• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yayan Yuliananto 1, Agnis Triahadini 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Yayan Yuliananto 1, Agnis Triahadini 2"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

INTERPRETASI POLA ALIRAN FLUIDA PANAS

BUMI DENGAN METODE

SPONTANEOUS-POTENTIAL (SP) DAN SUHU PERMUKAAN

DANGKAL PADA SISTEM PANAS BUMI

PAGUYANGAN KABUPATEN BREBES

Yayan Yuliananto1, Agnis Triahadini2 1

Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang, Email:yayannanto@st.fisika.undip.ac.id

2

Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang, Email: agnistriahadini@yahoo.co.id

Received Date: October, 2014

Abstract

Research on temperature and fluid flow already done in Paguyangan geothermal manifestations with shallow surface temperature and Spontaneous-Potential (SP) method. This study aims to determine the pattern of fluid flow in Paguyangan geothermal manifestations, temperature distribution and SP in the area also to determine the relationship between temperature and fluid flow in Paguyangan area. Data acquisition for SP measurement use fixed electrode configuration and shallow surface temperature measurement which taken in 75 cm depth in around of Paguyangan manifestation area. The Result show that fluid flow has a depth range between 8.21 − 50.47 meters and 17.92 − 45.19 meters with a tilt range 86.93° − 87.6°. SP values obtained has range -11 − 11 mV and temperature range in 24° − 70° C with the pattern of fluid flow leads to the northwest.

Keywords: Spontaneous-Potential, Shallow Surface Temperature, Pattern of Fluid Flow, Paguyangan

Pendahuluan

Indonesia yang terletak pada pertemuan 3 lempeng kerak bumi yang besar yaitu lempeng-lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik kaya akan sumber energi panas bumi [21]. Berdasarkan hasil inventarisasi, diperkirakan potensi sumber energi panas bumi Indonesia setara 28 GWE (baru terbukti 2288 MWE). Akan tetapi pemanfaatan potensi panas bumi di Indonesia masih sangat sedikit. Penggunaan energi panas bumi untuk pembangkit tenaga listrik hanya sekitar 3.04% dari seluruh listrik yang dibangkitkan oleh PLN [22] Penggunaan energi panas bumi secara langsung masih belum optimal. Penggunaan panas bumi secara langsung adalah sebagai objek geowisata. Apabila sumber energi panas bumi yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai pembangkit tenaga listrik, maka kita bisa melakukan penghematan sumber energi fosil untuk pembangkit tenaga listrik [22].

Gunung Slamet yang meliputi kabupaten Banyumas, Brebes, Pekalongan dan Tegal terletak di Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah prospek panas bumi. Gunung Slamet merupakan salah satu gunung berapi yang memungkinkan sebagai sumber panas bumi yang potensial [22]. Potensi cadangan panas bumi dikawasan ini diperkirakan mencapai 175 Mwe [18]. Secara regional daerah panas bumi Wisata Tirta Husada Cipanas Paguyangan termasuk pada Gunung Slamet Tua bagian barat. Manifestasi lainnya yang dijumpai di sebelah barat Gunung Slamet Tua yakni di Buaran dan Pakujati [22]. Kenampakan gejala panas bumi di daerah Pemandian Air Panas Tirta Husada Cipanas

(2)

Paguyangan, Desa Pakujati, Kec. Paguyangan, Kab. Brebes berupa mata air panas yang pemunculannya tersebar di tiga titik, dengan temperatur berkisar antara 69°-70°C.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan beberapa peneliti sebelumnya, menunjukkan bahwa pada daerah tersebut memiliki tipe fluida bikarbonat yang menunjukkan yang mencirikan zona outflow dengan hasil interaksi akitivitas vulkanik dengan struktur geologi sebagai pengontrolnya. Dimana manifestasi Paguyangan dan Bantarkawung mengikuti pola patahan yang memotong tubuh Gunung Slamet Tua yang berarah Baratlaut-Tenggara [22].

Hidrologi daerah penyelidikan secara umum terbagi menjadi zona resapan air (recharge area) tempat terjadinya penetrasi air meteorik di permukaan bumi, zona keluaran (discharged area) dan zona limpasan / aliran permukaan (run-off area).

Perubahan suhu permukaan dangkal akibat distribusi thermal. Fluida panas bawah permukaan yang membentuk sistem panas bumi berasal dari magmatic waters (deep

waters) yang naik ke permukaan melalui rekahan-rekahan batuan.

Sehingga untuk mengetahui pola aliran fluida (out flow), perlu adanya penelitian geofisika dengan menggunakan metode suhu permukaan dangkal dan juga metode

Spontaneous-Potential (SP). Metode ini merupakan suatu metode survey Geofisika yang

dapat dimanfaatkan untuk mengeksplorasi sumberdaya alam bawah permukaan, metode ini didasarkan pada pengukuran potensial diri massa endapan batuan dalam kerak bumi tanpa harus menginjeksikan arus listrik kedalam tanah, seperti metode geolistrik lainnya. Metode Potensial Diri dapat digunakan untuk mendeteksireservoir panas bumi, mineral logam, air bawah tanah [17] dan sebagainya.

Batasan dalam penelitian ini adalah pengambilan data pada daerah panas bumi Paguyangan dengan menggunakan metode Spontaneous-Potential (SP) dan suhu permukaan dangkal dengan kedalaman 75cm dari permukaan.

Kajian Pustaka

Geologi Regional

Pulau Jawa secara fisiografi dan struktural, dibagi atas empat bagian utama yaitu: sebelah barat Cirebon (Jawa Barat), Jawa Tengah (antara Cirebon dan Semarang), Jawa Timur (antara Semarang dan Surabaya), cabang sebelah timur Pulau Jawa : meliputi Selat Madura dan Pulau Madura yang lebarnya pada arah utara - selatan sekitar 100 – 120 km. Daerah Jawa Tengah terbentuk oleh dua pegunungan yaitu Pegunungan Serayu Utara yang berbatasan dengan jalur Pegunungan Bogor di sebelah barat dan Pegunungan Kendeng di sebelah timur serta Pegunungan Serayu Selatan yang merupakan terusan dari Depresi Bandung di Jawa Barat. Pegunungan Serayu Utara memiliki luas 30-50 km, pada bagian barat dibatasi oleh Gunung Slamet dan di bagian timur ditutupi oleh endapan gunung api muda dari Gunung Rogojembangan, Gunung Prahu dan Gunung Ungaran [2].

Gunung Slamet merupakan gunung api tertinggi di Jawa Tengah. Gunung Api Slamet dapat dibagi dalam dua kelompok morfologi utama yaitu morfologi Gunung Slamet Tua yang menyusun bagian barat Gunung Slamet dan morfologi Gunung Slamet Muda yang menempati bagian timur Gunung Slamet [22], batuan yang terdapat di lereng Gunung Slamet diantaranya tersusun oleh kelompok batuan-batuan Breksi, lava, tuf (Qvs) untuk Gunung Slamet Tua sedangkan untuk Gunung Slamet muda terdiri dari batuan breksi, lava (Qvls) dan untuk breksi laharik (Qls) terdapat pada Gunung Slamet Tua dan Muda [6].

Geologi Paguyangan

Secara geografis daerah panas bumi Tirta Husada - Paguyangan terletak pada koordinat antara 109º 24’ 31.98” BT – 109º 0’ 42.81” BT dan 7º 19’ 25.94” LS - 7º 19’ 15.03” LS

(3)

atau 280191.13 – 280521.79 mE dan 9189961.07 – 9190297.65 mS. Secara administratif sebagian besar termasuk dalam wilayah Kabupaten Brebes, Propinsi Jawa Tengah, dan berjarak sekitar 48 km dari pusat Kabupaten Brebes.

Daerah penelitian terletak di sekitar area manifestasi mata air panas Paguyangan. Batuan penyusun daerah penelitian didominasi oleh batuan sedimen berumur tersier. Titik sounding pengambilan data 80% terletak pada formasi batuan sedimen tersier, yaitu formasi rambatan (Tmr) dan sisanya terletak pada batuan hasil endapan gunung slamet (Qls).

Daerah penelitian dikelilingi oleh beberapa struktur geologi yang tersingkap di permukaan. Kenampakan di permukaan di antaranya berupa perbukitan dan percabangan anak sungai. Secara lebih rinci, Struktur geologi di daerah penelitian terdiri dari sesar geser (Strike Slip Fault), sesar normal, sesar naik (Thrust fault) dan sinklin [10].

Struktur geologi yang tersebut umumnya Berada pada formasi batuan berumur Tersier, seperti Formasi Rambatan (Tmr), Formasi Halang (Tmph dan Tmh), dan Formasi Tapak (Tpt). Strike Slip Fault terjadi pada satuan batuan sedimen hasil deposit lahar dan lava Gunung Slamet (Qva). Fraktur atau rekahan ditunjukkan oleh pola penyelarasan kontur pada peta. Fraktur terletak di satuan batuan tertua, yaitu Formasi Rambatan, sampai satuan batuan termuda, Endaoan Lahar Gunung Slamet (Qls) (Gambar 2.1).

Gambar 1. Peta geologi regional area penelitian [10]

Perpindahan Panas

Perpindahan panas didefinisikan sebagai perpindahan energi dari suatu tempat ke tempat lain akibat adanya perbedaan suhu. Secara umum proses perpindahan panas dibagi menjadi tiga proses yaitu konduksi, radiasi, dan konveksi

(4)

Konduksi

Konduksi adalah proses mengalirnya panas dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah dalam satu medium (padat, cair atau gas) yang sama atau antar medium-medium berlainan yang bersinggungan secara langsung. Pada aliran panas secara konduksi, perpindahan energi panas terjadi akibat hubungan molekul secara langsung tanpa ada perpindahan molekul yang cukup besar

Radiasi

Radiasi adalah proses mengalirnya panas dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu lebih rendah melalui medium tembus cahaya atau ruang hampa. Semua benda memancarkan panas radiasi secara terus menerus, dimana intensitas pancarannya bergantung pada suhu dan sifat permukaan. Energi radiasi bergerak dengan kecepatan cahaya 3x108 m/s.

Konveksi

Perpindahan panas secara konveksi berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama, panas akan mengalir dengan cara konduksi di permukaan partikel-partikel fluida yang berbatasan. Energi yang berpindah dengan cara demikian akan menaikan energi dalam partikel fluida sehingga berakibat kenaikan suhu pada fluida yang berbatasan dengan sumber panas. Pada tahap kedua, partikel-partikel fluida akan bergerak ke daerah yang berenergi lebih rendah di dalam fluida. Pada daerah ini, mereka akan bercampur dan memindahkan sebagian energinya kepada partikel-partikel fluida lainnya.

Konduktivitas panas batuan adalah salah satu sifat fisis batuan yang berkaitan dengan aliran panas yang terjadi di dalamnya. Sifat ini menentukan cepat lambatnya panas mengalir dalam medium [11].

Panas Bumi

Secara sederhana energi panas bumi adalah energi panas yang dipindahkan dari bagian dalam bumi. Energi tersebut dapat berupa uap atau air panas. [21].

Untuk menjadi sumber panas bumi diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

 Adanya batuan panas bumi berupa magma

 Adanya persediaan air tanah secukupnya yang sirkulasinya dekat dengan sumber magma, agar dapat terbentuk uap air panas.

Adanya batuan berpori (poroeus) yang menyimpan sumber uap dan air panas (reservoir

rock)

Adanya batuan keras yang menahan hilangnya uap dan air panas (cap rock)

 Adanya gejala-gejala tektonik, dimana dapat terbentuk rekahan-rekahan di kulit bumi yang memberikan jalan keadaan uap dan air panas yang bergerak ke permukaan bumi

(5)

Gambar 2. Sistem panasbumi [5]

Proses Terbentuknya Sistem Panas Bumi

Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.

Air yang terpanasi dan terkumpul di dalam batuan cadangan karena terapit oleh lapisan-lapisan kedap air (uap) menyebabkan air atau uap dalam batuan cadangan berada dalam kondisi tekanan hidrostatik tinggi. Karena tekanan hidrostatik yang sangat tinggi ini uap jenuh di dalam batuan cadangan akan berubah kefasa cairan, sehingga di dalam sistem batuan cadangan terdapat dua fasa uap, yaitu fasa cair dan fasa uap yang terkondensasi. Pengurangan atau pelepasan tekanan hidrostatik tersebut, seperti misalnya pemboran, menyebabkan air yang bersuhu sangat tinggi berubah lagi dalam bentuk uap.

Perubahan bentuk dari air ke uap yang kemudian naik ke permukaan melalui retakan batuan dan dihembuskan keluar yang terkumpul di udara, terkondensasi menjadi air hujan, turun dan meresap kedalam tanah, membentuk suatu daur hidrologi [1].

(6)

Spontaneous-Potential (SP)

Metode potensial diri (SP) merupakan salah satu metode geofisika yang prinsip kerjanya adalah mengukur tegangan statis alam (static natural voltage) yang berada di kelompok titik-titik di permukaan tanah. Metode Potensial Diri dapat digunakan untuk mengetahui aliran fluida bawah permukaan, dan mineral logam [9].

Metode Potensial Diri digunakan untuk menentukan daerah yang mengandung mineral logam. Di dalam tubuh mineral terjadi reaksi setengah sel elektrokimia, dimana anodanya berada di bawah permukaan air tanah. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi sehingga anoda merupakan sumber arus sulfida yang berada di bawah tanah. Sulfida mengalami oksidasi dan reduksi yang akibat reaksi H2O dan O2 di dalam tanah [17].

Secara umum anomali SP muncul dari berbagai sumber, antara lain :

 Potensial Difusi

Nilai SP dalam hal ini, diakibatkan oleh perbedaan konsentrasi dari ion-ion yang terdapat di dalam tanah.

Gambar 4. Mekanisme polarisasi pada tubuh mineral [17]

 Potensial Bioelektrik

Proses penarikan dan penyerapan ion oleh membran-membran pada akar tumbuhan, dapat menghasilkan efek potensial listrik.

 Potensial Mineral

Potensial mineral muncul akibat adanya proses reaksi oksidasi reduksi (redoks) pada mineral tersebut di zona batas muka airtanah. sumber potensial ditimbulkan oleh endapan mineral

 Streaming Potential

Aliran fluida yang bergerak di dalam tanah melalui pori-pori dan rekahan pada batuan, akan membangkitkan potensial elektrokinetik atau juga disebut SP

Terdapat 2 metode pengambilan data SP yaitu:

 Metode gradien potensial

Pada metode potential gradient elektroda yang digunakan sebanyak dua buah, Untuk mendapatkan nilai beda potensial pada titik selanjutnya, kedua elektroda tersebut dipindahkan seperti lompat kodok (leap-frogged) sepanjang jalur yang akan diukur.

(7)

Pada metode potential ampilitude ini satu elektroda disimpan di suatu tempat sebagai titik acuan (base), sedangkan elektroda yang lain dipindahkan dengan jarak tertentu sepanjang jalur yang akan diukur.

Metode SP sangat murah untuk digunakan dalam eksplorasi geofisika. Metode SP termasuk metode pasif yaitu perbedaan potensial tanah secara alami diukur diantara dua titik di permukaan.

Metodologi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di daerah Paguyangan, Kabupaten Brebes sebelah barat daya Gunung Slamet, Jawa Tengah pada Mei 2014

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah log sensor suhu, thermocouple, bor suhu, bor sp, palu, linggis,sekop, poros pot, kabel gulung, multimeter digital, GPS. Sedangkan untuk pengolahan data pengukuran dapat dilakukan menggunakan Laptop yang dilengkapi software Surfer 11, Microsoft Excel, OriginPro 9.0, Google Earth.

(8)

Hasil dan Pembahasan

Pengukuran SP dan suhu permukaan dangkal berada disekitar area sistem panas bumi Paguyangan Kabupaten Brebes, secara geografis daerah penelitian berada pada zona (109º 24’ 31.98” BT 7º 19’ 25.94” LS), (109º 0’ 42.81” BT 7º 19’ 15.03” LS), 280191.13 9189961.07 UTM, dan 280521.79 9190297.65 UTM

Gambar 6. terdapat lintasan daerah pengukuran dimana pada line 1 mengarah ke bagian barat laut, line 2 mengarah ke bagian timur dan line 3 mengarah ke bagian barat daya.

Hasil Spontaneous-Potensial (SP)

Pengambilan data SP dilakukan di Pemandian Airpanas Tirta Husada Paguyangan yang terletak di sebelah timur-barat daya dari Gunung Slamet.

Gambar 6. Daerah Penelitian

Jarak interval pengukurannya adalah 15 meter dari titik ikat. Pengambilan data SP digunakan untuk menentukan daerah anomali yang menunjukkan adanya aliran fluida panas dari sistem hidrotermal. Gambar 7 memperlihatkan nilai SP di daerah Pemandian Airpanas Tirta Husada Paguyangan dengan nilai antara -11mV sampai 11mV dengan nilai rata-rata berkisar -1mV.

(9)

Gambar 7. Peta kontur sebaran SP, tanda (•) adalah titik-titik sebaran pengukuran SP Pada daerah line 3 memiliki sebaran nilai SP yang cenderung bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan kemungkinan adanya aliran fluida bawah permukaan dari bagian selatan menuju ke utara dan timur laut. Aliran fluida tersebut disebabkan karena adanya efek topografi ternyata sesuai dengan perubahan anomali SP.

Pada daerah line 1 terdapat sebaran anomali SP bernilai positif yang dikarenakan pada daerah tersebut terdapat suatu rekahan pada struktur bawah permukaan yang mengindikasikan adanya aliran fluida panas pada daerah ini. Hal ini sesuai dengan penelitian [3] yang menjelaskan bahwa sebaran anomali SP yang paling besar terdapat pada daerah rekahan.

Hubungan antara elevasi ketinggian dengan nilai SP sangat berpengaruh mengingat bahwa efek topografi juga mempengaruhi nilai SP. Pada daerah panas bumi nilai SP akan dipengaruhi efek thermoelektrik, dimana daerah yang mengalami arus konveksi akan menunjukan anomali nilai SP.

(10)

Pada gambar 8 menunjukan profil dari data Spontaneous-Potential pada line 1 yang berarah timur-barat laut nilai SP berbanding lurus dengan nilai ketinggian. Hal ini dipengaruhi oleh efek themoelektrik dengan proses konduksi thermalnya dimana area yang terpanasi dari dalam akan memiliki SP anomaly yang positif.

(a) (b)

Gambar 9 (a) Kurva spontaneous-potential line 2 (b)kurva spontaneous-potential line 3 Pada gambar 9 (a) Pada line ini memiliki trendline yang positif atau nilai SP berbanding lurus dengan nilai ketinggian Jika dikorelasikan dengan lapangan pada line 2 ini berdekatan dengan area manifestasi sehingga efek dari thermoelektrik masih berpengaruh pada line ini. (b) merupakan grafik profil dari Spontaneous-Potential line 3 yang berarah utara-barat daya. Pada daerah ini nilai Spontaneous-Potential yang terdapat mengalami penurunan diikuti dengan kenaikan nilai ketinggian atau grafik nilai

Spontaneous-Potential berbanding terbalik dengan nilai ketinggian, jika dikorelasikan pada

lapangan, daerah tersebut mengarah ke daerah yang memiliki ketinggian yang naik (upward). Hal ini mengindikasikan bahwa daerah tersebut dipengaruhi oleh efek topografi, bahwa pengukuran SP kearah naik (uphill) menunjukkan harga potensial yang semakin positif, sedangkan pada keadaan lainnya untuk pengukuran kearah turun (downhill) harga potensial akan semakin berkurang [19].

(11)

Gambar 10. Peta kontur sebaran SP dengan slice a-a’ dan slice b-b’

(a) (b)

Gambar 11 (a) Kurva profil a-a (b) kurva profil b-b’

Berdasarkan hasil pemodelan dan perhitungan dengan menggunakan parameter benda anomali yang diperoleh untuk slice a-a’ dan b-b’ diketahui bahwa benda anomaly bawah permukaan yang diperkirakan sebagai reservoir panasbumi adalah berupa lempeng miring dengan panjang strike diasumsikan “tak terhingga”. Lempeng miring ini diinterpretasikan sebagai lapisan batuan dengan permeabilitas tinggi sehingga dapat dilalui atau dialiri oleh fluida panas. Kedalaman benda anomaly hasil perhitungan yang didapat dari data kurva a-a’ untuk bagian atas (h) 17.92 meter dan untuk bagian batas bawah (H) anomali 45.19 meter, sedangkan kemiringan lempeng pada lintasan a-a’ ini adalah 86.93° terhadap bidang horizontal. Pada lintasan b-b’ letak benda anomali untuk bagian atas (h) 8.21 meter sedangkan untuk bagian bawah benda (H) 50.47 meter dan kemiringan lempeng pada lintasan ini adalah 87.6° terhadap bidang horizontal. Berdasarkan data perhitungan yang

(12)

didapatkan dari kurva pada masing-masing lintasan tersebut dapat terlihat bahwa posisi lempeng-lempeng tersebut dari lintasan selatan ke utara semakin dalam.

Hasil Suhu Permukaan Dangkal

Pengambilan data suhu permukaan dangkal dilakukan dengan mengambil jarak interval pengukurannya adalah 15 meter. Pengambilan data suhu permukaan dangkal bertujuan untuk mengetahui distribusi suhu pada daerah sistem panas bumi Gunung Telomoyo dan hubungan antara perubahan ketinggian dengan suhu.

Suhu permukaan dangkal merupakan data suhu yang diperoleh dari sistem panas bumi yang ada dibawah permukaan.

Pengambilan data suhu dilakukan dengan pengambilan data suhu dengan kedalaman 75 cm, hasil penelitian data suhu terlihat pada peta kontur sebaran suhu (gambar 9) ditunjukkan bahwa nilai suhu yang paling tinggi terletak pada line 1 dan sekitarnya dengan suhu maksimum 70°C.

Gambar 12. Peta kontur sebaran suhu permukaan dangkal dengan kedalaman 75cm.

Penutup

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

 Pola aliran fluida mengarah dari barat daya-timur laut dan tenggara-barat laut mengikuti perubahan topografi daerah penelitian serta menyesuaikan dengan perubahan anomaly potensial diri. Hal ini didasarkan pada hasil interpretasi kualitatif serta interpretasi kuantitatif.

 Distribusi nilai suhu permukaan dangkal diperoleh antara 24°C sampai 70°C. Daerah yang semakin tinggi topografinya maka nilai suhu akan semakin berkurang.

(13)

 Korelasi antara suhu dan aliran fluida terhadap aktifitas daerah sistem panas bumi di daerah Paguyangan menunjukkan semakin besar nilai suhu makan semakin besar nilai SP, dimana pada daerah bawah permukaan tersebut diduga adanya pola aliran fluida panas.

Saran

 Dara aliran fluida dangkal yang didapatkan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal aliran fluida pada daerah Paguyangan dan untuk mendeteksi letak adanya reservoir pada daerah system panasbumi Paguyangan.

 Perlu adanya pemodelan dengan menggunakan metode geofisika yang lain seperti geolistrik atau seismik untuk menentukan lapisan tanah ataupun metode gravity dalam menentukan densitas batuan di daerah ini.

Daftar Pustaka

[1] Alzwar, M., Samodra. H., dan Tarigan, J.I., Pengantar Dasar Ilmu Gunungapi, Nova, Bandung, 1988.

[2] Bemmelen,V.R.W., The Geology of Indonesia. The Hague Martinus Nijnhoff, Vol. IA, 1949

[3] Bhattacharya, B.B and Roy, N, A Note on The Use of a Nomogram for Sel Potential

Anomalies, Geophysical Prospecting, Vol.XXIX, p. 102-107, 1981.

[4] Corwin, R.F. and Hoovert D.B, The Self-Potential Method in Geothermal Exploration, Geophysics Vol.44 P 226-245, 1979.

[5] Daud, Y., Introduction to Geohtermal System and Technology, Workshop International Climate Change Wisma Makara, Universitas Indonesia, Jakarta, 2010.

[6] Djuri, M., Amin, T.C. dan Gafoer, S., Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal

skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,Bandung, 1996.

[7] Ernston, K., Scherer, H.U., Self-Potential Variations with Time and their Relation to

Hydrogeologic and Meteorological Parameters, Geophysics, vol. 51, no.10,

p.1967-1977, 1986.

[8] Fagerlund, F. and Heinson. G., Detecting Subsurface Groundwater Flow in Fractured

Rock Using Self-potential (SP) Method, Australia: School of Environmental Sciences,

University of Adelaide, 2003.

[9] Ilfa,A., Studi Korelasi Antara Suhu dan Aliran Fluida terhadap Aktifitas Panas Bumi di

Daerah Manifestasi Gedongsongo, Gunung Ungaran Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jurusan Fisiska FMIPA, Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.

[10] Iswahyudi, S., Widagdo, A. dan Subana, Aplikasi Geokimia Mata Air Panas untuk

Kajian Pendahuluan Sistem Panas Bumi Daerah Paguyangan dan Sekitarnya, Laporan

(14)

[11] Kreith, F., Prijono, A., Prinsip-prinsip Perpindahan Panas, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta, 1997.

[12] Naudet, V., Revil, A., Rizzo, E.,Bottero, J.Y., Begassat, P., Groundwater Redox Conditions and Conductivity in a Contaminant Plume from Geoelectrical Investigations ,Journal of Hydrology and Earth Science, 8(1), 8 – 22, France, 2004. [13] Overbeek, J.T.G., Electrochemistry of the Double Layer, Colloid Science, 1, 115-193,

1952.

[14] Putrohari, Rovicky Dwi. Evaluasi Ringkas Geologi Waduk Penjalin. Lampiran 2. Press Release IAGI Februari 2013. 2013.

[15] Rao, D.A., and Babu, R.H., Quantitative Interpretation of Self-Potential Anomalies

due to Two-dimensional sheet-like Bodies, Geophysics Vol.XLVIII, p.1659-1664,

1983.

[16] Reynolds, J.M., An Introduction to Applied and Environmental Geophysics, New York: John Welly & Sons, 1997.

[17] Sato and Money, The Electrochemical Mechanism of Sulphida Self Potential, Geophysics, Vol.XXV, p. 226-246, 1960.

[18] Sehah, Raharjo, S. A., Survei Metode Self-Potential Menggunakan Elektroda Berpori

Untuk Mendeteksi Aliran Fluida Panas Bawah Permukaan Di Kawasan Baturaden Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, Unsoed, Purwokerto, 2011.

[19] Telford, W.M., Gedaart, L.P., Sheriff, R. E, Applied Geophysics, Cambridge, New York, 1990.

[20] Utada, H., Sasai, Y., Nakagawa, I., Koyama, S., Ishikawa, Y., and Hamano, Y.,

Changes in the Electrical Resistivity Associated with the 1983 Eruption of Miyake-jima volcano, Bull. Volc. Soc. Japan, Ser. 2 29, S113, 1984.

[21] Utami, P., Energi: Energi PanasBumi, pp 39-42, 1998.

[22] Widagdo, A., A. Candra, S. Iswahyudi dan Abdullah, C.I., Pengaruh Struktur Geologi

Gunung Slamet Muda dan Tua Terhadap Pola Sebaran Panas Bumi, Proceeding 4th

Industrial Research Workshop and National Seminar 2013., hal 204-207, Politeknik Negeri Bandung, Bandung, 2013.

Gambar

Gambar 1. Peta geologi regional area penelitian [10]
Gambar 3. Daur hidrologi panasbumi [1]
Gambar 4. Mekanisme polarisasi pada tubuh mineral [17]
Gambar 5. Diagram alir penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu maka, terlepas dari komunitas yang hanya mengambil fashion sebagai gaya hidup, Punk di Salatiga perlu dipahami sebagai perjuangan atau

Dengan mempelajari sejarah perekonomian suatu negara dan teori yang digunakan untuk menghadapi permasalahan ekonomi dapat menjadi cerminan sebagai dasar untuk

ABC adalah perusahaan multinasional nomor satu di dunia yang bergerak dibidang jasa perminyakan yang menyediakan jasa teknologi, solusi informasi dan project manajemen yang

 Sebelum pekerjaan pengukuran dan galian dimulai, kontraktor berkewajiban untuk meneliti semua dokumen kontrak yang berhubungan, pemeriksaan kebenaran dari

Maka variabel perilaku daur ulang tidak dapat dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan beli produk hijau.. Hipotesis tiga (H3) yang

171. Seorang wanita berumur 32 tahun menderita tb kekambuhan, kemudian dokter memberi terapi oat kategori II yaitu isoniazid, rifampisin, etambutol dan

Ezt követ ő en a vizsgált friss húsok felületén és a húskészítményekben el ő - forduló élelmiszer-eredet ű megbetegedést okozó baktériumok ( Salmonella sp. ,

Febri (2009) meneliti tentang Analisis Pelaksanaan Akuntansi dan Penatausahaan Aset Pemerintah Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2008 dan hasil dari