• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya seperti laki-laki. Jika dilihat dalam ajaran agama diantara laki-laki dan perempuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. lainnya seperti laki-laki. Jika dilihat dalam ajaran agama diantara laki-laki dan perempuan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perempuan merupakan salah satu makhluk hidup yang diciptakan Tuhan dengan segala bentuk dalam kelebihan maupun kekurangan, begitu pun dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya seperti laki-laki. Jika dilihat dalam ajaran agama diantara laki-laki dan perempuan terdapat beberapa persamaan dalam hal tertentu dan perbedaan dalam berbagai hal. Salah satu perbedaannya karena lelaki merupakan pemimpin, seorang lelaki diibaratkan sebagai kepala (pemimpin) dalam rumah tangga kelak jika dia menikah. Menurut Khamenei (2004:77) Dalam Islam baik pria maupun wanita sama-sama memiliki hak-hak utama politik meliputi hak memberikan suara, hak berserikat, berperang, mempertahankan, dan hak untuk turut dalam diplomasi dan kesepakatan politik. Namun kenyataan yang ada dan masih diyakini sejak zaman nenek moyang hingga kini yakni anggapan bahwa perempuan lebih lemah dari pada laki, hal ini lah yang menempatkan perempuan pada posisi dibawah kekuasaan laki-laki.

Menurut Soeroso (2011:7) Di antara jenis-jenis kekerasan yang terjadi, kekerasan terhadap perempuan banyak mendapat perhatian karena sifat dan dampaknya yang luas bagi kehidupan kaum perempuan khususnya dan masyarakat umumnya. Kekerasan jenis ini mempunyai akar yang dalam pada faktor budaya menempatkan perempuan pada posisi yang timpang dalam hubungannya dengan laki-laki.

Karena posisinya yang timpang, tidak mengherankan jika kaum perempuan dianggap sebagai sosok yang lemah dan dapat dilemahkan. Anggapan ini juga yang kemudian menjadi alasan perempuan sering mendapatkan berbagai perlakuan tidak menyenangkan seperti pelecehan seksual, objek tindak kejahatan, bahkan ketika perempuan memasuki perkawinan pun tidak jarang banyak terjadi kasus kekerasan meski tidak semua istri merasakannya, namun ada beberapa yang mengalaminya.

(2)

Menurut Soeroso (2011:18) Kekerasan (violence) adalah serangan atau invasi (assault) terhadap fisik maupun integritas mental psikologi seseorang. Dari pengertian diatas menjelaskan bahwa kekerasan tidak selamanya harus menyerang fisik seseorang, melalui ucapan pun dapat dikategorikan sebagai kekerasan apabila menyakiti seseorang. Kekerasan dalam rumah tangga dapat terjadi karena keretakan hubungan keluarga yang kurang harmonis antara suami dan istri yang tidak segera dipecahkan atau apabila telah dipecahkan dengan hasil yang dirasa tidak memberikan keadilan bagi salah satu pihak sehingga tidak bisa mengembalikan hubungan baik seperti sebelumnya.

Kita tentu sudah terbiasa mendengar maupun melihat berita di beberapa media cetak maupun elektronik tidak terlepas dari kasus kekerasan dalam rumah tangga, yang lebih mencengangkan lagi kasus ini dominan menimpa seorang perempuan/ istri. Entah apa yang melandasi kekerasan ini terjadi yang jelas cara penyelesaian seperti ini sangat tidak dibenarkan. Terlebih lagi sampai berujung pada pemukulan yang dilakukan suami terhadap istri.

Bagaimana hal ini bisa terjadi sementara antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang cukup jauh, dari segi fisik. Laki-laki dipandang lebih maskulin sementara perempuan lebih feminim, pandangan seperti ini kiranya dapat dipahami oleh setiap orang. Namun, kekerasan sepertinya sudah menjadi kebiasaan bahkan terlihat membudaya dalam hubungan rumah tangga. Kekerasan dirasa menjadi cara tersingkat untuk menyelesaikan sebuah perkara jika dengan duduk bicara sudah tidak bisa menyelesaikan maka tangan lah yang dirasa ampuh untuk mengatasi masalah.

Sangat disayangkan sekali, betapa mirisnya jika kita tahu bahwa lagi-lagi perempuanlah yang selalu menjadi sasaran tindakan tidak terpuji seperti ini. Hal ini yang kemudian juga terjadi di Desa Kota Baru tepatnya di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, kasus kekerasan

(3)

bukanlah yang pertama kali nya terjadi di daerah ini, kekerasan seakan-akan dapat menimpa siapa saja dan kapan saja bahkan pada daerah pedesaan sekalipun.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 12 Februari 2019 yang peneliti lakukan bersama beberapa ibu rumah tangga kekerasan yang pernah mereka terima beragam, mulai dari kekerasan psikis dan fisik yaitu tercatat sebanyak 6 orang. Kekerasan merupakan masalah sekaligus cara penyelesaian yang dirasa ampuh, begitu pun yang terjadi di Desa Kota Baru bahkan kasus kekerasan ini dapat menimpa siapa saja tidak terkecuali seorang PNS, peneliti dapat mengatakan hal tersebut berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bersama ibu rumah tangga dengan berbeda tingkatan atau pekerjaan.

Sejalan dengan kasus ini pada tanggal 12 Februari 2019 peneliti melakukan observasi ke Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak, menurut penuturan mereka sepanjang 2018 dalam laporan masuk hanya ada 1 kasus kekerasan dalam rumah tangga. Kemudian pada hari yang sama peneliti juga mengambil data dari Kepolisian Resor (Kapolres) Tanjung Jabung Timur pada tahun 2018 juga hanya ada 1 kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan pada pihak Satuan Resersi dan Kriminal (Satreskrim) Unit Pelayanan Perempuan dan Anak.

Peneliti juga melakukan observasi dengan beberapa Perangkat Desa guna mendukung hasil penelitian. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 29 Maret 2019 bersama Sekretaris Desa Kota Baru menyatakan bahwa tidak ada laporan masuk mengenai kekerasan dalam rumah tangga, tetapi beliau menjelaskan kalau dilihat di daerah sekitar memang sering terjadi kekerasan dan biasanya kekerasan yang banyak dilakukan oleh suami kepada istri berupa ucapan yang menyinggung perasaan. Beliau juga menambahkan bahwa hukum yang lemah membuat masyarakat tidak gentar akan sanksi yang akan diterima ditambah lagi dengan sikap istri yang menutupi setiap perlakuan tidak menyenangkan yang diterima dan tidak mau melapor.

(4)

Beranjak dari Sekretaris Desa peneliti melakukan observasi pada tanggal 29 Maret 2019 dengan Perangkat Desa Kota Baru lainnya yaitu Ketua RT, penuturan Beliau pun tidak jauh berbeda dengan yang telah disampaikan di atas. Beliau menyampaikan bahwa untuk kasus kekerasan memang ada hanya saja sikap masyarakatnya yang tertutup sehingga jarang ada laporan masuk, sikap bungkam dan memilih pergi meninggalkan kampung halaman sangat disayangkan beliau. Sangat sulit bagi beliau untuk membantu menengahi kekerasan tersebut jika korban tidak melapor.

Selanjutnya peneliti melakukan observasi ke Polsek Geragai pada tanggal 9 Juli 2019 menurut penuturan beliau tidak ada laporan masuk mengenai KDRT, namun beliau menegaskan bahwa memang terdapat kasus KDRT yang terjadi di Desa Kota Baru hanya saja tidak ada korban yang berani melapor sehingga mereka tidak bisa membantu memproses secara hukum.

Kemudian pengamatan juga dilakukan ke Pengadilan Agama terdapat 5 kasus kekerasan dalam rumah tangga oleh suami terhadap istri yang berujung pada perceraian sepanjang tahun 2017 sampai 2019.

Dari kacamata peneliti melihat di daerah sekitar masih banyak kasus kekerasan yang dirasa peneliti cukup memprihatinkan, karena terdapat 6 ibu rumah tangga yang mendapatkan kekerasan fisik dan psikis namun berdasarkan catatan kepolisian dan dinas pemberdayaan hanya ada masing-masing 1 laporan saja.

Padahal di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang menjanjikan kurungan jeruji besi bagi siapa saja yang dengan sengaja melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Dari wawancara diatas, maka sudah jelas bahwa kekerasan di Desa Kota Baru memang ada dan lagi- lagi perempuan merupakan objek yang selalu menjadi sasaran bagi kekerasan dan kejahatan. Entah atas dasar alasan apa pelaku tega menyakiti korban, jika memang pernikahan yang

(5)

terjadi atas dasar cinta mengapa masih ada kasus kekerasan hingga kini yang tidak ujung usai?

Anggapan yang berkembang dimasyarakat dengan pemikiran yang masih tertutup, masih ada yang meyakini jika perempuan hanya mempunyai tiga tempat dalam keseharian yaitu sumur, dapur, kasur, kemudian pemikiran bahwa akan sia-sia jika perempuan disekolahkan tinggi sementara akan berakhir didapur juga. Sekiranya hal diatas sungguh tidak asing lagi bagi kita terutama masyarakat yang hidup didesa, keyakinan bahwa tugas perempuan hanya sebatas diatas, dan harus selalu tunduk pada laki-laki justru pemikiran seperti ini akan menimbulkan diskriminasi antara lelaki dan perempuan tetapi nyatanya anggapan itu telah ditepis jauh.

Jika kita ingat emansipasi atau persamaan hak yang diperjuangkan para pahlawan untuk kaum perempuan di Indonesia terutama untuk mengenyam pendidikan seperti R.A. Kartini, Dewi Sartika, mereka salah satu contoh dari banyaknya pahlawan perempuan, kini berkat perjuangan yang mereka lakukan jumlah kaum perempuan yang menyelesaikan pendidikan sampai jenjang paling tinggi terus bertambah. Begitupun yang terjadi di Desa Kota Baru, kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan untuk perempuan mulai sedikit meningkat. Sekiranya hal tersebut mampu menepis pandangan-pandangan yang tumbuh di masyarakat desa tentang kedudukan seorang perempuan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa setinggi apapun pendidikan yang diraih seorang perempuan tetap saja dalam rumah tangga derajat suami lebih tinggi dibanding istri.

Dalam kasus kekerasan ini seyogyanya menjadi perhatian bagi seluruh warga bersama, meski kekerasan terjadi dalam rumah tangga orang lain namun tidak ada salahnya sebagai masyarakat sekitar yang mengetahui kasus tersebut ikut serta mengingatkan bahwa tidak semua masalah harus diselesaikan dengan cara kekerasan. Karena kekerasan jika dibiarkan akan menjadi kebiasaan dan jika tidak diperangi dari sekarang maka akan terus terjadi karena

(6)

pelaku tidak akan jera mengulanginya lagi dikemudian hari. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, perlu adanya analisis terhadap faktor-faktor penyebab kekerasan dalam rumah tangga untuk dapat mencegah terjadinya kekerasan dikemudian hari sehingga peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor- Faktor Penyebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Istri di Desa Kota Baru Kabupaten Tanjung Jabung Timur”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana kekerasan dalam rumah tangga terhadap istri di Desa Kota Baru Kabupaten Tanjung Jabung Timur terjadi ?

1.3 Fokus penelitian

Peneliti mengambil fokus penelitian tentang analisis faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga terhadap istri di Desa Kota Baru Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui akar penyebab kekerasan dalam rumah tangga terhadap istri di Desa Kota Baru Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini baik ilmu dan pengalaman dapat peneliti terapkan dikemudian hari, serta sebagai tambahan pengetahuan untuk bekal di masa yang akan datang.

2. Bagi perempuan/istri dan pembaca

Hasil penelitian ini ditujukan untuk kaum perempuan khususnya seorang istri, selain itu penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi pembaca baik yang sudah

(7)

berumah tangga maupun yang belum berumah tangga tentang kekerasan dalam rumah tangga.

3. Bagi Perangkat Desa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak terkait sebagai bahan masukan dan introspeksi guna diperbaiki dikemudian hari tentang ancaman kekerasan dalam rumah tangga.

1.6 Definisi Istilah

Agar terhindar dari penafsiran yang berbeda terhadap istilah dalam tulisan ini, maka perlu menjelaskan istilah yang digunakan sebagai berikut:

1.6.1 Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Kekerasan dalam rumah tangga adalah Pelanggaran hak asasi manusia dan merupakan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang harus dihapus.

Referensi

Dokumen terkait

Model terbaik adalah hasil pemodelan dari metode RKU yang ditambahkan peubah boneka pada data presipitasi GCM dengan time lag berdasarkan bentuk model yang lebih

Pendeskripsian kualitas relasi lebih detail setelah dilakukan uji beda, maka dikatakan bahwa kualitas relasi antara yang dihasilkan menunjukkan perbedaan yang dianggap

Dari tujuh karakteristik responden Desa Cinagara dan Desa Pasir Buncir hanya dua karakter yang akan diuji dengan menggunakan pengujian regresi linear berganda, diduga dua

Berdasarkan prosesnya inovasi Smart Card yang berada di UPTD Terminal Purabaya-Bungurasih termasuk Sustaining innovation (inovasi terusan) merupakan proses inovasi yang

Menurut pemimpin pada PT Anugerah Agro Mandiri Ngajuk, hubungan dengan karyawan merupakan hal yang penting karena dengan menjalin hubungan yang erat, maka

Pn.Hjh.Ni Shafiah Bt Abdul Moin(Pengetua ) Pn.Norizan Binti Hamdan ( PK HEM ) Tn.Hj.Wan Ahmad Ridzuan Azwa Bin Wan Abdul Jalil ( PK Pentadbiran) Tn.Hj.Mohd Ariffin Bin Zainal (

Uraian di atas menjadi dasar berkembangnya suatu pemikiran apakah ada perbedaan perubahan kadar base excess pada pemberian resusitasi cairan ringer laktat