• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebermaknaan Evaluasi Program Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kebermaknaan Evaluasi Program Pendidikan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Kebermaknaan Evaluasi Program Pendidikan

Marni Serepinah

E-mail: marni.serepinah@bpkpenabur.or.id SDK 4 BPK PENABUR Jakarta

Abstrak

etiap program, khususnya dalam pendidikan, dikatakan lengkap apabila disertai dengan evaluasi sebagai kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari program itu. Evaluasi program perlu dilakukan secara objektif dan mendasar sehingga bermakna dan merupakan bentuk pertanggungjawaban. Akan tetapi, dalam kenyataannya terdapat program pendidikan yang mengalami perubahan, dihentikan, atau dikembangkan tanpa melalui evaluasi formatif atau sumatif sebagai dasar pengambilan keputusan. Tulisan ini mengkaji kebermaknaan evaluasi program pendidikan serta berbagai aspek penting yang perlu diperhatikan. Disimpulkan, betapa pentingnya makna hasil evaluasi program untuk menentukan kelanjutan suatu program. Setelah melalui pembahasan, tulisan ini memberikan saran agar dalam melakukan evaluasi program hendaknya memenuhi prinsip dan kriteria evaluasi, memilih model evaluasi yang sesuai, dan melakukan evaluasi itu secara tepat.

Kata-kata kunci: Kebermaknaan, prinsip evaluasi, evaluasi program, pengambilan keputusan. Significance of Education Program Evaluation

Abstract

Any program particularly in education can be regarded complete if an objective and fundamental evaluation has been conducted on its implementation. The evaluation should also have significance for the attainment of the program objectives and accountability. However, in fact a number of education programs are changed, discontinued, or developed without any formative or summative evaluation, which attract criticism from the program environment. This article discusses some problems related to the program evaluation in education. It concludes the importance of the evaluation program to provide the decision maker to make accurate decisions particularly for education program. In conducting an evaluation, the article suggests to refer to the evaluation principles, meet the predetermined evaluation criteria, choose the appropriate evaluation model based on the relevant approach, and conduct the evaluation properly.

Key words: Significance, program evaluation, evaluation principles, decision making.

(2)

Pendahuluan

Salah satu berita Online detik.com, pada tanggal 23 Februari 2013, menyajikan informasi seputar akan diberlakukannya Kurikulum 2013 dalam dunia pendidikan di Indonesia, yang akan berdampak pada keberlangsungan Ujian Nasional (UN). Dengan merujuk pada ucapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, berita itu mengemukakan bahwa hasil evaluasi yang masih dilakukan akan menentukan UN dihapuskan atau diubah.

Merujuk pada kelanjutan UN itu, terlihat betapa pentingnya evaluasi dalam pengambilan keputusan oleh Pemerintah. Peristiwa lain yang tak kalah mengejutkan berbagai pihak, adalah keputusan Mahkamah Konstitusi pada awal Januari 2013 lalu, mengenai penghapusan sistem Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Meskipun penghapusan tersebut dilakukan masih sebatas penghapusan nama dan kegiatan proses belajar-mengajar dengan sistem pembelajaran RSBI tetap dilaksanakan sampai akhir semester 2013.

Kedua contoh yang bersekala nasional itu terjadi, tentunya tidak serta merta hanya keputusan tanpa pertimbangan yang matang tetapi di sinilah letak kebermaknaan suatu evaluasi program. Rekomendasi hasil evaluasi untuk pengambilan keputusan dihapusnya program tersebut karena tidak sesuai dengan konstitusi. Beberapa hal yang menjadi pertim-bangan lain adalah biaya yang mahal mengakibatkan diskriminasi pendidikan. Selain itu, pembedaan antara RSBI-SBI dan non-RSBI-SBI menimbulkan kastanisasi dalam bidang pendidikan. Di samping itu penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam tiap mata pelajaran di sekolah RSBI-SBI juga dianggap dapat mengikis jati diri bangsa dan melunturkan kebanggaan generasi muda terhadap penggunaan serta pelestarian bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa. Hal inilah yang tentunya menjadi dasar pengambil-an keputuspengambil-an penghapuspengambil-an program RSBI.

Berbagai topik/program pendidikan, seperti contoh program di atas, membutuhkan evaluasi agar Pemerintah pun tidak gegabah dalam pengambilan keputusan. Hasil evaluasi

akan menentukan keberlangsungan suatu program. Kebutuhan akan pentingnya evaluasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pengambilan keputusan akhir. Selain contoh di atas,beberapa contoh yang dapat dijadikan objek evaluasi berdasarkan identifikasi program: Program Akselerasi, Program Bilingual Class, Program Briliant Class, Kegiatan Ekskur, Masa Orientasi Siswa (MOS), Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kristiani ( PKBN2K), Olimpiade Sains Nasional (OSN), Program Studi Banding Antar Sekolah di Dalam dan Luar Negeri, Penerimaan Peserta Didik Baru, Ujian Nasional, Native Speaker/Ekspatriat, Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan TK/PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini), Program Full Day School, Pendidikan Inklusif, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP), Pendidikan Sistem Ganda, Program Pendidikan Dan Pelatihan Guru (P3G), Boarding School, Pend. Lima Hari, Keaksaraan, Kesetaraan, Home Schooling, Pendidikan Gratis, Subsidi Pendidikan, Subsidi Silang, Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), Festival & Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), Bimbingan Konseling, Kuliah Kerja Nyata (KKN), PPL ( Program Pengenalan Lapangan), dan lain-lain.

Evaluasi sangat dibutuhkan terutama dalam memaparkan secara sistematis dan detail, untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu program pendidikan itu telah berjalan. Berikut ada empat faktor pendorong atau kecenderung-an ykecenderung-ang menyebabkkecenderung-an evaluasi dibutuhkkecenderung-an. 1. Akuntabilitas, merujuk pada justifikasi

untuk pencapaian hasil yang realistis suatu program.

2. Pelaporan perihal dana. Jika suatu program akan dipertanggungjawabkan, tentu dibutuhkan rincian secara detail pengguna-an dpengguna-anpengguna-anya secara trpengguna-ansparpengguna-an.

3. Kegiatan untuk mengetahui sampai sejauh mana performa dan hasil kerja yang sedang atau telah dilakukan baik dalam tahap proses, hasil, dan dampak.

4. Pengambilan keputusan suatu program pendidikan. Untuk memutuskan apakah program dapat terus dilaksanakan, direvisi dan dikembangkan, atau dihentikan.

(3)

Alasan di atas menjadi penting dan mempunyai makna yang mendalam untuk digeneralisasikan bahwa setiap program perlu untuk dievaluasi. Namun sebelum kita mema-hami lebih lanjut esensi kebermaknaan suatu evaluasi, pemahaman tentang konsep evaluasi program dalam dunia pendidikan menjadi dasar utama dan penting untuk dipahami. Pertanya-an selPertanya-anjutnya Pertanya-antara lain, mengapa evaluasi program pendidikan harus bermakna? Bagai-mana agar keputusan hasil evaluasi tersebut bermakna? Bagaimana mengevaluasi suatu program secara tepat sasaran? Serta keputusan apa saja yang bisa didukung oleh hasil evaluasi? Sejumlah pertanyaan tersebut menjadi dasar pemikiran yang coba diangkat dalam tulisan ini, sehingga kebermaknaan evaluasi program pendidikan mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan lengkap, dengan tujuan mengkaji lebih detail tentang konsep evaluasi program dan kebermaknaan dari evaluasi program terutama dalam dunia pendidikan.

Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pendidik dan tenaga kependidikan serta berbagai pihak yang terkait dalam pengambilan keputusan di dunia pendidikan untuk berbagai keperluan, terutama dalam hal mengevaluasi suatu program pendidikan.

Kajian Teoritis

Konsep Evaluasi Program

Sebelum membahas tentang evaluasi program lebih lanjut, perlu dipahami terlebih dahulu pengertian dasar tentang “program”. Arikunto dan Safruddin (2010: 3-4) menyebutkan dua

pengertian program, secara umum dan khusus. Pengertian program secara umum adalah rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan. Sedangkan pengertian secara khusus, adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan waktu dan pelaksanaannya biasanya membutuhkan waktu yang panjang. Program juga merupakan rangkaian kegiatan yang membentuk satu sistem yang saling terkait satu dengan lainnya dengan melibatkan lebih dari satu orang untuk melaksanakannya. Menurut Isaac dan Michael dalam Muzayanah (2011:17), sebuah program harus diakhiri dengan evaluasi untuk melihat apakah program tersebut berhasil menjalankan fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Secara umum evaluasi merupakan proses mengumpulkan informasi mengenai suatu objek, memberi nilai suatu objek, dan membanding-kannya dengan kriteria, standar, dan indikator, yang dapat digambarkan sebagai berikut .

Dengan pemahaman di atas, maka evaluasi program adalah suatu proses dalam menetapkan secara sistematis tentang suatu nilai, tujuan, efektivitas, atau kecocokan sesuatu, sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang diobservasi dengan menggunakan standar tertentu yang telah distandarkan (dibakukan) seperti tergambar di atas. Standar yang digunakan merupakan standar yang memenuhi kriteria bahwa hasil dari evaluasi tersebut memenuhi prinsip validitas, reliabilitas, kontinuitas, dan Gambar : Objek, kriteria, hasil dan kebermaknaan evaluasi

Dibanding kan Objek Evaluasi : Program Kriteria Standar Indikator Hasil Evaluasi program : Berisi informasi tentang objek dalam kaitannya dengan kriteria, standar, dan indikator Kebermaknaan: Pengambilan keputusan mengenai objek evaluasi

(4)

komprehensif, sehingga informasi yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai bahan pengambilan keputusan dengan benar dan bijak.

Tujuan Evaluasi Program Pendidikan

Tujuan evaluasi program pendidikan adalah untuk memperoleh informasi akurat dan objektif tentang suatu program, serta mengetahui penca-paian tujuan program dengan langkah meng-analisis sampai sejauh mana keterlaksanaan kegiatan program. Hal ini didukung oleh Wirawan (2011: 22) bahwa tujuan evaluasi program pendidikan adalah sebagai berikut. 1. Bertujuan untuk mengetahui pencapaian

tujuan dari suatu program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program, untuk memahami sejauh kompo-nen dan sub kompokompo-nen terlaksana atau belum terlaksanan dan apa penyebabnya. 2. Menyediakan data dan informasi serta

rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision maker) untuk memutuskan kelanjutan, perbaikan, atau menghentikan sebuah program terutama dalam dunia pendidikan.

3. Menilai kualitas (merit) – baik- buruknya atau tinggi - rendahnya kualitas program dan kinerja program dalam kaitannya dengan suatu tujuan atau standar tertentu. 4. Menentukan ukuran kinerja dan

keterca-paian materi serta program pendidikan. 5. Penentuan akuntabilitas suatu program. 6. Menentukan dasar, arah, strategi, dan

keefektivitasan program pendidikan, sehingga keputusan dan kebijakan yang diambil membawa efektivitas yang efisien. 7. Melakukan dan memenuhi kebutuhan

akreditasi sekolah.

8. Mengevaluasi kurikulum yang sedang berlaku maupun yang telah usai diberlaku-kan.

9. Menjawab dan mempertanggung jawabkan pengeluaran dana (BOS) yang telah disalur-kan ke sekolah- sekolah.

10. Melakukan penilaian terhadap hasil prestasi siswa.

Prinsip Evaluasi Program Pendidikan

Evaluasi program pendidikan, mempunyai beberapa prinsip utama yang dapat dijadikan

panduan dalam melaksanakan evaluasi. Pertama, peneliti harus berfikir secara sistematis, yaitu memandang program pendidikan yang diteliti sebagai satu kesatuan, yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan satu dengan lainnya dalam menunjang kinerja dari objek yang dievaluasi. Kedua, menggunakan standar, kriteria, tolok ukur, dan uji validitas dalam mengkaji dan menganalisis data yang diperoleh untuk mengambil kesimpulan. Ketiga, berdasarkan hasil penelitian disusun sebuah rekomendasi secara rinci, akurat, dan dipertang-gungjawabkan, sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat. Apabila prinsip dari evaluasi suatu program telah terpenuhi dan telah dilaksanakan, maka hasil evaluasi program pendidikan tersebut, dapat dijadikan dasar dan rujukan utama setiap pengambilan keputusan, sehingga berbagai program dikatakan telah mencapai tujuan sesuai dengan yang ditetap-kan. Akan tetapi, apabila evaluasi program yang dilakukan tidak memenuhi prinsip di atas, maka berbagai program dapat dikatakan tidak dievaluasi sesuai standar dan kriteria. Dengan demikian suatu program dapat dikatakan tidak terlaksana dengan baik karena tidak dievaluasi secara sistematis. Isu-isu tentang gagalnya suatu mega proyek, penutupan suatu sekolah, dan maraknya korupsi merupakan salah satu dari rentetan panjang, betapa pentingnya suatu program dikontrol dan dievaluasi .

Fokus Evaluasi Program Pendidikan

Memfokuskan evaluasi suatu program pendidikan, berarti menentukan secara spesifik, apa dan bagaimana evaluasi akan dilaksanakan, memfokuskannya hanya pada beberapa variabel penting yang mencakup (1) objek yang dievaluasi, faktor yang menjadi penentu suatu objek adalah evaluasi menjawab permasalahan apa, mengapa program diadakan, apa tujuannya, dan siapa yang dilayani, (2) mengidentifikasi dan mempertimbangkan tujuan evaluasi,kriteria yang ditetapkan, jelas, berguna, manusiawi, kompatible, dan berharga, (3) mengidentifikasi audiens, agar diketahui siapa yang akan dipengaruhi dan terlibat dalam evaluasi, serta siapa yang akan menggunakan hasil evaluasi itu, (4) mengidentifikasi pertanyaan/masalah evaluasi, dengan menentukan pertanyaan yang

(5)

krusial/penting, dan (5) menentukan apakah evaluasi berpotensi untuk sukses, dalam artian benar-benar memiliki kebermaknaan yang tinggi, karena tidak semua evaluasi berpotensi untuk sukses. Mungkin saja hal itu terjadi karena adanya kepentingan berbagai pihak sehingga rekomendasi yang diberikan tidak lagi kompatible dan memiliki kebermaknaan yang tinggi. Fokus evaluasi tersebut tentunya menjadi tahapan utama dalam mengevaluasi program. Langkah Evaluasi Program Pendidikan Evaluasi diawali dengan mengaitkan program evaluasi itu sendiri dan pelaksana( orang yang dievaluasi). Rangkaian dan urutan logis langkah evaluasi menurut Muzayanah (2011:17), adalah sebagai berikut.

1. Memilih kriteria kelayakan yang tepat , agar memperoleh pertimbangan yang baik dalam tahapan evaluasi.

2. Menetapkan standar kinerja pada kriteria yang ditetapkan.

3. Mengumpulkan semua data kinerja dari subjek yang dievaluasi atas dasar kriteria yang berhubungan dengan standarnya. 4. Mengintegrasikan hasil ke dalam

pertim-bangan nilai akhir ( final value judgement) Langkah di atas, menjadi tahapan kerja yang akhirnya bermuara pada hasil evaluasi berupa rekomendasi dan pengambilan keputusan. Fungsi dan Kebermaknaan Evaluasi Program Pendidikan

Evaluasi dilaksanakan untuk melayani upaya pengambilan keputusan. Pengambil keputusan tidak saja perencana dan administrator proyek, namun mencakup kelompok lainnya yang terlibat dalam lingkup kegiatan program. Evaluasi program, utamanya program pendidikan, dilakukan dengan objek lembaga pendidikan secara keseluruhan.

Hasil keputusan evaluasi dari suatu program pendidikan menurut Arikunto dan Safruddin (2010: 22) antara lain sebagai berikut. 1. Apabila program dipandang tidak bermanfaat dan tidak dapat terlaksana sebagaimana tujuan awal diadakannya program, maka keputusan untuk menghen-tikan program merupakan keputusan yang final yang dapat dilakukan.

2. Apabila pendekatan, teori, atau terdapat beberapa bagian yang kurang sesuai dan tidak berjalan sebagaimana yang diharap-kan, maka keputusan untuk merevisi program merupakan keputusan akhir. 3. Apabila hasil evaluasi menunjukkan

keterlaksanaan program berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat, maka keputusan untuk melanjutkan program merupakan keputusan akhir.

4. Apabila program yang telah dilaksanakan dan berhasil dengan baik, dan dapat diterapkan lagi pada waktu dan tempat yang berbeda, maka mempublikasikan lebih lanjut merupakan keputusan akhir. Fungsi dan kebermaknaan evaluasi, dapat kita tentukan berdasarkan audiens hasil evalua-si tersebut, audiens yang menggunakan haevalua-sil evaluasi menurut Tayibnapis (2008:10) terdiri dari:

1. Pihak-pihak yang memiliki peluang terbesar untuk dapat memanfaatkan hasil modifikasi program atau lingkungan tempat dilaksanakannya program tersebut. 2. Pihak-pihak yang terlibat dan sangat

membutuhkan hasil evaluasi dengan tujuan untuk mengkonfirmasi respon atas keterlaksanaan program tersebut. Sponsor, perencana, dan administrator program seringkali merupakan audiensi yang terpenting dari hasil kajian evaluasi. Pihak lainnya yang memiliki perhatian besar pada program, juga dapat mengorientasikan sendiri keputusannya; Apakah terus berparti-sipasi dalam kegiatan program atau hanya mengambil dan menerapkan sebagian program untuk kepentingan mereka sendiri.

Dari uraian di atas, hasil evaluasi adalah sebuah rekomendasi dari evaluator untuk peng-ambilan keputusan (decision making). Hasil eva-luasi yang dapat mendukung pengambilan keputusan memenuhi kriteria interpretasi yaitu: 1. Merumuskan dan menjelaskan interpretasi konteksnya, dan memberikan kepastian atau tidak berdasarkan ketercapaian tujuan. 2. Menjamin norma dan referensi yang tepat

untuk pengambilan keputusan.

3. Menyatakan dan memberikan hasil yang rasional berdasarkan data analisis.

(6)

4. Menggunakan rangkuman dan teknik interpretasi yang holistik dan tepat. 5. Memberikan penjelasan alternatif dan

intepretasi tertentu, pada bagian-bagian yang diperlukan.

6. Menyatakan batasan dan memberikan keterangan yang jelas hasil evaluasi.

Model, Pendekatan, dan Komponen

Standar Evaluasi Program

Pendidikan

Untuk menjamin kebermaknaannya sebuah evaluasi program, harus tepat model, pendekat-an, serta memenuhi komponen standar. Berba-gai Model Evaluasi yang banyak digunakan sebagai strategi dan dasar yang dipakai dalam pelaksanaan evaluasi program antara lain : 1. Model Evaluasi berorientasi pada

keterca-paian tujuan program

Model ini antara lain untuk mengevaluasi sejauh mana tujuan dari suatu program terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. Tujuan yang akan dicapai, pengaruh, dan akhir dari yang akan dicapai. Contoh: Dalam Wirawan (2011:81) Model Evaluasi Goal Oriented, dalam program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang bertujuan menciptakan sekolah gratis, jika BOS dievaluasi maka yang diukur adalah ketercapaian BOS untuk menciptakan sekolah gratis di seluruh Indonesia.

2. Model Evaluasi berorientasi pada keputusan

Evaluasi pada model ini, mengutamakan deskripsi program yang berjalan dan pertimbangan utama yang mengacu pada standar yang diberlakukan. Contoh: Countence Evaluation Model dan Model Eva-luasi Formatif dan Sumatif. Dalam Wirawan (2011:87), program pemberantasan buta huruf tahun 2009 direncanakan telah usai, namun program tersebut baru mencapai target 50%, sehingga termin berikutnya yang merupakan tahapan selanjutnya jadi terhambat. Keputusan untuk memperbaiki target menjadi keputusan utama untuk pelaksanaan termin berikutnya.

3. Model Evaluasi berorientasi pada aktivitas dan orang-orang yang menanganinya Model ini, menerapkan per bagian dari keseluruhan aktivitas yang telah berjalan. Contoh : Menurut Arikunto dan Safruddin (2010:87) antara lain; Model Evaluasi CIPP (Context,Input,Process,Product) CIRO (Context,Input,Reaction, Outcome), Client Center Evaluation, CSE-UCLA (Center for the Study of Evaluation-University of California in Los Angeles).

4. Model Evaluasi pada pengaruh dan dampak program

Model ini mengutamakan Evaluasi tentang pengaruh dan akibat dari adanya program. Contoh : Menurut Tayibnapis (2008: 34) Goal Free Oriented, Model Adversary.

5. Model Evaluasi Sistem Analisis

Model ini dikenal juga dengan management Evaluation program, mengevaluasi suatu bagian dari program dengan sedetail mungkin. Contoh: Dalam Wirawan (2011: 107) Evaluasi masukan (yaitu input ) saja yang diutamakan.

Dewasa ini, dengan banyaknya penelitian dan penemuan berbagai model Evaluasi, maka muncul model- model lainnya yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi serta kebutuhan dari suatu program antara lain :

1. Model Evaluasi Kirkpatrick, dikembangkan oleh Kirkpatrick

2. Logic Model, dikembangkan oleh Ladewig, 1998

3. Responsive Illuminatif Penerangan, dikembangkan oleh Parlett dan Hamilton 4. MAUT (Multiatribut Utility Method),

dikembangkan oleh Dyer, Fishburn, Steuer, Wallenius & Zionts, 1992).

5. ADDIE (Analysis, Design, Development, Implement, Evaluation), dikembangkan oleh Dick & Carey

6. AKIP ( Akuntabilitas, Kinerja Instansi Pemerintah) dan LAKIP, Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999

7. CIRO ( Model Evaluasi yang digunakan dalam pelatihan), Warr, Bird, and Rackham (1979)

8. Model Evaluasi Benchmarking dikembang-kan dalam Watson, 1994

(7)

9. Model EKOP (Evaluasi Kualitas dan Output Pembelajaran), dimodifikasi oleh Kirkpatrick

10. Theory-driven Evaluation Model, dikembang-kan oleh Huey Tsyh Chen

11. Model Brinkerhoff, dikembangkan oleh Brinkerhoff

12. Model Evaluasi Semu, dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebeam (1999)

Selain pemilihan model evaluasi yang tepat, perlu ditentukan juga pendekatan yang tepat. Bentuk-bentuk pendekatan evaluasi yang biasa digunakan menurut pendapat Tayibnapis (2008: 22) antara lain:

1. Pendekatan Preordinate: Evaluator menetap-kan kriteria sebelum terjun ke lapangan, pengembangan kriteria berdasarkan teori atau ukuran baku dan standar tertentu. 2. Pendekatan Fidelity: Evaluator menetapkan

kriteria berdasarkan pengembangan dan analisis dari objek yang akan dievaluasi, mempelajari dengan detail objek secara menyeluruh.

3. Pendekatan Gabungan: Pendekatan ini merupakan gabungan dari cara Preodinate dan Fidelity.

4. Pendekatan Proses: Penekanannya pada saat kriteria, kebutuhan, dan data evaluasi dikembangkan pada saat dan selama evaluator berada di lapangan.

Berbagai pendekatan dan model evaluasi , tentunya tidak begitu saja digunakan oleh evaluator dalam menilai suatu program, semuanya bermuara pada tujuan evaluasi yang ditetapkan, serta tidak terpaku pada satu model saja, dapat juga digabungkan menjadi beberapa model evaluasi.

Menurut Tayibnapis (2008:22), Committee on Standard for Educational Evaluation mengembang-kan standar yang digunamengembang-kan dalam evaluasi program pendidikan Standar tersebut, menjadi acuan penting dalam mengevaluasi suatu program pendidikan. Standar diharapkan menjadi tolok ukur keberhasilan evaluasi suatu program. Standar yang ditetapkan Committee on Standard for Educational Evaluation1 meliputi komponen sebagai berikut.

1. Utility Standard

Berkenaan dengan kegunaan dan keber-manfaatan serta kepraktisan , sehingga

evaluasi menjadi jelas, tepat waktu, dan menjadi lebih jelas.

2. Feasibility Standard

Berkenaan dengan masalah biaya, bersifat realistik, bijaksana, diplomatis, prosedurnya praktis, dan keuangan dikelola dengan baik serta biaya yang dikeluarkan efisien. 3. Propriety Standard

Berkenaan dengan etika, evaluasi bertang-gung jawab secara legal dan etis, tidak melanggar hukum.

4. Accuracy Standar

Berkenaan dengan standar kecermatan, ketelitian, dan ketepatan. Evaluasi terhadap standar ini menunjukkan apakah mengha-silkan pengetahuan yang valid dan reliable, komprehensif serta logis tentang evaluasi dan objek yang sedang direview.

Contoh Implementasi Evaluasi Program Pendidikan

Berikut ini disajikan contoh implementasi suatu evaluasi workshop atau pelatihan yang bertujuan meningkatkan dan memperbarui kecakapan dan kinerja guru. Menurut pendapat Mutrofin (2010: 21), tahapan kerja evaluator dimulai dengan melakukan pertanyaan: 1. Mengapa melakukan Evaluasi?

Pertanyaan ini, mengandung makna, bahwa evaluasi yang direncanakan dapat memberi informasi yang berguna kepada pemberi dana, penyelenggara, sponsor, instruktur, dan peserta.

Hal di atas dipertanyakan sebagai landasan untuk pengambilan keputusan rasional yang terkait dengan pendanaan dan sponsorship.

2. Apakah manfaat Evaluasi itu?

Mengevaluasi pelatihan, berarti mengum-pulkan, mengorganisasi, menganalisis, dan melaporkan data mengenai sejumlah aspek program dan dampaknya bagi peserta. 3. Apa yang harus kita rencanakan dalam

melaksanakan Evaluasi?

Evaluasi yang efektif tidak terjadi dengan begitu saja, perencanaan program pelatih-an ypelatih-ang cermat, dimulai dengpelatih-an merenca-nakan secara matang apa yang ingin dicapai oleh program itu, dan kemampuan apa yang diharapkan dari para peserta

(8)

sebagai hasil dari kegiatan pelatihan yang diselengga-rakan.

4. Kapan kita akan melakukan Evaluasi? Banyak orang menganggap evaluasi sebagai upaya mengisi kuesioner di akhir workshop atau pelatihan. Hal ini tidak tepat. Sebaiknya evaluasi dilakukan pada waktu berikut.

a. Selama program berlangsung ( evalusi formatif)

Indikasi yang dapat dilakukan, staf evaluator menyiapkan kartu berisi pernyataan tentang tujuan pelatihan workshop, manakala peserta telah mencapai sasaran atau tujuan, maka coretlah tujuan yang telah tercapai pada kartu peserta, kemudian di tengah berlangsungnya program, berikan kuesioner untuk menilai tingkat efektivitas pengajaran, rencana operasi-onal secara rinci, dan interaksi sosial dalam workshop/pelatihan. Evaluator dapat mengadakan perubahan pada program yang diperlukan, apabila kuesioner diberikan di tengah-tengah proses pelaksanaan workshop atau kursus. Terutama untuk program yang jangka waktunya panjang, hal ini dapat dilaksanakan dengan efektif.

b. Pada akhir program atau pada akhir dari bagian khusus suatu program (evaluasi sumatif)

Evaluasi dapat dilakukan di akhir pengajaran, untuk mengukur keselu-ruhan efektivitas program dan menilai seberapa baik workshop dalam memenuhi setiap tujuan program. c. Pada saat beberapa waktu, setelah lewat

pelaksanaan program ( evaluasi tindak lanjut)

Tahap evaluasi di sini dimaksudkan sebagai tindak lanjut, bertujuan untuk meningkatkan kegunaannya (Utility) di masa yang akan datang serta menun-jukkan akuntabilitas lebih lanjut terhadap penyelenggara dan sponsor (pemberi dana).

Setelah menjawab pertanyaan di atas, tahap selanjutnya evaluator menentukan hal-hal berikut.

1. Menentukan model atau pendekatan yang akan digunakan.

2. Menentukan keputusan kriteria apa yang akan dievaluasi.

3. Membuat rancangan Evaluasi/desain teknis Evaluasi.

Setelah menentukan model, kriteria, dan rancangan evaluasi, maka evaluator melakukan: 1. Pengambilan sampel.

2. Mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh.

3. Menafsirkan informasi Evaluasi. 4. Membuat keputusan hasil Evaluasi. 5. Rekomendasi hasil Evaluasi.

Setiap rekomendasi, hendaknya memper-hatikan beberapa hal berikut.

1. Kesimpulan dan rekomendasi harus mampu menjawab tujuan riset evaluasi seperti yang telah disepakati semula.

2. Gunakan skala prioritas rekomendasi yang paling baik, cukup baik, atau kurang baik, jika menggunakan beberapa alternatif yang dapat direkomendasikan.

3. Setiap rekomendasi harus operasional dan rekomendasi akan lebih baik, jka diikuti dengan model aplikasi yang dapat diterap-kan.

4. Tidak merubah kesimpulan dan rekomen-dasi jika tidak didasarkan pada hasil riset yang dilakukan.

Hal penting yang juga perlu diperhatikan dan diperhitungkan dalam implementasi evaluasi adalah keakuratan, keajegan, dan keobjektifitasan informasi tentang program pendidikan yang dievaluasi. Ini penting untuk menghasilkan keputusan akhir yang reliable dan valid.

Simpulan

Kesimpulan

Keterlaksanaan suatu program pendidikan, tidak terlepas dari tahapan evaluasi. Evaluasi dilakukan, baik pada saat program tersebut sedang berjalan, maupun pada saat program telah selesai dilaksanakan. Pada tahap inilah hasil keputusan evaluasi menjadi bagian terpenting dan sangat bermakna untuk pengambilan keputusan suatu program pendidikan oleh pemangku kebijakan. Agar

(9)

kebermaknaannya tinggi, maka evaluasi suatu program pendidikan harus memenuhi prinsip dan kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan pemilihan model, pendekatan yang tepat, dan memenuhi komponen standar yang baku serta akurat, handal, dan relevan. Dengan demikian, informasi yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai bahan pengambilan keputusan dengan benar dan bijak, apakah program pendidikan itu perlu dilanjutkan, direvisi dan dikembangkan, atau dihentikan. Setiap keputusan yang diambil oleh para pengambil keputusan berdasarkan hasil evaluasi dari evaluator menjadi masukan, mitra, dan kajian yang bermakna bagi keterlanjutannya suatu program pendidikan.

Saran

Untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi suatu program, hendaknya selalu dilakukan evaluasi formatif dan sumatif program. Hasil evaluasi itu dijadikan informasi dalam pengambilan keputusan tentang tindakan lebih lanjut atas program itu.

Oleh karena terdapat berbagai model evaluasi, pemilihan model evaluasi hendaknya didasarkan pada tujuan evaluasi dan bentuk program sehingga informasi yang diperoleh dari hasil evaluasi dapat dipergunakan secara tepat untuk pengambilan keputusa.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi & Safruddin Cepi. (2010). Evaluasi program pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Detik Online http://detik.com (diakses 23 Februari 2013)

Hadi, Samsul.(2011). Metode riset evaluasi. Yogyakarta: Lakbang Grafika

Iskandar, Ariadi. (2011). Evaluasi program Madrasah Aliyah keterampilan di MAN Purwokerto. Tesis, tidak dipublikasikan Kompas Online. http://edukasi.kompas.

com (diakses 12 April 2013)

Muzayanah.( 2011). Evaluasi program pendidikan. Jakarta: Pasca Sarjana UNJ

Mutrofin. (2010). Evaluasi program teks pilihan untuk pemula. Jawa Timur: Laksbang Republika Online http://www.republika.co.id

(diakses 12 April 2013)

Roswati. Evaluasi program/proyek (Pengertian, fungsi, jenis, dan format usulan)”, Jurnal Pendidikan PENABUR, No.11, Desember 2008, hal.68

Sudjana, Djudju.(2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya

Subianti, Achmad. (2004). Proses evaluasi pendidikan menuju Indonesia yang adil-jujur – bersih-sehat dan benar ( Indonesi Madani). Yayasan Bermula dari Kanan

Tayibnapis, Farida Yusuf. (2008). Evaluasi program dan instrumen evaluasi untuk program pendidikan dan penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Tempo Online http://www.tempo.co (diakses 12 April 2013)

The Joint Committee on Standards for Educational Evaluation. (1988). The personnel evaluation standards. California: Sage Publication India Pvt.Ltd

Viva.News.Online http://nasional.news. viva.co.id/(diakses 12 April 2013) Wirawan. (2011). Evaluasi ( Teori, model,

standar,aplikasi, dan profesi). Jakarta : Rajawali Pers

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, praktisi Public Relations bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan

Pihak Bank Jabar Banten KCP Dramaga juga hendaknya tidak menjadikan besarnya nilai jaminan kredit sebagai syarat penting dalam penyaluran Kredit Mikro Utama

Yang dimaksud sekularisme dalam pergulatan refleksi filsafat teologis, bukan perkara pemisahan dengan urusan Gereja dan urusan negara, tetapi juga sekularisme membuat Gereja

Az internet még mindig fiatalos médiumnak számít, amit jelez, hogy míg a 15-24 évesek 80 százaléka rendszeresen internetezik, addig a 25-34 éveseknek már csak 60

Gambar 7 adalah tampilan halaman yang digunakan oleh admin untuk melakukan input data SMK seluruh Kota Tegal secara detail sesuai form inputan.Data ini bila

- GP BIASA ADALAH GARIS PANGKAL YANG DITARIK MENGIKUTI BENTUK LEKUKAN MASING-MASING PULAU SEPANJANG PANTAI. - GP LURUS ADALAH

Sebagai salah satu upaya mewujudkan pemenuhan sarana dan prasarana tersebut harusnya melibatkan semua elemen masyarakat serta pemerintah dalam melaksanakan

RASIO SISWA PER SEKOLAH MENURUT TINGKAT TIAP TINGKATAN DAN JENIS SEKOLAH RATIO OF PUPILS TO SCHOOLS BY GRADE, LEVEL, AND TYPE OF SCHOOL. TAHUN / YEAR