• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS DZIKIR DENGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS DZIKIR DENGAN"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

AHMAD CAHYADI 97.320.052

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

▸ Baca selengkapnya: buatlah peta konsep hubungan shalat dengan dzikir

(2)

Dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Skripsi

Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

Dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian

Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat sarjana S-1 Psikologi

Pada Tanggal

Dewan Penguji:

1. H. Fuad Nashori, S.Psi, Msi

2. Dra. Emi Zulaifah, M.Sc

3. Sus Budiharto, S.Pci, Pcikc!oQ

Mengesahkan, Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

Dekap

DR. Sukarti

Ell-y'l)

(3)

Kupersembahkan karya sederhana inl untuk

Ayahanda aim. H. Raden Untung dan Ibunda Hj. Murnihati Siregar tersayang,

Yang selalu mengiringi dengan untaian do'a,

Serta memberikan perhatian dan Kasih sayang tiada batas,

Kakak-kakakku Indira Dewi, Tantri Utah, aim. Muhammad Wahyudi tercinta,

Yang tak henti-hentinya membeh semangat dan

(4)

> .> ^< *A j^ ^n M ^ X X u ^

1

(5)

Assalammu'alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi robbil 'alamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah, berbagai kemudahan, petunjuk dan

pertolongan-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan karya sederhana ini

dengan baik. Tak lupa shalawat dan salam teriring pada junjungan kita Nabi

Besar Muhammad SAW.

Sehubungan dengan penulisan skripsi ini, penulis menyadari adanya

bantuan dari beberapa pihak berupa dorongan, petunjuk dan data yang

diperlukan mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan tempat hingga tersusunnya

skripsi ini. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu DR. Sukarti selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

yang telah memberikan segala ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

2. Bapak H. Fuad Nashori, S.Psi, Msi selaku Dosen Pembimbing Utama atas

segala

bimbingan,

saran, motivasi

dan tuntunannya

dalam proses

pengerjaan skripsi ini dari awal hingga akhir.

3. Bapak Sus Budiharto,

S.Psi,

Psikolog,

selaku

Dosen

Pembimbing

Pendamping

atas segala

bimbingan,

pengarahan,

dan

kritik yang

membangun kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Hj. Ratna Syifa'a R., S.psi, Msi, selaku Dosen Pembimbing Akademik

atas tuntunan, kesabaran dan dorongan untuk tetap semangat dalam

(6)

banyak membantu penulis dengan memberikan ilmu dan masukan-masukan

yang berarti sehingga penulis bias menjadi seperti sekarang.

6. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia,

yang telah banyak membantu penulis dalam memperlancar proses

administrasi selama pengerjaan skripsi.

7. Ayahanda aim. H. Raden Untung, yang selalu menjadi guru, sahabat,

panutan, pembimbing utama hidup....ajaran serta pesan ayahanda akan

selalu

kuingat;

Ibunda Hj. Murnihati Siregar yang dengan segenap

kesabaran, kasih sayang dan do'a yang mengalun dengan indah telah

memacu penulis untuk tetap sabar dan tekun dalam mengerjakan skripsi.

8. Kakak-kakakku Indira Dewi.SE dan Tantri Utari.SE yang tidak pernah bosan

untuk mengingatkan penulis akan kewajiban yang harus dikerjakan dan

selalu memberikan masukan-masukan yang sangat berguna;

Keponakan-keponakanku Ali dan Rifqi yang selalu menghibur hari-hari penulis.

9. Bapak K. Masrur Ahmad MZ, selaku Pengasuh PP. Al-Qodir yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan Try Out di Pondok

Pesantren Al-Qodir.

10. Mas Poniran selaku staff kantor PP. Al-Qodir atas kebaikan dan bantuannya

selama penulis mengambil data skripsi di sekolah.

11. Bapak Ust. Didik Hariyanto, selaku Ketua Lembaga Dakwah PP. Taruna

Al-Qur'an yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

Penelitian di Pondok Pesantren Taruna Al-Qur'an.

12. Mas Syaifullah selaku staff Lembaga Dakwah PP. Taruna Al-Qur'an atas

kebaikan dan bantuannya selama penulis mengambil data penelitian.

(7)

mengumpulkan data.

14. Mas Tri, Mas Kumaidi, Sunardi BL, Mas Lapin, Pak Yo dan semua

teman-teman di dapur yang selalu membeh semangat kepada penulis.

15. Sahabat-sahabatku Dewi "Klaten", lin "Temanggung", Dina, Nova, Juwita,

Dewi "kecil", Nana, bersama kalian penulis benar-benar merasa termotivasi

untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Arief Bakhtiar, Andes, Wahyu, Tinton,

Eko, Doni atas dukungan dan persahabatan dan persaudaraan adalah

makna kebersamaan kita selama ini dan semoga untuk selamanya.

16. Sahabat-sahabatku alumni SMA 4 Yogyakarta Fany, Danar, Jhony, Yudhi,

dkk, atas kekompakan dan kebersamaan di saat-saat baik dan buruk.

17.Adik angkatanku Berandini Herayanti atas perhatian dan bantuan yang

diberikan kepada penulis dalam mengolah data skripsi.

18.Anak-anak di kostku, Yulidar "Sadako", Dina, dan Mbak Lin, Devi atas

kebersamaan, masukan dan bantuan yang sangat berarti kepada penulis

selama mengerjakan skripsi ini.

19. Teman-teman angkatan 1997, teman seperjuangan selama masa kuliah.

20. Keluarga Om Jamal dan Tante Kunik atas segala do'a, dukungan, nasehat,

dan sebagai keluarga kedua bagi penulis selama penulis menyelesaikan

skripsi ini.

21. Keluarga Besar Indro Supeno atas segala do'a, dukungan, kebersamaan dan

perhatian yang diberikan.

22. Bapak Drs. Supriyono Zakky, atas segala do'a dan bantuannya kepada

penulis dan keluarga.

(8)

24. Terakhir namun sangat berarti bagi penulis, Amilia Indriani, S.Psi atas segala

do'a, kesabaran, kesetiaan, perhatian, pemacu semangat, dan mau

mendengar segala keluh kesah penulis, tempat bertukar pikiran serta selalu

ada dalam keadaan susah dan senang.

25. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu penulis selama ini.

Semoga atas segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari mungkin skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan, kritik, dan saran yang membangun dari para pembaca akan sangat bermanfaat agar skripsi ini lebih sempurna. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 10 Desember2003

Penulis

(9)

HALAMAN JUDUL '

HALAMAN PENGESAHAN »

HALAMAN PERSEMBAHAN »'

HALAMAN MOTTO

iv

UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Keaslian Penelitian

5

C. Tujuan Penelitian

6

D. Manfaat Penelitian 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kontrol Diri 8

1. Pengertian Kontrol Diri

8

2. Aspek-aspek Kontrol Diri

9

3. Jenis-jenis Kontrol Diri

11

4. Pengertian Remaja

12

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kontrol Diri

12

(10)

1. Pengertian Intensitas Dzikir

2. Aspek-aspek Intensitas Dzikir

18

3. Manfaat Dzikir '

C. Hubungan Antara Intensitas Dzikir Dengan Kontrol Diri

20

23

D. Hipotesis

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

24

B. Definisi Operasional Variabel-varaibel Penelitian

24

C. Populasi dan Sampel

25

D. Metode Pengumpulan Data

25

E. Validitas dan Reliabilitas

29

F. Metode Analisis Data

30

BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Persiapan Penelitian

32

1. Orientasi Kancah Penelitian

32

2. Persiapan Penelitian

34

a.

Perijinan Penelitian

34

b.

Persiapan Alat Ukur

34

c.

Uji Coba Alat Ukur

36

d.

Hasil Uji Coba Alat Ukur

36

B. Pelaksanaan Penelitian

39

C. Hasil Penelitian

40

(11)

2. UjiAsumsi a. Uji Normalitas b. Uji Linearitas 3. Uji Hipotesis D. Pembahasan BABV. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN XI 44 44 45 45 45 . 49 . 49 . 51 . 54

(12)

1. Tabel 1. Blue Print Skala Kontrol Diri 27

2. Tabel 2. Blue Print Skala Intensitas Dzikir 28

3. Tabel 3. Distribusi Penyebaran Aitem Skala Kontrol Diri

Setelah Uji Coba 37

4. Tabel 4. Distribusi Penyebaran Aitem Skala Intensitas Dzikir

Setelah Uji Coba 38

5. Tabel 5. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan

Jenis Kelamin 40

6. Tabel 6. Prosentase Jumlah Subjek Penelitian 41

7. Tabel 7. Deskripsi Data Penelitian 42

8. Tabel 8. Kriteria Kategorisasi Skala Kontrol Diri 42 9. Tabel 9. Kriteria Kategorisasi Skala Intensitas Dzikir 43

(13)

Skala Kontrol Diri (Try Out) 54

Skala Intensitas Dzikir (Try Out) 58

Data Kasar Try Out (Skala Intensitas Dzikir) 62

Data Kasar Try Out (Skala Kontrol Diri) 66

Reliabilitas Try Out Skala Kontrol Diri 69

Reliabilitas Try Out Skala Intensitas Dzikir 72

Skala Kontrol Diri (Penelitian) 76

Skala Intensitas Dzikir (Penelitian) 79

Data Kasar Penelitian (Skala Kontrol Diri)

83

Data Kasar Penelitian (Skala Intensitas Dzikir)

86

Output Data Penelitian

91

Surat Ijin Penelitian

100

Surat Keterangan

102

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Masalah remaja sangatlah kompleks dari masalah-masalah yang kecil

sampai permasalahan yang besar. Sebagaimana halnya dengan masyarakat

secara umum remaja ada yang berhasil mengatasi masalahnya, namun tidak

jarang juga yang mengalami kegagalan dalam penyelesaiannya.

Persoalan-persoalan dan hambatan-hambatan tersebut dari masalah-masalah yang kecil

serta mudah diatasi sampai pada persoalan yang besar, yang mungkin

menimbulkan tekanan-tekanan.

Kasus-kasus tawuran pelajar, pemakaian obat bius, menenggak minuman

keras, seks bebas, pemerkosaan, pembunuhan, yang dilakukan oleh remaja

sampai saat ini masih sering terdengar, baik itu berita dari media massa maupun

media elektronik seperti halnya di dalam tayangan "Buser", "Patroli", "Tkp" di

beberapa stasiun televisi swasta. Tindak kenakalan yang dilakukan remaja

semakin hah semakin banyak terdengar. Berbagai upaya untuk mencegah

perilaku menyimpang tersebut sudah dilakukan, namun tindak kenakalan terus

saja terjadi. Permasalahan di kalangan remaja masih sering terjadi seperti

berbohong, kabur dari sekolah/membolos, mencuri kecil-kecilan, merokok,

berbicara kotor, serta menderita stres, depresi bahkan bunuh diri (Syibromalisi

dalam www.kmnu.com 2002).

Tindak kenakalan yang sering terjadi pada remaja saat ini antara lain

(15)

utamanya terjadi pada kaum perempuan. Hasil penelitian Shali dan Zeinik (dalam

www.bkkbn.go.id) yang menunjukkan bahwa 79,1 %kaum perempuan (usia

antara 15-19 tahun) setuju dilakukannya hubungan seksual walaupun tidak ada

rencana untuk menikah. Penyakit kelamin seperti AIDS, aborsi, pemikahan dini

yang tak diinginkan, adalah bentuk dari merajalelanya free sex di kalangan

remaja saat ini. Pola-pola perilaku tersebut sebetulnya merupakan suatu

larangan yang telah ditetapkan secara normatif dalam masyarakat Indonesia.

Membanjirnya informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perilaku

seksual baik yang tersalurkan melalui media cetak atau elektronik, sedikit banyak

memberikan pengaruh terhadap terjadinya perubahan perilaku seksual pada

remaja. Hubungan orangtua-anak yang semakin berkurang, longgarnya jalinan

hubungan kekerabatan dengan masyarakat sekitar, serta kurangnya nilai-nilai

agama yang ditanamkan orang tua, semakin mengurangi kontrol sosial terhadap

remaja

dalam mengekspresikan dorongan seksualnya. Oleh karena itu

tampaknya perlu ada pembicaraan yang bersifat interdisipliner agar

dampak-dampak negatif dan pola penlaku seksual remaja dapat diantisipasi sedini

mungkin {www.bkkbn.go.id 2001).

Rangkaian permasalahan diatas didukung oleh pendapat Goldfield dan

Merbaum (dalam Afrianti, 1999) yang menyatakan bahwa suatu perilaku

kadangkala menghasilkan konsekuens, yang positif tetapi juga menghasilkan

konsekuensi yang negatif. Oleh karenanya kontrol diri sangat dibutuhkan sebagai

suatu proses yang menjadikan individu sebagai agen utama dalam memandu,

(16)

diri dorongan dalam dirinya disalurkan secara benar bukan menyimpang dari

aturan yang berlaku di masyarakat.

Kontrol diri adalah kemampuan seseorang untuk memilih bagaimana

berperilaku dan bertindak daripada hanya bertindak sekedar menuruti insting dan

impuls. Remaja belajar mengevaluasi situasi dan konsekuensinya yang timbul

dari tindakan mereka, dengan kontrol diri serta belajar untuk membuat keputusan

yang layak dan memilih perilaku yang akan menghasilkan hasil positif

(www.keluarga.org 2003).

Di antara penyebab kurangnya kontrol diri pada remaja adalah konflik

atau pertentangan yang terjadi pada remaja dalam kehidupan, baik yang terjadi

pada dirinya sendiri maupun dalam masyarakat umum. Pada remaja akhir

seharusnya mereka telah mendapat ketenangan dalam menghadapi

masalah-masalah dibandingkan dengan masa remaja awal.

Remaja umumnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, sebab

remaja berada dalam masa transisi. Emosi remaja cenderung meninggi dan

belum stabil. Mereka cenderung kurang dapat menguasai diri dan tidak lagi

memperhatikan keadaan sekitarnya.

Al-Qur'an telah mengarahkan manusia agar membiasakan diri untuk

berdisiplin dan mempunyai kontrol diri dalam hidup, sebagaimana firman Allah

dalam surat Al A'Raaf (7) ayat 201 "Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa

bila mereka ditimpa was-was dan syaithan, mereka ingat kepada Allah, maka

ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya". Darajat (1996)

(17)

sholat, doa-doa, dan permohonan ampun kepada Allah SWT yang kesemuanya

itu merupakan cara-cara pelegaan batin yang akan mengembalikan ketenangan

dan ketenteraman jiwa. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan apabila

akhir-akhir ini semakin banyak remaja yang tertarik untuk mempelajari ajaran

agamanya secara lebih mendalam dan lebih khusus.

Praktek dzikir sudah sering dilakukan oleh umat Islam yang dalam hal ini

adalah suatu perbuatan mengingat Allah SWT dalam bentuk ucapan-ucapan

lisan yang mengandung arti pujian dengan menyebutkan Nama-Nama dan

Sifat-Sifat Allah. Dzikir di sini juga dimaksudkan suatu kesadaran untuk mematuhi dan

melaksanakan perintah Allah. Islam mengajarkan tawakal, berserah diri pada

Allah. Kebiasaan berdzikir tidak sekedar mempertebal rasa berserah diri pada

Allah, tetapijuga dapat menenangkan batin (Republika, 8 Maret 2003).

Dzikir secara harfiah artinya ingat dan sebut. Ingat adalah gerak hati

sedangkan sebut adalah gerak lisan. Dzikrullah berarti mengingat dan menyebut

Allah SWT. Dz/Vw-terdiri atas empat bagian yang saling terikat, tidak terpisahkan,

yaitu: dzikir lisan (ucapan), dzikir qalbu (merasakan kehadiran Allah), dzikir akal

(menangkap bahasa Allah di balik setiap gerak alam) dan dzikir amal (takwa:

patuh dan taat terhadap perintah Allah dan meninggalkan larangannya). Idealnya

dzikir itu berangkat dari kekuatan hati, ditangkap oleh akal, dan dibuktikan

dengan ketakwaan, amal nyata di dunia ini (Republika, 12 September 2002).

Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa remaja yang

bermasalah dan banyak menimbulkan kegoncangan, mereka terdorong untuk

(18)

remaja. Remaja dapat meningkatkan kemampuan untuk lebih sabar dan kuat menanggung penderitaan, membangkitkan rasa tenang dan tenteram sehingga

dapat menerima segala kesulitan dan derita dalam hidup. Remaja diharapkan dapat melepaskan diri dari emosi-emosi yang tidak terkendali.

Seperti firman Allah dalam surat Ar-Ra'ad (13) ayat 28: "yaitu

orang-orang yang behman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.

Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."

Oleh sebab itu maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai hubungan antara intensitas dzikir dengan kontrol diri pada remaja,

benarkah intensitas dzikir dapat meningkatkan atau malah menghambat kontrol

diri seseorang?

B. Keaslian Penelitian

Dzikir banyak diteliti dan banyak ditulis dalam buku-buku maupun penelitian-penelitian skripsi, demikian halnya yang membahas tentang kontrol diri. Berikutjuga dari penelitian-penelitian skripsi:

1. Irawati (2002), meneliti tentang "Hubungan antara kontrol diri dengan

intensitas penggunaan SMS." Hasilnya menunjukkan bahwa ada korelasi negatif antara kontrol diri dengan intensitas penggunaan SMS, artinya semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah intensitas penggunaan

SMS, dan sebaliknya.

2. Makmun (2002), meneliti tentang "Hubungan dzikir dengan stres pada santri Pondok Pesantren Ki Ageng Giring." Hasilnya menunjukkan bahwa ada

(19)

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa judul

yang diajukan oleh peneliti masih orisinal.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas

dzikir dengan kontrol diri pada remaja yang tinggal di Pondok Pesantren.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara toritis:

a. Dengan diketahuinya dzikir dapat meningkatkan kontrol diri, maka

diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan pedoman atau

bahan kajian bagi usaha-usaha pembahasan lanjutan maupun tujuan

yang relevan.

b. Sebagai bahan untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang

psikologi, khususnya psikologi Islami. Bila penelitian ini terbukti, maka hal

ini menegaskan bahwa dzikir memiliki efek-efek psikologis yang positif

dalam kehidupan manusia. Selain itu, bila penelitian ini terbukti, maka ia

dapat mendukung teori-teori ps.kologi, khususnya kesehatan mental,

bahwa ketenangan hidup seseorang ternyata dipengaruhi oleh hal-hal

(20)

Diharapkan agar remaja sebagai calon kader pimpinan masyarakat

dapat menyesuaikan diri dan menerima suatu tekanan dan problema dalam

kehidupannya. Pendekatan diri pada Allah SWT dalam bentuk berdzikir dapat

=menyelesaikan masalah-masalah remaja ke arah yang lebih positif,

mengingat pendekatan diri pada Allah telah banyak disarankan sebagai suatu

(21)

A. Kontrol Diri

1. Pengertian Kontrol Diri

Calhoun dan Acocella (1990) mengartikan kontrol diri sebagai pengaturan

proses-proses fisik, psikologis dan perilaku seseorang. Dengan kata lain

merupakan serangkaian proses membentuk diri sendiri.

Burger (1989) mendefinisikan kontrol diri sebagai kemampuan yang di

rasakan

dapat

mengubah

kejadian secara

signifikan.

Individu

dianggap

mempunyai kemampuan dalam mengelola perilakunya. Kemampuan tersebut

membuat individu mampu memodifikasi kemampuan yang dihadapinya sehingga

berubah sesuai kemauannya.

Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Goldfield dan Merbaum

(dalam Afrianti,1999) yang mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu proses yang

menjadikan individu sebagai agen utama dalam memandu, mengarahkan dan

mengatur perilaku utamanya yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif.

Suatu perilaku kadangkala menghasilkan konsekuensi yang positif tetapi

mungkin juga menghasilkan konsekuensi negatif. Oleh karenanya kontrol diri

selain berupa kemampuan untuk mendapatkan konsekuensi positif juga

merupakan kemampuan untuk mengatasi konsekuensi negatif.

Seperti yang diungkapkan oleh Rodin (dalam Sarafino,1990), kontrol diri

(22)

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kontrol diri adalah

kemampuan individu untuk memandu, mengarahkan dan mengatur perilakunya

dalam menghadapi stimulus sehingga menghasilkan akibat yang di inginkan dan

menghindari akibat yang tidak di inginkan.

2. Aspek-aspek Kontrol Diri

Berdasarkan konsep Averril tentang kontrol diri (dalam Gustinawati, 1990)

terdapat tiga aspek,yaitu:

a. Kontrol

Perilaku

(behavior control),

yaitu

semua

kemampuan

untuk

memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Dalam kontrol

perilaku (behavior control) ada dua komponen. Pertama, kemampuan

mengatur pelaksanaan, yaitu kemampuan untuk menentukan siapa yang

mengendalikan situasi. Individu yang

mempunyai kemampuan kontrol diri

yang baik akan mampu mengatur perilaku dengan kemampuan dirinya. Kedua,

kemampuan memodifikasi stimulus, yaitu kemampuan untuk menghadapi

stimulus yang tidak di inginkan dengan cara mencegah atau menjauhi

sebagian dari stimulus, menempatkan tenggang waktu di antara rangkaian

stimulus yang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum berakhir dan

membatasi intensitas stimulus.

b. Kontrol Kognitif (cognitive control) adalah kemampuan individu dalam

mengolah

informasi

dengan

cara

menginterpretasi,

menilai

atau

menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai

(23)

kemampuan memperoleh informasi yaitu informasi yang di miliki individu. Mengenai suatu keadaan akan membuat individu mampu mengadaptasi keadaan dengan pertimbangan. Kedua, kemampuan melakukan penilaian

yaitu penilaian yang dilakukan seorang individu merupakan usaha untuk menilai dan menafsirkan keadaan dengan memperhatikan segi-segi positif

secara subjektif.

Kontrol Kognitif dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Kontrol Stimulus

Kemampuan dalam mengolah informasi yang datang, didapat serta tidak diinginkan untuk mengurangi tekanan yang terjadi dari informasi yang ada, yang menurut individu tersebut kurang menyenangkan atau menggangu.

2. Mengantisipasi suatu peristiwa

Kemampuan individu dalam mengantisipasi suatu keadaan dimana keadaan tersebut baik atau tidak menurut individu itu. Dengan berbagai pertimbangan melalui pengetahuan yang diperoleh.

3. Menafsirkan suatu peristiwa

Kemampuan individu dalam menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa yang terjadi.

c. Kemampuan mengontrol keputusan (decisional control) adalah kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada suatu yang di yakini atau di setujuinya. Kemampuan mengontrol keputusan akan baik

apabila terdapat kesempatan, kebebasan atau kemungkinan dalam diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.

Berdasarkan uraian di atas, maka aspek-aspek dalam kontrol diri terdiri atas kemampuan mengontrol perilaku, kemampuan mengontrol kognitif, dan

(24)

kemampuan mengambil keputusan. Kemampuan mengontrol kognitif dibagi

menjadi tiga, yaitu kemampuan mengontrol stimulus, kemampuan mengantisipasi

suatu peristiwa, dan kemampuan menafsirkan suatu peristiwa. Dengan demikian

aspek-aspek kontrol diri yang akan diukur dalam penelitian ini adalah:

a. Kemampuan mengontrol perilaku,

b. Kemampuan mengontrol stimulus, '

c. Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa,

d. Kemampuan menafsirkan suatu peristiwa,

e. Kemampuan mengambil keputusan.

3. Jenis-jenis Kontrol Diri

Block dan Block (dalam Gustinawati, 1990) menjelaskan ada tiga jenis

kontrol, yaitu:

a. Over control:

adalah kontrol yang berlebihan yang menyebabkan seseorang banyak

mengontrol dan menahan diri untuk bereaksi terhadap suatu stimulus.

b. Under control:

adalah kecenderungan untuk melepaskan impuls dengan bebas tanpa

perhitungan yang masak.

c Appropriate control:

adalah kontrol yang memungkinkan individu mengendalikan impulsnya

(25)

4. Pengertian Remaja

Istilah remaja atau Adolescence berasal dari bahasa Latin adolescere

kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja yang tumbuh atau tumbuh

menjadi dewasa (Hurlock, 1980). Piaget (dalam Hurlock,1980) mengatakan

istilah adolescence, seperti yang digunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih

luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Sedangkan

Erikson (dalam Gunarsa, 2001) mengemukakan bahwa masa remaja adalah

masa dimana terbentuk suatu perasaan baru mengenai identitas. Identitas

mencakup cara hidup pribadi yang dialami sendiri dan sulit dikenal oleh orang

lain.

Secara umum, Gunarsa (2001) menggambarkan bahwa masa remaja

mempunyai batasan umur antara 12 sampai 22 tahun, dari fase awal masa

remaja sampai dengan fase akhir masa remaja mencakup seluruh

perkembangan psikis yang terjadi pada masa tersebut.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan remaja adalah masa dimana

seseorang tumbuh menjadi dewasa dan memiliki kematangan perkembangan

psikis dan berusia 12 sampai 22 tahun.

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kontrol Diri

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kontrol diri: Orientasi Religius,

Pola asuh orang tua, Faktor kognitif (Nasichah, 1990):

a. Orientasi Religius

Bergin (1980) berpendapat bahwa orientasi religius dapat memiliki

beberapa konsekuensi positif, termasuk terhadap variable kepribadian seperti

kecemasan, kontrol diri, keyakinan irasional dan sifat kepribadian lain.

(26)

menunjukkan bahwa orientasi religius berkorelasi positif dengan kontrol diri,

disamping itu penelitian tersebut menunjukkan pula adanya hubungan antara

orientasi religius dan kepribadian positif.

Banyak ahli yang berpendapat bahwa agama mempunyai peranan sangat

besar bagi kehidupan manusia. Subandi (1988) menyatakan bahwa kehidupan

beragama memberikan kekuatan jiwa bagi seseorang untuk menghadapi

tantangan dan cobaan hidup, memberikan bantuan moral dalam menghadapi

krisis, serta menimbulkan sikap rela menerima kenyataan yang telah ditakdirkan

Tuhan. Pemecahan permasalahan hidup melalui keagamaan akan meningkatkan

kehidupan itu sendiri

ke dalam nilai spiritual

sehinga seseorang akan

memperoleh keseimbangan mental dari keyakinannya itu.

Menurut Daradjat (1978) agama yang ditanamkan sejak kecil kepada

anak-anak akan mempengaruhi kepribadiannya, akan bertindak sebagai

pengontrol dalam menghadapi segala keinginan dan dorongan yang timbul,

keyakinan terhadap agama tersebut akan mengatur sikap dan tingkah laku

secara otomatis dari dalam.

b. Pengaruh Pola Asuh Orang tua

Beberapa sudi korelasional membuktikan adanya hubungan orang tua

terhadap kontrol diri anak. Hurlock (1973) menyatakan bahwa disiplin yang

diterapkan orang tua merupakan hal penting dalam kehidupan karena dapat

mengembangkan

self control dan self direction, sehingga seseorang bisa

(27)

c. Faktor Kognitif

Faktor kognitif memberikan sumbangan terhadap kemampuan

mengontrol diri individu. Elkind dan Weiner (1978) menyatakan individu tidak

dilahirkan dalam konsep benar dan salah atau dalam suatu pemahaman tentang

perilaku yang diperbolehkan atau dilarang. Kemasakan kognitif yang terjadi

selama masa prasekolah dan masa kanak-kanak tengah, secara bertahap dapat meningkatkan kapasitas individu untuk membuat pertimbangan-pertimbangan sosial dan mengontrol perilakunya. Ketika beranjak dewasa, individu telah memasuki perguruan tinggi akan memiliki kemampuan berfikir lebih kompleks

dan kemampuan intelektual yang lebih besar.

Cara berfikir individu terhadap stimulus dapat membedakan kemampuan mereka dalam mengontrol diri. Individu yang mempunyai kemampuan berfikir positif dalam menghadapi suatu situasi dengan stimulus tertentu, akan lebih mampu mengendalikan dirinya dan dapat meneruskan kegiatannya dalam situasi tersebut. Hal ini dimungkinkan karena berpikir positif meliputi ide-ide dan kreativitas, termasuk ide individu dalam membuat perencanaan ketika bertindak. Sehubungan dengan pernyataan tersebut Mischel dkk. (dalam Kail dan Nelson, 1993), menyatakan bahwa kemampuan individu untuk mengendalikan diri dipengaruhi perencanaan yang baik dalam bertindak. Individu dapat melakukan berbagai usaha untuk mengendalikan dirinya dengan berusaha untuk tidak

melihat stimulus, berusaha untuk tidak menyentuh stimulus atau melakukan

kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian dari stimulus. Kegiatan tersebut merupakan perilaku efektif sehingga individu mampu mengontrol perilaku.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ada tiga

(28)

asuh orang tua, dan faktor kognitif. Intensitas berdzikir merupakan bagian dari

orientasi religius

B. Intensitas Dzikir

1. Pengertian Intensitas Dzikir

a. Pengertian Intensitas

Kata intensitas berasal dan bahasa Inggris intensity. Dalam Webster

Dictionary (1995) arti kata intensity adalah the quality or condition ofbeing intens

(kualitas atau kondisi yang menunjukkan keseringan). Dalam kamus bahasa

Indonesia karangan Poerwodarminto (1989) kata intensitas artinya derajat yang

menunjukkan frekuensi dan lama waktu sesuatu dilakukan.

Sementara itu

Azwar (1998) berpendapat bahwa suatu intensitas

ditunjukkan oleh adanya karakteristik yang meliputi arah, konsentrasi dan

spontanitas, dimana pada setiap orang tidaklah sama. Gerungan (1998)

menegaskan bahwa intensitas sebenamya merupakan motif-motif yang timbul

melalui minat, dan perhatiannya, mempunyai perasaan yang besar dalam

menentukan objek apa yang ingin individu atau subjek ingin lihat, dengar dan

amati.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan intensitas adalah

kualitas atau kondisi yang menunjukkan frekuensi, lama waktu perbuatan, minat

dan konsentrasi usaha yang ada dalam diri individu, yang mendorongnya

melakukan usaha.

b. Pengertian Dzikir

Dzikir berasal dan bahasa Arab, dan kata dzakara, yadzkuru, dan dzikran

(29)

menuturkan, mengingat, menjaga, mengerti, perbuatan baik, ucapan lisan,

getaran hati sesuai dengan cara-cara yang di ajarkan agama, dalam rangka

mendekatkan diri kepada Allah SWT, upaya untuk ingat kepada Allah SWT.

Secara umum, dzikir merupakan perbuatan untuk mengingat Allah atas

keagungan-Nya yang meliputi hampir semua bentuk ibadah dan perbuatan baik

seperti tasbih, tahmid, sholat, membaca doa, melakukan perbuatan baik dan

menghindarkan diri dari perbuatan yang mungkar. Adapun arti secara khusus

dzikir adalah menyebut Nama Allah SWT sebanyak-banyaknya dengan tata

tertib, metode, rukun dan syaratnya (Ihsani, 2000).

Kegiatan dzikir merupakan perwujudan nilai ibadah. Hal ini tercantum

dalam Surat Al-Ahzab (33) ayat 41 yang berbunyi: "Hai orang-orang yang

behman berdzikihah dengan menyebut Nama-Ku, dzikir yang

sebanyak-banyaknya. "

Di sebutkan pula dalam Surat An-Nisa (4) ayat 103: "Maka apabila kamu

menyelesaikan sholatmu, dzikir (ingatlah) Allah diwaktu berdih, diwaktu duduk

diwaktu berbanng. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dihkanlah

sholat sebagaimana biasa, sesungguhnya sholat itu adalah fardlu yang telah di

tentukan waktunya atas orang-orang yang behman."

Dzikir yang di maksud dalam penelitian ini adalah menyebut Allah dengan

bacaan atau doa-doa tertentu yang di kerjakan setelah selesai sholat atau pada

waktu-waktu tertentu, termasuk di dalamnya membaca ayat suci Al Qur'an.

Adapun dzikir ada tiga macam, antara lain:

1. Dzikir jahh, yaitu mengingat Allah dalam bentuk ucapan lisan yang

mengandung arti pujian. Contohnya mengucapkan tahlil, tasbih, tahmid dan

takbir.

2. Dzikir khafi, yaitu dzikir yang dilakukan secara khusuk oleh getaran hati.

(30)

AMI Tasawuf (Abdullah, 1991 )membagi dzikir menjadi tiga cara:

a. Dzikir lisan, yaitu dengan mengucapkan lafadz Allah, misalnya laa ilaaha

Mallah yang di ucapkan dengan lisan yang berpusat di lisan, dzikir semacam

ini di kenal dengan dzikir nafs bat.

b. Dzikir rahasia, yaitu dzikir yang sifatnya tersembunyi sehingga lidah tidak di

gerakkan, tidak ada kata yang keluar.

c Dzikir qalbi, yaitu dzikir yang berpusat di hati, di mana bergerak-gerak

menyebut asma Allah SWT. Oleh karena itu dzikir ini di kenal dengan dzikir

ismu dzat.

Dzikir qalbi ada yang menyebut dzikir kesehatan jiwa karena dzikir ini

berpusat pada hati dan rasa (As'ad,1985). Namun penulis mengambil

kesimpulan bahwa beberapa macam dzikir tersebut mempunyai persamaan

antara dzikirjahh dengan dzikir lisan, dzikir khafi dengan dzikir qalbu dan dzikir

hakiki dengan dzikir rahasia.

Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dzikir adalah

menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga, mengerti, perbuatan baik, ucapan

lisan, getaran hati sesuai dengan cara-cara yang di ajarkan agama, dalam

rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan perbuatan untuk mengingat

Allah atas keagungan-Nya yang meliputi hampir semua bentuk ibadah dan

perbuatan baik

c. Pengertian Intensitas Dzikir

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan intensitas dzikir adalah

frekuensi dan lama usaha yang dimiliki individu untuk menyebut, mengingat,

menjaga, mengerti, perbuatan baik, ucapan lisan, getaran hati sesuai dengan

(31)

dan perbuatan untuk mengingat Allah atas keagungan-Nya yang meliputi hampir

semua bentuk ibadah dan perbuatan baik.

2. Aspek-aspek Intensitas Dzikir

Dalam pengamalan dzikir, ada beberapa aspek yang diambil dari

beberapa teori yang membahas tentang dzikir, antara lain di jelaskan oleh Abubakar(1991), Shieddieqy (1992), Zahri (1991) sebagai berikut:

a. Niat, yaitu adanya kemauan yang kuat di dalam hati untuk melakukan dzikir setelah usai shalat.

b. Taqarrub, yaitu sewaktu dzikir individu merasa dekat sekali dengan Allah SWT.

c. Tadlaru', yaitu berdzikir dengan tenang dan merasa rendah di hadapan-Nya.

d. Liqa', yaitu merasa berjumpa (berkumpul) dengan-Nya saat berdzikir.

e. Ihsan, yaitu perasaan seolah-olah melihat Allah kalau tidak maka seolah-olah

Allah yang melihatnya saat melakukan dzikir.

f. Khauf, yaitu sewaktu berdzikir benar-benar merasa takut akan kekuasaan dan

kekuatan-Nya.

g. Tawadlu', yaitu dengan merendahkan diri di hadapan Allah dan di hadapan

manusia.

Keuntungan dan kemuliaan seorang individu akan di capai apabila selalu dalam adab terhadap Tuhan, yaitu selama masih melakukan dzikir, karena dalam

kandungannya terdapat beberapa komponen yang membuat individu akan selalu berada dalam ketenangan, ketentraman dan keyakinan di hatinya akan kuat dan

(32)

3. Manfaat Dzikir

Dzikir salah satu cara olah batin. Dengan berdzikir yaitu dengan cara

menyebut asma Allah secara berulang-ulang dengan bertawakal dan berserah

diri kepada Allah maka akan mendapatkan ketenangan dan keteduhan jiwa

sehingga terhindar dari berbagai himpitan hidup yang sedang di hadapi (Afrianti,

1999).

Menurut Ihsani (2000) manfaat dzikrullah adalah:

a. Sebagai sarana berkomunikasi untuk mendapatkan diri kepada Allah, sepeti

firman Allah: "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)

kepadamu, dan bersyukuhah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkah

(nikmat)-Ku" (Al Baqarah:152).

b. Orang yang senantiasa berdzikir kepada Allah menjadi golongan yang unggul

(mufarhdun) sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW:

"Rasulullah

bersabda: Tehebih dahulu maju adalah mufarhdun. Para sahabat bertanya

siapakah mufarhdun itu ya Rasulullah? Sabda Rasulullah yaitu mereka yang

banyak melakukan dzikrullah pha dan wanita."

c. Allah menyediakan ampunan dan pahala bagi orang berdzikir sebagaimana

firman Allah: "...laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)

Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang

besar. "(AlAhzab: 35).

d. Dengan dzikrullah membentengi diri dari segala siksa dan bencana,

sebagaimana hadits Nabi: "La ilaaha illallah (kalimat Allah)

adalahperkataan-Ku dan ia adalah Aku, siapa yang menyebutnya masuklah ia kedalam

benteng-Ku terpelihara ia dan siksa-Ku (HR.Ibnu Hajar).

(33)

e. Dengan dzikrullah menunda datangnya hari kiamat, betapa dahsyatnya

kekuatan dari dzikir ini, ini terungkap dalam hadist Nabi: "Tiada akan datang

hah kiamat, kecuali bila tidak ada lag! orang yang menyebut Allah" (HR

Bukhori dan Muslim)

Adanya penelitian tentang pelaksanaan dzikir dan beberapa ayat maupun

hadits yang menyatakan manfaat dari pelaksaan dzikir, penulis dapat

menyimpulkan bahwa dzikir dapat memberikan suatu perubahan yang positif

pada diri individu jika dilakukan dengan baik dan benar.

C. Hubungan Antara Intensitas Dzikir Dengan Kontrol Diri

Seseorang yang berdzikir diharapkan mempunyai kepribadian yang

seimbang, utuh, damai dan tenteram sehingga dapat terhindar dari gangguan

kejiwaan. Ketika individu terbebas dari gangguan kejiwaan maka ia dapat

mengoptimalkan segala potensi dirinya. Jadi dapat dikatakan peningkatan

aktivitas dzikir dapat mengatasi berbagai problema dalam kehidupan, tahan

terhadap derita kehidupan dan dapat menerima dengan ikhlas.

Dzikir merupakan salah satu cara olah batin untuk menyembuhkan stres

dan penyakit psikosomatik (Asdie, 1997). Dengan berdzikir misalnya dengan

cara menyebut asma Allah secara berulang-ulang dengan bertawakal dan

berserah diri kepada Allah maka akan terjadi perubahan secara fisiologis dan

psikologis. Menurut Ancok (dalam As'ad,1985), berdzikir akan mempengaruhi

gelombang otak, dan getar-getar religius, mampu menata motivasi serta

mengembalikan percaya diri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Pitts &

(34)

maka konsumsi oksigen Sdan otak akan memproduksi gelombang Alpha (Alpha

Wave), efek gelombang Alpha adalah terjadinya penurunan laktat darah.

Secara umum individu yang memiliki intensitas dzikir yang tinggi akan lebih dapat mengontrol dirinya kearah yang lebih baik dan jauh dari penyakit kejiwaan. Sedangkan individu yang memiliki intensitas dzikir yang rendah akan lebih rentan kejiwaannya dan kurang mampu mengontrol diri dalam kehidupannya dan mudah untuk terpengaruh dan terlibat kenakalan, karena

remaja tidak dapat menyeleksi dan mengendalikan emosi serta

dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Bila kontrol diri remaja tidak berfungsi, maka remaja

tidak dapat menyeleksi mana yang baik dan mana yang tidak baik. Dengan

demikian, bagi individu setiap waktu yang berjalan tidak putus dari ibadah.

Karena berdzikir termasuk salah satu ibadah yang dapat dilakukan sepanjang

hidup seperti halnya membaca Al-Qur'an dan berdoa. Maka tidak ada ruang

waktu lagi kecuali digunakan untuk beribadah.

Pengertian ibadah seperti yang terakhir itulah yang segaris dengan

ketetapan Allah SWT dalam Al-Qur'an: "Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan

Manusia kecuali untuk behbadah." (QS. Adz-Dzaariyat:56) dan dalam ayat lain

pula disebutkan, "Katakanlah, sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, Hidupku, dan

Matiku hanya karena (dan untuk) Allah, Tuhan Semesta Alam). (QS. Al-An'am:

162).

Apabila seorang individu benar-benar mengerjakan dzikir dengan

cara-cara yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan

keutamaan-keutamaan yang dikaruniakan kepada individu yang melakukannya.

Di antara keutamaan-keutamaan itu adalah, memelihara diri dari was-was dan

(35)

menyebut Allah, melepas diri dari azab, memperoleh penjagaan dari para

Malaikat, memberikan sinaran kepada hati dan menghilangkan kekeruhan jiwa,

melepaskan diri dari rasa sesal, dan Iain-Iain (www.hidayatullah.com).

Berdzikir secara tidak langsung akan membukakan pintu hati yang akan

mempunyai dampak positif terhadap perilaku bagi orang yang mengerjakannya.

Individu akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan dapat mengontrol dirinya

dan menjaga dirinya dari perbuatan maksiat, karena Nur llahi dapat menembus

hatinya sehingga ia akan selalu ingat dan takut kepada Allah SWT.

Perbuatannya akan mendapatkan dan mendatangkan kebahagiaan dunia dan

akhirat.

Menurut William James (dalam www.e-psikologi.com) agama dan

segala macam kegiatan di dalamnya sebagai sumber semangat memiliki jiwa

yang sehat, yang penuh gairah, terlibat, bersemangat tinggi dan meluap dengan

vitalitas. Sikap jiwa sebagai sikap yang positif, optimis, spontan serta bahagia.

Selain membawa individu kepada jiwa yang sehat, ia juga berpendapat bahwa

dapat membuka suatu dimensi kehidupan yang paling fundamental dan peluang

untuk mencapai serta mengintegrasikannya secara kreatif dan selaras kedalam

dunia pribadinya.

Kontrol diri mempunyai peran yang penting terhadap diri seseorang

karena merupakan suatu pegangan dalam menghadapi kehidupan. Seseorang

yang mempunyai kontrol diri yang baik akan dapat mengendalikan impuls-impuls

dan stimulus-stimulus yang ada dan diarahkan sesuai dengan norma-norma

(36)

C. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah "Ada hubungan yang

positif antara intensitas dzikir dengan kontrol diri remaja". Semakin tinggi

intensitas dzikir maka semakin tinggi kontrol diri sebaliknya semakin rendah intensitas dzikir maka semakin rendah pula kontrol diri seseorang.

(37)

A. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Tergantung

: Kontrol Diri

2. Variabel Bebas : Intensitas Dzikir

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Kontrol Diri

Kontrol diri adalah kemampuan individu untuk memandu, mengarahkan dan

mengatur perilakunya dalam menghadapi stimulus sehingga menghasilkan akibat

yang diinginkan dan menghindari akibat yang tidak di inginkan. Skor kontrol diri di

peroleh melalui skala kontrol diri. Semakin tinggi skor yang di peroleh subjek

berarti semakin tinggi kontrol diri yang dimilikinya dan sebaliknya.

2. Intensitas Dzikir

Intensitas dzikir adalah frekuensi, kehebatan, minat, konsentrasi dan lama

waktu usaha seseorang dalam menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga,

mengerti, perbuatan baik, ucapan lisan, getaran hati sesuai dengan cara-cara

yang diajarkan agama, dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT,

upaya untuk ingat kepada Allah SWT. Hal ini dapat di peroleh melalui skor yang di ungkap melalui skala dzikir. Semakin tinggi skor yang di peroleh semakin tinggi

dzikir yang di lakukan.

(38)

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia 12-22 tahun,

dan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah kelompok remaja tengah

yang berusia antara 14-18 tahun. Sampel penelitian adalah remaja yang

bertempat tinggal di Pondok Pesantren yang ada di Yogyakarta. Peneliti

mengambil populasi dan sampel di Pondok Pesantren dikarenakan para santri

dianggap lebih tahu tentang cfe/to'rdibandingkan dengan remaja pada umumnya.

Pengambilan sampel akan dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu cara

pengambilan sampel yang didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang

dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat populasi

yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 1996).

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode angket. Metode ini digunakanan dengan mengingat variabel-variabel

dalam penelitian ini, yaitu intensitas dzikir dan kontrol diri, dapat lebih mudah

untuk diungkapkan dengan metode angket. Selain itu, metode ini memiliki bentuk

yang langsung mendasarkan pada laporan tentang diri sendiri atau self report,

atau setidak-tidaknya ada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Hadi,1996).

Metode angket ini di pilih dengan mendasarkan pada asumsi bahwa (1) subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, (2) apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat di percaya, dan (3) bahwa interpretasi subjek terhadap pernyataan-pernyataan yang disajikan kepadanya adalah sama dengan apa yang di maksud oleh peneliti. Secara

(39)

1. Skala Kontrol Diri

Skala kontrol diri mengungkap seberapa besar kontrol diri dalam diri subjek penelitian yang mengacu pada teori kontrol personal Averill (dalam Gustinawati,1990). Aspek- aspek yang diukur adalah kemampuan mengontrol perilaku, kemampuan mengontrol stimulus, kemampuan mengantisipasi

peristiwa, kemampuan menafsirkan peristiwa dan kemampuan mengambil

keputusan.

Jumlah aitem pada skala ini adalah 50 buah. Ada beberapa aitem yang di modifikasi dari skala kemampuan mengontrol diri yang di susun oleh Gustinawati (1990). Skala ini terdiri atas 25 aitem favorable dan 25 aitem unfavorable.

Masing-masing aspek terdiri atas 10 aitem, yang menggunakan sistem Likert, yaitu berisi pernyataan dengan empat pilihan jawaban, terdiri atas: SS (Sangat

Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Nilai

bergerak dari 4 sampai dengan 1 untuk aitem yang favorable, dan 1 sampai 4 untuk aitem yang unfavorable. Semakin tinggi nilai yang di peroleh maka semakin tinggi kontrol diri yang di miliki. Adapun kisi-kisi tentang skala Kontrol Diri dapat di lihat pada Tabel 1 berikut ini:

(40)

Tabel 1

Blue Print Skala Kontrol Diri

Aspek Favorable Unfavorable Total

a. Kemampuan Mengontrol Perilaku. 1,11,21,31,41 6,16,26,36,46 10 b.Kemampuan Mengontrol Stimulus. 2,12,22,32,42 3,13,23,33,43 7,17,27,37,47 10 c. Kemampuan Mengantisip asi Peristiwa. 8,18,2838,48 10 d.Kemampuan Menafsirkan Peristiwa. 4,14,24,34,44 9,19,29,39,49 10 e.Kemampuan Mengambil Keputusan. 5,15,25,35,45 10,20,30,40,50 10 Total 25 25 50

2. Skala Intensitas Dzikir

Skala dzikir bertujuan untuk mengetahui tingkat intensitas dzikir pada

subjek. Skala dzikir yang disusun oleh Makmun (2002) dan selanjutnya di modifikasi penulis, ini terdiri atas aspek-aspek yang merupakan rangkaian dari

beberapa teori tentang dzikir, aspek-aspek tersebut antara lain: a. Niat, yang dikerjakan sebelum dzikir.

b. Taqorrub, yaitu merasa dekat sekali dengan Allah bila sedang berdzikir.

c. Tadlru', yaitu merasa senang di sertai perasaan "hina dan kecil" di

hadapan Allah.

d. L/qa'yaitu merasa berjumpa dengan Allah.

(41)

f. Khauf, yaitu rasa takut akan kekuatan dan kekuasaan Allah.

g. Tawadlu', yaitu merendahkan diri dihadapan Allah dan dihadapan

manusia.

Skala dzikir terdiri atas 70 pertanyaan tentang perasaan subjek yang

melakukan dzikir. Adapun kisi-kisi tentang skala dzikir dapat di lihat pada Tabel

2 berikut ini:

Tabel 2

Blue Print Skala Intensitas Dzikir

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

Niat 1,15,29,43,57 8,22,36,50,64 10 Taqarrub 2,16,30,44,58 9,23,37,51,65 10 Tadlaru' 3,17,31,45,59 10,24,38,52,66 10 Liqa' 4,18,32,46,60 11,25,39,53,67 10 Ihsan 5,19,33,47,61 12,26,40,54,68 10 Khauf 6,20,34,48,62 13,27,41,55,69 10 Tawadlu' 7,21,35,49,63 14,28,42,56,70 10 Total 35 35 70

Aitem-aitem pada skala ini mempunyai rentang mulai dari "tidak pernah",

"jarang", "sering ", "selalu". Bobot penilaian skala dzikir bergerak dari 1-4. Skor 1

adalah bobot yang paling rendah yang di berikan dan 4 adalah bobot yang paling

tinggi yang di berikan. Untuk aitem-aitem yang bersifat favorable skor 4 di

berikan pada pernyataan "selalu" kemudian berturut-turut di bawahnya sampai

skor 1, yakni pada pernyataan "tidak pernah" sedangkan aitem-aitem yang

bersifat unfavorable skor 4 di berikan pada

pernyataan-pernyataan "tidak

(42)

pernah" kemudian berturut-turut di bawahnya,sampai pada skor 1, yakni pada

pernyataan selalu.

E. Validitas dan Reliabilitas

Secara umum Azwar (1997) mengemukakan bahwa tujuan uji coba alat

pengambil data adalah :

a. Melihat apakah petunjuk pengerjaan sudah cukup jelas

b. Untuk mengetahui sejauh mana responden dapat memahami maksud yang

terkandung dalam pernyataan yang di kemukakan.

c. Mengetahui validitas dan reliabilitas supaya dapat di adakan perbaikan

apabila ada kata, kalimat, atau istilah yang kurang dapat di mengerti oleh

responden.

Jika ada butir soal dalam angket yang kurang relevan dapat di ganti

dengan butir soal yang lain.

1. Validitas dan Seleksi Aitem

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat pengumpul data dalam melakukan fungsi

ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan memiliki validitas

yang tinggi apabila instrumen tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya atau

memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran

tersebut (Azwar, 1997). Dibutuhkan suatu kriterium dalam yaitu berupa skor total

untuk mendapatkan nilai validitas alat ukur.

Teknik yang digunakan untuk pengujian validitas dilakukan dengan

menggunakan teknik korelasi Product Moment, dengan menggunakan rumus

(43)

yang bersangkutan dengan skor total tes. Indeks daya beda dapat menentukan aitem-aitem yang gugur dan aitem-aitem yang layak untuk di gunakan dalam

penelitian ini. Cara perhitungannya adalah dengan menggunakan program komputer SPSS Versi 10.0 for windows.

2. Reliabilitas Skala

Reliabilitas memiliki arti sejauh mana hal suatu pengukuran dapat di percaya. Uji reliabilitas di maksudkan untuk mengukur tingkat keajegan alat ukur.

Reliabilitas sering di samakan dengan konsistensi, stability dan dependability yang pada dasarnya menunjukkan sejauh mana suatu pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda, bila di lakukan pengukuran ulang

pada subjek yang sama (Azwar, 1997).

Reliabilitas alat ukur di uji dengan reliabilitas skala dengan menggunakan

analisis butir dengan teknik alpha.

Perhitungan reliabilitas alat ukur penelitian ini di lakukan dengan bantuan

program komputer SPSS 10.0 for windows.

F. Metode Analisis Data

Data dalam penelitian ini di analisis secara statistik dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson (dalam Azwar, 1997), dengan alasan untuk mencari korelasi antara intensitas dzikir dengan kontrol diri pada pelajar di pondok pesantren.

Pemilihan tekhnik analisis di atas dilakukan dengan dua pertimbangan, yaitu (1) variabel hanya dua buah, yaitu intensitas dzikir dan kontrol diri, dan

(44)

(2) data variabel intensitas dzikir dan kontrol diri bersifat interval. Keseluruhan

(45)

A. PERSIAPAN PENELITIAN

1. Orientasi Kancah Penelitian

Pondok Pesantren (PP) Taruna Al-Qur'an, merupakan lembaga

pendidikan yang dirintis oleh Ustadz Umar Budihargo, setelah beliau

menamatkan pendidikannya di Madinah dan Pakistan, tepatnya pada tahun

1993. Lembaga ini bertujuan untuk memahamkan umat Islam terhadap agamanya secara totalitas dan komprehensif, sesuai dengan ketentuan

Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Agar umat Islam kembali tampil menjadi

umat yang terbaik ditengah-tengah manusia.

Oleh karena itu PP.Taruna Al-Qur'an menyelenggarakan jenjang

pendidikan yang berupaya menghasilkan putra-putri yang soleh dan solehah

karena kesolehan anak merupakan investasi yang tak ternilai. Diantara jenjang

pendidikan yang diselenggarakan oleh PP.Taruna Al-Qur'an, antara lain:

1. Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Taruna Al-Qur'an.

Konsep pendidikan TKIT Taruna Al-Qur'an dilandasi pada prinsip bahwa

dunia kanak-kanak adalah dunia bermain. Oleh karena itu TKIT Taruna

Al-Qur'an memberikan pendidikan dalam bentuk permainan dan modal

perilaku-perilaku positif untuk pengembangan kepribadiannya. Komitmen TKIT Taruna

Al-Qur'an untuk mencetak generasi yang soleh dan solehah dan terus

mengajarkan sendi-sendi agama kepada anak didiknya. TKIT Taruna

Al-Qur'an terletak di Minomartani dan Jalan Lempongsari, Yogyakarta.

(46)

2. Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Taruna Al-Qur'an.

SDIT Taruna Al-Qur'an merupakan SDIT yang mengedepankan penerapan

pendidikan iman dan taqwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Visi dan

misi lembaga pendidikan ini adalah (a) mempersiapkan anak didik menjadi

generasi muda Islam yang berguna dan bertanggung jawab pada diri sendiri,

keluarga, bangsa dan negara serta tangguh dan mampu menghadapi

berbagai tantangan perubahan zaman, (b) melaksanakan pendidikan dasar

Islam denganmenanamkan nilai-nilai agama sehingga anak-anak terbiasa

berakhlak mulia dan terdorong melaksanakan ajaran islam dengan

sebaik-baiknya.

3. Pondok Pesantren (PP) Asy-Syifa'.

PP. Asy-Syifa' yang terletak di Gunungan, Sumbermulyo, Bantul, DIY adalah

Pondok Pesantren yang menjadi cikal bakal berdirinya PP. Taruna Al-Qur'an

Yogyakarta. Pada tahun 1993 Ust. Umar Budihargo mulai mengelola pondok

pesantren ini dengan pertama-tama membangun masjid yang difungsikan

untuk pusat kegiatan para santri, sarana menjalin ukhuwah Islamiyah dan

membentengi masyarakat dari gerakan Kristenisasi. Santri-santri di PP.

Syfa', putra berjumlah 106 orang dan putri berjumlah 188 orang. PP

Asy-Syfa' menetapkan pola pendidikan yang mengintegrasikan antara pendidikan

khas pesantren dan pendidikan umum. Karenanya, di Pondok Pesantren ini

berdiri juga sekolah umum, yakni MTS Bambanglipuro, Bantul. Mereka juga

dituntut untuk dapat membaca, menghayati, menghafal, dan mengamalkan

ayat-ayat suci Al-Qur'an. Aktivitas harian santri dimulai sejak sebelum subuh,

mereka dibiasakan untuk melaksanakan sholat Lail, dan terus dipantau untuk

(47)

dan kurikulum pondok pesantren hingga pelajaran dikelas ini berakhir pada

pukul 11.30 siang.

2. Persiapan Penelitian

a. Perijinan Penelitian

Peneliti meminta ijin secara formal kepada pihak Dekan Fakultas

Psikologi Universitas Islam Indonesia tertanggal 16 Agustus 2003 dengan mengajukan surat permohonan penelitian untuk skripsi

no.392/Dek/70/FP/VIII/2003 (surat ijin terlampir) ke Pengasuh Pondok Pesantren

Taruna Al-Qur'an untuk pengambilan data penelitian yang berada di lingkungan Pondok Pesantren Taruna Al-Qur'an, dan pada tanggal 19 Agustus 2003

melakukan uji coba skala Intensitas Dzikir dan Kontrol Diri ke Pondok Pesantren

Salafiyah "Al-Qodir", Tanjung, Wukirsari, Cangkringan Sleman, D.I. Yogyakarta

(Surat Keterangan Terlampir).

b. Persiapan Alat Ukur

Sebelum digunakan pada penelitian sesungguhnya, alat ukur yang akan

digunakan diujicobakan terlebih dahulu. Alat ukur yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari dua buah skala, yaitu (1) skala Kontrol Diri dan (2) skala

Intensitas Dzikir. Tujuan ujicoba alat ukur ini adalah untuk mengetahui validitas

dan reliabilitas alat ukur, sehingga akan diketahui tingkat kesahihannya untuk

dipergunakan dalam penelitian sesungguhnya.

1) Skala Kontrol Diri, skala kontrol diri ini dimodifikasi peneliti dari alat ukur yang

disusun

oleh

Gustinawati

(1990)

berdasarkan

aspek-aspek

yang

(48)

dikemukakan oleh Averril. Pada skala kontrol diri, terdapat 50 aitem dengan

metode summated rating dari Likert yang siap untuk diujicobakan, yang

meliputi lima aspek yang menjadi dasar dalam penyusunan skala, yaitu :

kemampuan

mengontrol

perilaku;

kemampuan mengontrol stimulus;

kemampuan

mengantisipasi

suatu

peristiwa;

kemapuan

menafsirkan

peristiwa; kemampuan mengambil keputusan.

Pada tanggal 19-23 Agustus 2003, skala uji coba sebanyak 70

eksemplar

disebarkan

kepada

para

santri

PP.

Salafiyah "Al-Qodir",

Cangkringan , Sleman. Penyebaran dilakukan dengan cara membagikannya

secara langsung pada para santri berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dari 70 eksemplar skala yang diujicobakan, 10 eksemplar tidak kembali sehingga hanya 60 eksemplar yang layak untuk dilakukan analisis uji

coba aitem.

2). Skala Intensitas Dzikir, telah dimodifikasi peneliti atas alat ukur yang disusun oleh Makmun (2002) berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Abubakar (1991), Shieddieqy (1992),dan Zahri (1991). Pada skala Intensitas Dzikir, terdapat 70 aitem dengan metode summated rating dari Likert yang siap untuk diujicobakan, yang meliputi tujuh aspek yang menjadi dasar dalam penyusunan skala, yaitu : Niat; taqarrub; tadlaru; liqa'; ihsan; khauf; tawadlu.

Pada tanggal 19-23 Agustus 2003, skala uji coba sebanyak 70 eksemplar disebarkan kepada para santri PP. Salafiyah "Al-Qodir", Cangkringan, Sleman. Penyebaran dilakukan dengan cara membagikannya secara langsung pada para santri berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari 70 eksemplar skala yang diujicobakan, 10 eksemplar tidak

(49)

coba aitem.

c. Uji Coba Alat Ukur

Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan uji coba

terhadap angket kontrol diri dan angket intensitas dzikir. Uji coba alat ukur ini

bertujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas alat ukur. Alat ukur yang telah

diujicobakan tersebut dianalisis validitas dan reliabilitas aitem-aitemnya, selanjutnya hasil uji coba alat ukur ini yang akan digunakan untuk pengambilan data penelitian. Uji coba dilakukan dengan menyebarkan 70 angket kontrol diri dan 70 angket intensitas dzikir. Dari 70 angket kontrol diri yang disebarkan, hanya 60 angket yang layak untuk dianalisis reliabilitas aitemnya, sedangkan dari 70 angket intensitas dzikir yang disebarkan hanya 60 angket yang layak untuk dianalisis reliabilitas aitemnya. Ujicoba angket kontrol diri dan intensitas dzikir dilakukan terhadap para santri PP. Salafiyah "Al-Qodir", Cangkringan, Sleman, yang berusia 14-18 tahun. Penyebaran angket kontrol diri dan intensitas dzikir

dilaksanakan pada tanggal 19-23 Agustus 2003.

d. Hasil Uji Coba Alat Ukur

1. Uji Validitas Aitem

Berdasarkan data yang diperoleh melalui uji coba alat ukur, dilakukan uji coba validitas dan uji reliabilitas. Perhitungan untuk menguji validitas dan reliabilitas terhadap kedua skala dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputer Statistical Programme for Social Science 10.00 for Windows. Uji validitas alat ukur alat ukur menunjukkan hasil sebagai berikut:

(50)

(a) Skala Kontrol Diri

Hasil analisis aitem pada skala Kontrol Diri menunjukkan bahwa dari

60 subyek penelitian yang mengisi skala Kontrol Diri yang berjumlah

50 aitem dengan koefisien korelasi aitem total bergerak antara

-0,1401 sampai dengan 0,6260 sebanyak 27 butir sahih dan yang

gugur sebanyak 23 butir. Koefisien korelasi aitem total yang sahih

bergerak dari 0,3055 sampai dengan 0,6260. Adapun aitem yang

gugur adalah nomor 1,5,6,7,11,12,14,15,16,18,23,24,27,28,32,33

,35,38,39,40,42,43,44. Berikut ini sebaran butir-butir aitem skala

kontrol diri yang sahih.

Tabel 3

Distribusi Penyebaran Aitem Skala Kontrol Diri

Setelah Ujicoba

No. Aspek

|

No. I

No. Butir Sahih I Penga

(No.lama)

I

Da

(No. 3utir mbilan ta 3aru) F UF F UF 1. Kemampuan Mengontrol Perilaku 21,31, 41 26,36, 46 11,17, 21 14,19, 23 2. Kemampuan Mengontrol Stimilus 2,22 17,37, 47 1,12 8,20,24 3 Kemampuan Mengantisipasi Peristiwa 3,13 8,48 2,7 4,25 4. Kemampuan Menafsirkan Peristiwa 4,34 9,19,29 ,49 3,18 5,9,15, 26 5. Kemampuan Menafsirkan Peristiwa 25,45 10,20, 30,50 13,22 6,10,16 ,27 JUMLAH 11 16 11 16

(b) Skala Intensitas Dzikir

Hasil analisis aitem pada skala intensitas dzikir menunjukkan bahwa dari 60 subyek penelitian yang mengisi skala intensitas dzikir yang

berjumlah 70 aitem dengan koefisien korelasi aitem total bergerak

(51)

yang gugur sebanyak 18 butir. Aitem-aitem yang sahih memiliki koefisien aitem total bergerak antara 0,3020 sampai dengan 0,7186.

Adapun aitem yang gugur adalah nomor

1,5,9,12,15,21,22,23,25,46,47,50,54,60,61,62,67,70. Berikut ini

sebaran butit-butir aitem skala intensitas dzikir yang sahih. Tabel 4

Distribusi Penyebaran Aitem Skala Intensitas Dzikir Setelah Ujicoba

No. Aspek

j

No. Butir

No. Butir Sahih j Pengambilan

(no.lama) i Data (no.baru) F UF F UF 1. Niat 29,43, 57 8,36,64 20,34, 44 6,27,48 2. Taqarrub 2,16,30 ,44,58 37,51, 65 1,11,21 ,35,45 28,39, 49 3 Tadlaru' 3,17,31 ,45,59 10,24, 38,52, 66 2,12,22 ,36,46 7,16,29 ,40,50 4. Liqa' 4,18,32 11,39, 53 3,13,23 8,30,41 5. Ihsan 5,19,33 26,40, 68 4,14,24 17,31, 51 6. Khauf 20,34, 48 13,27, 41,55, 69 15,25, 37 9,18,32 ,42,52 7. Tawadlu' 7,35,49 ,63 14,28, 42,56 5,26,38 ,47 10,19, 33,43 JUMLAH 26 26 26 26

2. Uji Reliabilitas Alat Ukur

Uji reliabilitas terhadap kedua skala hanya dikenakan pada aitem-aitem yang telah memenuhi syarat validitas, setelah butir-butir yang tidak sahih dihilangkan. Uji reliabilitas kedua alat ukur ini menggunakan teknik korelasi alpha Product Moment yang menggunakan Statistical

(52)

koefisien alpha sebesar 0,8351 dan dari 52 aitem yang sahih pada skala

Intensitas Dzikir menghasilkan koefisien alpha sebesar 0,9275. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa skala kontrol diri dan skala intensitas

dzikir telah memenuhi syarat sebagai alat ukur yang baik untuk digunakan

dalam penelitian yang akan dilakukan.

B. PELAKSANAAN PENELITIAN

Proses pengambilan data diawali dengan penyebaran skala pada tanggal

8-14 Oktober 2003 di lokasi penelitian yaitu PP. Taruna Al-Qur'an, Sleman,

Yogyakarta.

Skala terdiri dari dua macam, yaitu skala kontrol diri dan skala intensitas

dzikir yang dilengkapi dengan data pribadi subjek meliputi nama (inisial), usia,

jenis kelamin, sekolah/kelas.

Responden yang digunakan sebagai subyek penelitian ini adalah para

santri putra dan putri yang tinggal di PP. Taruna Al-Qur'an yang berusia antara

14-18 tahun.

Dalam penyebaran skala, peneliti dibantu oleh seorang staf Lembaga

Da'wah PP. Taruna Al-Qur'an. Waktu yang dibutuhkan dalam pengambilan data

tergolong lama karena kesulitan dalam penarikan angket yang diberikan pada

responden. Lokasi penelitian yang berada di dua daerah/asrama (Lempongsari,

Sleman, dan Gunungan, Sumbermulyo, Bantul) membuat peneliti hams lebih

teliti dalam mengumpulkan angket yang telah diberikan pada responden. Selain

itu, hambatan/kesulitan lainnya ada pada saat penyebaran skala pada santri putri

(53)

melalui pengurus santri putri.

Perincian penyebaran skala di masing-masing tempat adalah sebagai

berikut : pada santri putra 50 eksemplar, dan pada santri putri 50 eksemplar.

Dari jumlah total 100 eksemplar skala yang disebar, semua skala kembali. Jadi

total skala yang kembali dan memenuhi syarat untuk dilakukan penyekoran

berjumlah 100 eksemplar. Skala tersebut dimasukkan dalam pengolahan data untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan komputer program Statistical

Programme for Social Science 10.00 for Windows.

C. HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Data Hasil Penelitian

a. Deskripsi Subjek

Skala yang dibagikan pada subjek penelitian sebanyak 100 eksemplar. Dari

100 eksemplar skala yang dibagikan tersebut, 50 eksemplar santri putra dan

50 eksemplar santri putri. Deskripsi skala yang kembali dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5

Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

Santri Putra 50

Santri Putri 50

(54)

Prosentase Jumlah Subyek Penelitian Jenis Kelamin Jumlah Santri Jumlah Subyek Penelitian Prosentase Santri Putra 106 50 47,17 Santri Putri 188 50 26,60 Total 294 100 34,01

Subjek penelitian diambil dengan cara dipilih sebagian dari total

keseluruhan santri dalam Pondok Pesantren sehingga santri yang dipilih tersebut

diharapkan dapat mewakili jumlah populasi yang ada dalam Pondok Pesantren.

b. Deskripsi Statistik

Sampel dalam penelitian ini digolongkan ke dalam lima kategori diagnostik yaitu sangat tidak kondusif dan sangat rendah, tidak kondusif dan rendah, cukup kondusif dan sedang, kondusif dan tinggi, serta sangat kondusif dan sangat tinggi. Kategori ini berdasarkan sebaran hipotetik yaitu nilai maksimal dikurangi nilai minimal, sehingga diperoleh perkiraan besarnya standar hipotetik skor empiris yang terdapat pada suatu deviasi standar diatas mean hipotetik dikategorikan tinggi, sementara untuk satu deviasi standar dibawah mean hipotetik diaktegorikan rendah. Pada tabel berikut dapat dilihat kategorisasi

Gambar

tabel berikut:

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pelayanan sarana produksi termasuk kategori tinggi, sedangkan kegiatan penyuluhan termasuk kategori cukup dan keberlanjutan usaha

mempunyai kartu kredit maka pada check out dari session shopping cart, user tersebut dapat memilih metode pemba- yaran transfer rekening bank dan artikel atau buku yang dipesan

Bank Pundi Indonesia, Tbk harus bisa mempertahankan kedisiplinan karyawan agar dapat meningkatkan kinerja karyawan di dalam perusahaan agar perusahaan dapat

Peraturan Pemerintah Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, Sistem akuntansi pemerintah

Meski demikian, secara kritis bisa ditarik generalisasai bahwa aborsi dilakukan tidak hanya dikarenakan kehamilan di luar perkawinan (kehamilan pranikah, dilakukan

Kedua, Upaya pencegahan yang dilakukan oleh Syahbandar dalam menanggulangi pencemaran minyak di laut oleh kapal tanker melalui mekanisme pengawasan pencegahan pencemaran

• User menekan tombol OK, dan sistem akan melakukan penyimpanan atribut filter untuk digunakan selanjutnya. Skenario