• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN JENJANG TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN JENJANG TINGGI"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEWIDYAISWARAAN JENJANG TINGGI

MATA DIKLAT

KEBIJAKAN PEMBINAAN WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

Oleh:

Dra. Army Winarry, M.Si.

Iih Faihaah, S.IP., M.Si.

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

(3)

ii

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Salah satu aspek yang penting dalam sistem kediklatan adalah tenaga pengajar, yang dalam hal ini adalah Widyaiswara, karena perannya sebagai ujung tombak dalam penyelenggaraan Diklatpim. Widyaiswaralah yang langsung berinteraksi dengan peserta Diklat dalam kelas dengan berbagi informasi, pengetahuan, dan pengalaman. Lebih dari itu, Widyaiswara juga memberikan motivasi dan juga menjadi inspirasi bagi peserta Diklat. Dalam pendek kata, peran Widyaiswara menentukan pemahaman dan kemampuan peserta dalam mengasilkan outcome Diklat.

Dengan peran strategis tersebut, Widyaiswara dituntut untuk semakin profesional karena hanya dengan kualifikasi yang mumpuni, Widyaiswara dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dalam mengelola kelas-kelas dalam Diklat Aparatur Sipil Negara (ASN). Oleh karena itu untuk menjamin profesionalisme Widyaiswara, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah merevisi pengaturan tentang Diklat Berjenjang Widyaiswara yang diantaranya merubah kurikulum Diklat dan uji kompetensi Widyaiswara agar dapat memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.

Untuk mendukung penyelenggaraan Diklat Berjenjang Widyaiswara, diperlukan adanya modul yang menjadi standar materi dalam Diklat dan mempermudah peserta dalam memahami maksud pembelajaran materi yang diajarkan. Dengan demikian, modul ini lebih merupakan pedoman bagi pengajar yang diharapkan

(4)

iii

selalu dikembangkan/disempurnakan materinya untuk menjamin kualitas penyelenggaraan Diklatpim.

Dengan diterbitkannya modul ini, meskipun isinya telah dikembangkan dengan seoptimal mungkin, namun tak dapat dipungkiri masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu kami selalu mengharapkan saran dan masukan dari para stakeholders demi peningkatan materi modul dan kualitas Diklat Berjenjang Widyaiswara. Selanjutnya, kepada para penulis, kami sampaikan banyak terima kasih dan penghargaan atas kontribusi dan kerjasamanya.

(5)

iv

DAFTAR ISI

Contents

HALAMAN JUDUL ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Deskripsi Singkat ... 2 C. Tujuan Pembelajaran ... 2 D. Materi Pokok ... 3 E. Petunjuk Belajar ... 3 BAB II ... 4

TUGAS POKOK DAN FUNGSI WIDYAISWARA ... 4

A. Tugas Pokok Widyaiswara ... 5

B. Fungsi Widyaiswara ... 9

BAB III ... 10

KEBIJAKAN PEMBINAAN WIDYAISWARA ... 10

A. Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014 ... 13

B. Peraturan Bersama Kepala LAN dan Kepala BKN nomor 1 dan nomor 8 tahun 2015 ... 19

C. Beberapa Peraturan Kepala LAN Turunan Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014 ... 21

BAB IV ... 24

KEBIJAKAN PENILAIAN ANGKA KREDIT WIDYAISWARA ... 24

A. Peraturan Kepala LAN Nomor 26 Tahun 2015 ... 24

B. Prosedur Pengusulan DUPAK ... 35

BAB V PENUTUP ... 39

(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kinerja organisasi salah satunya sangat ditentukan oleh manajemen sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Manajemen sumber daya manusia yang terintegrasi dan handal dalam suatu organisasi diharapkan mampu menghadapi tantangan dan persaingan baik dari dalam lingkungan internal maupun eksternal organisasi. Dalam menghadapi persaingan tersebut, sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi akan mampu memenangkan persaingan tersebut. Guna memperoleh sumber daya manusia yang handal dan kompeten pemerintah telah mengesahkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, dan mengamanatkan kepada setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun rencana pengembangan kompetensi tahunan yang tertuang dalam rencana kerja anggaran tahunan instansi masing-masing. Dalam melakukan pengembangan kompetensi pegawai ASN dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) maupun non Diklat. Kegiatan non diklat misalnya lokakarya, penataran, kursus, bimtek, seminar dan lain sebagainya.. Diklat selama ini telah dipandang sebagai alat untuk meningkatkan kompetensi aparatur. Melihat pada peningkatan kompetensi SDM aparatur, maka Diklat merupakan bagian integral bagi pengembangan SDM. Diklat merupakan investasi organisasi yang akan menopang kinerja organsasi.

Sebagai salah satu unsur utama dalam Diklat adalah Widyaiswara. Widyaiswara memegang peranan yang sangat strategis dan penting. Widyaiswara juga dapat dikatakan menjadi ujung tombak kualitas penyelenggaraan Diklat. Tantangan ke depan di tahun 2025, harus dapat terwujud birokrasi berkelas dunia. Untuk mewujudkan birokrasi berkelas dunia tersebut, tuntutan dan tantangan yang dihadapi aparatur pemerintah di masa yang akan datang makin berat dan kompleks. Peran Widyaiswara terkait

(7)

2

langsung dalam proses pembelajaran. Keberhasilan peserta Diklat tidak hanya terbatas pada pengetahuan atau knowledge saja, tetapi meliputi aspek afektif dan psikomotorik.

Untuk mencapai tiga aspek tersebut, dibutuhkan Widyaiswara yang benar-benar profesional sesuai dengan tuntutan kompetensi. Widyaiswara tidak hanya dituntut untuk menguasai substansi Diklat, tetapi juga harus menguasai teknik penyampaian atau transfer knowledge. Kemampuan Widyaiswara untuk dapat menguasai materi yang diajarkan dan teknik menyampaikannya diharapkan mampu mentransformasi peserta Diklat sesuai dengan tujuan Diklat. Berkaitan dengan hal tersebut maka Lembaga Administrasi Negara memandang perlu menyelenggarakan TOT berjenjang bagi Widyaiswara. Salah satu materinya adalah kebijakan pembinaan Widyaiswara. Agar materi kebijakan pembinaan widyaiswara dapat lebih terinternalisasi maka diperlukan modul Kebijakan Pembinaan Widyaiswara di setiap jenjang diklat. B. Deskripsi Singkat

Mata Diklat ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan kompetensi Widyaiswara dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara professional. Hal-hal yang dibahas meliputi: tugas pokok dan fungsi Widyaiswara, kebijakan pembinaan Widyaiswara, serta penilaian angka kredit Widyaiswara.

C. Tujuan Pembelajaran 1. Indikator hasil belajar

Setelah selesai membaca modul ini peserta diharapkan mampu :

Memahami kebijakan pembinaan Wudyaiswara dan kebijakan penilaian angka kredit Widyaiswara sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2. Indikator Keberhasilan

Setelah membaca modul ini, peserta diharapkan dapat: a. Menjelaskan tugas pokok dan fungsi Widyaiswara

(8)

3

b. Menguraikan kembali Kebijakan Pembinaan Widyaiswara sesuai dengan Peraturan yang berlaku.

c. Menguraikan kembali Kebijakan penilaian angka kredit Widyaiswara.

D. Materi Pokok

a. Tugas Pokok dan Fungsi Widyaiwara yang meliputi : 1. Tugas pokok Widyaiswara

2. Fungsi Widyaiswara

b. Kebijakan Pembinaan Widyaiswara

1. Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 Tahun 2014

2. Peraturan Bersama Kepala LAN dan Kepala BKN nomor 1 dan nomor 8 tahun 2015

3. Beberapa Peraturan Kepala LAN Turunan Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014

c. Kebijakan Penilaian angka kredit Widyaiswara. 1. Penjabaran Kepala LAN nomor 26 tahun 2015 2. Prosedur Pengusulan DUPAK

E. Petunjuk Belajar

Mata Diklat Kebijakan Pembinaan Widyaiswara penting diberikan kepada peseta Diklat Berjenjang untuk memberikan pemahaman dan penjelasan terkait kebijakan yang mengatur mengenai kewidyaiswaraan. Sebelum materi ini diberikan, diharapkan peserta terlebih dahulu membaca peraturan-peraturan kewidyaiswaraan antara lain:

1. Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014

2. Peraturan Bersama Kepala LAN dan Kepala BKN nomor 1 dan 8 tahun 2015

3. Pedoman Penilaian Angka Kredit Widyaiswara 4. Tahapan pengusulan DUPAK

(9)

4

BAB II

TUGAS POKOK DAN FUNGSI WIDYAISWARA

Sesuai Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014, pada pasal 1 dinyatakan bahwa jabatan fungsional widyaiswara adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih (Dikjartih) PNS, evaluasi dan pengembangan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Dari definisi yang berlaku jelas bahwa widyaiswara mempunyai tugas yang spesifik di bidang kediklatan. Pengaturan dalam Permenpan sebelumnya, tugas pokok widyaiswara hanya sampai pada kegiatan Dikjartih saja. Dengan tugas pokok widyaiswara yang semakin meluas ini, akan semakin menempatkan widyaiswara pada posisi yang penting dalam keterlibatannya pada keberhasilan program Diklat. Widyaiswara tidak lagi memandang Dikjartih sebagai kegiatan rutin yang berfungsi sebagai business as usual saja, namun Dikjartih harus dapat dijadikan alat untuk melakukan improvisasi pengembangan Diklat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja program Diklat dan profesionalisme aparatur.

Menjadi Widyaiswara tentu merupakan sebuah pilihan karir yang telah dipikirkan dengan cukup matang yang didasarkan pada minat dan kemampuan serta passion sebagai widyaiswara. Seorang widyaiswara bukanlah guru biasa, karena yang dihadapi adalah peserta Diklat yang sudah bekerja di lingkungan birokrasi, sehingga dalam proses pembelajaranpun metode yang digunakan adalah metode andragogy (pembelajaran orang dewasa). Menjadi seorang widyaiswara tentu sudah siap dengan segala tantangan yang harus dihadapi, terutama terhadap tugas yang harus dilaksanakan.

Indikator hasil belajar : Setelah membaca bab 2 modul ini peserta diharapkan dapat menjelaskan kembali tugas pokok dan funsi

(10)

5 A. Tugas Pokok Widyaiswara

Tugas yang harus dilaksanakan seorang pejabat fungsional widyaiswara memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan pejabat fungsional yang lain. Sesuai dengan tugas pokok yang ada, maka seorang widyaiswara mempunyai tugas antara lain:

1. Mengajar, mendidik, melatih PNS pada Diklat di Lembaga Diklat Pemerintah

Tugas ini merupakan tugas pokok seorang Widyaiswara seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri PAN yang telah beberapa kali mengalami perubahan/revisi. Tugas dalam melakukan Dikjartih ini harus dipahami betul oleh seorang widyaiswara. Meskipun memiliki kemiripan dengan tugas seorang dosen ataupun guru yang sama-sama melakukan Dikjartih, tugas melaksanakan Dikjartih bagi seorang widyaiswara berbeda dengan funsional dosen ataupun guru. Dikjartih yang dilakukan oleh widyaiswara lebih spesifik, yaitu peserta didiknya adalah Pegawai Negeri Sipil. Karena yang menjadi peserta didiknya adalah PNS, tentu dibutuhkan strategi tertentu untuk mentransfer ilmu dan kompetensinya. Sebagai pejabat fungsional yang langsung melakukan Dikjartih untuk PNS atau Birokrasi, dapat dimaknai bahwa widyaiswara bukanlah merupakan guru biasa, namun dapat dikatakan sebagai guru bangsa, karena keterlibatannya langsung dalam upaya pengembangan kompetensi PNS baik melalui Diklat Kepemimpinan, Diklat Prajabatan, Diklat Teknis, maupun Diklat Fungsional.

Dalam melaksanakan kegiatan Dikjartih widyaiswara dituntut untuk menyiapkan diri sebaik-baiknya sebelum pelaksanaan tatapmuka dilakukan. Pelaksanaan tatapmuka yang baik tentu harus berawal dari bagaimana kesiapan widyaiswara dalam menyusun sebuah bahan ajar, bahan tayang, GBBP dan SAP yang baik. Melaksanakan Dikjartih bagi widyaiswara tidak bisa diartikan hanya untuk memenuhi Jam Pelajaran semata dalam suatu program Diklat, namun dalam jangka panjangnya juga adalah apakah materi yang disampaikan dapat diimplementasikan di

(11)

6

tempat kerja dari masing-masing peserta Diklat, sehingga dampak dari keseluruhan proses pembelajaran melalui Diklat dapat memenuhi pengembangan kompetensi peserta Diklatnya dan berkontribusi bagi upaya pemerintah untuk mewujudkan smart ASN.

Dalam Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014, widyaiswara dimungkinkan untuk melakukan Dikjartih untuk non Aparatur Sipil Negara yaitu warga atau masyarakat binaan instansi yang menjadi obyek Diklatnya, dengan syarat tidak ada jabatan fungsional lain yang dapat melakukan Dikjartih untuk warga binaan tersebut, meskipun pengakuan angka kredit untuk kegiatan tatapmukanya tidak sebesar pengakuan angka kredit untuk kegiatan tatapmuka Dikjartih pagi PNS. Hal ini tentu dapat meningkatkan semangat melaksanakan Dikjartih bagi widyaiswara karena untuk Diklat-diklat Teknis tertentu, banyak Lembaga Diklat yang mengimplementasikan program Diklat yang diperuntukkan bagi masyarakat binaan instansinya seperti Kementerian Sosial, BKKBN, Kementerian Kehutanan, Kementerian Kesehatan, Kementrian Tenaga Kerja dan lain sebagainya.

Masih kurangnya pemahaman sebagian widyaiswara terhadap tugasnya, walaupun dari segi persyaratan sudah memenuhi dan telah memiliki jam terbang mengajar yang cukup dapat disebabkan karena ketidakpedulian widyaiswara yang bersangkutan terhadap peraturan yang ada dan kurangnya pembinaan langsung dari instansi widyaiswara. Pembinaan langsung dari instansi widyaiswara menjadi sangat penting untuk memastikan norma, standar, prosedur, dan kabijakan yang dikeluarkan oleh instansi Pembina jabatan fungsional dapat dilaksanakan dengan baik dan mempunyai persepsi yang sama dengan widyaiswara, Lembaga Diklat, dan instansi Pembina jabatan fungsional widyaiswara.

2. Melakukan kegiatan evaluasi dan pengembangan Diklat

Selain melaksanakan kegiatan Dikjartih, widyaiswara juga mempunyai tugas pokok dalam kegiatan evaluasi dan pengembangan Diklat. Hal ini telah diamanatkan dalam Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun

(12)

7

2014. Kegiatan evaluasi dan pengembangan Diklat selama ini menjadi tanggung jawab pengelola dan penyelenggara Diklat. Dengan semakin meluasnya tugas widyaiswara, widyaiswara harus terlibat mulai dari proses perencanaan Diklat, penyelenggaraan Diklat, evaluasi penyelenggaraan Diklat, evaluasi hasil belajar, sampai dengan evaluasi pasca Diklat. Keterlibatan widyaiswara dalam pengembangan Diklat antara lain dapat diwujudkan dalam penyusunan kurikulum Diklat, penyusunan perencanaan pengembangan kompetensi, penyusunan perencanaan diklat, dan penyusunan modul Diklat.

3. Melakukan kegiatan pengembangan profesi

Tugas pokok lainnya yang sangat penting bagi widyaiswara adalah kecakapannya dalam melakukan penelitian dan menyusun karya tulis ilmiah sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014 sebagai bagian dari unsur utama yaitu tugas dalam pengembangan profesi. Secara tegas dinyatakan dalam pasal 11 Peraturan Menteri PAN dan RB bahwa Widyaiswara yang akan naik pangkat dan golongan ke tingkat yang lebih tinggi harus terpenuhi angka kredit yang berasal dari pengembangan profesi. Pernyataan ini semakin meyakinkan kepada widyaiswara bahwa tugas pokoknya tidak hanya pelaksanaan Dikjartih, evaluasi dan pengembangan Diklat, namun pengembangan profesi menjadi bagian dari tugas pokoknya. Hal ini terkait dengan peran widyaiswara yang tidak hanya sebagai mendidik, mengajar dan melatih (tatap muka di depan kelas saja), tetapi juga kemampuan sebagai seorang peneliti.

Peneliti di sini tentu tidak diartikan sebagai peneliti murni layaknya jabatan fungsional peneliti, namun sebagai seorang yang mampu melakukan penelitian di bidang kediklatan dan mampu membuat laporan penelitian menjadi suatu karya tulis ilmiah. Kegiatan penyusunan karya tulis ilmiah bagi widyaiswara banyak jenisnya, namun dalam pengusulan angka kredit widyaiswara, hal ini sering menjadi kendala dan tidak bisa tercapai. Widyaiswara belum mampu membiasakan diri untuk aktif dalam kegiatan

(13)

8

menulis, banyak waktu dan energi yang tersita untuk memenuhi jam pelajaran dalam Dikjartih.

Kegiatan pengembangan profesi dibagi dalam dua jenis yaitu karya tulis ilmiah dalam bentuk buku dan non buku. Dalam bentuk non buku diturunkan dalam berbagai jenis media yang berupa jurnal dan majalah ilmiah internasional dan nasional, dan juga makalah dalam pertemuan ilmiah. Melakukan kegiatan di bidang pengembangan profesi, sebenarnya sangat menguntungkan baik dari segi peningkatan kompensi widyaiswara maupun dari segi perolehan angka kredit. Mengapa? Karena nilai angka kreditnya cukup besar. Dengan melakukan kegiatan penelitian ilmiah diharapkan widyaiswara memiliki pengayaan ilmu dan wawasan sekaligus pendalaman ilmu yang diampu seorang widyaiswara. Penyusunan karya tulis ilmiah widyaiswara tidak harus dilakukan dengan kegiatan penelitian, tetapi juga dapat dilakukan dari analisis berpikir kritis yang kemudian dielaborasi dengan konsep tertentu dan dianalisis dengan pisau analisis tertentu sampai dikeluarkan rekomendasi kebijakan atau saran kebijakan yang dapat menjadi masukan yang sangat berharga bagi upaya perbaikan dan pengembangan Diklat di Lembaga Diklat. Kegiatan yang dilakukan widyaiswara pada saat melakukan kegiatan Dikjartih dapat dijadikan modal dalam menemukan ide tertentu untuk dikembangkan dalam penelitian ilmiah maupun studi pustaka. Tahapan dalam melakukan kegiatan pengembangan profesi sebenarnya juga dapat memotivasi untuk lebih banyak membaca, mengkaji, serta menulis karena dengan banyak melakukan kegiatan ilmiah tersebut maka wawasan menjadi semakin luas dan akan mendatangkan ide-ide baru terutama kalau diaplikasikan dalam bentuk tulisan-tulisan dan bahan ajar khususnya untuk mata diklat yang diampunya.

4. Melakukan kegiatan penunjang

Kegiatan penunjang yang mendukung kompetensi widyaiswara dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan antara lain ikut serta dalam seminar, menjadi pengurus dan anggota organisasi profesi, artikel di surat kabar

(14)

9

dan website. Dari sisi komposisi angka kredit, kontribusi perolehan angka kredit dari unsur penunjang adalah paling tinggi 20% dari keseluruhan angka kredit yang dibutuhkan.

B. Fungsi Widyaiswara

Dalam melaksanakan fungsinya, seorang widyaiswara diharapkan melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatannya, yaitu Widyaiswara Ahli Pertama, Widyaiswara Ahli Muda, Widyasiwara Ahli Madya, dan Widyaiswara Ahli Utama. Masing-masing jenjang tentu harus memiliki kompetensi sesuai level jabatannya. Fungsi dari setiap level jabatan widyaiswara menggambarkan capaian kompetesi dari setiap jenjang jabatan widyaiswara, yaitu:

1. Widyaiswara ahli pertama, mampu melaksanakan kegiatan Dikjartih dengan metode pembelajaran yang benar

2. Widyaiswara ahli muda, mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan Dikjartih dengan pengembangan metode pembelajaran yang lebih komprehensif dan inovatif dan mempuat program diklat.

3. Widyaiswara ahli madya, mampu menyusun proposal penelitian dan melakukan penelitian

4. Widyaiswara ahli utama, mampu menjadi konsultan Diklat

The dream begins with a teacher who believes in you, who tugs and pushes and leads you to the next plateau, sometimes poking you with

a sharp stick called "truth." ~Dan Rather

Mimpi berawal dari seorang guru yang mempercayaimu, yang menarik, mendorong, membawamu ke dataran tinggi, kadang ia menusukmu dengan

tombak tajam bernama, “Kebenaran.”

Sumber ENGLISHINDO.COM Referensi Belajar Bahasa Inggris Online:

(15)

10

BAB III

KEBIJAKAN PEMBINAAN WIDYAISWARA

Pembinaan widyaiswara dilakukan sejak mulai dari proses rekruitmen awal sampai dengan pemberhenti dari jabatan fungsional widyaiswara. Tujuan pembinaan widyaiswara adalah untuk meningkatkan profesionalisme widyaiswara yang didasarkan pada kompetensi, prestasi kerja dan mampu menjamin hasil lulusan Diklat PNS. Selain diperlukan widyaiswara yang profesional, perlu diperhatikan juga jenjang karier widyaiswara dengan tetap mengacu pada standar kualitas sebagai pejabat fungsional widyaiswara. Pembinaan widyaiswara meliputi proses rekruitmen, pengangkatan dalam pangkat/jabatan, pengembangan, penilaian angka kredit, pembebasan sementara, pengangkatan kembali, dan pemberhentian. Khusus pembinaan yang terkait dengan penilaian angka kredit diatur dalam bab tersendiri.

1. Rekruitmen Widyaiswara

Rekruitmen adalah proses penting dalam menentukan kualitas widyaiswara. Diawali dengan proses rekruitmen ini lah widyaiswara dapat diprediksikan pengembangan karirnya. Apabila dalam pola rekruitmen terjadi kesalahan, maka dalam proses berikutnya juga akan mengalami hambatan. Mengingat tuntutan tugas yang semakin berat bagi profesi widyaiswara maka kebijakan rekruitmen widyasiwara selain ditekankan pada pertimbangan usia, juga lebih ditekankan pada standar kompetensi yang tuntut untuk menduduki jabatan fungsional widyaiswara. Dengan pola rekruitmen yang berbasis pada kompetensi, diharapkan akan dapat diperoleh widyaiswara yang handal dan profesional. Untuk memenuhi kebutuhan akan profesionalisme widyaiswara, perlu memperhatikan formasi yang dibutuhkan oleh instansi yang didasarkan Setelah selesai membaca bab 3 modul ini saudara diharapkan dapat:

menguraikan kembali Kebijakan Pembinaan Widyaiswara sesuai dengan peraturan yang berlaku

.

(16)

11

pada analisis jabatan dan analisis beban kerja yang telah dilakukan oleh instansi.

2. Pengangkatan dalam pangkat/jabatan

Dalam proses pengangkatan widyaiswara dalam pangkat/jabatan yang lebih tinggi, selain memenuhi angka kredit yang ditetapkan, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Persyaratan kenaikan jabatan Widyaiswara Ahli Pertama golongan ruang III/b sampai dengan Widyaiswara Ahli Madya golonganruang IV/c, yaitu : 1) Paling singkat telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir dibuktikan

dengan Surat Keputusan;

2) Memenuhi jumlah angka kredit kumulatif dan komposisi angka kredit penjenjangan yang disyaratkan untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi dibuktikan dengan PAK;

3) Telah mengikuti dan lulus Diklat Kewidyaiswaraan Berjenjang dan uji kompetensi;

4) Penilaian prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.

b. Persyaratan kenaikan jabatan dari Widyaiswara Ahli Madya ke Widyaiswara Ahli Utama, yaitu :

1) Memenuhi angka kredit yang disyaratkan yang telah ditetapkan oleh Kepala LAN;

2) Melakukan orasi ilmiah sesuai bidang spesialisasinya paling lambat dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak diterbitkan PAK, dibuktikan dengan Berita Acara orasi ilmiah;

3) Paling singkat telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir dibuktikan dengan SK jabatan terakhir;

4) Telah mengikuti dan lulus Diklat Kewidyaiswaraan Berjenjang dan uji kompetensi;

5) Penilaian prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir;

(17)

12

c. Kenaikan pangkat [ada jabatan fungsional Widyaiswara mempertimbangkan:

1) Paling singkat telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terkahir dibuktikan dengan SK pangkat;

2) Memenuhi jumlah angka kredit kumulatif dan komposisi angka kredit penjenjangan yang disyaratkan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi;

3) Penilaian prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.

3. Pengembangan Widyaiswara

Widyaiswara sebagai salah satu unsur penting dalam proses pengembangan komptensi ASN, dituntut untuk semakin meningkatkan profesionalismenya. Salah satu cara untuk meningkatkan profesionalisme widyaiswara adalah dengan Diklat. Diklat bagi Widyaiswara dimaksudkan sebagai pengembangan individual dan pembinaan karier widyaiswara, yang diarahkan pada ;

a. Pengembangan wawasan b. Pengembangan intelektual

c. Pengembangan dalam penguasaan substansi (content expert)

d. Pengembangan dan peningkatan kemampuan dan ketrampilan dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta Diklat (transfer expert)

e. Perubahan sikap dan perilaku

4. Pembebasan sementara, pengangkatan kembali,dan pemberhentian Pembebasan sementara karena tidak tercapai angka kredit sudah ditiadakan dalam pengaturan pasal dalam Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014. Pengaturan tentang pembebasan sementara dapat dilakukan apabila:

a. Diberhentikan sementara sebagai PNS;

(18)

13

c. Menjalani cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk persalinan anak ke empat dan seterusnya;

d. Menjalani tuga belajar lebih dari 6 (enam) bulan.

Apabila widyaiswara dibebaskan sementara, maka dapat dilakukan pengangkatan kembali apabila:

a. Jika dibebaskan semenatara sebagai PNS, maka telah diangkat kembali sebagai PNS;

b. Apabila dtugaskan secara penuh di luar jabatan Widyaiswara, maka dapat diangkat kembali dalam jabatan Widyasiwara jika:

1) Berusia paling tinggi 56 (lima puluh enam) tahun bagi yang pada saat pembebasan sementara menduduki jabatan Widyaiswara Ahli Pertama dan Widyaiswara Ahli Muda;

2) Berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun bagi yang pada saat pembebasan sementara menduduki jabatan Widyaiswara Ahli Madya dan Widyaiswara Ahli Utama

c. Widyaiswara yang dibebaskan sementara karena menjalani cuti di luar tanggungan negara, dapat diangkat kembali dalam jabatan Widyaiswara, apabila telah selesai menjalani cuti di luar tanggungan negara;

d. Widyaiswara yang dibebaskan sementara karena tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan maka dapat diangkat kembali dalam jabatan Widyaiswara, apabila telah selesai menjalani tugas belajar.

Widyaiswara diberhentikan dari jabatannya apabila dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, kecuali disiplin berat berupa penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun dan pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah.

Beberapa kebijakan pembinaan widyaiswara telah diundangkan yaitu: A. Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014

(19)

14

Kebijakan pembinaan widyaiswara tertuang dalam Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014. Pembinaan widyaiswara diarahkan untuk mengatur jabatan fungsional widyaiswara, yang terkait dengan tugas pokok widyaiswara, pembagian unsur/kegiatan yang dapat dinilai angka kreditnya, persyaratan menjadi widyaiswara, pengembangan widyaiswara, pembebasan sementara, dan pemberhentian sementara. Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014, mengatur beberapa hal sebagai berikut:

1. Definisi dan tugas pokok widyaiswara

Jabatan fungsional widyaiswara adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar, melatih PNS, Evaluasi dan Pengembangan Diklat pada Lembaga Diklat Pemerintah. Tugas pokok widyaiswara adalah Melaksanakan Dikjartih PNS, Evaluasi dan Pengembangan Diklat pada Lembaga Diklat Pemerintah.

Dengan tugas pokok widyaiswara yang semakin meluas tersebut yaitu tidak hanya Dikjartih saja, diharapkan dapat terus mendorong widyaiswara untuk dilibatkan dalam kegiatan evaluasi dan pengembangan Diklat.

2. Jenjang Jabatan Fungsional Widyaiswara Jenjang jabatan fungsional widyaiswara adalah: a. Widyaiswara Ahli Pertama;

b. Widyaiswara Ahli Muda; c. Widyaiswara Ahli Madya; d. Widyaiswara Ahli Utama.

Jenjang jabatan fungsional widyaiswara dengan menambahkan kata “ahli” tersebut adalah untuk menunjukkan bahwa widyaiswara merupakan jabatan fungsional keahlian yang melaksanakan tugasnya dilandasi oleh pengetahuan, metodologi dan teknis analisis yang didasarkan atas disiplin ilmu yang bersangkutan dan/atau berdasarkan sertifikasi yang setara dengan keahlian dan ditetapkan berdasarkan akreditasi tertentu

(20)

15 3. Pembagian Unsur dan sub unsur

Kegiatan widyaiswara dibagi ke dalam 2 (dua) unsur yaitu Unsur Utama dan Unsur Penunjang. Unsur utama, terdiri dari sub unsur:

a. Pendidikan;

b. Pelaksanaan Dikjartih PNS;

c. Evaluasi dan pengembangan Diklat; d. Pengembangan profesi

Masing-masing sub unsur dijabarkan menjadi kegiatan yang dapat dinilai angka kreditnya, terdiri dari:

a. Sub unsur pendidikan, meliputi:

1. Pendidikan formal/sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;

2. Diklat fungsional/teknis yang mendukung tugas widyaiswara dan memperoleh STTPP/sertifikat.

b. Sub unsur pelaksanaan Dikjartih PNS meliputi: 1. Persiapan, terdiri dari:

a) Penyusunan bahan Diklat;

b) Penyusunan soal/materi ujian Diklat 2. Pelaksanaan, terdiri dari:

a) Tatap muka Diklat; b) Pembimbingan

c) Pendampingan OL/PKL/Benchmarking;

d) Pendampingan penulisan kertas kerja/proyek perubahan e) Pemeriksaan hasil ujian Diklat;

f) Coaching pada proses penyelenggaraan Diklat

c. Sub unsur evaluasi dan pengembangan Diklat meliputi: 1. Evaluasi Diklat, terdiri dari:

a) Pengevaluasian penyelenggaraan Diklat di instansinya; b) Pengevaluasian kinerja widyaiswara

(21)

16

2. Pengembangan Diklat, terdiri dari: a) Penganalisisan kebutuhan Diklat; b) Penyusunan kurikulum Diklat; c) Penyusunan program diklat? d) Penyusunan modul Diklat. d. Sub unsur pengebangan profesi meliputi:

1. Pembuatan karya tulis ilmiah dalam bidang spesialisasi keahliannya dan lingkup kediklatan;

2. Penemuan inovasi yang dipatenkan dan telah masuk daftar paten sesuai bidang spesialisasi keahliannya;

3. Penyusunan buku pedoman/ketentuan pelaksanaan/ketentuan teknis di bidang kediklatan;

4. Pelaksanaan orasi ilmiah sesuai spesialisasinya

e. Kegiatan penunjang jabatan fungsional widyaiswara, meliputi:

1. Peran serta dalam seminar/lokakarya/konferensi di bidang kediklatan;

2. Keanggotaan dalam organisasi profesi;

3. Pembimbingan kepada widyaiswara di bawah jenjang jabatannya; 4. Penulisan artikel pada surat kabar;

5. Penulisan artikel pada website;

6. Perolehan gelar/ijazah kesarjanaan lainnya; 7. Perolehan penghargaan/tanda jasa.

Dibandingkan dengan pembagian unsur dan sub unsur dengan Peraturan Menteri PAN nomor 14 tahun 2009, pembagian unsur dan sub unsur dalam Peratuan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014 lebih sederhana yaitu terdiri dari 57 butir kegiatan. Hal ini tentu akan lebih memudahkan tim penilai dan widyaiswara dalam melakukan pengelolaan kegiatan yang dapat dinilai angka kreditnya. Selain lebih sederhana, penilaian angka kredit bersifat tunggal, artinya penilaian angka kredit tidak lagi dibedakan per jenis Diklat yang diampunya, namun widyaiswara mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan Dikjartih pada jenis

(22)

17

Diklat manapun dan memperoleh angka kredit yang sama kecuali untuk angka kredit sub unsur pelaksanaan tatapmuka dibedakan berdasarkan jenjang jabatan Widyaiswaranya. Meskipun kegiatan yang dapat dinilai angka kreditnya lebih sederhana dan simpel, namun dari segi besaran angka kreditnya mengalami kenaikan, seperti untuk bahan-bahan Diklat Teknis yang sebelumnya besarannya 0,10 dinaikkan menjadi 0,60, untuk buku sebelumnya 20 dinaikkan menjadi 25, dan kegiatan yang lainnya pun mengalami kenaikan. Sehingga akan sangat mudah bagi widyaiswara untuk mencapai angka kredit pada jenjang jabatan/pangkat yang lebih tinggi.

4. Widyaiswara dapat melaksanakan kegiatan Dikjartih bagi Non Aparatur Sipil Negara dalam lingkup binaan instansinya. Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014 telah mengakomodir kegiatan Dikjartih selain PNS. Hal ini dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya program-program Diklat yang dilakukan Lembaga Diklat yang diperuntukkan bagi masyarakat binaan instansi non PNS yang sangat diperlukan untuk mendukung visi dan misi instansi. Widyaiswara dapat melakukan kegiatan Dikjatih ini, dengan syarat sepanjang tidak ada jabatan fungsional lainnya yang dapat mengembangkan kompetensi bagi masyarakat binaan tersebut dan penyusunan kurikulumnya dilakukan oleh Lembaga Diklat tersebut. 5. Komposisi angka kredit pengembangan profesi mengalami perubahan

yang cukup signifikan. Setiap kenaikan ke pangkat dan golongan ruang yang lebih tinggi angka kreditnya harus terpenuhi sesuai syarat untuk kenaikan ke pangkat dan golongan ruang yang dituju. Bagi widyaiswara yang akan naik ke pangkat ke Penata golongan ruang III/c, angka kredit yang disyaratkan adalah 6 (enam) angka kredit, dan seterusnya ke pangkat dan golongan ruang selanjutnya berturut-turut adalah 8, 10, 12, 14, 16, dan 18 angka kredit. Jika seorang widyaiswara terdapat kelebihan angka kredit sesuai yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat dan golongan, maka kelebihan angka kredit tersebut masuk dalam perolehan angka kredit kumulatif, namun syarat untuk kenaikan ke pangkat dan golongan

(23)

18

selanjutnya tetap harus mengumpulkan angka kredit sesuai persyaratan angka kredit pada pangkat dan golongan yang akan dituju.

6. Pengaturan terkait jumlah angka kredit tahunan yang harus dicapai oleh widyaiswara. Widyaiswara wajib menyusun Sasaran Kerja Pegawai (SKP) yang akan dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun berjalan. Angka kredit yang tertuang dalam SKP tersebut berasal dari sub unsur pelaksanaan Dikjartih, evaluasi dan pengembangan Diklat, dan pengembangan profesi dengan jumlah angka kredit paling kurang:

a. 12,5 untuk Widyaiswara Ahli Pertama; b. 25 untuk Widyaiswara Ahli Muda c. 37,5 untuk Widyaiswara Ahli Madya;

d. 50 untuk Widyaiswara Ahli Utama, ini berlaku bagi Widyaiswara Ahli Utama golongan ruang IV/d

7. Syarat pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional Widyaiswara, terdapat perubahan yaitu berijazah paling rendah Magister (S2) dari perguruan tinggi yang terakreditasi. Widyaiswara yang belum memiliki ijazah Magister (S2) tetap dapat melaksanakan tugasnya sebagai widyaiswara dan harus memiliki ijazah Magister (S2) paling lama 5 (lima) tahun sejak berlakunya Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014. Apabila widyaiswara tidak memiliki ijazah Magister (S2) dapat diberikan kenaikan pangkat paling tinggi Penata Tingkat I, golongan ruang III/d atau pangkat terakhir yang didudukinya.

8. Untuk peningkatan kompetensi dan profesionalisme widyaiswara, widyaiswara yang akan naik jenjang jabatan, harus mengikuti dan lulus Diklat penjenjangan widyaiswara dan uji kompetensi sesuai dengan jenjang yang akan didudukinya. Diklat penjenjangan wajib diikuti oleh widyaiswara yang akan naik ke jenjang jabatan yang akan dituju. Pengaturan terkait pelatihan penjenjangan sebenarnya sudah dimulai sejak dikeluarkannya Peraturan Bersama Kepala LAN dan Kepala BKN nomor 1 dan nomor 2 tahun 2010, yang mengamanatkan bahwa paling

(24)

19

lambat Januari 2014 widyaiswara yang akan naik ke jenjang jabatan yang lebih tinggi harus mengikuti dan lulus Diklat penjenjangan.

9. Pembebasan sementara karena tidak tercapai angka kredit dihapuskan. Namun diganti dengan konsep “maintenance” yang berupa angka kredit tahunan yang dimasukkan dalam Sasaran Kerja Pegawai. Angka kredit pemeliharaan tahunan ini harus menjadi perhatian bagi pimpinan widyaiswara untuk mengecek apakah SKP Widyaiswara memenuhi target sesuai kontrak kerja yang sudah disampaikan pada awal tahun. Kinerja tahunan inilah yang dijadikan dasar dalam melakukan penilaian kinerja widyaiswara di instansinya. Apabila widyaiswara tidak dapat mencapai target kinerja, maka sanksinya adalah mengikuti aturan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang Disiplin PNS yaitu PP 53 tahun 2010. Ketentuan pembebasan sementara yang disebabkan tidak tercapai angka kredit, widyasiwara tidak mengalami kegamangan lagi manakala tidak tercapai angka kreditnya (tidak mengusulkan DUPAK) ke Tim Penilai.

B. Peraturan Bersama Kepala LAN dan Kepala BKN nomor 1 dan nomor 8 tahun 2015

Peraturan Bersama Kepala LAN dan Kepala BKN Nomor 1 dan Nomor 8 Tahun 2015 ini merupakan ketentuan pelaksanaan dari Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 22 tahun 2014. Pengaturannya lebih kepada memperjelas hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014. Sebagai contoh pengaturan tentang pemberlakukan pembebasan sementara karena tidak tercapai angka kredit, beberapa instansi belum secara tegas melakukan pembebasan sementara kepada widyaiswaranya, padahal widyaiswara sudah lebih dari 5 tahun tidak tercapai angka kreditnya. Sehingga muncul pengaturan yang menyatakan Instansi yang belum melakukan pembebasan sementarabagi widyaiswara yang tidak memenuhi angka kredit, sebelum berlakunya Peraturan Menteri

(25)

20

PAN dan RB nomor 22 tahun 2014 harus tetap melakukan pembebasan sementara sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri PAN nomor 14 tahun 2009.

Dengan pengaturan tersebut, maka akan lebih membantu widyaiswara untuk tidak diberikan pembebasan sementara, meskipun pada saat berlakunya Peraturan Menteri PAN nomor 14 tahun 2009 sudah lebih dari 5 tahun tidak tercapai angka kreditnya dan intansi tidak mengeluarkan Surat Keputusan Pembebasan Sementara.

Pengangkatan widyaiswara dari jalur Jabatan Pimpinan Tinggi diatur dengan ketentuan:

a. Sehat jasmani dan rohani b. Lulus uji kompetensi

c. Memenuhi formasi jabatan fungsional widyaiswara untuk pelaksanaan Dikjartih PNS, evaluasi dan pengembangan Diklat pada Diklatpim Tingkat I dan Tingkat II.

Adapun mekanisme untuk melakukan pengajuan untuk diangkat menjadi widyaiswara bagi PNS yang menduduki jabatan pimpinan tinggi diatur dengan paling lambat 9 (sembilan) bulan sebelum yang bersangkutan mencapai batas usia pension dari jabatan strukturalnya, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Paling lambat 6 (enam) bulan sejak diajukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian harus sudah mendapatkan rekomendasi dari LAN; b. Pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional widyaiswara sudah harus

ditetapkan sebelum mencapai batas usia pensiun dalam jabatan strukrural yang didudukinya.

Pengaturan lebih lanjut dalam Peraturan Bersama ini adalah terkait widyaiswara yang tidak mencapai target angka kredit yang ditetapkan dalam SKP, dikenakan sanksi sebagai berikut:

a. Apabila pencapaian SKP pada akhir tahun kurang dari 25% dijatuhi hukuman disiplin berat sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

(26)

21

b. Apabila pencapaian SKP pada akhir tahun hanya mencapai 25% sampai dengan 50% dijatuhi hukuman disiplin sedang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

C. Beberapa Peraturan Kepala LAN Turunan Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014

Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014 sebagai peraturan tertinggi yang mengatur tentang jabatan fungsional widyaiswara, ditindaklanjuti oleh instansi Pembina jabatan fungsional dengan menetapkan pedoman pengaturan teknis yang dituangkan dalam Peraturan Kepala LAN antara lain :

1. Pedoman penyusunan formasi jabatan fngsional widyaiswara Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara dimaksudkan untuk memberikan panduan secara teknis dalam menyusun Formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara pada instansi Pusat dan Daerah.

Pedoman bertujuan untuk mendapatkan jumlah dan susunan Jabatan Fungsional Widyaiswara sesuai dengan beban kerja yang dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara profesional, serta memungkinkan pencapaian jumlah angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat.

2. Pedoman standar kompetensi jabatan fungsional widyaiswara Pedoman standar kompetensi jabatan fungsional widyaiswara bertujuan sebagai dasar untuk menyelenggarakan pembinaan profesi dan karier widyaiswara serta untuk meningkatkan kinerja widyaiswara dalam pelaksanaan tugas. Sasaran penetapan standar kompetensi Widyaiswara adalah:

a. Terselenggaranya pembinaan dan pengembangan Widyaiswara yang efektif dan akuntabel;

b. Tersedianya Widyaiswara yang profesional Standar kompetensi widyaiswara meliputi :

(27)

22

a. Kompetensi pengelolaan pembelajaran; b. Kompetensi substantif;

c. Kompetensi Sosial; d. Kompetensi Kepribadian.

3. Pedoman Penyelenggaraan Diklat Kewidyaiswaraan Substansi Diklat Diklat Kepemimpinan Tingkat III dan Tingkat IV

Penyusunan pedoman ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi tenaga pengajar agar mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dalam memandu program pembelajaran Diklatpim Tingkat III dan Tingkat IV, terutama kompetensi tenaga pengajar dalam :

a. Menjelaskan kebijakan Diklat Aparatur dan isu strategis dalam bidang kediklatan;

b. Menguasai substansi agenda pembelajaran yang diajarkan;

c. Memfasilitasi pembelajaran sesuai agenda pembelajaran pilihannya.

4. Pedoman Penyelenggaraan Diklat Kewidyaiswaraan Substansi Diklat Diklat Prajabatan Golongan II dan III

Penyusunan pedoman ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi tenaga pengajar agar mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dalam memandu program pembelajaran Diklat Prajabatan Golongan II dan III, terutama kompetensi tenaga pengajar dalam :

a. Menjelaskan kebijakan Diklat Aparatur dan isu strategis dalam bidang kediklatan;

b. Menguasai substansi agenda pembelajaran yang diajarkan;

c. Memfasilitasi pembelajaran sesuai agenda pembelajaran pilihannya.

5. Pedoman Penyelenggaraan Diklat Kewidyaiswaraan Berjenjang Pedoman ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi widyaiswara agar mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai level jabatannya.

(28)

23

6. Pedoman Penyelenggaraan Diklat calon widyaiswara dan pedoman seleksi calon widyaiswara

Pedoman ini bertujuan memberikan pedoman dalam proses pengusulan, penyelenggaraan Diklat dan Seleksi, penilaian angka kredit, dan pengangkatan dalam jabatan fungsional widyaiswara. Sasaran yang ingin dicapai dalam pedoman ini adalah terbentuknya karakter dan kompetensi widyaiswara yang sesuai dengan tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan

(29)

24

BAB IV

KEBIJAKAN PENILAIAN ANGKA KREDIT WIDYAISWARA

Indikator hasil belajar : Setelah membaca bab 4 modul ini anda diharapkan dapat menguraikan kembali Kebijakan penilaian angka kredit Widyaiswara

A. Peraturan Kepala LAN Nomor 26 Tahun 2015

Widyaiswara dalam melaksanakan tugas dan fungsinya akan selalu dikaitkan dengan ketercapaian angka kredit sebagai dasar untuk pengembangan karirnya. Kinerja widyaiswara akan dievaluasi untuk periode tertentu sesuai amanat Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014 sebagaimana Pasal 17 yaitu :

1. Untuk kelancaran penilaian dan penetapan angka kredit, setiap widyaiswara wajib mencatat dan menginventarisasi seluruh kegiatan yang dilakukan seluruh kegiatan yang dilakukan dan mengusulkan DUPAK;

2. Setiap widyaiswara mengusulkan DUPAK secara hierarki kepada atasannya paling sedikit satu kali dalam setiap tahun;

3. Penilaian dan penetapan angka kredit widyaiswara dilakukan paling kurang 1 (satu) kali dalam setahun;

4. Penilaian dan penetapan angka kredit untuk kenaikan pangkat dilakukan 3 (tiga) bulan sebelum periode kenaikan pangkat PNS ditetapkan.

Penilaian angka kredit widyaiswara merupakan proses untuk mengukur kinerja widyaiswara dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, sehingga diperlukan pemahanan yang sama antara widyaiswara dan tim penilai angka kredit widyaiswara. Persepsi dan pemahaman yang sama tentang bagaimana penilaian angka kredit dilakukan, dalam hal ini unsur maupun sub unsur kegiatan widyaiswara beserta syarat dan kriteria penilaiannya,

(30)

25

menjadi penting diketahui oleh para widyaiswara dan juga tim penilai. Dengan pemahaman yang baik, seorang widyaiswara dapat memprediksi karier dan kinerjanya. Untuk keperluan tersebut, telah ditetapkan Peraturan Kepala LAN Nomor 26 Tahun 2015 tentang Pedoman Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Widyaiswara.

Pedoman Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Widyaiswara ini dijadikan Bab tersendiri dalam modul ini, karena pedoman ini yang sering menimbulkan resistensi dan pemahaman yang tidak sama antara widyaiswara dan tim penilai. Perka LAN nomor 26 tahun 2015 ini mengatur tentang penilaian angka kredit dalam pengangkatan, kenaikan jabatan, dan pembebasan sementara, penjelasan pembagian unsur utama dan unsur penunjang, rincian kegiatan dan persyaratan, dan contoh penghitungan angka kreditnya. Rincian kegiatan dan persyaratan sebagaimana yang tertuang dalam unsur dan sub unsur secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sub Unsur Pendidikan yang terdiri dari :

a. Pendidikan formal/sekolah dan memperoleh ijazah/gelar, persyaratan penilaiannya:

1) Surat tugas/ijin belajar dari pejabat yang berwenang

2) Fotokopi SK akreditasi perguruan tinggi (bagi lulusan dalam negeri)

3) Fotokopi ijazah dan transkrip nilai yang dilegalisir

b. Mengikuti Diklat fungsional/teknis dan memperoleh STTPP/sertifikat, persyaratan penilaiannya :

1) Surat Tugas Melaksanakan Kegiatan (STMK) 2) Surat Pernyataan Melaksanakan Kegiatan (SPMK)

3) Fotokopi STTPP/Sertifikat Diklat yang dilegalisir pimpinan Lembaga Diklat widyaiswara yang bersangkutan

4) STTPP/sertifikat Diklat harus dilengkapi dengan kurikulum Diklat. 5) Lama program Diklat paling sedikit 10 (sepuluh) JP

(31)

26

Sub Unsur Pelaksanaan Dikjartih, dibedakan dalam 2 tahapan yaitu tahapan persiapan dan tahapan pelaksanaan. Unsur pelaksanaan Dikjartih ini merupakan unsur yang paling banyak dilakukan dalam kegiatan widyaiswara karena menyangkut tugas pokok widyaiswara. Tahapan persiapan meliputi:

a. Menyusun bahan diklat 1) Menyusun bahan ajar 2) Menyusun bahan tayang 3) Menyusun bahan peraga 4) Menyusun GBPP dan SAP

Penilaian angka kredit untuk bahan-bahan Diklat bersifat optional, artinya widyaiswara dapat mengajukan kegiatan tatapmukanya (Jam Pelajaran) tanpa disertakan bahan-bahan Diklat tersebut (bukan 1 paket). Jika widyaiswara mengajukan kegiatan tatap muka hanya disertai dengan bahan ajar saja, maka akan dinilai dari berapa total JP tatapmukanya ditambah bahan ajarnya. Sebailiknya jika widyaiswara tidak melakukan kegiatan tatapmuka namun mengajukan bahan-bahan Diklat, maka tidak dinilai.

Hal yang perlu mendapat perhatian adalah untuk beberapa bahan Diklat yang sama dan diajukan dalam satu periode pengajuan DUPAK, maka akan dinilai satu kali kecuali telah dilakukan beberapa perubahan/penyesuaian yang bersifat substantif. Hal ini dimaksudkan agar widyaiswara dapat melakukan perubahan-perubahan dalam menyiapkan bahan-bahan Diklat agar lebih up to date dan memenuhi harapan peserta Diklat.

Untuk kegiatan pembelajaran Diklat secara e-learning, Diklat Jarak Jauh, bahan-bahan Diklat telah diakomodir penilaian angka kreditnya, yang disampaikan berupa softcopy atau printscreen yang dapat diunggah di website e-learning. Kegiatan penyusunan bahan-bahan Diklat yang tatapmukanya dilakukan secara team teaching maka

(32)

27

penilaian angka kreditnya dibagi sejumlah anggota team teaching tersebut.

b. Menyusun soal/materi ujian Diklat 1) Pre test – post test

2) Komprehensif test 3) Kasus

Jika di dalam kurikulum program Diklat terdapat kegaiatan evaluasi untuk peserta Diklat dalam bentuk soal-soal pre post test, komprehensif test, dan kasus , maka penilaian angka kredit pengajuan soal sesuai angka kredit yang telah ditetapkan. Pre dan post test adalah untuk mengevaluasi satu mata Diklat tertentu, soal yang digunakan sama, hanya waktu pelaksanaan test yang berbeda. Komprehensif test adalah test yang dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta Diklat terhadap seluruh materi yang telah diberikan dalam program Diklat. Jadi yang diajukan soalnya oleh Widyasiwara adalah soal yang sudah dalam bentuk komprehensif (kumpulan beberapa soal dari seluruh mata Diklat yang diajarkan dalam program Diklat). Soal kasus berupa soal uraian mengenai peristiwa atau kejadian tertentu dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi Diklat yang perlu dianalisis dan diberikan rekomendasi pemecahannya oleh peserta Diklat. Jadi peserta Diklat dalam menjawab soal kasus tersebut dengan pisau analisis tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara metodologis.

Tahapan Pelaksanaan Dikjartih, meliputi kegiatan : a. Melaksananakan tatapmuka Diklat PNS

Kegiatan tatapmuka merupakan proses pelaksanaan memberikan materi Diklat kepada peserta Diklat yang dilakukan secara tatapmuka langsung maupun secara online (e-learning). Pelaksanaan kegiatan tatapmuka mengikuti petunjuk jumlah JP

(33)

28

yang tertuang dalam kurikulum program Diklat, untuk melaksanakan Dikjartih PNS pada Lembaga Diklat Pemerintah. Penilaian angka kredit untuk pelaksanaan tatapmuka sesuai dengan jenjang jabatan widyaiswara.

b. Melaksanakan tatapmuka Diklat Non ASN

Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014, memungkinkan widyaiswara melaksanakan Dikjartih untuk non ASN (masyarakat binaan instansi) sesuai tugas dan fungsi instansi, bukan merupakan tugas pokok jabatan fungsional tertentu lainnya, yang dilaksanakan oleh Lembaga Diklat. Penilaian angka kredit untuk pelaksanaan tatapmuka non ASN diperhitungkan sebagai tatapmuka yang dilakukan oleh widyasiwara ahli pertama (0,02 angka kredit).

c. Melakasanakan pembimbingan

Pembimbingan adalah proses pendampingan/pemberian arahan kepada peserta Diklat dalam menyelesaikan/menyusun suatu produk Diklat. Kegiatan ini diarahkan untuk pembimbingan yang dilakukan untuk Diklat Teknis, yang dalam kurikulumnya memang terdapat jumlah JP untuk kegiatan pembimbingan kepada peserta Diklat dalam menyusun suatu produk Diklat.

d. Melaksanakan pendampingan OL/PKL/Benchmarking

Observasi Lapangan/Praktek Kerja Lapangan diarahkan untuk kegiatan Diklat Teknis, yang dalam struktur kurikulumnya tedapat kegiatan tersebut. Penilaian angka kredit untuk pelaksanaan pendampingan OL/PKL dilakukan dalam 1 paket kegiatan, artinya misal dalam kegiatan OL/PKL tersebut terdapat penjelasan OL/PKL sebelum pelaksanaan OL, dan ada kegiatan seminar hasil OL/PKL setelah pelaksanaan OL nilainya sudah satu paket dalam kegiatan pendampingan OL/PKL. Selanjutnya untuk kegiatan Bencmarking adalah kegiatan untuk Diklat Kepemimpinan.

e. Melaksanakan pendampingan penulisan Kertas Kerja/Proyek Perubahan

(34)

29

Pendampingan dalam penulisan kertas kerja/proyek perubahan adalah kegiatan memberikan arahan kepada peserta Diklat dalam proses penulisan kertas kerja/proyek perubahan. Untuk Diklat Teknis yang dalam kurikulum program Diklatnya terdapat produk Diklat berupa Kertas Kerja, penilaian angka kreditnya dihargai sama dengan dengan Proyek Perubahan pada Diklat Kepemimpinan. Kriteria penilaian untuk Kertas Kerja/Proyek Perubahan antara lain: 1) STMK;

2) SPMK;

3) Fotokopi halaman judul Kertas Kerja/Proyek Perubahan dan halaman pengesahan/persetujuan paling banyak 5 Kertas Kerja/Proyek Perubahan

f. Memeriksa Hasil Ujian Diklat

Memeriksa hasil ujian Diklat adalah kegiatan membeikan penilaian terhadap hasil ujian peserta Diklat yang terdiri dari Pre test-post test, komprehensif test, dan kasus.

g. Melakukan coaching pada proses penyelenggaraan Diklat

Coaching adalah proses pembimbingan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (menggunakan teknologi komunikasi dan informasi berbasis elektronika dalam proses penyelenggaraan Diklat). Penilaian angka kredit coaching adalah untuk kegiatan Diklat Kepemimpinan. Widyaiswara yang bertindak sebagai coach dalam penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan pasti melaksanakan kegiatan pendampingan proyek perubahan. Pada saat widyaiswara mengajukan angka kredit kegiatan coaching juga harus mengajukan angka kredit pendampingan proyek perubahan, sehingga perolehan angka kreditnya menjadi lebih besar.

3. Sub Unsur Evaluasi dan Pengembangan Diklat

Yang termasuk dalam sub unsur evaluasi dan pengembangan Diklat adalah:

(35)

30

Evaluasi Diklat merupakan kegiatan ilmiah dalam rangka memberikan penilaian terhadap proses penyelenggaraan Diklat. Widyaiswara sebagai bagian dari sistem kediklatan harus dapat menjadi motor penggerak penyelenggaraan Diklat, yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, sampai dengan evaluasi pasca Diklat. Jika dikaitkan dengan penilaian angka kredit unsur evaluasi, yang dilakukan oleh widyaiswara adalah evaluasi dari sisi substantif,dan bukan aspek administratif. Laporan evaluasi penyelenggaraan mencakup perumusan masalah, analisis, alternatif pemecahan masalah, kesimpulan dan saran/rekomendasi.

Dalam melakukan kegiatan evaluasi ini, widyaiswara dapat bekerjasama dengan pengelola Diklat untuk melakukan kegiatan evaluasi penyelenggaraan Diklat guna memperbaiki kinerja penyelenggaraan Diklat di masa-masa yang akan datang.

b. Terlibat dalam pengevaluasian kinerja widyaiswara

Kegiatan pengevaluasian kinerja widyaiswara adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh widyaiswara yang terlibat dalam melakukan penilaian angka kredit widyaiwara atas DUPAK yang diajukan oleh widyaiswara. Satuan hasil dari kegiatan ini adalah laporan melakukan evaluasi kinerja widyaiswara dalam setiap periode penilaian DUPAK.

c. Terlibat dalam pelaksanaan Analisis Kebutuhan Diklat

Analisis kebutuhan Diklat (AKD) adalah proses penelitian/kajian ilmiah untuk menentukan jenis-jenis Diklat yang dibutuhkan dalam rangka mengisi kesenjangan kompetensi. Kegiatan ini adalah merupakan proses kajian ilmiah yang dilandasi dengan teori tertentu dan instrumen AKD untuk memperoleh hasil analisis yang tepat sehingga kebutuhan perencanaan Diklat yang dilakukan oleh instansi untuk mengisi gap kompetensi jabatan dapat tepat pula. Satuan hasil dari kegiatan ini adalah laporan hasil penyusunan AKD d. Terlibat dalam penyusunan kurikulum Diklat

(36)

31

Widyaiswara sebagai bagian dari unsur kediklatan sangat memegang peranan penting dalam kegiatan penyusunan kurikulum. Kurikulum Diklat merupakan pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang berupa seperangkat rencana pembelajaran yang berisi diskripsi Diklat, silabi dari masing-masing mata Diklat, serta metode Diklat yang digunakan. Setiap widyaiswara yang akan melaksanakan kegiatan Dikjartih, pasti harus mengetahui dan memahami kurikulum yang dijadikan dasar dalam pelaksanaan Dikjartih. Kurikulum memberikan arah dan pijakan dari suatu program Diklat tertentu agar tercapai kompetensi tertentu. Satuan hasil dari kegiatan ini adalah laporan penyusunan kurikulum yang dilampiri kurikulum Diklat yang sudah final.

e. Terlibat dalam penyusunan Modul Diklat

Modul Diklat adalah bahan Diklat yang merupakan unit terkecil dari sebuah mata Diklat, disusun secara sistematis yang mencakup isi, materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Modul disusun oleh paling banyak 2 (dua) orang. Dalam hal penilaian angka kredit, modul yang diajukan harus dalam bentuk tercetak yang disahkan oleh pimpinan Lembaga Diklatnya.

4. Sub Unsur Pengembangan Profesi

Widyaiswara sebagai jabatan fungsional dengan tugas pokok melaksanakan Dikjartih, tidak dapat terhindar dari perolehan angka kredit pengembangan profesi yang merupakan bagian dari unsur utama kegiatan widyaiswara. Widyaiswara tidak akan diproses kenaikan jabatan ataupun pangkatnya, jika komposisis angka kredit dari pengembangan profesi belum terpenuhi sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014. Hal ini mengandung makna bahwa sebanyak apapun angka kredit yang diperoleh dari sub unsur pelaksanaan Dikjartih, jika angka kredit pengembangan profesi ini tidak terpenuhi, maka Penetapan Angka

(37)

32

Kreditnya tetap tidak dapat digunakan untuk proses kenaikan jabatan/pangkat.

Widyaiswara harus membiasakan diri untuk menulis karya tulis ilmiah. Penyusunan karya tulis ilmiah widyaiswara meliputi karya tulis ilmiah dalam bidang spesialisasi keahliannya dan lingkup kediklatan dapat dibedakan ke dalam bentuk:

a. Buku

b. Non buku, yang meliputi artikel atau makalah yang dimuat dalam:

1) Jurnal IImiah

Jurnal ilmiah merupakan terbitan yang memuat artikel hasil kajian atau pemikiran kritis terkait perkembangan ilmu tertentu yang terbit secara berkala, dan diterbitkan oleh suatu lembaga atau organisasi ilmiah/profesi berbadan hukum. Ada 3 kategori jurnal yang dapat dinilai angka kreditnya yaitu Jurnal Ilmiah Internasional, Nasional terakreditasi, nasional tidak terakreditasi. Masing-masing jurnal ilmiah tersebut mempunyai besaran angka kredit yang tidak sama. Artikel yang dimuat dalam bentuk e-jurnal juga mendapatkan angka kredit yang sama dengan kategori jurnal dalam bentuk hardcopy.

2) Majalah Ilmiah

Ada sedikit perbedaan antara jurnal ilmiah dan majalah ilmiah. Majalah ilmiah tidak saja terkait perkembangan ilmu, namun berisi berita, opini yang diperuntukkan untuk pembaca awam. 3) Buku Proceeding

Buku proceeding merupakan kumpulan makalah yang dipresentasikan dalam seminar /konferensi, diterbitkan oleh panitia penyelenggara seminar/konferensi baik di dalam maupun luar negeri. Penilaian angka kredit untuk buku proceeding ini jika dalam buku proceeding tersebut, termuat artikel widyaiswara. 4) Makalah dalam pertemuan ilmiah

(38)

33

Widyaiswara dapat mengajukan angka kredit artikel yang diselenggarakan dalam sebuah pertemuan ilmiah yang berupa lokakarya/simposium/konferensi dalam lingkup internasional, nasional, atau instansional.

c. Penemuan inovasi yang dipatenkan dan telah masuk daftar paten sesuai bidang spesialisasi keahliannya

Kegiatan penemuan inovasi ini merupakan kegiatan yang baru ada berdasarkan Peraturan Menteria PAN dan RB 22 tahun 2014. Kegiatan ini merupakan pengharagaan kepada widyaiswara yang berhasil menemukan inovasi dalam bidang tertentu dan mendapatkan pengakuan hak paten dari lembaga paten nasional/internasional.

d. Penyusunan buku pedoman/ketentuan pelaksanaan/ketentuan teknis di bidang kediklatan

Buku pedoman/ketentuan pelaksanaan/ketentuan teknis di bidang kediklatan adalah kaidah-kaidah yang disusun sebagai acuan untuk mengatur berbagai unsur kediklatan dalam bentuk produk perundangan/pedoman/panduan teknis. Tidak termasuk dalam ketentuan ini adalah buku pedoman teknis yang mengatur penyelenggaraan Diklat yang didalamnya hanya mengatur tentang penjadwalan, sarana dan pra sarana, dan pengaturan teknis lainnya terkait penyelenggaraan Diklat tertentu.

e. Pelaksanaan Orasi Ilmiah sesuai spesialisasinya

Orasi ilmiah adalah pidato pengukuhan bagi Widyaiswara Ahli Madya yang akan menduduki jabatan Widyaiswara Ahli Utama dan bagi Widyaiswara Ahli Utama yang belum melaksanakan orasi ilmiah sebagai wujud akuntabilitas akademis atas profesi yang disandang seorang Widyaiswara. Pelaksanaan orasi ilmiah bagi Widyaiswara bertujuan untuk:

a. meningkatkan kompetensi secara umum, terutama dalam melakukan kajian ilmiah dalam bentuk penulisan dan lisan yang sesuai dengan bidang spesialisasi keahliannya,

(39)

34

b. mengembangkan wawasan, pengetahuan, keahlian, dan keterampilan dalam mendukung pengembangan kapasitas profesinya;

c. mengembangkan pola berpikir yang sistematis mengikuti kaidah-kaidah akademis untuk menghasilkan ide, gagasan dalam pengembangan kualitas kediklatan.

Orasi ilmiah merupakan bentuk pertanggungjawaban akademis widyaiswara dalam bentuk KTI yang sudah diterbitkan dalam jurnal nasional terakreditasi. Pemuatan KTI orasi ilmiah dalam jurnal ilmiah terakreditasi dilakukan pada saat widyaiswara dalam jabatan Widyaiswara Ahli Madya pangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c.

5. Unsur Penunjang

Widyaiswara selain melaksanakan kegiatan dalam lingkup tugas pokok, juga dapat melakukan kegiatan yang dapat mendukung pengembangan kompetensinya, dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam unsur penunjang widyaiswara. Unsur penunjang widyaiswara terdiri dari kegiatan sebagai berikut:

a. Peran serta dalam seminar/lokakarya/konferensi di bidang kediklatan, dengan kategori peran sebagai:

1) Narasumber/Pembahas/Penyaji/Ketua Panitya; 2) Moderator/peserta/anggota panitya

b. Keanggotaan dalam organisasi profesi

Organisasi profesi yang diakui angka kreditnya adalah organisasi profesi widyaiswara yaitu Ikatan Widyaiswara Indonesia. Keberlangsungan organisasi profesi akan tergantung dari keaktifan anggotanya dalam mengelola organisasi profesi tersebut.

c. Pembimbingan kepada widyaiswara di bawah jenjang jabatannya Widyaiswara yang lebih senior jabatannya dan kompetensinya lebih bagus dapat melakukan pembimbingan kepada widyaiswara

(40)

35

dibawah jenjang jabatannya. Misal seorang widyaiswara yang mempunyai keahlian dalam menulis KTI, maka dapat melakukan pembimbingan kepada widyaiswara yang mungkin masih kurang kemampuannya dalam menulis KTI.

d. Penulisan artikel pada surat kabar

(nasional/provinsi/kabupaten/kota)

Widyaiswara dapat menulis artikel di surat kabar, dengan melampirkan lembar depan surat kabar dan lembar halaman yang memuat artikel

e. Penulisan artikel pada website

Artikel atau makalah yang dimuat dalam website resmi Lembaga dapat dinilai angka kreditnya jika dilampirkan print out artikel/makalah dan alamat website.

f. Perolehan gelar kesarjanaan lainnya

Widyaiswara yang memperoleh gelar kesarjaan S1, S2, dan S3 untuk yang kedua kalinya atau lebih pada jenjang yang sama atau tidak sesuai dengan bidang spesialisasinya dapat dberikan angka kredit.

g. Perolehan piagam kehormatan/tanda jasa

1) Memperoleh penghargaan Satya Lencana Karya Satya 30, 20, 10 tahun

2) Memperoleh penghargaan lainnya dari pemerintah h. Memperoleh gelar kehormatan akademis

Widyaiswara yang memperoleh gelar kehormatan akademis dari lembaga pendidikan tinggi negeri/swasta yang terakreditasi atas dedikasi, kerja keras, dan sumbangan yang berguna bagi masyarakat dan dunia akademis.

B. Prosedur Pengusulan DUPAK

Dalam rangka kelancaran penilaian dan penetapan angka kredit, widyaiswara melakukan pencatatan terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Setelah hasil inventarisasi kegiatan dirasa sudah dapat memenuhi angka

(41)

36

kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat/jabatan, secara hierarki widyaiswara dapat mengajukan usul penilaian dan penetapan angka kredit. Agar kinerja widyaiswara dapat dilakukan penilaian dengan benar dan obyektif, widyaiswara perlu memahami prosedur pengusulan dan penyusunan DUPAK yang baik dan benar sesuai peraturan yang berlaku. Sebelum menuangkan kegiatan widyaiswara ke dalam DUPAK, Widyaiswara harus mengetahui jenis-jenis kegiatan widyaiswara yang termasuk dalam unsur utama maupun unsur penunjang. Usulan penilaian dan penetapan angka kredit dihimpun dalam satu berkas disusun berdasarkan urutan kegiatan dan waktu pelaksanaannya, dengan melampirkan:

1. Surat Tugas Melaksanakan Kegiatan maupun Surat Pernyataan Melaksanakan Kegiatan pelaksanaan Dikjartih beserta bukti fisiknya; 2. Surat Tugas Melaksanakan Kegiatan maupun Surat Pernyataan

Melaksanakan Kegiatan evaluasi dan pengembangan Diklat beserta bukti fisiknya;

3. Surat Tugas Melaksanakan Kegiatan maupun Surat Pernyataan Melaksanakan Kegiatan pengembangan profesi beserta bukti fisiknya; 4. Surat Tugas Melaksanakan Kegiatan maupun Surat Pernyataan

Melaksanakan Kegiatan penunjang widyaiswara beserta bukti fisiknya; Adapun tahapan pengusulan DUPAK secara hierarki dapat dilakukan sebagaimana gambar berikut:

Gambar 1

(42)

37

Dari gambar tahapan pengusulan DUPAK dapat diberikan penjelasan sebagai berikut:

1. DUPAK widyaiswar ahli pertama sampai dengan widyaiswara ahli utama yang sudah ditandatangani oleh pimpinan Lembaga Diklat disampaikan kepada Tim Penilai Instansi/Tim Penilai Daerah untuk dilakukan penilaian lebih lanjut. Hasil penilaian tersebut, kemudian dibedakan menjadi:

a. Widyaiswara ahli pertama sampai dengan widyaiswara ahli madya golongan Iv/c

b. Widyaiswara ahli madya golongan IV/c sampai dengan widyaiswara ahli utama

2. Hasil penilaian TPI/TPD untuk widyaiswara ahli pertama sampai dengan widyaiswara ahli madya golongan IV/c, berupa:

TABULASI ANGKA KREDIT dan P A K P A K W. PERTAMA s.d. WI. MADYA Gol. IV/c

1. Kepala BKN/BKD 2. Wi. Ybs

3. Pimp. Unit Kerja Ybs. 4. Sekr. Tim Penilai Ybs. 5. Pejabat yg Menetapkan PAK 6. Kepala LAN.

1. T P I 2. T P D TPP

DUPAK W. MADYA Gol. IV/c

s.d. WI. UTAMA

TPI/TPD (BADAN/PUSDIKLAT DEP/LPND & DIKLAT PROP/KAB/KOTA)

DUPAK W. PERTAMA

s.d. W. UTAMA

(43)

38

a. Penetapan Angka Kredit (PAK) bagi widyaiswara yang naik pangkat/jabatan

b. Hasil Penilaian Angka Kredit bagi yang belum dapat naik pangkat/jabatan

Hasil ini merupakan hasil final dan dapat dikirim kepada Kepala BKN/BKD, widyaiswara yang bersangkutan, pimpinan unit kerja, sekretaris tim penilai, pejabat yang menetapkan PAK dan Kepala LAN 3. Hasil penilaian TPI/TPD untuk Widyaiswara Ahli Madya golongan ruang

IV/c sampai dengan Widyaiswara Ahli Utama dikirim ke Kepala LAN untuk diproses penilaiannya oleh Tim Penilai Pusat (TPP). Hasil penilaian TPP akan dikeluarkan PAK bagi yang naik pangkat/jabatan, dan hasil penilaian angka kredit bagi yang belum dapat naik pangkat/jabatan. Hasil penilaian tersebut dikirim kepada Kepala BKN/BKD, widyaiswara yang bersangkutan, pimpinan unit kerja, sekretaris tim penilai, pejabat yang menetapkan PAK, Kepala LAN.

(44)

39

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Modul Kebijakan Pembinaan Widyaiswara dimaksudkan untuk memberikan arah dan strategi pembinaan widyaiswara, agar tercapai profesionalisme widyaiswara yang paripurna. Pembinaan Widyaiswara harus dilakukan mulai dari proses rekruitmen, pengembangan, penilaian angka kredit, pembebasan sementara, pengangkatan kembali sampai pemberhentian. Peran Widyaiswara harus semakin dikedepankan dalam proses penyelenggaraan Diklat di lingkungan instansi pemerintah, agar kualitas lulusan Diklat juga semakin nyata. Widyaiswara sebagai ujung tombak pengembangan kompetensi nasional, perlu terus didorong untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya. Untuk dapat mewujudkan profesionalisme Widyasiwara, perlu ada sinergi antara instansi pembina, Lembaga Diklat,dan Widyasiwara. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Widyaiswara harus terus melakukan inovasi dalam melaksanakan Dikjartih, agar tdiak berada dalam zona nyaman tanpa mau melakukan perubahan;

2. Widyaiswara adalah jabatan mandiri, sehingga widyaiswara harsu pro aktif baik dalam kegaiatan Dikjartih maupun pengembangan profesi 3. Instansi perlu menyediakan media komunikasi tertentu agar tugas-tugas

pengembangan profesi dapat diaktualisasikan oleh widyaiswara, sehingga hambatan dalam perolehan angka kredit widyaiswara tidak terjadi lagi;

4. Pemberdayaan widyaiswara di setiap instansi perlu ditingkatkan agar tidak terjadi kekurangan jam mengajar pada widyaiswara.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh pemberian pupuk N dengan dosis yang berbeda terhadap hasil tanaman kacang hijau (Vigna radiata L) pada lahan gambut.. Universitas

Konsultan: Tidak akuratnya perencanaan waktu pelaksanaan proyek (skedul), tidak cukupnya peralatan, kesulitan pembayaran bulanan, perubahan design, tidak akuratnya

Pada tahap ini meliputi kesimpulan dari pembuatan Analisa & Perancangan Sistem Informasi Penerimaan pegawai berbasis Web Direktorat Jenderal Badan Peradilan

Sekali lagi ini merupakan kisaran harga hp Samsung Galaxy Note Series, kota satu dengan mungkin memiliki harga yang tidak sama, namun kami yakin perbedaanya pun tidak terlalu

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada bidang study PAI materi membaca Al-Qur‟an, maka peneliti mengambil judul penelitian “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

Nah, nilai kontrak pun seharusnya juga lebih rendah dari Pagu DIPA maupun HPS karena umumnya peserta tender dengan nilai penawaran terendah dan proporsional yang memenangkan

Pada penelitian tepung sukun termodifikasi perendaman dengan asam laktat menyebabkan amilosa yang terhidrolisis akan terlarut, sehingga semakin menurun gula reduksi tepung

Tujuan Penelitian : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tuberkulosis paru dengan diabetes melitus sebagai faktor risiko.. Metode Penelitian : Penelitian