• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Confucius, Chinese philosopher ( BC)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Confucius, Chinese philosopher ( BC)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

“Education breeds confidence. Confidence breeds hope. Hope breeds peace” – Confucius, Chinese philosopher (551-479 BC)

I.1 Latar Belakang

Dalam penanganan sebuah konflik bukan hanya sebatas pada berhentinya konflik atau dengan ditandatanganinya perjanjian perdamaian, akan tetapi perlu adanya pemulihan konflik jangka panjang. Pemulihan konflik jangka panjang dipercaya dapat mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan serta mencegah terjadinya konflik di masa mendatang. Pendidikan menjadi pilar penting dalam penciptaan perdamaian berkelanjutan, karena dalam memelihara perdamaian yang sudah dibangun harus dimulai dari pikiran orang-orang,

sementara pikiran hanya bisa diubah melalui pendidikan1. Pendidikan dapat

mengubah pola pikir dan membangun kemampuan untuk hidup dalam kesetaraan. Pendidikan menjadi sarana untuk mempromosikan perdamaian dan keadilan sosial. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan perdamaian. Pendidikan perdamaian menjadi sebuah pendekatan untuk mencegah konflik dan menciptakan perdamaian. PBB melalui badan-badannya seperti UNESCO dan UNICEF sudah menggunakan pendidikan perdamaian sebagai respon kemanusiaan pasca konflik untuk mengembalikan kondisi masyarakat pasca konflik berperilaku menuju kepada perdamaian. Pendidikan terutama pendidikan perdamaian juga dipercaya

1

(2)

2 dapat merambah kepada generasi muda untuk memiliki pendidikan yang cukup tentang toleransi dan saling menghormati. Pendidikan sangat penting dalam menjaga perdamaian dunia, oleh sebab itu sudah seharusnya masyarakat dunia

memberikan perhatian yang lebih kepada pendidikan perdamaian2. Untuk

mencapai perdamaian dunia, pelaksanaannya juga harus dilakukan di daerah-daerah terpencil di suatu negara sehingga apabila dilakukan secara bersamaan, perdamaian dunia secara internasional pun dapat terwujud. UNICEF dan UNESCO yang adalah badan PBB meletakkan pendidikan perdamaian sebagai suatu perhatian dalam membina perdamaian di daerah konflik. UNICEF memiliki program-program yang dikhususkan baik dalam bentuk pendidikan perdamaian

formal maupun informal3. Pendidikan perdamaian menurut UNICEF berfokus

pada bagaimana seorang generasi muda mampu membangun masa depan dan

membuat dunia sekitarnya damai untuk ditinggali4.

Konflik cenderung mengarah pada kekerasan, dan kekerasan membuat generasi muda menjadi korban, kemudian generasi muda mulai terbiasa dengan kekerasan sehingga membentuk karakter yang penuh dengan kekerasan, yang tidak saling memahami, yang tidak toleransi, dan tidak saling menghormati. Karakter-karakter tersebut yang kemudian mengarahkan kembali pada konflik. Berangkat dari fenomena inilah, pendidikan perdamaian harus diupayakan secara jangka panjang untuk membina pengetahuan, keterampilan, sikap, serta nilai yang mengarahkan kepada perubahan perilaku. Pendidikan dalam konteks pendidikan

2Tony Blair, “Education is a Security Issue ” ,The Jakarta Post. Jumat, 17 Januari 2014, p.7, 2014.

3

Susan Fountain, Peace Education in UNICEF, UNICEF, www.unicef.org, 1999.

4

(3)

3 perdamaian mengacu pada setiap proses yakni formal, informal, maupun non-formal.

Heka Leka yang menjadi obyek penelitian penulis adalah sebuah Non-Governmental Organizations (NGO), muncul pada tanggal 11 September 2011 didirikan atas inisiatif dari pemuda-pemuda Maluku untuk dapat berkontribusi melalui ilmu yang dimiliki demi perbaikan pendidikan di Maluku. Heka Leka percaya bahwa pendidikan menjadi senjata utama dalam mencegah terjadinya konflik, meskipun Heka Leka tidak secara konkrit menggambarkan tentang perdamaian melalui setiap program yang dijalankan. Akan tetapi melalui nilai-nilai yang diusung Heka Leka yakni Spirituality, Humanity, Unity, Social Responsibility, dan Multipicity akan mengarahkan kepada perdamaian berkelanjutan. Dalam Deklarasi Dunia tentang Pendidikan untuk semua atau Jomtien Declaration tahun 1990 menyatakan dengan jelas bahwa hal mendasar dalam pendidikan bukan hanya menyoal tentang membaca dan menghitung tetapi juga perubahan perilaku yang mempromosikan nilai-nilai positif. Nilai dan norma inilah yang kemudian berkontribusi secara baik dalam mendukung perdamaian. Heka Leka menyentuh bagian yang menjadi sumber jawaban atas konflik yakni pendidikan.

Konsep Heka Leka berdasarkan pemahaman leluhur Siwa Lima atau Alifuru di Pulau Seram, Heka berarti: Pemecahan, Pembagian, Perang; Leka

berarti: Kelahiran, Kelahiran ulang, kelahiran baru5. Maluku yang mengalami

perpecahan akibat konflik perlu mengalami perubahan sebagai sebuah kelahiran

(4)

4 baru. Untuk mengubah kondisi Maluku menuju perdamaian berkelanjutan, pendidikan menjadi suatu hal yang penting.

Melalui tesis ini, penulis mengajukan penelitian dalam rangka mendeskripsikan peran Heka Leka dalam pendidikan anak di Maluku pasca konflik. Penelitian ini menjadi penting dilakukan karena Heka Leka yang adalah sebuah NGO mengusung nilai-nilai yang berbeda dan dianggap mampu untuk menerapkan pendidikan perdamaian di luar sekolah.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apa peran NGO Heka Leka dalam pendidikan anak di Maluku pasca konflik?

I.3 Tinjauan Literatur

Penulisan proposal ini secara umum mengambil studi literatur tentang peranan NGO dan pendidikan damai pasca konflik. Literatur pertama berjudul “ Program Pendidikan Damai” yang ditulis oleh Arlene Florencia Hehakaya. Dalam tulisan tersebut, Arlene menemukan bahwa pendidikan damai merupakan bentuk pencegahan konflik dan berupaya untuk menumbuhkan nilai-nilai perdamaian pada generasi muda sehingga terjadi proses rekonsiliasi yang efektif. Arlene menggunakan konsep pendidikan perdamaian dari UNESCO yang menekankan tentang langkah-langkah untuk membangun budaya damai seperti memberikan pelatihan perdamaian bagi pembuat keputusan dan pendidik; merevisi materi-materi kurikulum, khususnya buku-buku sejarah untuk menghilangkan prasangka; menciptakan materi kurikulum perdamaian; memproduksi dan menyebarluaskan

(5)

5 materi pendidikan yang mencakup budaya damai damai dan hak asasi manusia; mendorong kemampuan multibahasa; meningkatkan jaringan diantara institusi nasional, organisasi non pemerintah serta pakar pendidikan kewarganegaraan dan mengembangkan metode – metode baru bagi resolusi konflik. Penelitian Arlene berfokus pada sekolah-sekolah formal. Oleh karena itu, dalam penelitian Arlene memuat tentang pengimplementasian kurikulum pendidikan perdamaian di sekolah yang mengacu pada Peraturan Walikota No.2 Tahun 2010 mengenai

penerapan Muatan Lokal Kurikulum Pendidikan Dasar dan menengah6.

Literatur kedua oleh Sukendar tentang Pendidikan damai (Peace Education) bagi anak-anak korban konflik. Sukendar membahas tentang manajemen pasca konflik yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Latansa Cangkring Karanganyar Demak. Upaya untuk menangani anak korban konflik agar bisa hidup normal sebagaimana anak-anak yang lain serta dapat bermanfaat bagi negara bukan hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga yang dimiliki pemerintah, akan tetapi perlu juga didukung oleh lembaga-lembaga pendidikan swadaya masyarakat seperti pondok pesantren. Pondok Pesantren latansa merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menangani anak-anak korban konflik. Pondok pesantren ini menampung anak-anak korban konflik di Indonesia bagian Timur, khususnya Maluku dan Papua, baik konflik komunal maupun konflik individual (seperti konflik keluarga). Pendidikan damai ditujukan kepada santri-santri khususnya bagi mereka yang berlatar belakang konflik agar mereka bisa terbebas dari trauma, tidak mendendam, dan mencintai perdamaian. Adapun aspek-aspek pendidikan damai yang ditemukan dalam pendidikan santri di

6

Arlen Florencia Hehakaya , Program Pendidikan Damai di Ambon, Tesis Mahasiswa Strata-2 Universitas Gadjah Mada. 2012

(6)

6 Pondok Pesantren latansa yakni Pengelolaan keragaman, pembagian uang jatah harian yang adil, keadilan gender, pendidikan kesabaran, pembauran dengan

warga masyarakat, dan pendidikan life skills7.

Literatur ketiga yaitu Nicholas Fielmua dan Robinson Boye Bandie yang menulis The Role of Local Non-Government Organisations in Basic Educations in The Nadowli District of Ghana. Secara umum Fielmua dan Bandie membahas tentang peranan NGO dalam mempromosikan pendidikan dasar bagi anak-anak. Sustainable Integrated Development Services Center (SIDSEC) adalah NGO lokal yang memiliki visi untuk menciptakan dan memelihara kondisi dimana masyarakat miskin dapat memiliki akses untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup. Beberapa hal yang dilakukan SIDSEC dalam memberikan kontribusi bagi pendidikan, antara lain: membangun infrastruktur pendidikan dengan merenovasi beberapa ruang kelas. Dengan program yang dilakukan oleh SIDSEC juga menambah angka partisipasi khususnya pada anak-anak yang berada pada tingkat taman kanak-kanak. Tingkat jumlah anak yang putus sekolah pun menjadi berkurang dengan adanya program yang ditawarkan oleh SIDSEC. Sebagai upaya dalam meningkatkan pendidikan, SIDSEC menambah kapasitas pengajar dengan melatih dan memberikan metode-metode dan persiapan dalam menyampaikan setiap mata pelajaran. Bukan hanya program yang diberikan bagi pengajar, program untuk orang tua dan sekolah seperti halnya training bagi pengajar pun diberikan. SIDSEC mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan menyediakan buku-buku latihan, buku teks pelajaran, buku-buku untuk di

7

Sukendar, „Pendidikan damai (Peace Education) Bagi Anak-Anak Korban Konflik‟, 2011,

http://eprints.walisongo.ac.id/1934/1/Sukendar-Pendidikan_Anak_Korban_Konflik.pdf, diakses 19 Mei 2015

(7)

7 perpustakaan dan peralatan bermain. Secara umum, tujuan SIDSEC adalah memajukan pembangunan bagi masyarakat tertinggal, mulanya di daerah Nadowli di wiliayah barat, dengan membangkitkan semangat hidup masyarakatnya melalui peningkatan gizi, pendidikan, sosial, ekonomi dan membantu dalam penyediaan

fasilitas dan infrastruktur lokal demi mencapai hal-hal tersebut8.

Seperti halnya kedua literatur di atas, tesis yang penulis ajukan membahas tentang peranan NGO. Fokus kajian dalam penelitian ini lebih menekankan pada deskripsi kondisi pendidikan anak di Maluku pasca konflik dan peranan NGO Heka Leka dalam pendidikan anak di Maluku. Bedanya dengan kedua literatur diatas adalah, penelitian ini diajukan untuk mendeskripsikan peranan Heka Leka di daerah pasca konflik khususnya dalam bidang pendidikan. Penulis mencoba untuk mendeskripsikan kondisi Maluku pasca konflik, sebagaimana diketahui pasca konflik membuat setiap segi kehidupan menjadi porak poranda. Kondisi Maluku pasca konflik ini membuat pendidikan pun harus mendapat perhatian khusus. Pendekatan yang akan digunakan adalah dengan menggabungkan pendekatan aktif dan pasif dalam peranan Heka Leka di Maluku. Pendekatan ini menjadi relevan dalam menjelaskan peranan Heka Leka dalam pendidikan. Literatur tentang peranan NGO dalam pendidikan anak hanya berfokus pada pendidikan bagi anak di daerah tertinggal. Sehingga proposal ini diharapkan dapat melengkapi analisis peranan NGO dalam pendidikan, khususnya bagi pendidikan bagi anak di sebuah daerah pasca konflik.

8 N. Fielmua dan R. D. B. Bandie, The Role of Non Governmental Organisation in Basic

Education in the Nadowli District of Ghana, 2012,

(8)

8

I.4 Kerangka Konseptual

Konflik yang berlangsung sejak 1999 telah menyebabkan korban ribuan jiwa dan harta, kesengsaraan dan kesulitan serta meyengsarakan masa depan

Maluku9. Konflik ini berawal dari pertikaian antar dua kelompok yang ditenggarai

oleh masalah sepele yakni pemalakan di terminal. Akibat dari konflik membuat kehidupan di Maluku menjadi porak poranda. Semua segi kehidupan pun ikut menerima dampak, termasuk pendidikan. Masyarakat Maluku tidak dapat menikmati kehidupan normal khususnya anak-anak tidak berani datang ke sekolah. Padahal pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak serta tempat dimana mereka berkumpul bersama teman – teman bermain bersama dan belajar. Berbagai kejadian pahit yang terjadi selama konflik membawa dampak negatif bagi kondisi psikologis secara menyeluruh bagi anak. Bentuk-bentuk trauma yang dialami oleh anak pasca konflik di Maluku memberikan pengaruh buruk bagi pembentukan karakter mereka.

I.4.1 Pendidikan Perdamaian

Pendidikan memainkan peran penting dalam menentukan kesejahteraan manusia. Seseorang akan memiliki hidup bahagia hanya jika dia hidup dalam kedamaian dan keselarasan dengan orang lain, alam dan pencipta kehidupan. Saat menghadapi konflik, kaum yang berpendidikan umumnya akan menggunakan

9 Pieris. J, Tragedi Maluku: Sebuah Krisis Peradaban, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004,

(9)

9

logika dibanding perasaan10. Pendidikan membantu dalam pengembangan tata

pikir, orientasi hidup, kecakapan hidup yang bermutu, kesehatan emosi dan spiritual, dan eksistensi yang berkelanjutan dan pewarisannya kepada lintas generasi. Dengan demikian, pendidikan tidak terbatas pada upaya proses penyelesaian konflik tetapi juga dalam pencegahan konflik maupun rekonstruksi

pasca konflik11. Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam bina damai.

Menurut UNICEF, pendidikan perdamaian mengacu kepada proses untuk memajukan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan untuk menghasilkan perubahan perilaku yang akan memungkinkan anak, remaja, dan dewasa mencegah terjadinya konflik dan kekerasan baik terbuka maupun struktural; mampu menyelesaikan konflik secara damai serta mampu menciptakan kondisi yang kondusif untuk mencapai perdamaian baik dalam level intrapersonal,

interpersonal, antar kelompok, nasional, maupun internasional12. Pendidikan

perdamaian pada dasarnya mengajarkan materi-materi tentang konflik dan kekerasan, resolusi konflik, hak asasi manusia, pendidikan global, persamaan gender, pembangunan, multikulturalisme, pendidikan antar agama, pendidikan mengenai lingkungan, dsb yang dapat membentuk karakter generasi masa depan

yang cinta damai13. Pendidikan perdamaian yang diberikan mencakup pendidikan

formal yakni sekolah-sekolah dan juga informal (atau di luar sekolah) yang melibatkan peran serta masyarakat dan keluarga yang bersama-sama berperan

10 O’Donnel, G., Durand, M., Halpern, D., & Layard, R. 2014. Well being and Policy,

http://www.li.com/docs/default-source/commission-on-wellbeing-and-policy/commission-on-wellbeing-and-policy-report---march-2014-pdf.pdf?sfvrsn=2, diakses 18 November 2014

11 The World Bank, Reshaping the Future: Education and Post Conflict Reconstruction,

Washington D.C, 2005, p.1

12

Susan Fountain, Peace Education in UNICEF, UNICEF, www.unicef.org. 1999

13

Loreta Navarro-Castro dan Jasmine Nario-Galace, Peace Education: A Pathway to a Culture of

Peace, Quezon City: Center for Peace Education, 2008, p.31, http://www.peace-ed-campaign.org/resources/cpe-book-14oct2010-final2.pdf, diakses pada 13 November 2015.

(10)

10 aktif untuk menciptakan budaya damai melalui berbagai cara. Pendidikan Perdamaian bukan hanya dirancang untuk menyelesaikan konflik antar negara, tetapi juga menyelesaikan ketegangan di antara wilayah, ras, agama, suku bangsa, tetangga, keluarga atau bahkan pikiran seseorang yang berbeda. Pendidikan perdamaian bersifat holistik, karena merangkul pertumbuhan fisik, emosi, kecerdasan, dan sosial anak dalam kerangka yang mengakar kuat pada nilai-nilai tradisional manusia. Pendidikan ini didasari oleh filosofi yang mengajarkan cinta, rasa sayang, kepercayaan, keadilan, kerja sama, dan penghormatan terhadap

seluruh manusia di dunia14. Pendidikan perdamaian menurut UNICEF berupaya

mendorong perkembangan nilai perdamaian sebagai landasan dan perubahan sikap dan pandangan generasi muda. Sebagai upaya dalam perubahan perilaku dan cara pandang generasi muda, UNICEF memfokuskan pada program-program rehabilitasi psikososial dalam pendidikan perdamaian yang merupakan aspek yang sangat penting bagi generasi-generasi muda korban konflik dan kekerasan yang memberikan trauma tersendiri bagi mereka. Walaupun sesungguhnya pendidikan perdamaian bukan merupakan sebuah “terapi” untuk generasi muda yang terkena trauma dikarenakan konflik, namun program rehabilitasi melengkapi dan membantu pendidikan perdamaian dikarenakan dengan adanya rehabilitasi trauma akan konflik tentunya akan membantu generasi muda dalam mempelajari pengetahuan dan informasi –informasi yang baru.

Tujuan pendidikan perdamaian meliputi tiga hal yakni, pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku, ketiga hal ini saling berkaitan15. Tujuan pendidikan

perdamaian dalam tujuan pengetahuan meliputi: kesadaran diri; mengerti sifat

14 Schmidt F & Friedman, A, Peacemaking skills for little kids, Peace Education Foundation,

London, 1988

(11)

11 dasar konflik dan perdamaian; mampu mengidentifikasi sebab konflik dan gerakan nirkekerasasn untuk resolusi; analisa konflik; meningkatkan pengetahuan mekanisme komunitas untuk membina perdamaian dan menyelesaikan konflik; proses mediasi; memahami hak dan kewajiban; memahami ketergantungan dan keterkaitan individu dengan masyarakat; dan kesadaran akan peninggalan sejarah. Tujuan dalam bidang keterampilan meliputi: komunikasi (aktif mendengar dan pengekpresian diri); berpikir kritis (terutama dalam prasangka); kemampuan untuk menghadapi stereotype; keahlian mengontrol emosi; kemampuan menyelesaikan masalah; kemampuan untuk menghadapi perubahan; partisipasi masyarakat dalam perdamaian; kemampuan untuk menghasilkan solusi alternatif; mencegah konflik; kemampuan bekerja sama; pengakuan keberadaan orang lain; dan tegas. Tujuan dalam bidang perilaku meliputi: penghormatan pada diri sendiri; toleransi; menerima orang lain; penghormatan terhadap perbedaan; menghormati hak dan kewajiban anak dan orang tua; kepekaan gender; rekonsililiasi; empati solidaritas; tanggung jawab sosial; mempunyai rasa keadilan dan persamaan; menghargai kehidupan; cinta damai dan kesadaran akan prasangka.

I.4.2 Peranan NGO

Non-Governmental Organizations (NGO) adalah organisasi atau kelompok sukarela yang tidak terkait dengan pemerintah. NGO pada umumnya adalah organisasi berbasis nilai (value-based organizations) yang bergantung kepada, baik sebagian atau keseluruhan, bantuan amal (charitable donations) dan

(12)

12

pelayanan sukarela (voluntary service)16. NGO juga berperan dalam penyelesaian

konflik termasuk resolusi konflik, bantuan kemanusiaan, pembangunan, hak asasi manusia, dan bina damai. NGO berfungsi untuk memberikan layanan terbaik bagi masyarakat agar mereka dapat diberdayakan, dan mampu meningkatkan kualitas serta standar hidup mereka. NGO dibutuhkan dalam area-area yang belum terjangkau oleh pemerintah dimana pemerintah belum memberikan perhatian yang memadai. Tujuan NGO bukan untuk menggantikan pemerintah tetapi memberikan layanan yang bertanggung jawab dan membantu masyarakat agar lebih mandiri.

Dalam proses bina damai dan pencegahan konflik, NGO mempunyai peran penting dalam membangun dan mengelola layanan penting. Sebuah NGO dapat memperbesar kemungkinan terjadinya perdamaian abadi dalam cakupan bantuan untuk membangun kembali infrastruktur, memperkuat layanan dan integrasi sosial. Salah satu bentuk pelayanan terhadap masyarakat pasca konflik adalah lewat pendidikan. Pendidikan, dalam jangka panjang, memiliki peran penting dalam pembinaan pasca konflik untuk membantu generasi muda memahami konflik kekerasan yang terjadi dan berpotensi memberikan kontribusi bagi bina

damai di masa depan17. Pendidikan menjadi aspek yang lebih memungkinkan

untuk diperhatikan, sementara aspek lain dapat memicu konflik dengan cara politisasi. Pendidikan menjadi aspek yang dapat membawa perubahan

memberikan dampak positif bagi bina damai18.

16 María Olivo U, Evolution on The Term Non Governmental Organization, 2007. Dalam Revista

Venezolana de Análisis de Coyunturan, Venezuela.

17

Alan Smith, The Influence of Education on Conflict and Peace Building, UNESCO, 2010, p. 2

18Davies L, Education and Fragility. A Synthesis of Four Country Case Studies (Afghanistan,

Bosnia and Herzegovina, Cambodia, and Liberia), International Network for Education in

(13)

13

I.5 Argumen Utama

Dengan menggunakan konsep pendidikan perdamaian dan peranan NGO untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis mengajukan argumen utama yakni Heka Leka berperan aktif dalam proses bina damai di Maluku melalui pendidikan bagi anak. Berbagai program yang dilakukan Heka Leka menerapkan konsep “character building” untuk mendorong setiap anak yang merupakan generasi muda Maluku agar mengubah sifatnya demi mencapai kondisi yang kondusif dan terhindar dari konflik. Dilihat dari nilai-nilai yang diusung Heka Leka yakni “Spirituality, Humanity, Unity, Social Responsibility, dan Multipicity” Heka Leka membantu setiap anak dalam perubahan cara pandang, sikap dan perilaku serta bebas dari kekerasan. Heka Leka juga memberikan layanan pendidikan yang memadai bagi anak di Maluku serta berkontribusi dalam memberikan pelatihan kepada setiap pengajar.

I.6 Metodologi Penelitian

Secara umum penelitian ini berupaya untuk mendeskripsikan peranan Heka Leka dalam pendidikan anak di Maluku pasca konflik. Penelitian ini merupakan deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha menjelaskan peranan Heka Leka bagi pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Adapun metode analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisis isi, yaitu analisis data yang dilakukan melalui wawancara serta kajian terhadap berbagai dokumen yang berkaitan dengan topik penelitian. Untuk mendapatkan data yang akan dianalisis, penulis menggunakan metode pengumpulan data berupa

(14)

14 studi pustaka dan wawancara. Wawancara yang dilakukan penulis ditujukan kepada beberapa narasumber yakni pengurus Heka Leka, relawan dan pengajar, serta anak-anak yang terlibat dalam program dan kegiatan yang dilaksanakan Heka Leka. Wawancara ini bertujuan untuk mengukur peranan Heka Leka dalam pendidikan anak di Maluku pasca konflik. Untuk pengambilan data ini, penulis melakukan observasi dan penelitian di lapangan. Metode ini dilaksanakan dengan mencari data yang berkaitan dengan topik permasalahan melalui risalah, artikel jurnal, serta berita media cetak dan elektronik mengenai kondisi pendidikan di Maluku pasca konflik. Selain itu, metode wawancara juga digunakan untuk menunjang analisis data.

I.7 Struktur Penulisan

Penelitian ini akan terdiri atas beberapa bab. Bab Pertama dalam penelitian ini terdiri latar belakang, rumusan masalah, tinjauan literatur, kerangka konseptual, argumen utama, dan metodologi penelitian. Deskripsi tentang peranan Heka Leka dalam pendidikan anak di Maluku pasca konflik sesuai dengan teori yang akan digunakan akan dibagi dalam dua bab. Bab kedua akan membahas pendidikan anak di Maluku pasca konflik dan NGO secara umum terhadap pendidikan. Bab Ketiga akan mejelaskan tentang peranan Heka Leka sebagai salah satu NGO yang berkontribusi bagi pendidikan anak di Maluku pasca konflik. Bab Keempat akan menutup penelitian ini dengan menyampaikan kesimpulan berupa intisari dari keseluruhan pembahasan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi terkait untuk menangani permasalahan tersebut biasanya pakai trigger mas, namun sepengetahuan saya, di MySQL kita tidak dapat memanipulasi row pada tabel yang

pengujian untuk parameter Hg, Pb dan As untuk produk permen dan jelli memperoleh hasil ± 0,001 mg/kg untuk semua kombinasi perlakuan. Hasil pengujian tersebut menunjukkan

Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini masih terbatas pada kualitas sumber daya manusia, pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah dan pengendalian intern

(7) Pada sambungan yang memakai paku keling atau baut dengan menggunakan pelat pengisi yang tebalnya 6 mm atau lebih, maka jumlah baut atau paku keling harus ditambah terhadap

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan tahap

bahwa pengaturan pelayanan pemasangan dan pengawasan alat-alat pencegahan dan pemadam kebakaran di Kota Pangkalpinang telah diatur dengan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat

Dari tujuh kelompok pengeluaran barang dan jasa yang menyusun Indeks Harga Konsumen (IHK) Gabungan 2 Kota di Provinsi Kepulauan Riau Januari 2015, tercatat 6

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan program P-LDPM dan faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun