• Tidak ada hasil yang ditemukan

Katalog BPS :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Katalog BPS :"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Katalog BPS : 1101002.36

(2)
(3)

STATISTIK DAERAH

PROVINSI BANTEN

2016

ISSN : 2088-4974

No. Publikasi: 36550.1607

Katalog BPS : 1101002.36

Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm

Jumlah Halaman : iv + 42 Halaman

Naskah :

Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Gambar Kulit :

Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Diterbitkan oleh :

© Badan Pusat Statistik Provinsi Banten

Dicetak oleh :

CV. Dharmaputra

”Dilarang mengumumkan, mendistribusikan,

mengkomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian

atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin

tertulis dari Badan Pusat Statistik"

Sumber gambar sampul buku :

1. Gambar sampul depan : Pantai Tanjung Layar, Kabupaten Lebak (travel.detik.com, diedit)

Gambar sampul belakang : Pantai Karang Bolong, Kabupaten Serang (flickr.com, diedit)

2. Gambar sisipan:

1. Masjid Banten Lama, Kota Serang.

2. Masjid Raya Al-Bantani, Kota Serang (kemenag.go.id) 3. Pantai Wisata Anyer, Kabupaten Serang (disbudpar.go.id)

4. Industri Semen Merah Putih, Kabupaten Lebak (semenmerahputih.com) 5. Panen Raya Buah Melon Golden Apollo, Kota Cilegon (bantenasia.com)

(4)

Publikasi Statistik Daerah Provinsi Banten 2016 diterbitkan oleh BPS Provinsi Banten, berisi berbagai data dan informasi terpilih seputar Banten. Data dan informasi ini dianalisis secara sederhana, untuk membantu pengguna data dalam memahami perkembangan pembangunan serta potensi yang ada di Banten. Publikasi Statistik Daerah Provinsi Banten 2016 diterbitkan untuk melengkapi beberapa publikasi statistik yang sudah terbit setiap tahun secara rutin. Namun berbeda dengan publikasi yang sudah ada, publikasi ini lebih menekankan pada aspek analisis data.

Materi yang disajikan dalam Publikasi Statistik Daerah Provinsi Banten 2016, mencakup berbagai informasi dan indikator yang terkait dengan hasil pembangunan dari berbagai sektor di wilayah Provinsi Banten. Diharapkan, publikasi ini dapat digunakan untuk bahan kajian, perencanaan, dan evaluasi berbagai macam program pembangunan yang telah dijalankan.

Akhirnya, kami sampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan publikasi ini, sehingga penerbitan publikasi ini dapat terlaksana. Kritik dan saran sangat kami hargai guna penyempurnaan publikasi di masa mendatang.

Serang, September 2016 BPS Provinsi Banten

Kepala,

Agoes Soebeno

Kata Pengantar

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016 iii

(5)

1. Geografi dan Iklim ... 1 2. Pemerintahan ... 2 3. Penduduk ... 4 4. Ketenagakerjaan ... 6 5. Pendidikan ... 8 6. Kesehatan ... 9 7. Perumahan ... 10 8. Pembangunan Manusia ... 11 9. Pertanian ... 13 10. Energi Listrik ... 15 11. Industri Pengolahan ... 16 12. Konstruksi ... 17

13. Hotel dan Pariwisata ... 18

14. Transportasi dan Komunikasi ... 19 15. Perbankan dan Investasi ... 21 16. Inflasi dan Nilai Tukar Petani ... 22

17. Pengeluaran Penduduk ... 24 18. Perdagangan ... 26 19. Pendapatan Regional ... 28 20. Perbandingan Regional ... 30 Lampiran Tabel … 33

DAFTAR ISI

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016

iv

(6)

GEOGRAFI DAN IKLIM

Lebih jarang turun hujan, namun curah hujannya lebih lebat

Suhu udara pada tahun 2015 ini terasa lebih hangat dan lebih kering. Oleh karena itu hujan juga menjadi lebih jarang turun.

Namun ketika turun, curah hujannya ternyata lebih lebat.

1

Provinsi Banten secara astronomis terletak antara 507’50” - 701’1” LS dan 10501’11” - 10607’12” BT. Adapun secara geografis, berada di ujung barat Pulau Jawa dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta, serta Laut Jawa, Samudra Hindia dan Selat Sunda.

Luas wilayah Banten mencapai 9.663 km2 atau sekitar 0,51 persen dari luas seluruh daratan Indonesia. Berarti, Banten adalah provinsi dengan luas wilayah terkecil kelima di Indonesia setelah Kepulauan Riau (0,43 persen), Bali (0,30 persen), DI Yogyakarta (0,16 persen) dan DKI Jakarta (0,03 persen).

Kondisi topografi wilayah Banten pada umumnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0 sampai 200 m dpl. Sementara daerah Lebak Tengah, sebagian kecil wilayah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang memiliki ketinggian 201 – 2.000 m dpl. Adapun ketinggian daerah Lebak Timur berkisar antara 501 sampai 2.000 m dpl, yang terdapat di sekitar Puncak Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun.

Iklim wilayah Banten dipengaruhi oleh Angin Monson dan gelombang La Nina. Cuaca didominasi oleh Angin Barat dari Samudra Hindia dan Angin Asia di musim penghujan serta Angin Timur pada musim kemarau.

Suhu udara di Banten selama tahun 2015 rata-rata mencapai 27,6 0C, dengan tingkat kelembaban udara sebesar 78 persen. Adapun hujan turun setiap bulannya, dengan jumlah hari dan curah hujan dalam setahun masing-masing sebanyak 142 hari dan 1.385 mm.

Dengan demikian dibandingkan tahun lalu, suhu udara terasa lebih hangat dan lebih kering. Oleh karena itu hujan juga menjadi lebih jarang turun. Namun ketika turun, curah hujan nya ternyata lebih lebat, seperti yang terlihat pada data curah hujan per hari hujan.

Peta Wilayah Provinsi Banten

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016 1

Data Geografis dan Iklim Banten

Keadaan Geografis Satuan Nilai a. Luas wilayah km2 9 662,92 b. Ketinggian m dpl 0 - 2 000 c. Jumlah pulau kecil buah 61 d. Sungai terpanjang (S. Cisadane) km 414,3 e. Danau terluas (Cipondoh) ha 126 f. Gunung tertinggi (G. Halimun) m dpl 1 925 Kondisi Iklim Satuan 2014 2015 a. Suhu rata-rata oC 27,3 27,6 b. Kelembaban rata-rata % 98 78 c. Bulan hujan Bulan 12 12 d. Hari hujan hari 176 142 e. Curah hujan mm 1 521 1 385 f. Curah hujan

per hari hujan mm 8,6 9,4 Sumber : Banten Dalam Angka 2016

(7)

PEMERINTAHAN

PNS perempuan bertambah, Legislator perempuan berkurang

Jumlah PNS perempuan bertambah lebih banyak dibandingkan pertambahan PNS Laki-laki. Sementara legislator perempuan,

jumlahnya justru berkurang setelah dilakukan pergantian antar waktu.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Provinsi Banten sampai Juni 2016 secara administratif masih terbagi dalam 4 wilayah kabupaten yaitu Pandeglang, Lebak, Tangerang dan Serang, serta 4 wilayah kota yakni Tangerang, Cilegon, Serang dan Tangerang Selatan. Adapun jumlah kecamatan, desa dan kelurahan juga tidak mengalami perubahan, baik karena pemekaran wilayah maupun karena perubahan status dari desa menjadi kelurahan.

Dilihat dari sisi personil, jumlah PNS daerah di Banten selama periode 2013-2015 terus meningkat, dari sekitar 77 ribu orang menjadi 79 ribu orang. PNS laki-laki dan perempuan sama-sama bertambah. Namun pertambahan jumlah PNS perempuan jauh lebih besar dibandingkan PNS laki-laki. Akibatnya, proporsi PNS perempuan meningkat hingga mencapai 49,9 persen. Sebaliknya, proporsi PNS laki-laki menurun menjadi 50,1 persen.

Pemilu Legislatif tahun 2014 telah berhasil menghantarkan 76 orang perempuan sebagai legislator di DPRD Provinsi dan Kabupaten/ Kota se-Provinsi Banten. Sayangnya, jumlah ini pada tahun 2015 berkurang menjadi 72 orang setelah dilakukannya pergantian antar waktu (PAW). Dengan demikian, jumlah legislator perempuannya semakin jauh di bawah angka 30 persen keterwakilan perempuan dalam lembaga legislatif, sesuai amanat UU No. 10 Tahun 2008.

*** TAHUKAH ANDA

“Jumlah calon legislator (caleg) perempuan dalam Pemilu Legislatif 2014, yang diusung oleh 10 partai politik pemenang kursi di DPRD Banten mencapai 295 orang. Berarti, jumlah caleg perempuannya sudah melebihi batas minimal 30 persen dari total caleg yang ada.”

2

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016

2 Wilayah Administrasi 2014 2015 Juni 2016 1. Kabupaten 4 4 4 2. Kota 4 4 4 2. Kecamatan 155 155 155 4. Desa 1 238 1 238 1 238 5. Kelurahan 313 313 313 Jumlah PNS Daerah 2013 2014 2015 Laki-laki (51,12%) 39 276 (50,95%) 39 634 (50,07%) 39 780 Perempuan (48,88%) 37 556 (49,05%) 38 158 (49,93%) 39 676 Jumlah Total (100,00%) 76 832 (100,00%) 77 792 (100,00%) 79 456

Statistik Pemerintahan di Banten

Sumber : Banten Dalam Angka 2016

Jumlah Anggota DPRD se-Provinsi Banten Hasil Pemilu Legislatif 2014 dan PAW 2015

Sumber : Sekretariat DPRD se-Provinsi Banten (data diolah)

(8)

PEMERINTAHAN

Kondisi keuangan daerah semakin mandiri

PAD Banten selama periode 2013-2015 melonjak tajam. Sementara porsinya terhadap pendapatan daerah sedikit bertambah. Betapapun

juga, kondisi keuangan daerah Benten menjadi semakin mandiri.

Sebagai salah satu instrumen kebijakan fiskal yang dapat digunakan untuk memacu perkembangan ekonomi daerah, realisasi belanja daerah Banten selama periode 2013-2015 telah menunjukkan perkembangan yang sangat menggembirakan. Belanja daerah meningkat pesat, dari 5,3 triliun rupiah menjadi 8,1 triliun rupiah. Selain itu, belanja modal yakni komponen belanja daerah yang paling berperan dalam memacu pertumbuhan ekonomi, juga meningkat hampir dua kali lipatnya. Akibatnya, dampak belanja daerah terhadap pertumbuhan ekonomi Banten diperkirakan akan menjadi semakin besar.

Pendapatan daerah merupakan sumber dana utama bagi pembiayaan pembangunan atau belanja daerah. Salah satu komponennya, yaitu pendapatan asli daerah (PAD) adalah besaran yang biasa digunakan untuk mengukur tingginya tingkat kemandirian keuangan suatu daerah. Semakin besar porsinya terhadap pendapatan daerah, akan semakin tinggi pula tingkat kemandirian keuangan daerah tersebut.

PAD Banten sendiri selama periode 2013-2015 melonjak sangat tajam. Sementara porsinya terhadap pendapatan daerah hanya bertambah 0,2 persen, padahal tahun lalu sempat bertambah 1,2 persen. Betapapun juga, kondisi keuangan daerahnya dibandingkan dua tahun sebelumnya, terlihat semakin mandiri. Implikasinya, Banten menjadi lebih leluasa dalam mengatur belanja daerahnya, karena kendala keterbatasan fiskal semakin berkurang.

*** TAHUKAH ANDA

“Tingkat kemandirian keuangan daerah Banten menempati urutan kedua teratas setelah Provinsi Jawa Tengah (Data APBD 2015; www.djpk.kemenkeu.go.id)”

2

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016 3

Nilai dan Porsi Pendatapatan Asli Daerah Provinsi Banten

Sumber : Banten Dalam Angka 2016 (data diolah)

Uraian 2013 2014 2015

Total Belanja Daerah : 5 295 6 192 8 084 1. Belanja Langsung 1 979 2 178 3 324 - Belanja Pegawai 182 145 157 - Belanja Barang & jasa 984 1 342 1 731 - Belanja Modal 813 691 1 436 2. Belanja Tidak Langsung 3 316 4 104 4 760 - Belanja Pegawai 423 482 545 - Belanja Lainnya 2 893 3 532 4 215

Realisasi Belanja Daerah Provinsi Banten (miliar rupiah)

Sumber : Banten Dalam Angka 2016

(9)

Hasil proyeksi penduduk menunjukkan bahwa jumlah penduduk Banten pada Juni 2016 sudah mencapai 12,2 juta orang. Penduduk laki-laki berjumlah 6,2 juta orang, lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan yang hanya 6,0 juta orang. Dengan demikian, rasio jenis kelaminnya sebesar 104,0 atau terdapat 1.040 penduduk laki-laki di antara 1.000 penduduk perempuan.

Dibandingkan dengan kondisi enam tahun sebelumnya, penduduk Banten tumbuh sangat pesat hingga mencapai 2,23 persen per tahun. Selain itu, juga lebih pesat dari Indonesia yang rata-rata hanya tumbuh 1,36 persen per tahun. Akibatnya, proporsi penduduk Banten terhadap total penduduk Indonesia meningkat dari 4,5 persen menjadi 4,7 persen. Oleh karena itu, Banten berhasil mempertahankan posisinya sebagai provinsi dengan populasi terbanyak kelima di Indonesia, setelah Jawa Barat (18,3 persen), Jawa Timur (15,1 persen), Jawa Tengah (13,1 persen) dan Sumatera Utara (5,5 persen).

Dibandingkan dengan luas wilayahnya yang hanya sekitar 10 ribu kilometer persegi, Banten pada tahun 2016 terasa lebih sesak. Kondisi Ini terlihat jelas dari tingkat kepadatan penduduk- nya yang naik hingga menjadi 1.264 orang per km2. Selain itu, Banten juga menjadi provinsi ketiga terpadat se Indonesia, setelah DKI Jakarta (15.478 orang per km2) dan Jawa Barat (1.339 orang per km2).

*** TAHUKAH ANDA

“Penduduk Banten setiap hari bertambah 679 orang. Dari pertambahan tersebut, 7 orang di antaranya berasal dari luar Banten, atau yang biasa disebut sebagai penduduk migran.”

3

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016

4

Indikator Kependudukan Banten dan Nasional

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah) Uraian Juni 2010 2016 Juni BANTEN

Penduduk (juta orang) 10,6 12,2

- Laki-laki 5,4 6,2

- Perempuan 5,2 6,0

Rasio Jenis Kelamin 104,7 104,0 Pertumbuhan Penduduk (persen) 2,78 2,23 Kepadatan Penduduk (orang/km2) 1 100 1 264 INDONESIA

Penduduk (juta orang) 237,6 258,7 - Laki-laki 119,6 130,0 - Perempuan 118,0 128,7 Rasio Jenis Kelamin 101,4 101,0 Pertumbuhan Penduduk (persen) 1,49 1,36 Kepadatan Penduduk (orang/km2) 124 135

PENDUDUK

Terbanyak kelima dan terpadat ketiga di Indonesia

Penduduk Banten tahun 2016 berjumlah 12,2 juta orang. Dibandingkan provinsi lainnya, Banten merupakan provinsi dengan populasi

terbanyak kelima, sekaligus terpadat ketiga di Indonesia.

Perkembangan Penduduk Banten, Tahun 1971-2016

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)

(10)

Penduduk Banten, secara geografis tidaklah terdistribusi dengan merata, karena lebih banyak yang mendiami wilayah Banten Utara. Kondisi ini dapat terjadi karena Banten Utara merupakan salah satu daerah tujuan utama migrasi di Indonesia, yang antara lain sebagai akibat menjadi daerah hinterland bagi Provinsi DKI Jakarta.

Sementara secara spasial, tampak bahwa Kabupaten Tangerang merupakan daerah yang terbanyak penduduknya, yaitu dengan persentase mencapai 28,5 persen (3,5 juta orang). Sebaliknya, yang paling sedikit adalah Kota Cilegon, dengan persentase hanya 3,4 persen (0,4 juta orang).

Diamati menurut kecepatan pertambahan penduduk, Kota Tangerang Selatan yang wilayahnya terletak di bagian utara, menjadi daerah yang paling pesat pertumbuhannya. Adapun Kota Tangerang yang juga terletak di bagian utara, merupakan daerah terpadat penduduknya, dimana untuk setiap satu kilometer persegi wialyahnya, dihuni oleh 13.602 orang.

Kondisi yang sama sekali berbeda terjadi di bagian selatan Banten. Kabupaten Lebak, menjadi daerah yang paling jarang penduduk- nya, sedangkan Kabupaten Pandeglang merupakan daerah yang paling lambat pertumbuhan penduduknya.

Sementara porsi penduduk laki-laki terbesar terdapat di Kota Serang, dimana terdapat 1.052 penduduk laki-laki untuk setiap 1.000 penduduk perempuan. Adapun yang terkecil di Kota Tangerang Selatan, dengan perbandingan 1.000 penduduk perempuan untuk setiap 1.015 penduduk laki-laki .

3

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016 5

Indikator Kependudukan Banten Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah) Kabupaten/Kota Rasio Jenis Kelamin Pertumbuhan Penduduk (persen) Kepadatan Penduduk (orang/km2) 1. Pandeglang 104,4 0,47 437 2. Lebak 105,1 0,76 373 3. Tangerang 104,8 3,17 3.437 4. Serang 102,9 0,69 856 5. Kota Tangerang 104,2 2,28 13.602 6. Kota Cilegon 104,3 1,60 2.386 7. Kota Serang 105,2 1,83 2.456 8. Kota Tangsel 101,5 3,28 10.828

PENDUDUK

Penduduk Banten terpusat di wilayah Banten Utara

Kabupaten Tangerang yang wilayahnya terletak di bagian utara Banten, menjadi daerah yang terbayak penduduknya. Demikian pula dengan

Kota Tangerang menjadi daerah terpadat penduduknya.

Komposisi Penduduk Banten Tahun 2016

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)

(11)

4

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016

6

Setiap tahun selama periode Agustus 2014-Feberuari 2016, antara enam sampai tujuh orang dari sepuluh orang penduduk usia kerja Banten (penduduk usia 15 tahun ke atas), telah memasuki pasar kerja. Kondisi ini terlihat dari indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), yang memberikan gambaran mengenai besarnya persentase penduduk usia kerja yang termasuk dalam bagian angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja Banten sendiri selama periode tersebut cenderung bertambah, yaitu dari 5,34 juta orang menjadi 5,69 juta orang.

Seiring dengan jumlah angkatan kerja yang bertambah, persentase penduduk usia kerja yang bekerja juga meningkat. Peningkatan ini, terjadi karena kesempatan kerja yang tercipta melebihi pertambahan jumlah angkatan kerja. Imbasnya, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Banten menurun hingga menjadi 7,95 persen pada Februari 2016. Hanya saja, angka pengangguran ini terasa sangat tinggi, karena masih tetap jauh di atas rata-rata Nasional yang hanya sebesar 5,50 persen.

*** TAHUKAH ANDA

“Enam dari seratus orang penganggur yang ada di Banten adalah lulusan universitas.”

Diamati menurut komposisi lapangan pekerjaan utama, dari seratus penduduk usia kerja Banten yang telah bekerja pada Februari 2016, hampir separuhnya bekerja pada lapangan usaha industri pengolahan serta lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran. Sementara sekitar sepertiganya, lebih memilih bekerja pada lapangan usaha jasa-jasa dan lapangan usaha pertanian. Adapun sisanya, bekerja pada berbagai lapangan usaha selain keempat lapangan usaha di atas.

Statistik Ketenagakerjaan Banten

Uraian Agustus 2014 Agustus 2015 Februari 2016 Penduduk Usia Kerja (juta orang) 8,36 8,57 8,67 Angkatan Kerja (juta orang) 5,34 5,33 5,69 - Penduduk Bekerja 4,85 4,83 5,23 - Penganggur 0,48 0,51 0,45 TPAK (persen) 63,84 62,24 65,56 Penduduk Bekerja (persen) 90,93 90,45 92,05 TPT (persen) 9,07 9,55 7,95

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)

KETENAGAKERJAAN

Kesempatan kerja banyak tercipta, pengangguran terbuka turun

Kesempatan kerja yang tercipta selama Agustus 2014-Februari 2016 melebihi pertambahan jumlah angkatan kerja. Imbasnya, tingkat pengangguran terbuka Banten menurun hingga menjadi 7,95 persen.

Komposisi Lapangan Pekerjaan Penduduk Usia Kerja Banten Yang Bekerja,

Februari 2016

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)

(12)

4

Tingginya angka TPT Banten, terutama disebabkan oleh banyaknya jumlah penganggur di Kabupaten Tangerang. Hal ini setidaknya terlihat pada periode Agustus 2015, dimana lebih dari seperempat penganggur, tinggal dan menetap di Kabupaten Tangerang. Selain itu, banyaknya penduduk Kabupaten Serang dan Kota Tangerang yang menjadi penganggur, juga turut menjadi penyumbang terbesar bagi tingginya angka pengangguran Banten.

Betapapun juga, angka TPT terbesar terjadi di Kabupaten Serang dan Kota Cilegon, yang masing-masing mencapai 14,8 persen dan 12 persen. Sementara yang terendah di Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang, dengan persentase hanya 6,13 persen dan 8 persen. Adapun TPT Kabupaten Tangerang sendiri ternyata relatif kecil, karena masih berada di bawah angka TPT Banten periode Agustus 2015, yang sebesar 9,55 persen.

Sementara itu tingginya taraf hidup atau tingkat kesejahteraan pekerja, setidaknya dapat diketahui dari besarnya upah yang diterima oleh mereka. Pekerja di Kabupaten Lebak dan Pandeglang pada tahun 2016 menerima upah minimum terendah se Banten, sedangkan yang tertinggi diterima oleh pekerja di Kota Cilegon.

Tinggi atau rendahnya upah yang diterima oleh para pekerja, sepertinya lebih terkait dengan jenis pekerjaan yang ada di wilayah masing-masing. Pekerja di Kota Cilegon menerima upah tertinggi, karena wilayahnya menjadi sentra industri padat modal yang berteknologi tinggi. Adapun Kabupaten Lebak dan Pandeglang menjadi penerima upah terendah, karena pekerjaannya memang lebih banyak berkaitan dengan sektor pertanian yang tenaga kerjanya berlebih.

KETENAGAKERJAAN

TPT relatif kecil, tapi menjadi penyumbang terbesar

Tingginya TPT Banten disebabkan oleh banyaknya jumlah pengangguran di Kabupaten Tangerang. Namun TPT Kabupaten Tangerang sendiri relatif kecill, karena masih di bawah TPT Banten.

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016 7

Statistik Upah Minimum Kabupaten/Kota di Banten, Tahun 2016 (Juta Rupiah)

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)

Penganggur Terbuka dan TPT Banten Menurut Kabupaten/Kota, Agustus 2015

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah) Kabupaten/Kota Pengangguran Terbuka TPT (Persen) Jumlah Persentase 1. Pandeglang 50 192 9,85 10,22 2. Lebak 60 209 11,82 10,74 3. Tangerang 136 277 26,75 9,00 4. Serang 91 844 18,03 14,80 5. Kota Tangerang 79 368 15,58 8,00 6. Kota Cilegon 22 403 4,40 12,00 7. Kota Serang 27 032 5,31 9,49 8. Kota Tangsel 42 058 8,26 6,13

http://banten.bps.go.id

(13)

Perbaikan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu daerah tidak terlepas dari pendidikan yang merupakan penentu kualitas penduduk. Kualitas penduduk Banten sendiri sepanjang periode 2013-2015 meningkat cukup pesat. Hal ini dapat diketahui dari meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas (RLS) dan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas lulusan S1/DIV/S2/S3 (APT), hingga mencapai 8,3 tahun dan 5,8 persen pada tahun 2015. Bahkan, kualitas penduduk Banten ini secara rata-rata lebih tinggi dibandingkan Nasional, yang memiliki RLS dan APT hanya 7,8 tahun dan 5,6 persen.

Kualitas penduduk Banten yang meningkat ternyata didorong oleh semakin luasnya akses penduduk terhadap pendidikan. Hal ini ditandai oleh angka partisipasi sekolah (APS) untuk berbagai kelompok usia yang terus mengalami peningkatan. Namun demikian, masih rendah- nya APS kelompok usia 16-18 tahun, harus mendapat perhatian lebih dari semua pihak. Hal ini karena dengan nilai APS yang hanya 66,73 persen, berarti ada sekitar sepertiga penduduk Banten usia 16-18 tahun, yang pada tahun 2015 tidak bersekolah lagi.

Kualitas pendidikan penduduk berkaitan erat dengan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan. Salah satu indikatornya adalah rasio ketersediaan sekolah (RKS), yang dapat menggambarkan kemampuan sekolah dalam menampung penduduk usia sekolah sesuai dengan jenjang pendidikan. Berdasarkan data yang ada, terlihat bahwa RKS SMP/MTs dan SMA/SMK/MI mengalami penurunan. Berarti, ketersediaan gedung sekolahnya meningkat melebihi pertambahan penduduk usia sekolah. Sementara untuk gedung sekolah SD/MI, peningkatannya sedikit dibawah pertambahan penduduk usia sekolahnya.

5

PENDIDIKAN

Akses pendidikan bertambah, kualitas penduduk meningkat

Kualitas penduduk Banten meningkat cukup pesat, terlihat dari meningkatnya RLS dan APT. Peningkatan kualitas ini terjadi karena akses penduduk terhadap pendidikan semakin bertambah.

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016

8

Indikator Pendidikan Banten

Uraian 2013 2014 2015 Kualitas Pendidikan Penduduk

- Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,17 8,19 8,27 - Lulusan S1/DIV ke Atas (persen) 4,27 5,51 5,77 Angka Partisipasi Sekolah (persen)

- Usia 7-12 Tahun 99,05 99,29 99,41 - Usia 13-15 Tahun 92,83 94,87 95,29 - Usia 16-18 Tahun 62,32 66,25 66,73

Sumber : BPS Provinsi Banten

Rasio Ketersediaan Sekolah di Banten

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)

(14)

6

Capaian Banten dalam bidang kesehatan dalam dua tahun terakhir telah menunjukkan perbaikan yang signifikan. Kondisi ini terlihat dari Angka harapan hidup (AHH) yang terus meningkat hingga mencapai 69,4 tahun pada tahun 2015. Hanya saja, angka kesakitan yang diukur dengan persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan, pada periode yang sama juga meningkat hingga menjadi 30,3 persen. Selain itu, rata-rata lama sakit dari penduduk yang mengalami keluhan kesehatan juga naik dari 4,9 hari menjadi 5,6 hari.

Perbaikan capaian dalam bidang kesehatan ini disebabkan oleh bertambahnya pemahaman penduduk akan arti penting kesehatan. Hal ini dapat diketahui dengan melihat bahwa dokter praktik dan puskemas masih menjadi tempat rujukan kesehatan paling sering didatangi oleh penduduk yang mengalami keluhan kesehatan untuk berobat jalan.

Bahkan, persentase kunjungan penduduk ke rumah sakit yang juga untuk berobat jalan, meningkat dari 9,9 persen menjadi 11,3 persen pada tahun 2015. Selain itu, persentase balita yang proses kelahirannya ditolong oleh dokter juga meningkat menjadi 22,6 persen, padahal pada tahun 2013 masih sebesar 17,6 persen.

Tingginya pemahaman penduduk Banten akan arti penting kesehatan, terutama karena mereka sering berinteraksi dengan petugas kesehatan dan difasilitasi oleh berbagai sarana kesehatan yang semakin bertambah banyak. Tercatat, jumlah sarana kesehatan berupa rumah sakit dan puskesmas pada tahun 2015 masing-masing sebanyak 88 unit dan 233 unit. Kedua sarana kesehatan tersebut secara total didukung oleh 4.439 dokter umum. dokter gigi dan dokter spesialis, serta 4.949 bidan dan 8.072 perawat.

KESEHATAN

Pemahaman bertambah, capaian bidang kesehatan membaik

Capaian bidang kesehatan membaik, terlihat dari AHH yang terus meningkat. Perbaikan ini disebabkan oleh bertambahnya pemahaman kesehatan penduduk dan banyaknya fasilitas kesehatan.

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016 9

Statistik Kesehatan Banten

Sumber : BPS Provinsi Banten

Uraian 2013 2014 2015

AHH (tahun) 69,04 69,13 69,43 Angka Kesakitan (persen) 29,08 29,48 30,34 Rata-rata Lama Sakit (hari) 4,87 5,18 5,61 Tempat Berobat Jalan (%)

Rumah Sakit 9,93 9,30 11,34 Praktik Dokter 40,77 35,49 33,79 Puskesmas 22,57 23,85 29,83 Petugas Kesehatan 21,77 26,41 22,43 Lainnya 4,96 4,95 2,61 Penolong Kelahiran Terakhir (%)

Dokter 17,60 19,48 22,61 Bidan 59,23 59,05 56,61 Lainnya 23,17 21,47 20,77

Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Banten Tahun 2015

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)

(15)

Rumah atau hunian tempat tinggal adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang mutlak harus dimiliki. Berdasarkan data yang ada, sekitar 81 persen rumahtangga di Banten pada tahun 2015 ini sudah menempati rumah milik sendiri. Artinya, kepemilikan rumah oleh rumahtangga sudah meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sayangnya, luas rumah yang baru ditempati kebanyakan justru lebih sempit. Kondisi yang demikian setidaknya tercermin dari naiknya persentaserumahtangga yang menempati rumah dengan luas lantai per kapita maksimal tujuh meter persegi.

Kualitas rumah yang ditempati, baik dari bentuk fisik maupun fasilitas yang tersedia, dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan dan status sosial penghuninya. Kondisi fisik rumah yang ditempati pada tahun 2015 terlihat banyak mengalami perbaikan. Hal ini diketahui dari bertambahnya persentase rumahtangga yang menempati rumah berlantai bukan tanah dan berdinding dari tembok. Hanya saja, persentase rumahtangga yang menempati rumah dengan atap dari beton atau genteng justru menurun bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Sementara itu sumber air minum bersih dan sanitasi layak merupakan salah satu fasilitas perumahan yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun keberadaan keduanya ternyata masih menjadi masalah yang kronis bagi sebagian penduduk Banten. Tercatat, sampai tahun 2015 ini setidaknya masih ada tiga dari sepuluh rumahtangga yang belum mempunyai akses terhadap kedua fasilitas perumahan tersebut. Bahkan untuk fasilitas sanitasi layak, persentase rumah tangga yang mampu mengaksesnya justru mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Statistik Perumahan Banten (persen)

7

Uraian 2013 2014 2015

Rumahtangga menempati

rumah milik sendiri 77,48 77,96 80,94 Rumahtangga menempati rumah

dengan luas lantai per kapita ≤ 7

m2 11,99 11,00 11,23

Rumahtangga menempati rumah

dengan lantai terluas bukan tanah 91,74 95,76 95,98 Rumahtangga menempati rumah

dengan atap dari beton/genteng 83,78 83,26 79,16 Rumahtangga menempati rumah

dengan dinding terluas dari tembok

84,86 84,88 83,58

Sumber : BPS Provinsi Banten

PERUMAHAN

Kepemilikan meningkat, luas rumah menyempit

Persentase rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Sayangnya, luas rumah yang baru ditempati pun kebanyakan justru lebih sempit.

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)

Persentase Rumahtangga di Banten Menurut Sumber Air Minum Bersih dan

Sanitasi Layak

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016

10

(16)

8

Pembangunan manusia merupakan sebuah proses perubahan kualitas diri manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Kemajuan pembangunan manusia ini secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat perkembangan indeks pembangunan manusia (IPM). IPM sendiri adalah ukuran yang mencerminkan capaian kemajuan pembangunan manusia, yang dibentuk oleh tiga dimensi dasar kebutuhan manusia, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan dan standar hidup layak.

Capaian pembangunan manusia di Banten selama periode 2013-2015, yang diukur dengan IPM terus mengalami peningkatan. Selain itu, status pembangunan manusianya juga meningkat dari “Sedang” (60≤IPM<70) menjadi “Tinggi” (70≤IPM<80). Hanya saja kecepatan peningkatannya terlihat semakin melambat, yang ditandai oleh angka pertumbuhan yang terus mengecil. Akibatnya, sasaran menuju IPM ideal (IPM ideal=100), akan menjadi semakin lambat untuk didekati. IPM Banten sendiri pada tahun 2015 ini baru mencapai 70,27, atau jaraknya dari yang ideal masih kurang 29,73 persen. Betapapun juga, dengan angka IPM sebesar itu, capaian pembangunan manusia Banten berada pada peringkat ke delapan di Indonesia.

Meningkatnya capaian pembangunan manusia di Banten, ternyata didorong oleh kenaikan semua komponen pembentuknya. Terutama, oleh komponen PPP dan RLS yang pada tahun 2015 ini masing-masing meningkat sekitar 1 persen. Bahkan, peningkatannya itu telah membuat level PPP dan RLS Banten menempati urutan tertinggi keenam dan keempatbelas di seluruh Indonesia. Sementara AHH dan HLS, nilainya justru masih jauh dibawah rata-rata Nasional yang mencapai 70,78 tahun dan 12,55 tahun.

PEMBANGUNAN MANUSIA

Status pembangunan meningkat, kecepatan melambat

Status pembangunan manusia Banten meningkat menjadi “Tinggi”, namun kecepatan peningkatannya melambat. Hal ini ditandai oleh angka IPM sebesar 70,27, tapi angka pertumbuhannya mengecil.

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016 11

Perkembangan IPM Banten

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)

Komponen IPM Banten

Dimensi Dasar 2014 2015 Nilai Pertum-buhan (Persen) Umur Panjang dan Sehat

Angka Harapan Hidup

(AHH, Tahun) 69,13 69,43 0,43 Pengetahuan

Harapan Lama Sekolah

(HLS, Tahun) 12,31 12,35 0,31 Rata-rata Lama Sekolah

(RLS, Tahun) 8,19 8,27 1,01 Standar Hidup Layak

Pengeluaran per Kapita setahun yang Disesuaiakan

(PPP, Juta Rupiah) 11,2 11,3 1,00 Sumber : BPS Provinsi Banten

(17)

8

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016

12

Program pengentasan kemiskinan di Banten selama setahun terakhir ini, dapat dikatakan berjalan sukses. Penilaian tersebut didasarkan kepada jumlah dan persentase penduduk miskin yang menurun, padahal pada saat bersamaan garis kemiskinannya justru meningkat. Jumlah dan persentase penduduk miskin sendiri pada Maret 2016 masing-masing mencapai 658 ribu orang dan 5,42 persen, sedangkan garis kemiskinannya 368 ribu rupiah per kapita sebulan.

Selain karena jumlah dan persentase penduduk miskin yang menurun, indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan juga terlihat semakin mengecil. Berarti, pengeluaran penduduk miskin Banten secara rata-rata meningkat hingga semakin mendekati garis kemiskinannya. Adapun tingkat ketimpangan pengeluaran antar sesama penduduk miskinnya, juga semakin menyempit. Dengan demikian, pengentasan kemiskinan ke depannya akan lebih mudah untuk dilakukan, karena pemerintah dapat menyusun program intervensi yang lebih terarah dan dengan biaya yang lebih rendah.

Betapapun juga, pengentasan kemiskinan Banten memang belum seratus persen berhasil. Hal ini karena program pengentasan yang dilaksanakan, sepertinya masih bersifat parsial dan urban sentris. Akibatnya, insiden kemiskinan terbanyak secara historis selalu terdapat di Kabupaten Tangerang, Lebak dan Pandeglang, yang merupakan daerah sentra pertanian Banten. Oleh karena itu, Untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan, dibutuhkan program yang terintegrasi dan lintas sektor, termasuk dengan melibatkan secara penuh berbagai pemangku kepentingan di bidang pertanian dalam program tersebut.

PEMBANGUNAN MANUSIA

Banten sukses dalam pengentasan kemiskinan

Banten sukses dalam program pengentasan kemiskinan, ditandai oleh menurunnya jumlah dan persentase penduduk miskin, serta semakin mengecilnya indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan.

Statistik Kemiskinan Banten

Sumber : BPS Provinsi Banten

Uraian Maret 2015 2015 Sep Maret 2015 Garis kemiskinan (rupiah) 336 483 356 436 367 949 Jumlah penduduk miskin (ribuan orang) 702,4 690,7 658,1 Persentase penduduk miskin (P0) 5,90 5,75 5,42 Indeks kedalaman kemiskinan (P1) 0,94 0,90 0,80 Indeks keparahan kemiskinan (P2) 0,23 0,21 0,17

Distribusi Persentase Penduduk Miskin Banten, September 2014

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)

(18)

Sebagai produsen beras terbesar kesebelas di Indonesia, padi menjadi tanaman yang telah ditanam di seluruh wilayah Banten. Akan tetapi, sentra produksinya hanya terletak pada empat wilayah kebupaten, yaitu Pandeglang, Lebak, Serang, dan Tangerang. Produksi padi Banten sendiri pada tahun 2015 mencapai 2,19 juta ton gabah kering giling (GKG), atau naik 0,14 juta ton GKG dibandingkan tahun 2014.

Kenaikan produksi padi ini disebabkan oleh luas panen yang bertambah dan produktivitas yang meningkat. Luas panen bertambah karena adanya perbaikan pada jaringan irigasi tersier, pembuatan embung dan program pompanisasi. Adapun produktivitas tanaman yang meningkat, selain dipengaruhi oleh kondisi iklim, juga disebabkan oleh penerapan sistem penanaman jajar legowo serta penggunaan bibit unggul bersertifikat dan pupuk bantuan pemerintah, antara lain melalui program upaya khusus.

Seperti padi, tanaman palawija juga ditanam di seluruh wilayah Banten, dengan sentra produksi terutama di Kabupaten Serang dan Pandeglang. Peningkatan/penurunan produksi tanaman palawija pada tahun 2015 umumnya disebabkan oleh penambahan/penurunan luas panen. Produksi tanaman palawija terbanyak dipegang oleh tanaman ubi kayu, sedangkan yang paling sedikit adalah tanaman kacang hijau. Adapun produktivitas tanaman tertinggi dan terendah, juga dipegang oleh tanaman ubi kayu dan tanaman kacang hijau, dengan tingkat produktivitas masing-masing sebanyak 178 kw/ha dan 8 kw/ha.

*** TAHUKAH ANDA

“Produksi beras Banten pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 1,23 juta ton, padahal konsumsi penduduknya 1,36 juta ton setahun.”

9

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016 13

PERTANIAN

Produksi tanaman padi meningkat

Produksi padi Banten tahun 2015 naik 0,14 juta ton. Kenaikan produksi ini disebabkan oleh luas panen yang bertambah dan

produktivitas tanaman yang meningkat.

Statistik Tanaman Pangan Banten

Sumber : Banten Dalam Angka 2016

Jenis Tanaman 2013 2014 2015

PADI

- Luas Panen (000 hektar) 393,7 386,4 386,7 - Produksi (000 ton) 2 083,6 2 045,9 2 189,0 - Produktivitas (kw/ha) 52,92 52,95 56,61

JAGUNG

- Luas Panen (000 hektar) 3,6 3,2 3,5 - Produksi (000 ton) 12,0 10,5 11,9

KEDELAI

- Luas Panen (000 hektar) 7,9 4,8 5,3 - Produksi (000 ton) 10,3 6,4 7,3

KACANG TANAH

- Luas Panen (000 hektar) 9,3 8,1 7,6 - Produksi (000 ton) 12,8 10,7 11,0

KACANG HIJAU

- Luas Panen (000 hektar) 0,8 1,1 0,7 - Produksi (000 ton) 0,7 0,9 0,5

UBI KAYU

- Luas Panen (000 hektar) 6,4 5,7 4,2 - Produksi (000 ton) 97,8 85,9 74,2

UBI JALAR

- Luas Panen (000 hektar) 2,1 2,1 1,5 - Produksi (000 ton) 28,0 28,3 20,2

Sumber : Banten Dalam Angka 2016 (data diolah)

Produktivitas Tanaman Palawija Banten (kw/ha)

(19)

9

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016

14

Selain padi, Banten juga memiliki komoditas tanaman unggulan lain, yaitu tanaman anggrek dengan tingkat produksi tertinggi di Indonesia. Sentra produksinya terdapat di Kota Tangerang Selatan dan menjadi salah satu obyek wisata. Namun, jumlah produksinya pada tahun 2015 hanya 7,04 juta tangkai, menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain anggrek, komoditas unggulan lainnya adalah emping melinjo yang sudah diekspor ke Timur Tengah, dengan sentra produksi terdapat di Kabupaten Pandeglang. Kemudian gula aren yang dapat dinikmati sebagai panganan camilan, dengan sentra produksi di Kabupaten Lebak. Terakhir, buah melon berkualitas ekspor dari Kota Cilegon serta buah durian asal Kabupaten Pandeglang dan Serang yang kelezatannya sudah terkenal dimana-mana. Produksi keempat komoditas unggulan ini pada tahun 2015 masing-masing sekitar 29 ribu ton; 2 ribu ton; seribu ton dan 49 ribu ton.

Banten juga menjadi produsen daging sapi terbesar keempat dan produsen daging kerbau nomor sepuluh di Indonesia. Tingkat produksi keduanya pada tahun 2015 masing-masing sebanyak 39 ribu ton dan 2 ribu ton. Sementara sentra produksinya, untuk daging sapi terletak di Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta Kota Tangerang Selatan. Adapun daging kerbau di Kabupaten Serang dan Lebak.

Selain daging sapi dan kerbau, Banten juga menjadi produsen daging ayam ras terbesar kelima dan produsen telur ayam ras terbanyak kesembilan di Indonesia. Tingkat produksi daging dan telur ayam ras ini masing-masing sebanyak 99 ribu ton dan 53 ribu ton, dengan sentra produksi terdapat di Kota Serang dan Kabupaten Tangerang serta Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang.

PERTANIAN

Produsen anggrek tertinggi, daging sapi nomor empat

Banten menjadi produsen anggrek tertinggi dan produsen daging sapi terbesar keempat di Indonesia. Tingkat produksi keduanya

masing-masing sebanyak 7,04 juta tangkai dan 39 ribu ton.

Statistik Komoditas Tanaman Unggulan Banten

Sumber : BPS Provinsi Banten

Tanaman Satuan 2014 2015 Anggrek Juta tangkai 7,41 7,04

Melinjo ton 48 090 28 520

Aren ton 1 632 1 655

Melon ton 942 1 222

Durian ton 40 822 48 546

Sumber : Statistik Indonesia 2016 (data diolah)

Perkembangan Produksi Daging dan Telur di Banten (ribu ton)

(20)

Sektor energi listrik Banten menjadi salah satu sektor strategis, yang bukan saja untuk Banten, tapi juga bagi Jawa dan Bali. Kondisi yang demikian itu dapat terjadi karena dari sisi supply, Banten memiliki pembangkit listrik yang masuk dalam jaringan listrik interkoneksi Jawa-Bali. Pembangkit listrik tersebut adalah PTLU Suralaya dan PT Krakatau Daya Listrik (Kota Cilegon), PLTGU Bojonegara (Kabupaten Serang), PLTU Lontar (Kabupaten Tangerang), dan PLTU Labuan (Kabupaten Pandeglang).

Kapasitas terpasang seluruh pembangkit listrik di Banten sendiri terus meningkat, yakni dari 11,3 ribu MW pada tahun 2012 menjadi 12,9 ribu MW pada tahun 2014. Seiring dengan itu, jumlah unit pembangkit listriknya juga mengalami kenaikan. Akibatnya, jumlah energi listrik yang dibangkitkan bertambah hingga mencapai 63,7 ribu GWh.

Dari sisi demand, distribusi atau penjualan listrik PLN di Banten sangat unik. Hal ini karena penjualannya dilakukan oleh dua distributor, yaitu PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang serta PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten. Tingkat efisiensi distribusi listrik PLN nya terlihat semakin memburuk, karena persentase energi listrik yang susut selama proses distribusi mengalami kenaikan dari 10 persen pada tahun 2014 menjadi 11 persen pada tahun 2015.

Sementara jumlah energi listrik yang terjual pada tahun 2015 justru mengalami penurunan hingga menjadi 18,6 juta MWh. Sekitar dua per tiga dari energi listrik yang terjual ini, ternyata dibeli oleh perusahaan/usaha dari kalangan industri pengolahan. Adapun pelanggan rumahtangga yang jumlahnya jauh lebih banyak, hanya mengkonsumsi energi listrik sekitar seperlimanya saja.

10

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016 15

ENERGI LISTRIK

Kalangan industri menyerap energi listrik terbanyak

Sekitar dua per tiga dari total 18,6 juta MWh energi listrik yang terjual di Banten, dikonsumsi oleh kalangan industri. Adapun pelanggan rumahtangga mengkonsumsi sekitar seperlimanya.

Perkembangan Kapasitas dan Produksi Listrik di Banten

Sumber : BPS RI, Statistik Listirik 2011-2014 Tahun Terpasang (MW) Kapasitas Produksi Listrik (GWh)

2012 11 324 46 317

2013 11 704 52 860

2014 12 873 63 695

Sumber : Banten dalam Angka 2016

Neraca Energi Listrik di Banten (MWh)

Uraian 2014 2015

Energi listrik yang tersedia (juta MWh) 21,44 20,98 Energi listrik yang terjual (juta MWh) 19,20 18,64 Energi listrik yang terpakai

oleh sistem distribusi (juta MWh) 0,01 0,01 Energi listrik yang susut (juta MWh) 2,17 2,33 Persentase listrik yang susut 10,12 11,00

Distribusi Persentase Energi Listrik Terjual di Banten, Tahun 2015

Sumber : Banten dalam Angka 2016 (data diolah)

(21)

Jumlah angkatan kerja cukup banyak, tapi kesempatan kerja rendah.

11

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016

16

Industri pengolahan merupakan satu-satunya lapangan usaha yang setiap tahun selalu mendominasi perekonomian Banten. Jumlah perusahaan atau usahanya pada tahun 2015 mencapai 119 ribu unit, atau bertambah 36 ribu unit dibandingkan tahun sebelumnya. Akan tetapi, penyerapan tenaga kerjanya justru menurun dari 1,3 juta orang menjadi 1,2 juta orang. Namun demikian, NTB yang diciptakan-nya meningkat hingga mencapai angka 160 triliun rupiah. Akibatnya, NTB per tenaga kerja juga meningkat dari 117 juta rupiah rupiah menjadi 134 juta rupiah.

Secara spasial, industri pengolahan Banten terkonsentrasi di Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan bagian timur Kabupaten Serang dengan teknologi produksi kebanyakan padat tenaga kerja. Kemudian, Kota Cilegon dan bagian barat Kabupaten Serang yang menjadi daerah konsentrasi industri padat modal. Secara keseluruhan persentase jumlah perusahaan, tenaga kerja dan NTB industri pengolahan untuk keempat kabupaten/kota tersebut terhadap total Banten mencapai 93,6 persen, 74,1 persen dan 93,5 persen.

Adanya perbedaan teknologi produksi antar perusahaan/usaha industri pengolahan, secara agregat dapat dilihat dari tingkat produktivitas tenaga kerja, yang dalam hal ini diukur dengan NTB per tenaga kerja. Dimana, tingkat produktivitas tenaga kerja industri padat modal akan lebih tinggi dibandingkan yang padat tenaga kerja. Dengan melihat besaran NTB per tenaga kerja, dapat dikatakan bahwa industri pengolahan yang ada di Kota Cilegon relatif paling padat modal dibandingkan daerah lain di Banten. Adapun yang paling padat tenaga kerja adalah industri pengolahan yang terletak di Kabupaten Tangerang.

Statistik Industri Pengolahan Banten

INDUSTRI PENGOLAHAN

Tenaga kerja menurun, NTB per tenaga kerja meningkat

Penyerapan tenaga kerja industri industri pengolahan menurun. Namun NTB yang diciptakannya justru mengalami peningkatan. Akibatnya, NTB per tenaga kerja juga meningkat.

Uraian 2014 2015

Perusahaan/usaha (unit) 83 132 119 295 Tenaga Kerja (orang) 1 273 015 1 198 766 Nilai Tambah Bruto (NTB, Triliun Rp) 148,4 160,0

116,6 133,5 NTB per Tenaga Kerja (Juta Rp)

Sumber : BPS Provinsi Banten

Uraian Perusa- haan Tenaga Kerja NTB Kabupaten Tangerang 44,8 45,6 24,0 Kota Tangerang 32,0 22,1 25,5 Kabupaten Serang 12,2 13,3 17,3 Kota Cilegon 4,6 3,1 26,8 Kabupaten/Kota Lainnya 6,4 15,9 6,5

Distribusi Spasial Industri Pengolahan Banten, Tahun 2015 (persen)

Sumber : BPS Provinsi Banten (Data diolah)

NTB Banten per Tenaga Kerja Tahun 2015 (juta rupiah)

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)

(22)

Konstruksi merupakan lapangan usaha yang memiliki peranan sangat penting dalam proses pembangunan di suatu wilayah. Dalam hal ini, terutama untuk mendukung terciptanya sarana dan prasarana ekonomi sosial yang lebih baik, agar lapangan usaha lainnya dapat tumbuh dan berkembang dengan pesat.

Kinerja lapangan usaha konstruksi sendiri selama setahun terakhir ini terlihat mengalami peningkatan. Kondisi ini setidaknya dapat diketahui dari naiknya jumlah perusahaan konstruksi hingga menjadi 2.455 unit. Namun demikian, kenaikannya ternyata hanya terjadi pada perusahaan konstruksi berskala kecil dan menengah saja.

Disamping itu, jumlah pekerja tetap juga mengalami kenaikan. Hanya saja, pekerja atau tenaga ahlinya justru berkurang 0,1 persen dibandingkan tahun 2014. Betapapun juga, pekerja trampilnya bertambah dari 32,8 persen menjadi 37,2 persen pada tahun 2015.

*** TAHUKAH ANDA

“Perusahaan konstruksi yang ada di Banten sama sekali tidak memiliki tenaga ahli utama dalam bidang jasa pelaksana konstruksi dan jasa perencana atau pengawas konstruksi.”

Selain pekerja tetap, nilai konstruksi yang diselesaikan selama setahun oleh perusahaan konstruksi yang ada di Banten juga meningkat hingga mencapai 13,5 triliun rupiah pada tahun 2015. Peningkatan nilai pekerjaannya juga terjadi pada semua jenis pekerjaan konstruksi. Namun jenis pekerjaannya masih didominasi oleh pekerjaan konstruksi bangunan sipil, dengan persentase sekitar 60 persen dari total nilai konstruksi yang diselesaikan..

12

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016 17

KONSTRUKSI

Kinerja meningkat

Kinerja lapangan usaha konstruksi meningkat, ditandai oleh bertambahnya jumlah perusahaan dan tenaga kerja tetap, serta nilai pekerjaan konstruksi yang diselesaikan dalam setahun.

Statistik Perusahaan Konstruksi Banten

Sumber : Statistik Indonesia 2016

Uraian 2014 2015 1. Jumlah Perusahaan Konstruksi 2 440 2 455 a. Kecil 1 880 1 890

b. Menengah 534 539

c. Besar 26 26

2. Jumlah pekerja Kerja tetap 25 514 26 092

Sumber : Statistik Indonesia 2016

Nilai Pekerjaan Konstruksi yang Diselesaikan (triliun rupiah)

Jenis Pekerjaan 2014 2015 Konstruksi Bangunaj Gedung 2,03 2,12 Konstruksi Bangunan Sipil 7,42 8,22 Konstruksi Khusus 2,83 3,19 Jumlah 12,28 13,53

Komposisi Pekerja Tetap Perusahaan Konstruksi (persen)

Sumber : Statistik Indonesia 2016 (data diolah)

(23)

13

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016

18

Banten merupakan salah satu provinsi yang berpotensi besar untuk menjadi daerah utama tujuan wisata di Indonesia. Hal ini karena Banten memiliki KEK Pariwisata Tanjung Lesung, Pantai Sawarna, Anyer dan Carita, dan Kompleks Banten Lama, serta beragam obyek dan daya tarik wisata lainya, termasuk untuk keperluan ICE (Incentive, Conference, and Exhibition). Semua tempat, obyek dan daya tarik wisata ini telah ditunjang oleh sarana dan prasarana akomodasi yang memadai.

Seiring dengan semakin maraknya kegiatan kepariwisataan di Banten, usaha akomodasi selama periode 2013-2015 berkembang pesat. Kondisi ini ditandai oleh meningkatnya jumlah usaha akomodasi, jumlah kamar dan jumlah tempat tidur, baik untuk hotel bintang maupun non bintang.

Disamping itu, angka TPK juga meningkat drastis, khususnya hotel non bintang. TPK terbesar sendiri masih dipegang oleh hotel bintang. Hal ini menandakan bahwa hotel berbintang lebih banyak dipilih sebagai tempat menginap daripada hotel non bintang.

Adapun jumlah tamu yang menginap di hotel pada tahun 2015 mencapai 2,07 juta orang, terdiri dari 0,23 juta wisatawan mancanegara (wisman) dan 1,84 juta wisatawan nusantara (wisnus). Hampir semua wisman bermalam di hotel berbintang, sedangkan wisnus kurang dari dua pertiganya.

Wisman yang menjadi tamu hotel berbintang hampir dapat dipastikan akan menginap selama dua malam. Sementara wisnus, menginap antara dua sampai tiga malam. Adapun di hotel non bintang, wisman lebih banyak yang menginap selama semalam, sedangkan wisnus dua malam.

HOTEL DAN PARIWISATA

Wisman di hotel berbintang, Wisnus di hotel non bintang

Sekitar 0,23 juta wisman dan 1,84 juta wisnus menginap di hotel-hotel yang ada di Banten. Wisman hampir semuanya bermalam di hotel berbintang, sedangkan wisnus kurang dari dua pertiganya.

Statistik Perhotelan di Banten

Uraian 2013 2014 2015

Akomodasi (unit)

- Hotel Berbintang 43 52 54 - Hotel Non Bintang 240 246 275

Jumlah Kamar (unit)

- Hotel Berbintang 3 943 4 765 5 684 - Hotel Non Bintang 4 355 4 563 4 997

Jumlah Tempat Tidur (unit)

- Hotel Berbintang 5 998 7 088 8 342 - Hotel Non Bintang 7 384 7 829 7 716

Tingkat Penghunian Kamar (TPK, persen)

- Hotel Berbintang 52,60 48,77 57,31 - Hotel Non Bintang 35,32 32,22 45.58

Jumlah Tamu Menginap (ribu orang)

- Wisatawan mancanegara 360 176 226 - Wisatawan Nusantara 2 977 1 628 1 843

Sumber : BPS Provinsi Banten

Sumber : BPS Provinsi Banten

Rata-rata Lama Menginap Tamu Hotel di Banten (malam)

Uraian 2013 2014 2015

Wisman Hotel Berbintang 1,52 1,95 1,95 Wisman Hotel Non Bintang 2,90 1,22 2,44 Wisnus Hotel Berbintang 1,40 1,57 1,62 Wisnus Hotel Non Bintang 1,19 1,32 1,37

Komposisi Tamu Hotel di Banten Tahun 2015

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)

(24)

Wilayah Banten menjadi jalur penghubung darat yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Oleh karena itu, ketersediaan jalan dalam kondisi baik menjadi faktor yang sangat strategis. Di Banten sendiri, pada tahun 2015 ini tersedia jalan utama sepanjang 6.907 km, yang terdiri dari 565 km jalan nasional dan 853 km jalan provinsi, serta 5.489 km jalan kabupaten/kota. Namun demikian, ketersediaan jalan dengan kondisi yang baik kemungkinan kurang dari separuhnya. Hal ini setidaknya dapat diketahui dari persentase panjang jalan nasional dan provinsi dalam kondisi baik yang pada tahun 2014 hanya sebesar 37 persen saja.

Selama setahun terakhir ini, jelas tidak ada penambahan panjang jalan utama di Banten. Namun, berbagai jenis kendaraan bermotor jumlahnya justru bertambah banyak. Tercatat, jumlah seluruh kendaraan bermotor sebanyak 4,49 juta unit, padahal tahun sebelumnya hanya ada 4,06 juta unit. Akibatnya, tingkat kepadatan kendaraan bermotor di jalan-jalan utama juga bertambah hingga menjadi 650 unit per km. Penambahan tingkat kepadatan ini, lebih banyak disebabkan oleh kenaikan jumlah mobil bus dan sepeda motor, yaitu masing-masing dari 0,37 juta unit dan 3,48 juta unit menjadi 0,43 juta unit dan 3,81 juta unit.

Di Banten, terdapat 21 stasiun kereta api yang menghubungkan Stasiun Merak dengan Stasiun Tanah Abang dan Stasiun Jakarta Kota. Jumlah penumpang yang diangkut di beberapa stasiun KA yaitu Stasiun Merak, Cilegon, Cigading, Serang, Rangkasbitung dan Stasiun Serpong pada tahun 2015 mencapai 4,9 juta orang, atau meningkat 0,5 juta orang dibandingkan tahun 2014. Hanya saja, jumlah barang yang diangkut mengalami penurunan dari 498 ribu ton menjadi 452 ribu ton.

14

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016 19

TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI

Panjang jalan dalam kondisi baik masih sedikit

Di Banten pada tahun 2015 tersedia jalan utama sepanjang 6.907 km. Namun, yang bekondisi baik kurang dari separuhnya,

karena tahun sebelumnya saja hanya sebesar 37 persen.

Sumber : BPS Provinsi Banten

Statistik Transportasi Darat di Banten Uraian 2014 2015 Panjang Jalan (km) - Jalan Negara 565 565 - Jalan Provinsi 853 853 - Jalan Kabupaten/Kota 5 489 5 489 Jumlah Kendaraan (unit)

- Mobil Penumpang 94 776 103 126 - Mobil Barang 122 114 138 306 - Mobil Bus 371 144 430 962 - Sepeda Motor 3 475 508 3 814 685 Angkutan Kereta Api

- Penumpang (orang) 4 420 608 4 871 880 - Barang (tribu on) 498 452

Kondisi Jalan Provinsi dan Nasional di Banten Tahun 2014

Sumber : Banten dalam Angka 2015 (data diolah)

(25)

14

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016

20

Bandara Soekarno-Hatta adalah bandara terbesar, sekaligus menjadi pintu utama keluar-masuk internasional bagi Indonesia. Hanya saja Intensitas kegiatan transportasi udara pada bandara ini selama periode 2013-2015 terlihat agak menurun. Kondisi ini dapat diketahui dari turunnya total jumlah penerbangan dan penumpang domestik serta internasional dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun demikan, total jumlah kargo pada periode yang sama meningkat dari 368 ribu ton menjadi 374 ribu ton.

Pelabuhan Merak merupakan pelabuhan penyeberangan tersibuk di Indonesia, yang menghubungkan dua pulau besar yaitu Jawa. dan Sumatera. Lalu lintas penyeberangannya, selama periode 2013-2015 terasa semakin padat. Kondisi ini setidaknya terlihat dari jumlah trip penyeberangan yang meningkat hingga menjadi 34 ribu trip. Di sisi lain, jumlah penumpang dan kendaraan yang diangkut juga menurun, masing-masing dari 1,40 juta orang dan 2,01 juta unit kendaraan menjadi 1,27 juta orang dan 2,00 unit kendaraan.

Akses terhadap sarana komunikasi dan internet merupakan salah satu indikator yang dapat mengukur kemajuan suatu daerah. Akses penduduk Banten sendiri terhadap sarana komunikasi dan internet dalam setahun terakhir meningkat cukup pesat. Kondisi ini terlihat dari bertambahnya persentase penduduk Banten berusia 5 tahun ke atas yang menguasai atau memiliki handphone dan pc/laptop/tablet, serta yang menjadi pengakses internet. Penyebab meningkatnya adalah banyaknya notebook, smartphone dan tablet murah dari berbagai merek yang beredar dipasaran. Lebih-lebih, tarif pulsa internet pun terasa semakin murah dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.

TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI

Intensitas kegiatan transportasi udara menurun

Intensitas kegiatan transportasi udara di Bandara Soekarno-Hatta selama periode 2013-2015 agak menurun. Hal ini diketahui dari turunnya total jumlah penerbangan dan penumpang yang diangkut.

Statistik Angkutan Penyeberangan Banten

Uraian 2013 2014 2015

Jumlah Penerbangan (pesawat)

- Domestik 156 566 151 360 148 782 - Internasional 40 992 42 188 42 400 Jumlah Penumpang (juta orang)

- Domestik 20,4 20,0 19,2 - Internasional 6,6 6,4 6,2 Jumlah Kargo (ribu ton)

- Domestik 219,3 211,9 210,9 - Internasional 148,8 141,7 163,7

Statistik Transportasi Udara Banten

Sumber : hubud.dephub.go.id

Uraian 2013 2014 2015

Jumlah Trip 31 849 30 094 33 810 Jumlah Penumpang (orang) 1 459 120 1 274 275 1 270 737 Jumlah Kendaraan (unit) 2 009 351 1 999 839 1 969 231

Sumber : BPS Provinsi Banten

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)

Persentase Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas Menurut Sarana Komunikasi dan Internet

(26)

Peranan sektor perbankan dalam suatu perekonomian sangat krusial, terutama sebagai penyedia dana bagi pembiayaan kegiatan proyek pembangunan. Semakin maju tingkat perekonomian suatu wilayah, akan semakin besar pula peranan sektor perbankannya.

Selama periode Desember 2014-Juni 2016, peranan sektor perbankan bagi perekonomian Banten telah meningkat pesat. Kondisi ini terlihat dengan bertambahnya pangsa pasar perbankan, terutama jumlah nasabah. Dana perbankan yang berhasil dihimpun dari masyarakat juga meningkat hingga menjadi 144 triliun rupiah. Adapun pinjaman yang disalurkan oleh kalangan perbankan untuk lokasi proyek di Banten, sampai Juni 2016 mencapai 252 triliun rupiah, jauh lebih tinggi dibandingkan posisi Desember tahun 2014 dan 2015. Operasional perbankan sendiri, didukung oleh asset yang terus meningkat hingga mencapai 169 triliun rupiah pada Juni 2016.

Selain sebagai daerah penyangga bagi Ibukota DKI Jakarta, Banten juga memiliki berbagai fasilitas infrastruktur strategis, antara lain pelabuhan Merak dan Cigading, Bandara Soekarno-Hatta dan Jalan Tol Jakarta-Merak, serta memiliki akses yang sangat mudah menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Oleh karena itu, Banten menjadi salah satu daerah utama tujuan investasi di Indonesia, dengan nilai investasi yeng terus bertambah.

Realisasi nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Banten sendiri pada tahun 2015 menduduki peringkat keenam di Indonesia dengan nilai investasi sebesar 10,7 triliun rupiah. Adapun realisasi nilai penanaman modal asing (PMA) pada tahun yang sama mencapai 2,5 miliar US$, sehingga menduduki peringkat keempat tertinggi se Indonesia.

15

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016 21

PERBANKAN DAN INVESTASI

Banten salah satu daerah utama tujuan investasi

Banten menjadi salah satu daerah utama tujuan investasi di Indonesia dengan nilai investasi yang masuk menduduki peringkat tertinggi keenam untuk PMDN dan keempat untuk PMA.

Statistik Perbankan Banten

Sumber : www.bi.go.id

Uraian Desember 2014 Desember 2015 2016 Juni Asset (triliun rupiah) 142,7 150,2 169,3 Kantor Bank (unit) 1 180 1 182 1 182 Nasabah (juta unit) 6,33 6,84 7,4 Dana Perbankan

(triliun rupiah) 122,7 133,3 144,2 Jumlah Pinjaman

(triliun rupiah) 209,1 235,4 251,7

Sumber : BKPM RI (data diolah)

Realisasi Nilai Investasi di Banten

*** TAHUKAH ANDA

“63 persen dari total nilai realisisi investasi PMA dan PMDN tahun 2015 di Banten, jatuh pada lapangan usaha industri pengolahan.”

(27)

Kenaikan harga barang dan jasa di Banten pada periode 2014-2016 secara umum terlihat semakin rendah. Kondisi yang demikian itu ditandai oleh turunnya laju inflasi selama periode tersebut. Tercatat, laju inflasi dari Januari sampai Juni 2016 mencapai 0,97 persen. Berarti, kurang dari separuh laju inflasi tahun sebelumnya. Bahkan, juga masih dibawah laju inflasi Nasional yang mencapai 1,06 persen.

Rendahnya kenaikan harga barang dan jasa di Banten, ternyata terjadi pada semua kota inflasi. Penurunan terbesar di Kota Tangerang, dimana laju inflasinya kurang dari seperenam laju inflasi tahun 2015. Besaran kenaikan harganya pun, secara rata-rata juga masih di bawah Kota Serang dan Cilegon, yang laju inflasinya masing-masing sebesar 1,47 persen dan 2 persen.

Dicermati menurut kelompok pengeluaran, terlihat bahwa kelompok bahan makanan justru menjadi satu-satunya kelompok yang laju inflasinya meningkat. Artinya, terbuka peluang laju inflasi tahun 2016 di atas tahun 2015, karena masih tersisa waktu enam bulan lagi. Penyebab lebih tingginya, terutama adalah kenaikan harga komoditas sayuran dan daging ayam ras pada awal tahun. Selain itu, ada pula kenaikan harga berbagai komoditas bahan makanan pada Juni 2016, yang bertepatan dengan datangnya bulan Ramadhan 1437 H.

Sementara deflasi terbesar terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Penyebabnya, adalah lebih kepada turunnya harga BBM dan tarif angkutan umum pada Januari-Juni 2016. Adapun deflasi pada kelompok perumahan, listrik, gas dan air bersih, terjadi karena turunnya harga bahan bakar memasak, tarif listrik dan bahan bangunan.

16

Inflasi dan Nilai Tukar Petani

Inflasi semakin rendah, BBM dan tarif listrik penyebabnya

Kenaikan harga barang dan jasa di Banten selama periode 2014-Juni 2016 terlihat semakin rendah. Hal ini ditandai oleh laju inflasi yang menurun, karena turunnya harga BBM dan Tarif Listrik.

Laju Inflasi Perkotaan Banten (persen)

Kota 2014 2015 Juni 2016 (y to d)

Serang 11,27 4,67 1,47

Tangerang 10,03 4,28 0,69

Cilegon 9,93 3,94 2,00

Sumber : BPS Provinsi Banten

Perkembangan Laju Inflasi Tahunan di Banten (persen)

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016

22

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)

Laju Inflasi di Banten

Menurut Kelompok Pengeluaran (persen)

(28)

16

NTP merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani dari usaha pertaniannya, dengan indeks yang dibayarkannya. Dengan komponen yang dibayarkan ini terdiri dari biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) serta biaya konsumsi rumahtangga.

NTP sendiri menggambarkan besarnya insentif yang diterima petani, karena berusaha dalam bidang pertanian. Adapun NTUP adalah NTP yang lebih rinci, karena perbandingannya hanya terhadap indeks BPPBM.

NTP Banten pada Januari-Juni 2016 rata-rata mencapai 104,15. Artinya, insentif yang diterima petani dari usaha pertaniannya sudah lebih besar daripada yang diperolehnya pada periode tahun dasar, yaitu tahun 2012. Hanya saja dibandingkan tahun lalu, insentifnya justru mengalami penurunan sebesar 0,60 persen.

Turunnya insentif yang diterima petani ini, dapat menjadi petunjuk bahwa usaha pertanian bagi penduduk Banten selama tahun 2016, pada umumnya tidak mencukupi kebutuhan untuk hidup dan berusaha lagi. Hal ini karena, kenaikan harga produk pertanian, relatif masih dibawah kenaikan BPPBM dan kenaikan biaya kebutuhan sehari-hari. Namun demikian, usaha pertanian sesungguhnya masih mampu memberikan keuntungan, seperti yang terlihat pada nilai perubahan NTUP yang positif.

Diamati menurut subsektor dalam pertanian, terlihat bahwa hanya usaha pada subsektor perikanan dan subsektor tanaman hortikultura saja yang selama periode Januari-Juni 2016 ini, hasilnya lebih dari cukup untuk memenuhi kenaikan BPPBM dan kenaikan biaya hidup sehari-hari. Sementara jenis usaha pertanian lainnya, bahkan tidak mampu memberikan keuntungan sama sekali.

Inflasi dan Nilai Tukar Petani

Tidak mencukupi kebutuhan hidup dan berusaha lagi

Usaha pertanian di Banten tidak mencukupi kebutuhan untuk hidup dan berusaha lagi. Kondisi ini ditandai oleh negatifnya perubahan

rata-rata NTP Januari-Juni 2016 dibandingkan tahun 2015.

Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)

Banten

Uraian 2015 Rata-rata Jan-Juni 2016

NTP 104,77 104,15

Perubahan NTP (persen) 0,02 -0,60

NTUP 109,45 110,06

Perubahan NTUP (persen) 1,61 0,55 Sumber : BPS Provinsi Banten

Perubahan NTP dan NTUP Banten Januari-Juni 2016 (persen)

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016 23

(29)

Peningkatan kesejahteraan penduduk, dapat diukur antara lain melalui perkembangan tingkat pendapatan. Sementara itu tingkat pendapatan, tercermin pada besaran dan pola pengeluaran konsumsi. Semakin tinggi tingkat pendapatan, semakin tinggi pula besaran pengeluarannya. Selain itu menurut hukum Engel, bila tidak terjadi perubahan selera konsumen, proporsi pengeluaran untuk konsumsi makanan akan menurun, seiring dengan meningkatnya pendapatan.

Tingkat kesejahteraan penduduk Banten selama periode Maret 2014 sampai September 2015, secara umum mengalami perbaikan. Hal ini dapat ditunjukan dengan bertambahnya pengeluaran penduduk per kapita, baik secara nominal maupun riil. Pengeluaran nominal per kapita sebulan penduduk Banten sendiri bertambah dari 0,9 juta rupiah menjadi 1,12 juta rupiah. Adapun secara riil, meningkat hingga menjadi satu juta rupiah.

Dilihat menurut pola pengeluaran penduduk, meningkatnya pengeluaran per kapita per bulan penduduk Banten, ternyata memang lebih banyak digunakan bagi keperluan konsumsi bukan makanan, daripada untuk konsumsi makanan. Hal ini terlihat dari pengeluaran untuk konsumsi bukan makanan yang bertambah sampai 120 ribu rupiah, sedangkan konsumsi makanan hanya bertambah 101 ribu rupiah.

Lebih besarnya penambahan pengeluaran konsumsi bukan makanan ini, membuat proporsi pengeluarannya meningkat dari 49,4 persen menjadi 50,3 persen. Sebaliknya, proporsi pengeluaran untuk makanan justru mengalami penurunan hingga mencapai 49,7 persen. Meningkatnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi bukan makanan, menjadi pertanda bahwa di Banten memang telah terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat, setidaknya selama periode Maret 2014-September 2015.

17

PENGELUARAN PENDUDUK

Pengeluaran penduduk bertambah, kesejahteraan meningkat

Tingkat kesejahteraan penduduk Banten meningkat. Ditunjukkan oleh bertambahnya pengeluaran penduduk per kapita sebulan dan naiknya proporsi pengeluaran untuk konsumsi bukan makanan.

Komposisi Rata-rata Pengeluaran per Kapita Penduduk Banten

Uraian Maret 2014 September 2015 Makanan

- Nilai (ribu rupiah) 456 557 - Proporsi (persen) 50,6 49,7 Bukan Makanan

- Nilai (ribu rupiah) 445 565 - Proporsi (persen) 49,4 50,3

Sumber : BPS Provinsi Banten

Statistik Daerah Provinsi Banten 2016

24

Perkembangan

Rata-rata Pengeluaran per Kapita Penduduk Banten

Sumber : BPS Provinsi Banten (data diolah)

Referensi

Dokumen terkait

Administrator Pelabuhan lainnya adalah Kepala Unit organik di lingkungan Departemen Perhubungan, melaksanakan tugas kepelabuhanan dan mengkoordinasikan

Peningkatan dosis kompos bunga jantan kelapa sawit yang diberikan pada bibit kelapa sawit menunjukan pengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit, pertambahan

Bagaimana pengaruh sari umbi bawang merah ( Allium cepa L.) terhadap pertumbuhan mikroorganisme dan kadar histamin serta kualitas organoleptik pada ikan kembung

Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok di SMP Negeri 22 Semarang sudah dilaksanakan tetapi kurang efektif karena masih seperti diskusi biasa dan kurang memperhatikan karakteristik

Definisi laporan keuangan dalam akuntansi bank syariah adalah laporan keuangan yang menggambarkan fungsi bank Islam sebagai investor, hak dan kewajibannya, dengan

Neuron motoris (eferent) adalah sel saraf yang membawa rangsangan dari otak atau dari sumsum punggung ke otot atau ke kelenjar yang menyebabkan mereka

1) untuk suatu ruas jalan yang mempunyai jalur pemiah, lakukan survai pada kedua jalur masing-masing pada lajur yang diperkirakan mempunyai angka kerataan lebih besar. 2)

Ada perbedaan yang bermakna kadar BOD, COD dan TSS antara kelompok perlakuan menggunakan pengolahan koagulasi biofilter dan karbon aktif dengan kelompok kontrol