• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Asmat adalah salah satu suku yang mendiami kabupaten Agats yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Asmat adalah salah satu suku yang mendiami kabupaten Agats yang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Asmat adalah salah satu suku yang mendiami kabupaten Agats yang terletak di bagian selatan Propinsi Papua. Asmat merupakan salah satu masyarakat tradisional yang masih memegang adat istiadat. Adat istiadat yang berhubungan dengan upacara ritual keagamaan dan hubungan sosial kemasyarakatan umumnya didominasi oleh kaum laki-laki. Sementara, perempuan hanya sebagai pelengkap dalam komunitas adat tersebut tanpa mempunyai keleluasaan untuk berpendapat dan tidak bisa melawan hukum adat yang berlaku, walaupun pada dasarnya perempuan Asmat adalah pendorong bagi setiap keputusan adat yang diputuskan oleh kaum penguasa adat khususnya laki-laki. Beberapa kasus yang penulis lihat secara langsung, menunjukkan adanya kenyataan bahwa perempuan Asmat memegang tanggung jawab yang berat dalam rumah tangga. Misalnya, hampir seluruh pekerjaan rumah tangga, mulai dari mencari makan, mengatur ekonomi keluarga, dan mengasuh anak merupakan tanggung jawab seorang istri.

Berdasarkan keterangan yang penulis dapatkan dari beberapa pemerhati masalah adat di Asmat, dapat disimpulkan bahwa perempuan Asmat memiliki kekuatan tersembunyi yang sangat berpengaruh bagi semua segi kehidupan masyarakat Asmat. Mereka memegang kendali atas berbagai keputusan yang dibuat laki-laki, keputusan tersebutlah yang nantinya dapat berdampak buruk atau pun baik. Karakteristik masyarakat Asmat yang lekat dengan kekerasan

(2)

menjadikan perempuan lebih tampak sebagai objek pelampiasan laki-laki. Rumah tangga menjadi sesuatu yang sangat kompleks ketika perempuan Asmat diserahkan kepada laki-laki yang menjadi suaminya. Dalam peraturan adat istiadat Asmat, hal ini dikendalikan dengan penyampaian amanat atau nasehat dalam bentuk sastra melalui penceritaan lisan secara turun-temurun.

Berkenaan dengan hal di atas, penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang profil perempuan Asmat melalui cerita lisan yang beredar secara lisan di masyarakat. Meskipun cerita ini dihasilkan pada masa lampau, tetapi relevansinya tetap dapat ditujukan untuk masyarakat saat ini. Cerita yang mungkin lahir pada ribuan tahun lalu masih dapat menampilkan makna yang bermanfaat bagi masyarakat kini. Biasanya ini dijadikan sebagai alat pengendali sosial di masyarakat. Seperti dalam tiga cerita lisan yang penulis kaji, yaitu ; Kisah Cinta Segitiga antara Bis, Pis, dan Beorpit dari kampung Atsj; Cerita Bis dari kampung Asatat-Sawa-Erma; dan Kisah Cinta Beworpits dan Teweruts dari kampung Fait. Dalam tiga cerita ini dikisahkan bagaimana perempuan Asmat diperlakukan oleh laki-laki.

Dari ketiga cerita di atas, terdapat beberapa bagian teks yang menunjukkan bagaimana posisi perempuan dan laki-laki di masyarakat Asmat, diantaranya adalah :

”Pis Bis asen akat beyimpakin tepin amur cir siyu wumorin as, i, tepin amura emis yerin. Dem pini min as, i, tepin anemur, amis yirarain yuwur ber adowu air imisip cipa kikirin eyu ayirin ou, imisip bopoim penesin bifo ema erin.”

Terjemahan:

”Pis mengurungnya dalam tikar yang dijahit dengan tali akar pandan dan makan dan minum di dalam tikar yang membungkusnya. Ia tak pernah

(3)

dibiarkan berdiri walaupun untuk membuang air kecil, sehingga dapat dimengerti betapa bau busuk badannya.”

(Kisah Cinta Segitiga antara Bis, Pis dan Beorpit dari kampung Atsj) “Opoken Bis nat bifa cem aman desen asisimapomeren.

Bis as sosok, bi sosok, imima jap sosok omairiren. Asam cesen bayiporpoken.

As cem aman jiairiren.

Jimasapam kikir anakaten. Jimasapa bapaimam porpoken.” Terjemahan:

”Tapi, ia mengurung Bis dalam rumahnya. Pipi dan muka Bis penuh dengan arang. Untuk membuang air besar dalam rumah. Ia selalu membuang air besar dalam rumah.

Pintu tertutup kuat. Tidak pernah membuka pintu.”

(Cerita Bis dari kampung Asatat-Sawa-Erma) “Ariwits, arowos sinima Teweruts sinima Beorpits akapa taharasin.” Terjemahan:

“Teweruts dikawinkan dengan Beorpit oleh kedua orangtuanya.”

(Kisah Cinta Beorpits dan Teweruts dari kampung Fait )

Ketiga cerita tersebut kiranya dapat memperlihatkan bagaimana sosok perempuan Asmat. Pada dua cerita pertama kisahnya sama, tetapi merupakan dua versi dari kampung yang berbeda yang menceritakan tentang penyiksaan terhadap tokoh perempuan asmat bernama Bis. Pada cerita terakhir, ceritanya menunjukan amanat kebaikan dari hal yang selalu diharapkan terjadi oleh masyarakat Asmat.

Laki-laki di masyarakat Asmat adalah sosok yang berkuasa terhadap perempuan, apalagi setelah perempuan itu diserahkan kepada laki-laki sebagai istrinya. Hal ini terjadi dari zaman nenek moyang. Ini terbukti dengan dua cerita pertama. Harus diakui bahwa hal seperti itu dianggap wajar dalam masyarakat Asmat. Baik laki-laki maupun perempuan mengakui bahwa itu sudah seharusnya

(4)

dijalani. Tetapi sama halnya dengan adat Jawa yang menjadikan seorang perempuan harus nrimo dalam rumah tangga. Jika kita cermati kembali apakah hal tersebut masih harus dipertahankan hingga saat ini? Di mana perubahan zaman telah berkembang pesat dan di mana-mana terdapat perjuangan terhadap hak perempuan untuk sejajar dengan laki-laki.

Penulis melihat hal ini sangat tidak wajar untuk diberlakukan di masa sekarang. Alasan itulah yang membuat penulis mengambil cerita-cerita ini, untuk memperlihatkan bahwa si pengarang menceritakannya kepada generasi berikutnya agar dijadikan sebagai alat pengontrol atau kendali masyarakat untuk tidak melakukan kekerasan dalam rumah tangga maupun terhadap perempuan pada umumnya. Dalam cerita diperlihatkan sebab-akibat dari kekerasan itu. Dengan hal ini, diharapkan masyarakat (kaum laki-laki dan perempuan) menyadari akan hak dan perlakuan yang harus dilakukan oleh masing-masing individu.

Dalam masyarakat Asmat sendiri, cerita ini masih berfungsi dengan baik dalam diri setiap individu (masyarakat Asmat). Seluruh masyarakat Asmat mulai dari umur 7 tahun ke atas mengetahui cerita ini. Tak dapat pula dipungkiri, walaupun hampir semua masyarakat tahu cerita ini, tidak semua masyarakat mengerti makna yang harus diambil dari cerita ini. Meskipun begitu sudah sebagian dari mereka (kaum laki-laki) sangat menghormati hak perempuan, walaupun peran adat tetap dipegang laki-laki, dan memang masih ada laki-laki yang melakukan penyelewengan atau penyiksaan terhadap istri atau perempuan. Namun, sebagian besar dari mereka paham harus bersikap bagaimana agar dapat bersikap lebih bijak dalam rumah tangga.

(5)

B. Batasan Masalah

Bagaimana profil perempuan Asmat berdasarkan tiga cerita lisan dari Asmat, yaitu: (1) Kisah Cinta Segitiga antara Bis, Pis, dan Beorpit; (2) Cerita Bis; (3) Kisah Cinta Beorpit dan Teweruts.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana struktur dari cerita lisan Kisah Cinta Segitiga antara Bis, Pis, dan Beorpit, Cerita Bis, dan Kisah Cinta Beworpit dan Tewerut ?

2. Bagaimana fungsi cerita lisan Kisah Cinta Segitiga antara Bis, Pis, dan Beorpit, Cerita Bis, dan Kisah Cinta Beworpit dan Tewerut di masyarakat Asmat ?

3. Bagaimana profil perempuan Asmat berdasarkan cerita Kisah Cinta Segitiga antara Bis, Pis, dan Beorpit, Cerita Bis, dan Kisah Cinta Beworpit dan Tewerut ?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan untuk memperoleh gambaran mengenai:

1. Mendeskripsikan struktur cerita yang terdapat dalam tiga cerita lisan Asmat.

2. Mendeskripsikan fungsi tiga cerita lisan Asmat.

3. Mendeskripsikan profil perempuan Asmat yang direfleksikan dari tiga cerita lisan Asmat dengan kehidupan masyarakat penuturnya.

(6)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

1. Bagi para pendidik dan pengajar, penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan bagi bahan ajar dan apresiasi, serta menambah khazanah cerita lisan nusantara.

2. Bagi penulis, penelitian ini sangat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai masyarakat Asmat.

3. Bagi peneliti lain, semoga penelitian ini dapat memberi kontribusi, sumbangan data, dan informasi seputar cerita lisan Asmat.

F. Definisi Operasional

1. Profil perempuan Asmat: Gambaran mengenai kehidupan perempuan yang lahir, besar, dan hidup dalam lingkungan adat istiadat suku Asmat, meliputi peran perempuan Asmat sebagai ibu rumah tangga, pengasuh anak, dan pencari makan.

2. Makna: Nilai yang terkandung dalam cerita lisan Asmat.

3. Kisah Cinta Segitiga antara Bis, Pis, dan Beorpit: Cerita lisan Asmat yang berkembang di kampung Atsj, yang mengisahkan tentang Bis yang melarikan diri dari Pis untuk hidup bersama Beorpit.

4. Cerita Bis: Cerita lisan dari Asatat-Sawa-Erma yang merupakan versi dari cerita Kisah Cinta Segitiga antara Bis, Pis, dan Beorpit yang berkembang di kampung Asatat.

5. Kisah Cinta Beworpit dan Tewerut: Cerita lisan Asmat yang berkembang di kampung Fait yang mengisahkan kisah cinta Beworpit dan Tewerut.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari Perencanaan penanganan masalah banjir Di Kawasan Pasar Waru dan Sekitarnya adalah rencana sehingga dapat melancarkan jalannya aliran saluran drainase

Berdasarkan fakta diatas dapat diketahui bahwa penegakan hukum dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP Jawa Timur) sudah melaksanakan tugasnya

Sebagaimana telah termaktub di atas, bahwa dunia Islam, menurut Jam ā l ad-D ī n, manakala ingin mengalami renaissance dalam bidang intelektual seperti Barat,

Endapan gambut kemungkinan besar merupakan gambut dari jenis Ombrogenous, hal ini dicirikan diantaranya oleh ketebalan gambut yang cukup variatip yaitu antara 0,15 m sampai 6.20

Saat ini perlu adanya program pemerintah dalam upaya meningkatkan dayasaing kedelai lokal terhadap kedelai impor, yaitu dengan menekan laju impor dan meningkatkan kesempatan

Penelitian Cevallos-Casals dan Cisneros-Zevallos (2004) menunjukkan pewarna antosianin komersial dari anggur merah (enosianin) memiliki stabilitas yang lebih rendah

Guru Kepala Sekolah Pengawas Berhenti Pensiun *201512487380*. UKG

Pada kelompok mencit diabet yang diberi Metformin HCl (KM) 100 mg/dL, dan kelompok mencit diabetic yang diberi perlakuan ekstrak kulit buah manggis 50mg/Kg BB (P1), 100 mg/KgBB (P2)