• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana

i

KATA PENGANTAR

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan

manusia. Namun dalam pengembangan dan aplikasinya, disamping memberi dampak positip juga

berdampak negatip. Dampak negatip ini sering tidak mendapatkan perhatian dan pengembangan

selanjutnya mempengaruhi ketersediaan sumber daya alam dan kondisi lingkungan. Kondisi ini,

sampai tingkat tertentu, dapat mengurangi manfaat yang dituju atau bahkan membahayakan

keberlanjutan eksistensi bumi dan kehidupannya. Kesadaran akan hal ini mendorong ilmuwan,

rekayasawan maupun praktisi dalam berbagai bidang mengembangkan teknologi ramah

lingkungan yang menjamin keberlanjutan bumi dan isinya.

Bidang Teknik Sipil merupakan salah satu pelaku utama dalam pembangunan infrastruktur yang

berperan penting dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Adanya dampak kemajuan

teknologi di bidang konstruksi mengharuskan pengguna maupun pelaku industri konstruksi agar

tetap menjaga keseimbangan lingkungan. Tak dapat dipungkiri, faktor pelestarian lingkungan

memegang peranan penting untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Untuk mendukung perspektif tersebut, maka Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas

Teknik, Universitas Udayana pada hari Sabtu tanggal 8 Juli 2017 menyelenggarakan Seminar

Nasional Teknik Sipil (SeNaTS) 2 dengan tema “Menuju Pembangunan Infrastruktur Yang

Berkelanjutan” di Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali.

Kegiatan ilmiah sehari ini diharapkan dapat menjadi salah satu sarana komunikasi dan wadah

tukar informasi bagi pendidik, peneliti dan praktisi di bidang Teknik Sipil maupun mahasiswa

untuk mendukung upaya terlaksananya pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Sejumlah tujuh

puluhan makalah dipresentasikan dalam kegiatan SeNaTS 2 ini dari beberapa bidang keahlian

meliputi bidang keahlian: Struktur dan Material, Geoteknik, Transportasi, Manajemen Proyek dan

Rekayasa Konstruksi, Sumber Daya Air dan Lingkungan. Penulis makalah berasal dari berbagai

institusi di seluruh Indonesia.

Terselenggaranya kegiatan seminar ini berkat peran serta dan bantuan berbagai pihak, dari tahap

persiapan sampai pelaksanaannya. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya. Semoga komunikasi dan kerjasama yang telah terjalin dapat berlanjut di kemudian hari.

(4)

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana

v

KOMITE ILMIAH

Endah Wahyuni, ST., MSc., Ph.D (ITS)

Ir. Akhmad Suraji, MT, PhD (Unand)

Prof. Ir. I Nyoman Norken, SU, PhD (Unud)

Prof. Ir. I Wayan Redana, MASc, PhD (Unud)

Prof. Ir. I Nyoman Arya Thanaya, ME, PhD (Unud)

Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA (Unud)

Prof. Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSc, PhD (Unud)

Ir. Made Sukrawa, MSCE, PhD (Unud)

I Ketut Sudarsana, ST, PhD (Unud)

Ir. I Gusti Bagus Sila Dharma, MT, PhD (Unud)

Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA (Unud)

Ir. Nyoman Martha Jaya, MConstMgt, PhD, GCinstCES (Unud)

Dr. Ir. Dewa Ketut Sudarsana, MT (Unud)

Kadek Diana Harmayani, ST, MT, PhD (Unud)

(5)

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………..

i

SAMBUTAN………...

iii

KOMITE ILMIAH ………...

v

DAFTAR ISI ………...

vii

KEYNOTE SPEAKER

SUSTAINABLE BUILDING MATERIALS ADALAH KEBUTUHAN……… KS-1 PERAN ENERGI TERBARUKAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI

INDONESIA……….. KS-11

BIDANG STRUKTUR DAN MATERIAL

PEMANFAATAN STEEL SLAG SEBAGAI SUBSTITUSI SEMEN PADA CAMPURAN BETON

NORMAL ………. SM-1

PERENCANAAN BETON MUTU TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN

SUPERPLASTICIZER SULPHONAT DAN PENAMBAHAN FLY ASH ……… SM-9 ANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG SRPMK TERHADAP BEBAN GEMPA

STATIK DAN DINAMIK DENGAN PERATURAN SNI 1726 2012 ……….. SM-19 EVALUASI SIMPANGAN STRUKTUR AKIBAT PENAMBAHAN LANTAI DENGAN

METODE ANALISIS STATIK DAN DINAMIK RESPONSE SPECTRUM (STUDI KASUS :

PEMBANGUNAN GEDUNG DEKANAT FAKULTAS TEKNIK UNTIRTA) ………... SM-27 PENGARUH PENGURANGAN PENAMPANG TERHADAP KERUSAKAN RANGKA

BAJA………. SM-35 STUDI PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MOMENT RESISTING FRAME

DAN ECCENTRICALLY BRACED FRAME PADA GEDUNG CDAST ……… SM-43 PENGARUH PENAMBAHAN SERAT DRAMIX DAN PERAWATAN TERHADAP KUAT

TEKAN, KUAT TARIK DAN BIAYA BETON ………. SM-49 PENINGKATAN KINERJA BETON HIGH VOLUME FLY ASH DENGAN VARIASI UKURAN

BUTIR MAKSIMUM AGREGAT KASAR ……… SM-55 KEKUATAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MENGGUNAKAN SERBUK BATU

BATA SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN ………. SM-63 STUDI PEMASANGAN PANEL BETON PRACETAK CORRUGATED SEBAGAI BADAN

REL-KERETA API: KASUS JALUR PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG …………. SM-71 ANALISIS PEMBEBANAN SEISMIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG

DENGAN DAN TANPA INTERAKSI TANAH-STRUKTUR (KASUS GEDUNG 5 LANTAI

DENGAN PONDASI TIANG)………. SM-87 STUDI PERBANDINGAN PERILAKU SEISMIK STRUKTUR RANGKA BETON

(6)

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 8 Juli 2017

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana

xi

BIDANG SUMBER DAYA AIR

KURVA IDF DESAIN KOLAM RETENSI DAN DETENSI SEBAGAI UPAYA KONSERVASI

AIR TANAH………. SDA-1 ANALISA INDEKS DAN SEBARAN KEKERINGAN MENGGUNAKAN METODE

STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI) DAN GEOGRAPHICAL INFORMATION

SYSTEM (GIS) UNTUK PULAU LOMBOK……… SDA-9 WATER ALLOCATION AND DISTRIBUTION IN JATILUHUR IRRIGATION AREA

INDONESIA : EVALUATION AND CHALLENGES……… SDA-17 IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA PADA SUBAK PULAGAN SEBAGAI WARISAN

BUDAYA DUNIA DI KECAMATAN TAMPAKSIRING, KABUPATEN GIANYAR……… SDA-29 SIMULASI OKSIGEN TERLARUT (DO) AKIBAT POLUSI DI ANAK SUNGAI CITARUM

MENGGUNAKAN HEC-RAS………. SDA-41 PEMODELAN BAK PENGENDAP (SETTLING BASIN) UNTUK MEREDUKSI PENGARUH

SEDIMENTASI SALURAN IRIGASI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA

MIKROHIDRO (STUDI KASUS PADA SALURAN IRIGASI PROVINSI GORONTALO)……... SDA-49 EFEKTIVITAS LUBANG RESAPAN BIOPORI DALAM PENGENDALIAN BANJIR DI

KOTA DENPASAR.………. SDA-57 ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA BENDUNGAN PANDANDURI KABUPATEN

LOMBOK TIMUR UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAGIAN SELATAN……….. SDA-69 UNJUK KERJA BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG AMBANG RENDAH BLOK BETON

BERKAIT……….. SDA-79 MANAJEMEN RISIKO PELAKSANAAN UJI MODEL FISIK DI LABORATORIUM PANTAI

BALAI LITBANG TEKNOLOGI PANTAI………. SDA-89 PERAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PANTAI DI PANTAI

SANUR……….. SDA-95

BIDANG LINGKUNGAN

PERANAN BAMBU DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN WILAYAH YANG

BERKELANJUTAN....……...……….. LK-1

PENGARUH TANAMAN RAMBAT TERHADAP SUHU RUANG BAWAH ATAP

TRANSPARAN POLIKARBONAT...……….. LK-9

ANALISIS TIMBULAN DAN KOMPOSISI LIMBAH PADAT BAHAN BERBAHAYA DAN

BERACUN (B3) DARI SUMBER KOMERSIL DI KOTA PADANG………... LK-15 PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR HIJAU DALAM MENGURANGI GENANGAN DI

KOTA GORONTALO………... LK-23 BUCKET SYSTEM AS ALTERNATIVE OF URBAN GROWTH SIMULATION USING

(7)

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2 (SeNaTS 2) Tahun 2017 Sanur - Bali, 08 Juli 2017

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SDA-95

PERAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PANTAI DI

PANTAI SANUR

Ni Nyoman Pujianiki1

1Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Udayana

Email: [email protected]

ABSTRAK

Dalam Pasal 1 UU No. 1 Tahun 2014 dan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil disebutkan bahwa masyarakat merupakan salah satu faktor pendukung dalam menjaga kelestarian pantai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir di Pantai Sanur dengan menggunakan metode deskripsi kwalitatif. Hasil survey menunjukkan bahwa peranan masyarakat Sanur belum maksimal dalam pengelolan wilayah pesisir di Pantai Sanur yang disebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat mengenai undang-undang pengelolaan wilayah pesisir sehingga perlu dilakukan sosialisasi mengenai undang-undang pengelolaan wilayah pesisir kepada masyarakat.

Kata kunci: Pengelolaan, wilayah pesisir, Pantai Sanur.

ABSTRACT

In Article 1 of Law No. 1 / 2014 and Law No. 27 / 2007 on Coastal Area Management and Small Islands mentioned that the community is one of the supporting factors in maintaining coastal sustainability. This research is conducted to know the role of society in coastal area management in Sanur Beach by using qualitative description method. The survey results show that the role of Sanur community has not been maximized in the management of coastal areas in Sanur Beach caused by the lack of public understanding about the law of coastal area management so it is necessary to socialize the law of coastal area management to the community.

Keywords: Management, coastal area, Sanur Beach.

1. PENDAHULUAN

Akibat pemanfaatan pantai yang berlebihan, pantai Sanur mengalami erosi yang disebabkan oleh beberapa hal. Dalam Pujianiki, 2007 disebutkan beberapa penyebab erosi yang terjadi di pantai Sanur adalah penambangan terumbu karang oleh masyarakat yang kurang mengerti bahwa fungsi dari terumbu karang tersebut adalah untuk melindungi pantai dari serangan gelombang. Selain itu pembangunan bangunan pantai seperti groin yang tidak terintegrasi oleh pemilik hotel di sepanjang pantai juga berdampak terhadap kerusakan pantai disekitarnya. Polusi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya erosi di pantai Sanur selain karena faktor alam. Pemerintah berupaya untuk menangani kerusakan pantai Sanur melalui Bali Beach Conservation Project pada tahun 1997 hingga tahun 2004. Setelah selesainya pembangunan bangunan pelindung pantai di Sanur perkembangan kawasan pantai Sanur terus di monitoring oleh Pemerintah untuk menjaga kelestariannya.

Peranan masyarakat merupakan salah satu faktor pendukung dalam menjaga kelestarian pantai Sanur tertuang dalam Pasal 1 UU No. 1 / 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 27 / 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan suatu perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pengelolaan wilayah pesisir dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah untuk meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat serta mendorong inisiatif masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pesisir. Pada tulisan ini peran masyarakat dalam pengelolaan kawasan pantai di pantai Sanur akan dikaji.

(8)

Ni Nyoman Pujianiki

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SDA-96

2. TEORI

2.1

Pemanfaatan Wilayan Pesisir

Pemanfaatan wilayah pesisir merupakan hal, cara, hasil kerja dalam memanfaatkan ruang dan sumber daya perairan pesisir untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Masyrakat yang melakukan pemanfaatan sumber daya perairan pesisir diwajibkan memiliki ijin pengelolaan. Ijin pengelolaan adalah ijin yang diberikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah kepada orang atau perseorangan warga negara Indonesia. Pemanfaatan sumber daya perairan pesisir yang tidak sesuai dengan Izin Pengelolaan yang diberikan akan dikenai sangsi administratif berupa peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan, penutupan lokasi, pencabutan izin, pembatalan izin, dan denda administratif. Bila masyarakat yang memanfaatkan sumber daya perairan pesisir yang tidak memiliki ijin pengelolaan akan dikenakan sangsi pidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling banyak sebesar Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

Fungsi kawasan sempadan pantai adalah untuk melindungi pantai dari aktivitas atau kegiatan yang dapat mengganggu maupun merusak fungsi dan kelestarian kawasan pantai. Daerah sempadan pantai hanya diperbolehkan untuk tanaman yang berfungsi sebagai pelindung dan pengaman pantai, penggunaan fasilitas umum yang tidak merubah fungsi lahan sebagai pengaman dan pelestarian pantai. Menurut pasal 35 no. l UU No. 27 / 2007, dalam pemanfaatan wilayah pantai, setiap orang secara langsung atau tidak langsung dilarang melakukan pembangunan fisik yang menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau merugikan masyarakat sekitarnya.

2.2

Hak dan Kewajiban Masyarakat

Dalam Pasal 60, UU No. 1 / 2014 disebutkan bahwa hak dan kewajiban masyarakat di dalam pengelolaan wilayah pesisir merupakan suatu hal yang harus didapatkan dan suatu hal yang wajib dilaksanakan oleh masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir sebagai berikut :

- Melakukan kegiatan pengelolaan sumber daya pesisir berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

- Memperoleh informasi mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan memperoleh manfaat atas pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir.

- Menyatakan keberatan terhadap rencana pengelolaan yang sudah diumumkan dalam jangka waktu tertentu. - Melaporkan kepada penegak hukum dan mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai masalah

pencemaran/perusakan wilayah pesisir yang merugikan kehidupannya, memperoleh ganti rugi, serta mendapat pendampingan dan bantuan hukum terhadap permasalahan yang dihadapi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

- Menyusun/mengajukan usulan akreditasi program pengelolaan wilayah pesisir kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan standar dan pedoman akreditasi.

Sedangkan untuk kewajiban masyarakat di dalam pengelolaan wilayah pesisir adalah sebagai berikut: - Menjaga, melindungi, dan memelihara kelestarian wilayah pesisir.

- Memberikan informasi berkenaan dengan pengelolaan wilayah pesisir.

- Menyampaikan laporan terjadinya bahaya, pencemaran, dan kerusakan lingkungan di wilayah pesisir. - Memantau pelaksanaan rencana pengelolaan wilayah pesisir.

- Melaksanakan program pengelolaan wilayah pesisir yang disepakati di tingkat desa.

3. METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematik, faktual dan akurat mengenai fenomena atau hubungan antar fenomena yang akan diselidiki. Lokasi penelitian ini secara geografis terletak antara 08º25’45”-08º30’25” LS dan 115º03’30”-115º05’40” BT, mulai dari pantai Matahari Terbit yang terletak di Desa Sanur Kaja sampai dengan pantai Mertasari yang terletak di Desa Sanur Kauh seperti yng ditunjukkan pada Gambar 1.

(9)

Peran Masyarakat Dalam Pengelolaan Kawasan Pantai di Pantai Sanur

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SDA-97 Gambar 1 Peta lokasi penelitian. Sumber: Google Earth (2015)

3.1

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari observasi atau pengamatan langsung ke lokasi penelitian, wawancara dengan orang yang mengetahui betul keadaan pantai Sanur dan pengelolaan wilayah pesisir di pantai Sanur, dan penyebaran kuesioner. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain yang diantaranya didapat dengan melihat dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu Undang Nomor 27 Tahun 2007, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007, serta data penduduk Kelurahan Sanur, Desa Sanur Kaja dan Desa Sanur Kauh.

3.2

Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi yaitu pengamatan langsung ke lokasi penelitian dan melakukan kegiatan pencatatan berbagai jenis data, wawancara, Kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner kombinasi tertutup dan terbuka. Kuesioner kombinasi tertutup dan terbuka adalah kuesioner yang jawabannya sudah ditentukan tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.

Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Purposive sampling (sampling pertimbangan), yaitu teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini hanya mereka yang ahli yang patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang diperlukan. Oleh karena itu, sampling ini cocok untuk studi kasus yang mana aspek dari kasus tunggal yang representatif diamati dan dianalisis. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini digunakan Rumus Slovin (Sevilla et. al, 1960), dengan rumus sebagai berikut:

(1) Dimana:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

e = batas toleransi kesalahan (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%)

Populasi yang digunakan sebagai objek penelitian adalah masyarakat Sanur yang beraktifitas di kawasan pesisir Sanur. Berdasarkan data statistik Desa Sanur Kaja, Kelurahan Sanur dan Desa Sanur Kauh pada bulan Januari 2016, jumlah penduduk sebanyak 25.259 jiwa dengan jumlah penduduk berdasarkan wilayah yaitu Desa Sanur Kaja penduduk sebanyak 7.958 jiwa, Kelurahan Sanur memiliki penduduk sebanyak 9.217 jiwa dan Desa Sanur Kauh memiliki penduduk sebanyak 8.084 jiwa. Dalam penelitian ini digunakan teknik purposive sampling dengan batas toleransi kesalahan sebesar 10%, maka ukuran sampel dihitung menggunakan persamaan (1), didapatkan sampel yang akan diambil sebanyak 99 orang.

(10)

Ni Nyoman Pujianiki

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SDA-98

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Pemanfaatan

Wilayah pesisir di pantai Sanur telah dimanfaatkan sebagai pembangunan fasilitas utama wisata bahari seperti usaha-usaha tirta, kelompok nelayan, persatuan pecinta olahraga pantai, live guard, penunjang wisata bahari yaitu usaha-usaha yang menawarkan produk ataupun jasa non wisata bahari yang ada di sekitaran pantai Sanur seperti: hotel, restoran, bar, mini market, art shop, jasa pijat, warung-warung non permanen, dan pedagang kaki lima. Adapun persentase responden yang melakukan pemanfaatan wilayah pesisir disajikan dalam diagram lingkaran berikut:

Gambar 2 Persentase responden yang melakukan pemanfaatan (Sari, 2016)

Berdasarkan Gambar 2 di atas dapat diketahui bahwa responden yang melakukan pemanfaatan wilayah pesisir sebanyak 58,6% dan responden yang tidak melakukan pemanfaatan wilayah pesisir sebanyak 41,4%. Pemanfaatan yang responden lakukan diantaranya usaha tirta, kelompok nelayan, jasa pijat, hotel, mini market, bar, art shop, warung-warung, dan pedagang kaki lima. Responden yang tidak melakukan pemanfaatan adalah orang yang tidak memiliki usaha-usaha di pantai Sanur. Adapun dari 58 responden yang melakukan pemanfaatan wilayah pesisir, terdapat 52 orang yang sudah memiliki ijin pengelolaan dan 6 orang yang belum memiliki ijin pengelolaan. Ijin pengelolaan yang dimiliki berupa ijin dari desa setempat (hak pakai) dimana masyarakat yang melakukan pemanfaatan wilayah pesisir hanya dikenakan biaya sewa setiap bulannya.

Daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Menurut pasal 35 huruf l UU Nomor 27 Tahun 2007, dalam pemanfaatan wilayah pesisir, setiap orang secara langsung atau tidak langsung dilarang melakukan pembangunan fisik yang menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau merugikan masyarakat sekitarnya. Adapun persentase pendapat responden mengenai pembangunan pada sempadan pantai disajikan dalam diagram lingkaran berikut:

Gambar 3 Pendapat responden mengenai pembangunan pada sempadan pantai (Sari, 2016)

Berdasarkan Gambar 3 di atas dapat diketahui bahwa responden sebanyak 34,3% berpendapat bahwa pembangunan pada sempadan pantai boleh dilakukan karena bangunan yang dibangun bersifat non permanen, selain itu dapat menunjang fasilitas pantai dan menarik wisatawan untuk berkunjung. Sedangkan responden sebanyak 65,7% berpendapat bahwa pembangunan pada sempadan pantai tidak boleh dilakukan karena melanggar aturan dari pemerintah dan dapat merusak pantai. Penyimpangan dalam pemanfaatan kawasan sempadan pantai di pantai Sanur berupa pembangunan fasilitas penunjang wisata bahari pada sempadan pantai dan pemanfaatan sisi kanan dan kiri walkway sebagai tempat berjualan berbagai souvenir terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pemanfaatan kawasan sempadan pantai.

(11)

Peran Masyarakat Dalam Pengelolaan Kawasan Pantai di Pantai Sanur

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SDA-99 Pengawasan Masyarakat yang dilakukan berupa penyampaian laporan dan pengaduan kepada pihak yang berwenang (seperti: Yayasan Pembangunan Sanur, Linmas, Polsek Denpasar Selatan, Polisi Air, dan Badan Balawista) jika terjadi masalah atau konflik dalam pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir. Adapun persentase responden yang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir disajikan dalam diagram lingkaran berikut:

Gambar 4 Responden yang melakukan pengawasan (Sari, 2016)

Berdasarkan Gambar 4 di atas dapat diketahui bahwa responden yang sudah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir dengan baik adalah sebanyak 79,8%. Responden yang belum melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir dengan baik sebanyak 20,2%, dengan alasan bahwa tidak perlu melakukan pengawasan karena sudah ada pihak yang bertugas mengawasi pantai Sanur. Sedangkan persentase responden yang memperoleh hak dalam pengelolaan wilayah pesisir disajikan dalam diagram lingkaran berikut:

Gambar 5 Responden yang memperoleh hak (Sari, 2016)

Berdasarkan Gambar 5 di atas dapat diketahui bahwa responden yang sudah memperoleh hak dalam pengelolaan wilayah pesisir dengan baik sebanyak 78,8% dan responden yang belum memperoleh hak dalam pengelolaan wilayah pesisir dengan baik sebanyak 21,2%. Hak masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir yang belum diperoleh adalah memperoleh informasi mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan memperoleh manfaat atas pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir, menyatakan keberatan terhadap rencana pengelolaan yang sudah diumumkan dalam jangka waktu tertentu, dan menyusun/mengajukan usulan akreditasi program pengelolaan wilayah pesisir kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan standar dan pedoman akreditasi. Hak-hak tersebut di atas belum diperoleh oleh masyarakat karena masyarakat belum mengetahui sepenuhnya mengenai hak masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir yang telah diatur dalam undang-undang pengelolaan wilayah pesisir. Sedangkan responden yang melaksanakan kewajiban dalam pengelolaan wilayah pesisir disajikan dalam diagram lingkaran berikut:

(12)

Ni Nyoman Pujianiki

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana SDA-100 Gambar 6 Diagram lingkaran responden yang melaksanakan kewajiban (Sari, 2016).

Berdasarkan Gambar 6 di atas dapat diketahui bahwa responden yang sudah melaksanakan kewajiban dalam pengelolaan wilayah pesisir sebanyak 86,9% dan responden yang belum melaksanakan kewajiban dalam pengelolaan wilayah pesisir sebanyak 13,1%. Kewajiban masyarakat yang telah diperoleh antara lain menjaga, melindungi dan memelihara kelestarian wilayah pesisir serta menyampaikan laporan terjadinya bahaya, pencemaran, dan kerusakan lingkungan pesisir. Sedangkan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir yang belum diperoleh antara lain memberikan informasi berkenaan dengan pengelolaan wilayah pesisir, memantau pelaksanaan rencana pengelolaan wilayah pesisir, dan melaksanakan program pengelolaan wilayah pesisir yang disepakati di tingkat desa. Kewajiban-kewajiban tersebut di atas belum dilaksanakan oleh masyarakat karena masyarakat belum mengetahui sepenuhnya mengenai kewajiban masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir yang telah diatur dalam undang-undang pengelolaan wilayah pesisir.

5. KESIMPULAN

Pengelolaan wilayah pesisir yang diatur dalam undang-undang pengelolaan wilayah pesisir belum sepenuhnya dipahami dan diimplementasikan oleh masyarakat Sanur. Masalah yang dijumpai terkait peran masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir di Pantai Sanur adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat yang memanfaatkan kawasan pesisir da yang belum memiliki ijin pengelolaan karena mengalami kesulitan dalam mengurus Izin Pengelolaan dan sulit untuk berkoordinasi dengan pihak terkait.

2. Pemahaman masyarakat mengenai pemanfaatan sempadan pantai nsih kurang menyebabkan penyimpangan dalam pemanfaatan sempadan pantai.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut mengawasi pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir di pantai Sanur, sebagian masyarakat merasa tidak perlu ikut melakukan pengawasan pantai Sanur karena merasa sudah ada pihak yang bertugas mengawasi pantai Sanur.

4. Masih kurangnya penegakan hukum terhadap para pelanggar yang memanfaatkan kawasan sempadan pantai untuk pembangunan fasilitas penunjang wisata bahari.

5. Pemahaman masyarakat mengenai hak dan kewajiban yang masih kurang sehingga belum sepenuhnya dapat mengimplementasikan hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir yang diatur dalam undang-undang pengelolaan wilayah pesisir.

Karena pemahaman masyarakat mengenai undang-undang pengelolaan wilayah pesisir yang masih kurang maka perlu dilakukan sosialisasi mengenai undang-undang pengelolaan wilayah pesisir kepada masyarakat dan dilanjutkan dengan pelatihan secara terjadwal, terukur, dan dievaluasi per periode tertentu agar masyarakat lebih memahami undang-undang pengelolaan wilayah pesisir dan dapat mengimplementasikannya.

DAFTAR PUSTAKA

Pujianiki, NN. (2007) Strategy Planning :Shore Protection Workfor Sanur Beach, Berkala Ilimiah Teknik

Keairan Vol. 13, No.3– Juli 2007, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004

Republik Indonesia. (2007) Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007.

Republik Indonesia. (2014). Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014.

Sari, NLE, Pujianiki, NN, Purbawijaya, IBN. (2016) Persepsi Masyarakat Terhdap Implementsi Undang

Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir (Studi Kasus: Pantai Sanur, Denpasar), Tugas Akhir JSFT Unud.

Gambar

Gambar 3 Pendapat responden mengenai pembangunan pada sempadan pantai (Sari, 2016)
Gambar 5 Responden yang memperoleh hak (Sari, 2016)

Referensi

Dokumen terkait

Jenis model eksperimen semu (quasi experiment) yang digunakan adalah jenis rancangan Pretest-Posttest Control Group Design. Rancangan Pretest-Posttest Control Group

Rekomendasi bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5) huruf h diberikan terhadap permohonan pelayanan kesehatan selain yang ditetapkan dalam Peraturan

Pada era tahun 1965, kartun politik menggu- nakan bahas ungkap visual dengan berbagai, yakni : sebagai judul yang ditulis besar dan biasanya terletak diatas, sebagai

Number of Islamic Education Subject Teachers by Educational Qualification ……… 57 Tabel / Table 3.31 Jumlah Guru Pendidikan Agama Kristen Menurut Jenjang Sekolah Tempat Bertugas.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SD Islam Al Fauzien. Kegiatan ini melibatkan peserta didik kelas V pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi “Menulis Surat

 2 Unit pintu Utama terbuat dari steel hollow 30x60 cover plywood 6 mm dan plate zink alum untuk luar finish di cat, dan untuk lapisan dalam dilapis polypaper 3 mm  3 unit

Hasilan kajian dapat di simpulkan bahawa jaket multifungsi ini adalah produk yang unik yang boleh membantu pengguna untuk menyimpan barang. Ciri-ciri keselesaan dan juga

Energy Drink merupakan jenis minuman yang dapat memberikan sensasi segar setelah dikonsumsi, umumnya banyak mengandung kafein dan gula dengan bahan tambahan