• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika Bisnis Tata Niaga dan Manajemen Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Etika Bisnis Tata Niaga dan Manajemen Pe"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Etika Bisnis, Tata Niaga dan Manajemen

Pemasaran dalam Agama Islam

Oleh:

Nama

: Marsita Purwanti Ningsih

NIM

: K7614029

Prodi

: Pend. Eko Tata Niaga

MaKul

: Pend. Agama Islam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

BAB I

LATAR BELAKANG

Islam adalah suatu agama yang kaya akan sumber ilmu dan pengetahuan. Kekayan ini di sebabkan oleh kitab yang menjadi pedoman hidup seluruh pemeluk agama islam yaitu Al-Qur’an. Di dalam kitab suci tersebut apapun yang telah terjadi dan yang akan terjadi telah di jelaskan dengan gamblang, tentang tata aturan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari pun dengan jelas pula telah di sebutkan bagaimana seharusnya manusia berperilaku secara hukum islam.

Islam telah banyak menjelaskan mengenai berbagai hal yang ada dalam kehidupan manusia seluruhnya, berbagai bidang seperti bidang sosial, bidang budaya, bidang kesehatan termasuk dalam bidang ekonomi khususnya perdagangan. Dalam cakupan perdagangan terdapat banyak bab yang harus di mengerti dari segi agama islam. Contohnya saja mengenai etika berbisnis islam, tata niaga islam dan manajemen pemasaran islam khusunya. Dalam ketiga hal ini terdapat banyak aturan dan tata cara yang secara jelas telah di jelaskan dengan melalui konsep agama islam yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an.

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. ETIKA BISNIS ISLAM

Bisnis (tijarah) merupakan salah satu komponen utama dalam sistem muamalah. Olehnya itu, Islam menganjurkan pemeluknya untuk menggeluti bidang ini secara profesional (itqan), sehingga dapat memberi manfaat bagi dirinya, keluarganya dan kaum muslimin secara umum.

Hukum asal transaksi bisnis dalam Islam adalah mubah (dibolehkan), selama tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa jenis dan bentuk transaksi tersebut diharamkan. Prinsip ini menjadi dasar penting bagi pelaku bisnis (tajir/mustatsmir) untuk melakukan inovasi (tanmiyah) dalam melakukan aktivitas bisnis selama ia tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah syariah serta prinsip-prinsip dasar (maqasid) dalam Islam.

Berikut ini, dipaparkan secara sederhana beberapa prinsip dan etika bisnis dalam Islam yang perlu diperhatikan oleh setiap muslim yang akan menggeluti atau telah bergelut dalam dunia bisnis:

1. Keikhlasan

Keikhlasan menjadi fondasi utama setiap amalan. Dengan niat ikhlas, kebiasaan (adat) dapat berubah menjadi ibadah(taqarrub) dan bernilai pahala di sisi al-Khaliq. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya amalan itu bergantung kepada niatnya” (HR. al-Bukhari No. 10 & Muslim No. 1907)

2. Ilmu

Setiap perbuatan senantiasa harus didasari dengan ilmu, al-Imam al-Bukhari berkata: “Ilmu harus didahulukan sebelum berkata dan bertindak”. Umar bin Khattab juga berkata: “Tidak boleh menjual di pasar kecuali seorang faqih, kalau tidak ia akan terjatuh ke dalam riba mau atau tidak mau” (al-Turmudzi No. 449)

Ilmu yang harus diketahui oleh pelaku bisnis dapat dibagi menjadi dua:

 Bersifat umum: Akad dan permasalahannya, Jenis aktivitas bisnis yang terlarang dalam Islam dan sebab pelarangannya dan lain sebagainya.

 Bersifat khusus: Bergantung kepada jenis bisnis yang dilakoni (mudharabah, murabahah, Ijarah dan lain sebagainya).

3. Amanah dan Kejujuran (al-Sidq)

Keberkahan adalah idaman seorang muslim dalam setiap aktivitasnya. Dalam bisnis amanah dan kejujuran dalam melakukan transaksi merupakan sumber keberkahan, Rasulullah Shallalahu’alaihi wasallam bersabda:

“Dua pihak yang melakukan jual beli memiliki hak khiyar (memilih) selama keduanya belum berpisah, apabila keduanya jujur dan saling menjelaskan maka transaksi keduanya akan diberkahi. Akan tetapi bila keduanya menyembunyikan (aib) dan berdusta maka boleh jadi keduanya mendapat untung akan tetapi keberkahan jual beli tersebut tercabut” (HR. al-Bukhari No. 2079 & Muslim No. 1532 )

(4)

“Pelaku bisnis yang jujur lagi tepercaya bersama para Nabi, shiddiqin serta syuhada” (HR. al-Turmudzi No.1209)

4. al-Wara’

al-Wara’ dalam aktivitas bisnis adalah sikap kehati-hatian yang disertai dengan meninggalkan dan menjauhi segala perkara yang meragukan dan perkara syubhat (samar). Prinsip ini didasari oleh sabda Nabi Shallallahu’alaihi wasalllam:

“Sesungguhnya yang halal itu jelas, dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat yang tidak diketahui oleh banyak orang. Siapa yang menghindari perkara syubhat sungguh ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya dan siapa yang terjatuh dalam perkara syubhat maka sungguh ia terjatuh dalam perkara haram,…”(HR. al-Bukhari No. 50 & Muslim No. 2996 )

5. al-Samahah (tenggang rasa dan berlapang dada)

Perbedaan yang mencolok antara bisnis Islami dan yang lainnya adalah adanya prinsip tenggang rasa dan berlapang dada dalam melakukan transaksi bisnis terutama dalam akad jual beli dan utang piutang. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 280)

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Allah merahmati seseorang yang mudah dalam menjual, mudah dalam membeli dan mudah dalam menagih utang”(HR. al-Bukhari No. 2076)

6. Menjaga hak orang lain serta menjauhi kemudharatan

Tabiat muamalah meniscayakan adanya interaksi antara dua pihak atau lebih. Olehnya itu Islam mewajibkan setiap pelaku bisnis untuk senantiasa menjaga hak-hak orang lain yang menjadi pihak kedua dalam akad yang telah disepakati sehingga tidak menimbulkan kemudharatan. Prinsip ini didasari oleh sabda Rasululullah shallallahu’alaihiwasallam:

“Tidak ada kemudharatan dan tidak boleh menimbulkan kemudharatan terhadap orang lain” (HR. Malik dalam Kitab al-Muwattha, hal: 218)

7. al-Wala’ (loyalitas) kepada Islam dan kaum muslimin

Kepemilikan harta dalam Islam terbagi tiga: Hak Individu (Haqqul fardi), Hak Allah (Haqqullah) dan Hak Jamaah (haqqul Jama’ah). Dalam kapasitas harta sebagai haqqullah, maka manusia berposisi sebagai khalifah yang ditugaskan untuk mengelola harta secara bijak sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Allah Sang Pemilik hakiki harta tersebut (QS. al-Nur: 33 & al-Hadid: 7). Selain itu, harta tersebut wajib untuk dikeluarkan zakatnya sebagai bentuk kepedulian serta loyalitas kepada sesama muslim.

Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.

Berikut ini ada 5 ketentuan umum etika berbisnis dalam Islam:

1. Kesatuan (Tauhid/Unity)

(5)

ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.

2. Keseimbangan (Equilibrium/Adil)

Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang berbuat curang atau berlaku dzalim.

“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya,” (Q.S. al-Isra’: 35).

Surat Al-Maidah ayat 8 yang artinya: “Hai orang-orang beriman,hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah SWT,menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah karena adil lebih dekat dengan takwa.”

3. Kehendak Bebas (Free Will)

Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.

4. Tanggung jawab (Responsibility)

Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggungjawabkan tindakannya secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.

5. Kebenaran, kebajikan dan kejujuran

Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap dan perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan.

Tujuan umum etika bisnis dalam ekonomi islam

Dalam hal ini, etika bisnis islam adalah merupakan hal yang penting dalam perjalanan sebuah aktivitas bisnis profesional. Sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Syahata, bahwa etika bisnis Islam mempunyai fungsi substansial yang membekali para pelaku bisnis, beberapa hal sebagai berikut :

(6)

2) Kode ini dapat menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggungjawab para pelaku bisnis, terutama bagi diri mereka sendiri, antara komunitas bisnis, masyarakat, dan diatas segalanya adalah tanggungjawab di hadapan Allah SWT.

3) Kode etik ini dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat menyelesaikan persoalan yang muncul, daripada harus diserahkan kepada pihak peradilan.

4) Kode etik dapat memberi kontribusi dalam penyelesaian banyak persoalan yang terjadi antara sesama pelaku bisnis dan masyarakat tempat mereka bekerja.

5) Sebuah hal yang dapat membangun persaudaraan (ukhuwah) dan kerja sama antara mereka semua.

Rasululah SAW sangat banyak memberikan petunjuk mengenai etika bisnis, di antaranya ialah:

a. Bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam hal ini, beliau bersabda:“Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya” (H.R. Al-Quzwani). “Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok kami” (H.R. Muslim).

b. Kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis.

c. Tidak melakukan sumpah palsu.

d. Ramah-tamah.

e. Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain tertarik membeli dengan harga tersebut. Sabda Nabi Muhammad, “Janganlah kalian melakukan bisnis najsya (seorang pembeli tertentu, berkolusi dengan penjual untuk menaikkan harga, bukan dengan niat untuk membeli, tetapi agar menarik orang lain untuk membeli).

f. Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain” (H.R. Muttafaq ‘alaih).

g. Tidak melakukan ihtikar. Ihtikar ialah (menumpuk dan menyimpan barang dalam masa tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan keuntungan besar pun diperoleh).

h. Takaran, ukuran dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan. Firman Allah: Celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi” ( QS. 83: 112).

i. Bisnis tidak boleh menggangu kegiatan ibadah kepada Allah. Firman Allah, “Orang yang tidak dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat Allah, dan dari mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hari itu, hati dan penglihatan menjadi goncang”.

(7)

k. Tidak monopoli.

l. Tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi eksisnya bahaya (mudharat) yang dapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial. Misalnya, larangan melakukan bisnis senjata di saat terjadi chaos (kekacauan) politik. Tidak boleh menjual barang halal.

m. Komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barang yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dsb. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan bisnis miras, bangkai, babi dan “patung-patung” (H.R. Jabir).

n. Bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan bisnis yang berlaku dengan suka-sama suka di antara kamu” (QS. 4: 29).

o. Segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya. Rasulullah memuji seorang muslim yang memiliki perhatian serius dalam pelunasan hutangnya. Sabda Nabi Saw, “Sebaik-baik kamu, adalah orang yang paling segera membayar hutangnya” (H.R. Hakim).

p. Memberi tenggang waktu apabila pengutang (kreditor) belum mampu membayar. Sabda Nabi Saw, “Barang siapa yang menangguhkan orang yang kesulitan membayar hutang atau membebaskannya, Allah akan memberinya naungan di bawah naunganNya pada hari yang tak ada naungan kecuali naungan-Nya” (H.R. Muslim).

q. Bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman (QS. al-Baqarah:: 278) Pelaku dan pemakan riba dinilai Allah sebagai orang yang kesetanan(QS. 2: 275). Oleh karena itu Allah dan Rasulnya mengumumkan perang terhadap riba.

KOMENTAR:

Etika adalah hal yang sangat penting untuk di terapkan dalam seluruh aspek kehidupan manusia, karena ketika suatu etika tersebut di terapkan terkandung banyak manfaat bagi kegiatan atau perbuatan yang dilakukan. Etika bisnis tidak kalah penting untuk diterapkan dalam proses kegiatan bisnis. Dalam agama islam penerapan etika dalam segala aspek kehidupan adalah aturan mendasar, karena suatu kegiatan yang dikenakan dengan suatu etika yang benar maka suatu kegiatan itu dapat diperoleh hikmah dan manfaat yang baik. penjelasan tentang etika dalam berbisnis sudah sangat kompleks penjelasan yang terkandung dalam al Qur’an. Di dalamnya telah di jelaskan tentang etika bisnis yang baik yang seharusnya di jalankan oleh suatu pebisnis. Tujuan adanya etika bisnis telah jelas dalam penjelasannya, keutamaan dalam melakukan etika bisnis dan menurut Nabi Muhammad SAW etika bisnis yang baik sangatlah jelas dalam penguraiannya.

(8)

Jual beli Adalah proses pemindahan hak milik/barang atau harta kepada pihak lain dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya. Menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikannya, antara lain :

1) Menurut ulama Hanafiyah : Jual beli adalah ”pertukaran harta (benda) dengan hartaberdasarkan cara khusus (yang dibolehkan).”

2) Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ : Jual beli adalah “ pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan.”

3) Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Al-mugni :Jual beli adalah “ pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik.” Pengertian lainnya jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara penjual ( yakni pihak yang menyerahkan/menjual barang) danpembeli (sebagai pihak yang membayar/membeli barang yang dijual).Pada masa Rasullallah SAW harga barang itu dibayar dengan mata uangyang terbuat dari emas (dinar) dan mata uang yang terbuat dari perak(dirham).

Landasan atau Dasar Hukum Jual Beli

Landasan atau dasar hukum mengenai jual beli ini disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an, Hadist Nabi, dan Ijma’ Yakni :

a) Al Qur’an

Yang mana Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa : 29

“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu” (QS. An-Nisa : 29).

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah : 275). b) Sunnah

Nabi, yang mengatakan:” Suatu ketika Nabi SAW, ditanya tentang mata pencarian yang paling baik. Beliau menjawab, ’Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Bajjar, Hakim yang menyahihkannya dari Rifa’ah Ibn Rafi’). Maksud mabrur dalam hadist adalah jual beli yang terhindar dari usaha tipu-menipu dan merugikan orang lain.

c) Ijma’

Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai. Mengacu kepada ayat-ayat Al Qur’an dan hadist, hukum jual beli adalah mubah (boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itubisa berubah menjadi sunnah, wajib, haram, dan makruh.

Rukun dan Syarat Jual Beli

Rukun dan syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang harus dipenuhi agar jual belinya sah menurut syara’ (hukum islam).

(9)

 Dua pihak membuat akad penjual dan pembeli

 Objek akad (barang dan harga)

 Ijab qabul (perjanjian/persetujuan)

1) Orang yang melaksanakan akad jual beli ( penjual dan pembeli ) Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh penjual dan pembeli adalah :

 Berakal, jual belinya orang gila atau rusak akalnya dianggap tidak sah.

 Baligh, jual belinya anak kecil yang belum baligh dihukumi tidak sah. Akan tetapi, jika anak itu sudah mumayyiz (mampu membedakan baik atau buruk), dibolehkan melakukan jual beli terhadap barang-barang yang harganya murah seperti : permen, kue, kerupuk, dll.

 Berhak menggunakan hartanya. Orang yang tidak berhak menggunakan harta milik orang yang sangat bodoh (idiot) tidak sah jual belinya. Firman Allah ( Q.S. An-Nisa’(4): 5):

2) Sigat atau Ucapan

Ijab dan Kabul. Ulama fiqh sepakat, bahwa unsur utama dalam jual beli adalah kerelaan antara penjual dan pembeli. Karena kerelaan itu berada dalam hati, maka harus diwujudkan melalui ucapan ijab (dari pihak penjual) dan kabul (dari pihak pembeli).

Adapun syarat-syarat ijab kabul adalah :

 Orang yang mengucap ijab kabul telah akil baliqh.

 Kabul harus sesuai dengan ijab.

 Ijab dan kabul dilakukan dalam suatu majlis. 3) Barang Yang Diperjual Belikan

Barang yang diperjual-belikan harus memenuhi syarat-syarat yang diharuskan, antara lain :

 Barang yang diperjual-belikan itu halal.

 Barang itu ada manfaatnya.

 Barang itu ada ditempat, atau tidak ada tapi ada ditempat lain.

 Barang itu merupakan milik si penjual atau dibawah kekuasaanya.

 Barang itu hendaklah diketahui oleh pihak penjual dan pembelidengan jelas, baik zatnya, bentuknya dan kadarnya, maupun sifat-sifatnya.

(10)

 Harga jual disepakati penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.

 Nilai tukar barang itu dapat diserahkan pada waktu transaksi jual beli, walaupun secara hukum, misalnya pembayaran menggunakan kartu kredit.

 Apabila jual beli dilakukan secara barter atau Al-muqayadah (nilai tukar barang yang dijual bukan berupa uang tetapi berupa uang).

Hal-hal Yang Terlarang Dalam Jual Beli

 Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.

 Jual beli yang terlarang dan tidak sah (bathil) yaitu jual beli yang salah satu rukun atau syaratnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak disyariatkan (disesuaikan dengan ajaran islam).

 Jual beli yang sah tapi terlarang ( fasid ). Jual beli ini hukumnya sah, tidak membatalkan akad jual beli, tetapi dilarang oleh Islam karena sebab-sebab lain.

 Terlarang sebab Ahliah (Ahli Akad). Ulama telah sepakat bahwa jual beli dikategorikan sah apabila dilakukan oleh orang yang baliqh, berakal, dapat memilih. Mereka yang dipandang tidak sah jual belinya sebagai berikut :

- Jual beli yang dilakukan oleh orang gila.

- Jual beli yang dilakukan oleh anak kecil. Terlarang dikarenakan anak kecil belum cukup dewasa untuk mengetahui perihal tentang jual beli.

- Jual beli yang dilakukan oleh orang buta. Jual beli ini terlarang karena ia tidak dapat membedakan barang yang jelek dan barang yang baik.

- Jual beli terpaksa

 Jual beli fudhul adalah jual beli milik orang lain tanpa seizin pemiliknya.

 Jual beli yang terhalang. Terhalang disini artinya karena bangkrut, kebodohan, atau pun sakit.

 Jual beli malja’ adalah jual beli orang yang sedang dalam bahaya, yakni untuk menghindar dari perbuatan zalim.

 Terlarang Sebab Shigat. Jual beli yang antara ijab dan kabulnya tidak ada kesesuaian maka dipandang tidak sah. Beberapa jual beli yang termasuk terlarang sebab shiqat sebagai berikut :

- Jual beli Mu’athah. Jual beli yang telah disepakati oleh pihak akad, berkenaan dengan barang maupun harganya, tetapi tidak memakai ijab kabul.

(11)

- Jual beli dengan syarat atau tulisan. Apabila isyarat dan tulisan tidak dipahami dan tulisannya jelek (tidak dapat dibaca), maka akad tidak sah.

- Jual beli barang yang tidak ada ditempat akad. Terlarang karena tidak memenuhi syarat in’iqad (terjadinya akad). Jual beli tidak bersesuaian antara ijab dan kabul. - Jual beli munjiz adalah yang dikaitkan dengan suatu syarat atau ditangguhkan

pada waktu yang akan datang.

 Terlarang Sebab Ma’qud Alaih (Barang jualan) Ma’qud alaih adalah harta yang dijadikan alat pertukaran oleh orang yang akad, yang biasa disebut mabi ’(barang jualan) dan harga. Tetapi ada beberapa masalah yang disepakati oleh sebagian ulama, tetapi diperselisihkan, antara lain :

- Jual beli benda yang tidak ada atau dikhwatirkan tidak ada. - Jual beli yang tidak dapat diserahkan.

- Jual beli gharar adalah jual beli barang yang menganung unsur menipu (gharar).. - Jual beli barang yang najis dan yang terkena najis.

- Jual beli air

- Jual beli barang yang tidak jelas (majhul). Terlarang dikarenakan akan mendatangkan pertentangan di antara manusia.

- Jual beli yang tidak ada ditempat akad (gaib) tidak dapat dilihat. Jual beli sesuatu sebelum dipegangi. Jual beli buah-buahan atau tumbuhan apabila belum terdapat buah, disepakati tidak ada akad. Setelah ada buah, tetapi belum matang, akadnya fasid.

 Terlarang Sebab Syara’. Jenis jual beli yang dipermasalahkan sebab syara’ nya diantaranya adalah :

- Jual beli riba

- Jual beli dengan uang dari barang yag diharamkan. Contohnya jual beli khamar, anjing, bangkai.

- Jual beli barang dari hasil pencegatan barang yakni mencegat pedagang dalam perjalanannya menuju tempat yang dituju sehingga orang yang mencegat barang itu mendapatkan keuntungan.

- Jual beli waktu adzan jum’at.Terlarang dikarena bagi laki-laki yang melakukan transaksi jual belidapat mengganggukan aktifitas kewajibannya sebagai muslim dalam mengerjakan shalat jum’at.

- Jual beli anggur untuk dijadikan khamar .

- Jual beli barang yang sedang dibeli oleh orang laing. Jual beli hewan ternak yang masih dikandung oleh induknya.

(12)

Diantara jual beli yang dilarang dalam islam tersebut antara lain: a. Jual beli yang diharamkan

b. Barang yang tidak ia miliki. c. Jual beli Hashat (undian) d. Jual beli Mulamasah (disentuh)

e. Jual Beli Najasy (melakukan tawar-menawar palsu)

Barang yang tidak boleh diperjualbelikan:

1. Khamer (Minuman Keras) 2. Bangkai, Babi dan Patung 3. Anjing

4. Gambar yang Bernyawa

5. Buah-Buahan yang Belum Nyata Jadinya 6. Biji-Bijian yang Belum Mengeras

KOMENTAR:

Islam adalah agama yang syamil, yang mencangkup segala permasalahan manusia, tak terkecuali dengan jual beli. Jual beli telah disyariatkan dalam Islam dan hukumnya mubah atau boleh, berdasarkan Al Quran, sunnah, ijma’ dan dalil aqli. Allah SWT membolehkan jual-beli agar manusia dapat memenuhi kebutuhannya selama hidup di dunia ini. Dalam artikel ini telah dijelaskan mengenai rukun dan syarat jual beli, hal-hal yang diperbolehkan dan hal-hal yang dilarang dalam kegiatan jual beli. Dengan ini kita saat akan melakukan proses jual beli hendaknya kita mengetahui dengan benar mengenai hal-hal dasar yang terkandung dalam jual beli yang telah disyariahkan oleh agama islam agar proses jual beli yang kita lakukan mendapatkan berkah dan terhindar dari dosa yang di sebabkan dari melanggar hukum islam mengenai proses jual beli yang baik yang telah di tetapkan oleh Allah SWT yang tertuang dalam Al-Qur’an secara jelas.

C. MANAJEMEN PEMASARAN ISLAM

Rasulullah SAW telah mengajarkan pada umatnya untuk berdagang dengan menjunjung tinggi etika keislaman. Dalam beraktivitas ekonomi, umat Islam dilarang melakukan tindakan bathil. Namun harus melakukan kegiatan ekonomi yang dilakukan saling ridho, sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang artinya,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisaa: 29)

(13)

Perpektif pemasaran dalam Islam adalah ekonomi Rabbani (divinity), realistis, humanis dan keseimbangan. Inilah yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi konvensional. Marketing menurut Islam memiliki nilai dan karakteristik yang menarik. Pemasaran syariah meyakini, perbuatan seseorang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Selain itu, marketing syariah mengutamakan nilai-nilai akhlak dan etika moral dalam pelaksanaannya.

Rambu-rambu tersendiri dalam melaksanakan kegiatan pemasaran produk-produknya:

 Jujur atau benar (Shiddiq)

Nilai shiddiq dalam kegiatan pemasaran dapat diwujudkan dengan pemberian informasi yang benar akan produk yang dipasarkan oleh marketer. Dapat dipercaya (Amanah)

 Nilai amanah bagi pekerja marketing adalah sosok yang jujur dan dapat dipercaya. Bagi perusahaan, sosok pekerja yang amanah akan membawa keuntungan yang besar.

 Argumentatif dan Komunikatif (Tabligh)

Anda harus mampu menyampaikan keunggulan-keunggulan produk dengan menarik dan tepat sasaran tanpa meninggalkan kejujuran dan kebenaran (transparency and fairness

 Cerdas dan bijaksana (Fathonah)

Pebisnis yang fathonah merupakan pebisnis yang mampu memahami, menghayati dan mengenal tugas dan tanggung jawab bisnisnya dengan sangat baik.

9 etika pemasar yang menjadi prinsip-prinsip bagi syariah marketing dalam menjalankan fungsi2 pemasaran:

1. Memiliki kepribadian spiritual (takwa) 2. Berperilaku baik dan simpatik (Shidq) 3. Berlaku adil dalam bisnis (Al-adl)

4. Bersikap melayani dan rendah hati (khidmah) 5. Menepati janji dan tidak curang (tahfif) 6. Jujur dan terpercaya (Al-amanah)

7. Tidak suka berburuk sangka (su’uzh-zhann) 8. Tidak suka menjelek-jelekkan (ghibah) 9. Tidak melakukan sogok (riswah)

(14)

Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (2)

(QS. Al-Baqarah : 1-2)

 Petunjuk ayat

Agar memperkuat iman kepada Allah Ta’ala, kitabNya dan RasulNya serta ajakan agar mencari hidayah melalui Al-Quran Al-Karim. Menjelaskan keutamaan taqwa dan orang-orang yang bertaqwa.

Ayat ini memberi petunjuk kepada kita mengenai urutan-urutan aktivitas yang perlu dilakukan dalam etika pemasaran :

a. Allah memberi Jaminan terhadap kebenaran al-quran,sebagai reality product quarantees.

b. Allah menjelaskan manfaat Al-quran itu bagi manusia yang disebutnya sebagai huda (petunjuk)

c. Allah menjelaskan objek, sasaran,customer, sekaligus target penggunaan kitab suci tersebut, yaitu orang-orang yang bertakwa (muttaqin)

Isyarat ayat tersebut sangat relevan untuk dipedomani dalam rangka pelaksanaan tugas marketing sebab marketing merupakan bagian yang sangat penting dari mesin suatu perusahaan.

Dari ayat di atas, dapat kita ketahui bahwa perusahaan harus dapat memberi jaminan bagi produk yang dihasilkannya. Jaminan yang dimaksud mencakup dua aspek, yaitu aspek material, yaitu mutu bahan, mutu pengolahan, dan mutu penyajian; aspek non-material mencakup kehalalan dan keislaman dalam penyajian.

“Kemudian Kami Jadikan kamu berada didalam suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui” (QS Al-Jatsiyah: 18).

Firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Jatsiyah Kata syariah berasal dari kata syara’a al-syari’a yang berarti menerangkan atau menjelaskan sesuatu. Atau berasal dari kata syir’ah dan syari’ah yang berarti suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air secara langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan bantuan alat lain

Karakteristik Pemasaran Syari’ah (Syariah Marketing)

Ada empat karakteristik syariah marketing yang dapat menjadi panduan bagi para pemasar diantaranya:

1) Teistis (rabbaniyyah): jiwa seorang syariah marketer meyakini bahwa hukum-hukum syariat yang teistis atau bersifat ketuhanan ini adalah yang paling adil, paling sempurna, paling selaras dengan segala bentuk kebaikan, paling dapat mencegah segala bentuk kerusakan, paling mampu mewujudkan kebenaran, memusnahkan kebatilan dan menyebarluaskan kemaslahatan.

(15)

dalam seluruh aspek kegiatannya, karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang bersifat universal, yang diajarkan oleh semua agama.

3) Realistis (al-waqiyyah): Pemasaran syariah adalah konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah Islamiyah yang melandasinya. Pemasaran syariah adalah para pemasar professional dengan penampilan yang bersih, rapi dan bersahaja, apapun model atau gaya berpakaian yang dikenakannya, bekerja dengan mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral dan kejujuran dalan segala aktivitas pemasarannya.

4) Humanistis (insaniyyah):Keistimewaan syariah marketer yang lain adalah sifatnya yang humanistis universal, yaitu bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara. Syariat Iislam diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa menghiraukan ras, warna kulit, kebangsaan dan status.

KOMENTAR:

(16)

BAB III

KESIMPULAN

Etika bisnis islam adalah merupakan hal yang penting dalam perjalanan sebuah aktivitas bisnis profesional. Sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Syahata, bahwa etika bisnis Islam mempunyai fungsi substansial yang membekali para pelaku bisnis. Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horisontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam. Realitasnya, para pelaku bisnis sering tidak mengindahkan etika. Para pelaku bisnis yang sukses memegang prinsip-prinsip bisnis yang tidak bermoral, misalnya maksimalisasi laba, agresivitas, individualitas, semangat persaingan, dan manajemen konflik.

Hukum jual beli pada dasarnya diperbolehkan oleh ajaran islam. Kebolehan ini didasarkan kepada kepada firman Allah yang terjemahannya sebagai berikut :‘’ janganlah kamu memakan harta diantara kamu dengan jalan batal melainkan dengan jalan jual beli, suka sama suka...”(Q.S An-Nisa’ : 29) Dan Hadist Nabi SAW, yang artinya sebagai berikut : “ Bahwa nabi SAW ditanya tentang, mata pencaharian apakah yang paling baik ? jawabnya : seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih”.(H.R. Al-Bazzar) Dalam pada itu ulama sepakat mengenai kebolehan berjual beli ini sebagai salah satu usaha yang telah dipraktekkan semenjak masa Nabi SAW hingga saat sekarang ini.

Menurut prinsip syariah, kegiatan pemasaran harus dilandasi semangat beribadah kepada Tuhan Sang Maha Pencipta, berusaha semaksimal mungkin untuk kesejahteraan bersama, bukan untuk kepentingan golongan apalagi kepentingan sendiri. Islam agama yang sangat luar biasa. Islam agama yang lengkap, yang berarti mengurusi semua hal dalam hidup manusia. Islam agama yang mampu menyeimbangkan dunia dan akhirat; antara hablum minallah (hubungan dengan Allah) dan hablum minannas (hubungan sesama manusia). Ajaran Islam lengkap karena Islam agama terakhir sehingga harus mampu memecahkan berbagai masalah besar manusia. Islam menghalalkan umatnya berniaga. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang saudagar – sangat terpandang pada zamannya. Sejak muda beliau dikenal sebagai pedagang jujur. “Sepanjang perjalanan sejarah, kaum Muslimin merupakan simbol sebuah amanah dan di bidang perdagangan, mereka berjalan di atas adab islamiah,” ungkap Syekh Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada dalam Ensiklopedi Adab Islam Menurut Alquran dan Assunnah.

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang menjadi latar belakang dalam penelitian ini yaitu penggunaan atau bentuk kalimat yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD).Salah satunya yang

Sistem Pertahanan Negara dikembangkan untuk menghadapi segala bentuk ancaman yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa,

Pada pengujian ini akan diambil data uji respon pertama dari sinyal kontrol berupa duty cycle sinyal PWM terhadap ketinggian, Pengambilan data uji ini berguna untuk

Jual Vimax LOT:1087 Original || Vimax Capsule Canada || Toko Vimax Herbal || Agen Vimax Pills || Vimax Asli/Palsu || Obat Pembesar Penis Terbaik Dan PERMANEN || Harga Vimax

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 22 Pontianak Barat dan hasil analisis data yang diperoleh dari hasil skor pre-test dan post-test

Hal-hal lain yang menjadi dasar pengembangan dari Learning Center menjadi telkom CorpU, selain aspek strategic seperti telah dijelaskan diatas, adalah lemahnya alignment antara

Demand increase  through last years in the region where the company focuses its activity (Morvedre’s field), it has been produce an increasing in the demand of this kind of