• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE BERMAIN KONSTRUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI PADA ANAK TK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE BERMAIN KONSTRUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI PADA ANAK TK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2016 1-8

1) Mahasiswa PGPAUD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203300 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab

METODE BERMAIN KONSTRUKTIF UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI PADA ANAK TK

Ira Septiani Dewi

1

,Dudung Priatna

2

, Deti Rostika

3

Jurusan Program Studi PGPAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia Ira.Sfirmansyah@rocketmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada masalah yang ditemukan peneliti tentang rendahnya kemampuan mengenal bentuk geometri pada anak kelompok A TK Negeri Pembina. Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan guru kurang menarik dan kurang sesuai untuk anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran aktivitas belajar anak dalam kemampuan mengenal bentuk geometri dan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri dengan menggunakan metode bermain konstruktif. Penelitian ini dilaksanakan di TK Negeri Pembina Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Bermain konstruktif merupakan kegiatan bermain yang bertujuan untuk dapat membangun pengetahuan anak dengan media-media yang menunjang kegiatan tersebut. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian tindakan kelas dengan model John Elliot yang terdiri dari 3 siklus dan setiap siklus terdiri dari 3 tindakan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas belajar anak, lembar penilaian proses kemampuan anak, lembar observasi guru, lembar wawancara, lembar catatan lapangan dan kamera foto. Data yang diperoleh kemudian dideskripsikan pada hasil penelitian serta direfleksikan untuk merencanakan pembelajaran selanjutnya. berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil yakni aktivitas belajar anak dan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri meningkat. Pada siklus I persentase aktivitas belajar anak sebesar 49,79% dan persentase kemampuan mengenal bentuk geometri sebesar 55,57%. Hasil tersebut termasuk kategori masih kurang. Pada siklus II persentase aktivitas belajar anak sebesar 71,69% dan persentase kemampuan mengenal bentuk geometri sebesar 77,26%. Pada siklus II ini mulai berkembang dan masuk pada kategori baik. Pada siklus III persentase aktivitas belajar anak sebesar 88,09% dan persentase kemampuan mengenal bentuk geometri sebesar 88,94%. Hasil tersebut termasuk pada kategori sangat baik. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa metode bermain konstruktif telah berhasil meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan penggunaan metode bermain konstruktif untuk diterapkan dalam pembelajaran mengenalkan bentuk geometri sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri anak.

(2)

CONSTRUCTIVE PLAYING METHODS FOR INSREASING

GEOMETRY SHAPES RECOGNITION ABILITY OF

KINDERGARTEN CHILDREN

Ira Septiani Dewi

1

,Dudung Priatna

2

, Deti Rostika

3

Jurusan Program Studi PGPAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia Ira.Sfirmansyah@rocketmail.com

ABSTRACT

This research based on the problem that was found by researcher about the lack of the ability to know the geometry of the children in group A TK Negeri Pembina. This is because the methods which used by teachers less attractive and less suitable for children. The purpose of this study was to obtain an overview of student learning activities in the ability to recognize shapes of geometry and improving children's ability to recognize geometric shapes using constructive play method. The method used is the method of classroom action by the research of John Elliot model which is consisting of three cycles and each cycle consisting of three acts. The instrument used in this study is the observation sheet student learning activities, assessment sheet of processing child's abilities, teacher observation sheet, interview sheets, sheets of field notes and a camera.The data is then describe the results of research and serve as a reflection for planning next learning. Based on research results, the result is children's learning activities and children's ability to recognize shapes geometry increases. In the first cycle of the percentage, student learning activities amounted to 49.79% and the percentage of the ability to know the geometry of 55.57%. The Results are categorized as less than satisfactory. In the second cycle, the percentage of student learning activities amounted to 71.69% and the percentage of the ability to know the geometry of 77.26%. In this second cycle is starting to grow and enter in better category. In the third cycle the percentage of student learning activities amounted to 88.09% and the percentage of the ability to know the geometry of 88.94%. The result in the third cycle entered the best category. Then it can be concluded that the method of playing a constructive has been successful in increasing the activity of learning and children's ability to recognize geometric shapes. Therefore, the researchers recommend the use of constructive play method to be applied in learning introducing geometrical form as an alternative in efforts to improve the ability of children to recognize shapes geometry.

Keywords: Constructive play, the ability to know the geometry.

(3)

Geometri merupakan bagian dari pembelajaran matematika yang direkomendasikan oleh Nasional Council Of The Teacher Of Matematics (NCTM). Pembelajaran geometri dimulai dengan mengenal bentuk-bentuk geometri, mengaplikasikan pada benda-benda disekitar dan mengukur bentuk-bentuk geometri. Pentingnya mempelajari bentuk geometri agar setiap benda yang ada disekitar atau bahkan dalam gambar dapat diukur dan dianalisis. Selain itu, belajar geometri akan melatih individu untuk dapat memecahkan masalah yang ditemukannya secara ilmiah dan matematis.

Pembelajaran geometri sudah dikenalkan juga pada anak usia 4-5 tahun. Anak mulai mengenal bentuk geometri dengan menunjukkan dan menyebutkan bentuk segitiga, lingkaran dan persegi

dan anak sudah mampu

mengklasifikasikan bentuk geometri tersebut (Depdiknas, 2007). Selain menunjukkan, menyebutkan dan mengklasifikasikan anak dapat menunjukkan benda-benda yang ada disekitarnya yang berbentuk geometri. pembelajaran geometri untuk anak bertujuan agar anak mengenal bentuk dari benda-benda yang sering anak temui yang membantu untuk memecahkan masalahnya. Selain itu, anak akan siap untuk memasuki jenjang sekolah dasar dan percaya diri akan kemampuan matematikanya.

Namun pada kenyataannya, berdasarkan hasil observasi pra penelitian yang telah dilakukan terhadap kelompok A di salah satu TK yang berada di Kabupaten Bandung, pembelajaran geometri yang diberikan kurang menarik dan kurang sesuai untuk anak. Guru hanya menggambar bentuk geometri dan anak hanya mengikuti aturan guru dan itu pun tidak menunjukkan anak dapat mengenal bentuk geometri. Metode tersebut membuat anak tidak menarik

untuk melakukan kegiatan dalam pembelajaran geometri, serta anak tidak dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

Penggunaan metode bermain konstruktif menjadi salah satu alternatif untuk pembelajaran kepada anak dalam mengenalkan bentuk geometri. Dengan menggunakan metode tersebut diharapkan anak dapat secara aktif mengikuti pembelajaran dalam mengenal bentuk geometri dan lebih memahami secara mendalam perbedaan dari setiap bentuk geometri yang dikenalkan kepada anak. Kondisi tersebut menjadi latar belakarang peneliti melakukan penelitian dalam mengenalkan bentuk geometri dengan menggunakan metode bermain konstruktif. Bertolak dari uraian di atas, maka masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana aktivitas pembelajaran dan peningkatan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri dengan menggunakan metode bermain konstruktif pada kelompok A TK Negeri Pembina? Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai aktivitas pembelajaran dan peningkatan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri dengan menggunakan metode bermain konstruktif pada kelompok A TK Negeri Pembina.

Geometri sering diartikan sebagai pembelajaran yang dimulai saat anak memasuki sekolah dasar. Namun pada kenyaatannya geometri harus dikenalkan pada anak saat anak usia dini sebelum memasuki jenjang sekolah dasar. Anak usia dini dapat mengenal bentuk bangun datar seperti persegi, lingkaran, segitiga dan lain-lain serta bangun ruang seperti kubus, balok, bola dan lain-lain (Smith, 2013). Namun untuk usia 4-5 tahun anak lebih mengenal bentuk dasar terlebih dahulu. Sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan Menurut Depdiknas Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2016 1-8

(4)

(2007) dan Kemendikbud (2013) anak dapat mengenal bentuk persegi, segitiga dan lingkaran serta mengklasifikasikan dua variasi berdasarkan bentuk atau ukuran dan dapat menyebutkan kembali benda yang berbentuk geometri tersebut. Menurut Van Hiele dalam (Purwoko, 2011) ada lima tahapan anak belajar geometri yaitu tahap pengenalan, menganalisis, pengukuran, deduksi dan keakuratan. Namun untuk anak usia 4-5 tahun, anak hanya mengenal dan menganalisis bentuk geometri saja. Menurut Zoltan P. Dienes (dalam Runtukahu dan Kandou, 2014) pembelajaran matematika pada anak dilakukan dengan menggunakan benda atau bentuk konkret melalui kegiatan yang menarik yang dapat membuat anak lebih memahami konsep matematika tersebut. Kegiatan yang menarik tentunya untuk anak adalah dengan bermain. Agar bermain tersebut dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri maka metode bermain konstruktif dijadikan metode untuk dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri.

Bermain konstruktif merupakan kegiatan bermain yang dapat membangun pengetahuan anak. selain tu, bermain konstruktif juga diartikan sebagi bermain yang memiliki aturan dan bertujuan untuk membuat atau membangun pengetahuan ana dengan menggunakan bahan atau media bermain (Drew, dkk, 2008). Dengan bermain konstruktif anak dapat mengenal konsep dasar matematika yaitu bentuk dan perbedaan dari bentuk-bentuk geometri tersebut (Dimiyati, 2008). Bermain konstruktif yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan anak mengenal bentuk geometri antara lain, menyusun puzzle geometri, menyusun dan menempel bentuk geometri serta menggambar benda-benda yang berbentuk geometri.

Tahapan bermain konstruktif untuk anak dalam mengenal bentuk geometri Menurut Nikita (dalam Lara, 2010) antara lain sebagai berikut.

1. Bermain dengan memilih dan memindahkan bentuk geometri yang sesuai.

2. Menyusun geometri secara kesamping ataupun keatas.

3. Menamai gambar atau bangunan yang telah disusun.

METODE

Penelitian ini dilakukan di TK Negeri Pembina yang beralamat di kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Kelompok yang dipilih yakni kelompok A yang berjumlah 20 anak. Terdiri dari 10 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Masalah yang terjadi pada kelompok tersebut adalah, masih rendahnya kemampuan mengenal bentuk geometri.

Metode penelitian yang digunakan peneliti adalam metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Latar belakang penggunaan metode ini adalah karena PTK menawarkan peluang bagi guru untuk mengembangkan strategi dan mutu pembelajaran mengingat metode PTK ini menempatkan guru sebagai peneliti dan juga tidak mengganggu berlangsungnya proses pembelajaran. Abidin (2011, hlm. 217) mengartikan bahwa PTK adalah “penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah, mengkaji langkah pemecahan masalah itu sendiri, dan atau memperbaiki proses pembelajaran secara berulang atau bersiklus”. Artinya bahwa PTK merupakan sebuah metode yang digunakan untuk memecahkan masalah pembelajaran yang terjadi di kelas.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti memilih desain penelitian model Elliot. PTK model Elliot ini terdiri dari beberapa siklus, dan setiap siklusnya memiliki tiga tindakan. Setiap selesai satu siklus, akan dilakukan refleksi Geometri pada Anak TK

(5)

sebagai perbaikan untuk siklus berikutnya.

Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yaitu lembar observasi anak, lembar observasi guru, lembar wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi berupa foto. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kuantitatif, kualitatif, dan triangulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam hal ini peningkatan kemmapuan mengenal bentuk geometri menjadi hal yang penting dalam pelaksanaan penelitian. Peningkatan kemampuan mengenal bentuk geometri dapat ditentukan dengan indikator yang harus dicapai anak adalah mampu menyebutkan dan menunjukkan bentuk geometri, mengklasifikasikan bentuk geometri serta menggambar benda-benda yang berbentuk geometri dengan menggunakan metode bermain konstruktif yang disesuaikan dengan tema pada setiap siklusnya.

Dalam siklus I indikator ketercapaian kemampuan mengenal bentuk geometri yaitu persegi, mulai dari mampu menyebutkan dan menunjukkan bentuk persegi, mengklasifikasikan bentuk persegi berdasarkan ukuran dan menggambar benda yang berbentuk persegi. Untuk siklus II indikator ketercapaian kemampuan mengenal bentuk geometri yaitu segitiga, mulai dari mampu menyebutkan dan menunjukkan bentuk persegi dan segitiga, mengklasifikasikan bentuk persegi dan segitiga berdasarkan ukuran, serta menggambar benda yang berbentuk persegi dan segitiga. Adapun untuk siklus III indikator yang harus dicapai yaitu anak mengenal bentuk geometri yaitu lingkaran, mulai dari menyebutkan dan menunjukkan bentuk segitiga dan lingkaran, mengklasifikasikan bentuk

segitiga dan lingkaran serta menggambar benda yang berbentuk segitiga dan lingkaran.

Pada pelaksanaan penelitian di siklus I peneliti menggunakan tema alat komunikasi dengan subtema macam-macam-macam alat komunikasi elektronik, alat komunikasi tradisional dan modern. Pada siklus I, banyak anak yang sulit dikondisikan, anak masih bermain-main dan kegiatan menyusun puzzle pun tidak dapat diselesaikan hingga selesai. Selain itu, pada kegiatan mengklasifikasikan bentuk geometri anak masih sulit memahami instruksi dalam memilih jumlah bentuk persegi sesuai ukuran. Dan pada kegiatan menggambar benda yang berbentuk geometri, beberapa anak tidak dapat menjiplak dengan benar, banyak kertas gambar anak yang sobek karena terlambat mengangkat media jiplak pada kertasnya. Sehingga pada siklus I ini, kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri masih rendah atau kurang yaitu aktivitas belajar anak sebesar 49,79% dan kemampuan anak mengenal bentuk geometri sebesar 55,57%, sehingga perlu ditingkatkan pada siklus selanjutnya.

Pada siklus II peneliti menggunakan tema Alam Semesta. Bentuk geometri yang dikenalkan yaitu bentuk segitiga. Pada siklus II, dengan menggunakan media yang lebih menarik perhatian anak dan anak dapat fokus lebih lama, membuat anak mulai dapat dikondisikan dengan baik. Selain itu, instruksi yang disampaikan guru dilakukan secara berulang agar anak dapat memahami dengan baik, serta media untuk menjiplak tidak lagi menempel dan membuat sobek kertas gambar anak karena sudah dignati oleh duplek yang dilapisi selotip. Namun pada siklus II ini, anak masih kurang percaya percaya diri dalam merepon pertanyaan yang diajukan guru dan media yang digunakan untuk menggambar perlu Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2016 1-8

(6)

49,79% 71,69% 88,09% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

siklus I siklus II siklus III

Aktivitas Belajar Anak diganti karena anak lebih fokus

memainkan media tersebut dibanding melakukan kegiatan yang diberikan. Pada siklus II ini, mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya dan masuk pada kategori baik, yaitu aktivitas belajar anak sebesar 71,69% dan kemampuan anak mengenal bentuk geometri sebesar 77,26%. Namun masih perlu ditingkatkan kembali agar kemampuan anak dalm mengenal bentuk geometri dapat meningkat.

Pada siklus III peneliti menggunakan tema Alam Semesta namun sub tema yang digunakan berbeda dengan siklus sebelumnya. Indikator yang harus dicapai anak pada siklus III ini yaitu anak mengenal bentuk geometri yang lain yaitu lingkaran. Rasa percaya diri anak dalam merespon pertanyaan yang diajukan guru mulai meningkat. Anak mampu mersepon pertanyaan tentang bentuk yang dibuatnya dan dapat menunjukkan bentuk geometri dengan benar. media yang diganti dengan menggunakn cat dan kuas sangat disenangi anak. media tersebut masih baru untuk anak sehingga anak penasaran dan dapat melakukan kegiatan menjiplak dnegan baik. Anak tidak takut kotor dengan cat dan kuas karena mereka mengenakan celemek dan cat yang mengotori tangannya dapat dibersihkan dengan mudah. Berbeda dengan media sebelumnya yaitu lem yang diberi pewarna, warna yang menempel pada tangan anak lebih sulit hilang dibandingkan dengan cat. Dan anakpun dapat menggambar benda yang berbentuk geometri dengan baik. Selain itu, benda yang digambarnya pun melebihi instruksi yang diberikan guru.

Pada siklus III ini, proses pembelajaran dalam mengenal bentuk geoemtri anak mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya dan masuk pada kategori snagat baik yaitu aktivitas belajar anak sebesar 88,09% dan

kemmapuan mengenal bentuk geometri sebesar 99,94%. Untuk lebih jelasnya berikut adalah grafik aktivitas belajar anak dan kemampuan mengenal bentuk geometri anak selama siklus I, II dan III.

Diagram 1

Hasil Persentase Aktivitas Belajar Anak pada Siklus I, II, dan III

Berdasarkan diagram tersebut, terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya. Pada siklus I, aktivitas belajar anak sebesar 49,79%. Hasil tersebut perlu ditingkatkan kembali karena masih pada katerogi kurang. Dan penyebabnya karena anak masih sulit dikondisikan dan sulit memperhatikan guru, sehingga menjadi sulit pula memahami instruksi yang diberikan guru. Pada siklus II, aktivitas belajar anka sebesar 71,69% dan masuk pada kategori baik. Anak sudah dapat dikondisikan dan dapat memahami instruksi yang diberikan guru, namun rasa percaya diri anak masih rendah dalam kegiatan yang diberikan guru untuk dapat meningkatkan keampuan mengenal bentuk geoemetri.

Pada siklus III, persentase aktivitas belajar anak mengalami peningkatan dan masuk pada kategori sangat baik yaitu 88,09%. Anak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dan dapat Geometri pada Anak TK

(7)

55,57% 77,26% 88,94% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

siklus I siklus II siklus III

Kemampuan Anak dalam Mengenal Bentuk Geometri merespon pertanyaan dengan baik serta rasa percaya dirinya pun meningkat.

Berikut peningkatan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri anak selama siklus I, II dan III.

Diagram 2

Hasil Persentase Kemampuan Anak dalam Mengenal Bentuk Geometri

pada Siklus I, II, dan III

Berdasarkan diagram 2 di atas, kemampuan anak mengenal bentuk geometri pada siklus I yaitu sebesar 55,57% masuk dalam kategori kurang. Anak masih sulit mengkalsifikaikan bentuk geometri berdasarkan ukuran dan anak.

Pada siklus II kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Persentase kemampuannya yaitu sebesar 77,26% dan masuk pada kategori baik. Anak dapat menunjukkan, menyebutkan dan mengklasifikasikan bentuk geometri dengan baik. Namun dalam mengaplikasikan bentuk geometri pada benda-benda yang ada disekitarnya anak masih mengalami kesulitan, karena kurangnya media yang ditunjukkan guru sebagi contoh dari benda yang berbentuk

geometri. maka perlu ditingkatkan kembali.

Pada siklus III, kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri mengalami peningkatan dan masuk pada kategori sangat baik. persentase kemampuannya yaitu sebesar 88,94%. Pada siklus III ini anak dapat mengenal bentuk geoemtri dan mengaplikasikan bentuk geoemtri yang anak kenal kedalam benda-benda yang ada disekitarnya.

Berdasarkan hasil peningkatan kemampuan dari setiap siklusnya, hasil tersebut menunjukkan bahwa metode bermain konstruktif dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri. Anak dapat memahami dan menyebutkan kembali benda-benda yang berbentuk persegi, segitiga dan lingkaran. Selain itu anakpun dapat mengkalsifikasikan bentuk-bentuk geometri tersebut berdasarkan ukuran. Kemampuan tersebut, dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak baik dalam kemampuan mengenal bentuk maupun ukuran.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 3 siklus pada pembelajaran mengenalkan bentuk geometri dengan menggunakan metode bermain konstruktif mengalami peningkatan. Aspek yang diobsevasi pada aktivitas belajar anak diantaranya dapat memperhatikan guru saat menjelaskan aturan bermain, bermain dengan konstruktif, menyusun konstruktif ke atas atau ke samping, menamai gambar yang dibuat dan merespon pertanyaan yang diajukan guru. Sedangkan indikator yang ditingkatkan dalam kemampuan mengenal bentuk geometri yaitu menunjukkan dan menyebutkan bentuk geometri, mengklasifikasikan bentuk geometri dan menggambar benda-benda yang berbentuk geometri. Pada siklus I Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2016 1-8

(8)

aktivitas belajar anak sebesar 49,79% dan kemampuan anak mengenal bentuk geometri sebesar 55,57% masuk pada kategori kurang. Pada siklus II aktivitas belajar anak sebesar 71,69% dan kemampuan anak mengenal bentuk geometri yaitu sebesar 77,26% dan masuk pada kategori baik. pada siklus III aktivitas belajar anak sebesar 88,09% dan kemampuan anak mengenal bentuk geometri sebesar 88,94% , masuk pada kategori sangat baik.

Hasil persentase tersebut menunjukkan bahwa metode bermain konstruktif dapat meningkatkan kemampuan anak mengenal bentuk geometri dengan ketercapaian kemampuan anak masuk pada kategori sangat baik.

REFERENSI

Abidin, Y. (2011). Penelitian pendidikan dalam gamintan pendidikan dasar dan paud. Bandung : Rizqi Press. Depdiknas (2007). Standar Isi

Pendidikan Anak Usia Dini. [Online] Diakses dari http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._ pend._luar_biasa/19570613198501-maman_abdurahman_saepul_r/baha n_paparan_perenc_pembel/pendala man_materi/paud/materi__paud/si- paud/standar_perkembangan-si-n1-ok.pdf

Dimiyati. (2008). Permainan Balok. Jakarta: Litera.

Drew, dkk (2008). Contructive Play: A Value-Added Strategy of Meeting Early Learing Standards. Journal of National Association for The Education of Young Children. 63 (4) hlm. 38-44

Lara. (2010). Bermain Balok. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 146 Tahun 2014. Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini [Online] Diakses dari http://documents.tips/documents/pe

rmen-146-tahun-2014-ttg-kurikulum-paud.html

Purwoko. (2011). Teori Belajar Van Hiele [Online] Diakses dari http:// staff.uny.ac.id/sites/default/files/Pe ngembanganPembelajaranMatemati ka_UNIT_4_0.pdf

Runtukahu, J. T. & Kandou, S. (2014). Pembelajaran Matematika Dasar bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Smith, S. S. (2013). Early Childhood

Mathematics. Cardinal Stricth University: Indeks.

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan Jumlah Pegawai dalam Jabatan Fungsional di lingkungan Kementerian Keuangan yang selanjutnya disebut KJF adalah jumlah dan susunan Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kearifan lokal kemalik di masyarakat Suku Sasak Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat

merespon perubahan kebutuhan konsumen untuk produk yg dibuat secara CUSTOMIZED. 3.A.M yg diterapkan merupakan integrasi dari : a).Penggunaan teknologi yg lebih

Memberikan pelatihan pembuatan kerajinan tangan dari botol plastik dengan sasaran remaja RT 33 di Desa Banaran Pedukuhan 8 Banaran.. 1x200”

Contohnya ketika ibu guru bertanya “ini hewan apa?” (sambil menunjukkan gambar ikan) anak menjawab “ini gambar ikan” dan menerangkan bahwa dia akan membuat danau menggunakan cat

Variabel-variabel lainnya yang mempunyai hu- bungan positif dengan konsumsi energi (total), mo- dern, dan tradisional di daerah perkotaan adalah jumlah anggota rumah tangga, luas

penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi distribusi frekuensi tingkat kecukupan protein, seng, vitamin A, D, E, riwayat ASI eksklusif, riwayat imunisasi dan

6LVWHP SHPHULQWDKDQ SUHVLGHQVLDO DGDODK VXDWX SHPHULQWDKDQ GLPDQD NHGXGXNDQ HNVHNXWLI WLGDN EHUWDQJJXQJ MDZDE NHSDGD EDGDQ SHUZDNLODQ UDN\DW GHQJDQ NDWD ODLQ NHNXDVDDQ HNVHNXWLI