• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG

(PKL)

DI PERUM PERHUTANI UNIT I KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN

(KPH) BANYUMAS TIMUR

BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (BKPH) JATI LAWANG

RESORT PEMANGKUAN HUTAN (RPH) KALI PUTIH

JAWA TENGAH

OLEH :

ABDUL KADIR JAILANI NIM. 090 500 153

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2012

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan : Laporan Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) Di Perum Perhutani Unit I Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Jatilawang Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Kali Putih Jawa Tengah

Nama: : Abdul Kadir Jailani NIM : 090500153

Program studi : Manajemen Hutan Jurusan : Manajemen Pertanian

Pembimbing, Penguji I, Penguji II,

Ir. Fendy Ucche, M.Si Ir. Gunanto Erna Rositah, S.Hut.MP NIP.19620309 198803 1 002 NIP.19570905 198703 1 001 NIP.19731128 199903 2 001

Menyetujui/Mengesahkan,

Ketua Program Studi Manajemen Hutan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. M. Fadjeri, MP NIP. 19610812 198803 1 003

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena k,atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) yang dibuat sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Pada kesempatan ini Penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada 1. Bapak Ir. Fendy Ucche, M.Si selaku dosen Pembimbing.

2. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan

3. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

4. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 5. Bapak Ali Rohani dan Bapak Warsito selaku Asper dan Mantri BKPH Jati

Lawang/RKPH Kali Putih Banyumas Timur Unit I Jawa Tengah.

6. Keluarga tersayang, yang senantiasa berdoa untuk keberhasilan dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan PKL

7. Rekan-rekan yang tergabung dalam tim PKL 2012 di Perum Perhutani BKPH Banyumas Timur Jawa Tengah.

Tanpa bantuan dari Bapak-Bapak serta semua pihak, tidak mungkin kegiatan PKL. terlaksana dengan baik. Akhir kata penulis mengharap semoga laporan PKL ini dapat memberikan manfaat yang besar khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Samarinda, Mei 2012

(4)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) telah menjadi pemasukan sekaligus pendapatan langsung bagi pemenuhan kebutuhan banyak rumah tangga dan masyarakat di seluruh dunia. Dibanyak negara, total nilai ekonomi dari HHBK diperkirakan mampu memberi sumbangan terhadap pemasukan negara yang sama besar, bahkan mungkin lebih, daripada yang dapat diperoleh dari kayu bulat. Di Indonesia sendiri, nilai ekonomi HHBK diperkirakan mencapai 90 % dari total nilai ekonomi yang dapat dihasilkan dari ekosistem hutan (Lampiran Permenhut No. P.21/Menhut-II/2009).

Untuk memacu dan memberikan arah, kebijakan, serta gambaran pengembangan HHBK kepada masyarakat dan para pihak yang akan mengembankan usaha HHBK, pemerintah telah menetapkan strategi pengembangan hasil hutan kayu nasional, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-II/2009 tanggal 19 Maret 2009. Sebelumnya, melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/ Menhut-II/2007 tanggal 28 Agustus 2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu, pemerintah telah menetapkan rincian jenis-jenis HHBK yang menjadi urusan Departemen Kehutanan. Namun, mengingat jumlah jenis dan komoditas HHBK yang terdaftar sangat banyak, maka pemerintah memandang perlu adanya pemilihan jenis prioritas yang diunggulkan agar usaha pengembangan HHBK dapat lebih fokus dan terarah menjadi komoditas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi baik di tingkat nasional maupun lokal. Untuk itu pemerintah telah menetapkan kriteria dan indikator penentuan jenis HHBK unggulan, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.21/Menhut-II/2009 tanggal 19 Maret 2009. Bahkan, untuk saat ini, pemerintah telah

(5)

menetapkan lima komoditas HHBK unggulan nasional yang diprioritaskan pengembangannya, yaitu lebah madu, sutera alam, gaharu, rotan, dan bambu.

Hal ini tidak lepas dari banyaknya jenis HHBK yang dapat diperoleh dari hutan, baik yang berasal dari tumbuhan (HHBK nabati) maupun dari hewan (HHBK hayati). Secara garis besar hasil hutan dibagi menjadi 2 bagian yaitu hasil hutan berupa kayu dan hasil hutan bukan kayu. Hasil hutan bukan kayu terdiri dari produk nabati dan hewan. Untuk hasil hutan bukan kayu nabati bisa dikelompokkan ke dalam kelompok rotan, kelompok bambu dan kelompok bahan ekstraktif (misalnya Damar, Terpentin, Kopal, Gondorukem dan sebagainya).

Berikut ini akan diuraikan secara ringkas beberapa jenis hasil hutan bukan kayu nabati, yang termasuk dalam kelompok bahan ekstraktif.

1. Damar

Merupakan getah yang dihasilkan oleh pohon yang termasuk famili Dipterocarpaceae. Dalam perdagangan dikenal jenis-jenis damar yaitu Damar Mata Kucing, Damar Merah dan Damar Hitam. Pemungutan masih dilakukan secara sederhana dan tradisional yaitu dengan penyadapan kulit batang, getahnya dibiarkan selama sampai 3 bulan.

Kegunaan damar untuk yaitu sebagai bahan baku korek api, plastik, plester, vernis, lak dan sebagainya. Larutannya dalam chloroform dapat dipakai untuk mengawetkan binatang dan tumbuhan.

2. Gondorukem

Nama lain : pine rosin, rosin, colophony, siongka dan sebagainya. Merupakan getah yang diambil/disadap dari pohon Pinus dari suku Pinaceae. Getah tersebut diproses dengan jalan penyulingan air yang kadang-kadang disertai vakum. Bagi yang merupakan residu dari penyulingan itu disebut gondorukem yang berwarna ambar-bening, sedang fraksi destilatnya adalah terpentin.

(6)

Berdasarkan warnanya, getah gondorukem diklafikasikan menjadi beberapa kelas yaitu B, C, D, E, F, G, H, I, K, M, N, dan W-G. Kegunaan kelas B, C, D (Warna gelap) digunakan untuk industri minyak rosin dan vernis gelap. Kelas E, F, G digunakan sebagai bahan penolong dalam industri kertas. Kelas G dan K digunakan induk industri sabun. Kelas W-G dan W-W (Warna pucat) digunakan untuk bahan vernis warna pucat, scaling wax, bahan peledak, pelapis alat-alat yang dipegang tangan, bahan penggosoksenar, bahan solar, bahan cat, tinta cetak, semen, kertas, politur kayu, plastik, kembang api dan sebagainya.

3. Kemenyan

Nama lain : benzoin, benzoe, benzoin gum, labah jawi. Merupakan getah sebagai hasil penyadap pohon Styrax benzoin Dryan atau Styraxtonkinensis Craib yang termasuk famili Styracaceae. Getahnya berwarna putih abu-abu. Kemenyan merupakan bahan baku asem benzoat dan asam sinamat.

Kegunaan : Sebagai obat yaitu perangsang ekseptoransia dan obat luka juga sebagai bahan inclures dalam industri vernis dan kosmetik.

4. Jernang

Nama lain : dragon’s blood, jernang mandai, getah badak, getah warak dan sebagainya. Berupa getah yang dihasilkan dari pohon Daemonorops draco BI, termasuk famili Palmae. Getahnya berwarna merah.

Kegunaan : Bahan pewarna keramik, marmer alat-alat batu, kayu kertas, cat dan sebagainya. Dalam farmasi digunakan serbuk untuk gigi, ekstrak tanin dan sebagainya.

5. Terpentin

Nama lain : oil of turpentine, spirit of turpentine. Merupakan destilat penyulingan getah atau kayu Pinus. Di Indonesia dihasilkan dari getah Pinus merkusii Jungh et de Vries. Penyulingan dari getah dilakukan secara langsung dengan uap atau dengan air,

(7)

kadang-kadang disertai vakum. Terpentin dihasilkan sebagai destilat dan merupakan hasil samping dalam pengolahan gondorukem.

Kegunaan : Sebagai pelarut minyak organik dan resin. Dalam industri digunakan sebagai bahan semir sepatu. Logam dan kayu, juga sebagai bahan kamper sintetis.

6. Kopal

Nama lain : resin kopal, gum copel, anime (solf copel), cavarie, pepeda, damar minyak, damar sewa, bua loba, melengket masihu, damar penggal dan sebagainya. Merupakan hasil sekresi berbagai pohon antara lain : Agathis alba, A. dammara, A.

latifolia, A. Robusta, A. macrophylla, A. australia, A. selebica, A. boornensis yang semua

termasuk dalam famili Pinaceae.

Kegunaan : digunakan sebagai bahan cat, vernis spiritus, lak merah, email, vernis bakar, plastik, bahan pelapis tekstil, tinta cetak, perekat, cairan pengeringan dan sebagainya.

7. Getah Perca

Nama lain : gutta perca, getah merah, isonandra gutta, red makasar, gutta seak dan gutta soh. Diperoleh sebagai hasil ekstraksi daun dan penyadapan pohon Palaquium dan Payena terutama pohon Palaquium gutta Burck, termasuk famili Sapotaceae.

Kegunaan : Sebagai bahan isolasi kabel dan kawat listrik, dalam bidang kedokteran gigi, water prooting agent, lapis alat mekanis dan sebagainya.

8. Minyak Kayu Putih

Nama lain : oil of cayeput, cayeput oil. Kayu putih dihasilkan dari ranting daun

Melaleuca leucadendron Linn. Atau Melalleuca minor Smith, termasuk famili Myrtaceae.

Pengambilan daun dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa musim, umumnya diambil daun yang agak tua, paling sedikit berumur 6 bulan dengan jalan memotong cabang dan rantingnya. Minyak kayu putih diperoleh dengan cara menyuling air atau penyulingan langsung dengan uap dan air.

(8)

Kegunaan : Untuk obat gosok maupun obat diminum, mengurangi kejang sakit kepala, sakit gigi, reumatik, sakit dada, bengkak, luka iris, luka bakar, sakit otot, sebagai bahan insektisida dan perfumeri.

9. Minyak Tengkawang

Nama lain : Borneo tallow, kawang kakowang, green butter. Minyak tengkawang diperoleh dari biji buah pohon tengkawang (Shorea sp. dan Isoptera sp.) antara lain tengkawang tungkul (Shorea stenoptera Burck), tengkawang majau (Shorea lepidota BI), tengkawang Liyar (Shorea gysbertsiana Burck), tengkawang terendak (Shorea seminis), termasuk dalam famili Dipterocapaceae. Minyak tengkawang diperoleh dari biji tengkawang yang telah kering yang diperas hingga keluar lemaknya.

Kegunaan : oleh masrakyat digunakan sebagai minyak goreng dan obat-obatan. Dalam industri digunakan sebagai bahan pembuat lilin, kosmetik, farmasi, pengganti lemak coklat, sabun margarin pelumas dan sebagainya.

10. Minyak Jarak

Nama Lain : castor oil, kastrol, ricinus oil. Minyak jarak dihasilkan dari hasil pengempaan biji jarak (Ricinus communis Linn) termasuk famili Euphorbiaceae.

Kegunaan : dalam industri digunakan sebagai bahan sabun khusus, tekstil, karet, bahan pelumas pengawet kulit, isolasi listrik, kosmetik, plastik dan obat-obatan terutama sebagai obat kuras perut, juga digunakan sebagai cairan hindrolik.

B. Tujuan

Tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapang adalah untuk memperoleh wawasan dan pemikiran serta meningkatkan pengetahuan mahasiswa agar dapat memahami segala kegiatan secara langsung di lapangan sebagai bekal belajar dan bekerja. Disamping itu dapat memberikan gambaran mengenai pengelolaan hutan khususnya di areal Perum Perhutani KPH Banyumas Timur BKPH Jati Lawang RPH Kali Putih.

(9)

C. Hasil yang Diharapkan

Dengan adanya pengalaman kerja lapang yang dilaksanakan di areal Perum Perhutani KPH Banyumas Timur BKPH Jati Lawang diharapkan mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mampu mengetahui manfaat hasil hutan bukan kayu dan mengetahui cara-cara pengelolaan menjadi produk yang bernilaitambah. Disamping itu, adanya Peraktek Kerja Lapang diharapkan mahasiswa mendapatkan pengetahuan keterampilan manajerial dan intelektual dibidang kehutanan.

(10)

II. KEADAAN UMUM LOKASI

A. Tinjauan Umum Perusahaan

Perum Perhutani KPH Banyumas Timur adalah Suatu Badan Usaha kehutanan milik negara yang berada di bawah naungan Unit I Semarang dan berkantor pusat di Jakarta d/a Gedung Manggala Wanabhakti blok VII lantai 8 -11 Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat.

KPH Banyumas Timur terletak berada di pusat kota Purwokerto, Jawa Tengah tepatnya di Jln.Jend.Gatot Soebroto No. 92 Purwokerto 53116. No Telp. 0281-635217 ; Email : perhutani_byt@yahoo.co.id

Adapun Visi dan Misi KPH Banyumas Timur adalah :

1. Visi

Menjadi pengelola hutan lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

2. Misi

a. Mengelola sumberdaya hutan dengan prinsip Pengelolaan Hutan Lestari berdasarkan karakteristik wilayah dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) serta meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa lingkungan, agroforestri serta potensi usaha berbasis kehutanan lannya guna menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan.

b. Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi serta sumberdaya manusia perusahaan yang modern, profesional dan handal serta memberdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan.

(11)

c. Mendukung dan turut berperan-serta dalam pembangunan wilayah secara regional dan nasional, serta memberikan kontribusi secara aktif dalam penyelesaian masalah lingkungan regional, nasional dan internasonal.

3. Luasan

Luas wilayah kerja KPH Banyumas Timur : 46.451,96 ha dan berada dalam 4 (empat) wilayah administratif yaitu : Kabupaten Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga dan Cilacap.

Perum Perhutani KPH Banyumas Timur mempunyai luas wilayah hutan 46.451,96 ha yang terdiri dari 2 (dua) kelas Perusahaan yaitu Kelas Perusahaan Pinus 28.897,46 ha dan Kelas Perusahaan Damar 17.552,80 ha. Sedangkan berdasarkan fungsinya terdiri dari Hutan Produksi 26.168,76 ha, Hutan Lindung 20.281,50 ha dan Alur 320,91 ha. d

engan batas - batas kawasan sebagai berikut :

Sebelah Utara : Gunung Slamet

Sebelah Timur : KPH Kedu Pekalongan Timur dan KPH Kedu Utara Sebelah Selatan : Samudera Hindia

Sebelah Barat : KPH Banyumas Barat

4. Letak Geografis

Secara geografis atau berdasarkan garis lintang wilayah hutan KPH Banyumas Timur terletak pada 107°58"dan 108°48" Bujur Timur dan 70°12" dan 70°39” Lintang Selatan. Menurut ketinggian berada antara 25 m sampai dengan 3.428 m dpl dan puncak tertingginya adalah Gunung Slamet, dengan curah hujan rata-rata tahunan dari 25 stasiun pengukuran = 3.321 mm. sedang suhu udara berkisar antara 18° s/d 33° celcius.

(12)

Demikian juga strata pertumbuhan yang ada digunung-gunung dengan kondisi topografi gelombang, curam sampai terjal sehingga terdapat areal hutan yang ditunjuk sebagai Hutan Lindung.

Wilayah hutan KPH Banyumas Timur terletak pada suatu daerah dengan musim hujan dan musim kemarau yang jelas. Dibeberapa tempat disekitar wilayah hutan terdapat beberapa stasiun hujan, sehingga dari data tersebut dapat diketahui adanya bulan basah, bulan lembab dan bulan kering, sehingga pelaksanaan pekerjaan dilapangan tidak banyak menyimpang dari rencana yang telah dipersiapkan.

Menurut Schmidt dan Ferguson (1951), kriteria bulan basah, bulan lembab dan bulan kering adalah sebagai berikut :

a. Bulan basah, dengan curah hujan : > 100 mm/bulan b. Bulan lembab, dengan curah hujan : 60 - 100 mm/bln. c. Bulan kering, dengan curah hujan : < 60 mm/bln.

B. Manajemen Perusahaan

Berdasarkan Buku Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) jangka 2010 sampai dengan 2019 hutan diwilayah KPH Banyumas Timur seluas 46.450.29 terbagi menjadi 5 (lima) wilayah Bagian Hutan (BH) dengan pembagian wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) dan Resort Pemangkuan Hutan (RPH) :

1. BKPH Jatilawang dengan luas Wilayah : 3.604,70 ha a) RPH Jatilawang : 879,60 ha

b) RPH Kaliputih : 862,10 ha c) RPH Jambusari : 975,80 ha d) RPH Pengadegan : 887,20 ha

(13)

a) RPH Kalirajut : 847,20 ha b) RPH Mandirancan : 647,80 ha c) RPH Sidamulih : 891,30 ha d) RPH Kebasen : 454,30 ha

3. BKPH Gn.Sl.Barat dengan luas wilayah : 14.691,90 ha a) RPH Baturraden : 4.813,80 ha

b) RPH Lebaksiu : 4.805,50 ha c) RPH Karanggandul : 5.072,60 ha

4. BKPH Gn.Sl.Timur dengan luas wilayah : 13.477,20 ha a) RPH Serang : 2.735,60 ha

b) RPH Karangreja : 2.399,10 ha c) RPH Picung : 3.596,30 ha d) RPH Tunjungmuli : 4.746,20 ha

5. BKPH Karangkobar dengan luas wilayah : 11.514,95 ha a) RPH Kalibening : 3.087,73 ha

b) RPH Batur : 1.113,74 ha c) RPH Siweru : 1.847,60 ha d) RPH Wanayasa : 2.574,28 ha e) RPH Pandanarum : 2.891,60 ha

C. Lokasi dan Waktu Kegiatan

Lokasi kegiatan PKL ini dilaksanakan di KPH Banyumas Timur BKPH Jatilawang RPH Kali Putih, Jawa Tengah. Waktu kegiatan mulai tanggal 13 Maret 2012 sampai dengan 25 April 2012.

(14)

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang di KPH Banyumas Timur BKPH Jatilawang RPH Kali Putih.

No Uraian Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Tempat/Lokasi

1 Pembuatan Tanda Batas Petak 13-16 Maret 2012

Petak 14 D Pinus 15 tahun Luas 24 ha. 2 Pembersihan Lapangan Sadapan 19-22 Maret 2012

Petak 14 D Pinus 15 tahun Luas 24 ha. 3 Pembuatan Area/Blok Sadapan 26-30 Maret 2012

Petak 14 D Pinus 15 tahun Luas 24 ha. 4 Sensus dan Penomoran Pohon 02-09 April 2012

Petak 14 D Pinus 15 tahun Luas 24 ha. 5 Pembersihan Kulit Pohon 10-16 April 2012

Petak 14 D Pinus 15 tahun Luas 24 ha. 6 Pembuatan Quare Awal 17-23 April 2012

Petak 14 D Pinus 15 tahun Luas 24 ha. 7 Persemaian ; a. Pemeliharaan Semai

b. Pengisian media kedalam polybag

24-25 April 2012 Persemaian BKPH Kebasen.

(15)

III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

A. Pembuatan Tanda Batas Petak

1. Tujuan

Tujuan Pembuatan Tanda Batas Petak adalah untuk mengetahui dan membatasi areal yang akan dilakukan sadapan sesuai dengan Surat Perintah Kerja (SPK)

2. Dasar teori

Pembuatan batas petak dilakukan untuk mempermudah dalam kegiatan pembagian batas daerah yang akan disadap

3. Alat dan Bahan

a. Alat : Kuas, Parang, Sabit, Meteran b. Bahan : Pinus, Cat warna putih. 4. Prosedur kerja

a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan tanda batas petak. b. Mengukur pohon pinus tinggi 150 cm. dari pangkal pohon.

c. Pada jarak tersebut kulit pohon dibersihkan kulit arinya dan dicat warna putih melingkar dengan ukuran lebar 20 cm.

d. Pengecatan pohon berikutnya dilakukan dengan jarak 25 m ke arah yang sudah ditentukan dan seterusnya.

5. Hasil yang dicapai

Dalam kegiatan pembuatan tanda batas petak dalam 4 hari dapat dihasilkan 125 pohon.

(16)

6. Pembahasan

Pada kegiatan pembuatan batas petak ini dilakukan 4 hari dengan hasil yang dicapai sebanyak 125 pohon

B. Pembersihan Lapangan Sadapan

1. Tujuan

Tujuan Pembersihan Lapangan Sadapan adalah

a. Agar sinar matahari dapat menyinari langsung pohon Pinus b. Memudahkan para Pekerja/Petugas dalam melakukan aktifitas c. Untuk pengangkutan getah perlu dibuat jalan setapak

2. Dasar teori

Sebelum diadakan penyadapan, lapangan/areal sadapan harus dibersihkan dari perdu dan semak-semak, agar sinar matahari dapat langsung menyinari pohon pinus serta memudahkan para pekerja dan petugas untuk melaksanakan pengawasan 3. Alat dan Bahan

a. Alat : Parang / sabit, batu gosok b. Bahan : Semak-semak, gulma, perdu 4. Prosedur kerja

a. Mempersiapkan peralatan dan mengasah parang/sabit sebelum digunakan. b. Memotong semak-semak dan gulma perambat disekitar pohon pinus.

c. Membuat jalan setapak/jalan tikus sebagai jalan oprasional penyadapan dan aktipitas lainnya.

5. Hasil yang dicapai

Dalam kegiatan pembersihan lapangan dihasilkan 0,25 ha/orang/hari kerja di lapangan

(17)

6. Pembahasan

Kegiatan pembersihan lapangan sadapan sangat penting di lakukan untuk membersihkan semak-semak belukar agar tidak menghambat proses kegiatan pada saat akan dilakukan penyadapan pada pohon yang nantinya akan disadap. Dalam pelaksanaan kegiatan pembersihan lapangan dihasilkan 1 ha selama 4 hari untuk membersihkan dari perdu, liana yang menghambat pertumbuhan pohon pinus. Kegiatan ini terbilang berat karena semua tumbuhan yang tidak diingikan ditebang agar dapat memberi ruang tumbuh untuk pohon binaan secara baik dan subur.

C. Pembuatan Areal/Blok Sadapan

1. Tujuan

Pembuatan areal atau blok sadapan untuk digunakan sebagai batas antara blok sadapan di kawasan hutan pinus agar memudahkan para pekerja dalam membagi wilayah sadapan.

2. Dasar teori

Kegiatan pembuatan areal/blok sadapan dibagi dalam blok-blok seluas 2-5 ha sesuai dengan kemampuan penyadap dengan mengikuti batas blok tanaman/pemeliharaan yang sudah ada di tandai dengan menggunakan cat warna hijau muda pada pohon batas selebar 10 cm setinggi 180 cm sepanjang/setiap 50 m atau sebatas kemampuan mata memandang.

3. Alat dan Bahan

a. Alat : Meteran, Kuas

b. Bahan : Pohon pinus, Cat warna hijau 4. Prosedur kerja

a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan ini.

(18)

c. Mengukur pohon pinus yang ditetapkan sebagai pohon batas, setinggi 180 cm dari tanah, kemudian diberi tanda garis hijau..

d. Dilakukan lagi pada pohon berikutnya, dengan jarak antar pohon 50 meter. 5. Hasil yang dicapai

Dalam 5 hari dihasilkan 50 pohon/kelompok 6. Pembahasan

Blok sadapan merupakan kegiatan membagi-bagi areal yang akan disadap, dengan tujuan untuk memudahkan dalam proses pembagian tenaga kerja dan memprediksi hasil getah yang dihasilkan pada setiap areal-areal/blok kerja.

D. Sensus dan Penomoran Pohon Pinus

1. Tujuan

Tujuan Sensus dan Penomoran Pohon Pinus adalah untuk menaksir produksi, menetapkan jumlah pohon yang dibagi ke masing-masing penyadap, memudahkan monitoring terhadap keamanan, penjarangan dan bencana alam.

2. Dasar teori

Pohon-pohon Pinus dalam satu blok/anak petak yang telah berumur 10 tahun keatas supaya diberi tanda batas dan nomor urut. Pemberian nomor pohon menggunakan plat seng dengan ukuran 5 cm x 5 cm yang bertuliskan nomor pohon dan keliling, dengan interval 10 cm.

3. Alat dan Bahan

Alat : Palu, Paku, Parang, Meteran Bahan : Plat Seng, Spidol permanen 4. Prosedur kerja

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan.

(19)

c. Pemberian nomor pohon menggunakan plat seng ukuran 5 x 5 cm yang berisi Nomor pohon dan Keliling pohon

d. Membuat daftar menurut kelas keliling dengan interval 10 cm e. Hasil sensus tersebut dibuatkan BAP dan laporannya

5. Hasil yang dicapai

Dalam satu hari dapat di selesaikan dengan jumlah 10 - 15 pohon per orang. 6. Pembahasan

Untuk mengetahui jumlah pohon dalam satu blok maka dilakukan kegiatan sensus dan penomoran dengan tujuan agar mempermudah pekerja dilapangan untuk mengetahui bila mana ada pohon yang tidak menghasilkan getah yang baik, terserang penyakit, dan mati, bahkan apabila ada yang ditebang baik secara sengaja maupun tidak disengaja.

E. Pembersihan Kulit Pohon

1. Tujuan

Tujuan pembersihan kulit pohon adalah untuk mendapatkan getah pinus yang bersih dan berkualitas tinggi.serta mempermudah dalam penbuatan mal sadap dan pembuatan quare

2. Dasar teori

Pada bagian batang yang akan disadap, kulitnya harus dibersihkan/dikerok setebal 3 mm, lebar 15 cm tinggi 60 cm

3. Alat dan Bahan

a. Alat : Parang, keruk getah, pecok/petel. b. Bahan : Pohon pinus.

(20)

4. Prosedur kerja

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan.

b. Pembersihan kulit setebal 3 mm tanpa melukai kayu, mulai 20 cm dari permukaan tanah dan panjang 60 cm

5. Hasil yang dicapai

Dalam satu hari dapat diselesaikan dengan sebanyak 100 pohon per orang. 6. Pembahasan

Pembersihan kulit pohon ini dilakukan selama 5 hari kerja dengan jumlah pohon yang dibersihkan sebanyak 50 pohon.

F. Pembuatan Quare Awal

1. Tujuan

a. Untuk mengeluarkan dan menyalurkan getah Pinus ke tempurung b. Mempermudah pembuatan quare selanjutnya

2. Dasar teori

Bagan square (mal sadap) dibuat tepat ditengah-tengah pohon yang telah dibersihkan dengan ukuran lebar 6 cm, tinggi 60 cm (terdiri dari 12 kotak quare 5 cm dan 10 cm untuk sadap buka). Sebaiknya diusahakan alat khusus untuk membuat bagan rencana quare berbentuk garpu melengkung dengan dua gigi tajam degan jarak 6 cm.

(21)

Gambar 1. Contoh Pembuatan Bagan Rencana Quare

3. Alat dan Bahan

a. Alat : Petel sadap/kadukul, Parang, Keruk getah, Alat pengukur lebar quare, kuas

b. Bahan : Talang seng, Tempurung, Penutup Tempurung, Paku penahan tempurung, cat warna putih\

4. Prosedur kerja

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan.

b. Membuat bagan quare (mal sadap) ditengah-tengah pohon pinus yang telah dibersihkan kulitnya, dengan ukuran lebar 6 cm, tinggi 60 cm diukur dari 30 cm dari atas permukaan tanah Ukuran quare awal 10x10 cm dengan kedalaman 2 cm c. Pemasangan talang sadap menempel pada bagian bawah quare

d. Tempurung dipasang 5 cm di bawah talang, talang dan tempurung dinaikkan setiap quare bertambah 30 cm

5. Hasil yang dicapai

(22)

6. Pembahasan

Dari hasil kegiatan tersebut terlihat bahwa jumlah pohon yang dapat diselesaikan jumlahnya sedikit, ini disebabkan pekerjaan pembuatan quare awal tergolong berat dan harus teliti agar getah yang nantinya masuk pada tempurung yang sudah disiapkan sebagai tempat getah berkualitas baik. Kegiatan ini dilaksanakan selama 6 hari dengan jumlah pohon 32 pohon.

G. Persemaian

a. Pengisian media dalam kantong plastik/polybag

1. Tujuan

Tujuan pengisian media sapih adalah sebagai tempat pemindahan bibit. 2. Dasar Teori

Pengisian media kepolybag adalah kegiatan menyediakan tempat tumbuh untuk bibit yang disapih dari bedeng sapih kedalam polybag berupa tanah topsoil.

3. Alat dan Bahan

a. Alat : Cangkul, Ayakan tanah, Gembor, keranjang dan gerobak dorong b. Bahan : Bibit, Topsoil, Pupuk kandang, air dan polybag

4. Prosedur kerja

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Mengisi media kedalam polybag, kemudian menyusunnya dengan rapi. c. Memindahkan bibit pinus ke dalam media polybag

d. Menyiram bibit tanaman pinus tersebut. 5. Hasil yang dicapai

(23)

6. Pembahasan

Sebelum pengisian polybag terlebih dahulu mencampur media tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 60:40, kemudian dimasukkan kedalam polybag yang telah disediakan. Lalu, bibit disapih kedalam polybag yang telah berisi media campuran tanah dengan pupuk kandang. Rata-rata pekerja dapat melaksanakan kegiatan pengisian media ke polybag sebanyak 75 polybag per jam, sehingga dalam sehari dapat menyelesaikan sebanyak 600 polybag.

b. Pemeliharaan bibit

1. Tujuan

Tujuan pemeliharaan adalah untuk menghindari kematian tanaman sebelum dan setelah ditanam dengan cara membersihkan tanaman dari tumbuhan bawah atau tumbuhan pengganggu (gulma).

2. Dasar Teori

Pemeliharaan adalah suatu usaha merawat dan menjaga tanaman dari gangguan yang dapat merusak serta merugikan pertumbuhan pohon atau tegakan dan memperbaiki kualitas tanaman.

3. Alat dan Bahan

a. Alat : parang/sabit, cangkul, surjen b. Bahan : bibit tanaman

4. Prosedur kerja

a. Pembersihan tanaman b. Pendangiran bentuk piringan c. Penyiapan bibit

d. Penyulaman e. Penyiraman

(24)

5. Hasil yang dicapai

Menghasilkan pohon yang sehat untuk diambil getahnya secara optimal dalam memenuhi target getah damar.

6. Pembahasan

.Sebelum penyulaman, tanah digemburkan dan dibuatkan lubang tanam kembali menggunakan surjen. Setelah penyulaman dilakukan penyiraman pada tanaman. Kegiatan penyulaman dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dengan intensitas : tahap pertama 10%, kedua 5% dan ketiga 3%. Sebelum pendangiran, dilakukan pembabatan atau pembersihan tumbuhan bawah selebar 1-1,5 meter untuk jalur pemeriksaan. Pendangiran dilakukan sedalam 10-20 cm dengan menggemburkan tanah sekitar tanaman membentuk piringan dan tanah dibuat membumbung/gundukan agar tanaman tidak tergenang pada saat hujan. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau tanaman yang mengalami pertumbuhan kurang baik

(25)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan praktek kerja lapang yang dilaksanakan di BKPH Jati Lawang RKPH Kali Putih Purwokerto Jawa Tengah adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan hasil hutan bukan kayu yaitu penyadapan getah pinus.

Kegiatan yang telah dilaksanakan selama PKL adalah Pembuatan tanda Batas Petak, Pembersihan lapangan sadapan, Pembuatan areal/blok sadapan, Sensus dan penomoran pohon pinus, Pembersihan kulit pohon, Pembuatan quare awal dan Persemaian (Pemeliharaan bibit dan Pengisian media dalam kantong plastic/polybag). Namun pada kegiatan tersebut yang paling banyak dilakukan adalah kegiatan pemanenan.

B. Saran

1. Dalam pelaksanaan praktek kerja lapang (PKL) harus ada hubungan yang harmonis dengan anggota satu team.

2. Dalam kegiatan (PKL) praktek kerja lapang mahasiswa dapat mempraktekkan ilmu yang didapat selama berada di bangku kuliah.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Himpunan Peraturan/Pedoman Pelaksanaan Tanaman Hutan Tahun

1974. Biro Pembinaan Perum Perhutani. Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, 2005.

Anonim. 2010. Pedoman Pembuatan dan Pemeliharaan Tanaman Jati Plus Perhutani

(JPP). Perum Perhutani unit I Jawa Tengah, 2010.

Anonim. 2011. Pengangkutan Bibit. http://id.wikipedia.org/wiki/Jati_putih. 28 Maret 2011

Anonim. 2011. pengertian,macam,jenis pada bibit dan benih dalam pertanian. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081224052851AAMmUBg. 28 Maret 2011.

(27)
(28)

Gambar 1. Foto Tanda Batas Blok

Gambar 2 Foto Persiapan Sensus dan Penomoran

(29)

Gambar 3. Foto Pembuatan Mal Sadap

(30)

Gambar 5 Foto Pembuatan Quare Lanjutan/Sadap Laanjut

Gambar

Tabel 1.  Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang di KPH Banyumas Timur       BKPH Jatilawang RPH Kali Putih
Gambar 1. Contoh Pembuatan Bagan Rencana Quare
Gambar 2  Foto  Persiapan Sensus dan Penomoran
Gambar 3.  Foto Pembuatan Mal Sadap
+2

Referensi

Dokumen terkait

31 dalam Meningkatkan Laba dan Market Share pada Produk Pembiayaan Mudharabah (Studi PT. Bank BNI Syariah cabang Makassar) dalam penelitian ini adalah kualitatif

Langkah seven jump dalam Tutorial skenario 2; Kuliah Penunjang; Membaca literatur  Promosi kesehatan  Prinsip-prinsip pelayanan kesehatan primer Tutorial 2 x 100

E-MOSFET’lerde kanal, gate terminaline uygulanan harici bir besleme ile olu ş turulur. Böylece, drain ile source aras ı ndaki bu bölge N kanal ı gibi hareket eder.. olan

Periksalah temperatur air pendingin engine, tekanan olie engine, HST oil temperatur dan permukaan bahan bakar. Bila engine panas tinggi, jangan memberhentikan engine secara

a) Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. Misalnya, seorang ibu yang anaknya sakit segera ingin membawanya ke puskesmas, tetapi pada saat

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan pihak yang bersangkutan untuk mendapatkan data dari objek yang sedang diteliti dan melakukan

Perbedaan spesifik pada bakso daging sapi adalah adanya protein troponin T yang terdapat dalam jumlah tebal (banyak), sedangkan pada tingkat substitusi daging babi

Berdasarkan masalah yang dihadapi MI Badrussalam Surabaya peneliti mengambil tindakan menggunakan model Outdoor Learning karena dengan menggunakan model Outdoor