28 HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam BAB ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk menggali dukungan keluarga terhadap pelaksanaan atraumatic care pada anak selama hospitalisasi di ruang anak Bangsal Anggrek, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga. Dalam penyajian data hasil penelitian peneliti akan membagi menjadi tiga bagian. Pada bagian yang pertama peneliti akan memaparkan hasil penelitian berupa analisis tema yang mencakup deskripsi hasil observasi mendalam yang peneliti susun berdasarkan tema-tema yang ditemukan tentang dukungan keluarga terhadap pelaksanaan Atraumatic Care. Pada bagian kedua peneliti akan membahas hasil analisis data dengan membandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan hasil penelitian peneliti.pada bagian yang terakhir peneliti akan menuliskan hasil analisis keseluruhan dari pembahasan.
Penelitian ini berlangsung dari tanggal 22 – 25 Juli 2014. Subyek penelitian yang diobservasi atau diamati oleh peneliti dalam penelitian ini sebanyak limabelas orang sesuai kriteria yang peneliti
paparkan. Penelitian dilakukan dengan mengambil subyek penelitian orangtu/primary care giver dari anak yang dirawat di ruang Anggrek. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan pilot project. Pilot project pertama pada penelitian ini berlangsung di ruang anak Bangsal Anggrek, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga pada tanggal 25 Juni 2014 mendapatkan hasil pengamatan yang kurang fokus dan mendalam oleh peneliti, sehingga perlu dilakukan lagi pada tanggal 4 Juli 2014. Pilot project dilakukan dengan tujuan untuk menguji coba panduan observasi dan melatih kemampuan peneliti dalam menggali data dan memfokuskan pengamatan.
4.1 Hasil penelitian
Tabel 4.1
Analisa tema berdasarkan kategori
Orangtua/Primary care giver Kategori Tema
O1 Pada saat pengambilan darah, anak tampak menangis dan kesakitan, nenek spontan berkata, “mpun bu, mboten usah katah-katah, mesak’ke.” Nenek tetap berkata, “mpun bu, mesak’ke.” Tidak mempercayakan tindakan perawat Kurangnya kontrol emosi dan kepercayaan orangtua pada perawat
Nenek berkata “mboten bu, niku obate kleru, anak’e mboten mencret kok malah diparingi obat mencret, kulo njaluk’e obat watuk, bu.” Sambil memegang obat dari IGD nenek masih
Menyalahkan perawat
menyangkal dan berkata, “niki obat’e kleru, anak’e mboten mencret kok bu.”
O9 Orangtua menjawab,
“mboten bu, kulo wedi ndelok darah.”
Ibu kemudian pergi ke luar kamar pada saat anaknya diambil darah.
Takut terhadap tindakan yang dilakukan pada anaknya
O10 orangtua panik dan memarahi anak yang tidak mau diam.
Orangtua
menunjukkan emosi yang membuat anak takut
012 Orang tua tampak panik sambil memegangi tangan anak yang tidak terpasang infus, karena anak mencoba mencabuti infus sendiri ditangan lainnya.dan berkata, “ojo nakal to le.”
Menunjukkan tidak bisa kontrol emosi
Orangtua menjawab, “niki ajeng disuntik malih bu?, mesak’ke kulo, cah cilik disuntik. Nak ajeng wangsul niki pripun bu?
Keluarga membatasi perawat dalam melakukan tindakan
Orangtua berkata, “kulo ampun nak dicobloske malih, mesak’ke anak’e.
Niki anak’e mpun mboten panas bu. kulo njaluk wangsul mawon bu.”
Tidak mengerti kebutuhan anak
O3 Orangtua anak dengan seksama mendengarkan perawat dan memasang buli-buli es sesuai yang
diinstruksikan perawat
Terlibat dalam tindakan yang diberikan pada anak
Ikut terlibat dalam tindakan
keperawatan
Bapak berkata, “ayo le jangan gerok-gerok lho denger kata bu perawat.“
Membantu perawat memberikan saran saat tindakan pada anak
O4 Orangtua langsung mencari anaknya dan memanggilnya.
Membantu pelaksanaan
“le sini le, dicari ibu perawat sini le.”
tindakan yang akan dilakukan perawat mencoba menghalangi
pandangan anak pada tindakan penusukan jarum.
Terlibat dalam pelaksanaaan tindakan keperawatan O10 Setelah mendengarkan
saran perawat, orangtua langsung melakukan apa yang disarankan perawat
Mampu bekerjasama dengan perawat
012 Orangtua melakukan saran perawat untuk menekan luka bekas tusukan
Dapat membantu dan ikut serta dalam pelaksanaan tindakan O15 Orangtua langsung
menidurkan anaknya di meja tindakan sesuai dengan instruksi dari perawat
Membantu tindakan perawat
O2 Orangtua anak V terlihat melakukan yang diajarkan perawat untuk membuat anak merasa nyaman
Dapat melakukan dan terlibat dalam pemenuhan kebutuhan anak
Terlibat dalam pemenuhan kebutuhan anak
O8 Lalu orangtua merayu anaknya untuk makan, “tuh.. ayo makan dulu ya dek, minum obat biar cepet sembuh. Ibuk suapin nggeh”
Terlibat untuk memenuhi kebutuhan anak
O10 Terlihat orangtua langsung kembali ke kamar anak dan menyusui anaknya di tempat tidur.
Terlibat dalam pemenuhan kebutuhan
Ibu langsung memberikan anak susu dan mencoba menenangkan anak.
Terlibat dalam pemenuhan kebutuhan anak Tidak lama kemudian,
orangtua tampak
mengkompres anak P sesuai yang disarankan perawat.
Mampu memberikan dan terlibat untuk memenuhi kebutuhan anak O11 Terlihat ibu langsung
menggunakan masker yang diberikan perawat
Mengerti dan terlibat akan kebutuhan anak
O13 Orangtua juga ikut membujuk anaknya makan “ayo dek
Membantu pemenuhan
makan dulu biar minum obat. Ini ibu suapin ya nduk, tuh denger kata perawatnya” Mau sembuh gak?” Terlihat anak mau makan disuapi ibu sedikit demi sedikit”
kebutuhan anak
Terlihat orangtua langsung membuatkan oralit pada anak dan menyuruh anak meminumnya. “yo le ngombe iki yo ben cepet waras.”
Terlibat dalam pemenuhan kebutuhan
O15 “oh ngeten bu. oh nggeh.. nggeh bu” sang ibu mengiyakan dan menuruti kata perawat untuk tidak puasa.
Ibu memperhatikan perawat dan berkata “nggeh bu mangkih kulo paringi oralit.“
Mengerti dan dapat berperan akan kebutuhan anak
O3: Bapak langsung mencoba menenangkan anak dengan berkata,” sudah le, nyuwun es krim ya?, nanti bapak beli’ke tapi meneng sek yo le.”
Ikut serta dalam menenangkan anak
Memberikan kesejahteraan psikologis pada anak
sambil berkata pada anak, “ayo le, ojo nangis ya, iki bapak neng kene lho.”
Menunjukkan kehadiran yang dapat menenangkan anak
O4 Melihat anaknya menangis dan hendak memberontak orangtua spontan mendekat pada anak dan berkata, “ora popo le, ditahan sedelok meneh le, ora usah didelok’i.” orangtua sambil mengelus-elus kepala anak, menciumi dahinya
Memberikan rasa nyaman yang dapat menenangkan anak
O6 Anak tampak ingin
mencabuti infus seketika ibu membantu perawat dengan langsung menggendong anaknya serta mengelus-elus kepala anak agar anaknya tenang tidak mencabuti infus dan berkata, “ayo dek, sampun, sampun nggeh.”
Menunjukkan rasa kasih sayang dengan memberikan stimulus taktil berupa
O8 Sambil memegang kepala, mengelus-elus kepala anaknya pada saat perawat merayu anak
Membantu mengurangi rasa takut anak terhadap perawat
ibu berkata “enggak sakit kok le, tu yang disuntik
selangnya kok, cup... cup... ada ibuk kok di sini.”
Mendukung perawat dalam menenangkan anak dengan kata-kata
O14 Orang tua tampak menemani anak duduk di tempat tidur anak sambil memegang dan memijat kaki anak.
Menunjukkan rasa empati dan kasih sayang pada anak.
Seketika orang tua langsung membantu perawat dengan naik ke tempat tidur dan memegang kaki anak sambil menenangkan anaknnya, “wes ya le, iki ibu, gelem dipijiti?”
Orangtua menunjukkan kehadiran perhatian pada anak supaya anak lbih tenang
O15 Seketika ibu menggendong anak menuju ruang perawat sambil berkata “Ayo ya dek diambil darahnya dulu ya sayang.” Tampak menggendong anak dan mengelus-elus kepala anak pada saat berjalan menuju ke ruang perawat. Menunjukkan rasa perhatian dan memberikan kenyamanan dan ketenangan.
berkata pada anak “disuntik dulu ya le, biar cepet sembuh ya nak.“ ibu terlihat sambil menciumi anak. Ibu terlihat sambil melihati anaknya dan berdiri di dekat perawat tampak sesekali berkata, “Iya le, ibu sini, ndak papa ya le, biar cepet sembuh ya le.” Ibu juga terlihat sambil
mengelus-elus kepala anaknya.
Orangtua
memberikan rasa aman dan nyaman.
O5 Pada saat pemasangan infus, orangtua terlihat duduk di kursi di dalam ruangan perawat, tampak diam melihati anaknya menangis.
Tidak menunjukkan respon apa-apa saat anak menangis
Tidak tanggap terhadap anak
O7 Pada saat mengantarkan anak, anak tampak menangis dan orangtua hanya diam sambil memegang HP.
Tampak tidak respon saat anak menangis
4.2 Pembahasan Hasil penelitian
Dari hasil penelitian diatas, memperoleh hasil penelitian berupa 5 tema besar yang menggali dukungan keluarga terhadap pelaksanaan Atraumatic Care, yaitu : (1) Kurangnya kontrol emosi dan kepercayaan orangtua pada perawat, (2) Ikut terlibat dalam tindakan keperawatan, (3) Terlibat dalam pemenuhan kebutuhan anak, (4) Memberikan kesejahteraan psikologis pada anak, dan (5) Tidak tanggap terhadap anak.
Hasil penelitian tersebut akan dibahas dengan menginterpretasikan tema yang sudah didapatkan dari penelitian yang berfokus pada bentuk respon dukungan keluarga terhadap pelaksanaan atraumatic care di bangsal anak, Ruang Anggrek, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga dengan cara membandingkan referensi buku dan hasil penelitian sebelumnya. Peneliti juga akan membahas tentang keterbatasan dalam penelitian ini. Berikut adalah uraian pembahasan dari tema-tema hasil penelitian ini.
1. Kurangnya kontrol emosi dan kepercayaan orangtua pada perawat
Hasil penelitian mendapati bahwa empat dari limabelas orangtua/primary caregiver kadang kurang kendali atau kontrol terhadap kondisi emosi pada saat anak mengalami hospitalisasi sehingga berpengaruh pada kepercayaan orangtua pada proses tindakan yang dilakukan perawat terhadap anaknya. Dalam penelitian hasil pengamatan menunjukkan orangtua yang emosi dan tidak percaya terhadap anak mengakibatkan anak lebih susah diatur. Hal tersebut juga mempengaruhi perawat dalam memberikan dan menerapkan proses tindakan keperawatan maupun tindakan atraumatic care pada anak. Menurut Wong (2008) hubungan yang baik antara perawat-pasien maupun perawat keluarga akan berpengaruh pada kondisi psikologis perawat, pasien dan orangtua. Hal tersebut didukung dalam penelitian yang dilakukan oleh Dinc dan Gastmans (2013) mengatakan kepercayaan adalah salah satu faktor penting bagi hubungan perawat-pasien maupun keluarga perawat-pasien. Dalam temuan ini menunjukkan hubungan kepercayaan merupakan
komponen penting dalam hubungan antara perawat-pasien maupun perawat-keluarga. Perawat yang mendapat kepercayaan dari pasien maupun keluarga akan lebih merasa percaya diri dalam melakukan tindakan kepada pasien sehingga akan membantu seluruh proses keperawatan yang dilakukan. Di Cina telah dilakukan penelitian oleh Lee & Lau (2012) yang membuktikan bahwa keyakinan atau kepercayaan dari seorang ibu terhadap perawat yang merawat anaknya di rumah sakit akan lebih mampu mengelola situasi stress yang dialaminya, sehingga peran dari hubungan perawat-orangtua juga dapat melindungi ibu terhadap stress dalam situasi krisis. Berkaitan dengan penelitian Lee dan Lau, penelitian yang dilakukan Fincher (2012), menunjukkan orangtua yang dapat mengendalikan stress akan memberikan efek baik terhadap emosional anak, terlihat anak juga akan lebih tenang dan dapat menerima tindakan seperti tindakan operasi yang dilakukan.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kontrol emosi dan kepercayaan orangtua terhadap anak merupakan salah satu faktor
penting yang dapat mempengaruhi anak dan juga mempengaruhi kerja perawat dalam melakukan tindakan maupun menerapkan prinsip atraumatic care pada anak. Adanya kontrol emosi dari orangtua serta kepercayaan terhadap tindakan perawat dapat membuat perawat menjadi lebih fokus dan tidak terbebani pada saat melakukan tindakan. Oleh karena itu, perawat diharapkan mampu membina hubungan saling percaya yang lebih baik dengan orangtua anak demi terwujudnya kepercayaan yang mempengaruhi kelancaran proses keperawatan yang dilakukan. Bagi pihak rumah sakit juga diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan orangtua dalam pelayanan keperawatan khususnya di ruang anak bangsal Anggrek.
2. Ikut terlibat dalam tindakan keperawatan
Pada hasil penelitan ini menunjukkan lima dari limabelas keluarga dapat menujukkan sikap mendukung dalam tindakan yang ditunjukan dengan ikut terlibat dalam tindakan yang diberikan perawat. Keterlibatan orang tua dan keluarga menjadi hal penting dalam pelaksanaan atraumatic care terutama pada saat perawat melakukan tindakan
pada anak seperti memasang infus, memperbaiki infus, pengambilan sampel darah. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada anak, terutama pada prisip atraumatic care, perawat diharapkan dapat melibatkan orangtua (Hockenberry & Wilson, 2007). Hal ini juga memiliki manfaat bagi perawat, dikarenakan pada saat tindakan yang menyakiti maupun melukai anak seperti pemasangan infus dan pengambilan darah, kehadiran orangtua dan keterlibatan orangtua dalam menenangkan anaknya sangat berpengaruh pada keberhasilan tindakan yang dilakukan perawat. Anak akan lebih menuruti orangtua mareka dibandingkan perawat yang dianggap sebagai orang asing (Wong, 2008). Dalam prinsip Atraumatic Care menunjukkan bahwa orangtua/keluarga diharapkan agar dapat melibatkan diri dalam pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam mengurangi trauma pada anak. Seperti penelitian yang dikemukakan oleh Coyne, O’neill, Murphy, Costello & O’shea (2011), bahwa dukungan keluarga terutama orangtua pada anak memiliki dampak positif bagi perawat maupun anak sehingga perawat mampu
melakukan tindakan atraumatic care dengan baik dan membuat anak merasa nyaman, sejahtera, dan menjadikan anak lebih tenang karena kehadiran orangtua dapat mengalihkan pehatian anak, karena anak tidak berfokus pada penyakitnya melainkan berfokus pada orangtuanya yang membuat anak dapat menerima tindakan. Kurangnya dukungan orang tua dan keluarga sangat berpengaruh dalam pelaksanaan atraumatic care.
Keterlibatan keluarga dalam tindakan keperawatan dapat meningkatkan pemahaman, pengetahuan keluarga tentang penyakit atau kondisi dari anak, selain itu juga dapat memberikan rasa nyaman dan kedekatan kepada anak sehingga kebutuhan anak dan keluarga dapat terpenuhi (Khalaila, 2014) sedangkan Karlsson, Rydstrom, & Englund (2014) mengatakan bahwa katakutan terburuk anak adalah pada saat berhadapan dengan tindakan menyakitkan dan suntikan. Dalam penelitian mereka, perawat dituntut dapat mendukung anak dengan berbagai jenis dukungan termasuk melibatkan orangtua dalam prosedur menyakitkan tersebut. Orangtua juga harus memberikan respon
yang positif kepada anak dan anakpun dapat menanggapinya secara positif sehingga anak mau menuruti perkataan orangtua.
Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dukungan orangtua dalam keterlibatan pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh perawat juga sangat dibutuhkan oleh perawat, dikarenakan pada saat orangtua dapat membantu dan menenangkan anaknya saat tindakan berlangsung, akan mempermudah kelancaran dari tindakan itu sendiri. Oleh karena itu, perawat diharapkan mampu memberi edukasi pada orangtua tentang pentingnya keterlibatan orangtua dalam tindakan keperawatan.
3. Terlibat dalam pemenuhan kebutuhan anak Kebutuhan anak akan bermacam-macam terutama pada saat anak sakit. Hasil penelitian ditemukan bahwa enam dari lima belas orang tua/primary caregiver bersedia terlibat dalam pemenuhan kebutuhan anak. Prinsip atarumatic care dalam mencegah dan mengurangi perpisahan anak dengan keluarga merupakan salah satu tujuan agar orangtua dapat terlibat dalam pemenuhan kebutuhan
anak (Wong, 2008). Keluarga adalah orang yang paling sering bersama dengan anak dan mengetahui kebutuhan anak. Orangtua harusnya dapat menentukan dan memenuhi kebutuhan anaknya serta dapat melaporkan segala hal yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan anaknya kepada perawat (Hockenberry dan Wilson, 2007). Pendapat tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Panicker (2013), menunjukkan bahwa orangtua sangat berperan dalam terpenuhnya kebutuhan anak, terutama anak yang mengalami masa hospitalisasi. Paniker menemukan bahwa pemberdayaan orangtua untuk ikut serta dalam memberikan dan menentukan kebutuhan anak memiliki dampak yang positif bagi anak sehingga anak akan menjadi lebih menerima tindakan yang dibutuhkan demi kesembuhannya. Selain dapat membantu proses keperawatan, pemberdayaan orangtua juga dapat melatih kepekaan orangtua terhadap kebutuhan anak serta dapat melatih orang tua dalam merawat anaknya sendiri.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wallis, Alford, Hanson, Titterton, Madden & Kohn (2012) menunjukkan peran orangtua sangat penting pada saat anak sakit dan harus dirawat di rumah sakit, terutama dalam memenuhi kebutuhan anak. Orangtua yang berada 24 jam dengan anak adalah orang yang mengetahui dan tanggap terhadap kebutuhan anak, hal ini ditunjukkan dalam penelitian ini bahwa keterlibatan orangtua menunjukkan hal yang baik. Keterlibatan orangtua dalam memutuskan dan memberikan kebutuhan anak sesuai dengan kondisi anak mendapati hasil peningkatan berat badan pada anak yang mengalami gangguan makan akibat penyakit maupun anoreksia nervosa.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa keikutsertaan keluarga/orangtua dalam pemenuhan kebutuhan anak merupakan suatu yang sangat penting, mengingat keluarga/orangtua merupakan orang yang paling dekat dengan anak dan paling mengetahui kebutuhan anak. Keterlibatan orangtua juga dapat memepermudah perawat anak dalam memberikan dan mengetahui kebutuhan anak, serta dapat meningkatkan kualitas dari
perawatan itu sendiri sehingga perawat juga diharapkan mampu melibatkan dan memotivasi keluarga/orangtua supaya dapat terlibat dan tanggap akan kebutuhan anak.
4. Memberikan kesejahteraan psikologis pada anak Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan atraumatic care yang dilakukan oleh perawat, enam dari lima belas orangtua/primary caregiver dapat mendukung pelaksanaan atraumatic care tersebut secara psikologis anak. Dalam prinsip atraumatic care, menerapkan bahwa anak harus mendapatkan rasa nyaman, rasa aman, mendorong rasa pengendalian diri pada anak sangat penting demi kesejahteraan anak (Hockenberry & Wilson, 2007). Keadaaan sejahtera pada anak dapat mengurangi stress dan dampak buruk dari hospitalisasi anak (Wong, 2003). Orangtua yang menunjukkan bentuk perhatian secara psikologis dapat membantu anak dalam menerima proses keperawatan yang diberikan perawat. Pada penelitian yang dilakukan Edwards (2013) mengemukakan bahwa adanya sentuhan fisik
keluarga terutama sentuhan dari ibu akan berdampak baik pada kondisi psikologis anak. Dalam penelitian ini juga membagikan fokus keluarga juga dapat berpengaruh karena pada saat keluarga berfokus pada kesehatan anak, dengan membandingkan ibu yang memiliki anak hanya satu dengan ibu yang memiliki anak lebih dari satu. Keluarga/orangtua yang hanya memiliki anak satu akan lebih banyak memberikan respon rangsangan secara emosional maupun fisik pada anak dibandingkan dengan orangtua yang memiliki anak lebih dari satu. Perubahan emosional yang sangat signifikan terjadi pada anak yang diberi rangsangan emosional dari orangtua, terlihat dari anak mulai tenang dan dapat berkomunikasi dengan baik bahkan menerima tindakan perawat.
Menurut Parker, Farrell, Ryder, Fernley, Cox, Parasat, & Taylor (2014) mengatakan bahwa dukungan keluarga pada anak-anak baik di rumah maupun di rumah sakit sangat penting dan dibutuhkan anak-anak dengan tujuan mensejahterakan dan memberikan rasa nyaman bagi anak. Hal tersebut dapat dilakukan orangtua
dengan memberikan perhatian, kasih sayang dalam bentuk nyata seperti perkataan maupun tindakan. Menurut Krycak, Murdock, Marszalek (2012) mengatakan bahwa dukukungan keluarga dalam bentuk kehadiran orangtua dapat berpengaruh terhadap tekanan psikologis anak. Dukungan secara emosional oleh keluarga dapat membuat keadaan sejahtera bagi anak dan juga memediasikan diri antara stress aktual dan tekanan psikologisnya.
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa memberikan kesejahteraan psikologis pada anak sangat penting, terutama yang dilakukan oleh orangtua. Hal tersebut dapat berpengaruh pada penerimaan anak terhadap tindakan yang diberikan perawat. Oleh karena itu perawat juga diharapkan dapat memberikan motivasi pada orangtua supaya dapat memberikan kesejahteraan pada anak tidak hanya fisik tetapi secara psikologis juga.
5. Tidak tanggap terhadap anak
Pada saat anak sakit, orangtua tidak hanya menunjukkan berbagai macam respon, tetapi juga
ada yang tidak menunjukkan respon apa-apa dan hanya diam saat anaknya menangis ataupun saat anaknya diberikan tindakan oleh perawat. Hasil observasi menunjukkan dua dari limabelas orangtua/primary caregiver bersikap acuh tak acuh atau tidak tanggap terhadap anaknya yang sedang menangis.Hal tersebut dapat berpengaruh pada psikologis anak. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Crawford & Bull (2006) membuktikan orangtua yang mengabaikan anaknya pada saat anak menangis atau sedang melakukan terapi pengobatan akan membuat anak lebih sulit diatur, penelitian ini menunjukkan 34 dari 50 anak yang menunjukkan kontrol emosi yang buruk saat orangtua tidak berespon apa-apa, bahkan meninggalkan mereka sendirian saat terapi pengobatan. Menurut Choi & Bosch (2013) mengatakan kehadiran orangtua dan respon orangtua dalam berbagai macam tindakan sangat berpengaruh pada anak. Anak akan menunjukkan sikap yang lebih tenang saat orangtua menemani dan memberikan tanggapan pada anak saat menangis. Berbanding terbalik dengan penelitian
yang dilakukan oleh Castillo, Lara & Naranjo (2011) mengatakan bahwa situasi krisis yang dialami orangtua saat anaknya mengalami hospitalisasi akan membuat tingkat stress orangtua meningkat. Peningkatan tingkatan stress pada orangtua dapat ditunjukkan dengan berbagai macam respon, orangtua bisa menjadi berlebihan (overprotective) bahkan tidak mampu berespon sama sekali.
Dari pembahasan diatas, dapat dilihat pentingnya kehadiran dan respon orangtua terhadap perawatan anak sakit. Anak membutuhkan perhatian dari orangtua agar merasa lebih tenang. Ketika anak lebih tenang, perawat juga akan lebih mudah memberikan tindakan dan terapi pengobatan. Oleh karena itu perawat juga diharapkan mampu berkerjasama dan memotivasi orangtua supaya orangtua dapat menemani anak dan meredakan tangisan anak.
4.3 Hasil Analisis
Dari pembahasan di atas peneliti menemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika proses pelaksanaan Atraumatic Care:
1. Faktor orangtua/primary caregiver yaitu latar belakang orangtua/primary caregiver memberikan kepercayaan dan dukungan terhadap pelaksanaan atraumatic care.
2. Faktor anak yaitu pengalaman anak terhadap hospitalisasi, penyebab anak menangis.
3. Faktor perawat yaitu komunikasi antara perawat- pasien maupun perawat-keluarga, hubungan saling percaya perawat-pasien-keluarga.
Dalam proses atraumatic care, ada beberapa hal yang harusnya dapat dilakukan dalam terlaksananya atraumatic care dengan baik terutama dalam hal dukungan keluarga :
1. Orangtua/primary caregiver harusnya dapat mengontrol emosi dan lebih tenang ketika berhadapan dengan anak agar anak dapat lebih tenang.
2. Orangtua/primary caregiver harusnya dapat menemani anaknya pada saat tindakan agar dapat mengurangi rasa takut anak.
3. Orangtua/primary caregiver harusnya mengetahui kebutuhan anak agar kebutuhan anak dapat terpenuhi. 4. Orangtua/primary caregiver dapat menenangkan anak
agar anak dapat lebih menerima proses keperawatan. 5. Orangtua bekerja sama dengan perawat terutama dalam
komunikasi, hubungan saling percaya, memotivasi keluarga untuk dapat terlibat dalam proses atraumatic care 6. Orang tua dapat mendukung perawat dalam melakukan
proses atraumatic care.
4.4. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih melihat dan membahas dukungan keluarga dari segi orangtua secara umum dan masih kurang mendalam, sehingga diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneruskan penelitian yang membahas dari sudut pandang perawat tentang dukungan orangtua/primary caregiver dan dapat menggali lebih mendalam tentang dukungan keluarga.