OPTIMALISASI PENGHAWAAN ALAMI
PADA PUSAT KOMUNITAS PMKS DI
JAKARTA SELATAN
Kezia Nathania
Indartoyo, Yanita Mila
Unversitas Bina Nusantara, kezianathania.s@gmail.comABSTRACT
The research was describes the need for social homes for Social welfare problems in South
Jakarta which supported by natural ventilation optimization. The method of research that
has been done is qualitative with calculations and simulations. The analysis was done by
quoting from the relevant literature openings then calculated and the analysis of land and
apply on the building. The resulting mass formations leaning towards which subtle and not
angled. It was concluded that the mass of smooth mass can maximize the potential of
building movement of wind into areas which impact on social homes which make maximizing
cross ventilation, while which angle formed by the mass / elbow to make the direction of the
wind in the region becomes irregular.(KN)
Keywords :
Community center ,Optimization, Natural ventilation, mass, ventilation
ABSTRAK
Penelitian ini menjelaskan perlunya pusat komunitas bagi PMKS di daerah Jakarta Selatan
yang ditunjang dengan optimalisasi penghawaan alami. Metode penelitian yang telah
dilakukan adalah kualitatif dengan perhitungan dan simulasi. Analisis dilakukan dengan
mengutip dari literatur terkait bukaan kemudian dihitung lalu melakukan analisis tapak dan
menerapkan pada bangunan serta alternatif gubahan massa yang dianalisis dengan
menggunakan software flow design. Bentukan massa yang dihasilkan condong kearah yang
halus dan tidak bersudut. Disimpulkan bahwa bentukan massa yang halus dapat
memaksimalkan potensi pergerakan angin ke massa bangunan yang berimbas pada kawasan
pusat komunitas yang membuat pemaksimalan ventilasi silang, sedangkan bentukan massa
yang bersudut atau siku membuat arah pergerakan angin pada kawasan menjadi tak
beraturan. (KN)
Kata kunci :
Pusat komunitas, optimalisasi, Penghawaan alami, massa, bukaan
PENDAHULUAN
Sebagai ibukota Indonesia, Jakarta yang disebut sebagai kota metropolitan menjadi pusat kepemerintahan, perdagangan, pekerjaan, serta tempat untuk bermukim. Setiap tahunnya, penduduk di Jakarta semakin mengalami peningkatan. Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) pada tahun 2010 jumlah penduduk jakarta sebanyak 9,78 juta jiwa, kemudian pada tahun 2013 tercatat jumlah penduduk di Jakarta menjadi 10,09 juta jiwa. Hal itu berarti, dalam jangka waktu 3 tahun penduduk Jakarta meningkat sebanyak 303.611 jiwa (Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta, 2013).
Jumlah penduduk Jakarta yang semakin banyak dan kenyataan bahwa lahan pekerjaan bagi penduduk di Jakarta sangat terbatas ternyata memberikan dampak yang buruk, salah satunya adalah timbulnya masalah kemiskinan. Kemiskinan pun tidak dapat terhindar dari penyebab timbulnya hal-hal negatif,
seperti munculnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Belakangan ini sedang marak dilakukan penjaringan atau razia terhadap PMKS yang berkeliaran di perempatan, lampu merah, atau tempat-tempat umum lainnya seperti halte dan terminal. PMKS tersebut dikategorikan sebagai PMKS jalanan.
Menurut Dinas Sosial DKI Jakarta, jumlah PMKS jalanan ialah sebagai berikut : Tabel 1 Jumlah PMKS jalanan di Wilayah Jakarta
Sumber : Jakarta Dalam Angka (2013)
Dari tabel di atas, terlihat bahwa data jumlah PMKS jalanan terbanyak adalah PMKS yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Miftahul Huda, S.Ag, M.Si selaku Kepala Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial mengatakan bahwa para PMKS yang terjaring razia akan ditampung di Panti Sosial Bina Insani (PSBI). Para PMKS akan didata, dibina, dan diberikan penyuluhan, namun PSBI ini bersifat sementara. Para PMKS akan tinggal disana kurang lebih 21 hari lalu kemudian akan dirujuk ke panti-panti sesuai dengan klasifikasi mereka, namun Kepala Bimbingan dan Penyaluran Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya di Kedoya merasa kesulitan saat harus menyalurkan para PMKS karena kekurangan unit mobil.
Berdasarkan Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, terdapat 27 panti sosial milik pemerintah yang ada di Jakarta, namun hanya terdapat tiga panti sosial milik pemerintah yaitu Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) untuk lansia terlantar, Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) untuk anak putus sekolah, dan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) khusus anak perempuan terlantar (Dinas Sosial DKI Jakarta), sedangkan untuk jenis PMKS lainnya seperti bekas narapidana, gelandangan yang mungkin memiliki anak, pengemis, WTS, dan waria, belum terdapat panti sosial yang dapat menaunginya. Selain kebutuhan akan panti sosial bagi beberapa jenis PMKS yang belum terpenuhi di wilayah ini, mengacu pada data PMKS jalanan pada Jakarta Selatan yang memiliki angka tertinggi dan cukup sulitnya mobilitas dari panti sosial saat penampungan razia ke panti sosial berdasarkan klasifikasinya, Panti Sosial Terpadu dalam hal ini pusat komunitas sekiranya dapat menjadi salah satu solusi untuk memfasilitasi PMKS jalanan di wilayah Jakarta Selatan.
PMKS yang terbiasa hidup di jalanan akan mengalami gangguan kesehatan, hal tersebut disebabkan oleh lingkungan yang kotor dan makanan serta minuman yang mereka konsumsi. Mereka cenderung memenuhi kebutuhannya dengan biaya seminim mungkin tanpa memikirkan kondisi kesehatan mereka. Pusat komunitas bagi para PMKS diharapkan dapat memulihkan kondisi kesehatan mereka yang telah terganggu dengan kehidupan di jalanan. Dalam buku “Arsitektur Tropis” yang ditulis oleh Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch mengatakan bahwa “salah satu peranan penghawaan dan aliran udara dalam bangunan yaitu untuk memenuhi persyaratan kesehatan”. Oleh sebab itu, pusat komunitas dengan penghawaan alami dapat menjadi salah satu upaya pemenuhan kesehatan bagi para PMKS. Sebagai Pusat Komunitas yang mengedepankan system lingkungan berkelanjutan, penghematan energi sebaiknya dilakukan mengingat faktor pemanasan global serta pendanaan pembangunan yang terbatas. Kebutuhan energi untuk penghawaan buatan ternyata bisa mencapai 60-70% dari total biaya energi, hal tersebut yang mengacu perancangan Pusat Komunitas menggunakan metode penghawaan alami.
Penelitian yang dilakukan untuk desain pusat komunitas di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ini mengacu pada jurnal penelitian terdahulu. Jurnal yang pertama yaitu Panti Sosial Bina Remaja Naibonat : Tantangan Pendidikan Masa Depan. (Indah Huruswati 2012). . Penelitian ini membahas mengenai keadaan pelayanan maupun keadaan fisik (sarana) Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Naibonat. Penelitian ini menjelaskan bahwa PSBR memberikan pendidikan non-formal seperti keterampilan, mental, dan sosial yang diberikan dalam waktu 6 bulan yang dirasa kurang, seharusnya pembinaan dilakukan kurang lebih 1 tahun agar warga binaan menjadi lebih siap terjun ke masyarakat. Jenis-jenis pelayanan yang diberikan diberikan sesuai dengan kebutuhan dan budaya lokal warga
WILAYAH JUMLAH PMKS JALANAN
Jakarta Pusat 3.818 orang
Jakarta Utara 4.357 orang
Jakarta Barat 3.898 orang
Jakarta Selatan 5.399 orang
binaannya, tetapi faktor geografis tidak dipertimbangkan sehingga akan sulit dijangkau untuk eks warga binaan yang mengikuti pembinaan lanjutan.
Tinjauan pustaka kedua yang digunakan diambil dari jurnal penelitian milik Kathleen Connellan, PhD; Mads Gaardboe, MA; Damien Riggs, PhD; Clemence Due, PhD; Amanda Reinschmidt; Lauren Mustillo (2013)) yang berjudul Stressed Spaces: Mental Health and Architecture. Penelitian ini membahas mengenai hasil review manfaat desain terhadap terapi klien kesejahteraan. Berdasarkan hasil review, terutama semakin banyak bukti tentang manfaat desain terapi terhadap pasien dan staf kesejahteraan dan lama klien tinggal, pertanyaan penelitian tambahan disarankan mengenai pertimbangan desain yang optimal, desain yang harus dihindari, dan keterlibatan pemangku kepentingan utama dalam proses desain.
Dari latar belakang dan kajian pustaka yang sudah dibahas, dapat ditarik beberapa poin menjadi rumusan masalah dalam laporan tugas akhir ini yaitu:
1. Bagaimana menentukan organisasi gubahan massa yang sesuai dengan kebutuhan PMKS jalanan di Jakarta Selatan?
2. Bagaimana pengoptimalisasian penghawaan alami pada gubahan massa Pusat Komunitas PMKS di Jakarta Selatan?
Tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan Pusat Komunitas ini yaitu:
1. Mendapatkan organisasi gubahan massa yang sesuai dengan kebutuhan PMKS jalanan di Jakarta Selatan
2. Mendapatkan optimalisasi penghawaan alami pada gubahan massa Pusat Komunitas PMKS di Jakarta Selatan.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualititatif, dimana data yang akan dikumpulkan dijadikan acuan dalam menganalisa. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan penggunaan software Flow Design. Penggunaan software Flow Design bertujuan untuk menganalisa pergerakan atau aliran angin yang mengalir pada kawasan pusat komunitas. Dari hasil software ini akan diketahui organisasi gubahan massa yang sesuai dengan arah datangnya angin serta jenis bukaan yang digunakan pada bangunan yang dapat mengoptimalkan aliran udara dalam bangunan.
HASIL DAN BAHASAN
Analisa Aspek ManusiaPada Pusat Komunitas, terdapat beberapa pelaku kegiatan yaitu; pegawai, warga binaan, dan pengunjung atau penjenguk. Dari pola kegiatan pelaku kegiatan tersebut, dapat diketahui kebutuhan ruang yang seharusnya ada pada Pusat Komunitas. Ruang-ruang yang dibutuhkan di Pusat Komunitas ini antara lain; Ruang pelayanan, ruang tunggu, Kantor, Fasilitas kesehatan, Lapangan, Ruang serbaguna (aula), Asrama, Ruang makan, Musholla, Ruang tidur pramu, Gudang, dan Ruang cuci. Ruang-ruang tersebut harus diatur dengan organisasi yang baik agar dapat memaksimalkan penghawaan alami. Gubahan massa yang dibedakan melalui fungsi dari bangunan itu sendiri juga harus memiliki hubungan satu sama lain.
Analisa Aspek Lingkungan
Pemilihan tapak proyek berdasarkan lokasi yang sesuai dengan peruntukan bangunan pusat komunitas karena berada di salah satu lokasi penyebaran PMKS di wilayah Jakarta Selatan dan memiliki lingkungan sekitar yang masih sejuk sehingga baik bagi kesehatan PMKS yang terbiasa hidup di jalanan. Data-data non-fisik lingkungan tapak yang terletak di Jl. Pekayon Pasar Minggu, Jakarta Selatan adalah:
Tabel 2 Keadaan Iklim, Hujan, Udara, dan Angin 2012
Sumber : Pasar Minggu dalam Angka 2013
Lokasi tapak berada pada Jl. Pekayon Pasar Minggu, Jakarta Selatan dengan rincian sebagai berikut : Peruntukan lahan : WSn (Wisma Susun) Tipe masa bangunan : Tunggal
Luas tanah : 8.308 m2 GSB : Utara 8 meter Timur 5 meter Barat 8 meter KDB : 40% 40% x 8.308 m2 =3.323,2 m2 KLB : 1,6 1,6 x 8.308 m2 = 13.292 m2 Maks ketinggian lantai : 4
Batas area lahan : Utara Lahan kosong
Timur Lahan kosong
Barat Pemukiman
Selatan Pemukiman Gambar 1 Lokasi Tapak di Pasar Minggu (LRK)
Sumber : www.tatakota-jakartaku.net ,diakses tanggal 4 April 2014
Analisa Tapak
1. Analisa Matahari
Berdasarkan analisa diatas, zona A diutamakan pada bangunan-bangunan yang tidak digunakan untuk beristirahat dan apabila dimungkinkan akan diberikan vegetasi. Pada zona B diletakkan bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai tempat beristirahat karena tidak terkena sinar matahari barat.
Gambar 2 Analisa Matahari
Sumber : Hasil Olahan Pribadi, 2014
2. Analisa Angin
Berdasarkan analisa pergerakan angin didapatkan bahwa gubahan massa tersebut lebih memungkinkan angin mengalir. Dengan menyatukan bagian ujung massa bangunan akan membuat bentangan sirkulasi angin menjadi lebih pendek dan cross ventilation bisa lebih maksimal. Membedakan ketinggian masa bangunan juga dapat dijadikan alternatif bagi jalannya angin di dalam bangunan.
Gambar 3 Analisa Angin
Sumber : Hasil Olahan Pribadi, 2014
Uraian Jumlah Rata-rata
Curah Hujan 79,88 mm 98,2 mm
Hari Hujan 28° 14°
Temperatur Udara 29,9° 25°
Temperatur Maksimum 37,0° 33,0°
Temperatur Minimum 26,2° 24,4°
Uraian Jumlah Rata-rata
Kelembaban Udara 95% 77%
Penyinaran Matahari 100% 53%
Tekanan Udara 1.013,6 mb 1.009,2 mb
Arah Angin 360° 0°
3. Analisa Sirkulasi
Berdasarkan analisa, altenatif gambar disamping cocok menjadi entrance community center karena memiliki sisi yang panjang sehingga memudahkan pengunjung atau pekerja yang ingin memarkirkan kendaraannya.
Gambar 4 Analisa Sirkulasi
Sumber : Hasil Olahan Pribadi, 2014
4. Analisa Kebisingan
Menggunakan vegetasi dapat memberikan manfaat pengudaraan pada bangunan. Selain itu, kebisingan yang ditimbulkan pada area barat tapak juga bukan merupakan kebisingan yang tinggi, terlebih daerah tersebut merupakan rumah warga yang memiliki jam istirahat yang kurang lebih sama.
Gambar 5 Analisa Kebisingan Sumber : Hasil Olahan Pribadi, 2014
5. Analisa View dan Orientasi Bangunan
Menciptakan area terbuka disekeliling massa bangunan menjadi pilihan penulis untuk memberikan view yang baik bagi pelaku community center. Selain itu, permainan ketinggian massa bangunan yang berbeda juga menjadi pilihan dalam menciptakan view di dalam tapak.
Gambar 6 Analisa View dan Orientasi Bangunan Sumber : Hasil Olahan Pribadi, 2014
Analisa Aspek Bangunan
Dalam menentukan zoning, pertimbangannya adalah analisis tapak yang telah dilakukan seperti kondisi sekitar tapak, bentuk tapak, matahari, angin, sirkulasi, kebisingan, dan view, serta hubungan antar ruang yang dihasilkan dari analisis manusia sebelumnya.
Gambar 7 Analisa Zoning Sumber : Hasil Olahan Pribadi, 2014
Area private diletakkan pada bagian timur tapak karena area tersebut berbatasan dengan sungai dan merupakan bagian dalam pada tapak apabila dilihat dari entrance tapak. Pada tiap-tiap masa bangunan dikelilingi oleh penghijauan yang membantu pengoptimalan penghawaan alami pada bangunan. Pada zoning vertikal ditunjukkan bahwa area publik, semi publik, private, dan servis dibedakan berdasarkan massa bangunannya. Pada gambar diatas, mulai dari kiri adalah massa yang terdekat dari entrance tapak dengan peruntukan pengunjung umum untuk menghadiri acara pada ruang serbaguna. Pada area publik terdapat tempat parkir bagi pengunjung umum dari luar sehingga dapat diakses siapa saja. Pada bagian tengah merupakan area semi publik yang akan dijadikan kantor serta entrance untuk pegawai serta para penjenguk yang berkepentingan pada community center. Pada bagian semi publik juga
diletakkan pelayanan kesehatan bagi para warga binaan agar mudah diakses oleh siapa saja. Zona private merupakan area tempat tinggal bagi warga binaan, sedangkan zona servis merupakan area pelayanan pusat komunitas secara umum seperti gudang, ruang cuci baju, termasuk area tempat tinggal pramu.
Analisa Penghawaan Alami
Menurut data BMKG dalam buku Pasar Minggu dalam Angka (2013) yang telah dijabarkan pada analisa aspek lingkungan, rata-rata kecepatan angin di Pasar Minggu yaitu 14 knots atau sama dengan 7,2 m/s. Berdasarkan Skala Beaufort, kecepatan angin tapak berada pada skala 4 (moderate) karena kecepatan angin berada pada kisaran kecepatan 7,2 m/s atau 25,9 km/h. Untuk mengurangi kecepatan udara pada bangunan agar sesuai dengan kenyamanan penggunanya, dilakukan upaya perancangan pasif pada bangunan serta penambahan vegetasi untuk mengurangi kecepatan angin. Faktor-faktor yang digunakan dalam desain bangunan yaitu orientasi bangunan, dimensi dan bentuk bangunan, konfigurasi bangunan, dan bukaan.
1.
Analisa Bentuk Bangunan
Pada gambar diatas terlihat bahwa massa yang tidak bersudut lebih mudah mengaliri udara dibandingkan bentuk massa persegi yang memungkinkan udara mengalir hanya ke bagian kanan dan kiri bangunan. Oleh karena itu, dipilih massa yang tidak bersudut agar aliran angin bisa mengalir dengan baik.
Sesuai dengan kebutuhan penggunanya, maka bentukan massa yang tidak bersudut ditumpuk dengan maksimal ketinggian 4 lantai (ketentuan tapak), kemudian dimensinya dibuat sesuai dengan luasan ruang yang telah dianalisa.
2.
Analisa Konfigurasi Pola peletakan massa bangunan tidak dibuat berbaris karena ruang terbuka ditengah bangunan dapat mengalirkan udara lebih optimal. Apabila massa bangunan diletakkan sejajar maka aliran udara tidak berputar secara optimal.Analisa Bentuk Bangunan Hasil Olahan Pribadi, 2014
Gambar 9 Analisa Konfigurasi Massa Sumber : Hasil Olahan Pribadi, 2014
3.
Analisa OrientasiOrientasi gubahan massa pada gambar (a) dibuat mengikuti tapak dan orientasi gubahan massa lingkungan sekitar. Sedangkan pada gambar (b) dibuat mengikuti teori dimana bukaan jendela sebaiknya 45 derajat dari arah datangnya angin. Menurut simulasi yang telah dilakukan menggunakan software flow design aliran angin pada gambar (b) lebih banyak menimbulkan turbulensi walaupun dalam teorinya bukaan menghadap arah angin 45 derajat lebih baik. Maka dari itu, orientasi Gubahan Massa yang mengikuti tapak dan lingkungan sekitar lebih baik apabila ditimbang dari segi orientasinya.
4.
Analisa Bentuk Bangunan Pada gambar (a) sebelumnya telah dipilih berdasarkan analisa-analisa sebelumnya, namun penghuni pusat komunitas membutuhkan suasana yang tidak monoton sehingga tercipta bentuk bangunan yang lebih dinamis seperti gambar (b). Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, ternyata bentukan tersebut juga dapat membuat aliran angin lebih baik dibandingkan bentukan yang monoton. Maka dari iru dipilih bentuk bangunan pada gambar (b) yang dapat mengaliri angin pada seluruh tapak.Bentukan tersebut didapatkan berdasarkan kebutuhan serta estetika dari pusat komunitas ini sendiri, berikut merupakan proses terbentuknya gubahan massa tersebut :
Analisa Orientasi Gubahan Massa Hasil Olahan Pribadi, 2014
(b)
(b) (a)
Gambar 12 Analisa Bentuk Gubahan Massa Sumber : Hasil Olahan Pribadi, 2014 Gambar 11 Analisa Bentuk Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Pribadi, 2014
5.
Analisa Vegetasi Pada pusat komunitas ini ruang terbuka dimanfaatkan sebagai penghijauan. Tanaman yang digunakan dapat berupa pepohonan atau bush, pepohonan tidak digunakan di seluruh bagian tapak karena pada beberapa ruang terbuka yang sempit justru akan menghalangi aliran angin. Dalam hal tersebut, pepohonan dapat digantikan vegetasi lainnya yang tidak terlalu tinggi namun tetap dapat mempersejuk. Vegetasi yang terdapat pada pusat komunitas berguna untuk menurunkan suhu di dalam ruang agar kenyamanan bagi penghuni dapat terpenuhi, karena vegetasi dapat menjadi buffer dari suhu yang tinggi dan dapat merubah kecepatan angin. Simulasi pada gambar menjelaskan bahwa dari ke empat alternatif gubahan massa, gambar (d) menjadi alternatif yang terbaik. Hal tersebut ditunjukkan dengan mengalirnya angin ke seluruh tapak dan paling sedikit menimbulkan turbulensi. Walaupun pada simulasi orientasi dan bentuk tapak menunjukkan bahwa alternatif (a) adalah yang terbaik, namun apabila diberikan pohon ternyata mempengaruhi aliran angin. Maka dari itu alternatif (d) lah yang dipilih untuk merancang pusat komunitas.Gambar 13 Analisa Vegetasi Sumber : Hasil Olahan Pribadi, 2014
(a) (b)
(c) (d)
Bagian tengah massa dibuat menjorok ke dalam karena bagian tersebut merupakan kamar mandi yang tidak butuh space besar.
Dua massa tersebut ditempel agar dapat memberikan lahan yang cukup untuk ruang terbuka (taman) di tengah tapak.
Massa yang memanjang diputar menjadi horizontal dan menempel dengan bangunan disebelahnya agar bagian depan tapak memperlihatkan fasad yang memanjang, selain itu agar angin yang berasal dari tenggara dapat ditangkap langsung oleh massa tersebut. Kemudian massa ditingkatkan menjadi dua lantai untuk membedakan fungsi servis.
Massa yang memanjang diputar menjadi horizontal agar massa tersebut yang berfungsi sebagai musholla dapat langsung mengarah ke kiblat sekaligus menjadi massa yang menjadi batasan tapak. Bentuk horizontal membuat ruang terbuka dikelilingi oleh seluruh massa.
Massa yang memanjang diputar menjadi horizontal agar dapat memperluas jarak antar bangunan sebelahnya
.
Massa ditingkatkan menjadi tiga karena kebutuhan dan melalui studi banding.Massa yang memanjang diputar menjadi horizontal agar dapat memperluas jarak antar bangunan sebelahnya. Massa ditingkatkan menjadi empat karena kebutuhan dan melalui studi banding. Massa dengan fungsi kantor ditingkatkan menjadi dua, lantai pertama difungsikan sebagai area pelayanan dan kantor yang dapat berhubungan dengan orang luar sedangkan lantai kedua menjadi area kantor yang privat.
Massa dengan fungsi ruang serbaguna pada bagian atasnya diletakkan lapangan olahraga untuk mengatasi permasalahan lahan yang sempit dan membutuhkan ruang bagi aliran angin.
Untuk pengoptimalan penghawaan alami pada ruangan, digunakan cross ventilation. Pada konsep cross ventilation harus memiliki inlet dan outlet. Sebaiknya outlet lebih besar dari bukaan inlet agar aliran udara dapat mengalir optimal. Penerapan cross ventilation yang digunakan pada bangunan salah satunya seperti gambar (a). Pada gambar diatas letak inlet dan outlet yang sejajar tidak mengoptimalkan perputaran udara pada ruangan. Maka salah satu penerapan cross ventilation yang dapat mengoptimalkan perputaran udara pada ruang yaitu seperti gambar (b). Pada gambar tersebut , bukaan ventilasi sudah cukup optimal karena aliran udara dapat mengalir di seluruh ruangan.
Jenis jendela pun menentukan pengoptimalan penghawaan alami, berikut merupakan beberapa simulasi yang menggambarkan optimalisasi jenis bukaan jendela :
Jenis jendela yang paling optimal dan akan digunakan pada bangunan ini yaitu jenis jendela pertama (side-hung) karena lebih optimal dalam mengalirkan angin ke dalam ruangan.
Faktor luasan bukaan pada sebuah ruangan juga dapat membantu dalam pengoptimalan penghawaan alami. Terdapat standar luasan bukaan yang ditetapkan oleh “SNI Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung”, jendela, bukaan, pintu dan sarana lainnya dengan luas ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas lantai dari ruangan yang diventilasi. Berikut perhitungan luasan minimal ventilasi ruangnya :
Tabel 3 Perhitungan Luas Bukaan
Luas Bukaan (m2) (5% x Luas ruang)
R. Tunggu & pelayanan 18 0.9
R. Kepala P.Komunitas 18 0.9 R. Kepala Seksi 9 0.45 R. Kerja Staf 54 2.7 R. Rapat 27 1.35 R. Tamu 9 0.45 Ruang Bendahara 9 0.45
Ruang Tata Usaha 18 0.9
R. Pendataan 9 0.45
Dapur/pantri 18 0.9
R. dokter 15.5 0.775
Ruang psikolog 9 0.45
Poliklinik 36 1.8
Asrama wanita (kamar) 14 0.7
Ruangan Luas Ruang (m2)
PUBLIK KANTOR
PELAYANAN TEKNIS
Gambar 14 Cross Ventilation Sumber : Hasil Olahan Pribadi, 2014
Gambar 15 Jenis Bukaan Jendela
Sumber : Hasil Olahan Pribadi, 2014 dan masontech.indonetwork.co.id ,diakses tanggal 20 April 2014
(a) (b)
side-hung top-hung bottom-hung
Desain Site plan
Gambar 16 Site plan Sumber: Hasil olahan pribadi, 2014
Site plan didesain mengikuti orientasi bentuk tapak dan bangunan sekitar berdasarkan hasil analisa flow design.
SIMPULAN DAN SARAN
SimpulanPada perancangan bangunan terdapat beberapa faktor yang harus di analisa, yaitu analisa manusia sebagai pengguna, analisa lingkungan yang merupakan lokasi bangunan yang akan di rancang serta lingkungan sekitarnya, dan analisis bangunan tersebut. Selain itu adanya faktor pemanasan global menuntut bangunan untuk menjadi bangunan yang sustainable. Perancangan Pusat Komunitas ini menitikberatkan pada unsur penghawaan alami dimana biasanya penghawaan buatan menghabiskan 60-70% energi dalam bangunan. Dengan memanfaatkan penghawaan alami, bangunan akan menjadi lebih hemat energi dan secara tidak langsung dapat mengurangi biaya operasional bangunan. Selain itu, penghawaan alami juga dapat mempengaruhi kesehatan bagi pengguna bangunan. Penghawaan alami diterapkan dalam perancangan melalui bentuk bangunan, besaran bukaan, dan orientasi bangunan. Bentuk bangunan itu sendiri dapat dihasilkan melalui analisa manusia, lingkungan, dan bangunan. Analisa manusia dapat menghasilkan data berupa kebutuhan ruang, luasan ruang, serta hubungan ruang yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan zoning bangunan secara horizontal maupun vertikal.
Analisa lingkungan dilakukan untuk mendapatkan bentuk massa bangunan yang sesuai dengan faktor matahari, angin, lingkungan sekitar, kebisingan, sirkulasi, view & orientasi bangunan. Sedangkan analisa bangunan menggabungkan analisa manusia dengan analisa lingkungan sehingga menghasilkan gubahan massa rancangan. Analisa manusia dilakukan untuk mendapatkan kebutuhan ruang beserta luasannya, berdasarkan analisa yang telah dilakukan, maka kebutuhan ruang yang terdapat di pusat komunitas terbagi menjadi beberapa area, yaitu :
- Publik : Ruang pelayanan dan ruang tunggu.
- Kantor : Ruang kepala pusat komunitas, ruang kepala seksi, ruang kerja staf, ruang rapat, ruang tamu, ruang bendahara, ruang tata usaha, ruang pendataan, dan pantri.
- Ruang pelayanan teknis : Ruang dokter, ruang psikolog, poliklinik, asrama, aula ruang makan, dan musholla.
- Ruang servis : Kamar pramu, KM pramu, gudang, dapur utama, gudang makanan, dan ruang cuci. Analisa bangunan diterapkan untuk mendapatkan zoning serta bentukan massa bangunan. Zoning secara vertikal maupun horizontal telah dilakukan pada analisis zoning, kemudian dilakukan analisis terhadap penghawaan alami yang diterapkan dengan perancangan pasif. Perancangan pasif yang diterapkan pada pusat komunitas ini yaitu bentuk massa bangunan, orientasi gubahan massa, penghawaan silang, bukaan, dan vegetasi. Berdasarkan hasil ketiga analisis diatas, dihasilkan gubahan massa pengoptimalan penghawaan alami pada pusat komunitas seperti berikut :
Gambar 17 Simpulan Hasil Penelitian
Sumber: Hasil olahan pribadi, 2014 dan masontech.indonetwork.co.id ,diakses tanggal 20 April 2014 Perhitungan luas bukaan yang ditetapkan oleh “SNI Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung”, jendela, bukaan, pintu dan sarana lainnya dengan luas ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas lantai dari ruangan yang diventilasi.
Saran
Para pembaca yang ingin melakukan metode penghawaan alami pada bangunan, dapat menggunakan software yang lebih mendalam agar lebih detail dalam menganalisa, serta memiliki banyak alternatif massa bangunan. Hal tersebut dapat dilakukan untuk memberikan kekuatan dalam pemilihan bentuk maupun orientasi massa bangunan, serta langkah-langkah yang diambil untuk mengoptimalisasikan penghawaan alami.
REFERENSI
Arsitektur Tropis. Penghawaan di Dalam Bangunan, diakses tanggal 25 Maret 2014 dari http://kk.mercubuana.ac.id/elearning/files_modul/12036-10-975287189470.pdf
Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Selatan. (2013). Pasar Minggu Dalam Angka 2013 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2013). Jakarta Dalam Angka 2013
Badan Standardisasi Nasional. (2001). Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung
Connellan, K. , Gaardboe, M. , Riggs, D. , Due, C. , Reinschmidt, A. , Mustillo, L. (2013). Stressed Spaces: Mental Health and Architecture. Health Environments Research & Design Journal. 6(4): 127-168
Dinas Tata Kota Jakarta. (2013). Peta Rencana Kota Jakarta, diakses tanggal 4 April 2014 dari : www.tatakota-jakartaku.net
Huruswati, I. (2012). Panti Sosial Bina Remaja Naibonat : Tantangan Pendidikan Masa Depan. Jurnal Sosiokonsepsia. 17(3)
Masontech Indonesia. Jendela Swing UPVC, diakses tanggal 20 April 2014 dari http://masontech.indonetwork.co.id/1362265/jendela-swing-upvc.htm
RIWAYAT PENULIS
Kezia Nathania lahir di kota Jakarta pada 14 Agustus 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang arsitektur pada 2014.