ciamis

Tujuan Target

dan Indikator Program Pengelolaan Kawasan Lindung dengan target capaian fungsi kawasan lindung terhadap luas wilayah 45 %

Program Rehabilitasi dan Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup menetapkan target sebagai berikut:

a. Tingkat rehabilitasi lahan kritis diluar kawasan hutan Negara 100 % b. Tingkat rehabilitasi lahan kritis di dalam kawasan hutan negara 100 %

Program Pengelolaan ekosistem pesisir dan laut dengan target tingkat rehabilitasi hutan mangrove 36 % dari luas yang rusak 15.000 Ha.

(10)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 10

Tabel 4.3. Sumber Daya Hutan dan Lahan (Lanjutan)

Tema Isu Pembangunan

Berkelanjutan Sumber Daya Hutan dan Lahan

Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan, dengan target berikut: a. Meningkatnya produksi kayu 40 %

b. Unit hutan rakyat bersertifikasi 6 unit

c. Jumlah indutri kehutanan yang tertib perijinannya 25 unit d. Jumlah industri primer kehutanan 10 unit

e. Peningkatan produksi kayu olahan dari 1.186.018 m3 menambah 50 % f. Tertib penatausahaan hasil hutan dari 26 unit menaambah 135 unit g. Peningkatan penerimaan retribusi Tahura Ir. H. Djuanda yang saat ini Rp.

1,6 Milyar bertambah 50 %

h. Peningkatan produksi aneka usaha kehutanan yang saat ini 5.000 ton menambah 50 %

i. Jumlah obyek wisata alam hutan yang produktif yang saat ini 6 lokasi menambah 10 lokasi

j. Jumlah kelompok kerja penunjang imbal jasa lingkungan yang saat ini 5 kelompok menambah 10 kelompok

k. Tingkat partisipasi Masyarakat Desa Sekitar Hutan dalam pengelolaan hutan 100 %

Isu penting Kerusakan lahan akibat erosi dan longsoran yang disebabkan penggundulan

hutan dan pengolahan lahan yang salah, menyebakan sedimentasi sungai dan waduk dan menambah dampak genangan banjir karena menurunkan daya dukung badan air

Program kegiatan konservasi

Data baseline a. Jumlah luas lahan kritis 608.813 Ha, sebagian besar berada pada lahan

hutan rakyat yang kritis 450,539 Ha, sisanya berada di hutan negara

b. Luas kawasan hutan mangrove 33.300 Ha, sebagian besar rusak, hanya menyisakan luas tumbuhan mangrove hanya 1.470 Ha, sehingga memerlukan rehabilitasi 31.829 Ha.

Pemangku

kepentingan a. Dinas Kehutanan b. Distan Tanaman Pangan

(11)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 11

4.1.3. Kondisi Sumber Daya alam dan Lingkungan Hidup

Data pembanding untuk mengkaji KLHS RTRW Jawa Barat antara lain adalah

1) Luas Kawasan Lindung di Jawa Barat berdasarkan Perda No. 22 Tahun 2010, yang menunjukkan luas kawasan tersebut banyak perbedaan apabila dibandingkan dengan luasnya pada RTRW kabupaten dan kota

2) Data produksi perikanan budidaya, yang menunjukkan produksi ikan di kabupaten-kabupaten Bandung Barat, Cianjur dan Purwakarta menunjukkan waduk –waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur menanggung beban pencemaran yang tinggi yang berasal dari limbah pakan ikan.

3) Data luas hutan mangrove di wilayah Pesisir Utara Jawa Barat menunjukkan tingkat kerusakannya sangat tinggi, sedangkan rencana konservasinya masih terbatas hanya 15.000 Ha

(12)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 12

Tabel 4.3. Produksi Perikanan Budidaya di Jawa Barat

No Kabupaten / Kota Budidaya

Air Tawar Budidaya Tambak 1 Kab Bogor 56.486,81 0 2 Kab Sukabumi 2.166,37 553,90 3 Kab Cianjur 80.483,39 192,00 4 Kab Bandung 8.363,41 0 5 Kab Garut 39.978,28 147,43 6 Kab Tasikmalaya 37.053,89 101,88 7 Kab Ciamis 22.915,44 715,50 8 Kab Kuningan 9.919,43 0 9 Kab Cirebon 1.992,34 15.821,03 10 Kab Majalengka 6.071,50 0 11 Kab Sumedang 5.366,13 0 12 Kab Indaramayu 51.214,61 101.454,95 13 Kota Subang 19.232,70 14.563,04 14 Kota Purwakarta 110.660,25 0 15 Kota Karawang 3.242,50 35.459,30 16 Kota Bekasi 1.588,75 26.738,84

17 Kab Bandung Barat 30.393,28 0

18 Kota Bogor 3.639,24 0 19 Kota Sukabumi 1.591,72 0 20 Kota Bandung 2.517,95 0 21 Kota Cirebon 127,61 127,42 22 Kota Bekasi 1.086,90 0 23 Kota Depok 1.712,00 0 24 Kota Cimahi 160,00 0 25 Kota Tasikmalaya 8.407,87 0 26 Kota Banjar 2.392,74 0 Jumlah 508.765,11 195.875,29

(13)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 13

Gambar 4.3. Pemanfaatan SDA untuk Budidaya Perikanan di Waduk

Saguling

(14)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 14

Gambar 4.5. Pemanfaatan SDA untuk Budidaya Perikanan di Waduk

Jatiluhur

(15)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 15

4.1.4. Permasalahan Sumber Daya Pesisir 4.1.4.1. Potensi Mangrove di Area Tambak

Kecamatan Cilamaya Wetan terdapat mangrove yang sebagian besar adalah mangrove yang dibudidayakan di tambak. Sebagian pembudidaya tambak merasakan manfaat keberadaan mangrove yang ditanam sekitar tambak yaitu masa budidaya ikan maupun udang relatif baik dan tahan terhadap fluktuasi cuaca ekstrim, sehingga dapat menunjang hasil panen. Mangrove dapat meningkatkan perkembangan udang-udang kecil atau pemijahan induk udang.

- Mangrove pada tambak yang ditanam tidak ditata

- Mangrove pada tambak yang ditanam dengan ditata, berada pada pematang tambak, berfungsi memperkuat struktur pematang

(A) (B)

Gambar 4.6.AMangrove ukuran kecil 1 meter yang ditanam pada pematang tambak, dapat memperkuat struktur tanah pematang

Lokasi: Desa Muara – Cilamaya Wetan Koordinat: BT 107° 38' 5,86", LS 6° 12' 24,15"

Gambar 4.6.B Mangrove pada Tambak dengan ketinggian 3 meter dengan letaknya berada di tengah tambak

Lokasi: Desa Muara – Kecamatan Cilamaya Wetan Koordinat: BT 107° 38' 3,69", LS 6° 12' 26,016"

(16)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 16

4.1.4.2. Permasalahan Kerusakan Hutan Mangrove di Pantai Utara Jawa Barat Mangrove di Pantai Utara Jawa Barat Banyak mengalami kerusakan hampir di setiap kabupaten pesisir, kerusakan diakibatkan adanya perubahan pemanfaatan lahan dari mangrove menjadi tambak. Salah satunya kerusakan mangrove seperti yang terjadi di Kabupaten Karawang.

Secara umum kerusakan mangrove terjadi di Pantai Utara Jawa Barat diakibatkan alih fungsi lahan mangrove menjadi budidaya perikanan tambak atau pertanian. Hasil kayu mangrove dijual oleh masyarakat sedangkan sisa mangrove dibakar dan dijadikan tambak masyarakat. Contoh permasalahan kerusakan hutan mangrove terjadi di Desa Muara – Kecamatan Cilamaya Wetan. Kerusakan akan berdampak terhadap hilangnya tanaman mangrove yang berfungsi untuk konservasi dan penahan abrasi pantai.

Gambar 4.7. Masalah konversi lahan mangrove menjadi tambak oleh masyarakat mengurangi fungsi konservasi pantai yang sudah dilakukan oleh

pemerintah

Desa Muara – Kecamatan Cilamaya Wetan

Hutan Mangrove Yang telah ditebang Tambak

(17)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 17

Tabel. 4.5. Luas Hutan Mangrove di Wilayah Pesisir Utara Jawa Barat No. Kabupaten/ Kota Jumlah Kondisi Hutan Mangrove (Ha)

Luas Baik Sedang Rusak

1 Kab. Bekasi 606,00 440,00 - 166,00 2 Kab. Karawang 9.983,93 629,66 3.953,96 5.400,31 3 Kab. Subang 3.628,80 1.520,60 765,8 1.340,4 4 Kab. Indramayu 17.782,06 82,00 4.210,71 13.489,4 5 Kab. Cirebon 1.284,30 347,00 800,00 137,30 6 Kota Cirebon 15,00 6,00 2,00 7,00 Jumlah 33.298,14 3.025,26 9.732,47 20.540,41 Sumber : Buku Pengumpulan Data Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Dinas

Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, 2010.

4.1.4.3. Budi Daya Tambak di Pesisir Pantai Utara

Budi daya tambak merupakan salah satu potensi ekonomi di pesisir PANTURA Jawa Barat. Penyebaran areal, pengelolaan dan luas areal budi daya tambak di setiap kabupaten tergantung antara lain dari potensi lahan dan kondisi tata air yang sesuai untuk budi daya tambak.

Luas area tambak, di setiap kabupaten di pesisir pantai utara Jawa Barat menunjukkan jumlah luas areal lahan tambak 65.070 Ha. Perbedaan luas kotor (luas lahan dan perairan) dan luas bersih (luas perairan) menunujukkan lahan daratan sekeliling petak tambak. Tambak yang terluas ada di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Karawang. Sebagian lahan tambak juga ditanami mangrove yang dibudidayakan oleh masyarakat pembudidaya tambak.

Komoditas yang dikembangkan di lahan budidaya tambak adalah Rumput Laut (Euchema spp), Kakap (Lates carcarifer), Kerapu (Ephinephelus spp), Udang Windu (Paneus monodon), Udang Putih (Paneus marguensis), Bandeng (Channos channos) dan Kerang-kerangan serta jenis ikan lainnya.

Kondisi budidaya tambak di setiap kabupaten diuraikan sebagai berikut: 1. Tambak Kabupaten Bekasi

Tambak di Kabupaten Bekasi berada di Kecamatan Muara Gembong dan Kecamatan BabelanJenis tambak yang dilakukan di wilayah ini adalah tambak dengan teknologi sederhana atau tradisional. Penggunaan pakan alami dan pakan

(18)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 18

buatan menjadikan biaya produksi untuk budidaya dapat ditekan. Jenis komoditi yang ada adalah bandeng dan udang.

Keberadaan bertahannya budidaya udang dikarenakan adanya penanaman mangrove di area tambak, sehingga pembudidaya udang dapat melakukan panen udang dengan baik.

Gambar 5.3. Tambak yang ada sekitar Muara Kali Solokan, dan Ikan

Bandeng Hasil Panen Budidaya Tambak

Lokasi: Desa Hurip Jaya – Kecamatan Babelan Koordinat: BT 107° 0' 24,85", LS 6° 3' 2,80"

Gambar 4.8. Mangrove Tambak dengan Ketinggian 3 Meter dan Umur Tanam 2 Tahun

Lokasi: Desa Jaya Sakti - Kecamatan Muara Gembong Koordinat: BT 107° 1' 48,46" LS 5° 59' 29,15"

(19)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 19

1. Tambak di Kabupaten Karawang

Daerah tambak di Kabupaten Karawang terdapat di Kecamatan Cilamaya, Tempuran, Kecamatan Pedes, Kecamatan Cibuaya, Kecamatan Tirtajaya, Kecamatan Batujaya, dan Kecamatan Pakisjaya. Seumumnya tambak di Kabupaten Karawang adalah tambak tradisional, dan hanya sebagian kecil merupakan tambak intensif.

Tambak tradisional saat ini masih berfungsi seperti tambak yang ada di Desa Muara Kecamatan Cilamaya karena adanya pembinaan kelompok pembudidaya tambak. Luas tambak di Desa Muara Kecamatan Cilamaya yaitu 599 ha, dikelola oleh 16 kelompok pembudidaya tambak, yang masing-masing kelompok beranggotakan 18 orang. Tambak di sini dikelola secara tradisional, bibit yang ditanam baik udang maupun bandeng tidak diberikan pakan melainkan menggunakan pakan alami. Para petani tambak di sini secara berkala diberikan penyuluhan oleh Dinas terkait Pemda Kabupaten Karawang. Petani tambak sangat mengerti tentang manfaat dari keberadaan hutan mangrove antara lain :

1. Daun mangrove yang gugur ketambak dapat dijadikan sebagai pakan bandeng dan udang.

2. Dapat mencegah pirus White Spot yang merupakan hama bagi udang. 3. Tempat bersarangnya udang api-api .

Gambar 4.9. Mangrove ukuran kecil 1 meter yang ditanam pada pematang tambak, dapat memperkuat struktur tanah pematang

Lokasi: Desa Muara – Cilamaya Wetan Koordinat: BT 107° 38' 5,86", LS 6° 12' 24,15"

(20)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 20

2. Tambak di Kabupaten Subang

Lahan budidaya tambak di Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang ditunjang prasarana pengairan irigasi tambak dan aerator, sehingga berkembang budidaya udang secara intensif dengan pakan buatan berbentuk pelet (Gambar 4.10).

Gambar 4.10. Budi Daya Tambak Sistem Intensif dengan Aerator dan Pakan Ikan di Kabupaten Subang

3. Tambak di Kabupaten Indramayu

Tambak berkembang di kecamatan yang berada di pantai utara, yaitu Kecamatan Krangkeng, Kecamatan Balongan, Kecamatan Cantigi, Kecamatan Indramayu, Kecamatan Pasekan

Seumumnya komiditi tambak yang dibudidayakan adalah Ikan Bandeng, namun terdapat beberapa kecamatan membudidayakan udang seperti yang ada di Kecamatan Krangkeng.

Selain terdapatnya potensi budidaya di daerah tambak juga terdapat komoditi tangkap yang memberikan manfaat bagi pembudidaya yaitu terdapat udang yaitu udang api api. Udang tersebut masuk melalui Kali Song yang merupakan anak Sungai Cimanuk. Keberadaan udang api api sangat bermanfaat untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitarnya, karena selain dapat dikonsumsi sebagai makanan juga dapat dijual.

(21)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 21

Gambar 4.11. Masyarakat pembudidaya tambak udang yang sedang panen, dan Tanaman Mangrove Sekitar tambak

Lokasi: Desa Kalianyar Kecamatan Krangkeng – Kabupaten Indramayu Koordinat BT: 108° 31' 34,387" LS: 6° 30' 10,473"

Gambar 4.12. Tanaman Mangrove Sekitar Tambak di Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu

Gambar 4.13. Tambak Aktif budidaya Bandeng dan Udang Lokasi: Kecamatan Pasekan – Kabupaten Indramayu

(22)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 22

4. Tambak di Kabupaten Cirebon

Daerah potensi tambak berada di Kecamatan Losari, Kecamatan Gebang, Kecamatan Pangenan, Kecamatan Astanajapura, Gunungjati, dan Kecamatan Kapetakan. Seumumnya tambak di Kabupaten Cirebon menggunakan sistem teknologi sederhana/tradisional. Situasi tambak tradisional banyak menggunakan percampuran antara pakan buatan dan pakan alami. Bahkan beberapa daerah tambak seperti di Kecamatan Gebang sepenuhnya menggunakan pakan alami. Beberapa area tambak ada yang khusus mengembangkan plankton sebagai pakan alami, karena dapat mengurangi biaya operasional budidaya tambak. Sebagian besar jenis komoditi yang dibudidayakan adalah ikan bandeng.

Beberapa area tambak banyak yang menggunakan pakan alami.

Budidaya udang dikembangkan di Kecamatan Gunungjati, namun seringkali pembudidaya mengalami kegagalan panen sehingga udang yang masih berukuran kecil sudah dijual agar tidak mengalami kerugian.

Gambar 4.14. Tambak Bandeng dan Plankton yang Dibiakan pada Tambak Sebagai Pakan Alami Ikan Bandeng

(23)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 23

Gambar 4.15. Area Tambak Udang Yang Sudah Dilakukan Panen dan Pengangkutan Udang Vanamae dari Tambak

Lokasi: Desa Jatimekar, Kecamatan Gunungjati.

Tabel 4.6. Luas Mangrove di Wilayah Pesisir Utara Jawa Barat Berdasarkan Citra Satelit Google Tahun 2012

No. Kabupaten/ Kota Luas di Hutan (Ha) Luas di Tambak (Ha) Jumlah Luas (Ha) 1 Kab. Bekasi 329 322 651 2 Kab. Karawang 82 163 245 3 Kab. Subang 679 2.354 3.033 4 Kab. Indramayu 165 196 361 5 Kab. Cirebon 199,15 126,22 325 6 Kota Cirebon 16,2 1,3 18 Jumlah 1.470 3.163 4.632

Sumber: Interpretasi citra satelit Google dan pengecekan di lapangan oleh Tim Konsultan Ecoterra Multiplan 2013

651 245 3.033 361 325 18 0 100 200 300 400 500 600 700

Kab. Bekasi Kab.

Karawang SubangKab. IndramayuKab. CirebonKab. CirebonKota

Grafik 4.3. Luas Mangrove (Ha) di Wilayah Pesisir Utara Jawa Barat Berdasarkan Citra Satelit Google Tahun 2012

(24)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 24

Tabel 4.7. Luas Lahan dan Perairan Perikanan Budi Daya Tambak No Kabupaten Kotor Luas

(Ha) Luas Bersih (Ha) Kotor/ Bersih Luas Citra Satelit Google (Ha) 1 Kab.Bekasi 10.434,00 9.924,00 1,05 8.580,32 2 Kab.Karawang 18.273,30 15.567,40 1,17 18.431,56 3 Kab.Subang 8.539,39 6.831,51 1,25 9.519,11 4 Kab.Indramayu 22.350,31 17.880,25 1,25 23.669,00 5 Kab.Cirebon 5.425,70 3.774,00 1,44 10.319,9 6 Kota Cirebon 47,20 44,84 1,05 352,67 Jumlah 65.070 54.022 1,20 70.812,67 Sumber: Statistik Perikanan tahun 2011,Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, 2013

4.1.4.4. Kerusakan Kawasan Pantai Selatan Jawa Barat dan Pertambangan Kegiatan pertambangan pasir besi telah meluas di wilayah Selatan Jawa Barat. Potensi bahan galian pasir besi tersebut berada di kabupaten-kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis. Berdasarkan data perizinan yang pernah dikeluarkan sampai tahun 2011 jumlah luas wilayah izin tambang adalah 33.115 Ha, yang terluas di Kabupaten Cianjur kemudian Kabupaten Garut. Meskipun pada saat ini berlaku pembekuan perizinan, tinjauan di lapangan menunjukkan ada beberapa kegiatan penambangan dan pengiriman hasil tambang keluar daerah.

Kerusakan lahan pantai banyak terjadi karena beberapa hal, antara lain yaitu: a) Lokasi izin tambang berada pada lahan didalam batas sempadan pantai.

b) Lokasi izin tambang tumpang tindih dengan daerah permukiman dan pertanian. c) Teknik penambangan merusak garis pantai sehingga menimbulkan abrasi pantai. d) Teknik menambangan merusak bukit sand dunes yang merupakan pelindung

alami pantai selatan dari bencana tsunami.

e) Sarana transportasi hasil penambangan rusak parah karena daya dukungnya rendah.

f) Pembangunan dermaga pelabuhan dengan sistem penimbunan menjorok kelaut berpotensi menyebabkan abrasi pantai.

(25)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 25

Tabel 4.8. Luas Wilayah Tambang Pasir Besi Berdasarkan Perizinan di Jawa Barat Selatan

Kabupaten Luas (Ha)

Sukabumi 5579,46

Cianjur 15800,09

Garut 10076,00

Tasikmalaya 1659,89

Jumlah 33115,44

Potensi terbesar pasir besi Kabupaten Sukabumi terdapat di Kecamatan Tegalbuleud, dimana selama periode tahun 2008 sampai 2011 telah ada beberapa perizinan penambangan pasir besi dengan jumlah luas 5579,5 Ha dan sebagian sudah atau pernah berproduksi. Izin penambangan seluas 15.800,09 Ha yang lokasinya berada di Kecamatan-kecamatan Agrabinta, Cidaun dan Sindangbarang, juga telah dikeluarkan oleh Kabupaten Cianjur. Kegiatan pertambangan pernah intensif sehingga dampaknya cukup parah.

Kabupaten Garutterdapat potensi pasir besi yang membentang hampir sepanjang garis pantai selatan. Periizinan yang pernah dikeluarkan adalah seluas 14.076 Ha. Lokasinya berada di Kecamatan-kecamatan Bungbulang, Mekamukti, Pakenjeng, Cikelet, Caringin, Pameungpeuk dan Cibalong. Kegiatan pertambangan belum banyak, sehingga dampaknya relatif masih terbatas. Wilayah izin usaha tambang di Kabupaten Tasikmalaya adalah 6.456 Ha, memanjang pantai selatan di Kecamatan Cikalong, Cipatujah, dan Kecamatan Karangnunggal. Kegiatan pertambangan pernah intensif sehingga dampaknya juga cukup parah. Kabupaten Ciamis menerbitkan empat izin ekplorasi untuk bahan tambang. Lokasi yang dijadikan tempat ekplorasi seluruhnya berada di wilayah Ciamis selatan di sekitar pantai Kecamatan Kalipucang dan Cimerak. Sebagian besar izin eksplorasi ada di Kecamatan Cimerak seluas 22.328 hektar, sedangkan di Kecamatan Kalipucang hanya 200 hektar.

(26)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 26

Gambar 6.2. Peta Rencana Pola Ruang (

Gambar 4.16. Peta Rencana Pola Ruang (RTRWP Jawa Barat) dan Wilayah Izin Usaha Penambangan

(27)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 27

Gambar 4.17. Potensi Pertambangan di Jawa Barat dan Pertambangan

Pasir Besi di Bagian Selatan Jawa Barat

(28)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 28

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000

SUKABUMI CIANJUR GARUT TASIKMALAYA

KABUPATEN L U A S W IL A Y A H IZ IN P E R T A M B A N G A N ( H A )

Grafik 4.4. Luas Wilayah Izin Penambangan Pasir Besi Jawa Barat Selatan

(29)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 29

Gambar 4.19. Profil 3

Sempadan Pantai Kec.Tegalbuleud, Kab.Sukabumi, pada jarak 374 m Kemiringan rata-rata : 3,8% - 2,4 %

Beda tinggi 9 m dari muka air laut

Termasuk dalam wilayah Ijin Usaha Pertambangan

Gambar 4.20. Kondisi Tanggul Pantai di Kec. Tegalbuleud,

Kab.Sukabumi

(30)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 30

Gambar 4.21. Kondisi Tanggul Pantai (sebagian telah rusak) di Kec.

Tegalbuleud, Kab.Sukabumi

Faktor Utama Kerusakan Lahan Bekas Penambangan Pasir Besi 1. Sempadan Pantai

a. Perubahan topografi lahan sehingga tidak berfungsi untuk sebagai penahan gelombang laut (kasus pindahnya lokasi TPI, karena) sebagian perobahan topografi sempadan pantai).

• Kondisi awal sempadan pantai landai menjadi curam

• Hilangnya tumbuhan sempadan pantai sebagai penahan gelombang b. Rusaknya perbukitan gumuk pasir (sand dunes), sehingga sempadan pantai

menjadi terbuka

• Rusaknya sebagian gumuk pasir (sand dunes) untuk jalan angkutan pasir besi

(31)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 31

2. Muara dan Sempadan Sungai

a. Perubahan morfologi muara sungai dan sempadan sungai b. Rusaknya tanggul sempadan sungai

3. Lahan Daratan

a. Perubahan topografi lahan dan hilangnya lapisan atas tanah sebagai sumber daya alam hayati (flora-fauna).

b. Potensi terdapat kubangan/kolam air bekas penambangan

Gambar 4.22. Kerusakan Sempadan Pantai di Kmp. Cibiuk Muara S.Ciujung akibat Penambangan Pasir besi

Gambar 4.23. Kerusakan Sempadan Pantai di Kmp. Cibiuk Muara S.Ciujung akibat Penambangan Pasir besi

(32)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 32

Gambar 4.24. Profil 7 - 8 ( Penampang Memanjang )

Sempadan Pantai Kec. Sindangbarang, Kab.Cianjur, pada jarak 2,93 km Beda tinggi 9 m dari muka air laut

Termasuk dalam wilayah Ijin Usaha Pertambangan

(33)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 33

Tabel 4.9.Sumber Daya Pesisir

Tema Isu Pembangunan

Berkelanjutan Sumber Daya Pesisir

Gambaran

Singkat Buku Pengumpulan Data Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, 2010 menunjukkan luas hutan

33.298,14 Ha, yang berstatus baik hanya 3.025,26 Ha.

Statistik Perikanan tahun 2011, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, 2013 menunjukkan luas lahan tambak 65.070 Ha, yang meliputi luas perairannya 54.022 Ha.

Produksi ikan tambak adalah 194.164,58 ton/tahun senilai Rp 3.408,80 milyar/tahun

Tujuan Target

dan Indikator Program Pengelolaan ekosistem pesisir dan laut dengan target tingkat rehabilitasi hutan mangrove 36 % atau sekitar 5.000 Ha dari luas yang rusak

15.000 Ha.

Isu penting Kerusakan hutan mangrove menyebabkan hilangnya fungsi ekosistem hutan

pantai terhadap habitat satwa teretrial pesisir dan biota perairan pantai

Kehilangan perlindungan alami abrasi pantai oleh gelombang laut yang menyebabkan kehilangan lahan pesisir dan kerusakan sarana permukiman dan jalan di pesisir

Data baseline Hasil interpretasi citra satelit menunjukkan luas kawasan hutan mangrove di

Pantura Jawa Barat adalah 33.300 Ha, sebagian besar rusak berat, hanya menyisakan luas tumbuhan mangrove 1.470 Ha, sehingga memerlukan rehabilitasi 31.829 Ha.

Kerusakan garis pantai karena abrasi dan tidak ada perlindungan alami dari hutan mangrove adalah sepanjang 158 km

Pemangku

(34)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 34

4.1.5. Sumber Daya Pangan 4.1.5.1. Pertanian

Luas lahan pertanian di Jawa Barat sebesar 2.468.848 hektar dengan perincian lahan sawah seluas 942.974 hektar atau 38 % dari luasan lahan pertanian dan lahan non sawah seluas 1.526.834 hektar atau 62% dari luasan lahan pertanian, Sedangkan produksi padi adalah 11,27 juta ton/tahun

Pertanian di Jawa Barat sebagian besar merupakan irigasi teknis dengan luas 756.757 Ha atau 81 % , sedangkan Tadah hujan 178.270 atau 19 %. Besarnya irigasi teknis tersebut akan memperbesar potensi produktifitas pertanian sawah di Provinsi Jawa Barat.

Jawa Barat terdapat kabupaten yang memiliki Pertanian sawah beririgasi teknis terutama pada kabupaten yang berada di pesisir utara.Sawah beririgasi teknis paling besar terdapat di Kabupaten Indramayu dengan luas 93.058 Ha atau 12,3% dari luas irigasi di Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Karawang dengan luas 93.845 Ha atau 12,4 % dari luas irigasi di Provinsi Jawa Barat, selanjutnya adalah Kabupaten Subang memiliki irigasi seluas 77.895 Ha atau 10,3% dari luas irigasi teknis di Provinsi Jawa Barat.

Permasalahan:

a. Luas lahan pertanian menyusut karena konversi untuk permukiman dan kawasan industri. Sebagian lahan pertanian mengalami kekeringan di musim kemarau karena air irigasi tidak mencukupi.

b. Jumlah produksi peternakan masih belum memenuhi kebutuhan.Namun limbah peternakan yang ada belum dikelola dengan baik sehingga menyebabkan pencemaran air

c. Budi daya perikanan KJA menyebabkan pencemaran air waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur karena jumlahnya melebihi daya dukung badan air waduk, sehingga limbah pakan ikan menyebabkan pencemaran air yang berpotensi juga merusak sarana bangunan air

(35)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 35

Tabel 4.10. Luas Pertanian Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013

Sumber: Provinsi Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2013

Irigasi Teknis % Tadah Hujan % Lebak % Pasang Surut % JUMLAH %

(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 38.823 5,1 9.109 5,1 - 0 - 47.932 5,1 44.404 5,9 20.195 11,3 - 0 - 64.599 6,9 48.561 6,4 17.604 9,9 15 0,5 0 - 66.180 7,1 32.915 4,3 3.060 1,7 - 0 - 35.975 3,8 40.344 5,3 9.807 5,5 - 0 - 50.151 5,3 34.187 4,5 15.140 8,5 - 0 - 49.327 5,3 36.773 4,9 14.520 8,1 612 22,4 0 - 51.905 5,5 20.503 2,7 8.369 4,7 - 0 - 28.872 3,1 47.692 6,3 5.902 3,3 - 0 - 53.594 5,7 39.261 5,2 12.167 6,8 - 0 - 51.428 5,5 27.434 3,6 5.744 3,2 - 0 - 33.178 3,5 93.058 12,3 22.088 12,4 1.613 59,0 0 - 116.759 12,4 77.895 10,3 6.540 3,7 493 18,0 0 - 84.928 9,1 10.294 1,4 6.279 3,5 - 0 - 16.573 1,8 93.845 12,4 4.234 2,4 - 0 - 98.079 10,5 45.409 6,0 7.333 4,1 - 224 75 52.966 5,6 13.608 1,8 7.359 4,1 - 74 25 21.041 2,2 752 0,1 - - - 0 - 752 0,1 1.504 0,2 85 0,0 - 0 - 1.589 0,2 1.314 0,2 16 0,0 - 0 - 1.330 0,1 43 0,0 219 0,1 - 0 - 262 0,0 153 0,0 338 0,2 - 0 - 491 0,1 505 0,1 12 0,0 - 0 - 517 0,1 278 0,0 18 0,0 - 0 - 296 0,0 4.985 0,7 1.031 0,6 - 0 - 6.016 0,6 2.217 0,3 1.101 0,6 - 0 - 3.318 0,4 756.757 100 178.270 100,0 2.733 100,0 298 100 938.058 100 81 0 19 0 0 0 100 Kabupaten/Kota 1 1. Kab.Bogor 18. Kota Bogor 19.Kota Sukabumi 8. Kab.Kuningan 9. Kab.Cirebon 10. Kab.Majalengka 11. Kab.Sumedang 12. Kab.Indramayu 13. Kab.Subang 2. Kab.Sukabumi % 3. Kab.Cianjur 4. Kab.Bandung 5. Kab.Garut 6. Kab.Tasikmalaya 7. Kab.Ciamis 22. Kota Bekasi 23. Kota Depok 24. Kota Cimahi 25. Kota Tasikmalaya 26. Kota Banjar Jumlah 20. Kota Bandung 21. Kota Cirebon 14. Kab.Purwakarta 15. Kab.Karawang 16. Kab.Bekasi 17. Kab.Bandung Barat

(36)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 36

Grafik 4.5Luas (Ha) Pertanian Beririgasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013

A. Pertanian di Pesisir Utara Jawa Barat

Potensi pertanian di PANTURA Provinsi Jawa Barat berdasarkan jumlah luas sawah adalah 408.270 Ha atau 47,74% dari jumlah luas wilayah kabupaten dan kota tersebut. Rincian luas sawah tersebut berdasarkan urutan luasnya adalah sebagai berikut:

a) Kabupaten Indramayu memiliki potensi pertanian terbesar dengan luas sawah 116.675 Ha atau 28,58 % dari luas total sawah di PANTURA Jawa Barat

b) Kabupaten Karawang memiliki luas 98.346 Ha atau 24,09 % dari luas total. c) Kabupaten Subang memiliki luas 85.635 Ha atau 20,98 % dari luas total. d) Kabupaten Cirebon memiliki luas 53.809 Ha atau 13,18 % dari luas total e) Kabupaten Bekasi memiliki luas 53.532 Ha atau 13,11 % dari luas total f) Kota Cirebon hanya memiliki luas 273 Ha atau 0,07 % dari luas total

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000 1. K ab .B og or 2. K ab .S uk ab um i 3. K ab .C ia nj ur 4. K ab .B an du ng 5. K ab .G ar ut 6. K ab .T as ikm al ay a 7. K ab .C ia m is 8. K ab .K un in ga n 9. K ab .C ire bo n 10 . K ab .Ma ja le ng ka 11 . K ab .S um ed an g 12 . K ab .In dr am ay u 13 . K ab .S ub an g 14 . K ab .P ur wa ka rta 15 . K ab .K ar awa ng 16 . K ab .B ek as i 17 . K ab .B an du ng B ar at 18 . K ot a Bo go r 19 .K ot a Su ka bu m i 20 . K ot a Ba nd un g 21 . K ot a Ci re bo n 22 . K ot a Be ka si 23 . K ot a De po k 24 . K ot a Ci m ah i 25 . K ota T as ikm al ay a 26 . K ota B an ja r

(37)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 37

Tabel 4.11. Luas Sawah di PANTURA Jawa Barat

Kabupaten Padi Sawah (HA)

Luas Kabupaten Kota (Km2) Persentase dari Luas Wiayah (%) Persentase dari Total Luas Sawah (%) Kab.Cirebon 53.809 1.071,05 50,24 13,18 Kota Cirebon 273 40,16 6,80 0,07 Kab.Indramayu 116.675 2.092,10 55,77 28,58 Kab.Subang 85.635 2.164,48 39,56 20,98 Kab.Karawang 98.346 1.914,16 51,38 24,09 Kab.Bekasi 53.532 1.269,51 42,17 13,11 Jumlah 408.270 8.551,46 47,74 100,00

Sumber : Hasil perhitungan Tim Konsultan berdasarkan Jawa Barat dalam Angka, 2012

Kawasan persawahan di PANTURA berbatasan dengan kawasan tambak, yaitu pada lokasi batas air tawar dengan air payau. Persawahan tersebut tumbuh dengan subur. Persawahan tersebut termasuk lahan pertanian produktif karena didukung dengan sarana irigasi dari Waduk Jatiluhur dan sungai-sungai yang bermuara di PANTURA Jawa Barat. Sarana jaringan irigasi primer yang mengairi persawahan tersebut adalah Saluran Tarum Barat, Saluran Tarum Timur dan Saluran Tarum Utara.

Situasi pertanian di setiap kabupaten di PANTURA dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pertanian di Kabupaten Bekasi

Tutupan lahan pertanian di Kabupaten Bekasi seluas 53.532 Ha. Daerah pertanian terdapat di Kecamatan Babelan, dan Kecamatan Muara Gembong.

Beberapa permasalahan pertanian yang ada adalah pembangunan lahan terbangun yang ada di daerah pertanian termasuk kilang pengolahan dan eksplorasi LPG Pertamina yang ada di Kecamatan Babelan, sehingga akan berdampak terhadap berkurangnya luas lahan pertanian.

(38)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 38

Gambar 4.25. Pertanian di Pesisir Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi 2. Pertanian di Kabupaten Karawang

Tutupan lahan pertanian di Kabupaten Karawang seluas 98.346 Ha. Daerah pertanian terdapat di Kecamatan Cilamaya Wetan, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kecamatan Tempuran, Kecamatan Cilebar, Kecamatan Pedes, Kecamatan Cibuaya, Kecamatan Tirtajaya, dan Kecamatan Batujaya.

Gambar 4.26. Pertanian di Pesisir Kabupaten Karawang 3. Pertanian di Kabupaten Subang

Sebagian besar tutupan lahan di Kabupaten Subang terdiri dari Pertanian dan Tambak. Pertanian di Kabupaten Subang seluas 85.635 Ha. Daerah pertanian berada di berada Pertanian di Kabupaten Subang berada di Kecamatan Pusakanagara, Kecamatan Legon Kulon, dan Kecamatan Blanakan. Daerah pertanian banyak dilengkapi dengan saluran irigasi.

(39)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 39

Gambar 4.27. Sawah di Pesisir Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang 4. Kabupaten Indramayu

Kabupaten Indramayu merupakan lumbung beras Provinsi Jawa Barat. Memiliki lahan pertanian seluas 116.675 Ha. Potensi pertanian yang ada relatif baik karena didukung dengan sarana irigasi yang baik. Wilayah PANTURA yang memiliki potensi pertanian terdapat di Kecamatan Karangampel, Kecamatan Juntinyuat, Kecamatan Balongan, Kecamatan Indramayu, Kecamatan Sindang, Kecamatan Losarang, Kecamatan Kandanghaur, dan Kecamatan Sukra.

Pertanian berbatasan juga dengan daerah tambak terutama pada bagian hulu atau selatan, sedangkan tambak berada pada bagian hilir atau utara hingga batas tepi pantai.

(40)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 40

5. Pertanian di Kabupaten Cirebon

Tutupan lahan pertanian di Kabupaten Cirebon seluas 53.809 Ha, sebagian besar merupakan pertanian tadah hujan yang berada di pesisir utara, terutama didaerah yang berbatasan dengan tambak seperti yang ada di Kecamatan Losari. Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan potensi pertanian adalah dengan membangun saluran irigasi yang telah dibangun Tahun 2013 namun belum berfungsi dengan baik karena kualitas airnya kurang baik yaitu banyak mengandung lumpur, hal ini terlihat bahwa saluran irigasi yang ada dalam keadaan kering dan berlumpur sehingga tidak dapat mengaliri pertanian.

Gambar 4.29. Saluran Irigasi Tidak berfungsi Akibat Rendahnya Kualitas Air, dan Sekitarnya Merupakan Sawah Tadah Hujan dan Holtikultur.

Lokasi: Kecamatan Losari – Kabupaten Cirebon Pertanian Sawah di Jalan Raya Losari Kabupaten Cirebon

Jenis pertanian yang ada di Kecamatan Losari adalah pertanian palawija yang terdiri dari cabe, terong, mentimun, kentang, bawang dan padi sawah. terutama musim kering. Pada daerah yang memang membutuhkan air untuk pertanian, masyarakat petani mendapatkan air dengan cara menarik air Sungai Cisanggarung ke area pertanian tersebut melalui pompa mesin yang dialiri menuju saluran pertanian.

(41)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 41

4.1.5.2. Peternakan

Peternakan kebanyakan menyebar sebagai ternak penduduk di daerah pedesaan, dan sebagian berada pada kawasan usaha peternakan. Limbah peternakan merupakan sumber beban pencemaran air yang besar, dan juga sumber emisi gas rumah kaca. Hanya sebagian kecil peternakan yang dilengkapi dengan sarana IPAL dan biogas.

Salah satu tujuan di sub sektor ini adalah meningkatkan populasi dan produksi ternak dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat. Hal yang pokok tentu saja adalah untuk menghasilkanpendapatan peternak terutama yang berdomisili di pedesaan. Jenis ternak yang diusahakan di Jawa Barat berupa ternak besar, kecil dan unggas.

Pada tahun 2012 jumlah ternak sapi potong sebesar 429.637 ekor, sapi perah 136.054 ekor, kerbau 121.854 ekor, kuda 14.418 ekor, kambing 2.303.256 ekor, domba 8.249.844 ekor dan babi 7.620 ekor.

Unggas yang dipelihara adalah jenis ayam buras, ayam ras dan itik. Jumlah ayam buras tahun 2012 berkurang 0,63 persen dibandingkan 2011, sedangkan unggas lainnya mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu ayam ras petelur 2,86%,

4.1.5.3. Perikanan

Sumber daya perikanan diperoleh dari perikanan budi daya dan perikanan tangkapProduksi perikanan budidaya dan perikanan tangkap sebesar 909.633,00 ton/tahun, terdiri dari budidaya air tawar sebesar 508.765,11 ton/tahunbudi daya tambak 195.875,29 ton/tahun dan tangkap laut sebesar 185.822,56 ton/tahun. Produksi Budidaya Laut dan tangkap adalah 8.001,74 ton/tahun dan 11.168,30 ton/tahun

Perikanan budidaya air tawar sebagian besar adalah keramba jaring apung (KJA), sedangkan budi daya air payau dari tambak di Pantura Jawa Barat. Namun jumlah KJA sudah melebihi daya dukung badan air waduk.

(42)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 42

Tabel 4.12.Jumlah Ternak menurut Jenis di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kuda Kambing Domba Babi

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Kab Bogor 38843 9847 23562 306 130849 214408 3895 2 Kab Sukabumi 20074 6636 12014 204 82335 468569 3 Kab Cianjur 31478 2102 9875 1484 92013 400472 4 Kab Bandung 28067 31937 3592 2027 24980 234795 5 KabGarut 29278 22191 2521 2679 83725 942829 6 Kab Tasikmalaya 51861 2790 14845 356 72395 295807 7 Kab Ciamis 38945 515 4892 184 154208 229166 8 Kab Kuningan 26272 5676 6766 724 10745 136260 2607 9 Kab Cirebon 3627 195 4460 177 12761 216609 10 Kab Majalengka 12040 1235 1995 321 19081 487959 11 Kab Sumedang 39776 6584 4339 407 41271 124672 12 Kab Indramayu 10603 49 1694 80 67754 229909 13 Kab Subang 27775 1187 3820 276 33855 237283 14 Kab Purwakarta 11088 18 10056 98 103140 1213511 15 Kab Karawang 12304 5 816 10 1186496 2049216 210 16 Kab Bekasi 27545 109 1202 75 121536 241407 801

17 Kab Bandung Barat 7435 41795 3523 3376 35018 433155

18 Kota Bogor 222 857 187 76 1163 8948 19 Kota Sukabumi 584 290 62 50 132 5328 20 Kota Bandung 1294 614 91 141 475 26635 21 Kota Cirebon 298 6 35 4 1305 6715 22 Kota Bekasi 2521 32 261 70 6926 5473 107 23 Kota Depok 2730 785 197 68 6429 5021 24 Kota Cimahi 100 853 30 744 208 13821 25 Kota Tasikmalaya 3621 105 975 377 2616 10856 26 Kota Banjar 1256 1 44 104 10840 11020 Jawa Barat 429.637 136.414 111.854 14.418 2.302.256 8.249.844 7.620 Kabupaten/Kota No

Ternak (Per Ekor)

(43)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 43

Tabel 4.13.Jumlah Ternak menurut Jenis di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber: Provinsi Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2013, BPS

Kabupaten/Kota Ayam Buras Ras Petelur Ras Potong Itik

1 2 3 4 5 01. Kab.Bogor 2.851.077 4.580.155 17.684.762 163.284 02. Kab. Sukabumi 561.926 2.294.347 8.247.290 194.500 03. Kab.Cianjur 1.075.140 1.360.523 6.072.328 435.139 04. Kab.Bandung 1.365.224 415.731 2 443390 389.739 05. Kab.Garut 566.783 - 546.245 238.761 06. Kab.Tasimalaya 996.833 428.779 6.143.350 219.904 07. Kab.Ciamis 1.044.883 587.646 14.029.441 198.717 08. Kab.Kuningan 1.097.687 744.270 2.233.240 82.286 09. Kab.Cirebon 1.692.445 35.066 1.144.154 636.455 10. Kab.Majalengka 1.107.397 136.377 1.401.161 134.385 11. Kab.Sumedang 1.794.425 68.064 3.359.254 59.514 12. Kab.Indramayu 2.851.077 - 7.650.117 1.682.232 13. Kab.Subang 561.926 58.300 7.067.770 539.936 14. Kab.Purwakarta 1.075.140 40.465 2.935.896 309.864 15. Kab.Karawang 1.365.224 69.200 10.612.856 2.325.797 16. Kab,Bekasi 566.783 378.888 2.248.187 526.621 17. Kab.Bandung Barat 996.883 179.755 4.290.036 232.878 18. Kota Bogor 201.890 408 180.250 3.583 19. Kota Sukabumi 47.679 430.494 503.342 8.618 20. Kota Bandung 111.123 2.008 101.572 29.691 21. Kota Cirebon 44.202 495 69.018 4.474 22. Kota Bekasi 145.393 125.000 975.414 16.144 23. Kota Depok 20.728 224.129 534.060 258.297 24. Kota Cimahi 35.624 - 98.500 14.520 25. Kota Tasikmalaya 651.933 81.967 936.874 46.104 26. Kota Banjar 195.500 29.871 230.877 21.600 Jumlah 23.024.925 12.271.938 99.295.994 8.773.043

(44)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 44

Tabel 4.14. Sumber Daya Pangan

Tema Isu Pembangunan

Berkelanjutan Pertanian Peternakan dan Perikanan

Gambaran Pertanian

Luas lahan pertanian di Jawa Barat sebesar 2.468.848 hektar dengan perincian lahan sawah seluas 942.974 hektar atau 38 % dari luasan lahan pertanian dan lahan non sawah seluas 1.526.834 hektar atau 62% dari luasan lahan pertanian, Sedangkan produksi padi adalah 11,27 juta ton/tahun.

Peternakan

Peternakan kebanyakan menyebar sebagai ternak penduduk di daerah pedesaan, dan sebagian berada pada kawasan usaha peternakan. Limbah peternakan merupakan sumber beban pencemaran air yang besar, dan juga sumber emisi gas rumah kaca. Hanya sebagian kecil peternakan yang dilengkapi dengan sarana IPAL dan biogas.

Perikanan

Sumber daya perikanan diperoleh dari perikanan budi daya dan perikanan tangkap.Produksi perikanan budidaya dan perikanan tangkap sebesar 909.633,00 ton/tahun, terdiri dari budidaya air tawar sebesar 508.765,11 ton/tahun,budi daya tambak 195.875,29 ton/tahun dan tangkap laut sebesar 185.822,56 ton/tahun. Produksi Budidaya Laut dan tangkap adalah 8.001,74 ton/tahun dan 11.168,30 ton/tahun

Perikanan budidaya air tawar sebagian besar adalah keramba jaring apung (KJA), sedangkan budi daya air payau dari tambak di Pantura Jawa Barat. Namun jumlah KJA sudah melebihi daya dukung badan air waduk.

Tujuan Target

dan Indikator Program Permberdayaan Sumber Daya Pertanian, yaitu penambahan lahan sawah baru seluas 100.000Ha.

Program Peningkatan Produksi Pertanian, dengan target

a. peningkatan produksi padi 15 % dari jumlah 11,27 juta ton pada th 2013 b. peningkatan produksi palawija sebesar 10-25 %

c. peningkatan produksi daging, telur dan susu

Program Pengembangan Budidaya Perikanan dengan target peningkatan produksi sebesar 25 %

Program Pengembangan Perikanan Tangkap dengan target peningkatan produksi sebesar 25 %.

Isu penting d. Luas lahan pertanian menyusut karena konversi untuk permukiman dan

kawasan industri. Sebagian lahan pertanian mengalami kekeringan di musim kemarau karena air irigasi tidak mencukupi.

e. Jumlah produksi peternakan masih belum memenuhi kebutuhan.Namun limbah peternakan yang ada belum dikelola dengan baik sehingga menyebabkan pencemaran air

f. Budi daya perikanan KJA menyebabkan pencemaran air waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur karena jumlahnya melebihi daya dukung badan air waduk, sehingga limbah pakan ikan menyebabkan pencemaran air yang berpotensi juga merusak sarana bangunan air

(45)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 45

Tabel 4.14. Sumber Daya Pangan (Lanjutan)

Tema Isu Pembangunan

Berkelanjutan Pertanian Peternakan dan Perikanan

Data baseline Laju alih fungsi lahan pertanian di Pulau Jawa termasuk Jawa Barat, lebih dari 5

%/tahun

Beban pencemaran DAS Citarum hulu yang terbesar berasal dari limbah penduduk, industri, peternakan dan pertanian sehingga berstatus cemar sedang sampai berat

Produksi perikanan budidaya air tawar tahun 2012 adalah 508.765 ton/tahun, sedangkan yang bersumber dari budi daya KJA di waduk-waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur kurang lebih 40 %, Daya dukung tiga waduk tersebut jauh lebih rendah, sehingga status pencemaran airnya adalah eutrofik.

Pemangku

kepentingan Distan TP Disnak

Disbun Diskanlut

(46)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 46

4.1.6. Sumber Daya Air

4.1.6.1. Ketersediaan Air

Berdasarkan analis ketersediaan air dengan debit andalan (Q 80%) pada musim hujan sungai se- Jawa Barat yang terbagi dalam 5 (lima ) Balai BPSDA Wilayah Sungai yaitu :

1. Wilayah Sungai Ciliwung – Cisadane ( 8,001.32 juta mᵌ/tahun ) 2. Wilayah Sungai Cisadea - Cimandiri ( 5,789.65 juta mᵌ/tahun ) 3. Wilayah Sungai Citarum ( 7,606.45 juta mᵌ/tahun )

4. Wilayah Sungai Cimanuk - Cisanggarung ( 5,854.20 juta mᵌ/tahun ) 5. Wilayah Sungai Citanduy - Ciwulan ( 7,894.32 juta mᵌ/tahun )

Sehingga total potensi normal air permukaan se- Jawa Barat sebesar 35,155.94 juta mᵌ/tahun (pada sungai kewenangan Provinsi), potensi minimum sebesar 3,013.40 juta mᵌ/tahun dan potensi maksimum sebesar 44,712.91 juta mᵌ/tahun, yang baru termanfaatkan sebesar ± 14,391.65 juta mᵌ/tahun ( 40.94 % )

Beberapa daerah mengalami genangan banjir di musim hujan, namun ada yang mengalami kekeringan di musim kemarau sehingga banyak areal sawah gagal panen.

4.1.6.2. Pemanfaatan air

Volume air baku berdasarkan Kategori pengguna yaitu PDAM sebesar 276.373,86, non PDAM sebesar 32.677,23, Industri sebesar 154.785,82, Niaga sebesar 9.938,11, Non Niaga sebesar 129,73, Pertanian sebesar 856,88 dan listrik sebesar 3.505.281,88 m3/tahun.

Luas sawah 943.014 Ha, irigasi teknis 40,1 %, irigasi setengah teknis 14,1 %, irigasi desa 10,7 %, tadah hujan 18,8 %. Sisanya sumber air lain.

Permintaan air sekarang untuk kebutuhan domestik, konsumsi industri, dan irigasipertanian diperkirakan 17,5 milyar m3 pertahun, dan diperkirakan akan terus naik

sekitar satu persen per tahun. Permintaan air irigasi sekitar 80% dari total permintaan air, meskipun angka ini diperkirakan berkurang dalam jangka panjang, mengingat kebutuhan domestik, perkotaan dan industri tumbuh lebih cepat. Kebutuhan ini dipenuhi dari sumber-sumber seperti: air permukaan dari sungai di wilayah Provinsi Jawa Barat dan air tanah.

(47)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 47

Analisis terhadap 40 DAS di Jawa Barat mengindikasikan telah merosotnya fungsi hidrologis dari DAS tersebut, yaitu 14 DAS dari 22 DAS yang mengalir ke utara sudah dalam kategori sangat kritis dan sisanya masuk kategori kritis. Berdasarkan ketersediaan air mantapnya, maka ada lima DAS sudah termasuk tidak tersedia, sementara 14 DAS termasuk memiliki ketersediaan air mantap. Ditinjau dari tingkat erosi lahannya, maka 15 DAS dari 22 DAS tersebut termasuk dalam kategori kritis hingga sangat kritis. Dari tiga SWS yang mengalir ke pantai utara, yang paling penting sebagai pemasok air adalah Citarum, namun kondisi kemantapan alirannya sudah makin merosot seperti halnya hampir semua DAS lainnya.

Muka airtanah (water table) di Cekungan Bandung telah mengalami penurunan setiap tahunnya. Bandung adalah kota yang sangat rawan menghadapi masalah penyediaan air di masa yang akan datang, demikian pula wilayah Cirebon memerlukan pemecahan masalah yang berkaitan dengan kekeringan dan intrusi air laut, jika memang benar-benar wilayah ini akan dikembangkan sesuai dengan rencana induknya. Frekuensi banjir di Jawa Barat nampak semakin meningkat. Wilayah yang paling luas terkena banjir adalah kabupaten/kota di daerah dataran rendah dan pantai, khususnya Indramayu, dan Karawang yang berada di hilir sungai Citarum dan anak-anak sungainya, dan wilayah Cirebon, yang berada di bagian hilir sungai Cimanuk – Cisanggarung. Sementara sepanjang musim penghujan terjadi banjir yang semakin serius dan meluas, tingkat infiltrasi dan retensi menurun karena berkaitan dengan kerusakan hutan dan erosi, dan berakibat semakin luas wilayah dan lamanya kekeringan. Kekeringan dan kekurangan air adalah salah satu permasalahan yang dirasakan di sebagian daerah dataran tinggi, tapi yang paling luas adalah di sepanjang pantai utara.

(48)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 48

(49)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 49

4.1.6.3. Permasalahan Sumberdaya Air

1. Kurangnya ketersediaan air baku di musim kemarau dan bencana banjir di musim hujan karena DAS yang rusak tidak mampu menyimpan air secara alami.

2. Menurunnya muka air tanah karena penyedotan air tanah berlebihan sehingga berdampak juga penurunan muka air tanah.

• Masalah Banjir

Pada bulan Februari tahun 2007, terjadi banjir yang mengakibatkan tenggelamnya kawasan permukiman di Cekungan Bandung terutama Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Majalaya, Kecamatan Banjaran, Kecamatan Pameungpeuk, dan Kecamatan Bale Endah.

Banjir di Pantura menggenangi sekitar 34.405 ha meliputi empat kabupaten, yaitu Bekasi, Karawang, Indramayu dan Kabupaten Subang.

Banjir di Kabupaten Bandung terutama terjadi di beberapa kecamatan yang berada di sekitar Sungai Citarum, SungaiCisangkuy dan Sungai Citarik. Akibat banjir yang berlangsung lama telah menyebabkan genangan di 29 desa yang berada di 11 kecamatan. Pada Gambar dibawah ini menunjukkan areal potensi banjir di Kabupaten Bandung yang meliputi:

1. Kecamatan Baleendah, 2. Kecamatan Dayeuhkolot, 3. Kecamatan Banjaran, 4. Kecamatan Rancaekek, 5. Kecamatan Bojongsoang, 6. Kecamatan Solokan Jeruk, 7. Kecamatan Paseh,

8. Kecamatan Ciparay, 9. Kecamatan Margaasih, 10. Kecamatan Katapang, 11. Kecamatan Pameungpeuk.

Beberapa dokumentasi kejadian banjir di kawasan permukiman seperti di Kecamatan Rancaekek, Kecamatan Dayeuhkolot dan Kecamatan Cicalengka diperlihatkan pada Gambar 4.32, Gambar 4.33 dan Gambar 4.34.

(50)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 50

Berdasarkan Peta Genangan Banjir Sungai Citarum, dari tahun 1986 sampai dengan tahun 2005 telah terjadi penurunan luas dampak banjir di lokasi-lokasi yang berpotensi terkena dampak banjir Sungai Citarum. Berdasarkan data dari Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, tercantum dampak banjir periode dua puluh sampai lima puluh tahunan yang diprediksi berasal dari Sungai Citarum.

Lokasi kejadian banjir yang berasal dari anak Sungai Citarum, yaitu Sungai Citarik yang menggenangi kawasan persawahan di Kecamatan Rancaekek dan Kecamatan Solokanjeruk. Gambar tersebut adalah hasil interpretasi lapangan genangan banjir pada bulan Juni tahun 2013 pada Peta Google Eatrh, pencitraan 19 Juni 2012.

(51)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 51

G

am

ba

r

4.

31

. R

aw

an

B

an

jir

d

i K

ab

up

at

en

B

an

du

ng

(S um be r : D in as S um be r D ay a Ai r P er ta m ba ng an d an E ne rg i Ka bu pa te n Ba nd un g Ta hu n 20 13 )

(52)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 52

Gambar 4.32. Banjir di Majalaya, Rancaekek, Dayeuhkolot, Baleendah, Cicalengka Tahun 2007

Sumber: Dinas SDAPE Kabupaten Bandung, 2009

Gambar 4.33. Banjir di Kabupaten Bandung tahun 2012 Sumber: SLH Kabupaten Bandung tahun 2012

(53)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 53

Gambar 4.34.RumahTinggal di Bantaran Sungai (kawasan lindung setempat)

(54)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 54

Gambar 4.35a. Peta Genangan Banjir Sungai Citarum di Kabupaten Bandung

Tahun 1986 – 2005

Sumber : BBWS Citarum, 2010

Gambar 4.35b. Peta Genangan Banjir Sungai Citarum di Kabupaten Bandung

Tahun 1986 – 2005

(55)

Pt. eCOterra MuLtIPLan

IV - 55

Gambar 4.36. Perkiraan Area Banjir 20 – 50 tahunan S.Citarum

Sumber: BBWS-Citarum, 2013

Gambar 4.24. Lokasi Genangan Banjir di Persawahan

Kecamatan Rancaekek

Sumber : Interpretasi lapangan genangan banjir pada bulan Juni tahun 2013 pada Peta Google Eatrh, pencitraan 19 Juni - 2012

BANDUNG N NANJUNG BANJARAN SOREANG MAJALAYA CICALENGKA RANCAEKEK CILEUNYI CIBIRU Cikeruh Upper Citarum Citarik Cisangkuy Citepus Cikapundung Cikapundung Kolot Cipaganti Ciwastra Cidurian Cipamokolan Ciwideuy

FLOOD AREA MAP BY 1986. 5, 20, 50 YEAR FLOODS AFTER COMPLETION OF URGENT PLAN INCLUDING UPSTREAM OF SAPAN

0 1 2 3 4 5 KM Citarum Flood Scale 1986 Flood 5 - Year Flood 20 - Year Flood 50 - Year Flood Flood Area 945 2,948 4,358 5,265 Dayeuh Kolot 658.50 659.30 659.90 660.20 Sapan 660.10 661.70 662.10 662.30 Ranca Kemit 662.20 662.70 663.00 663.20 Flood Water Level Source : The Study on the Flood Control Plan of

the Upper Citarum Basin (Dec. 1992)

Estimated Flood Area and Flood Level

20 Year F 5 Year F 50 Year F '86 Flood DAYEUHKOLOT SAPAN BALE ENDAH

Gambar

Gambar  4.2. Peta Rencana Kawasan Lindung  di Jawa Barat
Gambar 4.4. Pemanfaatan SDA untuk Budidaya Perikanan di Waduk Cirata
Gambar 4.6.AMangrove ukuran kecil 1 meter yang ditanam pada pematang  tambak, dapat memperkuat struktur tanah pematang
Gambar 4.7. Masalah konversi lahan mangrove menjadi tambak oleh  masyarakat mengurangi fungsi konservasi pantai yang sudah dilakukan oleh
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dengan mengacu pada Visi dan Misi Provinsi Jawa Barat, kegiatan yang direncanakan ke depan harus diarahkan dalam rangka mewujudkan tugas pokok dan fungsi Badan Penanaman Modal dan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variasi temporal dan spasial konsentrasi klorofil-a dan SPL Perairan Selatan Jawa Barat dengan menggunakan citra satelit

Luas kawasan mangrove di Jawa Barat bagian utara tidak diimbangi oleh pengelolaan kawasan mengrove secara berkelanjutan akibatnya kondisi mangrove tersebut mengelami kerusakan

Kerusakan yang terjadi di pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terutama di pesisir Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul saat ini semakin

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variasi temporal dan spasial konsentrasi klorofil-a dan SPL perairan Selatan Jawa Barat dengan menggunakan citra satelit serta

(1) Terus menurunnya kondisi hutan di Indonesia; (2) Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS); (3) Habitat ekosistem pesisir dan laut semakin rusak; (4) Citra

Kawasan yang mengalami kerusakan kawasan pesisir akibat tsunami di Aceh Barat akibat tsunami meliputi vegetasi pantai (coastal forest), tambak (fish/shrimp pond), hutan

Pada daerah Brebes terdapat sedikitnya 8 spesies mangrove dan ikutannya atau kurang lebih 34 % dari jumlah jenis mangrove yang ada di sepanjang Pantai Utara Jawa Tengah..