• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kutowinangun 07, SDN Ledok 06 dan SDN Randuacir 01 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas V, yaitu SDN Kutowinangun 07 sebagai kelas eksperimen berjumlah 15 siswa. SDN Ledok 06 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 15 siswa. SDN Randuacir 01 sebagai uji coba instrument yang berjumlah 16 siswa. Latar belakang sosial siswa dari kedua sekolah ini mayoritas dari keluarga petani dan keluarga pegawai negeri sipil.

4.2 Uji Prasyarat Instrumen 4.2.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono, (2009: 366) suatu item instrumen penelitian dianggap valid jika memiliki koefisien Corrected Item-Total Correlation 0,2 Uji coba item untuk pre-tes, diterapkan pada 16 orang siswa kelas V SDN Randuacir 01 pada tanggal 25 Maret 2011. Dari 40 item soal yang diujikan validitasnya, 25 item valid dan 15 item soal yang tidak valid. Hasilnya telah memenuhi persyaratan validitas.

0,00– 0,20 dianggap tidak ada validitas

0,21 – 0,40 validitas rendah

0,41 – 0,60 validitas sedang

0,61 – 0,80 validitas tinggi

0,81 – 1,00 validitas sempurna

Langkah-langkah pengujian reliabilitas menggunakan SPSS yaitu Analyze, Scale, Reliability Analysis. Dimana validitas dan reliabilitas suatu tes dapat dihitung menggunakan bantuan SPSS 16.0.

(2)

Tabel 4.1

Validitas Instrumen Soal Evaluasi Pre Test

Valid Tidak Valid

3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 20, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36,

1, 2, 3, 7, 8, 12, 15, 19, 21, 22, 24, 37, 38, 39, 40,

Berdasarkan uji coba validitas dengan menggunakan program SPSS 16,0, dari 40 soal yang di uji terdapatlah 25 soal yang valid dengan Rhitung>0,171 dan ada 15 soal yang tidak valid dengan Rhitung <171.

4.2.2 Uji Reabilitas

Reabilitas suatu tes yang menunjukkan konsistensi hasil pengukuran yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil.

Kriteria untuk menentukan tingkat reliabilitas instrument digunakan pedoman yang dikemukakan oleh George dan M

Tabel 4.2

Reabilitas Hasil Belajar dengan 25 Item

Berdasarkan data pada tabel di atas, maka Cranbach’s Alpha sebesar 0,881 untuk 25 item soal yang diuji. Berdasarkan kriteria George and Mallery (1995) cronbach’s alpha masuk dalam katergori reability bagus.

> 0,9 Sangat bagus > 0,8 Bagus

> 0,7 Dapat diterima > 0,6 Diragukan > 0,5 Jelek

(3)

4.2.3 Daya Beda

Daya pembeda dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

= Daya Pembeda.

= Banyanknya peserta tes kelompok atas. = Banyanknya peserta tes kelompok bawah.

= Banyanknya peserta tes kelompok atas yang menjawab benar. = Banyanknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab salah. = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar. Klasifikasi daya beda:

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik sekali

Hasil uji daya beda mneunjukkan bahwa dari 40 soal instrument yang diujikan terdapat 13 soal yang memiliki daya beda jelek, 13 soal yang memiliki daya beda cukup, 13 soal yang memiliki daya beda baik, dan 1 soal yang memiliki daya beda baik sekali.

Tabel 4.3 Data uji daya beda

Daya Beda Butir Soal Jumlah

Jelek 1, 2, 7, 8, 12, 15, 19, 21, 24, 37, 38, 39, 40 13 Cukup 4, 5, 10, 13, 16, 18, 25, 29, 30, 32, 33, 34, 35 13 Baik 3, 6, 9, 14, 17, 20, 22, 23, 26, 27, 28, 31, 36 13

Baik Sekali 11 1

(4)

4.2.4 Uji Kesukaran Item Instrumen

Menurut Sudjana (1989) soal terdiri soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Butir soal bertujuan untuk memperoleh soal yang baik sehingga dapat memperoleh gambaran tentang prestasi siswa yang sebenarnya. Ada berapa cara untuk menganalisis tingkat kesukaran soal bertujuan untuk dapat membedakan soal-soal katagori mudah, sedang, dan sukar. Untuk membedakan siswa yang mempunyai kemampuan rendah dan siswa mempunyai kemampuan tinggi.

Jadi jumlah ketentuan dalam membuat soal yang baik 100 skor.

Keterangan:

I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal

B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal

N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan. Kriteria tingkat kesukaran soal sebagai berikut;

0,00 – 0,30 adalah soal sukar 0,30 – 0,70 adalah soal sedang 0,71 – 100 adalah soal mudah Taraf kesukasan uji soal instrumen

Tabel 4.4

Kesukaran uji soal instrument

Taraf Kesukaran Butir Soal jumlah

Mudah 1, 2, 3, 4, 5, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 31, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40. 26 Sedang 6, 8, 9, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 32, 34, 13 Sukar 26 1 Jumlah 40

I =

(5)

4.3 Uji Prasyarat Analisis Data 4.3.1 Uji Homogenitas

Uji homogenitas varian bertujuan untuk menentukan apakah varian kedua kelompok homogen atau tidak. Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing kelompok sampel mempunyai varian yang sama atau berbeda sehingga dapat ditentukan rumus t-test nama yang akan dipilih untuk pengujian hipotesis. Pengujian homogenitas varian dapat menggunakan bantuan SPSS 16,0 yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: Analyze – compare means- one way ANOVA.

Tabel 4.5

Hasil Uji Homogenitas

Berdasarkan tabel 4.5 uji homogenitas memiliki signifikansi sebesar 0.505 karena signifikansinya lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua subjek sampel penelitian mempunyai varian data yang sama. Df1 = jumlah kelompok data -1 atau 2-1=1, sedangkan df2 = jumlah kelompok data 28 atau 30-2=28.

4.3.2 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan apakah kedua data yang bersal dari kedua kelas memiliki distribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas data ini bisa menggunakan bantuan software SPSS.

(6)

Tabel 4.6

Hasil Uji Normalitas Kelas Eskperimen dan Kontrol

Berdasarkan tabel 4.6 mendeskripsikan hasil uji normalitas terhadap penyebaran data, hasil uji normalitas sebagai berikut :

1. Nilai postest kelompok eksperimen dengan tehnik One Sample Kolmoogov- Smirov Test. Dari tabel tersebut nampak tingkat signifikan asyimotorik dua sisi dengan taraf kepercayaan 5% (Asymp. Sig. 2-tailed) adalah 0,467 Nilai dari Asymp. Sig (22-tailed) adalah 0,467 > 0,05, maka diambil kesimpulan nilai pretest kelompok eksperimen berdistribusi normal.

2. Nilai postest kelompok kontrol dengan tehnik One Sample Kolmoogov-Smirov Test. Dari tabel tersebut nampak tingkat signifikan asyimotorik dua sisi dengan taraf kepercayaan 5% (Asymp. Sig. 2-tailed) adalah 0,143 nilai dari Asymp. Sig (2tailed) adalah 0,143>0,05 nilai postest kelompok kontrol berdistribusi normal.

(7)

Gambar 4.1 Kurva Distribusi Normal Postest Eksperimen

(8)

4.4 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran responden berkaitan dengan variabel yang digunakan. Analisis deskriptif meliputi skor terendah (minimum), skor tertinggi (maxsimum), rata-rata (mean), dan standar devis.

4.4.1 Hasil Uji Deskriptif Statistik Pretest dan Postest Eksperimen

Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil pretest dan postest kelas eksperimen adalah sebanyak 25 soal pilihan ganda. Analisis deskriptif dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 For windows. Hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7

Berdasarkan tabel 4.7 Descriptive statistik di atas dapat dilihat bahwa variabel pretest kelas eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 15, mempunyai skor minimal 45, sedangkan skor maksimal 68 dengan rata-rata 57,73, dan standar deviasi 6,42. Variabel postest kelas eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 15, mempunyai skor minimal 60, sedangkan skor maksimal 100 dengan rata-rata 78,20 dan standar deviasinya sebesar 10.38680.

4.4.2 Hasil Uji Deskriptif Statistik Pretest dan Postest Kontrol Tabel 4.8

Berdasarkan tabel 4.8 Descriptive Statistics dia atas dapat dilihat bahwa variabel pretest kelas kontrol dengan jumlah data (N) sebanyak 15 , mempunyai skor minimal 40, sedangkan skor maksimal 60 dengan rata-rata 52,86, dan standar deviasi

(9)

5,34. Variabel postest kelas kontrol dengan jumlah data (N) sebanyak 15, mempunyai skor minimal 52, sedangkan skor maksimal 70 dengan rata-rata 61,6 dan standar deviasinya sebesar 5,38.

4.4.3 Hasil Uji Deskriptif Statistik Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol Tabel 4.9

Hasil Uji Deskriptif Statistik Posttest

Berdasarkan tabel 4.9 hasil postes eksperimen dan postes kontrol menunjukkan bahwa terdapat perbedaan setelah adanya perlakuan terhadap meningkatnya hasil belajar siswa dikelas eksperimen dan kontrol yang signifikan dengan rata-ratanya kelas eksperimen 77,60 dan kelas kontrol 59,20 sehingga H1 diterima dan Ho ditolak.

4.5 Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui signifikan koefisien menggunakan uji dua sampel berpasangan (Paired Samples T Test) untuk data pretest-posttest kelas eksperimen dan kontrol. Sedangkan untuk postest kedua kelompok sampel menggunakan uji dua sampel tidak berhubungan (Independent Samples T Test) dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

1. Ho diterima jika –t tabel t hitung t tabel

2. Ho ditolak apabila –t hitung < -t tabel dan t hitung > t tabel Berdasarkan signifikansi:

1. Ho diterima jika signifikansi atau > 0,05 2. Ho ditolak jika signifikansi atau < 0,05 4.5.1 Uji Hipotesis 1 (satu)

Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif dan signifikan metode ceramah terhadap peningkatan hasil belajar IPA kelas V dilihat

(10)

dari hasil pretest dan postest kelompok kontrol. Nilai rata postest = Nilai rata-rata pretest, artinya bahwa tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan metode ceramah terhadap peningkatan hasil belajar IPA kelas V SDN Ledok Salatiga (varian pretest dan postest adalah sama). Nilai rata-rata postest > Nilai rata-rata pretest, artinya bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan model ceramah terhadap peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Ledok 06 Salatiga (varian pretest dan postest adalah berbeda).

Hasil uji hipotesis berdasarkan nilai koefisien nilai pretest dan posttes kelas kontrol serta perhitungan nilai signifikansi alphanya dengan menggunakan uji dua sampel berpasangan (Paired Samples T Test) dapat dilihat dalam tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10

Hasil Uji Hipotesis Pretest-Postest Kontrol

Berdasarkan tabel 4.10 diatas perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0 untuk hasil pretes dan postes untuk kelas kontrol diperoleh mean -3.066, std deviation 11,003, std error mean 2.840, dan untuk Ttabel diperoleh

(11)

1.761 dengan DK 14 pada taraf 5%. Kemudia perhitungan Tuji diperoleh -1,079 dengan DK 14 pada taraf 5%.

Jadi berdasarkan hasil tersebut maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti antara kedua data tersebut terdapat perbedaan secara signifikan antara kemampuan awal dan setelah melalui proses pembelajaran untuk kelas kontrol. Ini berarti kemampuan siswa sebelum dan sesudah melalui proses pembelajaran pada metode caramah mengalami peningkatan. Jika dilihat dari hasil pretes siswa banyak yang mendapat nilai dibawah rata-rata yaitu dibawah nilai 60. Akan tetapi setelah melalui proses pembelajaran siswa yang semula mendapat nilai rendah meningkat menjadi diatas nilai 60 dan hanya satu siswa yang mendapat nilai 52. Metode ceramah dalam teori memang cukup efektif dan hasil hipotesisnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan akan tetapi dalam pelaksanaannya masih mengalami kendala-kendala baik dari pihak guru maupun siswa.

4.5.2 Uji Hipotesis 2 (dua)

Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif dan signifikan media realia terhadap peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas V dilihat dari hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen. Nilai rata-rata postest = Nilai rata-rata pretest, artinya bahwa tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan menggunakan media realia terhadap peningkatan hasil belajar IPA kelas V SDN Kutowinangun 07 Salatiga (varian pretest dan posttest adalah sama). Nilai rata-rata postest > Nilai rata-rata pretest, artinya bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan menggunakan media realia terhadap peningkatan hasil belajar IPA kelas V SDN Kutowinangun 07 Salatiga (varian pretest dan postest adalah berbeda).

Berdasarkan hasil uji hipotesis nilai koefisien nilai pretest dan postest eksperimen serta perhitungan nilai signifikan alphanya dengan menggunakan uji dua sampel berpasangan (Paired Samples T Test) dapat dilihat dalam tabel 4.11 berikut ini:

(12)

Tabel 4.11

Hasil Uji Hipotesis Pretest-Postest Kelas Eksperimen

Berdasarkan tabel 4.11 perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0 untuk hasil pretes dan postes kelas eksperimen diperoleh mean -12.533, std deviation 11.09612, std error mean 2.865, dan untuk Ttabel diperoleh 1.761 dengan DK 14 pada taraf 5%. Kemudian perhitungan Tuji diperoleh -4.375 dengan DK 33 pada taraf 5%.

Jadi berdasarkan hasil tersebut maka Ho di tolak dan H1 diterima, yang berarti ke-dua data tersebut terdapat perbedaan secara signifikan antara kemampuan awal dan setelah proses pembelajaran. Dari hasil penelitian untuk kelas eksperimen menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran menggunakan media Realia mengalami peningkatan yang signifikan. Penggunaan media realia dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena tidak merasa jenuh sehingga siswa menjadi aktif dalam pembelajaran. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Fenty Anggita Rohma (2011) dalam tesisnya

(13)

dengan judul Pengaruh Media Realia Pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD N Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak yaitu pembelajaran yang menggunakan media realia lebih menarik perhatian siswa karena siswa dapat belajar langsung dengan menggunakan media yang nyata dibandingkan dengan media yang tiruan untuk pelajaran IPA pada standar kompetensi: Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model.

4.5.3 Uji Hipotesis 3 (dua)

Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh positif dan signifikan dengan menggunakan media realia dan metode ceramah terhadap peningkatan hasil belajar IPA kelas V dilihat dari postest kedua kelompok sampel. Nilai rata-rata postest eksperimen = Nilai rata-rata postest kontrol, artinya bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh positif dan signifikan dengan menggunakan media realia dan metode ceramah terhadap peningkatan hasil belajar IPA kelas V (varian postest kedua kelompok adalah sama). Nilai rata-rata postest eksperimen = Nilai rata-rata-rata-rata postest kontrol, artinya bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh positif dan signifikan dengan menggunakan media realia dan ceramah terhadap peningkatan hasil belajar IPA kelas V (varian postest kedua kelompok adalah berbeda).

Hasil uji hipotesis berdasarkan nilai koefisien nilai postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol serta perhitungan nilai signifikansi alphanya dapat dilihat dalam tabel 4.13 berikut ini:

Tabel 4.12

(14)

Menurut Priyatno (2010: 35), sebelum dilakukan uji t test (Independent Samples T Test) sebelumnya dilakukan uji homogenitas dengan F test (Levene,s Test), artinya jika varian sama maka uji t menggunakan Equal Variances Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan Equal Variances Not Assumed (diasumsikan varian berbeda).

Jadi berdasarkan hasil tabel 4.12 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti antara kedua data tersebut terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal dan setelah melalui proses pembelajaran untuk kelas eksperimen dan kontrol. Dari hasil penelitian ini dapat dicermati melalui hasil uji hipotesis. H1 diterima diartikan ada perbedaan antara kedua jenis pembelajaran tersebut. Jika dilihat hasil hipotesis satu dengan menggunakan media realia menghasilkan peningkatan secara signifikan yaitu dapat dilihat dari hasil uji hipotesis mean -12.533, std deviation 11.096, std error mean 2.865, dan untuk Ttabel diperoleh 1.761. Kemudian perhitungan Tuji diperoleh -4.375. Akan tetapi jika dicermati dari hipotesis tiga setelah melalui uji hipotesis antara menggunakan media realia dan metode ceramah ada perbedaan secara signifikan. Hal ini disebabkan karena menggunakan media realia merupakan suatu pembelajaran yang sebenarnya yang membantu pengalaman nyata peserta didik dan menarik minat dan semangat

(15)

belajar siswa (Mulyani Sumantri dan Johar Permata 1998/1999). Misalkan dalam kelas eksperimen pada saat diskusi siswa lebih aktif dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru karena siswa langsung diberikan contoh benda nyatanya untuk didiskusikan, sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah siswa juga aktif dalam mengikuti proses pembelajaran akan tetapi tidak seaktif dikelas eksperimen.

Penelitian yang dilakukan penulis selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan. Ami Sulistyowati, 2010 dalam penelitiannya “Studi Komparatif Tentang Efektivitas Media Pembelajaran Realia Dan Flash Cards Dalam Proses Belajar Mengajar Vocabulary Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Brebes Tahun Pelajaran 2009/2010”. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam penguasaan vocabulary antara siswa yang diajar menggunakan media pembelajaran realia dengan siswa yang diajar menggunakan media pembelajaran flash card pada siswa SD N Brebes dan Johar Makmun, 2007 dalam skripsinya dengan judul Studi Komparasi Penggunaan Media Realia Dan Media Grafis Bidang Diklat Menggambar Teknik Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif”. Menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang positif dan signifikan antara kelompok siswa yang menggunakan media realia dengan kelompok siswa yang menggunakan media grafis terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dalam ranah kognitif. Jadi berdasarkan hasil uji hipotesis 3 dan hasil relevan tersebut, kelompok metode ceramah dengan menggunakan media realia lebih memungkinkan siswa untuk meningkatkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah saja.

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data di atas, berikut ini akan diuraikan deskripsi dan interpretasi data hasil penelitian. Deskripsi dan interpretasi data dianalisis berdasarkan pada penggunaan media Realia dalam materi pembelajaran tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya (IPA) terhadap hasil belajar siswa.

Hasil uji hipotesis satu menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang hanya mengunakan metode ceramah terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada kelas

(16)

kontrol diperoleh mean -3.066, std deviation 11,003, std error mean 2.840, dan untuk Ttabel diperoleh 1.761 dengan DK 14 pada taraf 5%. Kemudia perhitungan Tuji diperoleh -1,079 dengan DK 14 pada taraf 5%. Maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti antara kedua data tersebut terdapat perbedaan secara signifikan antara kemampuan awal dan setelah melalui proses pembelajaran untuk kelas kontrol. Ini berarti kemampuan siswa sebelum dan sesudah melalui proses pembelajaran pada metode caramah mengalami peningkatan.

Hasil uji hipotesis dua menunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode ceramah dengan menggunakan media realia terhadap peningkatan hasil belajar siswa diperoleh mean -12.533, std deviation 11.09612, std error mean 2.865, dan untuk Ttabel diperoleh 1.761 dengan DK 14 pada taraf 5%. Kemudian perhitungan Tuji diperoleh -4.375 dengan DK 33 pada taraf 5%. Maka Ho di tolak dan H1 diterima, yang berarti ke-dua data tersebut terdapat perbedaan secara signifikan antara kemampuan awal dan setelah proses pembelajaran. Dari hasil penelitian untuk kelas eksperimen menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran menggunakan media Realia mengalami peningkatan yang signifikan. Penggunaan media realia dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena tidak merasa jenuh sehingga siswa menjadi aktif dalam pembelajaran.

Hasil uji hipotesis tiga menunjukkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh positif dan signifikan dengan menggunakan media realia dan metode ceramah terhadap peningkatan hasil belajar IPA kelas V dilihat dari postest kedua kelompok sampel. Setelah melalui uji hipotesis antara menggunakan media realia dan metode ceramah ada perbedaan secara signifikan. Hal ini disebabkan karena menggunakan media realia merupakan suatu pembelajaran yang sebenarnya yang membantu pengalaman nyata peserta didik dan menarik minat dan semangat belajar siswa (Mulyani Sumantri dan Johar Permata 1998/1999).

Teguh W (2008). Penerapan media Realia dalam pembelajaran sangat penting karena dapat menciptkan pembelajaran yang aktif karena dapat mendorong

(17)

motivasi siswa dalam menigkatkan rasa percaya diri siswa dalam berpendapat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang relevan dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode ceramah dengan menggunakan media Realia dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga siswa dalam mengikuti pelajaran menjadi aktif dan tidak merasa jenuh.

Gambar

Tabel 4.3  Data uji daya beda
Gambar 4.1 Kurva Distribusi Normal Postest Eksperimen

Referensi

Dokumen terkait

 Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi zat pencemar pada lingkungan adalah dengan menggunakan kitosan sebagai adsorben.. Kitosan lazimnya disintesis dari

Proses yang terdapat dalam mengelola data master administrasi Sentra UKM MERR Surabaya beberapa diantaranya adalah input data, update data, ubah status dan delete data

# Alhasil, kalau di posting ataupun share status 313 nama-nama rasul ini insya Allah juga akan mendapatkan keutamaan sebagaimana mereka yang meletakkannya di rumah atau

Pertanyaan-pertanyaan yang tersusun dengan baik dan dilontarkan dengan cara yang tepat akan: (1) meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar, (2) membangkitkan

Materi yang disajikan sesuai dengan RPP yang ada. Guru menyampaikan materi dengan sangat komunikatif dan di sisipi dengan lelucon sehingga membuat siswa tidak terlalu kaku

Semua pelanggan Indosat yang menjadi pengguna Dompetku &amp; Non Indosat (khusus lintas ops). Transfer Antar

Tuan et al.(2005) mengembangkan instrumen penilaian motivasi belajar pada pembelajaran sains berupa kuosioner dengan judul “students’ motivation towards science learning”