• Tidak ada hasil yang ditemukan

roadmap STBM 2016 15x21 20MAY.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "roadmap STBM 2016 15x21 20MAY.pdf"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

Direktorat Kesehatan Lingkungan

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

Kementerian Kesehatan RI

ROADMAP STBM

TAHUN 2015 - 2019

(2)
(3)

TAHUN 2015 - 2019

Direktorat Kesehatan Lingkungan

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

(4)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

ii

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

iii ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

(5)

KATA PENGANTAR

Pembangunan sanitasi di Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang signifikan selama satu windu terakhir. Hal ini terlihat dengan meningkatnya akses sanitasi dari 35% di tahun 2006 menjadi 61,1% pada tahun 2014. Pencapaian ini salah satunya didorong dengan ditetapkannya Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebagai strategi nasional pembangunan sanitasi pada tahun 2008, yang kemudian diperbaharui dan diperkuat dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3 Tahun 2014 tentang STBM.

STBM merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Melalui STBM juga diharapkan mampu untuk berkontribusi secara nyata dalam pencapaian Universal Access sanitasi di Indonesia pada tahun 2019 yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019.

Review dari data Susenas 2013 khusus bidang air minum, tren peningkatan di tahun 2009-2013 mencapai 5% pertahun sedangkan bidang sanitasi hanya 2,13% pertahunnya. Untuk mencapai Universal Access di tahun 2019, dalam kurun waktu 5 tahun kedepan diperlukan kenaikan 5,38% pertahun untuk air minum dan 6,72% pertahun untuk sanitasi. lni berarti untuk mencapai Universal Access air minum kita harus meningkatkan kerja 1-1,5 kali lebih cepat dan untuk mencapai Universal Access sanitasi kita harus berkerja 3-4 kali lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya.

Kehadiran 34 provinsi pada Rakornas STBM ke-2 di Jakarta tanggal 3-5 September 2014, memberikan inspirasi dan

(6)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

iv

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

v ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

semangat terutama kepada pemangku kepentingan pusat untuk terus berupaya mendukung pencapaian target Universal Access sanitasi 2019. STBM mendorong keterbukaan berbagai pihak dalam mensinergikan STBM pada program-program sanitasi dan menghasilkan rekomendasi yang akan menjadi dasar arahan garis besar pelaksanaan STBM di daerah.

Roadmap STBM ini disusun untuk merumuskan garis besar pelaksanaan STBM 2015-2019 menuju Universal Access sanitasi di Indonesia pada tahun 2019. Semoga Roadmap ini dapat digunakan oleh semua pihak baik di lingkungan pemerintahan maupun para pemangku kepentingan lainnya dalam upaya mempercepat pencapaian sasaran-sasaran Universal Access Sanitasi pada tahun 2019.

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah mencurahkan waktu dan pemikiran untuk berkontribusi dalam penyusunan Roadmap ini. Harapan kami semoga Roadmap STBM 2015-2019 ini bisa menjadi acuan bagi seluruh pihak dalam penyusunan program tahunan dan implementasi STBM di pusat, provinsi, kabupaten/ kota. Semoga dapat dijadikan acuan bagi seluruh pihak terkait dalam melakukan implementasi STBM.

Jakarta, April 2016

Direktur Kesehatan Lingkungan Dirjen Kesehatan Masyarakat

Dr. Imran Agus Nurali, Sp. KO NIP. 196408081989101001

(7)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Bab 1 PENDAHULUAN ... 1

Bab 2 Ruang Lingkup Penyusunan Roadmap STBM 2015-2019 ... 7

A. Pengertian Roadmap ... 7

B. Prinsip Dasar ... 7

C. Tujuan ... 8

D. Landasan Hukum ... 8

E. Kerangka Logis Penyusunan Roadmap Stbm 2015-2019 ... 15

Bab 3 Kondisi Dan Situasi STBM 201513 ... 19

A. STBM Sebagai Pendekatan Perubahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 19

B. Keuntungan Menggunakan Pendekatan STBM ... 24

C. Kondisi dan Situasi STBM 2015 ... 25

Bab 4 Target STBM Akhir Tahun 2019 ... 45

A. Target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019 ... 45

B. Penetapan Target STBM Tahun 2019 ... 46

C. Penetapan Milestone ... 52

Bab 5 Isu, Potensi Dan Kegiatan Strategis ... 57

A. Komponen Demand (peningkatan kebutuhan sanitasi) . 57 B. Komponen Supply (peningkatan penyediaan sarana sanitasi) ... 60

C. Komponen Enabling Environment (Penciptaan Lingkungan yang mendukung) ... 62

(8)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

vi

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

1 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

Bab 6 Pelaku Dan Peran Strategis Dalam Pelaksanaan STBM ... 67

A. Pelaku di tingkat Desa/Kelurahan ... 67

B. Pelaku di tingkat Kecamatan dan Puskesmas ... 70

C. Pelaku di tingkat Kabupaten/Kota ... 71

D. Pelaku di tingkat Provinsi ... 73

E. Pelaku di tingkat Pusat ... 78

Bab 7 Kegiatan Strategis ... 83

A. Pilihan Kegiatan STBM di Tingkat Pusat ... 84

B. Pilihan Kegiatan STBM di Tingkat Provinsi ... 88

C. Pilihan Kegiatan STBM di Tingkat Kabupaten/Kota ... 93

D. Pilihan Kegiatan STBM di Tingkat Kecamatan ... 99

E. Pilihan Kegiatan STBM di Tingkat Desa/Kelurahan ... 104

Bab 8 Dukungan Pembiayaan ... 109

A. Kebutuhan dan Prioritas ... 109

B. Potensi Sumber Pembiayaan ... 111

C. Mekanisme Pembiayaan ... 112

Bab 9 Pemantauan Dan Evaluasi Penyelenggaraan STBM ... 113

A. Indikator Capaian ... 114

B. Tatacara Pemantauan dan Evaluasi STBM ... 116

C. Verifikasi ... 119

Bab 10 Penutup ... 121

Lampiran-1 Tujuh Butir Konvensi Ancol Hasil Rakornas Stbm, Hotel Discovery Ancol, 3-4 Nopember 2014 ... 123

(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada 17 Agustus 2015, Indonesia telah memasuki usia ke-70 tahun. Namun pemenuhan akses sanitasi dasar masih menjadi masalah yang berdampak terhadap buruknya kesehatan masyarakat. Dari laporan WHO & Unicef “Progress Drinking Water & Sanitation 2015 Update”, menempatkan Indonesia sebagai negara dengan sanitasi terburuk ke dua di dunia setelah India. Hal ini sangat ironis jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara seperti Singapura dan Malaysia yang capaian cakupan layanan sanitasinya di atas 90 persen.

Buruknya sanitasi berakibat pada kesehatan masyarakat. Penyakit diare menjadi indikasi buruknya sistem sanitasi. Penyakit tersebut telah mendominasi jumlah kematian balita di Indonesia. Berdasarkan data WHO (2012), sekitar 31.200 balita di Indonesia meninggal dunia setiap tahunnya karena kasus diare. Hasil survey morbiditas diare tahun 2012 oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan didapatkan angka kejadian diare pada semua umur sebesar 214 per 1000 orang, sedangkan pada bayi (0 - < 1 tahun) sebesar 831 per 1000 bayi (Kemenkes, 2012). Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan rendahnya akses sanitasi dasar mengakibatkan tingginya jumlah balita stunting atau pendek.

Sumber air tercemar akibat sanitasi buruk memerlukan tambahan biaya untuk mengolahnya dari air baku menjadi air bersih

(10)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

2

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

3 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

yang layak sesuai standar kesehatan. Menurut data Kementerian Pekerjaan Umum (tahun 2014), dari 53 sungai yang disurvey di Indonesia, 76,3 persen diantaranya sudah tercemar kotoran organik maupun logam. Sumber air baku dengan pencemarannya semakin tinggi maka semakin banyak material yang dibutuhkan untuk mengembalikan kualitasnya agar layak dikonsumsi oleh masyarakat. Semakin banyak material yang digunakan maka semakin mahal biaya yang digunakan. Biaya tinggi ini pastinya akan menambah biaya yang akan ditanggung oleh konsumen, sehingga masyarakat harus membayar mahal untuk mendapatkan air minum. Buruknya sanitasi juga turut mempengaruhi stagnannya peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM)1 Indonesia. Rilis data UNDP 2014, IPM Indonesia tetap berada pada peringkat urutan 108 dari 287 negara meski mengalami kenaikan sebesar 0,44 persen (0,684 tahun 2013 dan 0,681 tahun 2012 ). Di kawasan ASEAN, Indonesia tertinggal jauh dari Singapura (urutan 9), Brunei Darussalam (urutan 30) dan Malaysia (urutan 62). Indonesia berada dikelompok medium bersama Timor Leste, Filipina, Kamboja, Vietnam dan Laos. Dimensi angka harapan hidup IPM dihitung dari persentase rumah tangga tanpa akses terhadap sanitasi yang layak, persentase penduduk yang sakit, persentase penduduk dengan keluhan kesehatan, angka kematian bayi dan lain-lain. Jadi angka sanitasi buruk turut menyumbang rendahnya peringkat IPM Indonesia.

Sanitasi belum dipandang sebagai kebutuhan penting, sehingga orang lebih mementingkan memiliki ponsel daripada membuat toilet 1 Angka IPM adalah suatu standar pengukuran kualitas pembangunan manusia yang dibentuk dari tiga dimensi yakni angka harapan hidup, akses terhadap pendidikan/ilmu pengetahuan, standar hidup layak (kemampuan daya beli).

(11)

di rumah. Menurut data PBB (2013) menyebutkan bahwa dari 6 juta orang pemilik ponsel, yang memiliki fasilitas sanitasi sehat hanya 4,5 juta orang saja. Sisanya 2,5 juta orang ternyata tidak memiliki toilet.

Kerugian ekonomi akibat buruknya sanitasi merupakan dampak negatif lain yang nilainya sangat besar. Pada tahun 2006 perkiraan kerugian tersebut mencapai Rp 56 triliun2. Kerugian tersebut termasuk hilangnya pendapatan karena tidak masuk kerja (hilangnya waktu produktif), menurunnya kunjungan wisatawan, biaya pengobatan dan pengolahan air baku. Biaya sebesar itu setara dengan 2,3% GDP (Gross Domestic Product), dan dapat dialihkan untuk kegiatan produktif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin.

Menurut laporan WHO (2007), upaya perbaikan lingkungan dapat menurunkan risiko kasus diare sampai dengan 94%. Upaya perbaikan melalui penyediaan air bersih dapat menurunkan risiko sebesar 25%, pemanfaatan jamban sehat menurunkan risiko sebesar 32%, pengolahan air minum tingkat rumah tangga menurunkan risiko sebesar 39% dan cuci tangan pakai sabun menurunkan risiko paling besar yaitu sebesar 45%.

Pemerintah Indonesia melakukan upaya-upaya peningkatan akses sanitasi sejak tahun 2006. Salah satu upaya melalui Kementerian Kesehatan adalah melakukan perubahan arah kebijakan pendekatan sanitasi dari yang sebelumnya memberikan subsidi (project driven) menjadi pemberdayaan masyarakat dengan fokus pada perubahan perilaku Stop Buang Air Besar 2 Economic Impact of Sanitation in Indonesia, Studi Lima Negara dilaksanakan di

Kambodia, Indonesia, LAO PDR, Philippina dan Vietnam dalam rangka Economics of Sanitation Initiative (ESI), Water and Sanitation Program, Agustus 2008.

(12)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

4

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

5 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

Sembarangan menggunakan metode CLTS (Community Led Total Sanitation). Belajar dari pengalaman implementasi CLTS melalui berbagai program yang dilakukan oleh pemerintah bersama NGO, maka pendekatan CLTS selanjutnya dikembangkan dengan menambahkan 4 (empat) pilar perubahan perilaku lainnya yang dinamakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)3. Selanjutnya Pemerintah menetapkan STBM menjadi kebijakan nasional pada tahun 2008.

Pendekatan STBM terbukti telah mampu mempercepat akses sanitasi di Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2013, peningkatan rata-rata akses sanitasi dari tahun 1993-2006 mencapai 0,78% per tahun. Sejak penerapan CLTS pada tahun 2006 yang kemudian menjadi kebijakan nasional STBM pada tahun 2008 rata-rata peningkatan akses sanitasi per tahun mencapai 3,53%. Berdasarkan pengalaman tersebut mendorong pemerintah melalui Kementerian Kesehatan untuk menetapkan target yang lebih jelas dan terukur.

Target 20.000 Desa/Kelurahan melaksanakan STBM pada akhir tahun 2014 terlampaui sebesar 20.420 Desa/Kelurahan (sekretariat STBM Nasional, 2014). Pencapaian yang melampaui target tersebut juga menghadapi banyak tantangan dalam konteks target universal access. Tantangan yang cukup besar adalah bagaimana melalui program STBM Indonesia bisa mencapai universal access pada akhir tahun 2019. Target tersebut tercantum secara tegas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 3 Dalam Permenkes No.3 Tahun 2014 disebutkan bahwa: 1). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan (Pasal 1 ayat 1), 2). Pilar STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas perilaku: a. Stop Buang Air Besar Sembarangan; b. Cuci Tangan Pakai Sabun; c.Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga; d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga; dan e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (Pasal 3 ayat (2), dan 3). Pilar STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan untuk memutus mata rantai penularan penyakit dan keracunan (Pasal 3 ayat (3).

(13)

2015 – 2019 yang mengamanatkan program 100–0–100, yaitu 100% akses aman air minum, bebas kumuh dan 100% akses sanitasi yang layak pada akhir tahun 2019. Untuk menjawab tantangan tersebut, dibutuhkan percepatan implementasi STBM mulai dari tingkat pusat, provinsi, Kabupaten/Kota, kecamatan dan Desa/Kelurahan. Disisi lain, STBM harus dikembangkan sesuai prinsip dan strategi yang dituangkan dalam Permenkes 3/2014 tentang STBM.

STBM dikembangkan dengan menginternalisasi dan melembagakan 3 (tiga) komponen STBM yaitu peningkatan kebutuhan sanitasi, peningkatan penyediaan sanitasi dan penciptaan lingkungan yang kondusif dan selanjutnya dalam dokumen ini disebut Demand, Supply dan enabling environment.

Berangkat dari fakta-fakta dan pemikiran tersebut dipandang perlu disusun panduan dalam bentuk peta jalan (roadmap) bagi pelaksana STBM di tingkat pusat, provinsi, Kabupaten/Kota, kecamatan dan Desa/Kelurahan.

(14)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

6

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

7 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

(15)

BAB 2

RUANG LINGKUP PENYUSUNAN

ROADMAP STBM 2015-2019

A. Pengertian Roadmap

Secara harfiah, roadmap dapat diartikan sebagai peta penentu, penunjuk arah atau peta jalan menuju target sasaran. Roadmap merupakan sebuah dokumen rencana kerja rinci yang mengintegrasikan seluruh rencana dan pelaksanaan program serta kegiatan dalam rentang waktu tertentu. Dalam pelaksanaan STBM, roadmap menjadi acuan untuk melangkah dan mengukur pencapaian kinerja serta pemantauan dan evaluasi terhadap target sasaran.

Sebagaimana umumnya, informasi minimal yang dijelaskan dalam roadmap adalah tahapan atau aktivitas yang harus dilakukan seperti: gambaran kondisi yang terjadi saat ini, target capaian, strategi dan kegiatan yang harus dilakukan,pelaksana dan penanggungjawab, dukungan yang dibutuhkan, anggaran yang diperlukan, serta mekanisme monitoring dan evaluasi. B. Prinsip Dasar

Roadmap STBM disusun sesuai dengan prinsip dasar yaitu: a. Jelas artinya isi dan langkah demi langkah harus mudah dipahami

dan dapat dilaksanakan;

b. Ringkas dan terukur meliputi jenis program, kegiatan, target

capaian, waktu pelaksanaan termasuk indikator output dan

(16)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

8

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

9 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

c. Adjustable artinya roadmap harus mengakomodasi umpan balik

dan perbaikan yang diperlukan serta dapat disesuaikan kembali dengan kondisi di lapangan;

d. Komitmen artinya roadmap harus mampu mendorong terjadinya

kesepakatan bersama yang memberikan gambaran kesadaran akan tanggungjawab yang harus diselesaikan; dan

e. Berfungsi sebagai dokumen resmi, artinya roadmap menjadi

acuan para pihak dalam menyusun rencana operasional pelaksanaan STBM di lapangan.

C. Tujuan

Tujuan Umum: Mendukung pencapaian akses sanitasi menuju universal access pada akhir tahun 2019.

Tujuan Khusus:

1. Menyediakan informasi dan panduan bagi pelaksana STBM mulai

dari pusat, provinsi, Kabupaten/Kota, kecamatan dan Desa/ Kelurahan baik dalam penyelenggaraan maupun pelaksanaan STBM,

2. Menyediakan acuan untuk perencanaan kegiatan dan

penyusunan anggaran STBM bagi kementerian kesehatan dan kementerian terkait, pemerintah daerah dan pemerintah Desa/ Kelurahan,

3. Menyediakan data dan informasi dalam rangka pemantauan dan

evaluasi pelaksanaan STBM. D. Landasan Hukum

Penyusunan roadmap STBM disusun atas dasar undang-undang, peraturan presiden, peraturan pemerintah, dan

(17)

peraturan menteri yang mengatur pelaksanaan sanitasi dan air minum sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

a. Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan (Pasal 6) b. Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat

menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan (Pasal 23 (1))

c. Besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan

minimal sebesar 5%dari APBN di luar gaji (Pasal 171 (1))

d. Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, Kabupaten/Kota dialokasikan minimal 10% dari APBD di luar gaji (Pasal 171 (2))

e. Besaran anggaran kesehatan tersebut diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik4 yang besarannya sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari anggaran kesehatan dalam APBN dan APBD. (Pasal 171 (3))

2. Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa/ Kelurahan

Pembangunan Desa/Kelurahan bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa/Kelurahan dan kualitas hidup manusia, serta penanggulangan kemiskinan melalui 4 kepentingan pelayanan publik adalah pelayanan kesehatan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif yang dibutuhkan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

(18)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

10

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

11 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana prasarana Desa/Kelurahan, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan

a. Pengamanan dilakukan melalui: a). upaya perlindungan kesehatan masyarakat; b). proses pengolahan limbah; dan c). Pengawasan terhadap limbah (Pasal 38).

b. Upaya perlindungan kesehatan masyarakat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a) dilakukan untuk mewujudkan lingkungan sehat yang bebas dari unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan (Pasal 39 (1)).

c. Unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

• Sampah yang tidak diproses sesuai dengan

persyaratan.

d. Upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) dilakukan melalui pengurangan dan penanganan sampah (Pasal 40 (1)).

e. Tata cara pengurangan dan penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 40 (2)).

(19)

4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 yang direvisi menjadi PP 47 tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

a. Dua diantara kewenangan lokal berskala Desa/ Kelurahan meliputi pengelolaan lingkungan permukiman Desa/Kelurahan, pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan lingkungan Posyandu (Pasal 34 (2)), b. RPJM Desa/Kelurahan mengacu pada RPJM

Kabupaten/Kota (Pasal 117).

5. Perpres Nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN tahun 2015-2019

a. Pemerintah RI menargetkan Universal access Air Minum, Sanitasi dan Listrik tahun 2019,

b. Indikator Program Penyehatan Lingkungan dalam bidang kesehatan meliputi jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM, presentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan dan pengawasan tempat-tempat umum.

6. Peraturan Presiden Nomor 185 tahun 2014 Percepatan penyediaan Air minum dan sanitasi

a. Penyediaan air minum dan sanitasi dilakukan dengan prinsip: non diskriminatif, terjangkau, perlindungan lingkungan, berkelanjutan, partisipasi masyarakat dan keterpaduan (Pasal 2),

b. Untuk mempercepat penyediaan air minum dan sanitasi, pemerintah menyusun kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem air minum dan sanitasi

(20)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

12

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

13 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

yang dijabarkan dalam bentuk peta jalan (Roadmap) sesuai Pasal 1-3,

c. Roadmap menjadi acuan bagi kementerian, lembaga pemerintah non kementerian, dan pemerintah daerah dalam penyediaan air minum dan sanitasi,

d. Pemerintah dan Pemerintah Daerah meningkatkan peran serta masyarakat, melalui edukasi, advokasi, sosialisasi promosi dan kampanye sesuai Pasal 37 (2).

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah tahun 2015

a. Salah satu isu strategis bidang pembangunan nasional tahun 2015 yang harus diselaraskan dalam penyusunan RKPD Tahun 2015 adalah Bidang Pembangunan Sarana Prasarana, yaitu penguatan konektivitas nasional melalui keseimbangan pembangunan antar wilayah, mendorong pertumbuhan ekonomi, pembangunan transportasi massal perkotaan, ketersediaan infrastruktur pelayanan dasar melalui peningkatan rasio elektrifikasi nasional, peningkatan akses air minum dan sanitasi, penataan perumahan/ permukiman, dan ketahanan air.

b. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan harus menyelaraskan beberapa kegiatan dalam penyusunan RKPD termasuk sanitasi, promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang terinci sebagai berikut:

(21)

1. Dukungan pelaksanaan program sanitasi terpadu berbasis masyarakat, antara lain:

• Akses masyarakat terhadap jamban sehat.

• Akses masyarakat untuk mendapatkan air

bersih.

2. Pelaksanaan promosi kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat di Puskesmas untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat serta meningkatnya kepedulian dan peran serta masyarakat dalam setiap upaya kesehatan.

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2014 tentang STBM

a. STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan sesuai Pasal 1 (1),

b. Pilar STBM adalah perilaku higienis dan saniter yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan STBM seperti Pasal 1 (2),

c. Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Pasal 2).

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 tahun 2015 tentang Kesehatan Lingkungan di Puskesmas

(22)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

14

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

15 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

Kesehatan Lingkungan. Merupakan bagian dari pelayanan kesehatan paripurna yang diberikan kepada Pasien (Pasal 2),

b. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan dilakukan dalam bentuk: Konseling; Inspeksi Kesehatan Lingkungan; dan/atau Intervensi Kesehatan Lingkungan (Pasal 3),

c. Berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan dapat ditetapkan Intervensi Kesehatan Lingkungan yang dapat dilaksanakan secara mandiri atau bekerjasama dengan pemangku kepentingan dan pihak terkait lainnya. Intervensi Kesehatan Lingkungan dapat berupa: komunikasi, informasi, dan edukasi, serta penggerakan/pemberdayaan masyarakat; perbaikan dan pembangunan sarana; pengembangan teknologi tepat guna; dan/atau rekayasa lingkungan (Pasal 7).

10. Peraturan Menteri Desa/Kelurahan Nomor 5 tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Pembangunan Dana Desa/ Kelurahan tahun 2015

a. Pengembangan pos kesehatan Desa/Kelurahan dan Polindes (Pasal 6;a)

b. Pengelolaan dan Pembinaan Posyandu (Pasal 6;b) c. Pembangunan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan

(Pasal 8;e)

d. Pembangunan dan pengelolaan air bersih beskala Desa/Kelurahan (Pasal 8;f)

(23)

f. Penyelenggaraan promosi kesehatan dan perilaku hidup bersih dan sehat (Pasal 11;e)

11. Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2015-2019;

Renstra Kementerian Kesehatan 2015 – 2019 melalui Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, mengamanatkan beberapa indikator utama pencapaian sasaran STBM pada akhir tahun 2019, salah satunya adalah ”Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM”. E. Kerangka Logis Penyusunan Roadmap STBM 2015-2019

Kerangka logis penyusunan roadmap STBM 2015-2019 tergambar pada bagan di bawah ini:

(24)

Gambar 1: Kerangka Logis Penyusunan STBM 2015-2019 8 E. Ke ra ng ka Lo gi s P eny us una n R oa dm ap ST BM 20 15 -20 19 Ke ra ng ka lo gi s pe ny us una n r oa dm ap ST BM 2 01 5-20 19 te rg am bar p ad a b ag an d i b aw ah in i: Gam bar 1 : Ke ra ng ka Lo gi s P eny us una n S TB M 2 01 5-2019 TA RG ET STB M 20 19 UNI VE RSAL ACCE SS 100 -0 -10 0 DE SA K O M UNI TAS KEC AM AT AN PU SK ESM AS KA BUP AT EN PR O VI NSI PU SA T SI AP A PE LAK U PE RA N ST RA TEG I SIAP A Y AN G HA RUS M EM EN UH IK EB UT UH AN T ER SEB UT KE BUT UH AN UN TUK ME NJ AL AN KAN PER AN PE RA N S TR ATEG IS PE LAK U Ko ndi si da n Sit uas i S TB M 20 15 Prak tik Baik Dat a C ap aian Ak to r / Pel aku Pe rm as alah an Pe m be laj aran Tan tan gan KE GI AT AN ST RA TEG I IS U ST RA TEG I POTEN SI ST RA TEG I AM AN AT UND AN G UND AN G D AN REG ULA SI ROADMAP STBM T ahun 2015 -2019

S

ANIT ASI

T

OT AL

B

ERB ASIS

M

AS YARAKA T 16

(25)

Dalam kerangka logis penyusunan roadmap STBM 2015-2019, menggunakan tahapan sebagai dasar penulisan yaitu:

Tahap 1: Identifikasi kondisi dan situasi STBM hingga tahun 2015 meliputi: a. Data/capaian b. Pelaku c. Praktik baik d. Permasalahan e. Tantangan, dan f. Pembelajaran

Tahap 2: Penetapan Target Capaian STBM hingga akhir tahun 2019 berdasarkan Undang-undang, Peraturan Presiden, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri terkait dengan kebijakan sanitasi di Indonesia.

Tahap 3: Identifikasi Isu Strategis, Potensi Strategis dan kegiatan Strategis

Pada tahap ini dilakukan identifikasi isu-isu strategis yang berkembang terkait pelaksanaan STBM, potensi-potensi strategis yang bisa didorong dan dikembangkan serta kegiatan strategis yang bisa dilakukan dalam pencapaian visi dan target STBM di akhir tahun 2019.

Tahap 4: Mengidentifikasi peran-peran strategis para pelaku STBM di setiap tingkatan

Pada tahap ini dilakukan identifikasi peran-peran strategis para pelaku STBM mulai dari tingkat komunitas dan Desa/ Kelurahan, puskesmas dan kecamatan, Kabupaten/Kota,

(26)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

18

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

19 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

provinsi dan pusat. Identifikasi yang dilakukan meliputi: siapa pelakunya, apa saja peran strategisnya, apa saja kebutuhan untuk menjalankan perannya dan siapa yang harus memenuhi kebutuhan tersebut.

(27)

BAB 3

KONDISI DAN SITUASI STBM 2015

A. STBM Sebagai Pendekatan Perubahan Perilaku Hidup

Ber-sih dan Sehat

STBM berupaya mewujudkan 5 pilar perubahan perilaku kesehatan yang meliputi: a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS); b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS); c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM RT); d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT); dan e.Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT). Dalam mewujudkan ke–5 pilar tersebut, STBM menetapkan strategi utama yang harus melembaga sebagai dasar pengembangan. Strategi utama dalam penyelenggaraan STBM meliputi 3 (tiga) komponen yang saling mendukung satu dengan yang lain yaitu; (1) penciptaan lingkungan yang kondusif, (2) peningkatan kebutuhan sanitasi, dan (3) peningkatan penyediaan akses sanitasi. Apabila salah satu dari strategi/komponen STBM tersebut tidak ada maka proses pencapaian 5 (lima) Pilar STBM tidak maksimal. Keterkaitan 3 strategi STBM tergambar pada bagan berikut:

(28)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

20

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

21 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

Gambar 2: 3 Komponen STBM

1. Peningkatan Lingkungan yang Kondusif. Komponen

ini mencakup advokasi kepada para pihak dalam mengembangkan komitmen bersama untuk melembagakan pendekatan STBM dalam program pembangunan sanitasi. Berbagai tindakan tersebut diharapkan akan menghasilkan:

a. komitmen Pemerintah Daerah untuk menyediakan

sumber daya dalam melaksanakan program STBM,

b. kebijakan daerah dan Desa/Kelurahan tentang

pengarusutamaan dan perluasan program sanitasi melalui pendekatan STBM dalam bentuk Keputusan

(29)

Bupati, peraturan daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategis (Renstra), dan peraturan di Desa/Kelurahan,

c. terbentuknya lembaga koordinasi untuk

mengarusutamakan sektor sanitasi, yang menghasilkan peningkatan anggaran sanitasi daerah serta koordinasi sumber daya dari Pemerintah maupun non Pemerintah,

d. program peningkatan kapasitas terhadap para pelaku

yang melembaga,

e. Adanya sistem pemantauan hasil kinerja program serta

membudayakan proses pengelolaan pembelajaran secara berkelanjutan.

2. Peningkatan Kebutuhan Sanitasi. Komponen ini

merupakan upaya sistematis untuk mendapatkan perubahan perilaku sanitasi dan higiene, berupa:

a. pemicuan perubahan perilaku;

b. promosi dan kampanye perubahan perilaku higiene

dan sanitasi;

c. penyampaian pesan melalui media massa dan media

komunikasi lainnya;

d. pengembangan komitmen masyarakat dalam

perubahan perilaku;

e. fasilitasi terbentuknya tim kerja masyarakat; dan

f. pengembangan mekanisme penghargaan terhadap

masyarakat/institusi.

3. Peningkatan Penyediaan Akses Sanitasi. Peningkatan

penyediaan akses sanitasi secara khusus diprioritaskan untuk meningkatkan dan mengembangkan percepatan

(30)

ROADMAP STBM T ahun 2015 -2019

S

ANIT ASI

T

OT AL

B

ERB ASIS

M

AS YARAKA T 23 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

22

penyediaan akses dan layanan sanitasi yang layak dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi melalui:

a. pengembangan pilihan teknologi sarana sanitasi yang

sesuai kebutuhan5 dan terjangkau6;

b. penciptaan dan penguatan jejaring pasar sanitasi; dan

c. pengembangan mekanisme peningkatan kapasitas

pelaku pasar sanitasi.

Perubahan perilaku masyarakat dengan pendekatan STBM dari kondisi Open Defecation7menuju perilaku Sanitasi Total

dapat dilakukan secara bertahap melalui tangga perubahan perilaku berikut:

5. Sesuai kebutuhan adalah pilihan sarana sanitasi sesuai kondisi geografis dan pilihan sarana sanitasi untuk orang berkebutuhan khusus.

6 Terjangkau adalah kemudahan dari sisi pembiayaan dan kemudahan memperoleh sarana.

7 Open Defecation adalah kondisi dimana masyarakat masih Buang Air Besar Sembarangan.

(31)

ROADMAP STBM T ahun 2015 -2019 ASI

T

OT AL

B

ERB ASIS

M

AS YARAKA T Sumber: Buk u Adv ok asi S TBM Gambar 3:

(32)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

24

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

25 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

B. Keuntungan Menggunakan Pendekatan STBM

Pendekatan STBM cukup efektif dari sisi anggaran yang dikeluarkan dibandingkan dengan pola subsidi. Pengalaman pelaksanaan STBM di Jawa Timur memberikan benefit yang sangat besar kepada daerah jika dibandingkan dengan anggaran yang dikeluarkan melalui APBD. Setidaknya berdasarkan pengalaman Dinas Kesehatan Jawa Timur, dengan mengadopsi STBM diperoleh tiga keuntungan besar, yaitu:

1. Terbukti efektif menciptakan sasaran intervensi yang luas untuk mempercepat penigkatan akses sanitasi,

2. Memperbesar dukungan kebijakan, sumberdaya termasuk sumber dana,

3. Meningkatkan efektifitas pendanaan.

Grafik 1. Kenaikan Akses Sanitasi di Jawa Timur melalui program STBM (status Januari 2012)

Sumber: Buku Saku Pamsimas II-Komponen Kesehatan, Sekretariat CPMU PAMSIMAS, 2013

Grafik diatas menggambarkan kenaikan capaian akses sanitasi yang tinggi di Jawa Timur melalui pendekatan STBM selama kurun waktu 2,5 tahun sejak Juni 2008 sampai dengan Desember 2011. 26,105 97,213 352,627 452,004 745,444 906,632 1,160,000 1,430,000 0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000

Jun '08 Des '08 Jun '09 Des '09 Jun '10 Des '10 Jun '11 Des '11

KE NA IK AN A KS ES SAN IT AS I ( JIW A) PERIODE

(33)

Grafik 2. Perbandingan Investasi antara Pemerintah Jawa Timur (Provinsi dan 29 Kabupaten) dengan hasil swadaya masyarakat melalui program

STBM (Status 30 November 2012)

Sumber: Buku Saku Pamsimas II-Komponen Kesehatan, Sekretariat CPMU PAMSIMAS, 2013. Grafik diatas menggambarkan investasi pemerintah Jawa Timur melalui STBM dengan 1 juta rupiah bisa menghasilkan keuntungan sebesar 6,8 juta rupiah dari swadaya masyarakat dalam membangun jamban sehat selama kurun waktu 4 tahun sejak 2008 - 2012. Estimasi harga rata-rata 1 unit jamban sehat sebesar Rp.300.000.

C. Kondisi dan Situasi STBM 2015

Gerakan pelaksanaan STBM sudah terjadi sejak keluarnya SK Menkes RI Nomor 852 tahun 2008 tentang Strategi Nasional STBM yang kemudian digantikan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2014 tentang STBM. Sampai tahun 2015, pendekatan STBM sudah dilakukan oleh banyak pihak melalui beberapa model; (i) Kerjasama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Lembaga Non Pemerintah, (ii) Kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan sejumlah mitra kerjanya, (iii) Inisiatif dari Pemerintah sendiri dan atau

20,381,972,750 139,854,300,000 0 20,000,000,000 40,000,000,000 60,000,000,000 80,000,000,000 100,000,000,000 120,000,000,000 140,000,000,000 160,000,000,000

Pemprov dan Pemkab Swadaya/Gotong-royong Masyarakat

N IL AI I N VE ST AS I SAN IT AS I ( RUPI AH )

(34)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

26

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

27 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

karena dorongan fasilitasi lembaga non pemerintah. Dari implementasi yang dilakukan oleh banyak pihak tersebut telah diperoleh pembelajaran dan praktik baik, serta teridentifikasi pelaku di berbagai tingkatan. Dibalik keberhasilan tersebut, masih ditemukan permasalahan dan tantangan yang harus mendapatkan perhatian. Kondisi dan situasi STBM sampai tahun 2015 dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Data Capaian STBM

Kemajuan akses sanitasi dapat dipantau secara online dan real time melalui sistem monev STBM berbasis web

(www.stbm-indonesia.org/monev/) dan sms gateway. Hal

ini merupakan kemajuan yang besar dalam pelaksanaan STBM. Kemajuan STBM yang terpantau melalui data web STBM meliputi data Desa/Kelurahan yang sudah melaksanakan STBM8, data Desa/Kelurahan yang

sudah mencapai status SBS dan data capaian akses jamban sehat. Capaian data tersebut dihitung berdasarkan total jumlah Desa/Kelurahan yang sudah mengentry data monitoring. Berikut capaian STBM berdasarkan data web sampai dengan 29 Oktober tahun 2015 dari 34 Provinsi di Indonesia:

a. Rangkuman Data Capaian Monev STBM

Data capaian Monev STBM sampai dengan 29 Oktober tahun 2015 dapat dirinci sebagai berikut:

1) Desa/Kelurahan yang sudah mengentry data sebanyak 68.981 atau sebesar 84% dari total 8 Menurut Permenkes No.3 Tahun 2014”sudah melaksanakan STBM artinya

sudah dilakukan pemicuan, terbentuk tim/komite dan mempunyai rencana kerja.

(35)

81.874 Desa/Kelurahan di Indonesia. Desa/ Kelurahan yang belum mengentry data sebanyak 12.893 atau sebesar 16% dari total 81.874 Desa/ Kelurahan di Indonesia.

2) Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM sebanyak 25.262 atau sebesar 37% dari total 68.981 Desa/Kelurahan yang sudah mengentry data. Desa/Kelurahan yang belum melaksanakan STBM sebanyak 43.719 atau sebesar 63% dari total 68.981 Desa/Kelurahan yang sudah mengentry data.

3) Desa/Kelurahan yang berpotensi ODF/SBS sebanyak 9.560 atau sebesar 38% dari total 25.262 Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM. Desa/ Kelurahan yang belum ODF/SBS sebanyak 15.702 atau sebesar 62% dari total 25.262 Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM.

4) Desa/Kelurahan ODF/SBS verifikasi sebanyak 4.494 atau 47% dari total 9.560 Desa/Kelurahan berpotensi ODF/SBS. Desa/Kelurahan ODF/SBS belum verifikasi sebanyak 5.066 atau 53% dari total 9.560 Desa/Kelurahan berpotensi ODF/SBS. Secara detail rangkuman data capaian monev STBM tergambar pada grafik halaman 15

(36)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

28

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

29 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

Grafik 3: Rangkuman Data Monev STBM

b. Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM

Grafik 4. Capaian Desa/Kelurahan melaksanakan STBM

Pada grafik di atas dapat dilihat target Desa/Kelurahan melaksanakan STBM dan realisasi Desa/Kelurahan melaksanakan STBM. Realisasi Desa/Kelurahan melaksanakan STBM sejak tahun 2010 – 2015 telah melampaui target yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dari akumulasi target sebesar 25.000 telah terealisasi 25.262 Desa/Kelurahan melaksanakan STBM.

(37)

c. Persentase Capaian Akses Jamban Sehat.

Capaian Akses Jamban Sehat sebesar 58 % dari total 68.981 Desa/Kelurahan yang sudah mengentry data. Berikut peta sebaran akses jamban sehat di masing-masing Provinsi:

(38)

Gambar 4: Peta

Akses Jamban Sehat

Triwulan 3 Tahun 2015 ROADMAP STBM T ahun 2015 -2019

S

ANIT ASI

T

OT AL

B

ERB ASIS

M

AS YARAKA T 30

(39)

2. Pelaku STBM

Pelaku utama STBM adalah masyarakat yang didukung oleh pemerintah dan berbagai pihak seperti LSM, swasta, perguruan tinggi, media dan organisasi sosial lainnya. Dukungan yang diberikan meliputi pengembangan kapasitas, pengembangan pilihan teknologi, memfasilitasi

pengembangan mekanisme jejaring pemasaran,

pengembangan media, fasilitasi pemicuan dan pertemuan-pertemuan pembelajaran antar pihak. Berbagai dukungan tersebut telah terbukti mampu meningkatkan kemandirian masyarakat dalam membangun sarana sanitasi sesuai kemampuan.

3. Praktik Baik dalam Pelaksanaan STBM

Praktik baik dalam pelaksanaan STBM yang teridentifikasi dan selanjutnya akan terus dikembangkan untuk penyempurnaan pendekatan STBM dapat dirangkum sebagai berikut:

a. Modul Pembelajaran Mandiri STBM jarak jauh secara online

Pembelajaran STBM Jarak Jauh secara online ini bisa diakses siapa saja, kapan saja dan dimana saja terutama para pelaku STBM. Modul Belajar Mandiri STBM yang dapat dipelajari meliputi: (i) Modul Konsep Dasar STBM, (ii) Modul Fasilitator STBM, (iii) Modul Wirausaha STBM, dan (iv) Modul Pemantauan dan Evaluasi. Setelah peserta menyelesaikan setiap modul, akan melalui tahap post test. Jika dinyatakan lulus akan memperoleh Tanda Keikutsertaan yang bisa didownload

(40)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

32

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

33 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

dan dicetak. Peserta yang sudah berpartisipasi dalam PJJ online hingga April 2015 sebanyak 512 orang dan yang dinyatakan lulus serta mendapatkan tanda keikutsertaan sebanyak 183 orang. Pembelajaran Jarak Jauh STBM bisa diakses di web: http://elearning. stbm-indonesia.org/home/index/.

Peserta Belajar Mandiri STBM yang sudah lulus dan dibuktikan dengan sertifikat, dapat mendaftar pelatihan STBM offline (di kelas) untuk mendapatkan tehnik ketrampilan sebagai fasilitator STBM.

b. Kurikulum dan modul training terakreditasi

Sudah diterbitkan Kurikulum dan Modul Training terakreditasi oleh PPSDM yaitu (i) kurikulum dan modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM, (ii) Kurikulum dan modul Pelatihan untuk Dosen Poltekkes, (iii) kurikulum dan modul Pelatihan Fasilitator STBM, (iv) kurikulum dan modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Wirausaha Sanitasi, dan (v) kurikulum dan modul Pelatihan Wirausaha Sanitasi. Kurikulum dan modul pelatihan bisa diunduh di laman web:

http://stbm-indonesia.org/ pada bagian publikasi.

c. Materi STBM diajarkan pada Poltekkes Jurusan Kesling STBM sudah dimasukkan sebagai materi kuliah bagi mahasiswi D-III dan D-IV Poltekkes Jurusan Kesling dalam mata kuliah promosi kesehatan, dasar-dasar pemecahan masalah kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Pada awalnya Dosen pengampu ke-3 mata kuliah tersebut dilatih tentang STBM baik konsep

(41)

STBM hingga praktik pemicuannya. Kampus yang sudah menerapkan STBM sebanyak 24 Poltekkes Kemenkes jurusan Kesling, 2 STIKES swasta dan 3 AKL Swasta.

d. Pelatihan Fasilitator Desa/Kelurahan Siaga menggunakan metode STBM

Dalam Kurikulum dan Modul Pelatihan Desa/Kelurahan Siaga sudah disisipkan dalam modul pelatihan Fasilitator STBM. Kurikulum dan modul tersebut digunakan untuk empat angkatan pelatihan.

e. Sistem Monitoring Evaluasi berbasis web dan SMS gateway

Sistem monev STBM disiapkan dengan 2 (dua) cara dalam memasukkan dan memperbaharui data, yaitu: 1. Menggunakan website STBM dan 2. Menggunakan SMS. Keduanya dapat berjalan secara simultan dan saling melengkapi. Penyajian dan pengelolaannya melalui website STBM (www.stbm-indonesia.org/

monev/). Kedua cara tersebut mampu menyediakan

data akses sanitasi secara real time dan akurat serta dapat digunakan semua pihak pada semua tingkatan sebagai bahan advokasi dan perencanaan yang lebih efektif. Kedalaman datanya bisa dilihat sampai pada tingkat Desa/Kelurahan. Visualisasi data dapat dipilih dalam bentuk tabel, grafik atau peta.

f. Komitmen dalam mengatur penyelenggaraan STBM 1) Wujud nyata komitmen Kementerian Kesehatan

(42)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

34

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

35 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

adalah dengan menerbitkan Permenkes Nomor 3 tahun 2014 tentang STBM. Permenkes tersebut mencabut Kepmenkes Nomor 852 tahun 2008 tentang strategi nasional STBM karena tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.

2) Untuk mendukung pelaksanaan STBM di daerah, telah dikeluarkan beberapa surat edaran dan diselenggarakan advokasi dari Kementerian Kesehatan, yaitu:

a) Surat Edaran Menteri Kesehatan no 132 tahun 2013

Dalam surat yang ditujukan kepada Gubernur tersebut mengamanatkan pemerintah daerah untuk melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

• Verifikasi Desa/Kelurahan STBM.

• Peningkatan kebutuhan masyarakat

terhadap sanitasi (Demand) melalui metode pemicuan dan pemasaran sanitasi.

• Pencapaian minimal satu Desa/Kelurahan

terverifikasi Stop BABS (ODF/SBS) setiap tahunnya untuk setiap wilayah kerja Puskesmas.

• Peningkatan status Desa/Kelurahan SBS

menjadi Desa/Kelurahan STBM.

b) Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 184 tahun 2015

(43)

dan Bupati/Walikota tersebut meminta agar Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

• Mengalokasikan minimal 10% (sepuluh

persen) dari APBD diluar gaji untuk kesehatan yang salah satunya berupa upaya peningkatan akses masyarakat terhadap air minum dan sanitasi sebagai bagian dari upaya pelayanan kesehatan preventif

• Dengan mengacu kepada Strategi Sanitasi

Kabupaten/Kota dan STBM, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota wajib mengalokasikan anggaran kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk peningkatan akses air minum dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat untuk mencapai universal acess air minum dan sanitasi tahun 2019 serta untuk pendanaan pembangunan sanitasi permukiman sesuai kebutuhan.

c) Surat Advokasi Menteri Kesehatan Nomor 323 Tahun 2015

Dalam surat tersebut menyebutkan bahwa “Kepala Desa/Kelurahan sebagai tokoh panutan masyarakat secara formal maupun non formal mempunyai peranan besar mendorong masyarakat untuk berperilaku hidup

(44)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

36

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

37 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

sehat”. Melalui berbagai pertemuan warga, Kepala Desa/Kelurahan agar menghimbau, menggerakkan dan memfasilitasi sesuai kearifan lokal demi ketersediaan jamban sehat bagi seluruh warganya”

3) Telah dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 185 tahun 2014 tentang percepatan penyediaan air minum dan sanitasi, yang memberikan arahan dalam penyusunan roadmap bidang sanitasi yang tertuang pada pasal-pasal berikut:

a. Penyediaan air minum dan sanitasi dilakukan dengan prinsip: non diskriminatif, terjangkau, perlindungan lingkungan, berkelanjutan, partisipasi masyarakat dan keterpaduan (Pasal 2),

b. Untuk mempercepat penyediaan air minum dan sanitasi, pemerintah menyusun kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem air minum dan sanitasi yang dijabarkan dalam bentuk peta jalan (Roadmap) sesuai Pasal 1-3, c. Roadmap menjadi acuan bagi kementerian,

lembaga pemerintah non kementerian, dan pemerintah daerah dalam penyediaan air minum dan sanitasi,

d. Pemerintah dan Pemerintah Daerah

meningkatkan peran serta masyarakat, melalui edukasi, advokasi, sosialisasi promosi dan kampanye sesuai Pasal 37 (2).

(45)

4) Telah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah tahun 2015

a. Salah satu isu strategis bidang pembangunan nasional tahun 2015 yang harus diselaraskan dalam penyusunan RKPD Tahun 2015 adalah Bidang Pembangunan Sarana Prasarana, yaitu penguatan konektivitas nasional melalui keseimbangan pembangunan antar wilayah, mendorong pertumbuhan ekonomi, pembangunan transportasi massal perkotaan, ketersediaan infrastruktur pelayanan dasar melalui peningkatan rasio elektrifikasi nasional, peningkatan akses air minum dan sanitasi,

penataan perumahan/permukiman, dan

ketahanan air.

b. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan harus menyelaraskan beberapa kegiatan dalam penyusunan RKPD termasuk sanitasi, promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang terinci sebagai berikut:

1. Dukungan pelaksanaan program sanitasi

terpadu berbasis masyarakat, antara lain:

a. Akses masyarakat terhadap jamban

sehat.

b. Akses masyarakat untuk mendapatkan

(46)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

38

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

39 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

2. Pelaksanaan promosi kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat di Puskesmas untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat serta meningkatnya kepedulian dan peran serta masyarakat dalam setiap upaya kesehatan.

5) Dukungan Kementerian Dalam Negeri melalui program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman, telah dikeluarkan Surat Edaran No 660 tahun 2012 tentang pedoman pengelolaan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di daerah.

Dalam surat edaran tersebut Kementerian Dalam Negeri meminta kepada Gubernur, Bupati dan Walikota segera melakukan upaya percepatan pembangunan sanitasi permukiman secara menyeluruh, berkelanjutan dan terpadu di daerah dengan mengacu pada pengelolaan Program PPSP di daerah. Disebutkan dalam lampiran surat edaran tersebut bahwa sasaran program PPSP di daerah meliputi:

• Terbebas dari Buang Air Besar Sembarangan

(BABS).

• Pelaksanaan praktik 3R (Reduce, Reuse,

Recycle) serta peningkatan tempat pembuangan akhir (TPA) menjadi sanitary landfill.

(47)

• Pengurangan genangan air di 100 wilayah

perkotaan seluas 22.500 ha. g. Advokasi kepada Kepala Daerah

Advokasi kepada Kepala Daerah bertujuan untuk mendukung pelaksanaan STBM di wilayah masing-masing. Berdasarkan data Pamsimas, sampai dengan Januari 2015 sudah diterbitkan regulasi dalam bentuk Instruksi, Peraturan dan Surat Edaran Gubernur sebanyak 13 serta Instruksi, Peraturan dan Surat Edaran Bupati/Walikota di 91 Kabupaten/Kota.

h. Entrepreneurship melalui Wirausaha Sanitasi

Wirausaha sanitasi menjawab kebutuhan sanitasi sehat, beragam pilihan dan harga yang terjangkau di masyarakat. Berdasarkan data Pamsimas, sampai dengan bulan Oktober 2015 data wirausaha sanitasi aktif sebanyak 600 orang yang menyebar di beberapa provinsi di Indonesia.

i. SBS menjadi indikator penilaian Desa/Kelurahan Sehat SBS menjadi salah satu syarat penilaian dalam lomba Desa/Kelurahan Sehat. Hal ini sudah dilakukan dalam lomba-lomba di tingkat Kabupaten/Kota, provinsi dan pusat termasuk salah satu penilaian Kabupaten/Kota sehat.

j. Integrasi STBM dalam Program Pembangunan Sanitasi Beberapa program pembangunan sanitasi dengan cakupan Desa/Kelurahan skala besar telah mengintegrasikan STBM sebagai pendekatan seperti

(48)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

40

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

41 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

yang sedang diimplementasikan oleh proyek Pamsimas, PAM-STBM, PPSP dan PKGBM MCAI.

k. Buku Pedoman Verifikasi STBM

Verifikasi adalah satu proses memastikan perubahan perilaku terjadi dan benar adanya. Untuk itu diperlukan buku pedoman yang dapat digunakan oleh pelaku STBM. Buku Pedoman Verifikasi STBM 5 Pilar yang sudah dicetak sebelumnya, kemudian disempurnakan oleh Sekretariat STBM untuk memudahkan pengguna di daerah dalam melakukan verifikasi SBS dan 4 pilar lainnya.

l. Pengembangan Teknologi Tepat Guna jamban sehat

• Jamban sehat untuk orang-orang dengan kebutuhan

khusus.

• Paket jamban sehat system cetak ditempat

4. Permasalahan dan Tantangan dalam Pelaksanaan STBM di Indonesia

STBM dilaksanakan dengan menginternalisasikan dan melembagakan 3 (tiga) komponen STBM yaitu Demand, Supply dan Enabling Environment menjadi satu kesatuan strategi yang utuh. Di lapangan belum bisa dilaksanakan secara maksimal karena berbagai permasalahan baik internal maupun eksternal. Berikut beberapa permasalahan yang masih umum ditemui di lapangan:

a. Pelaksanaan Komponen Demand

• Kualitas tim pemicu (kecenderungan memberikan

penyuluhan dalam proses pemicuan) bukan memfasilitasi untuk merubah perilaku masyarakat,

(49)

• Pendampingan pasca pemicuan belum dilakukan

secara intensif,

• Sumber daya manusia Kabupaten/Kota, kecamatan,

dan Desa/Kelurahan kurang memahami STBM secara utuh, hal ini menghambat pengarus-utamaan perubahan perilaku,

• Pemanfaatan media komunikasi kurang optimal

dalam menyebarluaskan STBM,

• Masih adanya pemberian subsidi rumah tangga

untuk program pembangunan sanitasi,

• Capaian SBS Desa/Kelurahan masih sangat

rendah jika dibandingkan dengan total Desa/ Kelurahan yang melaksanakan STBM. Dari 25.262 Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM, hanya 9.560 Desa/Kelurahan yang sudah mencapai status SBS.

b. Pelaksanaan Komponen Supply

Minimnya Wirausaha Sanitasi aktif dan berproduksi karena:

• Lemahnya pendampingan wirausaha sanitasi

paska pelatihan berdampak pada ketidak aktifan untuk berproduksi,

• Belum adanya dukungan lembaga keuangan yang

menjamin keberlanjutan wirausaha sanitasi,

• Terbatasnya pilihan teknologi jamban sehat

untuk wilayah dengan kondisi dan situasi spesifik (berbatu, permukaan air tanah tinggi, daerah

(50)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

42

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

43 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

kering, sungai, rawa gambut, daerah pesisir pantai dan sosial budaya)

c. Pelaksanaan Komponen Enabling Environment

• Belum semua pimpinan daerah berkomitmen

penuh terhadap pelaksanaan STBM termasuk dalam penganggaran,

• Belum semua stakeholder mempunyai persepsi

yang sama tentang pentingnya sanitasi berbasis masyarakat,

• Masih ada program yang bertentangan dengan

STBM misalnya ada subsidi, menghambat laju STBM,

• Masih adanya ego sektor dan ego program

dalam pelaksanaan program sanitasi berbasis masyarakat,

• Lemahnya kemampuan Sanitarian dalam

memanfaatkan dana BOK untuk pelaksanaan STBM,

• Belum maksimalnya pemanfaatan web monev

STBM untuk perencanaan dan pengembangan program sanitasi,

• Minimnya kegiatan sharing pembelajaran yang

dibangun di tingkat Desa/Kelurahan, kecamatan, Kabupaten/Kota dan di tingkat Provinsi,

• Belum terbentuknya Tim Pelatih inti untuk

peningkatan kapasitas (Pelatihan Fasilitator STBM, Wirausaha Sanitasi dan Monev STBM) di tingkat provinsi maupun Kabupaten/Kota, termasuk tim STBM atau dengan istilah lain yang sesuai,

(51)

• Belum semua daerah mampu membuat turunan

regulasi dari peraturan nasional terkait dengan STBM,

• Kurang berfungsinya kelembagaan Pokja AMPL/

STBM/Sanitasi, karena ada rangkap tugas dan tanggung jawab, kurang koordinasi, ego sektoral, belum ada evaluasi pencapaian target.

• Belum ada panduan untuk Desa/Kelurahan

yang mengatur strategi kegiatan PHBS dengan pendekatan STBM. Alokasi Dana Desa yang besar tanpa adanya regulasi yang mengikat dikhawatirkan banyak terjadi subsidi langsung kepada masyarakat salah satunya pemberian jamban secara cuma-cuma.

• Sebanyak 12.893 Desa/Kelurahan, baseline data

akses sanitasinya belum dimasukkan ke dalam web STBM. Kondisi ini berpengaruh pada ketidak konsistenan penghitungan capaian akses sanitasi secara Nasional,

• Masih terbatasnya informasi dan sulitnya jaringan

internet untuk mengakses Pembelajaran Jarak Jauh STBM secara online,

• Masih lemahnya mekanisme verifikasi Desa/

Kelurahan yang sudah mencapai status SBS. Dari 9.560 Desa/Kelurahan yang menyatakan SBS, yang sudah dilakukan verifikasi hanya 4.494 Desa/ Kelurahan.

(52)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

44

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

45 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

(53)

BAB 4

TARGET STBM AKHIR TAHUN 2019

A. Target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2015–2019

RPJMN 2015-2019 mengamanatkan target yang berkaitan dengan Universal access dan Desa/Kelurahan melaksanakan STBM. Sejalan dengan hal tersebut STBM sebagai pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan, bertujuan untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat masyarakat yang setinggi-tingginya. Adapun target RPJMN 2015-2019 untuk sanitasi dan air minum adalah sebagai berikut: 1. Universal access 2019

Berdasarkan RPJMN 2015-2019, maka pada akhir tahun 2019 target yang ingin dicapai dalam bidang air minum dan sanitasi seperti tabel berikut:

a. Air minum

Tabel 1. Target Universal Access Bidang Air Minum

Standart

Pemenuhan Proporsi Kebutuhan

SPM 85% 60 liter/orang/hari

Kebutuhan dasar 15% 15 liter/orang/hari

(54)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

46

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

47 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

b. Sanitasi

Tabel 2. Target Universal Access Bidang Sanitasi

Standart

Pemenuhan Proporsi Air Limbah

Persampahan di Perkotaan SPM 85% 85% On-site system 20% Fasilitas reduksi sampah 15% Off-site system 80% penanganan sampah Kebutuhan

dasar 15% Basic Improved Sanitation

Sumber: Dokumen RPJMN 2015 – 2019

2. Target Desa/Kelurahan melaksanakan STBM

Dalam RPJMN tahun 2015 – 2019, pemerintah menetapkan target Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan yaitu 45.000 Desa/ Kelurahan melaksanakan STBM dengan capaian per tahun sebanyak 5.000 Desa/Kelurahan.

B. Penetapan Target STBM Tahun 2019

Sampai dengan 29 Oktober tahun 2015, total Desa/Kelurahan melaksanakan STBM dari 34 provinsi sebanyak 25.262. Desa/ Kelurahan belum melaksanakan STBM sebanyak 56.612. Data tersebut bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Jumlah Desa/Kelurahan Melaksanakan STBM dan Desa/ Kelurahan Belum Melaksanakan STBM menurut Provinsi

(55)

PROVINSI JUMLAH DESA/ KEL DESA/KEL MELAKSANAKAN STBM PROPORSI JUMLAH DESA/KEL MELAKSANAKAN STBM JUMLAH DESA/KEL BELUM MELAKSANAKAN STBM

PROPORSI JUMLAH DESA/ KELURAHAN BELUM MELAKSANAKAN STBM ACEH 6.513 837 13% 5.676 87% SUMATERA UTARA 6.112 490 8% 5.622 92% SUMATERA BARAT 1.131 434 38% 697 62% RIAU 1.845 567 31% 1.278 69% JAMBI 1.562 300 19% 1.262 79% SUMATERA SELATAN 3.261 866 27% 2.395 73% BENGKULU 1.524 376 25% 1.148 75% LAMPUNG 2.643 841 32% 1.802 68%

KEP. BANGKA BELITUNG 387 269 70% 118 30%

KEP. RIAU 416 134 32% 282 68% DKI JAKARTA 267 5 2% 262 98% JAWA BARAT 5.962 2.118 36% 3.844 64% JAWA TENGAH 8.559 3.907 46% 4.652 54% DI YOGYAKARTA 438 402 92% 36 8% JAWA TIMUR 8.499 5.122 60% 3.377 40% BANTEN 1.551 327 21% 1.224 79% BALI 716 271 38% 445 62% NUSA TENGGARA BARAT 1.141 957 84% 184 16%

(56)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

48

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

49 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019 NUSA TENGGARA TIMUR 3.270 1.999 61% 1.271 39% KALIMANTAN BARAT 2.005 382 19% 1.623 81% KALIMANTAN TENGAH 1.574 561 36% 1.013 64% KALIMANTAN SELATAN 2.009 661 33% 1.348 67% KALIMANTAN TIMUR 1.032 55 5% 977 95% KALIMANTAN UTARA 479 18 4% 461 96% SULAWESI UTARA 1.830 114 6% 1.716 94% SULAWESI TENGAH 2.013 471 23% 1.542 77% SULAWESI SELATAN 3.030 977 32% 2.053 68% SULAWESI TENGGARA 2.264 529 23% 1.735 77% GORONTALO 735 239 33% 496 67% SULAWESI BARAT 648 354 55% 294 45% MALUKU 1.224 87 7% 1.137 93% MALUKU UTARA 1.196 159 13% 1.037 87% PAPUA BARAT 1.600 225 14% 1.375 86% PAPUA 4.438 208 5% 4.230 95% INDONESIA 81.874 25.262 56.612

Data diakses dari web STBM tanggal 29 Oktober 2015, pukul 16:45 WIB dan diolah oleh Sekretariat STBM

Dari 25.262 Desa/Kelurahan melaksanakan STBM, total Desa/ Kelurahan SBS Verifikasi sebanyak 4.494. Total data Desa/ Kelurahan SBS Verifikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(57)

Tabel 4. Jumlah Desa/Kelurahan Melaksanakan STBM dan Jumlah Desa/ Kelurahan SBS/ODF Verifikasi

PROVINSI DESA/KELJUMLAH

JUMLAH DESA/KEL MELAKSANAKAN STBM JUMLAH DESA/ KEL SBS/ODF VERIFIKASI ACEH 6.513 837 20 SUMATERA UTARA 6.112 490 12 SUMATERA BARAT 1.131 434 74 RIAU 1.845 567 114 JAMBI 1.562 300 45 SUMATERA SELATAN 3.261 866 122 BENGKULU 1.524 376 3 LAMPUNG 2.643 841 6 KEP. BANGKA BELITUNG 387 269 36 KEP. RIAU 416 134 5 DKI JAKARTA 267 5 0 JAWA BARAT 5.962 2118 453 JAWA TENGAH 8.559 3907 831 DI YOGYAKARTA 438 402 195 JAWA TIMUR 8.499 5122 1547 BANTEN 1.551 327 21 BALI 716 271 1 NUSA TENGGARA BARAT 1.141 957 305 NUSA TENGGARA TIMUR 3.270 1999 363 KALIMANTAN BARAT 2.005 382 23 KALIMANTAN TENGAH 1.574 561 62 KALIMANTAN SELATAN 2.009 661 70 KALIMANTAN TIMUR 1.032 55 0

(58)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

50

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

51 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019 KALIMANTAN UTARA 479 18 0 SULAWESI UTARA 1.830 114 5 SULAWESI TENGAH 2.013 471 55 SULAWESI SELATAN 3.030 977 78 SULAWESI TENGGARA 2.264 529 29 GORONTALO 735 239 7 SULAWESI BARAT 648 354 11 MALUKU 1.224 87 7 MALUKU UTARA 1.196 159 4 PAPUA BARAT 1.600 225 1 PAPUA 4.438 208 0 INDONESIA 81.874 25.262 4.494

Data diakses dari web STBM tanggal 29 Oktober 2015, pukul 16:45 WIB dan diolah oleh Sekretariat STBM

Dalam rangka mendukung pencapaian target RPJMN termasuk Universal Access 2019, maka target STBM ditetapkan lebih spesifik dan terukur sebagai berikut:

1. Target Desa/Kelurahan Melaksanakan STBM

Pada akhir tahun 2019, harus tercapai 81.874 Desa/ Kelurahan melaksanakan STBM9. Untuk mencapai target tersebut, Kementerian Kesehatan membagi 56.612 Desa/ Kelurahan yang belum melaksanakan STBM seperti pada tabel berikut:

9 Tiga persyaratan desa/ kelurahan telah melaksanakan STBM adalah:(1) sudah dipicu di salah satu dusun, (2) ada penanggung jawab melanjutkan aksi intervensi (individu atau kelompok), (3) Ada rencana aksi kegiatan mencapai perubahan perilaku pilar STBM.

(59)

Tabel 5. Target Desa/Kelurahan Melaksanakan STBM per Tahun Target 2016 2017 2018 2019 Total Proporsi Target Desa/Kelurahan Belum Melaksanakan STBM 20% 30% 35% 15% 100% Target Desa/ Kelurahan Melaksanakan STBM 11.322 16.984 19.814 8.492 56.612

2. Target Desa/Kelurahan mencapai status SBS Verifikasi

Pada akhir tahun 2019, harus tercapai akumulasi 40.937 Desa/Kelurahan (total 50% Desa/Kelurahan melaksanakan STBM) dengan status SBS Verifikasi10. Sampai dengan 29 Oktober tahun 2015 sudah tercapai 4.494 Desa/Kelurahan SBS Verifikasi. Total target Desa/Kelurahan yang belum SBS Verifikasi sebanyak 36.443 yang dibagi proporsinya kedalam tabel berikut:

Tabel 6. Target Desa/Kelurahan SBS/ODF per Tahun

Target 2016 2017 2018 2019 Total Proporsi Target Desa/Kelurahan SBS/ODF Verifikasi 15% 20% 35% 30% 100% Target Desa/ Kelurahan SBS/ODF Verifikasi 5.466 7.289 12.755 10.933 36.443

10 SBS Verifikasi adalah: kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak lagi

melakukan perilaku buang air besar sembarangan yang berpotensi menyebarkan penyakit dan sudah dipastikan melalui proses verifikasi.

(60)

ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

52

S

ANITASI

T

OTAL

B

ERBASIS

M

ASYARAKAT

53 ROADMAP STBM Tahun 2015 -2019

Masing-masing Provinsi diberi kewenangan menentukan target maksimal per tahun untuk Desa/Kelurahan melaksanakan STBM dan Desa/Kelurahan SBS Verifikasi dalam mendukung capaian target Nasional.

C. Penetapan Milestone

Penetapan milestone didasarkan pada komponen demand, komponen supply dan komponan enabling environment. Penetapan milestone ini meliputi aspek pendanaan, kelembagaan, regulasi, peningkatan kapasitas, komunikasi, pengembangan kerjasama mitra dan kerjasama dengan perguruan tinggi.

1. Pendanaan

Tabel 7. Milestone Pendanaan STBM per Tahun (Akumulasi)

No Milestone 2016 2017 2018 2019

1 Jumlah Kementerian/Lembaga mengalokasikan anggaran

untuk STBM 2 6 6 6

2 Jumlah Provinsi

mengalokasikan APBD untuk

STBM 15 34 34 34

3 Jumlah Kabupaten/Kota mengalokasikan APBD untuk

STBM 219 350 460 514

4 Jumlah Provinsi mempunyai alternatif pembiayaan STBM/

Gambar

Gambar 1:  Kerangka Logis Penyusunan STBM 2015-2019 8
Gambar 2:  3 Komponen STBM
Gambar 3:  Tangga Perubahan Perilaku STBM
Grafik 1. Kenaikan Akses Sanitasi di Jawa Timur melalui program STBM (status Januari 2012)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lemak (minyak) hewani dan nabati merupakan campuran dari gliserida dan komponen- komponen yang lain, sehingga tidak mempunyai titik cair yang tepat, tetapi mencair

KPA Nasional melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana terangkum dalam Perpres No.75 Tahun 2006, yang terdiri atas: pengembangan kebijakan, langkah strategis,

dan dengan demikian, komputer yang ada menjadi lebih kecil dan lebih murah pada tahun 1960-an, IBM memperkenalkan komputer komersial yang memanfaatkan transistor

Dengan adanya dukungan sumberdaya manusia (pegawai administratif) yang mempunyai komitmen tinggi terhadap peningkatan mutu, diharapkan Universitas Pendidikan Indonesia

PENGARUH BUDAYA KERJA, MOTIVASI KERJA, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN INDUSTRI UMKM DENGAN PEMAHAMAN ETIKA KERJA ISLAM SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI

Penelitian yang dilakukan oleh Bodroastuti (2009) mengenai struktur Corporate Governance yang diukur dengan variabel jumlah dewan direksi, jumlah dewan komisaris,

Pada penelitian ini digunakan larutan uji kreatinin 5 ppb karena dengan penggunaan larutan kreatinin yang lebih besar seperti 30 ppb, elektroda jenuh oleh

Pendaftaran Ulang dilaksanakan di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, pada tanggal 31 Mei 2013, mulai pukul 07.00 WIB dengan.. menunjukkan bukti