S
S
T
T
A
A
N
N
D
D
A
A
RD
RD
O
O
PE
PE
R
R
A
A
T
T
I
I
N
N
G
G
PROCEDURE
PROCEDURE
(SOP)
(SOP)
DIDINAS NAS PEPERTRTANIAN ANIAN TTANAANAMAMAN N PPANGAANGANN
DAN PETERN
DAN PETERNAKAKAN KAN KABUABUPPAATEN BATEN BATTANANGG
2015
Melon yang memiliki nama latin
Melon yang memiliki nama latin Cucumis melo LCucumis melo L merupakan merupakan salah satu produk hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan salah satu produk hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan potensi pasar yang baik. Petani melon di Kabupaten Batang, selain potensi pasar yang baik. Petani melon di Kabupaten Batang, selain menjual hasilnya di wilayah sekitar kabupaten, juga telah merambah ke menjual hasilnya di wilayah sekitar kabupaten, juga telah merambah ke berbagai kota seperti di Jakarta.
berbagai kota seperti di Jakarta.
Menghadapi tantangan pasar saat ini dan memasuki era Menghadapi tantangan pasar saat ini dan memasuki era perdagangan bebas, kualitas menjadi faktor penentu keberhasilan perdagangan bebas, kualitas menjadi faktor penentu keberhasilan agribisnis melon. Bagaimana tidak, konsumen akan memilih produk agribisnis melon. Bagaimana tidak, konsumen akan memilih produk dengan kualitas yang baik dan harga yang cukup terjangkau. Apalagi di dengan kualitas yang baik dan harga yang cukup terjangkau. Apalagi di era perdagangan bebas, persaingan antar produk antar negara menjadi era perdagangan bebas, persaingan antar produk antar negara menjadi suatu keniscayaan.
suatu keniscayaan.
Kondisi riil petani kita saat ini, khususnya di Kabupaten Batang, Kondisi riil petani kita saat ini, khususnya di Kabupaten Batang, memerlukan dorongan berbagai pihak khususnya pemerintah untuk memerlukan dorongan berbagai pihak khususnya pemerintah untuk membimbing agar petani memiliki produk yang bernilai tinggi dan membimbing agar petani memiliki produk yang bernilai tinggi dan berdaya saing. Untuk menghadapi hal tersebut, diperlukan Standard berdaya saing. Untuk menghadapi hal tersebut, diperlukan Standard Operating Procedure (SOP) sebagai acuan dalam
Operating Procedure (SOP) sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatanpelaksanaan kegiatan proses produksi melon di lapangan.
proses produksi melon di lapangan. Penyusunan
Penyusunan buku buku Standard Standard Operating Operating Procedure Procedure (SOP) (SOP) iniini dilaksanakan berdasarkan kondisi riil dilapangan dengan melibatkan dilaksanakan berdasarkan kondisi riil dilapangan dengan melibatkan instansi terkait, khususnya instansi yang kompeten di bidang Melon.
Melon yang memiliki nama latin
Melon yang memiliki nama latin Cucumis melo LCucumis melo L merupakan merupakan salah satu produk hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan salah satu produk hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan potensi pasar yang baik. Petani melon di Kabupaten Batang, selain potensi pasar yang baik. Petani melon di Kabupaten Batang, selain menjual hasilnya di wilayah sekitar kabupaten, juga telah merambah ke menjual hasilnya di wilayah sekitar kabupaten, juga telah merambah ke berbagai kota seperti di Jakarta.
berbagai kota seperti di Jakarta.
Menghadapi tantangan pasar saat ini dan memasuki era Menghadapi tantangan pasar saat ini dan memasuki era perdagangan bebas, kualitas menjadi faktor penentu keberhasilan perdagangan bebas, kualitas menjadi faktor penentu keberhasilan agribisnis melon. Bagaimana tidak, konsumen akan memilih produk agribisnis melon. Bagaimana tidak, konsumen akan memilih produk dengan kualitas yang baik dan harga yang cukup terjangkau. Apalagi di dengan kualitas yang baik dan harga yang cukup terjangkau. Apalagi di era perdagangan bebas, persaingan antar produk antar negara menjadi era perdagangan bebas, persaingan antar produk antar negara menjadi suatu keniscayaan.
suatu keniscayaan.
Kondisi riil petani kita saat ini, khususnya di Kabupaten Batang, Kondisi riil petani kita saat ini, khususnya di Kabupaten Batang, memerlukan dorongan berbagai pihak khususnya pemerintah untuk memerlukan dorongan berbagai pihak khususnya pemerintah untuk membimbing agar petani memiliki produk yang bernilai tinggi dan membimbing agar petani memiliki produk yang bernilai tinggi dan berdaya saing. Untuk menghadapi hal tersebut, diperlukan Standard berdaya saing. Untuk menghadapi hal tersebut, diperlukan Standard Operating Procedure (SOP) sebagai acuan dalam
Operating Procedure (SOP) sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatanpelaksanaan kegiatan proses produksi melon di lapangan.
proses produksi melon di lapangan. Penyusunan
Penyusunan buku buku Standard Standard Operating Operating Procedure Procedure (SOP) (SOP) iniini dilaksanakan berdasarkan kondisi riil dilapangan dengan melibatkan dilaksanakan berdasarkan kondisi riil dilapangan dengan melibatkan instansi terkait, khususnya instansi yang kompeten di bidang Melon.
teknologi
teknologi dan dan perkembangan perkembangan pasar. pasar. Standard Standard Operating Operating ProcedureProcedure (SOP) Melon Kabupaten Batang ini dapat digunakan sebagai acuan dan (SOP) Melon Kabupaten Batang ini dapat digunakan sebagai acuan dan diadopsi untuk daerah-daerah sentra Melon lainnya dengan diadopsi untuk daerah-daerah sentra Melon lainnya dengan penyesuaian-penyesuaian yang mengacu rekomendasi setempat.
penyesuaian-penyesuaian yang mengacu rekomendasi setempat.
Batang,
Batang, Nopember Nopember 20152015
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan
dan Peternakan Kabupaten Batang dan Peternakan Kabupaten Batang
Ir. Migayani Thamrin Ir. Migayani Thamrin Pembina Utama Muda Pembina Utama Muda NIP. 19620215 198903 2 010 NIP. 19620215 198903 2 010
Halaman KATA PENGANTAR ……...…. ii DAFTAR ISI ………... iv DAFTAR GAMBAR ………... v DAFTAR LAMPIRAN ………... vi I. PENDAHULUAN ………... 1 II. TARGET ………... 3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR I. PEMBIBITAN ... 4
II. PENGOLAHAN LAHAN ... 7
III. PEMUPUKAN DASAR DAN PEMBERIAN MULSA ... 10
IV. PENANAMAN ... 14
V. PENGAIRAN ... 17
VI. PENGIKATAN DAN PEMANGKASAN ... 19
VII. PEMUPUKAN SUSULAN ... 22
VIII. SELEKSI BUAH ... 26
IX. PENGENDALIAN OPT ... 28
X. PEMANENAN ... 46
XI. PENANGANAN PASCA PANEN ... 49
XII. PEMASARAN ... 52
LAMPIRAN .. ………...…... 54
Halaman
Gambar 1 Pembibitan Melon ... 6
Gambar 2 Pengolahan tanah dengan sistem
guludan ... 9
Gambar 3 Lahan tanaman melon yang telah
selesai dipupuk dan ditutup mulsa
plastic ... 13
Gambar 4 Lahan yang telah ditanami bibit
melon dan dipasang ajir ... 16
Gambar 5 Tanaman melon petani dirancang
memproduksi 1 buah pada ruas ke
5-8 ... 21
Gambar 6 Pemberian pupuk susulan ... 25
Gambar 7 Tanaman melon siap panen ... 34
Gambar 8 Pemasaran hasil panen tanaman
Halaman
Lampiran 1 Form Catatan Kegiatan Pembibitan dan
Persemaian ... 54
Lampiran 2 Form Catatan Kegiatan Pengolahan
Tanah ... 55
Lampiran 3 Form Catatan Kegiatan Pemupukan
Dasar... 55
Lampiran 4 Form Catatan Kegiatan Penanaman ... 56
Lampiran 5 Form Catatan Kegiatan Pengairan ... 56
Lampiran 6 Form Catatan Kegiatan Pengikatan dan
Pemangkasan ... 57
Lampiran 7 Form Catatan Kegiatan Pemupukan
Susulan ... 57
Lampiran 8 Form Catatan Kegiatan Seleksi Buah .... 58
Lampiran 9 Form Catatan Kegiatan Pengendalian
OPT ... 58
Lampiran 10 Form Catatan Kegiatan Pemanenan ... 59
Lampiran 11 Form Catatan Kegiatan Penanganan
A.
A. Latar Latar BelakangBelakang
Tanaman melon merupakan salah satu tanaman buah-buahan Tanaman melon merupakan salah satu tanaman buah-buahan semusim yang mempunyai arti penting bagi perkembangan sosial semusim yang mempunyai arti penting bagi perkembangan sosial ekonomi khususnya dalam peningkatan pendapatan petani, perbaikan ekonomi khususnya dalam peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat dan perluasan kesempatan kerja. Penerapan teknologi gizi masyarakat dan perluasan kesempatan kerja. Penerapan teknologi budidaya maju melon di beberapa lokasi sentra produksi melon belum budidaya maju melon di beberapa lokasi sentra produksi melon belum sepenuhnya dilakukan oleh petani secara baik dan benar. Hal ini sepenuhnya dilakukan oleh petani secara baik dan benar. Hal ini dsebabkan karena kurangnya pengetahuan, ketrampilan serta informasi dsebabkan karena kurangnya pengetahuan, ketrampilan serta informasi yang diperoleh oleh petani maupun petugas.
yang diperoleh oleh petani maupun petugas.
Kabupaten Batang merupakan daerah produksi melon yang Kabupaten Batang merupakan daerah produksi melon yang potensial di Jawa Tengah. Melon berkembang sebagai komoditas potensial di Jawa Tengah. Melon berkembang sebagai komoditas agribisnis yang memiliki nilai ekonomi dan prospek pasar yang cukup agribisnis yang memiliki nilai ekonomi dan prospek pasar yang cukup besar, namun memerlukan penanganan intensif dalam budidayanya. besar, namun memerlukan penanganan intensif dalam budidayanya. Komoditas ini diminati oleh masyarakat banyak dan mempunyai harga Komoditas ini diminati oleh masyarakat banyak dan mempunyai harga yang relatif tinggi, baik untuk m
yang relatif tinggi, baik untuk masyaraasyarakat domestik mkat domestik maupun ekspor.aupun ekspor.
B.
B. Rumusan Rumusan MasalahMasalah
Dalam rangka pengembangan melon dan tantangan dalam Dalam rangka pengembangan melon dan tantangan dalam menghadapi era globalisasi serta perdagangan bebas, maka tuntutan menghadapi era globalisasi serta perdagangan bebas, maka tuntutan konsumen terhadap standar mutu produk dan jaminan keamanan pangan konsumen terhadap standar mutu produk dan jaminan keamanan pangan sangat diperlukan. Untuk itu maka diperlukan suatu pedoman budidaya sangat diperlukan. Untuk itu maka diperlukan suatu pedoman budidaya
Memberikan panduan / acuan kerja yang berorientasi pada Memberikan panduan / acuan kerja yang berorientasi pada prosedur teknik budidaya dan pasca panen melon uantuk mendapatkan prosedur teknik budidaya dan pasca panen melon uantuk mendapatkan standar produk / kualitas produk yang sesuai harapan petani / produsen standar produk / kualitas produk yang sesuai harapan petani / produsen dan target pasar (pedagang, konsumen ).
Dengan adanya SOP Melon Batang maka target yang akan dicapai Dengan adanya SOP Melon Batang maka target yang akan dicapai adalah :
adalah : 1.
1. Ukuran Ukuran berat berat buah melon buah melon mencapai mencapai ukuran ukuran minimal padminimal pada stana standardar pasar untuk masuk klas.
pasar untuk masuk klas. Produk melon yang masuk klas aProduk melon yang masuk klas adalah yangdalah yang utuh, besar, warna sesuai jenisnya. Buah melon masuk klas bila utuh, besar, warna sesuai jenisnya. Buah melon masuk klas bila memenuhi standard berikut :
memenuhi standard berikut : Varietas
Varietas Berat (kg)Berat (kg)
Minimal Maksimal
Minimal Maksimal
Golden
Golden 1,3 1,3 22
Rock
Rock Melon Melon 1,5 1,5 2,52,5
Daging
Daging Putih Putih 1,5 1,5 2,52,5
2.
2. Produk Produk tidak tidak cacatcacat 3.
3. Buah Buah tidak tidak mengandung mengandung pestisida, pestisida, logam logam berat berat atau atau bahan bahan kimia lainkimia lain yang tidak dikehendaki sesuai standar nasional
yang tidak dikehendaki sesuai standar nasional 4.
4. Kadar Kadar gula gula minimal 1minimal 11 pada 1 pada skala skala brick ubrick untuk ntuk daging daging putih putih dan undan untuktuk daging
daging merah. Konsumen merah. Konsumen menyukai menyukai melon ymelon yang ang manisnya meratamanisnya merata hingga pinggir dan tidak menyukai melon yang dagingnya lembek hingga pinggir dan tidak menyukai melon yang dagingnya lembek karena sudah agak lama dipetik
karena sudah agak lama dipetik 5.
5. Tangkai Tangkai masih masih segar segar saat saat dipanendipanen 6.
Standard Operating Procedure Pembibitan Nomor M E B I Tanggal 6 Nopember 2015 Halaman 1/3 Revisi ... I. PEMBIBITAN A. Definisi
Menyediakan bibit bermutu dari varietas yang unggul dan sehat. B. Tujuan
Untuk menyediakan bibit yang mampu berproduksi sesuai dengan keunggulan varietas, sehat, mempunyai daya adaptasi yang baik. C. Validasi
1. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian. 2006. Standard Operating Procedure (SOP) Melon Kabupaten Klaten.
2. Pengalaman petani Kelompok Tani Horty Makmur Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing, Gapoktan Sejahtera Desa Kalibeluk Kecamatan Warungasem, Kelompok Tani Anugerah Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono
D. Alat dan Bahan
1. Benih melon hibrida F1 sebanyak 20.000 biji/ha; 2. Tanah 4 karung @50 kg.
3. Pupuk kandang 8 karung @50 kg.
4. Polibag (ukuran 6x7 cm) sebanyak 20.000 kantong; 5. Bambu 20 batang.
6. Sungkup 7. Gembor
Standard Operating Procedure Pembibitan M E B I 6 Nopember 2015 Halaman 2/3 Revisi ... E. Fungsi
1. Benih, untuk bahan tanaman. 2. Tanah, untuk media tanam.
3. Pupuk kandang, untuk menambah bahan organik dan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman serta memperbaiki sifat fisik tanah.
4. Polibag, untuk wadah media tanam/semai.
5. Bambu, untuk membuat sungkup tempat pembibitan.
6. Plastik transparan, untuk menutup sungkup tempat pembibitan atau kelambu (lebih baik karena sirkulasi udara).
7. Pestisida, untuk mencegah gangguan hama dan penyakit. F. Prosedur Pelaksanaan
1. Dapatkan benih F1 yang telah resmi dilepas
2. Rendam 2 - 5 jam,
3. Direkomendasikan lakukan inkubasi di kertas yang lembab
selama 1 hari
4. Campurkan tanah dengan 25% bokasi
5. Buat tanah lembab dan gumpalkan dengan 1 tangan sehingga
Standard Operating Procedure Pembibitan M E B I 6 Nopember 2015 Halaman 3/3 Revisi ...
Standard Operating Procedure Pengolahan Tanah M E B II 6 Nopember 2015 Halaman 1/3 Revisi ...
II. PENGOLAHAN TANAH
A. Definisi
Kegiatan memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi gembur, aerasi dan drainase lebih baik serta membentuk bedengan sebagai tempat tumbuhnya tanaman melon.
B. Tujuan
Menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal C. Validasi
1. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian. 2006. Standard Operating Procedure (SOP) Melon Kabupaten Klaten.
2. Pengalaman petani Kelompok Tani Horty Makmur Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing, Gapoktan Sejahtera Desa Kalibeluk Kecamatan Warungasem, Kelompok Tani Anugerah Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono
D. Alat dan Bahan 1. Cangkul
2. Kapur pertanian (dosis disesuaikan pH tanah) 3. Meteran
Standard Operating Procedure Pengolahan Tanah M E B II 6 Nopember 2015 Halaman 2/3 Revisi ... E. Fungsi
1. Cangkul, untuk membersihkan sisa-sisa perakaran tanaman, menggemburkan, mengahluskan tanah dan membuat bedengan. 2. Kapur pertanian, untuk meningkatkan pH tanah pada tanah
masam hingga mendekati pH 7.
3. Meteran, untuk menentukan ukuran bedengan dan jarak antar bedengan
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Olahlah tanah segera setelah tanaman sebelumnya dipanen 2. Olahlah tanah dengan waktu sesuai kebutuhan dan umumnya
pada awal musim kemarau
3. Olahlah tanah sembari membuat guludan
4. Bila menggunakan dolomit, campurkan dolomit sebelum dan sesuadah membuat guludan
5. Buat guludan dengan lebar 1,1 – 1,5 m, adapun panjang
guludan adalah sepanjang lahan. Tinggi guludan 30 - 40 cm. Lebar parit antar guludan 40 – 70 cm.
8. Cangkul tanah diatas guludan dan ratakan
Standard Operating Procedure Pengolahan Tanah M E B II 6 Nopember 2015 Halaman 3/3 Revisi ...
Procedure Pemupukan Dasar dan Pemberian Mulsa Nomor M E B III Tanggal 6 Nopember 2015 Halaman 1/4 Revisi ...
III. PEMUPUKAN DASAR DAN PEMBERIAN MULSA A. Definisi
Memberikan unsur hara pada awal pertumbuhan tanaman dan memperbaiki iklim mikro tanaman
B. Tujuan
Memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman untuk menjamin
pertumbuhan tanaman secara optimal dan menghasilkan produksi dengan mutu yang baik
C. Validasi
1. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Batang
2. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Batang
3. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian. 2007. Profil Sentra Produksi Tanaman Merambat (Semangka, Anggur, Stroberi, Melon)
4. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian. 2006. Standard Operating Procedure (SOP) Melon Kabupaten Klaten.
5. Pengalaman petani Kelompok Tani Horty Makmur Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing, Gapoktan Sejahtera Desa Kalibeluk Kecamatan Warungasem, Kelompok Tani Anugerah Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono
Procedure Pemupukan Dasar dan Pemberian Mulsa Nomor M E B III Tanggal 6 Nopember 2015 Halaman 2/4 Revisi ...
D. Alat dan Bahan 1. Cangkul
2. Pupuk kandang 20 ton/Ha
3. Pupuk anorganik (ZA 350 kg/Ha, SP-36 225 kg/Ha, KCl 160 kg/Ha atau NPK (perbandingan 16:16:16) dosis 700 kg/Ha.
4. Mulsa plastik 150 kg/Ha.
5. Pasak penjepit dari bambu/kayu 4.000 buah
6. Pelubang mulsa plastik (kaleng bekas susu yang dipanaskan). 7. Meteran
E. Fungsi
1. Cangkul, untuk mengaduk pupuk kandang dengan tanah bedengan
2. Pupuk kandang, untuk memperbaiki sifat fisik tanah serta menambah bahan organik dan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.
3. Pupuk anorganik (ZA, SP-36, KCl, NPK) untuk menambah unsur hara (unsur N, P, dan K) di dalam tanah.
Procedure Pemupukan Dasar dan Pemberian Mulsa Nomor M E B III Tanggal 6 Nopember 2015 Halaman 3/4 Revisi ...
4. Mulsa plastik, untuk menutup permukaan atas bedengan
bermanfaat untuk merangsang perkembangan akar,
mempertahankan struktur, suhu dan kelembaban tanah, mencegah erosi tanah, menekan pertumbuhan gulma, meningkatkan proses fosintesa dan mengurangi penguapan air dan pupuk.
5. Pasak penjepit dari bambu/kayu, untuk mengaitkan sisi-sisi mulsa dengan bedengan agar mulsa tidak mudah lepas.
6. Kaleng bekas susu berdiameter + 10 cm untuk membuat lubang pada mulsa.
7. Meteran, untuk mengukur jarak antar lubang
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Gunakan jenis pupuk organik matang, yang dapat pula di beli di toko pertanian
2. Gunakan pula Jenis pupuk NPK 150-250 kg/ha, atau SP-36 250kg + ZA 150kg + KCl 250kg + Organik 700-1000kg/ha KNO3 35kg/ha + trichoderma + PGPR
3. Berikan pupuk dasar dengan disebar saat perataan tanah atau saat pembuatan guludan
4. Tutupkan mulsa plastik bening ataupun hitam perak di atas guludan, gunakan mulsa dengan ukuran lebar 60 cm, 80 cm atau 120 cm
Procedure Pemupukan Dasar dan Pemberian Mulsa Nomor M E B III Tanggal 6 Nopember 2015 Halaman 4/4 Revisi ...
5. Rekatkan tiap ujung plastik dan tiap jarak 1 m tepi plastik ke tanah dengan penjepit dari bambu
6. Lubangi mulsa plastik dengan kaleng bekas susu yang dipanaskan berdiameter 10 cm dengan jarak 60 cm.
7. Catat setiap kegiatan pada kartu kendali
Standard Operating Procedure Penanaman M E B IV 6 Nopember 2015 Halaman 1/3 Revisi ... IV. PENANAMAN A. Definisi
Memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke areal pertanaman. B. Tujuan
Menumbuhkan dan mengembangkan tanaman sampai berproduksi C. Validasi
1. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian. 2006. Standard Operating Procedure (SOP) Melon Kabupaten Klaten.
2. Pengalaman petani Kelompok Tani Horty Makmur Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing, Gapoktan Sejahtera Desa Kalibeluk Kecamatan Warungasem, Kelompok Tani Anugerah Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono
D. Alat dan Bahan 1. Air 2. Bibit 3. Tugal/cetok 4. Ember 5. Gayung 6. Tray/alat angkut
Standard Operating Procedure Penanaman M E B IV 6 Nopember 2015 Halaman 2/3 Revisi ... E. Fungsi
1. Air, untuk menyiram tanah sehingga kondisi tanah lembab dan mengurangi tingkat kelayuan.
2. Bibit, untuk bahan tanaman.
3. Tugal/cetok, untuk membuat lubang tanam sebesar polibag di pesemaian.
4. Ember dan Gayung, untuk mengambil dan menyiram air ke tanah di sekitar tanaman.
5. Tray/alat angkut, untuk mengangkut bibit dari pesemaian.
6. Ajir dari bambu, untuk rambatan tanaman dan menggantung buah.
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Buat lubang tanam dengan menggunakan tugal 2. Kocor Lubang tanam dengan trichoderma.
3. Diamkan selama 3 -7 hari
4. Tanam bibit tanaman ke dalam lubang tanam (plastik polybag harus dibuang) dan sebaiknya dilakukan pada sore hari.
Standard Operating Procedure Penanaman M E B IV 6 Nopember 2015 Halaman 3/3 Revisi ... 9. Lakukan penyulaman paling lambat 7 hari setelah tanam. Setelah 7 hari penyulaman tidak perlu dilakukan karena tidak akan tumbuh maksmal
10. Catat setiap kegiatan pada kartu kendali
Gambar 4. Lahan yang telah ditanami bibit melon dan dipasang ajir
Standard Operating Procedure Pengairan M E B V 6 Nopember 2015 Halaman 1/2 Revisi ... V. PENGAIRAN A. Definisi
Memberi air sesuai kebutuhan tanaman pada daerah perakaran tanaman dengan air yang memenuhi standar pada waktu, cara dan jumlah yang tepat.
B. Tujuan
Menjamin kebutuhan air bagi tanaman sehingga pertumbuhan dan proses produksinya berjalan optimal.
C. Validasi
1. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian. 2006. Standard Operating Procedure (SOP) Melon Kabupaten Klaten.
2. Pengalaman petani Kelompok Tani Horty Makmur Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing, Gapoktan Sejahtera Desa Kalibeluk Kecamatan Warungasem, Kelompok Tani Anugerah Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono
D. Alat dan Bahan 1. Air
Standard Operating Procedure Pengairan M E B V 6 Nopember 2015 Halaman 2/2 Revisi ... E. Fungsi
1. Air, untuk menyiram tanaman.
2. Pompa air, untuk memompa air (apabila sumber air lebih rendah dari pertanaman).
3. Gembor sebagai alat bantu menyiram.
4. Selang plastik/paralon, untuk menyalurkan air. 5. Cangkul, untuk membuat bendungan.
6. BBM, untuk bahan bakar pompa air.
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Lakukan pengairan selesai penanaman
2. Lakukan pengairan dengan menyesuaikan kebutuhan
3. Lakukan pengairan dengan cara merembeskan air melalui parit antar guludan ( leb )
4. Berikan air pengairan melalui parit sampai setengah tinggi guludan
5. Lakukan penyiraman dengan gembor jika sulit menggunakan sistem leb.
Procedure Pengikatan dan Pemangkasan Nomor M E B VI Tanggal 6 Nopember 2015 Halaman 1/3 Revisi ...
VI. PENGIKATAN DAN PEMANGKASAN A. Definisi
Mengikat batang tanaman serta memangkas dan membuang cabang-cabang yang tidak produktif.
B. Tujuan
1. Menjamin pertumbuhan tanaman sehingga proses produksi berlangsung maksimal dan mengurangi kelembaban dalam tajuk tanaman sehingga akan mengurangi resiko terjadinya serangan hama dan penyakit.
2. Merangsang tumbuhnya tunas-tunas produktif C. Validasi
1. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian. 2007. Profil Sentra Produksi Tanaman Merambat (Semangka, Anggur, Stroberi, Melon)
2. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian. 2006. Standard Operating Procedure (SOP) Melon Kabupaten Klaten.
Procedure Pengikatan dan Pemangkasan Nomor M E B VI Tanggal 6 Nopember 2015 Halaman 2/3 Revisi ...
D. Alat dan Bahan 1. Tali rafia
2. Gunting pangkas 3. Kantong plastic 4. Alkohol
E. Fungsi
1. Tali rafia, untuk mengikat batang tanaman pada ajir dan tangkai buah pada palang.
2. Gunting pangkas, untuk memotong tangkai buah yang tidak dikehendaki.
3. Kantong plastik, untuk menampung sampah.
4. Alkohol, untuk mensterilkan bekas luka pada tangkai
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Buatlah tinggi rangka penjalar antar 70-80 cm di atas tanah 2. Buat posisi rangka penjalar mandiri tegak atau model silang
3. Hubungkan rangka penjalar satu dengan yang lain menggunakan pita atau rafia
4. Potong tangkai buah yang tidak dikehendaki
5. Rancanglah tiap tanaman memproduksi 1 buah melon dan buah tersebut berasal dari ruas ke 5-8
Procedure Pengikatan dan Pemangkasan Nomor M E B VI Tanggal 6 Nopember 2015 Halaman 3/3 Revisi ...
Standard Operating Procedure Pemupukan Susulan M E B VII 6 Nopember 2015 Halaman 1/4 Revisi ... VII. PEMUPUKAN SUSULAN
A. Definisi
Memberikan unsur hara tambahan atau susulan pada tanaman. B. Tujuan
Memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman untuk menjamin
pertumbuhan tanaman secara optimal dan menghasilkan produksi dengan mutu yang baik
C. Validasi
1. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Batang
2. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Batang
3. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian. 2007. Profil Sentra Produksi Tanaman Merambat (Semangka, Anggur, Stroberi, Melon)
4. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian. 2006. Standard Operating Procedure (SOP) Melon Kabupaten Klaten.
5. Pengalaman petani Kelompok Tani Horty Makmur Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing, Gapoktan Sejahtera Desa Kalibeluk Kecamatan Warungasem, Kelompok Tani Anugerah Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono
Standard Operating Procedure Pemupukan Susulan M E B VII 6 Nopember 2015 Halaman 2/4 Revisi ... D. Alat dan Bahan
1. Pupuk anorganik: NPK dosis 100-350 kg/Ha, KNO3 0-30 kg/Ha, SP36 0-75 kg/Ha, KCl 0-100 kg/Ha, pupuk daun 3 liter/Ha.
2. Air
3. Pompa sprayer 4. Ember/drum 5. Gelas ukur
6. Perekat dan perata 7. Masker 8. Kacamata 9. Hand sprayer 10. Tongkat pengaduk 11. Topi 12. Sarung tangan E. Fungsi
1. Pupuk anorganik untuk menambah unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman sesuai kebutuhannya.
Standard Operating Procedure Pemupukan Susulan M E B VII 6 Nopember 2015 Halaman 3/4 Revisi ... 7. Masker, untuk melindungi alat pernafasan.
8. Kacamata, untuk melindungi mata.
9. Hand sprayer, untuk menyemprotkan pupuk.
10. Tongkat pengaduk, untuk mengaduk larutan pupuk. 11. Topi, untuk melindungi kepala.
12. Sarung tangan, untuk melindungi tangan.
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Berikan pupuk mulai minggu pertama
2. Larutkan 1-1,5 gram pupuk dilarutkan kedalam 1 liter air untuk 5 tanaman dikocor ke lubang tanam.
3. Tingkatkan kadar gula hingga rendemen 10 atau 11 dengan cara mengurangi debit air pada umur 45-60 hr apabila diperlukan
4. Semprotkan pupuk daun seminggu sekali sesuai dosis anjuran produsen atau sesuai kebutuhan
5. Pemupukan susulan dilakukan minimal 1 kali maksimal 5 kali 6. Catat setiap kegiatan pada kartu kendali
Standard Operating Procedure Pemupukan Susulan M E B VII 6 Nopember 2015 Halaman 4/4 Revisi ...
Standard Operating Procedure Seleksi Buah M E B VIII 6 Nopember 2015 Halaman 1/2 Revisi ... VIII. SELEKSI BUAH
A. Definisi
Memilih buah yang dikehendaki
B. Tujuan
1. Memperoleh buah yang baik dan seragam sesuai dengan tujuan pasar.
2. Merangsang pertumbuhan buah agar maksimal.
C. Validasi
1. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian. 2006. Standard Operating Procedure (SOP) Melon Kabupaten Klaten.
2. Pengalaman petani Kelompok Tani Horty Makmur Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing, Gapoktan Sejahtera Desa Kalibeluk Kecamatan Warungasem, Kelompok Tani Anugerah Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono
D. Alat dan Bahan 1. Tali rafia
2. Gunting pangkas 3. Kantong plastik 4. Alkohol
Standard Operating Procedure Seleksi Buah M E B VIII 6 Nopember 2015 Halaman 2/2 Revisi ... E. Fungsi
1. Tali rafia, untuk mengikat batang tanaman pada ajir dan tangkai buah pada palang;
2. Gunting pangkas, untuk memotong tangkai buah yang tidak dikehendaki;
3. Kantong Plastik, untuk menaruh buah-buahan yang dipangkas; 4. Alkohol, untuk mengolesi luka batang tanaman yang dipotong; 5. Brongsong, untuk membungkus buah yang akan dipelihara
G. Prosedur Pelaksanaan
1. Seleksi dilakukan pada saat calon buah berukuran sebesar telur sekitar umur 25-30 HST
2. Pilih calon buah yang dikehendaki
3. Buang calon buah yang tidak dikehendaki
4. Ikat dan brongsong calon buah yang telah diseleksi
5. masukkan Calon buah yang tidak dikehendaki ke dalam kantong dan dibuang keluar lahan
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 1/18 Revisi ... IX. PENGENDALIAN OPT (Organisme Pengganggu Tanaman )
A. Definisi
Tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh OPT (hama, penyakit dan gulma) dengan cara memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan.
B. Tujuan
Mengendalikan OPT untuk menghindari kerugian ekonomi berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) produk. C. Validasi
1. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian. 2007. Profil Sentra Produksi Tanaman Merambat (Semangka, Anggur, Stroberi, Melon)
2. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian. 2006. Standard Operating Procedure (SOP) Melon Kabupaten Klaten.
3. Pengalaman petani Kelompok Tani Horty Makmur Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing, Gapoktan Sejahtera Desa Kalibeluk Kecamatan Warungasem, Kelompok Tani Anugerah Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 2/18 Revisi ... D. Alat dan Bahan
1. Sprayer (aplikator)
2. Bahan pengendali OPT (pestisida, agensi hayati) 3. Bahan perekat
4. Bahan perata 5. Air
6. Alat pengaduk
7. Takaran (gelas ukur)
8. Sarung tangan, masker, kacamata, topi, sepatu boot, baju, dan celana panjang
9. Perangkat OPT terdiri dari: Botol bekas air kemasan/toples plastik, methyl eugenol, perangkap kuning (yellow trap) atau brongsong
10. Ember/drum, wadah untuk melarutkan bahan pestisida
E. Fungsi
1. Sprayer, untuk menyemprotkan bahan pengendali ke tanaman 2. Bahan pengendali OPT (pestisida, agensi hayati) untuk
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 3/18 Revisi ... 6. Alat pengaduk, untuk mengaduk pestisida dan air
7. Takaran (gelas ukur) untuk menakar pestisida
8. Sarung tangan, masker, kacamata, topi, sepatu boot, baju, dan celana panjang, untuk melindungi tubuh (tangan, muka, mulut, hidung mata, kepala dan kaki) dari kontaminasi pestisida
9. Perangkap OPT, untuk melindungi buah dari serangan lalat buah 10. Ember/drum, untuk melarutkan pestisida.
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Melakukan pengamatan tanaman secara rutin dan
mengutamakan pengendalian secara mekanis dan kultur teknis (tanaman yang terserang hama/penyakit dicabut dengan tangan atau pisau, dibuang dan dibakar atau dikubur sejauh mungkin dari lokasi kebun)
2. Apabila tanaman terserang hama atau penyakit dan pengendalian dengan cara lain sudah tidak memungkinkan maka dilakukan prosedur pengendalian dengan cara penyemprotan pestisida secara selektif
3. penyemprotan harus dihentikan minimal 2 minggu sebelum
panen
4. Pencampuran pestisida dengan air dilakukan secara hati-hati,
tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dan mengganggu kesehatan pekerja
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 4/18 Revisi ...
5. Pestisida yang tidak habis dan botol atau kaleng bekas wadah
harus dimusnahkan di tempat pembuangan limbah atau dikubur ke dalam tanah yang jauh dari sumber air
6. Peralatan setelah dipergunakan segera dicuci dan limbah
pencucian dibuang ke dalam bak peresapan dan tidak boleh mencemari sumber air
7. Pekerja yang melakukan penyemprotan sebaiknya sudah pernah
mendapatkan pelatihan mengenai tata cara penggunaan alat semprot atau sudah berpengalaman
8. Pekerja yang melakukan penyemprotan dilengkapi dengan
peralatan khusus sebagai pelindung tubuh seperti masker, kaca mata, sarung tangan, topi, dan pakaian
9. Selesai melakukan penyemprotan petugas harus segera
membersihkan seluruh badan dengan sabun dan air bersih
10. Pekerja yang sedang melakukan penyemprotan pestisida, dilarang makan, minum, dan merokok
11. Selesai melakukan penyemprotan, petugas harus segera membersihkan seluruh badan dengan sabun dan air bersih
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 5/18 Revisi ... I. Pengendalian Hama a. Lalat Buah
Gejala : Buah yang terserang berwarna kehitaman dan keras, timbul bercak bulat membusuk dan berlubang kecil, buah akan rusak dan rontok.
Penyebab : Bactrocera cucurbitae Coquilett Pengendalian :
1. Cara Kultur Teknis
- Melakukan sanitasi lingkungan, mengumpulkan buah yang terserang, baik yang jatuh maupun yang masih di pohon, kemudian musnahkan dengan cara :
(a) musnahkan buah yang terserang ke dalam kantong plastik, ikat rapat sehingga larva/lalat tidak bisa keluar, atau
(b) kubur ke dalam tanah sedalam + 1 m untuk memastikan bahwa larva tidak berkembang menjadi pupa
- Menanam selasih di sekeliling kebun sebagai tanaman perangkap
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 6/18 Revisi ... 2. Cara Fisik/Mekanik
- Pembungkusan buah dengan kertas / kartong plastik
- Penggunaan perangkap atraktan (bahan pemikat lalat buah) dalam perangkap yang terbuat dari toples plastik atau botol plastik bekas air minum
- Bahan atraktannya adalah metil eugenol, protein hidrolisa, atau selasih
b. Trips
Gejala : daun muda atau tunas menjadi keriting, tanaman menjadi kerdil, serangannya dapat ditemui di tunas, daun, bunga, dan buah.
Serangga menghisab cairan daun dan bersembunyi di celah-celah daun pucuk yang belum terbuka. Hama aktif menyerang pada pagi hari atau senja. Serangan hama ini sangat tinggi pada musim kemarau.
Penyebabnya : Thrips parvispinus Karny Pengendalian :
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 7/18 Revisi ... 3. Cara Kimiawi
Penggunaan insektisida berbahan aktif dimetoate 400 g/L, sipermetrin 30,36 g/L, tetasipermetrin 30 g/L.
c. Kutu Daun
Gejala : daun tanaman menggulung dan pucuk tanaman menjadi keriting akibat cairan daunnya dihisap hama, terdapat getah cairan yang mengandung madu dan dari kejauhan terlihat mengkilap.
Penyebab : Kutu aphids (aphis gossypii Glover ) Pengendalian :
1. Cara Kultur Teknis
- Sanitasi kebun dengan membersihkan gulma di sekitar pertanaman
- Daun yang terserang hama dipangkas, kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar
- Tidak menggunakan pupuk nitrogen (N) secara berlebihan
2. CaraKimiawi
Menyemprot dengan insektisida berbahan aktif
tetasipermetrin 30,36 g/l terutama pada bagian pucuk tanaman.
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 8/18 Revisi ... d. Kumbang Daun
Gejala : terdapat luka bekas serangan berupa keratan konsentris pada daun. Pada stadia larva, hama menyerang jaringan perakaran sampai pangkal batang. Kerusakan pada akar atau pangkal batang dapat menyebabkan tanaman menjadi layu.
Penyebab : Aulacophora femoralis Motschulsky Pengendalian :
1. Cara Kultur Teknis
- Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang
tidak satu famili dengan Cucurbitaceae
- Sanitasi kebun dengan membersihkan gulma di sekitar
pertanaman
- Pengolahan tanah harus sempurna sehingga mematikan
kumpulan telur atau pupa hama yang masih terdapat dalam tanah.
2. Cara Fisik/Mekanis
Tanaman yang terserang berat dicabut, kemudian dibakar. 3. Cara Kimiawi
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 9/18 Revisi ... e. Ulat Perusak Daun
Gejala : daun - daun tanaman yang terserang menjadi meranggas hingga tinggal tulang daunnya, bahkan jika tanaman sudah berubah ulat ini menggerogoti kulit buah, kadang-kadang merusak bunga sehingga menggagalkan pembentukan buah. Penyebab : Palpita sp. dan Spodoptera litura.
Pengendalian :
1. Cara Kultur Teknis
Pemangkasan cabang-cabang sekunder sehingga hanya batang utama yang dipelihara. Dengan pemangkasan ini, aerasi di lingkungan tanaman menjadi lancar dan serangan ulat menjadi lebih mudah terkendali
2. Cara Fisik/Mekanis
Penangakapan ulat perusak daun dengan alat perangkap (sexc pherome) untuk sphedoptera litura
3. Cara Kimiawi
Pengendalian dengan menggunkan insektisida berbahan aktif betasiflutrin, deltametrin, permetrin, khlorflurazuron .
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 10/18 Revisi ... f. Tungau
Gejala : Pada daun terdapat luka nekrotis berupa titik-titik kuning yang makin lama makin menghitam kemudian daun yang terserang melengkung dan terpelintir, pada bagian bawah daun yang terserang akan terlihat sekumpulan hama yang tampak seperti titik-titik merah dan kuning.
Penyebab : Tetranycus cinnabarinus boisduval Pengendalian :
1. Cara Kultur Teknis
Sanitasi kebun dengan membersihkan gulma di sekitar pertanaman
2. Cara Fisik/Mekanis
Tanaman yang terserang berat dicabut dan dibakar 3. Cara Kimiawi
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 11/18 Revisi ... II. Pengendalian Penyakit
a. Virus Kuning
Gejala : daun menunjukkan adanya bercak kuning dan beberapa daun menjadi keriting, virus dapat ditularkan melalui benih, alat pertanian, dan melalui serangga vektor bagi virus. Pada serangan berat, perkembangan buah akan lambat sehingga buah yang dihasilkan tidak sempurna , terutama pada bentuk buah dan rasanya.
Penyebab : virus gemini Pengendalian :
1. Cara Kultur Teknis
Penggunaan varietas tahan 2. Cara Fisik Mekanis
a. Sanitasi kebun dengan membersihkan gulma di sekitar pertanaman
b. Tanaman terserang dimusnahkan 3. Cara Biologi
Mengendalikan serangga penular dengan agensia hayati dan pestisida nabati secara berkala.
4. Cara Kimiawi
Menggunakan insektisida kimia yang efektif berbahan aktif tiametoksan 25%.
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 12/18 Revisi ... b. Layu Bakteri
Gejala : perubahan warna pada daun muda menjadi coklat tua dan pada akhirnya mengering. Pada serangan lebih lanjut dapat menurunkan produksi/gagal panen.
Penyebab : pseudomonas sp. Pengendalian :
1. Cara Fisik/Mekanis
a. Sanitasi dan Kebersihan Kebun
b. Tanaman terserang dimusnahkan/dibakar 2. Cara Kimiawi
Merendam benih dengan larutan agrymicin 1-2 gram/liter air selama 6-8 jam atau pada pertanaman dengan fungisida berbahan aktif mancozeb dengan dosis sesuai anjuran.
c. Layu Fusarium
Gejala : pada tanaman muda/persemaian dapat menyebabkan tanaman busuk atau tumbuh kerdil. Pada tanaman dewasa daun
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 13/18 Revisi ... Pengendalian :
1. Cara Kultur Teknis
a. Pergiliran tanaman dengan yang tidak rentan atau tanam pada lahan baru
b. Pengaturan jarak tanam yang tepat (50 cm x 50 cm atau 60 cm x 60 cm)
2. Cara Fisik/Mekanis
Pembersihan kebun eradikasi tanaman sakit dan dimusnahkan.
3. Cara Biologis
Pengendalian secara preventif dan berkala dengan agensia
hayati cendawan antagonis trichoderma sp. atau
gliocladium sp. 4. Cara Kimiawi
Perlakuan dengan fungisida berbahan aktif mancozeb dan klorotalonil, dengan dosis sesuai anjuran
d. Antraknosa
Gejala : pada daun, batang muda, bunga dan buah terdapat bercak-bercak berwarna coklat kelabu sampai kehitaman yang sedikit demi sedikit melekuk dan bersatu, jaringan tanaman yang terdapat di bawahnya juga membusuk.
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 14/18 Revisi ... Pengendalian :
1. Pengaturan jarak tanam yang tepat (45 cm x 60 cm, 50 cm x 60 cm, atau 60 cm x 70 cm)
2. Perendaman benih dengan fungisida berbahan aktif azoksisitrobin 250 g/l atau propinep 70%
3. Pembersihan bagian-bagian tanaman yang mati
e. Penyakit Busuk Buah
Gejala : serangan pada batang ditandai dengan bercak coklat
kebasahan yang memanjang. Serangan serius dapat
menyebabkan tanaman mati layu. Daun yang terserang seperti tersiram air panas kemudian meluas. Serangan pada buah ditandai dengan bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Makin lama bercak menjadi berkerut dan mengendap. Pada bagian buah yang busuk diselimuti kumpulan cendawan putih.
Penyebab : Phytophthora nicotianae B. de haan var parastica (Dast)
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 15/18 Revisi ... 3. Mencabut tanaman yang terserang kemudian dibakar;
4. Penggunaan agensia hayati, cendawan antagonis,
trichoderma sp. atau Gliocladium sp.
5. Penggunaan pestisida berbahan aktif mancozeb.
f. Embun Bulu (downy mildew )
Gejala : serangan dimulai dengan adanya bercak-bercak berwarna kuning muda yang dibatasi oleh urat-urat daun sehingga terkesan menjadi bercak bersudut. Semakin lama bercak berubah warna menjadi kecoklatan. Apabila daun dibalik, maka akan terlihat kumpulan konidia dan kondiofor cendawan berwarna kelabu.
Penyebab : Pseudoperenospora cubensis Barkely et Curtis. Pengendalian :
1. Pemilihan lokasi penanaman yang jauh dari tanaman yang se-famili
2. Daun yang terserang segera dipotong atau dipangkas kemudian dibakar
3. Penyemprotan fungisida berbahan aktif s imoksanil atau mancozeb.
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 16/18 Revisi ...
g. Busuk Pangkal Batang (gummy stem blight )
Gejala : pangkal batang yang terserang mula-mula seperti
tercelup minyak kemudian keluar lendir berwarna merah coklat. Tahap berikutnya tanaman layu dan mati. Daun tanaman yang terserang akan mengering, apabila diremas seperti kerupuk dan berbunyi kresek-kresek jika diterpa angin.
Penyebab : Mycosphaerelle melonis Passerini Pengendalian :
1. Sanitasi dan Kebersihan kebun;
2. Tanaman yang terserang dimusnahkan dengan cara
dibakar;
3. Penyemprotan fungisida berbahan aktif Cu, thiram, atau
mancozeb
III. Penanggulangan Defisiensi Unsur Hara
Defisiensi unsur hara dikenal sebagai penyakit fisiologis, merupakan penyakit yang muncul karena kekurangan salah satu atau lebih unsur hara. Untuk mengetahui adanya gejala ini harus dilakukan
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 17/18 Revisi ... a. Defisiensi Unsur Boron
Gejala : tanaman tumbuh kerdil dengan ruas-ruas yang pendek. Batang tanaman kaku dan terdapat beberapa luka / retakan yang mengeluarkan lendir coklat kekuningan. Batang ini mudah sekali patah. Jika gejala berlanjut hingga tanaman dewasa maka tanaman sulit menghasilkan buah. Apabila buah terbentuk pun bentuknya abnormal.
Pengendalian :
1. Pemupukan unsur mikro yang mengandung unsur boron seperti borate atau fertibor dosis 2 gr/tanaman
2. Penyemprotan pupuk daun yang mengandung unsur mikro boron seperti multimicro (B 0,3%) atau CaB (B 2%) dosis 1-2 ml/l mulai umur 10 minggu dan diulang 10 hari sampai 3 kali aplikasi.
b. Defisiensi Unsur Kalium
Gejala : terdapat perubahan tepi daun dari warna hijau menjadi kuning muda. Semakin lama, warna kuning berubah menjadi kecoklatan dan salah satu sisinya robek makin lama seolah-olah membentuk gerigi pada tepi daun tersebut. Tanaman yang kekurangan kalium mempunyai daya tahan yang rendah terhadap serangan hama dan penyakit. Selain itu, rasa buah menjadi kurang manis dan biasanya tanaman tidak tahan
Standard Operating Procedure Pengendalian OPT M E B IX 6 Nopember 2015 Halaman 18/18 Revisi ... Pengendalian :
1. Komposisi pemupukan unsur hara makro NPK harus tepat dan seimbang
2. Penambahan pupuk susulan berupa KNO3 dosisi 5 g/l
3. Penyemprotan pupuk daun yang mengandung unsur kalium
tinggi seperti Complesal merah (K2O 15%) dosisi 2 g/l
c. Defisiensi Unsur Magnesium
Gejala : kekurangan magnesium terlihat pada daun tua, di antara tulang daun terlihat klorosis, warna daun menguning dan terdapat bercak-bercak merah kecoklatan sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau.
Pengendalian :
1. Pengapuran dengan dolomit (CaCO3MgCO3) dosis 1,5 – 2
ton/ha
2. Penyemprotan pupuk daun yang mengandung unsur magnesium seperti multimicro (Mg 3,4%) dosis 2 ml/l atau complesal merah (MgO 1,4%) dosis 2 g/l.
Standard Operating Procedure Pemanenan M E B X 6 Nopember 2015 Halaman 1/2 Revisi ... X. PEMANENAN A. Definisi
Kegiatan memetik buah yang telah siap panen atau mencapai kematangan fisiologis sesuai persyaratan yang telah ditentukan. B. Tujuan
Memperoleh hasil sesuai dengan tingkat kematangan buah. C. Validasi
1. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian. 2007. Profil Sentra Produksi Tanaman Merambat (Semangka, Anggur, Stroberi, Melon)
2. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian. 2006. Standard Operating Procedure (SOP) Melon Kabupaten Klaten.
3. Pengalaman petani Kelompok Tani Horty Makmur Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing, Gapoktan Sejahtera Desa Kalibeluk Kecamatan Warungasem, Kelompok Tani Anugerah Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono
Standard Operating Procedure Pemanenan M E B X 6 Nopember 2015 Halaman 2/2 Revisi ... D. Alat dan Bahan
1. Gunting/pisau 2. Keranjang 3. Terpal plastik 4. Jerami 5. Refraktometer E. Fungsi
1. Gunting, untuk memotong tangkai buah
2. Keranjang, untuk wadah buah yang telah dipanen
3. Terpal plastik, untuk pelindung buah dari sinar matahari 4. Jerami, untuk alas buah setelah dipanen
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Panen dilakukan saat masak fisiologis. Tunggu umur saat panen 60-65 HST untuk melon daging merah, 65-70 HST untuk melon daging putih.
2. Gunakan kriteria panen sesuai umur, sesuai varietas yang digunakan, dan sesuai kadar gula
Standard Operating Procedure Pemanenan M E B X 6 Nopember 2015 Halaman 2/2 Revisi ...
Procedure Penanganan Pasca Panen Nomor M E B XI Tanggal 6 Nopember 2015 Halaman 1/3 Revisi ...
XI. PENANGANAN PASCA PANEN A. Definisi
Kegiatan sortasi, pengkelasan, pengemasan dan penyimpanan buah berdasarkan ukuran dan standar mutu yang telah ditentukan.
B. Tujuan
Menghasilkan kelompok buah dengan standar mutu yang baik dan seragam.
C. Validasi
1. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian. 2006. Standard Operating Procedure (SOP) Melon Kabupaten Klaten.
2. Pedagang Melon
3. Pengalaman petani Kelompok Tani Horty Makmur Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing, Gapoktan Sejahtera Desa Kalibeluk Kecamatan Warungasem, Kelompok Tani Anugerah Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono
Procedure Penanganan Pasca Panen Nomor M E B XI Tanggal 6 Nopember 2015 Halaman 2/3 Revisi ... 7. Stiker/Label
8. Kemasan kotak karton 9. Jaring/net plastik
10. Gudang E. Fungsi
1. Keranjang buah, untuk menyimpan buah
2. Truck / Colt, untuk mengangkut buah dari lahan ke tempat penanganan pasca panen
3. Kain lap, untuk membersihkan kotoran pada kulit buah
4. Sarung tangan, untuk melindungi pekerja dan melindungi buah dari kerusakan
5. Timbangan, untuk menimbang buah
6. Lakban, untuk menutup kemasan kotak karton 7. Stiker/label, untuk tanda pengenal pada buah
8. Kemasan kotak karton, untuk kemasan buah sesuai ukuran 9. Jaring/net plastik, untuk alat pengemasan buah
10. Gudang, untuk tempat penyimpanan buah F. Prosedur Pelaksanaan
1. Segera setelah panen tempatkan melon di tempat teduh atau
langsung diangkat ke tempat yang dingin dengan
mempertahankan tangkai.
2. Angkut melon dari lapangan ke jalan dengan tenaga manusia menggunakan keranjang untuk kemudian diangkut dengan truk /
Procedure Penanganan Pasca Panen Nomor M E B XI Tanggal 6 Nopember 2015 Halaman 3/3 Revisi ...
3. Pisahkan masing-masing melon sesuai kelasnya, berdasarkan ukuran berat atau sesuai permintaan pasar
4. Penataan cara mengemas dengan diberi bahan antar melon berupa kertas rajangan / jerami dan disusun secara ber lapis
5. Pengemasan melon juga bisa dilakukan sesuai permintaan pasar 6. Catat setiap kegiatan pada kartu kendali
Standard Operating Procedure Pemasaran M E B XII 6 Nopember 2015 Halaman 1/2 Revisi ... XII. PEMASARAN A. Definisi
Kegiatan penjualan buah berdasarkan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan meningkatkan penghasilan.
B. Tujuan
Mendapatkan keuntungan yang maksimal sehingga meningkatkan pendapatan.
C. Validasi
1. Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian. 2006. Standard Operating Procedure (SOP) Melon Kabupaten Klaten.
2. Pedagang Melon
3. Pengalaman petani Kelompok Tani Horty Makmur Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing, Gapoktan Sejahtera Desa Kalibeluk Kecamatan Warungasem, Kelompok Tani Anugerah Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono
D. Prosedur Pelaksanaan
1. Pasarkan melon segera setelah panen sebelum melon tidak layak jual atau sampai 17 hari setelah panen
2. Lakukan usaha memperpanjang umur jual dengan cara menempatkan pada lokasi yang teduh
3. Minimalkan kerusakan saat pengangkutan yaitu antar buah melon disekat jerami padi dan diberi alas jerami padi
Standard Operating Procedure Pemasaran M E B XII 6 Nopember 2015 Halaman 2/2 Revisi ...
CONTOH FORM ISIAN
Form isian dimaksudkan untuk memudahkan pelacakan dan konfirmasi setiap kegiatan. Pembuatan dan pengisian form sebaiknya berdasarkan blok. Berikut ini contoh form isian sebagai check list yang dapat digunakan dan dimungkinkan untuk dimodifikasi sesuai kebutuhan di lapangan.
1. SOP Pembibitan
Nama Pemilik : . . . . Alamat Kebun : . . . . Catatan Penyiapan Media Tanam
Tanggal Bahan Media
Jumlah Media (kantong)
Luas Sungkup
(m²) Cara Penyiapan *) Operator
Keterangan *) Dapat ditulis pada lembar tersendiri Catatan Pesemaian
Tanggal Varietas Jumlah benih
(biji) Asal benih
Cara
Nama Pemilik : . . . . Alamat Kebun : . . . .
Catatan Pengolahan Tanah
Tanggal Blok Luas (ha) Kondisi Lahan Riwayat Penggunaan Lahan *) Cara Pengolahan *) Operator
Keterangan *) Dapat ditulis pada lembar tersendiri
3. SOP Pemupukan Dasar
Nama Pemilik : . . . . Alamat Kebun : . . . .
Catatan Pemupukan
Tanggal Blok Umur Tan. (HST) Luas (ha) Nama Pupuk Dosis Cara Pemupukan*) Operator
Nama Pemilik : . . . . Alamat Kebun : . . . .
Catatan Penanaman
Tanggal Blok Luas (ha)
Jumlah bibit
(btg) Cara Penanaman *) Operator
Keterangan *) Dapat ditulis pada lembar tersendiri
5. SOP Pengairan
Nama Pemilik : . . . . Alamat Kebun : . . . .
Catatan Pengairan
Tanggal Blok Umur Tan.
(HST) Luas (ha) Cara Pengairan *) Operator
Nama Pemilik : . . . . Alamat Kebun : . . . .
Catatan Pengikatan dan Pemangkasan
Tanggal Blok Luas (ha) Cara Pengikatan dan
Pemangkasan *) Operator
Keterangan *) Dapat ditulis pada lembar tersendiri
7. SOP Pemupukan Susulan
Nama Pemilik : . . . . Alamat Kebun : . . . .
Catatan Pemupukan Susulan
Tanggal Blok Umur Tan. (HST) Luas (ha) Nama Pupuk Dosis Cara Pemupukan*) Operator
Nama Pemilik : . . . . Alamat Kebun : . . . .
Catatan Seleksi Buah
Tanggal Blok Luas (ha) Cara Seleksi Buah *) Operator
Keterangan *) Dapat ditulis pada lembar tersendiri
9. SOP Pengendalian OPT
Nama Pemilik : . . . . Alamat Kebun : . . . .
Catatan Pengendalian OPT
Tlg Blok/ Petak Luas (ha) Fase Pertum buhan Jenis OPT Nama Pestisida Dosis Cara
Aplikasi Cuaca Petugas
Nama Pemilik : . . . . Alamat Kebun : . . . . Catatan Pemanenan Tgl Waktu Panen Blok/ Petak Luas (ha) Jumlah Produksi (kg)
Nama & Paraf
Pelaksana Pengawas
Keterangan *) Dapat ditulis pada lembar tersendiri
11. SOP Penanganan Pasca Panen Nama Pemilik : . . . . Alamat Kebun : . . . .
Catatan Penanganan Pasca Panen
Tgl Jumlah (kg) Kebersi han tempat Kebersi han Alat % dalam Kelas % Rusak
Nama & Paraf
TIM PENYUSUN
Penanggung Jawab : Ir. Migayani Thamrin
Ketua Pelaksana : Budhi Santosa, SP.
Anggota :
Pujo Purwanto, SP., M.Agr : Dinpertan TPH Prov. Jateng Zaenal, SP : Dinpertan TPH Prov. Jateng Ir. Sapto Darmono : BPTPH Provinsi Jawa Tengah Diana, SP : BPTP Provinsi Jawa Tengah
Suryadi : Petugas BPSB Kabupaten Batang Ir. Singgih Widiarto, MP : Dosen Fakultas Pertanian UNIKAL Yatnoto, SP : Kasi Sarpras Hortikultura Dispertanak
Kabupaten Batang
Sunarto, SP : Kasi PPHP Hortikultura Dispertanak Kabupaten Batang
Ir. Agus Sembodo : Kabid Kelembagaan Tani BP2KP Kabupaten Batang
Purwanto, SP. : KJF Penyuluh BP2KP Kabupaten Batang Susbandoro : Koordinator POPT Kabupaten Batang Maftuchin : Mantri Tani Kecamatan Batang
M. Suyono : Mantri Tani Kecamatan Bawang
Zaenal Abidin : Mantri Tani Kecamatan Wonotunggal Eko Supriyono, SP : Mantri Tani Kecamatan Gringsing Kazaidin : Mantri Tani Kecamatan Bandar Sudaryanto : Mantri Tani Kecamatan Kandeman Wahyudi, SP : POPT Kecamatan Tersono
Mudasir : PPL BPPPK Kecamatan Warungasem M. Arisna, SP : PPL BPPPK Kecamatan Gringsing