SKRIPSI
Oleh:
AHMAD CAHYADI 97.320.052
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
▸ Baca selengkapnya: buatlah peta konsep hubungan shalat dengan dzikir
(2)Dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Skripsi
Fakultas Psikologi Universitas Islam IndonesiaDan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian
Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat sarjana S-1 Psikologi
Pada Tanggal
Dewan Penguji:
1. H. Fuad Nashori, S.Psi, Msi
2. Dra. Emi Zulaifah, M.Sc
3. Sus Budiharto, S.Pci, Pcikc!oQ
Mengesahkan, Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia
Dekap
DR. Sukarti
Ell-y'l)
Kupersembahkan karya sederhana inl untuk
Ayahanda aim. H. Raden Untung dan Ibunda Hj. Murnihati Siregar tersayang,
Yang selalu mengiringi dengan untaian do'a,
Serta memberikan perhatian dan Kasih sayang tiada batas,
Kakak-kakakku Indira Dewi, Tantri Utah, aim. Muhammad Wahyudi tercinta,
Yang tak henti-hentinya membeh semangat dan
> .> ^< *A j^ ^n M ^ X X u ^
1
Assalammu'alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi robbil 'alamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, berbagai kemudahan, petunjuk dan
pertolongan-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan karya sederhana ini
dengan baik. Tak lupa shalawat dan salam teriring pada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW.
Sehubungan dengan penulisan skripsi ini, penulis menyadari adanya
bantuan dari beberapa pihak berupa dorongan, petunjuk dan data yang
diperlukan mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan tempat hingga tersusunnya
skripsi ini. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu DR. Sukarti selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia
yang telah memberikan segala ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
2. Bapak H. Fuad Nashori, S.Psi, Msi selaku Dosen Pembimbing Utama atas
segala
bimbingan,
saran, motivasi
dan tuntunannya
dalam proses
pengerjaan skripsi ini dari awal hingga akhir.
3. Bapak Sus Budiharto,
S.Psi,
Psikolog,
selaku
Dosen
Pembimbing
Pendamping
atas segala
bimbingan,
pengarahan,
dan
kritik yang
membangun kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Hj. Ratna Syifa'a R., S.psi, Msi, selaku Dosen Pembimbing Akademik
atas tuntunan, kesabaran dan dorongan untuk tetap semangat dalam
banyak membantu penulis dengan memberikan ilmu dan masukan-masukan
yang berarti sehingga penulis bias menjadi seperti sekarang.
6. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia,
yang telah banyak membantu penulis dalam memperlancar proses
administrasi selama pengerjaan skripsi.7. Ayahanda aim. H. Raden Untung, yang selalu menjadi guru, sahabat,
panutan, pembimbing utama hidup....ajaran serta pesan ayahanda akan
selalu
kuingat;
Ibunda Hj. Murnihati Siregar yang dengan segenap
kesabaran, kasih sayang dan do'a yang mengalun dengan indah telah
memacu penulis untuk tetap sabar dan tekun dalam mengerjakan skripsi.
8. Kakak-kakakku Indira Dewi.SE dan Tantri Utari.SE yang tidak pernah bosan
untuk mengingatkan penulis akan kewajiban yang harus dikerjakan dan
selalu memberikan masukan-masukan yang sangat berguna;
Keponakan-keponakanku Ali dan Rifqi yang selalu menghibur hari-hari penulis.
9. Bapak K. Masrur Ahmad MZ, selaku Pengasuh PP. Al-Qodir yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan Try Out di Pondok
Pesantren Al-Qodir.
10. Mas Poniran selaku staff kantor PP. Al-Qodir atas kebaikan dan bantuannya
selama penulis mengambil data skripsi di sekolah.
11. Bapak Ust. Didik Hariyanto, selaku Ketua Lembaga Dakwah PP. Taruna
Al-Qur'an yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan
Penelitian di Pondok Pesantren Taruna Al-Qur'an.
12. Mas Syaifullah selaku staff Lembaga Dakwah PP. Taruna Al-Qur'an atas
kebaikan dan bantuannya selama penulis mengambil data penelitian.
mengumpulkan data.
14. Mas Tri, Mas Kumaidi, Sunardi BL, Mas Lapin, Pak Yo dan semua
teman-teman di dapur yang selalu membeh semangat kepada penulis.
15. Sahabat-sahabatku Dewi "Klaten", lin "Temanggung", Dina, Nova, Juwita,
Dewi "kecil", Nana, bersama kalian penulis benar-benar merasa termotivasi
untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Arief Bakhtiar, Andes, Wahyu, Tinton,
Eko, Doni atas dukungan dan persahabatan dan persaudaraan adalah
makna kebersamaan kita selama ini dan semoga untuk selamanya.
16. Sahabat-sahabatku alumni SMA 4 Yogyakarta Fany, Danar, Jhony, Yudhi,
dkk, atas kekompakan dan kebersamaan di saat-saat baik dan buruk.
17.Adik angkatanku Berandini Herayanti atas perhatian dan bantuan yang
diberikan kepada penulis dalam mengolah data skripsi.
18.Anak-anak di kostku, Yulidar "Sadako", Dina, dan Mbak Lin, Devi atas
kebersamaan, masukan dan bantuan yang sangat berarti kepada penulis
selama mengerjakan skripsi ini.
19. Teman-teman angkatan 1997, teman seperjuangan selama masa kuliah.
20. Keluarga Om Jamal dan Tante Kunik atas segala do'a, dukungan, nasehat,
dan sebagai keluarga kedua bagi penulis selama penulis menyelesaikan
skripsi ini.21. Keluarga Besar Indro Supeno atas segala do'a, dukungan, kebersamaan dan
perhatian yang diberikan.
22. Bapak Drs. Supriyono Zakky, atas segala do'a dan bantuannya kepada
penulis dan keluarga.
24. Terakhir namun sangat berarti bagi penulis, Amilia Indriani, S.Psi atas segala
do'a, kesabaran, kesetiaan, perhatian, pemacu semangat, dan mau
mendengar segala keluh kesah penulis, tempat bertukar pikiran serta selalu
ada dalam keadaan susah dan senang.
25. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis selama ini.
Semoga atas segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari mungkin skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, kritik, dan saran yang membangun dari para pembaca akan sangat bermanfaat agar skripsi ini lebih sempurna. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 10 Desember2003
Penulis
HALAMAN JUDUL '
HALAMAN PENGESAHAN »
HALAMAN PERSEMBAHAN »'
HALAMAN MOTTO
iv
UCAPAN TERIMA KASIH v
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Keaslian Penelitian
5
C. Tujuan Penelitian
6
D. Manfaat Penelitian 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kontrol Diri 8
1. Pengertian Kontrol Diri
8
2. Aspek-aspek Kontrol Diri
9
3. Jenis-jenis Kontrol Diri
11
4. Pengertian Remaja
12
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kontrol Diri
12
1. Pengertian Intensitas Dzikir
2. Aspek-aspek Intensitas Dzikir
18
3. Manfaat Dzikir '
C. Hubungan Antara Intensitas Dzikir Dengan Kontrol Diri
20
23
D. Hipotesis
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
24
B. Definisi Operasional Variabel-varaibel Penelitian
24
C. Populasi dan Sampel
25
D. Metode Pengumpulan Data
25
E. Validitas dan Reliabilitas
29
F. Metode Analisis Data
30
BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Persiapan Penelitian
32
1. Orientasi Kancah Penelitian
32
2. Persiapan Penelitian
34
a.
Perijinan Penelitian
34
b.
Persiapan Alat Ukur
34
c.
Uji Coba Alat Ukur
36
d.
Hasil Uji Coba Alat Ukur
36
B. Pelaksanaan Penelitian
39
C. Hasil Penelitian
40
2. UjiAsumsi a. Uji Normalitas b. Uji Linearitas 3. Uji Hipotesis D. Pembahasan BABV. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN XI 44 44 45 45 45 . 49 . 49 . 51 . 54
1. Tabel 1. Blue Print Skala Kontrol Diri 27
2. Tabel 2. Blue Print Skala Intensitas Dzikir 28
3. Tabel 3. Distribusi Penyebaran Aitem Skala Kontrol Diri
Setelah Uji Coba 37
4. Tabel 4. Distribusi Penyebaran Aitem Skala Intensitas Dzikir
Setelah Uji Coba 38
5. Tabel 5. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan
Jenis Kelamin 40
6. Tabel 6. Prosentase Jumlah Subjek Penelitian 41
7. Tabel 7. Deskripsi Data Penelitian 42
8. Tabel 8. Kriteria Kategorisasi Skala Kontrol Diri 42 9. Tabel 9. Kriteria Kategorisasi Skala Intensitas Dzikir 43
Skala Kontrol Diri (Try Out) 54
Skala Intensitas Dzikir (Try Out) 58
Data Kasar Try Out (Skala Intensitas Dzikir) 62
Data Kasar Try Out (Skala Kontrol Diri) 66
Reliabilitas Try Out Skala Kontrol Diri 69
Reliabilitas Try Out Skala Intensitas Dzikir 72
Skala Kontrol Diri (Penelitian) 76
Skala Intensitas Dzikir (Penelitian) 79
Data Kasar Penelitian (Skala Kontrol Diri)
83
Data Kasar Penelitian (Skala Intensitas Dzikir)
86
Output Data Penelitian
91
Surat Ijin Penelitian
100
Surat Keterangan
102
A. Latar Belakang Masalah
Masalah remaja sangatlah kompleks dari masalah-masalah yang kecil
sampai permasalahan yang besar. Sebagaimana halnya dengan masyarakat
secara umum remaja ada yang berhasil mengatasi masalahnya, namun tidak
jarang juga yang mengalami kegagalan dalam penyelesaiannya.
Persoalan-persoalan dan hambatan-hambatan tersebut dari masalah-masalah yang kecil
serta mudah diatasi sampai pada persoalan yang besar, yang mungkin
menimbulkan tekanan-tekanan.
Kasus-kasus tawuran pelajar, pemakaian obat bius, menenggak minuman
keras, seks bebas, pemerkosaan, pembunuhan, yang dilakukan oleh remaja
sampai saat ini masih sering terdengar, baik itu berita dari media massa maupun
media elektronik seperti halnya di dalam tayangan "Buser", "Patroli", "Tkp" di
beberapa stasiun televisi swasta. Tindak kenakalan yang dilakukan remaja
semakin hah semakin banyak terdengar. Berbagai upaya untuk mencegah
perilaku menyimpang tersebut sudah dilakukan, namun tindak kenakalan terus
saja terjadi. Permasalahan di kalangan remaja masih sering terjadi seperti
berbohong, kabur dari sekolah/membolos, mencuri kecil-kecilan, merokok,
berbicara kotor, serta menderita stres, depresi bahkan bunuh diri (Syibromalisi
dalam www.kmnu.com 2002).
Tindak kenakalan yang sering terjadi pada remaja saat ini antara lain
utamanya terjadi pada kaum perempuan. Hasil penelitian Shali dan Zeinik (dalam
www.bkkbn.go.id) yang menunjukkan bahwa 79,1 %kaum perempuan (usia
antara 15-19 tahun) setuju dilakukannya hubungan seksual walaupun tidak ada
rencana untuk menikah. Penyakit kelamin seperti AIDS, aborsi, pemikahan dini
yang tak diinginkan, adalah bentuk dari merajalelanya free sex di kalangan
remaja saat ini. Pola-pola perilaku tersebut sebetulnya merupakan suatu
larangan yang telah ditetapkan secara normatif dalam masyarakat Indonesia.
Membanjirnya informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perilaku
seksual baik yang tersalurkan melalui media cetak atau elektronik, sedikit banyak
memberikan pengaruh terhadap terjadinya perubahan perilaku seksual pada
remaja. Hubungan orangtua-anak yang semakin berkurang, longgarnya jalinan
hubungan kekerabatan dengan masyarakat sekitar, serta kurangnya nilai-nilai
agama yang ditanamkan orang tua, semakin mengurangi kontrol sosial terhadap
remaja
dalam mengekspresikan dorongan seksualnya. Oleh karena itu
tampaknya perlu ada pembicaraan yang bersifat interdisipliner agar
dampak-dampak negatif dan pola penlaku seksual remaja dapat diantisipasi sedini
mungkin {www.bkkbn.go.id 2001).
Rangkaian permasalahan diatas didukung oleh pendapat Goldfield dan
Merbaum (dalam Afrianti, 1999) yang menyatakan bahwa suatu perilaku
kadangkala menghasilkan konsekuens, yang positif tetapi juga menghasilkan
konsekuensi yang negatif. Oleh karenanya kontrol diri sangat dibutuhkan sebagai
suatu proses yang menjadikan individu sebagai agen utama dalam memandu,
diri dorongan dalam dirinya disalurkan secara benar bukan menyimpang dari
aturan yang berlaku di masyarakat.
Kontrol diri adalah kemampuan seseorang untuk memilih bagaimana
berperilaku dan bertindak daripada hanya bertindak sekedar menuruti insting dan
impuls. Remaja belajar mengevaluasi situasi dan konsekuensinya yang timbul
dari tindakan mereka, dengan kontrol diri serta belajar untuk membuat keputusan
yang layak dan memilih perilaku yang akan menghasilkan hasil positif
(www.keluarga.org 2003).
Di antara penyebab kurangnya kontrol diri pada remaja adalah konflik
atau pertentangan yang terjadi pada remaja dalam kehidupan, baik yang terjadi
pada dirinya sendiri maupun dalam masyarakat umum. Pada remaja akhir
seharusnya mereka telah mendapat ketenangan dalam menghadapi
masalah-masalah dibandingkan dengan masa remaja awal.
Remaja umumnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, sebab
remaja berada dalam masa transisi. Emosi remaja cenderung meninggi dan
belum stabil. Mereka cenderung kurang dapat menguasai diri dan tidak lagi
memperhatikan keadaan sekitarnya.Al-Qur'an telah mengarahkan manusia agar membiasakan diri untuk
berdisiplin dan mempunyai kontrol diri dalam hidup, sebagaimana firman Allah
dalam surat Al A'Raaf (7) ayat 201 "Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa
bila mereka ditimpa was-was dan syaithan, mereka ingat kepada Allah, maka
ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya". Darajat (1996)
sholat, doa-doa, dan permohonan ampun kepada Allah SWT yang kesemuanya
itu merupakan cara-cara pelegaan batin yang akan mengembalikan ketenangan
dan ketenteraman jiwa. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan apabila
akhir-akhir ini semakin banyak remaja yang tertarik untuk mempelajari ajaran
agamanya secara lebih mendalam dan lebih khusus.
Praktek dzikir sudah sering dilakukan oleh umat Islam yang dalam hal ini
adalah suatu perbuatan mengingat Allah SWT dalam bentuk ucapan-ucapan
lisan yang mengandung arti pujian dengan menyebutkan Nama-Nama dan
Sifat-Sifat Allah. Dzikir di sini juga dimaksudkan suatu kesadaran untuk mematuhi dan
melaksanakan perintah Allah. Islam mengajarkan tawakal, berserah diri pada
Allah. Kebiasaan berdzikir tidak sekedar mempertebal rasa berserah diri pada
Allah, tetapijuga dapat menenangkan batin (Republika, 8 Maret 2003).
Dzikir secara harfiah artinya ingat dan sebut. Ingat adalah gerak hati
sedangkan sebut adalah gerak lisan. Dzikrullah berarti mengingat dan menyebut
Allah SWT. Dz/Vw-terdiri atas empat bagian yang saling terikat, tidak terpisahkan,
yaitu: dzikir lisan (ucapan), dzikir qalbu (merasakan kehadiran Allah), dzikir akal
(menangkap bahasa Allah di balik setiap gerak alam) dan dzikir amal (takwa:
patuh dan taat terhadap perintah Allah dan meninggalkan larangannya). Idealnya
dzikir itu berangkat dari kekuatan hati, ditangkap oleh akal, dan dibuktikan
dengan ketakwaan, amal nyata di dunia ini (Republika, 12 September 2002).
Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa remaja yang
bermasalah dan banyak menimbulkan kegoncangan, mereka terdorong untuk
remaja. Remaja dapat meningkatkan kemampuan untuk lebih sabar dan kuat menanggung penderitaan, membangkitkan rasa tenang dan tenteram sehingga
dapat menerima segala kesulitan dan derita dalam hidup. Remaja diharapkan dapat melepaskan diri dari emosi-emosi yang tidak terkendali.
Seperti firman Allah dalam surat Ar-Ra'ad (13) ayat 28: "yaitu
orang-orang yang behman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
Oleh sebab itu maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai hubungan antara intensitas dzikir dengan kontrol diri pada remaja,
benarkah intensitas dzikir dapat meningkatkan atau malah menghambat kontrol
diri seseorang?
B. Keaslian Penelitian
Dzikir banyak diteliti dan banyak ditulis dalam buku-buku maupun penelitian-penelitian skripsi, demikian halnya yang membahas tentang kontrol diri. Berikutjuga dari penelitian-penelitian skripsi:
1. Irawati (2002), meneliti tentang "Hubungan antara kontrol diri dengan
intensitas penggunaan SMS." Hasilnya menunjukkan bahwa ada korelasi negatif antara kontrol diri dengan intensitas penggunaan SMS, artinya semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah intensitas penggunaan
SMS, dan sebaliknya.
2. Makmun (2002), meneliti tentang "Hubungan dzikir dengan stres pada santri Pondok Pesantren Ki Ageng Giring." Hasilnya menunjukkan bahwa ada
Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa judul
yang diajukan oleh peneliti masih orisinal.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas
dzikir dengan kontrol diri pada remaja yang tinggal di Pondok Pesantren.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara toritis:
a. Dengan diketahuinya dzikir dapat meningkatkan kontrol diri, maka
diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan pedoman atau
bahan kajian bagi usaha-usaha pembahasan lanjutan maupun tujuan
yang relevan.
b. Sebagai bahan untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang
psikologi, khususnya psikologi Islami. Bila penelitian ini terbukti, maka hal
ini menegaskan bahwa dzikir memiliki efek-efek psikologis yang positif
dalam kehidupan manusia. Selain itu, bila penelitian ini terbukti, maka ia
dapat mendukung teori-teori ps.kologi, khususnya kesehatan mental,
bahwa ketenangan hidup seseorang ternyata dipengaruhi oleh hal-hal
Diharapkan agar remaja sebagai calon kader pimpinan masyarakat
dapat menyesuaikan diri dan menerima suatu tekanan dan problema dalam
kehidupannya. Pendekatan diri pada Allah SWT dalam bentuk berdzikir dapat
=menyelesaikan masalah-masalah remaja ke arah yang lebih positif,
mengingat pendekatan diri pada Allah telah banyak disarankan sebagai suatu
A. Kontrol Diri
1. Pengertian Kontrol Diri
Calhoun dan Acocella (1990) mengartikan kontrol diri sebagai pengaturan
proses-proses fisik, psikologis dan perilaku seseorang. Dengan kata lain
merupakan serangkaian proses membentuk diri sendiri.
Burger (1989) mendefinisikan kontrol diri sebagai kemampuan yang di
rasakan
dapat
mengubah
kejadian secara
signifikan.
Individu
dianggap
mempunyai kemampuan dalam mengelola perilakunya. Kemampuan tersebut
membuat individu mampu memodifikasi kemampuan yang dihadapinya sehingga
berubah sesuai kemauannya.
Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Goldfield dan Merbaum
(dalam Afrianti,1999) yang mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu proses yang
menjadikan individu sebagai agen utama dalam memandu, mengarahkan dan
mengatur perilaku utamanya yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif.
Suatu perilaku kadangkala menghasilkan konsekuensi yang positif tetapi
mungkin juga menghasilkan konsekuensi negatif. Oleh karenanya kontrol diri
selain berupa kemampuan untuk mendapatkan konsekuensi positif juga
merupakan kemampuan untuk mengatasi konsekuensi negatif.
Seperti yang diungkapkan oleh Rodin (dalam Sarafino,1990), kontrol diri
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kontrol diri adalah
kemampuan individu untuk memandu, mengarahkan dan mengatur perilakunya
dalam menghadapi stimulus sehingga menghasilkan akibat yang di inginkan dan
menghindari akibat yang tidak di inginkan.
2. Aspek-aspek Kontrol Diri
Berdasarkan konsep Averril tentang kontrol diri (dalam Gustinawati, 1990)
terdapat tiga aspek,yaitu:
a. Kontrol
Perilaku
(behavior control),
yaitu
semua
kemampuan
untuk
memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Dalam kontrol
perilaku (behavior control) ada dua komponen. Pertama, kemampuan
mengatur pelaksanaan, yaitu kemampuan untuk menentukan siapa yang
mengendalikan situasi. Individu yang
mempunyai kemampuan kontrol diri
yang baik akan mampu mengatur perilaku dengan kemampuan dirinya. Kedua,
kemampuan memodifikasi stimulus, yaitu kemampuan untuk menghadapi
stimulus yang tidak di inginkan dengan cara mencegah atau menjauhi
sebagian dari stimulus, menempatkan tenggang waktu di antara rangkaian
stimulus yang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum berakhir dan
membatasi intensitas stimulus.
b. Kontrol Kognitif (cognitive control) adalah kemampuan individu dalam
mengolah
informasi
dengan
cara
menginterpretasi,
menilai
atau
menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai
kemampuan memperoleh informasi yaitu informasi yang di miliki individu. Mengenai suatu keadaan akan membuat individu mampu mengadaptasi keadaan dengan pertimbangan. Kedua, kemampuan melakukan penilaian
yaitu penilaian yang dilakukan seorang individu merupakan usaha untuk menilai dan menafsirkan keadaan dengan memperhatikan segi-segi positif
secara subjektif.
Kontrol Kognitif dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Kontrol Stimulus
Kemampuan dalam mengolah informasi yang datang, didapat serta tidak diinginkan untuk mengurangi tekanan yang terjadi dari informasi yang ada, yang menurut individu tersebut kurang menyenangkan atau menggangu.
2. Mengantisipasi suatu peristiwa
Kemampuan individu dalam mengantisipasi suatu keadaan dimana keadaan tersebut baik atau tidak menurut individu itu. Dengan berbagai pertimbangan melalui pengetahuan yang diperoleh.
3. Menafsirkan suatu peristiwa
Kemampuan individu dalam menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa yang terjadi.
c. Kemampuan mengontrol keputusan (decisional control) adalah kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada suatu yang di yakini atau di setujuinya. Kemampuan mengontrol keputusan akan baik
apabila terdapat kesempatan, kebebasan atau kemungkinan dalam diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.
Berdasarkan uraian di atas, maka aspek-aspek dalam kontrol diri terdiri atas kemampuan mengontrol perilaku, kemampuan mengontrol kognitif, dan
kemampuan mengambil keputusan. Kemampuan mengontrol kognitif dibagi
menjadi tiga, yaitu kemampuan mengontrol stimulus, kemampuan mengantisipasi
suatu peristiwa, dan kemampuan menafsirkan suatu peristiwa. Dengan demikian
aspek-aspek kontrol diri yang akan diukur dalam penelitian ini adalah:
a. Kemampuan mengontrol perilaku,
b. Kemampuan mengontrol stimulus, '
c. Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa,
d. Kemampuan menafsirkan suatu peristiwa,
e. Kemampuan mengambil keputusan.
3. Jenis-jenis Kontrol Diri
Block dan Block (dalam Gustinawati, 1990) menjelaskan ada tiga jenis
kontrol, yaitu:
a. Over control:
adalah kontrol yang berlebihan yang menyebabkan seseorang banyak
mengontrol dan menahan diri untuk bereaksi terhadap suatu stimulus.
b. Under control:
adalah kecenderungan untuk melepaskan impuls dengan bebas tanpa
perhitungan yang masak.
c Appropriate control:
adalah kontrol yang memungkinkan individu mengendalikan impulsnya
4. Pengertian Remaja
Istilah remaja atau Adolescence berasal dari bahasa Latin adolescere
kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja yang tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa (Hurlock, 1980). Piaget (dalam Hurlock,1980) mengatakan
istilah adolescence, seperti yang digunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih
luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Sedangkan
Erikson (dalam Gunarsa, 2001) mengemukakan bahwa masa remaja adalah
masa dimana terbentuk suatu perasaan baru mengenai identitas. Identitas
mencakup cara hidup pribadi yang dialami sendiri dan sulit dikenal oleh orang
lain.
Secara umum, Gunarsa (2001) menggambarkan bahwa masa remaja
mempunyai batasan umur antara 12 sampai 22 tahun, dari fase awal masa
remaja sampai dengan fase akhir masa remaja mencakup seluruh
perkembangan psikis yang terjadi pada masa tersebut.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan remaja adalah masa dimana
seseorang tumbuh menjadi dewasa dan memiliki kematangan perkembangan
psikis dan berusia 12 sampai 22 tahun.
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kontrol Diri
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kontrol diri: Orientasi Religius,
Pola asuh orang tua, Faktor kognitif (Nasichah, 1990):
a. Orientasi Religius
Bergin (1980) berpendapat bahwa orientasi religius dapat memiliki
beberapa konsekuensi positif, termasuk terhadap variable kepribadian seperti
kecemasan, kontrol diri, keyakinan irasional dan sifat kepribadian lain.
menunjukkan bahwa orientasi religius berkorelasi positif dengan kontrol diri,
disamping itu penelitian tersebut menunjukkan pula adanya hubungan antara
orientasi religius dan kepribadian positif.
Banyak ahli yang berpendapat bahwa agama mempunyai peranan sangat
besar bagi kehidupan manusia. Subandi (1988) menyatakan bahwa kehidupan
beragama memberikan kekuatan jiwa bagi seseorang untuk menghadapi
tantangan dan cobaan hidup, memberikan bantuan moral dalam menghadapi
krisis, serta menimbulkan sikap rela menerima kenyataan yang telah ditakdirkan
Tuhan. Pemecahan permasalahan hidup melalui keagamaan akan meningkatkan
kehidupan itu sendiri
ke dalam nilai spiritual
sehinga seseorang akan
memperoleh keseimbangan mental dari keyakinannya itu.
Menurut Daradjat (1978) agama yang ditanamkan sejak kecil kepada
anak-anak akan mempengaruhi kepribadiannya, akan bertindak sebagai
pengontrol dalam menghadapi segala keinginan dan dorongan yang timbul,
keyakinan terhadap agama tersebut akan mengatur sikap dan tingkah laku
secara otomatis dari dalam.
b. Pengaruh Pola Asuh Orang tua
Beberapa sudi korelasional membuktikan adanya hubungan orang tua
terhadap kontrol diri anak. Hurlock (1973) menyatakan bahwa disiplin yang
diterapkan orang tua merupakan hal penting dalam kehidupan karena dapat
mengembangkan
self control dan self direction, sehingga seseorang bisa
c. Faktor Kognitif
Faktor kognitif memberikan sumbangan terhadap kemampuan
mengontrol diri individu. Elkind dan Weiner (1978) menyatakan individu tidak
dilahirkan dalam konsep benar dan salah atau dalam suatu pemahaman tentang
perilaku yang diperbolehkan atau dilarang. Kemasakan kognitif yang terjadi
selama masa prasekolah dan masa kanak-kanak tengah, secara bertahap dapat meningkatkan kapasitas individu untuk membuat pertimbangan-pertimbangan sosial dan mengontrol perilakunya. Ketika beranjak dewasa, individu telah memasuki perguruan tinggi akan memiliki kemampuan berfikir lebih kompleks
dan kemampuan intelektual yang lebih besar.
Cara berfikir individu terhadap stimulus dapat membedakan kemampuan mereka dalam mengontrol diri. Individu yang mempunyai kemampuan berfikir positif dalam menghadapi suatu situasi dengan stimulus tertentu, akan lebih mampu mengendalikan dirinya dan dapat meneruskan kegiatannya dalam situasi tersebut. Hal ini dimungkinkan karena berpikir positif meliputi ide-ide dan kreativitas, termasuk ide individu dalam membuat perencanaan ketika bertindak. Sehubungan dengan pernyataan tersebut Mischel dkk. (dalam Kail dan Nelson, 1993), menyatakan bahwa kemampuan individu untuk mengendalikan diri dipengaruhi perencanaan yang baik dalam bertindak. Individu dapat melakukan berbagai usaha untuk mengendalikan dirinya dengan berusaha untuk tidak
melihat stimulus, berusaha untuk tidak menyentuh stimulus atau melakukan
kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian dari stimulus. Kegiatan tersebut merupakan perilaku efektif sehingga individu mampu mengontrol perilaku.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ada tiga
asuh orang tua, dan faktor kognitif. Intensitas berdzikir merupakan bagian dari
orientasi religius
B. Intensitas Dzikir
1. Pengertian Intensitas Dzikir
a. Pengertian Intensitas
Kata intensitas berasal dan bahasa Inggris intensity. Dalam Webster
Dictionary (1995) arti kata intensity adalah the quality or condition ofbeing intens
(kualitas atau kondisi yang menunjukkan keseringan). Dalam kamus bahasa
Indonesia karangan Poerwodarminto (1989) kata intensitas artinya derajat yang
menunjukkan frekuensi dan lama waktu sesuatu dilakukan.
Sementara itu
Azwar (1998) berpendapat bahwa suatu intensitas
ditunjukkan oleh adanya karakteristik yang meliputi arah, konsentrasi dan
spontanitas, dimana pada setiap orang tidaklah sama. Gerungan (1998)
menegaskan bahwa intensitas sebenamya merupakan motif-motif yang timbul
melalui minat, dan perhatiannya, mempunyai perasaan yang besar dalam
menentukan objek apa yang ingin individu atau subjek ingin lihat, dengar dan
amati.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan intensitas adalah
kualitas atau kondisi yang menunjukkan frekuensi, lama waktu perbuatan, minat
dan konsentrasi usaha yang ada dalam diri individu, yang mendorongnya
melakukan usaha.b. Pengertian Dzikir
Dzikir berasal dan bahasa Arab, dan kata dzakara, yadzkuru, dan dzikran
menuturkan, mengingat, menjaga, mengerti, perbuatan baik, ucapan lisan,
getaran hati sesuai dengan cara-cara yang di ajarkan agama, dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah SWT, upaya untuk ingat kepada Allah SWT.
Secara umum, dzikir merupakan perbuatan untuk mengingat Allah atas
keagungan-Nya yang meliputi hampir semua bentuk ibadah dan perbuatan baik
seperti tasbih, tahmid, sholat, membaca doa, melakukan perbuatan baik dan
menghindarkan diri dari perbuatan yang mungkar. Adapun arti secara khusus
dzikir adalah menyebut Nama Allah SWT sebanyak-banyaknya dengan tata
tertib, metode, rukun dan syaratnya (Ihsani, 2000).
Kegiatan dzikir merupakan perwujudan nilai ibadah. Hal ini tercantum
dalam Surat Al-Ahzab (33) ayat 41 yang berbunyi: "Hai orang-orang yang
behman berdzikihah dengan menyebut Nama-Ku, dzikir yang
sebanyak-banyaknya. "Di sebutkan pula dalam Surat An-Nisa (4) ayat 103: "Maka apabila kamu
menyelesaikan sholatmu, dzikir (ingatlah) Allah diwaktu berdih, diwaktu duduk
diwaktu berbanng. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dihkanlah
sholat sebagaimana biasa, sesungguhnya sholat itu adalah fardlu yang telah di
tentukan waktunya atas orang-orang yang behman."
Dzikir yang di maksud dalam penelitian ini adalah menyebut Allah dengan
bacaan atau doa-doa tertentu yang di kerjakan setelah selesai sholat atau pada
waktu-waktu tertentu, termasuk di dalamnya membaca ayat suci Al Qur'an.
Adapun dzikir ada tiga macam, antara lain:
1. Dzikir jahh, yaitu mengingat Allah dalam bentuk ucapan lisan yang
mengandung arti pujian. Contohnya mengucapkan tahlil, tasbih, tahmid dan
takbir.
2. Dzikir khafi, yaitu dzikir yang dilakukan secara khusuk oleh getaran hati.
AMI Tasawuf (Abdullah, 1991 )membagi dzikir menjadi tiga cara:
a. Dzikir lisan, yaitu dengan mengucapkan lafadz Allah, misalnya laa ilaaha
Mallah yang di ucapkan dengan lisan yang berpusat di lisan, dzikir semacam
ini di kenal dengan dzikir nafs bat.
b. Dzikir rahasia, yaitu dzikir yang sifatnya tersembunyi sehingga lidah tidak di
gerakkan, tidak ada kata yang keluar.
c Dzikir qalbi, yaitu dzikir yang berpusat di hati, di mana bergerak-gerak
menyebut asma Allah SWT. Oleh karena itu dzikir ini di kenal dengan dzikir
ismu dzat.Dzikir qalbi ada yang menyebut dzikir kesehatan jiwa karena dzikir ini
berpusat pada hati dan rasa (As'ad,1985). Namun penulis mengambil
kesimpulan bahwa beberapa macam dzikir tersebut mempunyai persamaan
antara dzikirjahh dengan dzikir lisan, dzikir khafi dengan dzikir qalbu dan dzikir
hakiki dengan dzikir rahasia.
Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dzikir adalah
menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga, mengerti, perbuatan baik, ucapan
lisan, getaran hati sesuai dengan cara-cara yang di ajarkan agama, dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan perbuatan untuk mengingat
Allah atas keagungan-Nya yang meliputi hampir semua bentuk ibadah dan
perbuatan baik
c. Pengertian Intensitas Dzikir
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan intensitas dzikir adalah
frekuensi dan lama usaha yang dimiliki individu untuk menyebut, mengingat,
menjaga, mengerti, perbuatan baik, ucapan lisan, getaran hati sesuai dengan
dan perbuatan untuk mengingat Allah atas keagungan-Nya yang meliputi hampir
semua bentuk ibadah dan perbuatan baik.
2. Aspek-aspek Intensitas Dzikir
Dalam pengamalan dzikir, ada beberapa aspek yang diambil dari
beberapa teori yang membahas tentang dzikir, antara lain di jelaskan oleh Abubakar(1991), Shieddieqy (1992), Zahri (1991) sebagai berikut:
a. Niat, yaitu adanya kemauan yang kuat di dalam hati untuk melakukan dzikir setelah usai shalat.
b. Taqarrub, yaitu sewaktu dzikir individu merasa dekat sekali dengan Allah SWT.
c. Tadlaru', yaitu berdzikir dengan tenang dan merasa rendah di hadapan-Nya.
d. Liqa', yaitu merasa berjumpa (berkumpul) dengan-Nya saat berdzikir.
e. Ihsan, yaitu perasaan seolah-olah melihat Allah kalau tidak maka seolah-olah
Allah yang melihatnya saat melakukan dzikir.
f. Khauf, yaitu sewaktu berdzikir benar-benar merasa takut akan kekuasaan dan
kekuatan-Nya.
g. Tawadlu', yaitu dengan merendahkan diri di hadapan Allah dan di hadapan
manusia.
Keuntungan dan kemuliaan seorang individu akan di capai apabila selalu dalam adab terhadap Tuhan, yaitu selama masih melakukan dzikir, karena dalam
kandungannya terdapat beberapa komponen yang membuat individu akan selalu berada dalam ketenangan, ketentraman dan keyakinan di hatinya akan kuat dan
3. Manfaat Dzikir
Dzikir salah satu cara olah batin. Dengan berdzikir yaitu dengan cara
menyebut asma Allah secara berulang-ulang dengan bertawakal dan berserah
diri kepada Allah maka akan mendapatkan ketenangan dan keteduhan jiwa
sehingga terhindar dari berbagai himpitan hidup yang sedang di hadapi (Afrianti,
1999).
Menurut Ihsani (2000) manfaat dzikrullah adalah:
a. Sebagai sarana berkomunikasi untuk mendapatkan diri kepada Allah, sepeti
firman Allah: "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukuhah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkah
(nikmat)-Ku" (Al Baqarah:152).
b. Orang yang senantiasa berdzikir kepada Allah menjadi golongan yang unggul
(mufarhdun) sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW:
"Rasulullah
bersabda: Tehebih dahulu maju adalah mufarhdun. Para sahabat bertanya
siapakah mufarhdun itu ya Rasulullah? Sabda Rasulullah yaitu mereka yang
banyak melakukan dzikrullah pha dan wanita."
c. Allah menyediakan ampunan dan pahala bagi orang berdzikir sebagaimana
firman Allah: "...laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar. "(AlAhzab: 35).
d. Dengan dzikrullah membentengi diri dari segala siksa dan bencana,
sebagaimana hadits Nabi: "La ilaaha illallah (kalimat Allah)
adalahperkataan-Ku dan ia adalah Aku, siapa yang menyebutnya masuklah ia kedalam
benteng-Ku terpelihara ia dan siksa-Ku (HR.Ibnu Hajar).
e. Dengan dzikrullah menunda datangnya hari kiamat, betapa dahsyatnya
kekuatan dari dzikir ini, ini terungkap dalam hadist Nabi: "Tiada akan datang
hah kiamat, kecuali bila tidak ada lag! orang yang menyebut Allah" (HR
Bukhori dan Muslim)
Adanya penelitian tentang pelaksanaan dzikir dan beberapa ayat maupun
hadits yang menyatakan manfaat dari pelaksaan dzikir, penulis dapat
menyimpulkan bahwa dzikir dapat memberikan suatu perubahan yang positif
pada diri individu jika dilakukan dengan baik dan benar.
C. Hubungan Antara Intensitas Dzikir Dengan Kontrol Diri
Seseorang yang berdzikir diharapkan mempunyai kepribadian yang
seimbang, utuh, damai dan tenteram sehingga dapat terhindar dari gangguan
kejiwaan. Ketika individu terbebas dari gangguan kejiwaan maka ia dapat
mengoptimalkan segala potensi dirinya. Jadi dapat dikatakan peningkatan
aktivitas dzikir dapat mengatasi berbagai problema dalam kehidupan, tahan
terhadap derita kehidupan dan dapat menerima dengan ikhlas.
Dzikir merupakan salah satu cara olah batin untuk menyembuhkan stres
dan penyakit psikosomatik (Asdie, 1997). Dengan berdzikir misalnya dengan
cara menyebut asma Allah secara berulang-ulang dengan bertawakal dan
berserah diri kepada Allah maka akan terjadi perubahan secara fisiologis dan
psikologis. Menurut Ancok (dalam As'ad,1985), berdzikir akan mempengaruhi
gelombang otak, dan getar-getar religius, mampu menata motivasi serta
mengembalikan percaya diri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Pitts &
maka konsumsi oksigen Sdan otak akan memproduksi gelombang Alpha (Alpha
Wave), efek gelombang Alpha adalah terjadinya penurunan laktat darah.
Secara umum individu yang memiliki intensitas dzikir yang tinggi akan lebih dapat mengontrol dirinya kearah yang lebih baik dan jauh dari penyakit kejiwaan. Sedangkan individu yang memiliki intensitas dzikir yang rendah akan lebih rentan kejiwaannya dan kurang mampu mengontrol diri dalam kehidupannya dan mudah untuk terpengaruh dan terlibat kenakalan, karena
remaja tidak dapat menyeleksi dan mengendalikan emosi serta
dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Bila kontrol diri remaja tidak berfungsi, maka remaja
tidak dapat menyeleksi mana yang baik dan mana yang tidak baik. Dengan
demikian, bagi individu setiap waktu yang berjalan tidak putus dari ibadah.
Karena berdzikir termasuk salah satu ibadah yang dapat dilakukan sepanjang
hidup seperti halnya membaca Al-Qur'an dan berdoa. Maka tidak ada ruang
waktu lagi kecuali digunakan untuk beribadah.Pengertian ibadah seperti yang terakhir itulah yang segaris dengan
ketetapan Allah SWT dalam Al-Qur'an: "Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan
Manusia kecuali untuk behbadah." (QS. Adz-Dzaariyat:56) dan dalam ayat lain
pula disebutkan, "Katakanlah, sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, Hidupku, dan
Matiku hanya karena (dan untuk) Allah, Tuhan Semesta Alam). (QS. Al-An'am:
162).
Apabila seorang individu benar-benar mengerjakan dzikir dengan
cara-cara yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan
keutamaan-keutamaan yang dikaruniakan kepada individu yang melakukannya.
Di antara keutamaan-keutamaan itu adalah, memelihara diri dari was-was dan
menyebut Allah, melepas diri dari azab, memperoleh penjagaan dari para
Malaikat, memberikan sinaran kepada hati dan menghilangkan kekeruhan jiwa,
melepaskan diri dari rasa sesal, dan Iain-Iain (www.hidayatullah.com).
Berdzikir secara tidak langsung akan membukakan pintu hati yang akan
mempunyai dampak positif terhadap perilaku bagi orang yang mengerjakannya.
Individu akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan dapat mengontrol dirinya
dan menjaga dirinya dari perbuatan maksiat, karena Nur llahi dapat menembus
hatinya sehingga ia akan selalu ingat dan takut kepada Allah SWT.
Perbuatannya akan mendapatkan dan mendatangkan kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Menurut William James (dalam www.e-psikologi.com) agama dan
segala macam kegiatan di dalamnya sebagai sumber semangat memiliki jiwa
yang sehat, yang penuh gairah, terlibat, bersemangat tinggi dan meluap dengan
vitalitas. Sikap jiwa sebagai sikap yang positif, optimis, spontan serta bahagia.
Selain membawa individu kepada jiwa yang sehat, ia juga berpendapat bahwa
dapat membuka suatu dimensi kehidupan yang paling fundamental dan peluang
untuk mencapai serta mengintegrasikannya secara kreatif dan selaras kedalam
dunia pribadinya.
Kontrol diri mempunyai peran yang penting terhadap diri seseorang
karena merupakan suatu pegangan dalam menghadapi kehidupan. Seseorang
yang mempunyai kontrol diri yang baik akan dapat mengendalikan impuls-impuls
dan stimulus-stimulus yang ada dan diarahkan sesuai dengan norma-norma
C. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah "Ada hubungan yang
positif antara intensitas dzikir dengan kontrol diri remaja". Semakin tinggi
intensitas dzikir maka semakin tinggi kontrol diri sebaliknya semakin rendah intensitas dzikir maka semakin rendah pula kontrol diri seseorang.
A. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Tergantung
: Kontrol Diri
2. Variabel Bebas : Intensitas Dzikir
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Kontrol Diri
Kontrol diri adalah kemampuan individu untuk memandu, mengarahkan dan
mengatur perilakunya dalam menghadapi stimulus sehingga menghasilkan akibat
yang diinginkan dan menghindari akibat yang tidak di inginkan. Skor kontrol diri di
peroleh melalui skala kontrol diri. Semakin tinggi skor yang di peroleh subjek
berarti semakin tinggi kontrol diri yang dimilikinya dan sebaliknya.
2. Intensitas Dzikir
Intensitas dzikir adalah frekuensi, kehebatan, minat, konsentrasi dan lama
waktu usaha seseorang dalam menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga,
mengerti, perbuatan baik, ucapan lisan, getaran hati sesuai dengan cara-cara
yang diajarkan agama, dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT,
upaya untuk ingat kepada Allah SWT. Hal ini dapat di peroleh melalui skor yang di ungkap melalui skala dzikir. Semakin tinggi skor yang di peroleh semakin tinggi
dzikir yang di lakukan.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia 12-22 tahun,
dan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah kelompok remaja tengah
yang berusia antara 14-18 tahun. Sampel penelitian adalah remaja yang
bertempat tinggal di Pondok Pesantren yang ada di Yogyakarta. Peneliti
mengambil populasi dan sampel di Pondok Pesantren dikarenakan para santri
dianggap lebih tahu tentang cfe/to'rdibandingkan dengan remaja pada umumnya.
Pengambilan sampel akan dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu cara
pengambilan sampel yang didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat populasi
yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 1996).
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode angket. Metode ini digunakanan dengan mengingat variabel-variabel
dalam penelitian ini, yaitu intensitas dzikir dan kontrol diri, dapat lebih mudah
untuk diungkapkan dengan metode angket. Selain itu, metode ini memiliki bentuk
yang langsung mendasarkan pada laporan tentang diri sendiri atau self report,
atau setidak-tidaknya ada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Hadi,1996).Metode angket ini di pilih dengan mendasarkan pada asumsi bahwa (1) subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, (2) apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat di percaya, dan (3) bahwa interpretasi subjek terhadap pernyataan-pernyataan yang disajikan kepadanya adalah sama dengan apa yang di maksud oleh peneliti. Secara
1. Skala Kontrol Diri
Skala kontrol diri mengungkap seberapa besar kontrol diri dalam diri subjek penelitian yang mengacu pada teori kontrol personal Averill (dalam Gustinawati,1990). Aspek- aspek yang diukur adalah kemampuan mengontrol perilaku, kemampuan mengontrol stimulus, kemampuan mengantisipasi
peristiwa, kemampuan menafsirkan peristiwa dan kemampuan mengambil
keputusan.
Jumlah aitem pada skala ini adalah 50 buah. Ada beberapa aitem yang di modifikasi dari skala kemampuan mengontrol diri yang di susun oleh Gustinawati (1990). Skala ini terdiri atas 25 aitem favorable dan 25 aitem unfavorable.
Masing-masing aspek terdiri atas 10 aitem, yang menggunakan sistem Likert, yaitu berisi pernyataan dengan empat pilihan jawaban, terdiri atas: SS (Sangat
Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Nilai
bergerak dari 4 sampai dengan 1 untuk aitem yang favorable, dan 1 sampai 4 untuk aitem yang unfavorable. Semakin tinggi nilai yang di peroleh maka semakin tinggi kontrol diri yang di miliki. Adapun kisi-kisi tentang skala Kontrol Diri dapat di lihat pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1
Blue Print Skala Kontrol Diri
Aspek Favorable Unfavorable Total
a. Kemampuan Mengontrol Perilaku. 1,11,21,31,41 6,16,26,36,46 10 b.Kemampuan Mengontrol Stimulus. 2,12,22,32,42 3,13,23,33,43 7,17,27,37,47 10 c. Kemampuan Mengantisip asi Peristiwa. 8,18,2838,48 10 d.Kemampuan Menafsirkan Peristiwa. 4,14,24,34,44 9,19,29,39,49 10 e.Kemampuan Mengambil Keputusan. 5,15,25,35,45 10,20,30,40,50 10 Total 25 25 50
2. Skala Intensitas Dzikir
Skala dzikir bertujuan untuk mengetahui tingkat intensitas dzikir pada
subjek. Skala dzikir yang disusun oleh Makmun (2002) dan selanjutnya di modifikasi penulis, ini terdiri atas aspek-aspek yang merupakan rangkaian dari
beberapa teori tentang dzikir, aspek-aspek tersebut antara lain: a. Niat, yang dikerjakan sebelum dzikir.
b. Taqorrub, yaitu merasa dekat sekali dengan Allah bila sedang berdzikir.
c. Tadlru', yaitu merasa senang di sertai perasaan "hina dan kecil" di
hadapan Allah.
d. L/qa'yaitu merasa berjumpa dengan Allah.
f. Khauf, yaitu rasa takut akan kekuatan dan kekuasaan Allah.
g. Tawadlu', yaitu merendahkan diri dihadapan Allah dan dihadapan
manusia.
Skala dzikir terdiri atas 70 pertanyaan tentang perasaan subjek yang
melakukan dzikir. Adapun kisi-kisi tentang skala dzikir dapat di lihat pada Tabel
2 berikut ini:
Tabel 2
Blue Print Skala Intensitas Dzikir
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
Niat 1,15,29,43,57 8,22,36,50,64 10 Taqarrub 2,16,30,44,58 9,23,37,51,65 10 Tadlaru' 3,17,31,45,59 10,24,38,52,66 10 Liqa' 4,18,32,46,60 11,25,39,53,67 10 Ihsan 5,19,33,47,61 12,26,40,54,68 10 Khauf 6,20,34,48,62 13,27,41,55,69 10 Tawadlu' 7,21,35,49,63 14,28,42,56,70 10 Total 35 35 70
Aitem-aitem pada skala ini mempunyai rentang mulai dari "tidak pernah",
"jarang", "sering ", "selalu". Bobot penilaian skala dzikir bergerak dari 1-4. Skor 1
adalah bobot yang paling rendah yang di berikan dan 4 adalah bobot yang paling
tinggi yang di berikan. Untuk aitem-aitem yang bersifat favorable skor 4 di
berikan pada pernyataan "selalu" kemudian berturut-turut di bawahnya sampai
skor 1, yakni pada pernyataan "tidak pernah" sedangkan aitem-aitem yang
bersifat unfavorable skor 4 di berikan pada
pernyataan-pernyataan "tidak
pernah" kemudian berturut-turut di bawahnya,sampai pada skor 1, yakni pada
pernyataan selalu.
E. Validitas dan Reliabilitas
Secara umum Azwar (1997) mengemukakan bahwa tujuan uji coba alat
pengambil data adalah :
a. Melihat apakah petunjuk pengerjaan sudah cukup jelas
b. Untuk mengetahui sejauh mana responden dapat memahami maksud yang
terkandung dalam pernyataan yang di kemukakan.
c. Mengetahui validitas dan reliabilitas supaya dapat di adakan perbaikan
apabila ada kata, kalimat, atau istilah yang kurang dapat di mengerti oleh
responden.
Jika ada butir soal dalam angket yang kurang relevan dapat di ganti
dengan butir soal yang lain.1. Validitas dan Seleksi Aitem
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat pengumpul data dalam melakukan fungsi
ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan memiliki validitas
yang tinggi apabila instrumen tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut (Azwar, 1997). Dibutuhkan suatu kriterium dalam yaitu berupa skor total
untuk mendapatkan nilai validitas alat ukur.
Teknik yang digunakan untuk pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan teknik korelasi Product Moment, dengan menggunakan rumus
yang bersangkutan dengan skor total tes. Indeks daya beda dapat menentukan aitem-aitem yang gugur dan aitem-aitem yang layak untuk di gunakan dalam
penelitian ini. Cara perhitungannya adalah dengan menggunakan program komputer SPSS Versi 10.0 for windows.
2. Reliabilitas Skala
Reliabilitas memiliki arti sejauh mana hal suatu pengukuran dapat di percaya. Uji reliabilitas di maksudkan untuk mengukur tingkat keajegan alat ukur.
Reliabilitas sering di samakan dengan konsistensi, stability dan dependability yang pada dasarnya menunjukkan sejauh mana suatu pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda, bila di lakukan pengukuran ulang
pada subjek yang sama (Azwar, 1997).
Reliabilitas alat ukur di uji dengan reliabilitas skala dengan menggunakan
analisis butir dengan teknik alpha.
Perhitungan reliabilitas alat ukur penelitian ini di lakukan dengan bantuan
program komputer SPSS 10.0 for windows.
F. Metode Analisis Data
Data dalam penelitian ini di analisis secara statistik dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson (dalam Azwar, 1997), dengan alasan untuk mencari korelasi antara intensitas dzikir dengan kontrol diri pada pelajar di pondok pesantren.
Pemilihan tekhnik analisis di atas dilakukan dengan dua pertimbangan, yaitu (1) variabel hanya dua buah, yaitu intensitas dzikir dan kontrol diri, dan
(2) data variabel intensitas dzikir dan kontrol diri bersifat interval. Keseluruhan
A. PERSIAPAN PENELITIAN
1. Orientasi Kancah Penelitian
Pondok Pesantren (PP) Taruna Al-Qur'an, merupakan lembaga
pendidikan yang dirintis oleh Ustadz Umar Budihargo, setelah beliau
menamatkan pendidikannya di Madinah dan Pakistan, tepatnya pada tahun
1993. Lembaga ini bertujuan untuk memahamkan umat Islam terhadap agamanya secara totalitas dan komprehensif, sesuai dengan ketentuan
Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Agar umat Islam kembali tampil menjadi
umat yang terbaik ditengah-tengah manusia.
Oleh karena itu PP.Taruna Al-Qur'an menyelenggarakan jenjang
pendidikan yang berupaya menghasilkan putra-putri yang soleh dan solehah
karena kesolehan anak merupakan investasi yang tak ternilai. Diantara jenjang
pendidikan yang diselenggarakan oleh PP.Taruna Al-Qur'an, antara lain:1. Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Taruna Al-Qur'an.
Konsep pendidikan TKIT Taruna Al-Qur'an dilandasi pada prinsip bahwa
dunia kanak-kanak adalah dunia bermain. Oleh karena itu TKIT Taruna
Al-Qur'an memberikan pendidikan dalam bentuk permainan dan modal
perilaku-perilaku positif untuk pengembangan kepribadiannya. Komitmen TKIT Taruna
Al-Qur'an untuk mencetak generasi yang soleh dan solehah dan terus
mengajarkan sendi-sendi agama kepada anak didiknya. TKIT Taruna
Al-Qur'an terletak di Minomartani dan Jalan Lempongsari, Yogyakarta.
2. Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Taruna Al-Qur'an.
SDIT Taruna Al-Qur'an merupakan SDIT yang mengedepankan penerapan
pendidikan iman dan taqwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Visi dan
misi lembaga pendidikan ini adalah (a) mempersiapkan anak didik menjadi
generasi muda Islam yang berguna dan bertanggung jawab pada diri sendiri,
keluarga, bangsa dan negara serta tangguh dan mampu menghadapi
berbagai tantangan perubahan zaman, (b) melaksanakan pendidikan dasar
Islam denganmenanamkan nilai-nilai agama sehingga anak-anak terbiasa
berakhlak mulia dan terdorong melaksanakan ajaran islam dengan
sebaik-baiknya.
3. Pondok Pesantren (PP) Asy-Syifa'.
PP. Asy-Syifa' yang terletak di Gunungan, Sumbermulyo, Bantul, DIY adalah
Pondok Pesantren yang menjadi cikal bakal berdirinya PP. Taruna Al-Qur'an
Yogyakarta. Pada tahun 1993 Ust. Umar Budihargo mulai mengelola pondok
pesantren ini dengan pertama-tama membangun masjid yang difungsikan
untuk pusat kegiatan para santri, sarana menjalin ukhuwah Islamiyah dan
membentengi masyarakat dari gerakan Kristenisasi. Santri-santri di PP.
Syfa', putra berjumlah 106 orang dan putri berjumlah 188 orang. PP
Asy-Syfa' menetapkan pola pendidikan yang mengintegrasikan antara pendidikan
khas pesantren dan pendidikan umum. Karenanya, di Pondok Pesantren ini
berdiri juga sekolah umum, yakni MTS Bambanglipuro, Bantul. Mereka juga
dituntut untuk dapat membaca, menghayati, menghafal, dan mengamalkan
ayat-ayat suci Al-Qur'an. Aktivitas harian santri dimulai sejak sebelum subuh,
mereka dibiasakan untuk melaksanakan sholat Lail, dan terus dipantau untuk
dan kurikulum pondok pesantren hingga pelajaran dikelas ini berakhir pada
pukul 11.30 siang.
2. Persiapan Penelitian
a. Perijinan Penelitian
Peneliti meminta ijin secara formal kepada pihak Dekan Fakultas
Psikologi Universitas Islam Indonesia tertanggal 16 Agustus 2003 dengan mengajukan surat permohonan penelitian untuk skripsi
no.392/Dek/70/FP/VIII/2003 (surat ijin terlampir) ke Pengasuh Pondok Pesantren
Taruna Al-Qur'an untuk pengambilan data penelitian yang berada di lingkungan Pondok Pesantren Taruna Al-Qur'an, dan pada tanggal 19 Agustus 2003
melakukan uji coba skala Intensitas Dzikir dan Kontrol Diri ke Pondok Pesantren
Salafiyah "Al-Qodir", Tanjung, Wukirsari, Cangkringan Sleman, D.I. Yogyakarta
(Surat Keterangan Terlampir).b. Persiapan Alat Ukur
Sebelum digunakan pada penelitian sesungguhnya, alat ukur yang akan
digunakan diujicobakan terlebih dahulu. Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari dua buah skala, yaitu (1) skala Kontrol Diri dan (2) skala
Intensitas Dzikir. Tujuan ujicoba alat ukur ini adalah untuk mengetahui validitas
dan reliabilitas alat ukur, sehingga akan diketahui tingkat kesahihannya untuk
dipergunakan dalam penelitian sesungguhnya.
1) Skala Kontrol Diri, skala kontrol diri ini dimodifikasi peneliti dari alat ukur yang
disusun
oleh
Gustinawati
(1990)
berdasarkan
aspek-aspek
yang
dikemukakan oleh Averril. Pada skala kontrol diri, terdapat 50 aitem dengan
metode summated rating dari Likert yang siap untuk diujicobakan, yang
meliputi lima aspek yang menjadi dasar dalam penyusunan skala, yaitu :
kemampuan
mengontrol
perilaku;
kemampuan mengontrol stimulus;
kemampuan
mengantisipasi
suatu
peristiwa;
kemapuan
menafsirkan
peristiwa; kemampuan mengambil keputusan.
Pada tanggal 19-23 Agustus 2003, skala uji coba sebanyak 70
eksemplar
disebarkan
kepada
para
santri
PP.
Salafiyah "Al-Qodir",
Cangkringan , Sleman. Penyebaran dilakukan dengan cara membagikannya
secara langsung pada para santri berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dari 70 eksemplar skala yang diujicobakan, 10 eksemplar tidak kembali sehingga hanya 60 eksemplar yang layak untuk dilakukan analisis uji
coba aitem.
2). Skala Intensitas Dzikir, telah dimodifikasi peneliti atas alat ukur yang disusun oleh Makmun (2002) berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Abubakar (1991), Shieddieqy (1992),dan Zahri (1991). Pada skala Intensitas Dzikir, terdapat 70 aitem dengan metode summated rating dari Likert yang siap untuk diujicobakan, yang meliputi tujuh aspek yang menjadi dasar dalam penyusunan skala, yaitu : Niat; taqarrub; tadlaru; liqa'; ihsan; khauf; tawadlu.
Pada tanggal 19-23 Agustus 2003, skala uji coba sebanyak 70 eksemplar disebarkan kepada para santri PP. Salafiyah "Al-Qodir", Cangkringan, Sleman. Penyebaran dilakukan dengan cara membagikannya secara langsung pada para santri berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari 70 eksemplar skala yang diujicobakan, 10 eksemplar tidak
coba aitem.
c. Uji Coba Alat Ukur
Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan uji coba
terhadap angket kontrol diri dan angket intensitas dzikir. Uji coba alat ukur ini
bertujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas alat ukur. Alat ukur yang telah
diujicobakan tersebut dianalisis validitas dan reliabilitas aitem-aitemnya, selanjutnya hasil uji coba alat ukur ini yang akan digunakan untuk pengambilan data penelitian. Uji coba dilakukan dengan menyebarkan 70 angket kontrol diri dan 70 angket intensitas dzikir. Dari 70 angket kontrol diri yang disebarkan, hanya 60 angket yang layak untuk dianalisis reliabilitas aitemnya, sedangkan dari 70 angket intensitas dzikir yang disebarkan hanya 60 angket yang layak untuk dianalisis reliabilitas aitemnya. Ujicoba angket kontrol diri dan intensitas dzikir dilakukan terhadap para santri PP. Salafiyah "Al-Qodir", Cangkringan, Sleman, yang berusia 14-18 tahun. Penyebaran angket kontrol diri dan intensitas dzikir
dilaksanakan pada tanggal 19-23 Agustus 2003.
d. Hasil Uji Coba Alat Ukur
1. Uji Validitas Aitem
Berdasarkan data yang diperoleh melalui uji coba alat ukur, dilakukan uji coba validitas dan uji reliabilitas. Perhitungan untuk menguji validitas dan reliabilitas terhadap kedua skala dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputer Statistical Programme for Social Science 10.00 for Windows. Uji validitas alat ukur alat ukur menunjukkan hasil sebagai berikut:
(a) Skala Kontrol Diri
Hasil analisis aitem pada skala Kontrol Diri menunjukkan bahwa dari
60 subyek penelitian yang mengisi skala Kontrol Diri yang berjumlah
50 aitem dengan koefisien korelasi aitem total bergerak antara
-0,1401 sampai dengan 0,6260 sebanyak 27 butir sahih dan yang
gugur sebanyak 23 butir. Koefisien korelasi aitem total yang sahih
bergerak dari 0,3055 sampai dengan 0,6260. Adapun aitem yang
gugur adalah nomor 1,5,6,7,11,12,14,15,16,18,23,24,27,28,32,33
,35,38,39,40,42,43,44. Berikut ini sebaran butir-butir aitem skala
kontrol diri yang sahih.
Tabel 3
Distribusi Penyebaran Aitem Skala Kontrol Diri
Setelah Ujicoba
No. Aspek
|
No. I
No. Butir Sahih I Penga
(No.lama)
I
Da
(No. 3utir mbilan ta 3aru) F UF F UF 1. Kemampuan Mengontrol Perilaku 21,31, 41 26,36, 46 11,17, 21 14,19, 23 2. Kemampuan Mengontrol Stimilus 2,22 17,37, 47 1,12 8,20,24 3 Kemampuan Mengantisipasi Peristiwa 3,13 8,48 2,7 4,25 4. Kemampuan Menafsirkan Peristiwa 4,34 9,19,29 ,49 3,18 5,9,15, 26 5. Kemampuan Menafsirkan Peristiwa 25,45 10,20, 30,50 13,22 6,10,16 ,27 JUMLAH 11 16 11 16(b) Skala Intensitas Dzikir
Hasil analisis aitem pada skala intensitas dzikir menunjukkan bahwa dari 60 subyek penelitian yang mengisi skala intensitas dzikir yang
berjumlah 70 aitem dengan koefisien korelasi aitem total bergerak
yang gugur sebanyak 18 butir. Aitem-aitem yang sahih memiliki koefisien aitem total bergerak antara 0,3020 sampai dengan 0,7186.
Adapun aitem yang gugur adalah nomor
1,5,9,12,15,21,22,23,25,46,47,50,54,60,61,62,67,70. Berikut ini
sebaran butit-butir aitem skala intensitas dzikir yang sahih. Tabel 4
Distribusi Penyebaran Aitem Skala Intensitas Dzikir Setelah Ujicoba
No. Aspek
j
No. Butir
No. Butir Sahih j Pengambilan
(no.lama) i Data (no.baru) F UF F UF 1. Niat 29,43, 57 8,36,64 20,34, 44 6,27,48 2. Taqarrub 2,16,30 ,44,58 37,51, 65 1,11,21 ,35,45 28,39, 49 3 Tadlaru' 3,17,31 ,45,59 10,24, 38,52, 66 2,12,22 ,36,46 7,16,29 ,40,50 4. Liqa' 4,18,32 11,39, 53 3,13,23 8,30,41 5. Ihsan 5,19,33 26,40, 68 4,14,24 17,31, 51 6. Khauf 20,34, 48 13,27, 41,55, 69 15,25, 37 9,18,32 ,42,52 7. Tawadlu' 7,35,49 ,63 14,28, 42,56 5,26,38 ,47 10,19, 33,43 JUMLAH 26 26 26 262. Uji Reliabilitas Alat Ukur
Uji reliabilitas terhadap kedua skala hanya dikenakan pada aitem-aitem yang telah memenuhi syarat validitas, setelah butir-butir yang tidak sahih dihilangkan. Uji reliabilitas kedua alat ukur ini menggunakan teknik korelasi alpha Product Moment yang menggunakan Statistical
koefisien alpha sebesar 0,8351 dan dari 52 aitem yang sahih pada skala
Intensitas Dzikir menghasilkan koefisien alpha sebesar 0,9275. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa skala kontrol diri dan skala intensitas
dzikir telah memenuhi syarat sebagai alat ukur yang baik untuk digunakan
dalam penelitian yang akan dilakukan.
B. PELAKSANAAN PENELITIAN
Proses pengambilan data diawali dengan penyebaran skala pada tanggal
8-14 Oktober 2003 di lokasi penelitian yaitu PP. Taruna Al-Qur'an, Sleman,
Yogyakarta.
Skala terdiri dari dua macam, yaitu skala kontrol diri dan skala intensitas
dzikir yang dilengkapi dengan data pribadi subjek meliputi nama (inisial), usia,
jenis kelamin, sekolah/kelas.Responden yang digunakan sebagai subyek penelitian ini adalah para
santri putra dan putri yang tinggal di PP. Taruna Al-Qur'an yang berusia antara
14-18 tahun.
Dalam penyebaran skala, peneliti dibantu oleh seorang staf Lembaga
Da'wah PP. Taruna Al-Qur'an. Waktu yang dibutuhkan dalam pengambilan data
tergolong lama karena kesulitan dalam penarikan angket yang diberikan pada
responden. Lokasi penelitian yang berada di dua daerah/asrama (Lempongsari,
Sleman, dan Gunungan, Sumbermulyo, Bantul) membuat peneliti hams lebih
teliti dalam mengumpulkan angket yang telah diberikan pada responden. Selain
itu, hambatan/kesulitan lainnya ada pada saat penyebaran skala pada santri putri
melalui pengurus santri putri.
Perincian penyebaran skala di masing-masing tempat adalah sebagai
berikut : pada santri putra 50 eksemplar, dan pada santri putri 50 eksemplar.
Dari jumlah total 100 eksemplar skala yang disebar, semua skala kembali. Jadi
total skala yang kembali dan memenuhi syarat untuk dilakukan penyekoran
berjumlah 100 eksemplar. Skala tersebut dimasukkan dalam pengolahan data untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan komputer program Statistical
Programme for Social Science 10.00 for Windows.
C. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
a. Deskripsi Subjek
Skala yang dibagikan pada subjek penelitian sebanyak 100 eksemplar. Dari
100 eksemplar skala yang dibagikan tersebut, 50 eksemplar santri putra dan
50 eksemplar santri putri. Deskripsi skala yang kembali dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Santri Putra 50
Santri Putri 50
Prosentase Jumlah Subyek Penelitian Jenis Kelamin Jumlah Santri Jumlah Subyek Penelitian Prosentase Santri Putra 106 50 47,17 Santri Putri 188 50 26,60 Total 294 100 34,01
Subjek penelitian diambil dengan cara dipilih sebagian dari total
keseluruhan santri dalam Pondok Pesantren sehingga santri yang dipilih tersebut
diharapkan dapat mewakili jumlah populasi yang ada dalam Pondok Pesantren.
b. Deskripsi Statistik
Sampel dalam penelitian ini digolongkan ke dalam lima kategori diagnostik yaitu sangat tidak kondusif dan sangat rendah, tidak kondusif dan rendah, cukup kondusif dan sedang, kondusif dan tinggi, serta sangat kondusif dan sangat tinggi. Kategori ini berdasarkan sebaran hipotetik yaitu nilai maksimal dikurangi nilai minimal, sehingga diperoleh perkiraan besarnya standar hipotetik skor empiris yang terdapat pada suatu deviasi standar diatas mean hipotetik dikategorikan tinggi, sementara untuk satu deviasi standar dibawah mean hipotetik diaktegorikan rendah. Pada tabel berikut dapat dilihat kategorisasi