• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Penetapan Zat Organik Air

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Penetapan Zat Organik Air"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KIMIA AIR

PENETAPAN KADAR ZAT ORGANIK DALAM AIR

Dosen Pengampu :

Ratih Indrawati, S.Si, M.Kes

DISUSUN OLEH :

HAITAMI

NIM : 20144110766

D-III ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

TAHUN AKADEMIK 2015/2016

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT bahwa penulis telah menyelesaikan tugas pembuatan makalah tentang “Penetapan Kadar Zat

Organik Dalam Air”.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kimia Air di Prodi D-III Jurusan Analis Kesehatan.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ratih Indrawati, S.Si, M.Kes selaku Dosen mata kuliah Kimia Air yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.

2. Teman-teman yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.

(3)
(4)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...2 C. Tujuan...2 D. Manfaat...2 BAB II PEMBAHASAN...4

A. Pengertian Zat Organik...4

B. Metode Penetapan Kadar Zat Organik Dalam Air...5

C. Langkah Kerja Penetapan Kadar Zat Organik dalam Air...9

D. Upaya Pengendalian Zat Organik dalam Air...11

BAB III PENUTUP...14

A. Kesimpulan...14

B. Saran...15

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting fungsinya bagi kehidupan umat manusia dan mahkluk hidup lainnya yang tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air. Dengan kata lain selain untuk diminum, air juga digunakan untuk bermacam– macam kegiatan seperti pertanian, industri, perikanan dan rekreasi (Rukaesih Achmad, 2004).

Air tidak hanya tersebar di bumi tetapi juga tersebar di alam semesta dan tubuh dalam berbagai bentuk baik cair, padat, maupun gas. Bagi alam, air banyak digunakan untuk pengairan dalam pertanian, transportasi laut, untuk waduk, tambak dan juga tempat rekreasi misalnya air terjun. Sedangkan dalam jaringan tubuh makhluk hidup, air digunakan sebagai medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi, misalnya sebagai penstabil tubuh, pembawa sari-sari makanan dan sisa-sisa metabolisme. Dalam tubuh terdapat 60-70% air. Bila kandungan air dalam tubuh berkurang maka tubuh akan lebih mudah terganggu oleh bakteri atau virus. Air yang dibutuhkan tubuh kurang lebih 2-2,5 liter (8-10 gelas ) per hari. Oleh karena itu kehilangan air harus diganti setiap hari agar tubuh tidak kekurangan air (dehidrasi) karena air dalam tubuh akan selalu dikeluarkan setiap hari melalui beberapa mekanisme, yaitu melalui air seni, tinja, keringat, dan juga saluran pernafasan.

Dari berbagai jenis keperluan manusia akan air, terdapat bermacam-macam air yang sering digunakan antara lain air laut, air sungai, air telaga, air waduk, dan air tanah yang khususnya sering digunakan sebagai sumber air minum. Air yang digunakan untuk minum harus bebas dari logam berat, zat organik maupun mikroorganisme yang dapat membahayakan tubuh manusia.

Oleh sebab itu, karena semakin banyaknya berbagai macam limbah yang berasal dari buangan sampah organik rumah tangga sampai limbah beracun dari

(6)

industri yang meresap kedalam tanah dapat mengakibatkan banyaknya zat organik maupun anorganik yang terkandung di dalam air.

Air minum harus memenuhi standar yang berlaku baik kualitas maupun kuantitas sesuai dengan PERMENKES RI nomor 416 / Menkes/ Per/ IX/ 1990, tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air minum . Air minum mempunyai batas maksimal zat organik, karena kadar zat organik yang berlebihan memungkinkan pertumbuhan kuman yang dapat membahayakan kesehatan. Oleh karena itu perlu diketahui kadar zat organik dalam air sehingga konsumen dapat terhindar dari bahaya yang mengancam kesehatan dan melakukan upaya-upaya pengendalian zat organik didalam air.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, berikut adalah beberapa rumusan masalah yang diangkat penulis dalam makalah ini :

1. Apa yang dimaksud dengan zat organik ?

2. Bagaimana metode penetapan kadar zat organik didalam air ? 3. Bagaimana langkah kerja penetapan kadar zat organik didalam air ? 4. Bagaimana upaya pengendalian zat organik dalam air ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang disajikan, tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari zat organik

2. Untuk mengetahui metode penetapan kadar zat organik dalam air 3. Untuk mengetahui langkah kerja penetapan kadar zat organik dalam air 4. Untuk mengetahui upaya pengendalian zat organik dalam air

D. Manfaat

(7)

Pembuatan makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan, memperluas wawasan, meningkatkan pengetahuan, pemahaman, serta pembelajaran tentang bagaimana proses penetapan kadar zat organik dalam air.

2. Bagi Institusi

Sebagai bahan tambahan kepustakaan mahasiswa/i Politeknik Kesehatan Pontianak Jurusan Analis Kesehatan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

(8)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Zat Organik

Zat organik adalah zat yang banyak mengandung ion Carbon. Contoh zat organik antara lain Benzen, Chloroform, Detergen, Methoxychlor, Pentachlorophenol. Dengan adanya kandungan zat organik maupun Anorganik di dalam air berarti air tersebut sudah tercemar dan tidak aman dijadikan sumber air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari limbah.

Zat organik diidentifikasikan sebagai Angka permanganat yaitu banyaknya mg/l KMnO4 yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat dalam satu liter sampel air yang dididihkan selama 10 menit. Untuk kebutuhan minum, air harus bebas dari logam berat, zat organik maupun mikroorganisme yang dapat membahayakan tubuh manusia. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka disarankan penggunaan air harus direbus terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya penyakit yang disebabkan oleh air.

Air minum harus memenuhi standar yang berlaku baik kualitas maupun kuantitas sesuai dengan PERMENKES RI nomor 416 / Menkes/ Per/ IX/ 1990, tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air minum . Air minum mempunyai batas maksimal zat organik, karena kadar zat organik yang berlebihan memungkinkan pertumbuhan kuman yang dapat membahayakan kesehatan.

Dalam standar Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 416 / Menkes/ Per/ IX/ 1990 telah ditetapkan maksimal zat organik sebagai angka permanganat dalam air minum adalah 10 mg/l. Apabila terjadi penyimpangan yang melebihi batas dari standar kualitas tersebut, maka dapat menyebabkan timbulnya bau yang tidak enak, berubahnya rasa dan menyebabkan sakit perut/diare (Unus Suriawiria, 1993).

(9)

B. Metode Penetapan Kadar Zat Organik Dalam Air

Penetapan kadar zat organic yang terdapat didalam air dapat dilakukan dengan menggunakan metode titrasi permanganometri. Berikut akan dipaparkan lebih lanjut mengenai pengertian dasri titrasi permanganometri : 1. Pengertian Titrimetri

Titrimetri atau volumetric adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat yang luas pemakainya. Pada analisa titrimetri sangat menguntngkan karena cara ini lebih akurat dan teliti serta dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat lain. Pada dasarnya cara titrimetri ini terdiri dari pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stokiometri dengan zat yang ditentukan. Larutan pereaksi itu biasanya diketahui konsentrasinya dengan pasti dan disebut pentiter atau larutan baku.

Titrasi adalah proses penambahan peniter kedalam zat yang akan ditentukan konsentrasinya dengan menggunakan bantuan alat yang disebut buret. Pada proses titrasi juga ditambahkan larutan untuk menunjukkan titik akhir titrasi. Pada proses titrasi juga dikenal dua titik yaitu titik kesetaraan (ekuivalen) dan titik akhir titrasi. Titik kesetaraan akan dicapai bila jumlah zat peniter dan zat yang akan ditentukan telah bereaksi secara stoikiometri. Sedangkan titik akhir titrasi adalah titik dimana titrasi dapat dihentikan dengan adanya perubahan warna dari larutan dengan adanya penambahan indikator. Agar proses titrasi dapat berjalan dengan baik sehingga memberikan hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti maka persyaratan berikut perlu diperhatikan :

(10)

a. Interaksi antara peniter dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara stoikiometri dengan faktor stoikiometrisnya berupa bilangan bulat.

b. Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi belangsung dengan cepat. c. Interaksi antara peniter dan zat yang ditentukan hars berlangsung secara

terhitung.

2. Larutan baku / peniter

Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya atau kepekatannya telah diketahui dan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat yang lain yang digunakan dalam analisa voumetris. Larutan baku ini dapat dibagi dua yaitu larutan baku primer dan larutan baku skunder. Larutan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui dan dapat dibuat hanya dengan cara penimbangan dan pengenceran yang teliti. Contoh larutan baku primer antara lain : H2C2O4, Na2B4O7, Ba(OH)2, dan lain-lain.

Sedangkan larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara menstandarisasikannya dengan mengunakan larutan baku primer, contohnya NaOH, HCL, dan lain-lain.

3. Angka Permanganat

Kalium Permanganat (KMnO4) telah lama dipakai sebagai oksidator pada penentuan konsumsi oksigen untuk mengoksidasi bahan organik, yang dikenal sebagai parameter nilai permanganat atau sering disebut sebagai bahan organik total atau TOM (Total Organic Matter). Akan tetapi, kemampuan oksidasi oleh permanganat sangat bervariasi, tergantung pada senyawa-senyawa yang terkandung di dalam air (Effendi, 2002).

(11)

Uji coba ini dengan cepat menunjukkan kebutuhan langsung oksigen yang disebabkan oleh zat-zat anorganik yang dioksidasi, seperti nitrit, sulfida, sulfit dan sebagainya, maupun oleh zat-zat organik yang dapat dioksidasi dengan mudah. Uji coba permanganat dapat dikerjakan dengan cepat, dengan demikian dapat dipergunakan untuk memberikan gambaran kasar tentang BOD. Uji coba permanganat selama empat jam merupakan uji coba kimia murni dan mengukur jumlah zat pencemar yang dioksidasi secara kimiawi oleh potasium permangananat. Uji coba permanganat menunjukkan jumlah yang sesungguhnya dari pada kotoran-kotoran organik di dalam suatu contoh (Mahida, 1984).

4. Permanganometri

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe2+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:

a. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.

b. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam kromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan

(12)

baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh kromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.

5. Oksidasi Dengan Kalium Permanganat

Zat pengoksidasi yang yang berharga dan sangat kuat ini mulai diperkenalkan dalam analisis titrimetri oleh F. Margueritte untuk titrasi besi (II), dalam larutan-larutan asam, reduksi ini dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :

MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O

Sehingga ekuivalennya adalah seperlima mol, yaitu 158,03/5, atau 31,606. Potensial standar dalam larutan asam menurut perhitungan adalah 1,51 volt, maka ion permanganat dalam larutan asam adalah zat pengoksidasi yang kuat. Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, ada kemungkinan terjadi reaksi :

2MnO4- + 10Cl- + 16H+ → 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O

Kalium permanganat bukanlah suatu standar primer. Zat ini sukar diperoleh sempurna murni dan bebas sama sekali dengan mangan dioksida. Lagi pula air suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat pereduksi (runutan bahan-bahan organik, dan sebagainya), yang akan bereaksi dengan kalium permanganat itu dengan mangan oksida. Adanya zat yang disebut diakhir ini sangatlah mengganggu, karena ia mengkatalisis penguraian sendiri dari larutan permanganat setelah didiamkan. (Vogel, 1994)

(13)

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada :

a. Larutan pentiter KMnO4 pada buret. Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitasi coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.

b. Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4

Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ :

MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+

Oleh karena itu pula, penambahan pentiter pada proses titrasi harus sedikit demi sedikit, agar kesalahan dalam menentukan titik akhir titrasi dapat dihindari.

c. Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4

Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.

H2C2O4 + O2 → H2O2 + 2CO2↑ H2O2H2O + O2↑

Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang

diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.

(14)

C. Langkah Kerja Penetapan Kadar Zat Organik dalam Air 1. Prinsip Kerja

Zat organik dalam sampel dioksidasi dengan KMnO4 dalam suasana asam

dengan pemanasan. Sisa KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih.

Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4.

2. Reaksi

Reaksi dalam suasana netral yaitu MnO4 + 4H+ + 3e → MnO

4 +2H2O.

Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan Reaksi dalam suasana alkalis :

MnO4- + 3e → MnO4

2-MnO42- + 2H2O + 2e → MnO2 + 4OH

MnO4- + 2H2O + 3e → MnO2 +4OH

Selain itu reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi adalah: Oksidasi : H2C2O4 → CO2 + 2H+ +2e

-Reduksi : MnO4- + 8 H+ →Mn2+ + 4 H2O

3. Alat dan Bahan a. Alat

1) Buret 2) Statif

(15)

3) Klem 4) Pipet volume 5) Push ball 6) Beaker glass 7) Erlenmeyer 8) Pipet tetes

9) Kompor listrik / Hot plate 10) Botol reagen

b. Bahan

1) Larutan sekunder KMnO4 0,01 N

2) Larutan primer H2C2O4 0,01 N

3) Larutan H2SO4 4N bebas zat organik

4) Aquades 5) Sampel Air

4. Cara Kerja

a. Standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan primer H2C2O4 0,01 N

1) Dipipet 10 mL larutan H2C2O4 0,01 N dan dimasukkan ke dalam

(16)

2) Ditambahkan 10 mL H2SO4 4 N yang bebas zat organik, dipanaskan

hingga 70oC selama 10 menit

3) Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,01 N sampai warna merah muda dan

catat volume pemakaian

4) Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali (hasil akhir

volume dirata-ratakan)

5) Dihitung normalitas kalium permanganate

dengan cara sebagai berikut:

N KMnO4 = V H2C2O4 x N H2C2O4

V KMnO4

Keterangan : N = Normalitas V = Volume

b. Penetapan kadar zat organik dalam sampel

Titik Akhir Titrasi

(TAT)

Melebihi TAT

(17)

1) Dipipet 25 mL sampel dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml

2) Ditambahkan 5 mL H2SO4 4 N yang bebas zat organik

3) Ditambahkan KMnO4 0,01 N beberapa tetes ke dalam sampel hingga

terjadi perubahan warna merah muda

4) Panaskan diatas pemanas listrik pada suhu 70oC, bila terdapat bau H

2S

pendidihan diteruskan beberapa menit

5) Ditambahkan 10 mL larutan baku KMnO4 0,01 N dengan buret

6) Dipanaskan diatas pemanas listrik pada suhu 70oC selama 10 menit

7) Ditambahkan 10 mL larutan baku asam oksalat 0,01 N dengan buret

8) Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,01 N sampai warna merah muda

9) Dicatat volume pemakaian KMnO4

10) Dilakukan titrasi sebanyak 3 kali (hasil akhir volume dirata-ratakan) 11) Dilakukan perhitungan kadar zat organic dalam sampel dengan cara

sebagai berikut :

Kadar Zat Organik dalam Sampel Air

={[(10+V Titrasi) x N KMnO4]–(10xN H2C2O4)} x Be KMnO4 x 1000

Volume Sampel = ………. mg/L

Keterangan : V = Volume

N = Normalitas

(18)

D. Upaya Pengendalian Zat Organik dalam Air

Kadar zat organik yang berlebihan dalam air terutama air minum tidak diperbolehkan karena selain menimbulkan bau, warna dan rasa yang tidak diinginkan, juga dapat bersifat toksik baik secara langsung maupun setelah bersenyawa dengan zat lain yang ada.

Zat organik yang ada dalam air dapat berasal dari alam atau sebagai dampak dari kegiatan manusia. Yang berasal dari alam misalnya asam humat (humic acid) dari daun dan batang pohon yang membusuk, senyawa nitrogen (amina) dan senyawa sulfuric (merkaptan) yang berasal dari orgaisme yang membusuk. Manusia dalam keidupan sehai-hari membuang limbah berupa tinja, limbah cair, limbah padat dan gas baik yang berasal dari kegiatan rumah tangga maupun dari kegiatan pertanian, industry, transportasi, pertambangan dan sebagainya. Kegiatan pertanian menghasilkan limbah organic berupa pestisida dan pupuk, kegiatan industry mengeluarkan limbah organic sesuai produk dan prosesnya, transportasi mengeluarkan hidrokarbon dan senyawa organic lain, kegiatan pertambangan juga menghasilkan limbah hidrokarbon dan senyawa organik lain.

Di kota-kota besar, air minum yang diterima konsumen melalui jaringan distribusi seringkali masih berwarna, berbau dan berasa tidak sedap. Penyebabnya antara lain karena tingginya kandungan zat organik dalam air baku baik pada kemarau panjang maupun musim hujan serta banyaknya kebocoran pipa distrubusi.

Keadaan seperti ini tentu tidak diinginkan. Oleh karena itu perlu dicari cara untuk menghilangkan atau menekan serendah mungkin kadar zat organik dalam air minum. Berikut beberpa upaya yang dapat dilakukan untuk pengendalian zat organik dalam air :

(19)

1. Memperbaiki sanitasi pembuangan tinja dan limbah rumah tangga sehingga tidak mencemari sumber air baku terutama air yang diminum

2. Mengolah limbah industri dan pertambangan termasuk untuk mengurangi kadar zat organik dalam limbah sebelum dibuang ke badan air penerima 3. Membatasi penggunaan pestisida dengan menerapkan pengendalian hama

terpadu

4. Mengubah cara transportasi kayu yang semula melalui sungai diganti melalui transportasi darat, tentu saja dengan pembuatan jalan dan penyediaan alat angkut

5. Mencegah erosi daerah hulu

6. Mencegah kecelakaan sarana transportasi air yang menyebabkan tumpahan bahan bakar ke badan air

7. Membersihkan daun dan batang yang jatuh ke badan air, vegetasi air termasuk eceng gondok, bagkai hewan, sampah dan sebagainya yang ada dalam badan air terutama yang digunakan sebagai sumber air baku untuk air minum

8. Memanfaatkan alga dan eceng gondok yang banyak tumbuh pada badan air seperti waduk, alga diolah menjadi makanan ayam, sedangkan eceng gondok dapat diolah menjadi kertas dan bahan pembuat berbagai hasil kerajinan tangan

(20)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Zat organik adalah zat yang banyak mengandung ion Carbon. Penetapan kadar zat organik didalam air dapat dilakukan dengan metode titrasi

permanganometri menggunakan larutan baku primer H2C2O4 0,01 N dan larutan

baku sekunder KMnO4 0,01 N.

Zat organik diidentifikasikan sebagai Angka permanganat yaitu banyaknya mg/l KMnO4 yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat dalam satu liter sampel air yang dididihkan selama 10 menit. Dengan adanya kandungan zat organik maupun Anorganik di dalam air berarti air tersebut sudah tercemar dan tidak aman dijadikan sumber air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari limbah.

Dalam standar Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 416 / Menkes/ Per/ IX/ 1990 telah ditetapkan maksimal zat organik sebagai angka permanganat dalam air minum adalah 10 mg/l. Apabila terjadi penyimpangan yang melebihi batas dari standar kualitas tersebut, maka dapat menyebabkan timbulnya bau yang tidak enak, berubahnya rasa dan menyebabkan sakit perut/diare (Unus Suriawiria, 1993).

Oleh karena itu dapat dilakukan upaya-upaya pengendalian zat organik dalam air seperti memperbaiki sanitasi pembuangan tinja dan limbah rumah tangga sehingga tidak mencemari sumber air baku terutama air yang diminum, mengolah limbah industri dan pertambangan termasuk untuk mengurangi kadar zat organik dalam limbah sebelum dibuang ke badan air penerima, membatasi penggunaan pestisida dengan menerapkan pengendalian hama terpadu, mencegah kecelakaan sarana transportasi air yang menyebabkan tumpahan bahan bakar ke badan air, membersihkan daun dan batang yang jatuh ke badan air, vegetasi air termasuk eceng gondok, bagkai hewan, sampah dan sebagainya

(21)

yang ada dalam badan air terutama yang digunakan sebagai sumber air baku untuk air minum dan lain sebagainya.

B. Saran

Setelah mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan akibat kadar zat organik yang berlebihan didalam air dengan metode permanganometri, diharapkan agar pembaca dapat mengkonsumsi air sesuai dengan kandungan zat-zat yang diperbolehkan dan diizinkan sehingga derajat kesehatan dapat ditingkatkan.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Bab II Tinjauan Pustaka. Online. Available. http://repository. usu.ac.id/bitstream/123456789/34999/4/Chapter%20II.pdf. diakses tanggal 28 Desember 2015; 19.07 WIB

Anonim. ---. Bab I Pendauluan. Online. Available. http://digilib.unimus.ac.id /files/disk1/107/jtptunimus-gdl-rusisusiya-5327-1-bab1.pdf. diakses tanggal 28 Desember 2015; 19.25 WIB

Ashfi, Azzahra. 2014. Laporan Menentukan Kadar Zat Organik. Online.

Available.

http://bumikimia.blogspot.co.id/2014/06/laporan-menentukan-kadar-zat-organik.html. diakses tanggal 28 Desember 2015; 20.03 WIB Diandar, Ayu. 2014. Titrasi Permanganometri Penentuan Kadar. Online.

Available. http://aiiudiandar.blogspot.co.id/2014/01/titrasi-permanganometri -penentuan-kadar_8884.html. diakses tanggal 30 Desember 2015; 17.15 WIB

Soesanto, Sri Soewasti. 1996. Senyawa Organic Dalam Air Minum. Online.

Availabe. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/indekx.php/MPK/article/view

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar Matematika pada materi segitiga dengan menggunakan model pembelajaran Treffinger pada

Dalam penelitian ini hubungan antara kualitas layanan internal yang diterima pegawai kantor samsat dengan kualitas layanan eksternal yang diterima masyarakat sudah

Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) dalam pembangunan di Desa Batu Lidung belum dilaksanakan dengan baik bila dilihat berdasarkan tugas pokok dan

Perkembangan dan tingkat kompetisi bisnis yang terjadi di Denpasar mendorong para pebisnis untuk selalu berinovasi. Kebutuhan mereka terhadap perkantoran dalam arti ruang untuk

Hasil perolehan skor validasi pada aspek identitas LKS seluruh validator memberikan skor 4 dikarenakan sudah adanya kesesuaian antara judul dengan materi dan

Naturwissenschaften atau ilmu pengetahuan tentang alam menggunakan metode ilmiah yang hasil penemuannya dapat dibuktikan dengan menggunakan metode yang sangat ketat,

 Ada 4 jenis Al powder tidak bulat yang bisa digunakan sebagai fuel propelan yaitu AlLpn (yang digunakan Lapan selama ini), AlDhn (diperoleh dari PT dahana), AlPnc

sin cos