• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM ERGONOMI II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU PANDUAN PRAKTIKUM ERGONOMI II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

ERGONOMI II

PROGRAM D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

(2)

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM ERGONOMI II

SEMESTER III

TIM PENYUSUN :

1. Ipop Sjarifah, Dra., M.Si

Ketua

2. Lusi Ismayenti, ST., M.Kes

Anggota

3. Khotijah, SKM., M.Kes

Anggota

4. Haris Setyawan, SKM., M.Kes

Anggota

5. Ica Yuniar Sari, SST

Anggota

6. Ervansyah Wahyu Utomo, SST

Anggota

PROGRAM D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

PERATURAN PRAKTIKUM

1. Semua mahasiswa wajib mengikuti rangkaian kegiatan praktikum yang telah dijadwalkan sebelumnya.

2. Apabila mahasiswa tidak bisa mengikuti rangkaian kegiatan praktikum, maka harus ada pemberitahuan secara lisan maupun tertulis serta wajib mengikuti di luar jadwal praktikum.

3. Setiap kegiatan praktikum semua mahasiswa wajib membawa kartu praktikum dan menandatangani daftar hadir sebagai bukti keikutsertaan.

4. Berpakaian rapi, sopan (baju berkrah & sepatu tertutup) dan datang tepat waktu. 5. Laporan wajib dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah praktikum/praktek

6. Dilarang melakukan hal-hal yang mengganggu suasana ketika praktikum berlangsung dan merusak peralatan praktikum.

7. Kerusakan alat yang disebabkan mahasiswa atau kelompok, maka harus memperbaiki/mengganti alat tersebut.

8. Peraturan yang belum ditetapkan akan diatur dikemudian hari.

9. Bagi pelanggar peraturan akan dikenakan SANKSI yang berhubungan dengan nilai praktikum.

10. Peraturan akan tetap berlaku sampai adanya peraturan baru.

Surakarta, Juli 2015 Kepala Program,

Ipop Sjarifah, Dra.,M.Si NIP 19560328 198503 2 001

(4)

PEDOMAN K3 UNTUK KEGIATAN PRAKTIKUM

A. PENDAHULUAN

Pada prinsipnya, untuk mewujudkan praktikum yang aman diperlukan partisipasi seluruh praktikan dan asisten pada praktikum yang bersangkutan. Dengan demikian, kepatuhan setiap praktikan terhadap uraian panduan pada bagian ini akan sangat membantu mewujudkan praktikum yang aman.

B. PEDOMAN K3 DI LABORATORIUM 1. Potensi Bahaya

a. Bahaya Listrik

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan :

1) Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik (stop kontak dan circuit breaker) dan cara menyala-matikannya. Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi menimbulkan bahaya, laporkan pada asisten

2) Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik (sengatan listrik/ strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala yang terkelupas dll.

3) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri sendiri atau orang lain

4) Keringkan bagian tubuh yang basah karena, misalnya, keringat atau sisa air wudhu

5) Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum

Penanganan Jika terjadi Kecelakaan Akibat Bahaya Listrik

Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat arus listrik. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti praktikan jika hal itu terjadi:

1) Jangan panik

2) Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masing-masing dan di meja praktikan yang tersengat arus listrik 3) Bantu praktikan yang tersengat arus listrik untuk melepaskan diri dari

(5)

4) Beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di sekitar anda tentang terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik

b. Bahaya Api Atau Panas Berlebih Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan :

1) Jangan membawa benda-benda mudah terbakar (korek api, gas dll.) ke dalam ruang praktikum bila tidak disyaratkan dalam modul praktikum 2) Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan api, percikan api

atau panas yang berlebihan

3) Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya api atau panas berlebih pada diri sendiri atau orang lain

4) Selalu waspada terhadap bahaya api atau panas berlebih pada setiap aktivitas praktikum

Penanganan Jika Terjadi Bahaya Api atau Panas Berlebih

Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti praktikan jika menghadapi bahaya api atau panas berlebih :

1) Jangan panik

2) Beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di sekitar anda tentang terjadinya bahaya api atau panas berlebih

3) Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masing-masing

4) Menjauh dari ruang praktikum c. Bahaya Benda Tajam Dan Logam

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan :

1) Dilarang membawa benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke ruang praktikum bila tidak diperlukan untuk pelaksanaan percobaan 2) Dilarang memakai perhiasan dari logam misalnya cincin, kalung,

gelang dll.

3) Hindari daerah, benda atau logam yang memiliki bagian tajam dan dapat melukai

4) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau orang lain

(6)

Penanganan Terjadi Kecelakaan Akibat Benda Tajam 1) Jangan panik

2) Lakukan pertolongan pertama sesuai dengan prosedur P3K

3) Beritahukan dan minta bantuan praktikan lain atau asisten mengenai kejadian tersebut

2. Penggunaan Peralatan Praktikum

Berikut ini adalah panduan yang harus dipatuhi ketika menggunakan alat-alat praktikum :

1) Sebelum menggunakan alat-alat praktikum, pahami petunjuk penggunaan alat tersebut/SOP penggunaan alat.

2) Perhatikan dengan baik penjelasan dari Asisten mengenai cara mengoperasikan alat tersebut

3) Perhatikan dan patuhi peringatan (warning) yang biasa tertera pada badan alat

4) Pahami fungsi atau peruntukan alat praktikum dan gunakanlah alat-alat tersebut hanya untuk aktivitas yang sesuai fungsi atau peruntukannya. Menggunakan alat praktikum di luar fungsi atau peruntukannya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan praktikan

5) Pahami jangkauan kerja alat-alat praktikum dan gunakanlah alat-alat tersebut sesuai jangkauan kerjanya. Menggunakan alat praktikum di luar jangkauan kerjanya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan praktikan

6) Pastikan seluruh peralatan praktikum yang digunakan aman dari benda/logam tajam, api/panas berlebih atau lainnya yang dapat mengakibatkan kerusakan pada alat tersebut

7) Tidak melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan kotor, coretan, goresan atau sejenisnya pada badan alat-alat praktikum yang digunakan.

(7)

C. PEDOMAN K3 PRAKTEK KUNJUNGAN 1. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan

a. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum melaksanakan praktek kunjungan perusahaan, antara lain :

1) Mahasiswa wajib mengikuti SAFETY INDUCTION yang diberikan pembimbing lapangan.

2) Mahasiswa wajib mematuhi seluruh peraturan yang ada di tempat praktek/perusahaan

3) Mahasiswa wajib membaca label dan MSDS yang tersedia.

4) Mahasiswa wajib mengetahui jalur evakuasi diri dan titik berkumpul jika ada keadaan darurat.

5) Mahasiswa wajib memakai APD yang ditentukan oleh pihak perusahaan/instansi praktek ketika memasuki area kerja.

6) Mahasiswa wajib mengikuti seluruh instruksi pembimbing Perusahaan.

7) Mahasiswa dilarang memotret/mengambil gambar ditempat praktek tanpa seizin pihak pembimbing.

8) Jika terjadi insiden mahasiswa wajib melaporkan kejadian insiden kepada pembimbing lapangan.

9) Jika terjadi keadaan darurat, mahasiswa hendaknya menyelamatkan diri sesuai jalur evakuasi yang ada di perusahaan.

b. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melaksanakan praktek kunjungan, antara lain :

1) Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik (sengatan listrik/ strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala yang terkelupas dll.

2) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri sendiri atau orang lain

3) Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum/praktek

4) Jangan membawa benda-benda mudah terbakar (korek api, gas dll.) ke dalam ruang praktikum bila tidak disyaratkan dalam modul praktikum 5) Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan api, percikan api

(8)

6) Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya api atau panas berlebih pada diri sendiri atau orang lain

7) Selalu waspada terhadap bahaya api atau panas berlebih pada setiap aktivitas praktikum

8) Dilarang membawa benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke ruang praktikum bila tidak diperlukan untuk pelaksanaan percobaan 9) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri

sendiri atau orang lain c. Lain-Lain

Jika terjadi insiden, mahasiswa harap langsung melapor ke asisten atau pembimbing lapangan

D. SANKSI

Pengabaian uraian panduan di atas dapat dikenakan sanksi tidak lulus mata kuliah praktikum/praktek yang bersangkutan.

E. LAIN-LAIN

Dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam ruang praktikum

Surakarta, Juli 2015 Kepala Program

Ipop Sjarifah, Dra., M.Si NIP. 19560328 198503 2 001

(9)

⃰ KELELAHAN KERJA ⃰

A. TUJUAN

1. Untuk mengetahui metode atau cara mengukur kelelahan kerja. 2. Untuk menganalisa hasil pengukuran kelelahan kerja.

B. DASAR TEORI

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot. Sedang kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni; intensitas lamanya kerja fisik; keadaan lingkungan; sebab-sebab mental; status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean, 1993)

Kelelahan di sini adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efesiensi dan ketahanan dalam bekerja. Kelelahan kerja adalah perasaan lelah dan adanya penurunan kesiagaan (Grandjean, 1985). Lelah seperti itu mempunyai arti yang lebih luas dari pada kelelahan otot yang dirasakan sebagai sakit atau nyeri pada otot-otot, kelelahan seperti itu adalah kelelahan yang bersifat umum.

Banyak definisi yang diberikan pada kelelahan ini tetapi secara garis besarnya dapat dikatakan bahwa kelelahan ini merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktifitasnya. Pada dasarnya pola ini ditimbulkan oleh dua hal, yaitu akibat kelelahan fisiologis (fisik dan kimia) dan akibat kelelahan psikologis (Mental dan fungsionil). Hal ini bisa bersifat obyektif (akibat perubahan performance) dan bisa bersifat subyektif (akibat perubahan dalam perasaan dan kesadaran).

(10)

Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan, maka kelelahan dibedakan menjadi 2 yaitu :

1) Kelelahan Akut adalah kelelahan yang terjadi dengan cepat yang pada umumnya disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh yang berlebihan.

2) Kelelahan Kronis adalah kelelahan yang terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari dan berkepanjangan (Grandjean dan Kogi, 1971).

Gejala yang nampak jelas akibat kelelahan kronis antara lain :

1) Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran atau asosial terhadap orang lain.

2) Munculnya sikap apatis terhadap orang lain 3) Depresi berat, dan lain-lain.

Berdasarkan penyebab terjadinya kelelahan, maka kelelahan dibedakan menjadi 2 yaitu :

1) Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang disebabkan oleh faktor fisik di tempat kerja antara lain oleh suhu dan kebisingan (Singleton, 1972). Dari segi fisiologis, tubuh manusia dianggap sebagai mesin yang mengkonsumsi bahan bakar dan memberikan out put berupa tenaga yang berguna untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari. Kerja fisik yang continue dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik, misal : penerangan, kebisingan, panas dan suhu.

2) Kelelahan Psikologis adalah kelelahan yang disebabkan oleh faktor psikologis (Singleton, 1972). Kelelahan psikologis terjadi oleh adanya pengaruh diluar diri berupa tingkah laku atau perbuatan alam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti suasana kerja, interaksid dengan sesama pekerja maupun dengan atasan.

Berdasarkan proses terjadinya kelelahan, maka dibedakan menjadi :

1) Kelelahan Otot yaitu suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat kontraksi yang berulang. Kontraksi otot yang berlangsung lama mnegakibatkan keadaan yang disebut kelelahan otot. Otot yang lelah menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar.

2) Kelelahan Umum yaitu suatu perasaan yang menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas. Perasaan adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai kondisi antara lain : lelah pada organ penglihatan (mata), mengantuk, stress (pikiran tegang) dan rasa

(11)

malas bekerja atau (circadium fatigue). Selain itu juga ditandai dengan motivasi kerja yang diakibatkan oleh kelelahan fisik dan psikis.

Berpengaruh terhadap mekanisme-mekanisme di atas, baik secara sendiri-sendiri ataupun sekaligus. Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan perdaran darah, dimana produk-produk sisa dalam otot. Dan peredaran darah, dimana produk-produk sisa ini bersifat bisa membatasi kelangsungan aktivitas otot atau mungkin bisa dikatakan bahwa produk sisa-sisa ini mempengaruhi serat-serat saraf dan sistem saraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerjanya jika sudah lelah.

a. Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja

Menurut Grandjean, 1995 penyebab terjadinya kelelahan kerja adalah sebagai berikut :

1) Intensitas dan lama kerja mental dan fisik.

2) Lingkungan : iklim, penerangan, kebisingan, getaran, dll. 3) Circadian Rhythm

4) Problem fisik : tanggung jawab, kekhawatiran konflik 5) Kenyerian dan kondisi kesehatan

6) Nutrisi.

b. Gejala Kelelahan Kerja

Menurut Gilmer (1966) dan Cameron (1973) menyebutkan bahwa gejala-gejala kelelahan adalah sebagai berikut :

1) Gejala yang mungkin berakibat pada pekerjaan seperti penurunan kesiagaan dan perhatian, penurunan dan hambatan persepsi, cara berpikir atau perbuatan anti social, tidak cocok dengan lingkungan, depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif.

2) Gejala umum yang sering menyertai gejala-gejala diatas adalah sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan serta gangguan pencernaan.

c. Penilaian Kelelahan Kerja

Deteksi atau penilaian tentang kelelahan kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :

(12)

1) Kualitas dan kuantitas hasil kerja. Kualitas hasil kerja dapat dilihat pada prestasi kerja yang dinyatakan dalam banyaknya produksi persatuan waktu. Sedangkan kualitas kerja diperoleh dengan menilai kualitas pekerjaan seperti jumlah yang ditolak, kesalahan, kerusakan material dan lain-lain. 2) Pencatatan perasaan subyektif kelelahan kerja, yaitu dengan cara

Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPKK)

3) Pengukuran gelombang listrik pada otak dengan Electroenchepalography (EEG)

4) Uji psikomotor (Psycomotor test) dapat dilakukan dengan cara melibatkan fungsi persepsi, interprestasi dan reaksi motor dengan menggunakan alat digital reaction timer dan flicker fussion

5) Uji Mental, pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersman test merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian dan konsentrasi.

C. PERALATAN

Alat yang digunakan adalah Reaction Timer (pengukuran kelelahan dengan menggunakan waktu reaksi). Waktu reaksi adalah waktu yang terjadi antara pemberian rangsang tunggal sampai timbulnya respons terhadap rangsang tersebut. Rangsang yang digunakan pada alat ini berupa cahaya dan suara. Satuan waktu reaksi adalah milidetik.

D. CARA KERJA ALAT

1. Periksa baterai dengan memasang adaptor pada stop kontak, lalu alat di ”ON” kan.

2. Pastikan angka pada display menunjukan 000,0 jika belum tekan tombol reset. 3. Untuk menilai dengan sensor cahaya, maka tekan tombol untuk sensor cahaya. 4. Operator siap untuk menekan saklar rangsang cahaya demikian juga probandus

siap melihat lampu pada alat.

5. Operator menekan saklar sensor cahaya, probandus secepatnya menekan saklar OFF, untuk sensor cahaya apabila melihat cahaya lampu.

(13)

7. Cara pemeriksaan untuk sensor suara adalah sama dengan cara sensor cahaya, hanya saja probandus siap untuk mendengar suara dari alat

8. Pemeriksaan di lakukan sebanyak 20 kali, dengan catatan pemeriksaan nomor 1-5 dan nomor 16-20 dihilangkan karena 1-1-5 adalah dalam taraf penyesuaian alat dan nomor 16-20 dianggap tingkat kejenuhan mulai muncul.

Perlu diperhatikan agar hasil lebih akurat : a. Pemberian rangsang tidak kontinyu.

b. Jarak maksimal sumber rangsang dengan subyek yang diperiksa maksimum 0,5 m.

c. Konsentrasi subyek hanya pada sumber rangsang (tidak boleh melihat maupun pemeriksa).

d. Waktu reaksi yang digunakan dapat keduanya atau hanya salah satu (suara atau cahaya saja).

E. INTERPRETASI HASIL

Kelelahan dapat diklasifikasikan berdasarkan rentang atau range waktu reaksi sebagai berikut :

Normal (N)

Kelelahan Kerja Ringan (Kkr) Kelalahan Kerja Sedang (Kks) Kelelahan Kerja Berat (Kkb)

: waktu reaksi 150,0 – 240,0 mili detik : waktu reaksi 240,0 < x < 410, 0 mili detik : waktu reaksi 410,0 ≤ x < 580,0 mili detik : waktu reaksi ≥ 580, 0 mili detik

(14)

LAMPIRAN 1

KRITERIA PENILAIAN PRETEST/POSTEST

PROGRAM D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FK UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN 2015

Nilai : Kedispilinan (bobot 1) + Penampilan (bobot 1) + Nilai Tes (bobot 2) 4

KETERANGAN :

1. Kedisiplinan adalah keterlambatan kedatangan dihitung per 15 menit. 2. Penampilan

a. Rapi : Jika peserta mengenakan baju/kemeja berkerah, celana panjang dan sepatu dengan rapi

b. Kurang Rapi : Jika sebagian atribut peserta tidak sesuai dengan yang di jelaskan di point RAPI (memakai kaos berkerah atau sepatu sandal)

c. Tidak Rapi : Jika peserta tidak mengenakan sepatu, tidak mengenakan baju berkerah (kaos), dan tidak mengenakan celana panjang

3. Nilai Pretes/Postest adalah nilai yang diperoleh mahasiswa setelah melaksanakan Pretest/Postest. KRITERIA PENILAIAN KEDISIPLINAN PENAMPILAN NILAI PRETEST/POSTEST KETERLAMBATAN KEDATANGAN (MENIT) 0 100 Rapi 85 1 - 15 88 Kurang Rapi 65 16 - 30 75 Tidak Rapi 25 31 - 45 63 45 - 60 50 61 - 75 48 76 - 90 35 91 - 105 23 106 - 120 10

(15)

KRITERIA PENILAIAN PRAKTIKUM

PROGRAM D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FK UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN 2014

KRITERIA PENILAIAN KEDISIPLINAN

PENAMPILAN KEAKTIFAN TINGKAT PEMAHAMAN KETERLAMBATAN

KEDATANGAN (MENIT)

0 100 Rapi 85 Aktif 85 Sangat baik 100 1 – 15 88 Kurang Rapi 65 Kurang Aktif 65 Baik 80 16 – 30 75 Tidak Rapi 25 Tidak Aktif 25 Sedang 60

31 – 45 63 Kurang 40 45 – 60 50 61 – 75 48 76 – 90 35 91 – 105 23 106 – 120 10 Nilai Praktek : 5 ) 2 ( (bobot1) (bobot1) bobot1)

( Penampilan Keaktifan TingkatPemahamanbobot an

Kedisiplin   

KETERANGAN :

1. Kedisiplinan adalah keterlambatan kedatangan dihitung per 15 menit 2. Penampilan

a. Rapi : Jika peserta mengenakan baju/kemeja berkerah, celana panjang dan sepatu dengan rapi

b. Kurang Rapi : Jika sebagian atribut peserta tidak sesuai dengan yang di jelaskan di point RAPI (memakai kaos berkerah atau sepatu sandal)

c. Tidak Rapi : Jika peserta tidak mengenakan sepatu, tidak mengenakan baju berkerah (kaos), dan tidak mengenakan celana panjang

(16)

3. Keaktifan

a. Aktif : Jika praktikan ≥80% berperan aktif dalam kegiatan praktikum dari awal sampai akhir

b. Kurang Aktif : Jika praktikan 60% - ≤80% berperan aktif dalam kegiatan praktikum dari awal sampai akhir

c. Tidak Aktif : Jika praktikan 0% - ≤60% berperan aktif dalam kegiatan praktikum dari awal sampai akhir

4. Tingkat Pemahaman

a. Sangat Baik : Jika peserta dapat menjawab pertanyaan asisten sebanyak 100%

b. Baik : Jika peserta dapat menjawab pertanyaan asisten sebanyak 80%

c. Sedang : Jika peserta dapat menjawab pertanyaan asisten sebanyak 60%

d. Kurang : Jika peserta dapat menjawab pertanyaan asisten sebanyak 40%

(17)

KRITERIA PENILAIAN LAPORAN

PROGRAM D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FK UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN 2014

Nilai Laporan : KRITERIA PENILAIAN Kesalahan Format Kedisplinan Jumlah Lembar Isi Hari Keterlambatan Pengumpulan Ketajaman Analisa 0 85-100 0 85-100 ≥25 85-100 Sangat Baik 100 1 84 1 80 24 84 2 83 2 75 23 83 Baik 85 3 82 3 70 22 82 Kurang Baik 70 4 81 4 65 21 81 5 80 5 60 20 80 Salah 0 6 78 6 55 19 79 7 76 7 50 18 78 8 74 8 40 17 77 9 72 9 30 16 76 10 70 10 20 15 75 11 68 >10 10 14 73 12 66 Tidak mengump ulkan 0 13 70 13 64 12 68 14 62 11 66 15 60 10 64 16 57 9 61 17 54 8 56 18 51 7 51 19 48 6 45 20 45 5 38 21 42 4 38 22 39 3 30 23 36 2 20 24 33 1 10 25 30 0 0 26 27 Keterangan :

1. Penilaian dilakukan setelah revisi pertama

2. Kesalakan format adalah kesalahan penulisan yang tidak sesuai dengan pedoman format yang diberikan

3. Kedisiplinan adalah keterlambatan hari pengumpulan laporan 4. Jumlah lembar adalah jumlah lembar laporan yang dikumpulkan

mulai dari halaman depan hingga daftar pustaka

5. Isi adalah pembandingan antara hasil yang diperoleh dengan standar perundang-undangan dan teori yang sesuai referensi

6. Penilaian 85-100, adalah hasil penilaian prerogative asisten masing-masing 27 24 28 21 29 18 30 15 >30 10 Salah semua 0 5 ) 2 ( (bobot1) (bobot1) bobot1)

( Kedisiplinan JumlahLembar Isi bobot ormat

(18)

KRITERIA PENILAIAN PRESENTASI

PROGRAM DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

TAHUN 2014

KRITERIA PENILAIAN

PENAMPILAN KEAKTIFAN CARA

PENYAMPAIAN

TANYA JAWAB

Rapi 75 - 90 Aktif 75 – 90 Sangat

baik 75 - 90 Jawab Benar 75 – 90 Kurang Rapi 60 – 74 Kurang Aktif 60 – 74 Baik 60 - 74 Jawab Kurang Benar 60 – 74 Tidak Rapi ≤ 60 Tidak

Aktif ≤ 60 Kurang ≤ 60 Jawab Salah ≤ 60 Tidak

Menjawab 0 Nilai :

Penampilan (bobot 1) + Keaktifan (bobot 1) + Cara Penyajian (bobot 1) + Tanya Jawab (bobot 2)

5 KETERANGAN :

1. Penampilan

a. Rapi : Jika peserta mengenakan baju/kemeja berkerah, celana panjang dan sepatu dengan rapi.

b. Kurang Rapi : Jika sebagian atribut peserta tidak sesuai dengan yang di jelaskan di point RAPI (memakai kaos berkerah atau sepatu sandal)

c. Tidak Rapi : Jika peserta tidak mengenakan sepatu, tidak mengenakan baju berkerah (kaos), dan tidak mengenakan celana panjang

2. Keaktifan

a. Aktif : Jika praktikan 75 – 90 % berperan aktif dalam presentasi dari awal sampai akhir

b. Kurang Aktif : Jika praktikan 60% - 74 % berperan aktif dalam presentasi dari awal sampai akhir

c. Tidak Aktif : Jika praktikan ≤ 60 % berperan aktif dalam presentasi dari awal sampai akhir

(19)

3. Cara penyampaian

a. Sangat Baik : Jika praktikan

1. Menyampaikan materi sesuai dengan tema, 2. Cara penyajian materi dengan bahasa yang benar,

3. Ketepatan menggunakan media dan ketepatan menggunakan waktu.

b. Baik : Jika penyajian praktikan tidak sesuai dengan point Sangat rapi.

c. Kurang : Jika praktikan tidak menjawab atau hanya menyampaikan satu dari point Sangat Baik.

4. Tanya Jawab

a. Jawab Benar : Jika praktikan menjawab dengan benar 75- 100 % b. Jawab Kurang Benar : Jika praktikan menjawab dengan benar jawaban

60 – 74 %

c. Jawab Salah : Jika praktikan menjawab dengan kebenaran ≤ 60 % d. Tidak Menjawab : Jika praktikan tidak menjawab semua pertanyaan

(20)

KRITERIA PENILAIAN MAKALAH

PROGRAM DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

TAHUN 2015 Nilai :

4

)

2

(

(bobot1)

(bobot1)

JumlahLemb

ar

Isi

bobot

an

Kedisiplin

KRITERIA PENILAIAN Kedisplinan Jumlah Lembar Isi Hari Keterlambatan

Pengumpulan Ketajaman Analisa

0 85-100 ≥25 85-100 Sangat Baik 100 1 80 24 84 2 75 23 83 Baik 85 3 70 22 82 Kurang Baik 70 4 65 21 81 5 60 20 80 Salah 0 6 55 19 79 7 50 18 78 8 40 17 77 9 30 16 76 10 20 15 75 >10 10 14 73 Tidak mengumpulkan 0 13 70 12 68 11 66 10 64 9 61 8 56 7 51 6 45 5 38 4 38 3 30 2 20 1 10 0 0 Keterangan :

1. Penilaian dilakukan setelah makalah dikumpulkan

2. Kedisiplinan adalah keterlambatan hari pengumpulan laporan

3. Jumlah lembar adalah jumlah lembar laporan yang dikumpulkan mulai dari halaman depan hingga daftar pustaka

4. Isi adalah pembandingan antara hasil yang diperoleh dengan standar perundang-undangan dan teori yang sesuai referensi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan di atas penulis melihat beberapa Analisis model Tyler sebagai berikut yaitu: 1) Model ini hanya mengukur aspek tujuan, dengan kata lain

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan semua rahmat dan hidayah-Nya bagi kita semua dan senantiasa memberikan petunjuk dan kekuatan sehingga dapat terselesaikannya

Gayamsari terdapat 3 kelurahan dari 7 kelurahan kelurahan di kecamatan ini yang terdampak banjir rob yakni, Kelurahan Sawah Besar, Kelurahan Kaligawe dan

Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum yang selanjutnya disingkat BP3U, berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor

C-Dots dari minyak jelantah digunakan sebagai material fotokatalis pada larutan limbah batik dengan variasi waktu iradiasi sinar matahari.. Hasil proses

HARIS DWI ANGGARA

Jika dilihat dari teks terjemahan dalam bahasa Indonesia, untuk peristiwa latar belakang contoh wacana (2) di atas, cenderung digunakan verba aktif me-, yaitu

Demikian surat tugas ini di!uat untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung ja#a!. ini di!uat untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung ja#a!.. Pro!olinggo 34 /anuari 23+4 Pro!olinggo