• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pelaksanaan atraumatic care pada anak selama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pelaksanaan atraumatic care pada anak selama"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

28 HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam BAB ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk menggali dukungan keluarga terhadap pelaksanaan atraumatic care pada anak selama hospitalisasi di ruang anak Bangsal Anggrek, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga. Dalam penyajian data hasil penelitian peneliti akan membagi menjadi tiga bagian. Pada bagian yang pertama peneliti akan memaparkan hasil penelitian berupa analisis tema yang mencakup deskripsi hasil observasi mendalam yang peneliti susun berdasarkan tema-tema yang ditemukan tentang dukungan keluarga terhadap pelaksanaan Atraumatic Care. Pada bagian kedua peneliti akan membahas hasil analisis data dengan membandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan hasil penelitian peneliti.pada bagian yang terakhir peneliti akan menuliskan hasil analisis keseluruhan dari pembahasan.

Penelitian ini berlangsung dari tanggal 22 – 25 Juli 2014. Subyek penelitian yang diobservasi atau diamati oleh peneliti dalam penelitian ini sebanyak limabelas orang sesuai kriteria yang peneliti

(2)

paparkan. Penelitian dilakukan dengan mengambil subyek penelitian orangtu/primary care giver dari anak yang dirawat di ruang Anggrek. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan pilot project. Pilot project pertama pada penelitian ini berlangsung di ruang anak Bangsal Anggrek, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga pada tanggal 25 Juni 2014 mendapatkan hasil pengamatan yang kurang fokus dan mendalam oleh peneliti, sehingga perlu dilakukan lagi pada tanggal 4 Juli 2014. Pilot project dilakukan dengan tujuan untuk menguji coba panduan observasi dan melatih kemampuan peneliti dalam menggali data dan memfokuskan pengamatan.

4.1 Hasil penelitian

Tabel 4.1

Analisa tema berdasarkan kategori

Orangtua/Primary care giver Kategori Tema

O1 Pada saat pengambilan darah, anak tampak menangis dan kesakitan, nenek spontan berkata, “mpun bu, mboten usah katah-katah, mesak’ke.” Nenek tetap berkata, “mpun bu, mesak’ke.” Tidak mempercayakan tindakan perawat Kurangnya kontrol emosi dan kepercayaan orangtua pada perawat

Nenek berkata “mboten bu, niku obate kleru, anak’e mboten mencret kok malah diparingi obat mencret, kulo njaluk’e obat watuk, bu.” Sambil memegang obat dari IGD nenek masih

Menyalahkan perawat

(3)

menyangkal dan berkata, “niki obat’e kleru, anak’e mboten mencret kok bu.”

O9 Orangtua menjawab,

“mboten bu, kulo wedi ndelok darah.”

Ibu kemudian pergi ke luar kamar pada saat anaknya diambil darah.

Takut terhadap tindakan yang dilakukan pada anaknya

O10 orangtua panik dan memarahi anak yang tidak mau diam.

Orangtua

menunjukkan emosi yang membuat anak takut

012 Orang tua tampak panik sambil memegangi tangan anak yang tidak terpasang infus, karena anak mencoba mencabuti infus sendiri ditangan lainnya.dan berkata, “ojo nakal to le.”

Menunjukkan tidak bisa kontrol emosi

Orangtua menjawab, “niki ajeng disuntik malih bu?, mesak’ke kulo, cah cilik disuntik. Nak ajeng wangsul niki pripun bu?

Keluarga membatasi perawat dalam melakukan tindakan

Orangtua berkata, “kulo ampun nak dicobloske malih, mesak’ke anak’e.

Niki anak’e mpun mboten panas bu. kulo njaluk wangsul mawon bu.”

Tidak mengerti kebutuhan anak

O3 Orangtua anak dengan seksama mendengarkan perawat dan memasang buli-buli es sesuai yang

diinstruksikan perawat

Terlibat dalam tindakan yang diberikan pada anak

Ikut terlibat dalam tindakan

keperawatan

Bapak berkata, “ayo le jangan gerok-gerok lho denger kata bu perawat.“

Membantu perawat memberikan saran saat tindakan pada anak

O4 Orangtua langsung mencari anaknya dan memanggilnya.

Membantu pelaksanaan

(4)

“le sini le, dicari ibu perawat sini le.”

tindakan yang akan dilakukan perawat mencoba menghalangi

pandangan anak pada tindakan penusukan jarum.

Terlibat dalam pelaksanaaan tindakan keperawatan O10 Setelah mendengarkan

saran perawat, orangtua langsung melakukan apa yang disarankan perawat

Mampu bekerjasama dengan perawat

012 Orangtua melakukan saran perawat untuk menekan luka bekas tusukan

Dapat membantu dan ikut serta dalam pelaksanaan tindakan O15 Orangtua langsung

menidurkan anaknya di meja tindakan sesuai dengan instruksi dari perawat

Membantu tindakan perawat

O2 Orangtua anak V terlihat melakukan yang diajarkan perawat untuk membuat anak merasa nyaman

Dapat melakukan dan terlibat dalam pemenuhan kebutuhan anak

Terlibat dalam pemenuhan kebutuhan anak

O8 Lalu orangtua merayu anaknya untuk makan, “tuh.. ayo makan dulu ya dek, minum obat biar cepet sembuh. Ibuk suapin nggeh”

Terlibat untuk memenuhi kebutuhan anak

O10 Terlihat orangtua langsung kembali ke kamar anak dan menyusui anaknya di tempat tidur.

Terlibat dalam pemenuhan kebutuhan

Ibu langsung memberikan anak susu dan mencoba menenangkan anak.

Terlibat dalam pemenuhan kebutuhan anak Tidak lama kemudian,

orangtua tampak

mengkompres anak P sesuai yang disarankan perawat.

Mampu memberikan dan terlibat untuk memenuhi kebutuhan anak O11 Terlihat ibu langsung

menggunakan masker yang diberikan perawat

Mengerti dan terlibat akan kebutuhan anak

O13 Orangtua juga ikut membujuk anaknya makan “ayo dek

Membantu pemenuhan

(5)

makan dulu biar minum obat. Ini ibu suapin ya nduk, tuh denger kata perawatnya” Mau sembuh gak?” Terlihat anak mau makan disuapi ibu sedikit demi sedikit”

kebutuhan anak

Terlihat orangtua langsung membuatkan oralit pada anak dan menyuruh anak meminumnya. “yo le ngombe iki yo ben cepet waras.”

Terlibat dalam pemenuhan kebutuhan

O15 “oh ngeten bu. oh nggeh.. nggeh bu” sang ibu mengiyakan dan menuruti kata perawat untuk tidak puasa.

Ibu memperhatikan perawat dan berkata “nggeh bu mangkih kulo paringi oralit.“

Mengerti dan dapat berperan akan kebutuhan anak

O3: Bapak langsung mencoba menenangkan anak dengan berkata,” sudah le, nyuwun es krim ya?, nanti bapak beli’ke tapi meneng sek yo le.”

Ikut serta dalam menenangkan anak

Memberikan kesejahteraan psikologis pada anak

sambil berkata pada anak, “ayo le, ojo nangis ya, iki bapak neng kene lho.”

Menunjukkan kehadiran yang dapat menenangkan anak

O4 Melihat anaknya menangis dan hendak memberontak orangtua spontan mendekat pada anak dan berkata, “ora popo le, ditahan sedelok meneh le, ora usah didelok’i.” orangtua sambil mengelus-elus kepala anak, menciumi dahinya

Memberikan rasa nyaman yang dapat menenangkan anak

O6 Anak tampak ingin

mencabuti infus seketika ibu membantu perawat dengan langsung menggendong anaknya serta mengelus-elus kepala anak agar anaknya tenang tidak mencabuti infus dan berkata, “ayo dek, sampun, sampun nggeh.”

Menunjukkan rasa kasih sayang dengan memberikan stimulus taktil berupa

(6)

O8 Sambil memegang kepala, mengelus-elus kepala anaknya pada saat perawat merayu anak

Membantu mengurangi rasa takut anak terhadap perawat

ibu berkata “enggak sakit kok le, tu yang disuntik

selangnya kok, cup... cup... ada ibuk kok di sini.”

Mendukung perawat dalam menenangkan anak dengan kata-kata

O14 Orang tua tampak menemani anak duduk di tempat tidur anak sambil memegang dan memijat kaki anak.

Menunjukkan rasa empati dan kasih sayang pada anak.

Seketika orang tua langsung membantu perawat dengan naik ke tempat tidur dan memegang kaki anak sambil menenangkan anaknnya, “wes ya le, iki ibu, gelem dipijiti?”

Orangtua menunjukkan kehadiran perhatian pada anak supaya anak lbih tenang

O15 Seketika ibu menggendong anak menuju ruang perawat sambil berkata “Ayo ya dek diambil darahnya dulu ya sayang.” Tampak menggendong anak dan mengelus-elus kepala anak pada saat berjalan menuju ke ruang perawat. Menunjukkan rasa perhatian dan memberikan kenyamanan dan ketenangan.

berkata pada anak “disuntik dulu ya le, biar cepet sembuh ya nak.“ ibu terlihat sambil menciumi anak. Ibu terlihat sambil melihati anaknya dan berdiri di dekat perawat tampak sesekali berkata, “Iya le, ibu sini, ndak papa ya le, biar cepet sembuh ya le.” Ibu juga terlihat sambil

mengelus-elus kepala anaknya.

Orangtua

memberikan rasa aman dan nyaman.

O5 Pada saat pemasangan infus, orangtua terlihat duduk di kursi di dalam ruangan perawat, tampak diam melihati anaknya menangis.

Tidak menunjukkan respon apa-apa saat anak menangis

Tidak tanggap terhadap anak

(7)

O7 Pada saat mengantarkan anak, anak tampak menangis dan orangtua hanya diam sambil memegang HP.

Tampak tidak respon saat anak menangis

4.2 Pembahasan Hasil penelitian

Dari hasil penelitian diatas, memperoleh hasil penelitian berupa 5 tema besar yang menggali dukungan keluarga terhadap pelaksanaan Atraumatic Care, yaitu : (1) Kurangnya kontrol emosi dan kepercayaan orangtua pada perawat, (2) Ikut terlibat dalam tindakan keperawatan, (3) Terlibat dalam pemenuhan kebutuhan anak, (4) Memberikan kesejahteraan psikologis pada anak, dan (5) Tidak tanggap terhadap anak.

Hasil penelitian tersebut akan dibahas dengan menginterpretasikan tema yang sudah didapatkan dari penelitian yang berfokus pada bentuk respon dukungan keluarga terhadap pelaksanaan atraumatic care di bangsal anak, Ruang Anggrek, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga dengan cara membandingkan referensi buku dan hasil penelitian sebelumnya. Peneliti juga akan membahas tentang keterbatasan dalam penelitian ini. Berikut adalah uraian pembahasan dari tema-tema hasil penelitian ini.

(8)

1. Kurangnya kontrol emosi dan kepercayaan orangtua pada perawat

Hasil penelitian mendapati bahwa empat dari limabelas orangtua/primary caregiver kadang kurang kendali atau kontrol terhadap kondisi emosi pada saat anak mengalami hospitalisasi sehingga berpengaruh pada kepercayaan orangtua pada proses tindakan yang dilakukan perawat terhadap anaknya. Dalam penelitian hasil pengamatan menunjukkan orangtua yang emosi dan tidak percaya terhadap anak mengakibatkan anak lebih susah diatur. Hal tersebut juga mempengaruhi perawat dalam memberikan dan menerapkan proses tindakan keperawatan maupun tindakan atraumatic care pada anak. Menurut Wong (2008) hubungan yang baik antara perawat-pasien maupun perawat keluarga akan berpengaruh pada kondisi psikologis perawat, pasien dan orangtua. Hal tersebut didukung dalam penelitian yang dilakukan oleh Dinc dan Gastmans (2013) mengatakan kepercayaan adalah salah satu faktor penting bagi hubungan perawat-pasien maupun keluarga perawat-pasien. Dalam temuan ini menunjukkan hubungan kepercayaan merupakan

(9)

komponen penting dalam hubungan antara perawat-pasien maupun perawat-keluarga. Perawat yang mendapat kepercayaan dari pasien maupun keluarga akan lebih merasa percaya diri dalam melakukan tindakan kepada pasien sehingga akan membantu seluruh proses keperawatan yang dilakukan. Di Cina telah dilakukan penelitian oleh Lee & Lau (2012) yang membuktikan bahwa keyakinan atau kepercayaan dari seorang ibu terhadap perawat yang merawat anaknya di rumah sakit akan lebih mampu mengelola situasi stress yang dialaminya, sehingga peran dari hubungan perawat-orangtua juga dapat melindungi ibu terhadap stress dalam situasi krisis. Berkaitan dengan penelitian Lee dan Lau, penelitian yang dilakukan Fincher (2012), menunjukkan orangtua yang dapat mengendalikan stress akan memberikan efek baik terhadap emosional anak, terlihat anak juga akan lebih tenang dan dapat menerima tindakan seperti tindakan operasi yang dilakukan.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kontrol emosi dan kepercayaan orangtua terhadap anak merupakan salah satu faktor

(10)

penting yang dapat mempengaruhi anak dan juga mempengaruhi kerja perawat dalam melakukan tindakan maupun menerapkan prinsip atraumatic care pada anak. Adanya kontrol emosi dari orangtua serta kepercayaan terhadap tindakan perawat dapat membuat perawat menjadi lebih fokus dan tidak terbebani pada saat melakukan tindakan. Oleh karena itu, perawat diharapkan mampu membina hubungan saling percaya yang lebih baik dengan orangtua anak demi terwujudnya kepercayaan yang mempengaruhi kelancaran proses keperawatan yang dilakukan. Bagi pihak rumah sakit juga diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan orangtua dalam pelayanan keperawatan khususnya di ruang anak bangsal Anggrek.

2. Ikut terlibat dalam tindakan keperawatan

Pada hasil penelitan ini menunjukkan lima dari limabelas keluarga dapat menujukkan sikap mendukung dalam tindakan yang ditunjukan dengan ikut terlibat dalam tindakan yang diberikan perawat. Keterlibatan orang tua dan keluarga menjadi hal penting dalam pelaksanaan atraumatic care terutama pada saat perawat melakukan tindakan

(11)

pada anak seperti memasang infus, memperbaiki infus, pengambilan sampel darah. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada anak, terutama pada prisip atraumatic care, perawat diharapkan dapat melibatkan orangtua (Hockenberry & Wilson, 2007). Hal ini juga memiliki manfaat bagi perawat, dikarenakan pada saat tindakan yang menyakiti maupun melukai anak seperti pemasangan infus dan pengambilan darah, kehadiran orangtua dan keterlibatan orangtua dalam menenangkan anaknya sangat berpengaruh pada keberhasilan tindakan yang dilakukan perawat. Anak akan lebih menuruti orangtua mareka dibandingkan perawat yang dianggap sebagai orang asing (Wong, 2008). Dalam prinsip Atraumatic Care menunjukkan bahwa orangtua/keluarga diharapkan agar dapat melibatkan diri dalam pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam mengurangi trauma pada anak. Seperti penelitian yang dikemukakan oleh Coyne, O’neill, Murphy, Costello & O’shea (2011), bahwa dukungan keluarga terutama orangtua pada anak memiliki dampak positif bagi perawat maupun anak sehingga perawat mampu

(12)

melakukan tindakan atraumatic care dengan baik dan membuat anak merasa nyaman, sejahtera, dan menjadikan anak lebih tenang karena kehadiran orangtua dapat mengalihkan pehatian anak, karena anak tidak berfokus pada penyakitnya melainkan berfokus pada orangtuanya yang membuat anak dapat menerima tindakan. Kurangnya dukungan orang tua dan keluarga sangat berpengaruh dalam pelaksanaan atraumatic care.

Keterlibatan keluarga dalam tindakan keperawatan dapat meningkatkan pemahaman, pengetahuan keluarga tentang penyakit atau kondisi dari anak, selain itu juga dapat memberikan rasa nyaman dan kedekatan kepada anak sehingga kebutuhan anak dan keluarga dapat terpenuhi (Khalaila, 2014) sedangkan Karlsson, Rydstrom, & Englund (2014) mengatakan bahwa katakutan terburuk anak adalah pada saat berhadapan dengan tindakan menyakitkan dan suntikan. Dalam penelitian mereka, perawat dituntut dapat mendukung anak dengan berbagai jenis dukungan termasuk melibatkan orangtua dalam prosedur menyakitkan tersebut. Orangtua juga harus memberikan respon

(13)

yang positif kepada anak dan anakpun dapat menanggapinya secara positif sehingga anak mau menuruti perkataan orangtua.

Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dukungan orangtua dalam keterlibatan pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh perawat juga sangat dibutuhkan oleh perawat, dikarenakan pada saat orangtua dapat membantu dan menenangkan anaknya saat tindakan berlangsung, akan mempermudah kelancaran dari tindakan itu sendiri. Oleh karena itu, perawat diharapkan mampu memberi edukasi pada orangtua tentang pentingnya keterlibatan orangtua dalam tindakan keperawatan.

3. Terlibat dalam pemenuhan kebutuhan anak Kebutuhan anak akan bermacam-macam terutama pada saat anak sakit. Hasil penelitian ditemukan bahwa enam dari lima belas orang tua/primary caregiver bersedia terlibat dalam pemenuhan kebutuhan anak. Prinsip atarumatic care dalam mencegah dan mengurangi perpisahan anak dengan keluarga merupakan salah satu tujuan agar orangtua dapat terlibat dalam pemenuhan kebutuhan

(14)

anak (Wong, 2008). Keluarga adalah orang yang paling sering bersama dengan anak dan mengetahui kebutuhan anak. Orangtua harusnya dapat menentukan dan memenuhi kebutuhan anaknya serta dapat melaporkan segala hal yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan anaknya kepada perawat (Hockenberry dan Wilson, 2007). Pendapat tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Panicker (2013), menunjukkan bahwa orangtua sangat berperan dalam terpenuhnya kebutuhan anak, terutama anak yang mengalami masa hospitalisasi. Paniker menemukan bahwa pemberdayaan orangtua untuk ikut serta dalam memberikan dan menentukan kebutuhan anak memiliki dampak yang positif bagi anak sehingga anak akan menjadi lebih menerima tindakan yang dibutuhkan demi kesembuhannya. Selain dapat membantu proses keperawatan, pemberdayaan orangtua juga dapat melatih kepekaan orangtua terhadap kebutuhan anak serta dapat melatih orang tua dalam merawat anaknya sendiri.

(15)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wallis, Alford, Hanson, Titterton, Madden & Kohn (2012) menunjukkan peran orangtua sangat penting pada saat anak sakit dan harus dirawat di rumah sakit, terutama dalam memenuhi kebutuhan anak. Orangtua yang berada 24 jam dengan anak adalah orang yang mengetahui dan tanggap terhadap kebutuhan anak, hal ini ditunjukkan dalam penelitian ini bahwa keterlibatan orangtua menunjukkan hal yang baik. Keterlibatan orangtua dalam memutuskan dan memberikan kebutuhan anak sesuai dengan kondisi anak mendapati hasil peningkatan berat badan pada anak yang mengalami gangguan makan akibat penyakit maupun anoreksia nervosa.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa keikutsertaan keluarga/orangtua dalam pemenuhan kebutuhan anak merupakan suatu yang sangat penting, mengingat keluarga/orangtua merupakan orang yang paling dekat dengan anak dan paling mengetahui kebutuhan anak. Keterlibatan orangtua juga dapat memepermudah perawat anak dalam memberikan dan mengetahui kebutuhan anak, serta dapat meningkatkan kualitas dari

(16)

perawatan itu sendiri sehingga perawat juga diharapkan mampu melibatkan dan memotivasi keluarga/orangtua supaya dapat terlibat dan tanggap akan kebutuhan anak.

4. Memberikan kesejahteraan psikologis pada anak Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan atraumatic care yang dilakukan oleh perawat, enam dari lima belas orangtua/primary caregiver dapat mendukung pelaksanaan atraumatic care tersebut secara psikologis anak. Dalam prinsip atraumatic care, menerapkan bahwa anak harus mendapatkan rasa nyaman, rasa aman, mendorong rasa pengendalian diri pada anak sangat penting demi kesejahteraan anak (Hockenberry & Wilson, 2007). Keadaaan sejahtera pada anak dapat mengurangi stress dan dampak buruk dari hospitalisasi anak (Wong, 2003). Orangtua yang menunjukkan bentuk perhatian secara psikologis dapat membantu anak dalam menerima proses keperawatan yang diberikan perawat. Pada penelitian yang dilakukan Edwards (2013) mengemukakan bahwa adanya sentuhan fisik

(17)

keluarga terutama sentuhan dari ibu akan berdampak baik pada kondisi psikologis anak. Dalam penelitian ini juga membagikan fokus keluarga juga dapat berpengaruh karena pada saat keluarga berfokus pada kesehatan anak, dengan membandingkan ibu yang memiliki anak hanya satu dengan ibu yang memiliki anak lebih dari satu. Keluarga/orangtua yang hanya memiliki anak satu akan lebih banyak memberikan respon rangsangan secara emosional maupun fisik pada anak dibandingkan dengan orangtua yang memiliki anak lebih dari satu. Perubahan emosional yang sangat signifikan terjadi pada anak yang diberi rangsangan emosional dari orangtua, terlihat dari anak mulai tenang dan dapat berkomunikasi dengan baik bahkan menerima tindakan perawat.

Menurut Parker, Farrell, Ryder, Fernley, Cox, Parasat, & Taylor (2014) mengatakan bahwa dukungan keluarga pada anak-anak baik di rumah maupun di rumah sakit sangat penting dan dibutuhkan anak-anak dengan tujuan mensejahterakan dan memberikan rasa nyaman bagi anak. Hal tersebut dapat dilakukan orangtua

(18)

dengan memberikan perhatian, kasih sayang dalam bentuk nyata seperti perkataan maupun tindakan. Menurut Krycak, Murdock, Marszalek (2012) mengatakan bahwa dukukungan keluarga dalam bentuk kehadiran orangtua dapat berpengaruh terhadap tekanan psikologis anak. Dukungan secara emosional oleh keluarga dapat membuat keadaan sejahtera bagi anak dan juga memediasikan diri antara stress aktual dan tekanan psikologisnya.

Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa memberikan kesejahteraan psikologis pada anak sangat penting, terutama yang dilakukan oleh orangtua. Hal tersebut dapat berpengaruh pada penerimaan anak terhadap tindakan yang diberikan perawat. Oleh karena itu perawat juga diharapkan dapat memberikan motivasi pada orangtua supaya dapat memberikan kesejahteraan pada anak tidak hanya fisik tetapi secara psikologis juga.

5. Tidak tanggap terhadap anak

Pada saat anak sakit, orangtua tidak hanya menunjukkan berbagai macam respon, tetapi juga

(19)

ada yang tidak menunjukkan respon apa-apa dan hanya diam saat anaknya menangis ataupun saat anaknya diberikan tindakan oleh perawat. Hasil observasi menunjukkan dua dari limabelas orangtua/primary caregiver bersikap acuh tak acuh atau tidak tanggap terhadap anaknya yang sedang menangis.Hal tersebut dapat berpengaruh pada psikologis anak. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Crawford & Bull (2006) membuktikan orangtua yang mengabaikan anaknya pada saat anak menangis atau sedang melakukan terapi pengobatan akan membuat anak lebih sulit diatur, penelitian ini menunjukkan 34 dari 50 anak yang menunjukkan kontrol emosi yang buruk saat orangtua tidak berespon apa-apa, bahkan meninggalkan mereka sendirian saat terapi pengobatan. Menurut Choi & Bosch (2013) mengatakan kehadiran orangtua dan respon orangtua dalam berbagai macam tindakan sangat berpengaruh pada anak. Anak akan menunjukkan sikap yang lebih tenang saat orangtua menemani dan memberikan tanggapan pada anak saat menangis. Berbanding terbalik dengan penelitian

(20)

yang dilakukan oleh Castillo, Lara & Naranjo (2011) mengatakan bahwa situasi krisis yang dialami orangtua saat anaknya mengalami hospitalisasi akan membuat tingkat stress orangtua meningkat. Peningkatan tingkatan stress pada orangtua dapat ditunjukkan dengan berbagai macam respon, orangtua bisa menjadi berlebihan (overprotective) bahkan tidak mampu berespon sama sekali.

Dari pembahasan diatas, dapat dilihat pentingnya kehadiran dan respon orangtua terhadap perawatan anak sakit. Anak membutuhkan perhatian dari orangtua agar merasa lebih tenang. Ketika anak lebih tenang, perawat juga akan lebih mudah memberikan tindakan dan terapi pengobatan. Oleh karena itu perawat juga diharapkan mampu berkerjasama dan memotivasi orangtua supaya orangtua dapat menemani anak dan meredakan tangisan anak.

(21)

4.3 Hasil Analisis

Dari pembahasan di atas peneliti menemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika proses pelaksanaan Atraumatic Care:

1. Faktor orangtua/primary caregiver yaitu latar belakang orangtua/primary caregiver memberikan kepercayaan dan dukungan terhadap pelaksanaan atraumatic care.

2. Faktor anak yaitu pengalaman anak terhadap hospitalisasi, penyebab anak menangis.

3. Faktor perawat yaitu komunikasi antara perawat- pasien maupun perawat-keluarga, hubungan saling percaya perawat-pasien-keluarga.

Dalam proses atraumatic care, ada beberapa hal yang harusnya dapat dilakukan dalam terlaksananya atraumatic care dengan baik terutama dalam hal dukungan keluarga :

1. Orangtua/primary caregiver harusnya dapat mengontrol emosi dan lebih tenang ketika berhadapan dengan anak agar anak dapat lebih tenang.

2. Orangtua/primary caregiver harusnya dapat menemani anaknya pada saat tindakan agar dapat mengurangi rasa takut anak.

(22)

3. Orangtua/primary caregiver harusnya mengetahui kebutuhan anak agar kebutuhan anak dapat terpenuhi. 4. Orangtua/primary caregiver dapat menenangkan anak

agar anak dapat lebih menerima proses keperawatan. 5. Orangtua bekerja sama dengan perawat terutama dalam

komunikasi, hubungan saling percaya, memotivasi keluarga untuk dapat terlibat dalam proses atraumatic care 6. Orang tua dapat mendukung perawat dalam melakukan

proses atraumatic care.

4.4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih melihat dan membahas dukungan keluarga dari segi orangtua secara umum dan masih kurang mendalam, sehingga diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneruskan penelitian yang membahas dari sudut pandang perawat tentang dukungan orangtua/primary caregiver dan dapat menggali lebih mendalam tentang dukungan keluarga.

Referensi

Dokumen terkait

Rekapitulasi ini merupakan rekapitulasi berdasarkan dari total anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam jangka waktu 5

Dapat diartikan individu akan merasa senang jika dalam memberikan pengertian tentang suatu hal namun didalamnya terdapat sesuatu yang menjajikan seperti memberi

Dengan demikian, pe- nelitian ini memiliki tiga tujuan utama, yaitu: (1) mendeskripsikan representasi situasi sosial di DKI Jakarta dalam pidato AB pada pelantikan

Berhubung pentingnya acara ini maka Saudara diharapkan hadir dan tidak dapat diwakilkan kecuali orang yang ditugaskan yang namanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media promosi yang digunakan oleh Hartono Lifestyle Mall Solo Baru dan peran biro iklan dalam upaya memaksimalkan program promosi pada

UNDERSTANDING IDEA OF CURRICULUM 2013 AND ITS CONSISTENCY ON DEVELOPING CURRICULUM DOCUMENT AT LEVEL OF EDUCATION UNIT (KTSP) AT PRIMARY SCHOOL LEVEL.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terdapat pada judul objeknya, yaitu sama-sama mengangkat Sinetron Para Pencari Tuhan, namun dalam hal ini