• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, 2015"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemangunan sektor sanitasi pada periode 2015-2019 dihadapkan pada target 100% penduduk Indonesia sudah harus terlayani akses sanitasi pada tahun 2019, atau dikenal dengan Universal Access. Peraturan Presiden (Perpres) No. 185/2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi disebut sebagai potensi untuk lebih mengoptimalkan pembangunan sanitasi. Perpres tersebut mengatur koordinasi perencanaan sekaligus legitimasi terhadap Pokja. Potensi lain aspek regulasi adalah dengan diterbitkannya UU No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah sebagai pengganti UU No. 32/2004. Dalam Undang-undang tersebut, sanitasi ditambahkan sebagai salah satu urusan wajib pemerinta daerah.

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan bisa menjadi payung bagi berbagai aktivitas terkait pembangunan sektor sanitasi yang berlangsung. Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan dokumen ketiga setelah Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Labuhanbatu Utara yang telah disusun sebelumnya pada tahun 2014, sedangkan Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) ini merupakan tahapan keempat dari Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).

Memorandum Program Sanitasi ini disusun oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara secara partisipatif dan terintegrasi melalui proses pelatihan, lokalatih, diskusi, konsultasi internal dan ekternal, dan pembekalan baik yang dilakukan oleh Tim Teknis Pokja Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara sendiri maupun dengan dukungan fasilitasi dari Fasilitator Kabupaten (CF) Labuhanbatu Utara dan Fasilitator Provinsi (PF) Sumatera Utara serta Pokja Sanitasi Provinsi Sumatera Utara dan Satker Pengembangan Air Minum dan Sanitasi Sumatera Utara.

(2)

2 Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik sinkronisasi dan koordinasi pada tingkat Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara maupun Kementerian/Lembaga untuk periode Jangka Menengah.

Dari sisi penganggaran, dokumen ini juga memuat rancangan dan komitmen pendanaan untuk implementasinya, baik komitmen alokasi penganggaran pada tingkat Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara, Pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya.

Untuk sumber penganggaran dari sektor Pemerintah, keseluruhan komitmen dalam dokumen ini akan menjadi acuan dalam tindak lanjut melalui proses penganggaran formal Tahunan.

Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan Memorandum Program Sanitasi ini antara lain :

 Pemrograman telah mempertimbangkan komitmen bersama antara kemampuan APBD Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara, APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan pendanaan Pemerintah Pusat maupun partisipasi dari sektor lain yang peduli sanitasi.

 Program dan Anggaran untuk 5 tahun ke depan sudah diketahui, sehingga perencanaan lebih optimal dan matang.

 Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan rekapitulasi dari semua dokumen perencanaan sanitasi dan telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan Kabupaten Labuhanbatu Utara dari aspek teknis, biaya dan waktu.

 Memorandum Program Sanitasi ini dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang diwujudkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari Bupati Labuhanbatu Utara dan Gubernur Sumatera Utara selaku kepala daerah.

(3)

3  Program investasi sektor Sanitasi ini telah disusun berdasarkan prioritas menurut

kebutuhan Kabupaten Labuhanbatu Utara untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara.

 Proses penyusunan rencana program investasi ini telah melalui aspek keterpaduan antara pengembangan wilayah/kawasan dengan pengembangan sektor bidang yang terkait kesanitasian, yang mencakup : Koordinasi Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan Sinkronisasi Program berdasarkan Skala Prioritas tertentu atau yang ditetapkan paling sesuai dalam rangka menjawab tantangan pembangunan sanitasi.

Memorandum Program Sanitasi merupakan terminal seluruh program dan kegiatan pembangunan sektor sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Pusat dan masyarakat setempat dalam kurun waktu 5 Tahun, yang pendanaannya berasal dari berbagai sumber : APBN, APBD Provinsi Sumatera Utara, APBD Kabupaten Labuhanbatu Utara, Bantuan Luar Negeri (pinjaman maupun hibah), CSR/swasta maupun masyarakat, dan sebagainya.

Sebagai suatu terminal, Memorandum Program Sanitasi merangkum masukan dari Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK), Rencana Program Investasi Jangka Menengah Daerah (RPIJMD), RTRW, RPJMD, Renstra/Renja SKPD, RKA SKPD, dan lain-lain.

Memorandum Program Sanitasi merupakan justifikasi serta komitmen pendanaan dari Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Pusat, atau lembaga lainnya. Memorandum Program Sanitasi merupakan landasan bagi Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara untuk melaksanakan strategi pembangunan sektor sanitasi dalam jangka menengah (5 Tahun) ke depan.

Memorandum Program Sanitasi ini dilengkapi dengan tabel-tabel rencana investasi program, rencana pelaksanaan periode sampai akhir 5 (lima) tahun ke depan, dan peta-peta pokok yang dapat menjelaskan arah pengembangan dan struktur ruang perkotaannya.

(4)

4 Skema Proses Perencanaan PPSP, Acuan Matrik Memorandum Program Sanitasi dan Proses Penyusunan Memorandum Program Sanitasi dapat dilihat secara berurutan pada gambar 1.3, gambar 1.4 dan gambar 1.5 sebagai berikut :

Gambar 1.3 : Skema Proses Perencanaan PPSP

Sumber : Pedoman Penyusunan MPS, Tahun 2015.

Gambar 1.4 : Acuan Matrik Memorandum Program Sanitasi

(5)

5 Gambar 1.5 : Proses Penyusunan Memorandum Program Sanitasi

(6)

6

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Dokumen Memorandum Program Sanitasi ini adalah sebagai berikut :

Maksud :

 Tersusunnya dokumen rencana strategi dan komitmen pendanaan oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara dengan pihak terkait untuk implementasi pembangunan sektor sanitasi yang komprehensif Jangka Menengah. Secara umum MPS ini secara spesifik bersifat sebagai “Expenditure Plan” – khususnya untuk program pembangunan sektor sanitasi.

 Mendorong para stakeholders melaksanakan kebijakan pengembangan sanitasi yang lebih efektif, partisipatif, dan berkelanjutan.

Tujuan :

 MPS diharapkan sebagai pedoman penganggaran pendanaan untuk implementasi pelaksanaan pembangunan sanitasi 2016-2020 seperti tercantum dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara.

 Dapat memberikan gambaran kebijakan pendanaan untuk implementasi pembangunan Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara selama 5 tahun yaitu 2016 - 2020, baik pendanaan yang dialokasikan dari APBD Kabupaten Labuhanbatu Utara, APBD Propinsi Sumatera Utara, APBN Pemerintah Pusat maupun sumber pendanaan lain non-pemerintah.

 Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan sanitasi.

 Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta/CSR) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Sebagai dasar masukan bagi umpan balik (feed-back) RPJMD Kabupaten Labuhanbatu Utara pada periode berikutnya.

(7)

7

1.3 Wilayah Perencanaan

1.3.1. Gambaran Umum Kabupaten Labuhanbatu Utara

Kabupaten Labuhanbatu Utara terletak di bagian tengah Provinsi Sumatera Utara pada 1O 58’ - 2 O 50’ Lintang Utara dan 99O 25’ - 100O 05’ Bujur Timur dengan ketinggian 2.151 meter di atas permukaan laut.

Luas wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah 3.545,80 km2, terdiri dari 8 (delapan) kecamatan, 82 (delapan puluh dua) desa dan 8 (delapan) kelurahan. Secara detail batas administrasi Kabupaten Labuhanbatu Utara seperti gambar 1.1 Peta administrasi Kabupaten Labuhanbatu Utara. Adapun batas-batas administratif wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kabupaten Asahan dan Selat Malaka.  Sebelah Timur : Kabupaten Labuhan Batu.

 Sebelah Barat : Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara.

 Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas Utara dan Kabupaten Labuhan Batu.

Kondisi tanah di Kabupaten Labuhanbatu Utara dilihat dari kemiringannya yang tergolong datar hanya 11 %, landai sekitar 20 % dan miring/terjal 69 % pada ketinggian 330-2.075 m/dpl, menjadikan Labuhanbatu Utara suatu kawasan pertanian agrobisnis dengan potensi pengembangan yang cukup besar. Menurut ketinggian tanahnya, Kabupaten Labuhanbatu Utara terdiri dari daerah dataran rendah dan perbukitan. Wilayah yang terletak pada ketinggian 0-10 m di atas permukaan laut (dpl) seluas 54.844 Ha (15,47%), 11-25 m di atas permukaan laut (dpl) seluas 124.212 Ha (35,03%), 26-100 m di atas permukaan laut (dpl) seluas 61,949 Ha (17,47%) dan lebih dari 100 m di atas permukaan laut (dpl) seluas 104.859 Ha (29,57%) dan 8.716 Ha (2,46%) merupakan sungai.

Menurut kemiringan tanahnya, wilayah yang berada pada kemiringan antara 0-2% seluas 218.382 Ha (61,59%), kemiringan antara 2-15% seluas 14.004 Ha (3,95%), kemiringan antara 15-40% seluas 52.011 Ha (14,67%) dan lebih dari 40% seluas 61,467 Ha (17,34%) dan seluas 8.716 Ha (2,46%) adalah sungai.

(8)

8 Sedangkan kondisi geologi Kabupaten Labuhanbatu Utara secara umum didominasi oleh tekstur tanah halus seluas 233.719 Ha (65,91%), tekstur tanah sedang seluas 112.145 Ha (31,63%) dan seluas 8.716 Ha (2,46%) adalah sungai.

Wilayah dengan kedalaman efektif antara 30-60 cm mencapai 117.965 Ha (33,27%), kedalaman 60-90 cm mencapai 27.529 Ha (7,76%), lebih dari 90 cm seluas 102.686 Ha (28,96%), lahan gambut seluas 70.926 Ha (20%) dan seluas 8.716 Ha (2,46%) adalah sungai.

Untuk kondisi geologi berdasarkan jenisnya wilayah Labuhanbatu Utara terdiri dari Alluvial seluas 84.782 Ha (23,91%), Pasir Kerakal seluas 53.909 Ha (15,20%), Batu Pasir, Batu Lanau dan Batu Lampung seluas 6.745 Ha (1,90%), Batu Lempung, Batu Pasir, Konglemerat seluas 27.742 Ha (7,82), Formasi Kuala seluas 33.386 Ha (9,42%), Formasi Bahorok seluas seluas 30.150 Ha (8,50%), Tuta Toba Riodasit seluas 100.117 Ha (28,24%), Kegiatan Miosen seluas 4.398 Ha (1,24%), Batuan Intrusip Pratersier seluas 4.635 Ha (1,31%) dan seluas 8.716 Ha (2,46%) adalah sungai.

Sedangkan menurut jenis tanah wilayah Labuhanbatu Utara terdiri atas podsolik kuning seluas 29.620 Ha (8,35%), organosol seluas 75.002 Ha (21,15%), Podsolik Merah/Kekuningan seluas 83,740 Ha (23,62%), Litosol/Podsolik/Regosol seluas 82.174 Ha (23,18%), Aluvial/Regosol Organol seluas 17.998 Ha (5,08%), Hidromorphik Kelabu Gleihumus Regosol seluas 46.822 Ha (13,20%), Podsolik Coklat Kekuningan seluas 10.508 Ha (2,96%) dan seluas 8.716 Ha (2,46%) adalah sungai.

(9)

9

Gambar 1.1 : Peta Adminitrasi Kabupaten Labuhanbatu Utara

1.3.2. Arah Pengembangan Kabupaten Labuhanbatu Utara

Dalam rangka perencanaan spasial di Indonesia, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan adanya dokumen rencana tata ruang yang terdiri dari rencana umum dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang terdiri dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dengan jangka waktu 20 tahun, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) untuk jangka waktu 20 tahun, serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) untuk jangka waktu 20 tahun yang dikaji ulang setiap 5 tahunnya. Disamping rencana umum, diperlukan juga adanya rencana rinci yang terdiri dari rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang kawasan strategis provinsi, serta rencana detail tata ruang kabupaten dan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten. Gambaran Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Labuhanbatu Utara dapat dilihat pada gambar 1.2.

(10)

10

Gambar 1.2 : Peta Adminitrasi Kabupaten Labuhanbatu Utara

Dengan merujuk kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2011-2015 dengan berdasarkan potensi, kondisi serta letak geografis Kabupaten Labuhanbatu Utara, maka ditetapkan visi Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah : “TERWUJUDNYA KABUPATEN LABUHANBATU UTARA SEJAHTERA, BERLANDASKAN IMAN DAN TAKWA “.

Adapun maksud yang terkandung dalam Visi di atas adalah sebagai berikut : 1) Sejahtera

Dimaksudkan, bahwa masyarakat Labuhanbatu Utara bebas dari pengangguran, bebas dari kemiskinan, cukup secara ekonomi, baik kualitas sumberdaya manusianya, baik derajat kesehatannya, tinggi tingkat pendidikannya, dan maju ekonomi daerahnya.

(11)

11 2) Iman dan Takwa

Dimaksudkan bahwa masyarakat Labuhanbatu Utara taat melaksanakan ibadah, berakhlak mulia dan luhur, beramal shalih, dan harmonis jalinan hubungan sosialnya. Dalam rangka mencapai visi yang telah ditetapkan, maka visi tersebut diimplementasikan dalam beberapa misi pembangunan sebagai berikut :

 Misi 1 : ”Menciptakan Tata Pemerintahan Yang Baik” Penyelenggaraan pemerintahan yang transparan, partisipatif, bertanggungjawab dan bebas korupsi dengan sasaran :

a. Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN b. Pelayanan publik yang berkualitas

c. Peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi d. Peningkatan kapasitas pemerintahan desa/kelurahan e. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk hukum daerah

 Misi 2 : ”Menurunkan Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran” yaitu : 1) Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran dengan sasaran :

a. Menurunnya persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan. b. Menurunnya tingkat pengangguran terbuka.

c. Meningkatnya pendapatan masyarakat dengan pengembangan sektor-sektor perekonomian utama.

d. Terwujudnya keluarga kecil sejahtera

e. Terlindunginya sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

2) Pembangunan Perekonomian Daerah yang Berpihak Pada Pengentasan Kemiskinan

(Pro Poor), Pembukaan Lapangan Kerja (Pro Job), dan Pertumbuhan Ekonomi (Pro Growth), dengan sasaran :

a. Terciptanya lapangan kerja baru b. Membaiknya iklim investasi dan usaha

c. Meningkatmya produksi dan daya saing produk pertanian, perikanan, kehutanan, Industri Kecil Menengahi, Koperasi dan UMKM.

(12)

12  Misi 3 : ” Meningkatkan Taraf Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat” yaitu :

1) Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan pendidikan dengan sasaran

a. Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan pada pendidikan dasar, menengah dan luar sekolah.

b. Meningkatnya cakupan dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan (sekolah, guru dan peralatan pendukung).

2) Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan dengan sasaran: a. Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan.

b. Meningkatnya perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta cakupan bayi dengan ASI eksklusif.

c. Meningkatnya cakupan dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan  Misi 4 : ”Meningkatkan Ketahanan Pangan Masyarakat” yaitu :

Menjamin ketersediaan, keterjangkauan, distribusi dan keamanan bahan pangan dengan sasaran :

a. Terjaminnya ketersediaan bahan pangan.

b. Terjaminnya distribusi, dan keterjangkauan bahan pangan.  Misi 5 : ”Pembenahan infrastruktur dan Sarana Prasarana Umum” yaitu :

Pemenuhan kebutuhan infrastruktur dan sarana prasarana pelayanan publik dengan sasaran :

a. Pembangunan sarana perkantoran dan pelayanan umum lainnya b. Perbaikan jalan kabupaten, jalan poros desa dan jalan lingkungan. c. Terpenuhinya kebutuhan saluran irigasi dan sarana air minum.  Misi 6 : ”Meningkatkan Kualitas Keimanan dan Ketakwaan” sebagai berikut :

Mewujudkan Masyarakat yang Religius dalam suasana Kerukunan Hidup Beragama yang Harmonis dan Dimanis dengan sasaran :

a. Meningkatkan kualitas kerukunan antar umat beragama; b. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman keagamaan;

c. Internalisasi Nilai Keagamaan dalam Penanggulangan Masalah Sosial dan Pembangunan.

(13)

13

1.4

Metodologi

1.4.1 Metodologi Penyusunan Dokumen

Metode dan proses Penyusunan Memorandum Program Sanitasi terdiri dari beberapa tahapan yang tidak dapat terlepas antara satu dengan lainnya, antara lain sebagai berikut :

1. Melakukan Review Instrumen Profil Sanitasi, khususnya untuk Area Beresiko Sanitasi dan Zona Sistem, dan mereview permasalahan mendesak sektor sanitasi.

2. Melakukan Review Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Labuhanbatu Utara, khususnya untuk Kerangka Kerja Logis (KKL), Program, Kegiatan dan Penganggaran serta Prioritas Program dan Kegiatan.

3. Melakukan Internalisasi dengan cara konsultasi kepada SKPD terkait di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

4. Melakukan Ekternalisasi dengan cara konsultasi teknis kepada Pokja Sanitasi Provinsi Sumatera Utara dan Satker Air Minum dan Sanitasi di Provinsi Sumatera Utara.

5. Melakukan pertemuan dengan akses sumber-sumber pendanaan alternatif Non-Pemerintah (Negara Donor, Swasta/CSR dan Masyarakat) di tingkat Kabupaten Labuhanbatu Utara.

6. Melakukan pengawalan Program dan Kegiatan kepada mekanisme penganggaran mulai tingkat Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sampai Pemerintah Pusat.

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penyusunan Memorandum Program Sanitasi, yaitu :

1. Data Primer.

Data yang diperoleh dari lapangan dengan melakukan interview dengan narasumber. 2. Data Sekunder.

Data yang diperoleh dengan melakukan kajian terhadap dokumen-dokumen strategis daerah antara lain : Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment), BPS (Buku Putih Sanitasi), SSK (Strategi Sanitasi Kabupaten), APBD, RTRW, RPJMD, RPIJMD, Renstra &

(14)

14 Renja SKPD, Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam Angka, BPS, Data Statistik, data dokumen pendukung lainnya seperti aturan baik dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara maupun Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Pengumpulan data dengan beberapa teknik dalam penyusunan Memorandum Program Sanitasi, diantaranya :

1. Desk Study (data sekunder, kajian literatur). 2. Field Research (observasi, wawancara responden). 3. FGD (Focus Group Discussion) dan indept interview.

1.4.2 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dokumen Memorandum Program Sanitasi terdiri dari 5 bab adalah sebagai berikut :

Bab Pertama : Pendahuluan, menggambarkan tentang Latar Belakang, Maksud dan

Tujuan Penyusunan Memorandum Program Sanitasi, Metodologi Penyusunan dan Sistematika Dokumen.

Bab Kedua : Review Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Labuhanbatu Utara yang

menyangkut Kondisi Eksisting Sanitasi, Prioritas Program dan Kegiatan, Kerangka Kerja Logis (KKL).

Bab Ketiga : Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi yang menjabarkan

Implementasi Program dan Kegiatan, Perhitungan Volume Kebutuhan Infrastruktur dan Non Infrastruktur.

Bab Keempat : Rencana Anggaran Pembangunan Sanitasi, yang menggambarkan

kebutuhan biaya untuk implementasi dan sumber pendanaan bagi masing-masing kegiatan sanitasi. Bab ini juga menguraikan rencana antisipasi bilamana terjadi funding gap.

(15)

15

Bab Kelima : Rencana Implementasi, yang menggambarkan tentang inventarisasi

status kesiapan dari masing-masing kegiatan sanitasi, langkah-langkah dan tindak lanjut yang harus dilakukan bagi kegiatan yang belum memenuhi kriteria kesiapan dan rencana monitoring dan evaluasi.

(16)

16

BAB II REVIEW SSK DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN

SANITASI

2.1 Profil Kabupaten Labuhanbatu Utara

2.1.1 Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu Utara mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 jumlah penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Utara sebanyak 335.478 jiwa atau 67.096 KK

Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Kepadatan kotor adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas keseluruhan. Jumlah penduduk pada tahun 2014 sebesar 335.478 jiwa dengan luas wilayah terbangun 27.005 Ha sehingga pada tahun 2014 kepadatan kotor di wilayah perencanaan sebesar 12 jiwa/Ha. Kepadatan tertinggi adalah di Kecamatan Aek Kuo sebesar 44 jiwa/Ha dan terendah adalah di Kecamatan Aek Natas sebesar 6 jiwa/Ha.

Tabel 2.1. : Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2014

NO Kecamatan Jumlah Kelurahan/Desa Luas Terbangun (Ha) Penduduk Tahun 2014 Keterangan Jumlah (Jiwa) Kepadatan

(Jiwa/Ha)

1. AEK KUO 8 Desa 667 29.303 44 Pedesaan

2. AEK NATAS 1 Kel / 11 Desa 5470 33.915 6 Pedesaan

3. KUALUH HILIR 1 Kel / 6 Desa 3676 31.964 9 Pedesaan

4. KUALUH HULU 2 Kel / 11 Desa 4832 65.579 14 Perkotaan

5. KUALUH LEIDONG 1 Kel / 6 Desa 3205 28.796 9 Pedesaan

6. KUALUH SELATAN 1 Kel / 11 Desa 5938 56.656 10 Pedesaan

7. MARBAU 1 Kel / 17 Desa 976 38.623 40 Pedesaan

8. NA IX-X 1 Kel / 12 Desa 2241 50.642 23 Pedesaan

Total 8 Kel, 82 Desa 27.005 335.478 12

(17)

17

Tabel 2.2. : Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Utara

Nama Kecamatan Jumlah Penduduk Tahun 2014 Pertumbuhan

Jumlah Penduduk (jiwa) Tahun 2016 2017 2018 2019 2020 AEK KUO 29.303 1,06 30.248 30732 31224 31723 32231 AEK NATAS 33.915 1,06 35.009 35569 36138 36716 37304 KUALUH HILIR 31.964 0,64 32.374 32582 32790 33000 33211 KUALUH HULU 65.579 0,21 65.855 65993 66132 66270 66410 KUALUH LEIDONG 28.796 0,27 28.952 29030 29108 29187 29266 KUALUH SELATAN 56.656 0,21 56.894 57014 57133 57253 57374 MARBAU 38.623 0,20 38.778 38855 38933 39011 39089 NA IX-X 50.642 0,19 50.835 50931 51028 51125 51222 Total 335.478 338.945 340.706 342.486 344.286 346.106

(18)

18

2.1.2 Area Beresiko

Penentuan area berisiko, ditentukan berdasarkan tingkat resiko sanitasi yang dilakukan dengan menggunakan data sekunder, hasil penilaian oleh SKPD dan hasil studi EHRA (data primer).

Penentuan area berisiko berdasarkan data sekunder yaitu kegiatan menilai dan memetakan tingkat risiko sebuah area (kelurahan/desa), berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD mengenai ketersediaan layanan fasilitas air bersih dan sanitasi dan data umum, meliputi Sambungan Rumah dan Hidran Umum, jumlah jamban, nama kelurahan, jumlah RT & RW, jumlah populasi, luas administratif, luas terbangun; Jumlah KK miskin; serta luas genangan.

Penentuan area berisiko berdasarkan Penilaian SKPD yaitu berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu SKPD/anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara

Penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat resiko berdasarkan : kondisi sumber air; pencemaran karena air limbah domestik; pengelolaan persampahan di tingkat rumah tangga; kondisi drainase; aspek perilaku (cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penangan air minum, buang air besar sembarangan). Proses penentuan area berisiko dimulai dengan analisis data sekunder, penilaian SKPD dan analisis berdasarkan hasil studi EHRA. Penentuan area berisiko dilakukan bersama-sama dan kesepakatan seluruh anggota Pokja Sanitasi berdasarkan hasil dari ketiga data tersebut.

Proses penentuan area beresiko dilakukan dengan pengumpulan data pada setiap kelurahan/desa sampel yaitu 82 desa dan 8 kelurahan yang berada pada 8 kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Utara. Berdasarkan elaborasi data sekunder, data penilaian/persepsi SKPD dan data hasil studi EHRA di Kabupaten Labuhanbatu Utara, diperoleh sebanyak 34 desa beresiko tinggi (tingkat resiko 3) dan sebanyak 13 desa beresiko sangat tinggi (tingkat resiko 4).

Penyebab utama risiko sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah persampahan, air limbah, drainase dan PHBS.

(19)

19 Hasil Penentuan area berisiko Kelurahan/Desa yang beresiko tinggi (tingkat resiko 3) dan sangat tinggi (tingkat resiko 4) serta penyebab utama resiko sanitasi dapat dilihat pada tabel 2.3. dan Peta Area beresiko pada peta 2.1a, peta 2.1b, dan peta 2.1c sebagai berikut :

Tabel 2.3. : Area Beresiko Sanitasi

Kecamatan

Skor Risiko Sanitasi

(Penyesuaian) Kecamatan

Skor Risiko Sanitasi (Penyesuaian) Kelurahan/Desa

air

limbah Persam pahan drainase Kelurahan/Desa

air

limbah Persam pahan drainase

Kecamatan

Aek Natas Kecamatan Marbau 1 Desa Adian Torop 1,0 1,0 1,0 1 Desa Lubo Rampah 2,0 1,0 1,0 2 Desa Poldung 2,0 3,0 2,0 2 Desa Sipare-pare Hilir 1,0 1,0 1,0 3 Desa Rombisan 2,0 3,0 2,0 3 Desa Perk. Pernantian 1,0 1,0 1,0 4 Desa Sibito 1,0 1,0 1,0 4 Desa Perk. Marbau Selatan 1,0 1,0 1,0 5 Desa Simonis 1,0 1,0 1,0 5 Desa Perk. Milano 1,0 1,0 1,0 6 Desa Kampung Yaman 1,0 1,0 1,0 6 Desa Pulo Bargot 1,0 2,0 1,0 7 Desa Perk. Aek Pamienke 1,0 1,0 1,0 7 Desa Sumber Mulyo 1,0 1,0 1,0 8 Kelurahan Bandar Durian 1,0 1,0 2,0 8 Desa Sipare-pare Tengah 1,0 1,0 1,0 9 Desa Perk. Halimbe 1,0 1,0 1,0 9 Desa Tubiran 2,0 3,0 4,0 10 DesaTerang Bulan 2,0 2,0 3,0 10 Desa Belongkut 3,0 4,0 2,0 11 Desa Pangkalan 1,0 1,0 1,0 11 Desa Simpang Empat 3,0 4,0 3,0 12 Desa Ujung Padang 2,0 2,0 4,0 12 Kelurahan Marbau 1,0 1,0 3,0 13 Desa Babussalam 3,0 3,0 2,0

Kecamatan Kualuh

Selatan 14 Desa Marbau Selatan 3,0 4,0 3,0 1 Desa Sidua-dua 3,0 2,0 2,0 15 Desa Aek Tapa 1,0 1,0 1,0 2 Desa Siamporik 2,0 3,0 3,0 16 Desa Perk. Brussel 1,0 2,0 1,0 3 Desa Lobu Huala 2,0 1,0 1,0 17 Desa Bulungihit 2,0 4,0 3,0 4 Desa Simangalam 3,0 1,0 3,0 18 Desa Hitatoras 2,0 1,0 1,0 5 Desa Gunung Melayu 3,0 1,0 3,0 6 Desa Damuli Pekan 3,0 2,0 2,0 Kecamatan Na IX-X 7 Desa Perkebunan Damuli 2,0 1,0 1,0 1 Kelurahan Aek Kota Batu 1,0 1,0 1,0 8 Desa Hasang 3,0 2,0 3,0 2 Desa Pematang 1,0 1,0 1,0 9 Desa Bandar Lama 3,0 2,0 3,0 3 Desa Batu Tunggal 2,0 3,0 2,0 10 Kelurahan Gunting Saga 3,0 1,0 3,0 4 Desa Sungai Raja 1,0 1,0 1,0 11 Desa Tanjung Pasir 3,0 2,0 3,0 5 Desa Perk. Berangir 2,0 1,0 1,0 12 Desa Sialang Taji 3,0 2,0 3,0 6 Desa Pasang Lela 1,0 1,0 1,0 7 Desa Silumajang 1,0 1,0 1,0

(20)

20

Kecamatan

Kualuh Hilir 8 Desa Hatapang 1,0 1,0 1,0 1 Desa Sei Sentang 2,0 2,0 3,0 9 Desa Meranti Omas 1,0 1,0 1,0 2 Kelurahan Kampung Mesjid 3,0 3,0 3,0 10 Desa Bangun Rejo 1,0 1,0 1,0 3 Desa Kuala Bangka 3,0 2,0 3,0 11 Desa Kampung Pajak 1,0 1,0 1,0 4 Desa Teluk Binjai 2,0 2,0 2,0 12 Desa Simpang Marbau 2,0 1,0 1,0 5 Desa Sungai Apung 3,0 2,0 3,0 13 Desa Pulo Jantan 1,0 1,0 1,0 6 Desa Teluk Piai 2,0 2,0 2,0 7 Desa Tanjung Mangedar 2,0 2,0 2,0

Kecamatan Kualuh

Hulu

1 Desa Kuala Beringin 3,0 4,0 2,0

Kecamatan Kualuh

Leidong 2 Desa Pulo Dogom 3,0 4,0 2,0 1 Desa Air Hitam 2,0 2,0 1,0 3 Desa Perk. Londut 1,0 1,0 1,0 2 Kelurahan Tanjung Leidong 3,0 4,0 4,0 4 Desa Perk. Kanopan Ulu 2,0 1,0 1,0 3 Desa Teluk Pulai Dalam 3,0 4,0 3,0 5 Desa Perpaudangan 1,0 1,0 1,0 4 Desa Teluk Pulai Luar 1,0 1,0 1,0 6 Kelurahan Aek Kanopan 4,0 2,0 4,0 5 Desa Kelapa Sebatang 1,0 1,0 1,0 7 Desa Perk. Membang Muda 1,0 1,0 1,0 6 Desa Pangkalan Lunang 1,0 1,0 1,0 8 Desa Perk. Labuhan Haji 1,0 1,0 1,0 7 Desa Simandulang 3,0 4,0 3,0 9 Desa Perk. Hanna 1,0 2,0 1,0 10 Kelurahan Aek Kanopan Timur 1,0 1,0 1,0

Kecamatan

Aek Kuo 11 Desa Sukarame 3,0 2,0 3,0 1 Desa Padang Maninjau 3,0 2,0 3,0 12 Desa Sukarame Baru 2,0 2,0 2,0 2 Desa Panigoran 2,0 1,0 1,0 13 Desa Sonomartani 2,0 2,0 2,0 3 Desa Sidomulyo 1,0 2,0 1,0 4 Desa Karang Anyar 2,0 2,0 1,0

5 Desa Padang Halaban 2,0 1,0 1,0 6 Desa Aek Korsik 4,0 3,0 4,0 7 Desa Purworejo 1,0 2,0 1,0 8 Desa Bandar Selamat 2,0 3,0 2,0

(21)

21 Proses penentuan area beresiko dilakukan dengan pengumpulan data pada setiap kelurahan/desa yang berada pada 8 kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Utara. Area beresiko sanitasi di Kabupaten Labuhanbatu Utara ditetapkan melalui elaborasi data sebagai berikut :

1. Data sekunder yang dikumpulkan dari masing-masing instansi terkait Kabupaten Labuhanbatu Utara, data sekunder yang digunakan antara lain ;

 Luas administratif (Ha)  Luas area terbangun (Ha)  Pertumbuhan penduduk (%)  Jumlah penduduk (jiwa)

 Klasifikasi perkotaan (urban) dan pedesaan (rural)  Area CBD

 Jumlah penduduk miskin

2. Persepsi Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) yang terlibat dalam Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara

3. Data Primer yang merupakan data hasil dari Studi EHRA ( Environmental Health Risk Assesment).

Hasil elaborasi dari 3 (tiga) sumber data tersebut dituangkan dalam bentuk peta area berisiko sanitasi, sebagai berikut :

(22)

22

(23)

23

(24)

24

(25)

25

2.1.3. Zona Sistem

Zona sistem digunakan untuk sektor air limbah dan sektor persampahan. Zona sistem yang disepakati pokja berasal dari hasil instrumen profil sanitasi. Tipikal sistem yang disarankan dalam sektor air limbah Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah :

(i) Zona 1 : sistem on-site individual (ii) Zona 2 : sistem komunal

(iii) Zona 3 : SPAL-T skala kawasan (iv) Zona 4 : SPAL-T skala kota

Hasil zona dan sistem air limbah domestik untuk setiap kelurahan/desa diisi secara manual oleh pokja sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara. Pokja sanitasi melakukan penyesuaian zona apabila diperlukan berdasarkan pertimbangan kondisi topografi/geografi, skala prioritas (berdasarkan tingkat risiko), optimalisasi kapasitas sistem, dan ketersediaan anggaran. Rekapitulasi data per zona untuk sistem air limbah domestik mengenai luas administratif (Ha), luas area terbangun (Ha), jumlah penduduk beserta kepadatan dan proyeksinya, akses sistem on site yang layak (%), akses sistem komunal (%), dan akses sistem

off-site (%) beserta area prioritas. Data rekapitulasi ini diperlukan untuk perhitungan biaya sistem

menggunakan instrumen perencanaan.

Fitur zona yang disarankan dalam sektor persampahan Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah sebagai berikut :

(i) Zona 1 : area kepadatan rendah

(ii) Zona 2 : area yang tergolong 25-100 pp urban/rural (iii) Zona 3 : area yang tergolong > 100 orang/ha bukan urban (iv) Zona 4 : area yang tergolong > 100 orang/ha urban

Data rekapitulasi per zona untuk sistem sampah mengenai luas administratif (ha), luas area terbangun (ha), jumlah penduduk beserta kepadatan dan proyeksinya, tingkat layanan sampah beserta prioritas. Data rekapitulasi ini diperlukan untuk perhitungan biaya sistem menggunakan instrumen perencanaan sanitasi.

(26)

26

Tabel 2.4 Zona Sistem Air Limbah Kelurahan/ Desa Kode

Zona

Kode Zona Penyesuaian

Catatan (jelaskan jika zona berubah setelah disesuaikan dengan hasil

pemetaan)

Desa Adian Torop 1 1

Desa Poldung 1 1

Desa Rombisan 1 1

Desa Sibito 1 1

Desa Simonis 1 1

Desa Kampung Yaman 1 1

Desa Perk. Aek Pamienke 1 1

Kelurahan Bandar Durian 3 3

Desa Perk. Halimbe 1 1

DesaTerang Bulan 1 1

Desa Pangkalan 1 1

Desa Ujung Padang 1 1

Desa Sidua-dua 1 1

Desa Siamporik 1 1

Desa Lobu Huala 2 2

Desa Simangalam 1 1

Desa Gunung Melayu 2 2

Desa Damuli Pekan 1 1

Desa Perkebunan Damuli 1 1

Desa Hasang 1 1

Desa Bandar Lama 1 1

Kelurahan Gunting Saga 3 3

Desa Tanjung Pasir 1 1

Desa Sialang Taji 1 1

Desa Sei Sentang 1 1

Kelurahan Kampung Mesjid 1 1

Desa Kuala Bangka 1 1

Desa Teluk Binjai 1 1

Desa Sungai Apung 1 1

Desa Teluk Piai 1 1

Desa Tanjung Mangedar 1 1

Desa Air Hitam 1 1

Kelurahan Tanjung Leidong 3 3

Desa Teluk Pulai Dalam 1 1

Desa Teluk Pulai Luar 1 1

Desa Kelapa Sebatang 1 1

Desa Pangkalan Lunang 1 1

Desa Simandulang 1 1

Desa Lubo Rampah 1 1

(27)

27

Desa Perk. Pernantian 1 1

Desa Perk. Marbau Selatan 2 2

Desa Perk. Milano 1 1

Desa Pulo Bargot 2 2

Desa Sumber Mulyo 1 1

Desa Sipare-pare Tengah 1 1

Desa Tubiran 2 2

Desa Belongkut 1 1

Desa Simpang Empat 4 4

Kelurahan Marbau 3 3

Desa Babussalam 1 1

Desa Marbau Selatan 2 2

Desa Aek Tapa 3 3

Desa Perk. Brussel 1 1

Desa Bulungihit 2 2

Desa Hitatoras 1 1

Kelurahan Aek Kota Batu 3 3

Desa Pematang 1 1

Desa Batu Tunggal 1 1

Desa Sungai Raja 1 1

Desa Perk. Berangir 1 1

Desa Pasang Lela 1 1

Desa Silumajang 1 1

Desa Hatapang 1 1

Desa Meranti Omas 1 1

Desa Bangun Rejo 1 1

Desa Kampung Pajak 1 1

Desa Simpang Marbau 1 1

Desa Pulo Jantan 3 3

Desa Padang Maninjau 2 2

Desa Panigoran 2 2

Desa Sidomulyo 2 2

Desa Karang Anyar 2 2

Desa Padang Halaban 2 2

Desa Aek Korsik 3 3

Desa Purworejo 2 2

Desa Bandar Selamat 2 2

Desa Kuala Beringin 1 1

Desa Pulo Dogom 1 1

Desa Perk. Londut 1 1

Desa Perk. Kanopan Ulu 1 1

Desa Perpaudangan 1 1

Kelurahan Aek Kanopan 4 4

Desa Perk. Membang Muda 1 1

Desa Perk. Labuhan Haji 1 1

(28)

28

Kelurahan Aek Kanopan

Timur 3 3

Desa Sukarame 1 1

Desa Sukarame Baru 1 1

Desa Sonomartani 1 1

Sumber : Instrumen Profil Sanitasi

Dalam menentukan wilayah pengembangan air limbah domestik yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat desa/Kelurahan disusun prioritas pengembangan air limbah domestik. Penentuan wilayah prioritas ini berdasarkan 4 (empat) kriteria seleksi, yaitu: On Site, Sistem komunal, dan SPAL-T Skala Kawasan dan SPAL-T Skala Kota. Berdasarkan kriteria tersebut maka perencanaan penanganan air limbah domestik ke depan dapat digambarkan sebagai berikut:

Zona 1, Merupakan area dengan pengolahan limbah domestik dengan menggunakan

sistem on-site individual yang harus diatasi dalam jangka menengah dan jangka panjang Kabupaten Labuhanbatu Utara. Pada zona 1 ini diutamakan sistem on-site dengan tangki septik individual yang direncanakan pokja sanitasi untuk memfasilitasi penyiapan masyarakat (SPAL/S Individual) dengan pendekatan STBM dengan cara memberikan pelatihan bagi fasilitator STBM dan pemicuan bagi masyarakat setempat, yang didukung dengan perencanaan penyusunan perda (peraturan daerah) terkait air limbah domestik Kabupaten Labuhanbatu Utara. Selain itu juga dibutuhkan rencana pembangunan IPLT di desa kampung pajak sebagai instalasi pengolahan limbah tinja untuk Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Zona 2, Merupakan area dengan pengolahan limbah domestik dengan Sistem Tangki

Septik Komunal. Daerah yang seperti ini dapat diatasi dalam jangka menengah dan jangka

panjang yang dikhususkan di desa lobu huala, desa gunung melayu, desa perk marbau selatan, desa pulo bargot, desa tubiran, desa marbau selatan, desa bulungihit, desa padang maninjau, desa panigoran, desa sidomulyo, desa karang anyar, desa padang halaban, desa purworejo, desa bandar selamat yang akan dijadikan daerah percontohan pembangunan tangki septik komunal.

(29)

29

Zona 3, Merupakan area dengan pengolahan limbah domestik dengan SPAL Terpusat

(SPAL-T) Skala Kawasan Sistem Kolam. Daerah yang seperti ini dapat diatasi dalam jangka

menengah dan jangka panjang yang dikhususkan di kelurahan tanjung leidong dan kelurahan aek kanopan timur. Kedua desa ini termasuk kedalam tipikal sistem off site kepadatan sedang.

Zona 4, Merupakan area dengan pengolahan limbah domestik dengan SPAL Terpusat

(SPAL-T) Skala Kota. Daerah yang seperti ini dapat diatasi dalam jangka menengah dan jangka

panjang yang dikhususkan di Kelurahan Aek Kanopan yang merupakan ibukota dari Kabupaten Labuhanbatu Utara. Kelurahan Aek Kanopan termasuk kedalam tipikal sistem off site terpusat dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan tergolong sebagai indeks resiko sanitasi tinggi dalam studi EHRA untuk zona air limbah.

(30)

30

Tabel 2.5 Zona Siatem Persampahan Fitur Zona (K e p a d a ta n p e n d u d u k d a ri lu a s te rb a n g u n + fu n g si p e rko ta a n )

Kelurahan/ Desa Kode

Zona

Kode Zona Penye suaian

Catatan (jelaskan jika zona berubah setelah disesuaikan dengan

hasil pemetaan)

area kepadatan rendah Desa Adian Torop 1 1

area kepadatan rendah Desa Poldung 1 1

area kepadatan rendah Desa Rombisan 1 1

area kepadatan rendah Desa Sibito 1 1

area kepadatan rendah Desa Simonis 1 1

area kepadatan rendah Desa Kampung Yaman 1 1

area kepadatan rendah Desa Perk. Aek Pamienke 1 1

25-100 pp; Urban/rural Kelurahan Bandar Durian 2 2

area kepadatan rendah Desa Perk. Halimbe 1 1

area kepadatan rendah DesaTerang Bulan 1 1

area kepadatan rendah Desa Pangkalan 1 1

area kepadatan rendah Desa Ujung Padang 1 1

area kepadatan rendah Desa Sidua-dua 1 1

area kepadatan rendah Desa Siamporik 1 1

25-100 pp; Urban/rural Desa Lobu Huala 2 2

area kepadatan rendah Desa Simangalam 1 1

25-100 pp; Urban/rural Desa Gunung Melayu 2 2

area kepadatan rendah Desa Damuli Pekan 1 1

area kepadatan rendah Desa Perkebunan Damuli 1 1

area kepadatan rendah Desa Hasang 1 1

area kepadatan rendah Desa Bandar Lama 1 1

25-100 pp; Urban/rural Kelurahan Gunting Saga 2 2

area kepadatan rendah Desa Tanjung Pasir 1 1

area kepadatan rendah Desa Sialang Taji 1 1

area kepadatan rendah Desa Sei Sentang 1 1

area kepadatan rendah Kelurahan Kampung Mesjid 1 1

area kepadatan rendah Desa Kuala Bangka 1 1

area kepadatan rendah Desa Teluk Binjai 1 1

area kepadatan rendah Desa Sungai Apung 1 1

area kepadatan rendah Desa Teluk Piai 1 1

area kepadatan rendah Desa Tanjung Mangedar 1 1

area kepadatan rendah Desa Air Hitam 1 1

25-100 pp; Urban/rural Kelurahan Tanjung Leidong 2 2

area kepadatan rendah Desa Teluk Pulai Dalam 1 1

area kepadatan rendah Desa Teluk Pulai Luar 1 1

area kepadatan rendah Desa Kelapa Sebatang 1 1

area kepadatan rendah Desa Pangkalan Lunang 1 1

(31)

31

25-100 pp; Urban/rural Desa Lubo Rampah 2 2

area kepadatan rendah Desa Sipare-pare Hilir 1 1

25-100 pp; Urban/rural Desa Perk. Pernantian 2 2

> 100 orang/ha; bukan-urban Desa Perk. Marbau Selatan 3 3

25-100 pp; Urban/rural Desa Perk. Milano 2 2

25-100 pp; Urban/rural Desa Pulo Bargot 2 2

area kepadatan rendah Desa Sumber Mulyo 1 1

area kepadatan rendah Desa Sipare-pare Tengah 1 1

25-100 pp; Urban/rural Desa Tubiran 2 2

25-100 pp; Urban/rural Desa Belongkut 2 2

> 100 orang/ha; Urban Desa Simpang Empat 4 4

25-100 pp; Urban/rural Kelurahan Marbau 2 2

25-100 pp; Urban/rural Desa Babussalam 2 2

> 100 orang/ha; bukan-urban Desa Marbau Selatan 3 3

25-100 pp; Urban/rural Desa Aek Tapa 2 2

25-100 pp; Urban/rural Desa Perk. Brussel 2 2

25-100 pp; Urban/rural Desa Bulungihit 2 2

area kepadatan rendah Desa Hitatoras 1 1

25-100 pp; Urban/rural Kelurahan Aek Kota Batu 2 2

area kepadatan rendah Desa Pematang 1 1

25-100 pp; Urban/rural Desa Batu Tunggal 2 2

25-100 pp; Urban/rural Desa Sungai Raja 2 2

area kepadatan rendah Desa Perk. Berangir 1 1

area kepadatan rendah Desa Pasang Lela 1 1

25-100 pp; Urban/rural Desa Silumajang 2 2

area kepadatan rendah Desa Hatapang 1 1

area kepadatan rendah Desa Meranti Omas 1 1

area kepadatan rendah Desa Bangun Rejo 1 1

area kepadatan rendah Desa Kampung Pajak 1 1

area kepadatan rendah Desa Simpang Marbau 1 1

25-100 pp; Urban/rural Desa Pulo Jantan 2 2

> 100 orang/ha; bukan-urban Desa Padang Maninjau 3 3

25-100 pp; Urban/rural Desa Panigoran 2 2

25-100 pp; Urban/rural Desa Sidomulyo 2 2

25-100 pp; Urban/rural Desa Karang Anyar 2 2

25-100 pp; Urban/rural Desa Padang Halaban 2 2

25-100 pp; Urban/rural Desa Aek Korsik 2 2

25-100 pp; Urban/rural Desa Purworejo 2 2

> 100 orang/ha; bukan-urban Desa Bandar Selamat 3 3

area kepadatan rendah Desa Kuala Beringin 1 1

area kepadatan rendah Desa Pulo Dogom 1 1

area kepadatan rendah Desa Perk. Londut 1 1

area kepadatan rendah Desa Perk. Kanopan Ulu 1 1

area kepadatan rendah Desa Perpaudangan 1 1

> 100 orang/ha; Urban Kelurahan Aek Kanopan 4 4

(32)

32

area kepadatan rendah Desa Perk. Labuhan Haji 1 1

area kepadatan rendah Desa Perk. Hanna 1 1

25-100 pp; Urban/rural Kelurahan Aek Kanopan Timur 2 2

area kepadatan rendah Desa Sukarame 1 1

area kepadatan rendah Desa Sukarame Baru 1 1

area kepadatan rendah Desa Sonomartani 1 1

Sumber : Instrumen Profil Sanitasi

Sesuai pembahasan Buku Putih Sanitasi (BPS) bahwa di Kabupaten Labuhanbatu Utara sarana persampahan telah terlayani sebesar 29.261 ton/hari atau setara dengan 0,4% dari timbulan sampah kabupaten Labuhanbatu Utara. Berdasarkan analisis penentuan zona dan sistem sanitasi Persampahan di Kabupaten Labuhanbatu Utara dengan kriteria yang ada di dalam wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasikan ada 4 penetapan prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu;

Zona 1, merupakan area yang kepadatan rendah, kawasan bisnis dan tempat umum

yang harus terlayani secara penuh 100% (Full coverage) dan continue selection. Daerah yang seperti ini dapat diatasi dalam jangka waktu pendek, menengah, dan panjang dengan sistem layanan langsung ke TPA dengan dump truck. Untuk itu pokja sanitasi merencanakan untuk penambahan dumb truck untuk beberapa kecamatan.

Zona 2, merupakan area yang tergolong 25-100 pp urban/rural dengan sistem

pengumpulan sampah dengan motor sampah, kemudian diangkut ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara). Pokja sanitasi merencanakan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat untuk dapat mengelola sampah dengan baik sesuai dengan syarat kesehatan serta konsep 3 R (reduce,

reuse, recycle). Cakupan layanan wilayah yang seperti ini dapat diatasi dalam dalam jangka

pendek, menengah, dan panjang.

Zona 3, merupakan area yang tergolong > 100 orang/ha bukan urban dengan sistem

pengumpulan sampah dengan gerobak sampah, kemudian diangkut ke ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara). Pokja sanitasi merencanakan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat untuk dapat mengelola sampah dengan baik sesuai dengan syarat kesehatan serta konsep 3 R (reduce, reuse, recycle). Cakupan layanan wilayah yang seperti ini dapat diatasi dalam dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Pokja sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara

(33)

33 merencanakan untuk menambah TPS biasa karena zona ini termasuk kawasan yang penduduknya > 100 orang/Ha.

Zona 4, merupakan area yang tergolong > 100 orang/ha urban dengan sistem secara

langsung ke TPS dan juga sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat untuk dapat mengelola sampah dengan baik sesuai dengan syarat kesehatan serta konsep 3 R (reduce, reuse, recycle). Cakupan layanan wilayah yang seperti ini dapat diatasi dalam dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Pokja sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara merencanakan untuk pembangunan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di desa damuli kebun.

(34)

34

2.1.4 Keuangan Daerah

Tabel 2.6 : Proyeksi Besaran Pendanaan Sanitasi APBD Kabupaten Labuhanbatu Utara

No Uraian Proyeksi Besaran Pendanaan Sanitasi (Rp) Jumlah

(2016 s/d 2020)

2015 2016 2017 2018 2019 2020

1 Perkiraan Belanja

Langsung 360.741.405.397 364.348.819.451 367.992.307.646 371.672.230.722 375.388.953.029 379.142.842.559 1.858.545.153.407

2 Perkiraan APBD Murni

untuk Sanitasi 13.505.016.400 13.640.066.564 13.776.467.230 13.914.231902 14.053.374.221 14.193.907.963 69.578.047.880 3 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi ABBD Kab 14.005.016.400 14.573.952.778 15.455.676.921 16.353.578.152 17.267.891.839 17.440.570.758 81.091.670.448 4 Persentase Komitmen terhadap Belanja Langsung 3,8 % 4 % 4,2 % 4,4% 4,6% 4,6%

Sumber : Perda APBD Kabupaten Labuhanbatu Utara No.1 Tahun 2015.

Dari Tabel 2.6 diatas dapat diketahui bahwa perkiraan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) murni untuk sanitasi Kabupaten Labuhanbau Utara selama 5 tahun kedepan (n + 5) adalah sebesar Rp 178.351.834.810,- Sektor sanitasi yang menjadi proyeksi besaran pendanaan adalah air limbah, persampahan, dan drainase. Dan perkiraan untuk komitmen pendanaan sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara selama 5 tahun kedepan (n + 5) adalah sebesar Rp 191.722.621.464,-

(35)

35

2.2 Air Limbah

2.2.1 Permasalahan Mendesak Air Limbah

Permasalahan air limbah untuk Kabupaten Labuhanbatu Utara terlihat dari diagram sistem sanitasi (DSS) yang terdiri dari user interface berupa cubluk yang langsung melakukan pembuangan akhir ke kebun dan sungai. Dan untuk user interface wc duduk ataupun wc jongkok menggunakan pipa sewer yang langsung dibuang ke drainase lingkungan/sungai. Untuk rumah tangga yang memiliki tangki septik sebagian besarnya tidak pernah disedot selama 5 tahun terakhir. Hal ini dikarenakan tidak adanya peraturan daerah terkait air limbah, sarana dan prasarana pengelolaan air limbah dan tidak adanya IPLT (Instalansi Pengolahan Limbah Tinja) di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Berikut ini adalah tabel 2.7 terkait permasalahan mendesak air limbah domestik yang merupakan hasil survei EHRA, Buku Putih Sanitasi, SSK, dan data-data aktual lainnya:

Tabel 2.7 : Permasalahan Mendesak Air Limbah Domestik

Aspek Teknis

1.Aspek Pengembangan Sarana dan Prasarana:

User Interface:

Keterangan:

- Jumlah Penduduk Kab./Kota tahun 2014: 335.478 jiwa atau 67.096 KK - Akses Jamban pribadi = 52,8 % (35.427 KK)

- Akses MCK Komunal = 2,2 % (1.476 KK) - WC Gantung (Cubluk) = 0,4 % (268 KK) 52,80% 2,20% 0,40% 10,50% 12,10% 0,60% 15,80% 4,50% 0,80% Jamban pribadi MCK/WC Umum Ke WC helikopter Ke sungai/pantai/laut Ke kebun/pekarangan Ke selokan/parit/got Ke lubang galian Lainnya Tidak tahu

(36)

36 Pengumpulan &

Penampungan / Pengolahan Awal:

Keterangan:

 Akses jamban pribadi dengan tangki septik aman = 78,1 % (52.402 KK)  Akses jamban pribadi dengan tangki septik tidak aman = 21,9 %

(14.694 KK)

Kesimpulan: (data ini sesuaikan dengan hasil instrument profil)

 Akses sesuai dengan SNI (Tangki septic aman + MCK) = 28.040 KK (41,8%)

 Akses dasar (Cubluk + tangki septic tidak aman) = 8.348 KK (12,4%)  Tidak memiliki akses = 30.715 KK (45.8%)

Pengangkutan / Pengaliran:

 belum ada truk penyedot tinja

Pengolahan Akhir Terpusat

 Belum memiliki IPLT

Daur Ulang / Pembuangan Akhir:

 belum dilakukannya praktek pendeteksian kualitas limbah

Perencanaan Teknis dll.  Belum adanya Master Plan Air Limbah Permukiman yang terintegrasi dengan RTRW perkotaan

Aspek Non-Teknis

2. Aspek Pendanaan:  Rendahnya alokasi pendanaan dari Pemerintah

 Belum tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi  Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat

3. Aspek Kelembagaan:  Belum terpisahnya fungsi regulator dan Operator dalam pengelolaan IPLT.  Masih rendah dan terbatasnya SDM yang terkait pengelolaan

 Rendahnya koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan 4. Aspek Peraturan

Perundangan dan penegakan hukum:

 Belum memadainya perangkat Perda yang diperlukan dalam pengelolaan  Belum adanya Perda terkait Restribusi Air Limbah Permukiman

5. Aspek Peran serta  Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah 2,4 5,9 10,1 3,6 18,7 15,2 31 13,1 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

STRATA 0 STRATA 1 STRATA 2 STRATA 3

Tangki septik suspek aman Suspek aman Tangki septik suspek aman Tidak aman

(37)

37 Masyarakat dan Dunia

Usaha / Swasta:

 Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan system yang berbasis masyarakat

 Masih kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya pengelolaan

 Rendahnya koordinasi antar instansi terkait dalam menggerakkan peran masyarakat

6. Aspek Komunikasi, PMJK dll.

 Belum adanya sosialisasi, publikasi dan pemberian informasi kepada masyarakat berkaitan dengan pengelolaan air limbah domestik digunakan berbagai media komunikasi baik media cetak (koran dan majalah) maupun elektronik (internet).

Sumber : BPS, Bab 3, SSK, Bab 3., dan Studi EHRA Tahun 2014.

Berdasarkan permasalahan mendesak air limbah domestik diatas, pokja sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara membuat program dan kegiatan untuk meningkatkan akses pelayanan air limbah wilayah perkotaan dan perdesaan yang mengacu pada hasil instrumen profil. Beberapa akses pelayanan air limbah yang direncanakan pokja antara lain adalah :

 Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)  Perencanaan pembuatan perda terkait air limbah domestik

 Pemicuan dengan pendekatan STBM

 Pelayanan sistem air limbah dengan sistem komunal  Pembangunan IPLT (Instalansi Pengolahan Limbah Tinja).

(38)

38

2.2.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Air Limbah

Sasaran pembangunan air limbah setiap tahunnya meningkatkan persentase akses air limbah setempat yang meliputi pemicuan untuk pembangunan tangki septik aman individual aman (sesuai SNI) untuk setiap rumah tangga di Kabupaten Labuhanbatu Utara. Dan meningkatkan pembangunan sistem komunal untuk kelurahan/desa tertentu. Pokja sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara menjalankan kaidah SMART (Specific – jelas, tidak mengundang interpretasi, Measurable – terukur, Achieveable – dapat dicapai,

Relevant – informasi yang jelas bagi pengguna, Timely – tepat waktu) dalam

pembangunan IPLT dan SPAL-T di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Tabel 2.8 : Resume Tujuan dan Sasaran Air Limbah Domestik Air Limbah Permukiman

Tujuan :

1. Meningkatkan akses rumah tangga terhadap fasilitas pengelolaan air limbah rumah tangga dengan tangki septik individual yang memadai.

2. Meningkatkan akses rumah tangga miskin terhadap pengelolaan tangki septik komunal yang memadai.

3. Menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah domestik Sasaran :

1. Tersedianya akses air limbah setempat dari 29.522 KK (44%) menjadi 67.096 KK (100%) pada tahun 2020. Yang meliputi akses jamban pribadi dengan tangki septik aman (sesuai SNI) dari 28.040 KK (41,8%) menjadi 67.096 KK (100%) pada tahun 2020 dan komunal dari 2,2% menjadi 10,6% pada tahun 2020.

2. Tersedianya akses sarana air limbah terpusat dari 0% menjadi 22,1% (14.894 KK). Yang meliputi skala kawasan dari 0% menjadi 17,1% (11.540 KK) dan skala kota dari 0% menjadi 5% (3.354 KK).

3. Tersedianya IPLT sebagai sarana pengelolaan lumpur tinja dari 0% menjadi 25,9 m3 per hari pada tahun 2020.

(39)

39

Tabel 2.9 : Rencana Pengembangan Jangka Menengah Air Limbah Domestik Kabupaten Labuhanbatu Utara

No Sistem Cakupan Layanan Eksisting Tahun Jumlah KK terlayani 2016 2017 2018 2019 2020 I Sistem On-Site A.1 Individual

Jamban dengan tangki

septik layak 41,8% 52,8% 63,8% 74,8% 85,8% 100% 67.096

Cubluk dan sejenisnya

(akses dasar) 45% 40% 35% 30% 25% 15% -

A.2 Sistem Komunal MCK (MCK, tangki septik komual <10 SR) 2,2% -% 4,3% 6,4% 8,5% 10,6% 7.112 II Sistem Off-site 1 Skala Komunal - - - - 2 Skala Kawasan 0% - - - - 17,1% 11.540 3 Skala Kota 0% - - - - 5% 3.354

III Volume Lumpur Tinja ke

IPLT 0 - - - - 15,3

Sumber : SSK, Bab 2. Tahun 2013 dan Pokja Sanitasi Kab. Labuhanbatu Utara, Tahun 2014

2.2.3 Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Kerangka kerja logis (KKL) merupakan rangkuman antara Buku Putih Sanitasi dan SSK yang mencerminkan kondisi eksisting (permasalahan mendesak dan isu strategis), tujuan, sasaran, indikator sasaran, program dan kegiatan yang dilampirkan dalam tabel kerangka kerja logis (KKL) yang dapat dilihat pada lampiran A. Dalam kerangka kerja logis (KKL) tahun 2015, sektor PHBS dimasukkan ke dalam bagian dari KKL air limbah. Dan kegiatan PHBS yang dimasukkan dalam sektor air limbah adalah Pemicuan dengan pendekatan STMB wilayah perdesaan (sarana individual) dan Pemicuan (termasuk Pembentukan KSM; Pelatihan Manajerial, Administrasi & Keuangan; Penyusunan aturan lokal; Promosi/Kampanye/Edukasi Higiene dan sanitasi berkelanjutan).

(40)

40

2.2.4 Prioritas Pembangunan Air Limbah

Prioritas pembangunan air limbah yang tergolong prioritas utama pada Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah perencanaan umum penyusunan rencana induk sistem pengelolaan air limbah (SPAL) / Master Plan. Kemudian pada dilanjutkan dengan kegiatan penyiapan masyarakat (SPAL-Individual) pendekatan STBM yang akan dilaksanakan pada tingkat kecamatan. Penyusunan Perda terkait air limbah dianggap prioritas bagi pokja untuk mendukung pengelolaan dan penyediaan sarana dan prasarana air limbah. Pembangunan tangki septik komunal dan pembangunan IPLT termasuk kedalam prioritas dua untuk mendukung kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya pada prioritas satu. Untuk pembangunan SPAL-T skala kawasan dan SPAL-T skala kota dimasukkan ke dalam prioritas tiga dikarenakan bukan permasalahan mendesak utama dan pembangunannya membutuhkan anggaran sanitasi yang cukup besar.

Tabel 2.10 : Prioritas Kegiatan Air limbah Domestik

No. Program/Kegiatan

Score (dan bobot)

Penerima manfaat Permasalahan mendesak Persepsi Pokja Pro-poor Total Score Prio-ritas 30% 25% 20% 25% (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Perencanaan Umum 3 4 4 3 3,45 1 2 Penyiapan Masyarakat (SPAL-Individual) Pendekatan STBM 4 4 4 3 3,75 1

3 Pembangunan Tangki Septik Komunal 2 3 3 3 2,7 2

4

SPAL Terpusat (SPAL-T) Skala Kawasan Sistem Kolam

2 2 2 1 1,75 3

5 SPAL Terpusat (SPAL-T) Skala Kota 2 2 2 1 1,75 3

6 Pembangunan IPLT 3 3 3 2 2,75 2

(41)

41

2.3 Persampahan

2.3.1 Permasalahan Mendesak Persampahan

Permasalahan persampahan untuk Kabupaten Labuhanbatu Utara terlihat dari diagram sistem sanitasi (DSS) yang terdiri dari user interface berupa sampah yang langsung dibakar tanpa adanya dilakukan pengolahan sampah 3R (Reduce, Reuse,

Recycle). Dan untuk user interface sampah yang dibuang dipinggir jalan ataupun di tempat

sampah diangkut menggunakan betor sampah untuk dibawa ke TPS (tempat penampungan sementara) yang berupa container, bak TPS, dan lahan kosong. Kemudian sampah diangkut dari TPS atau pasar-pasar tradisional dengan menggunakan truk sampah untuk dibawa ke TPA (tempat pembuangan akhir). Namun berdasarkan diagram sistem sanitasi (DSS) masih ditemukan rumah tangga yang membuang sampah langusng ke saluran drainase atau sungai. Berikut ini adalah tabel 2.11 terkait permasalahan mendesak persampahan yang merupakan hasil survei EHRA, Buku Putih Sanitasi, SSK, dan data-data aktual lainnya:

(42)

42

Tabel 2.11 : Resum Permasalahan Mendesak Persampahan

Aspek Teknis 1.Aspek Pengembangan Sarana dan Prasarana User Interface:

 Pengelolaan Sampah pada Rumah tangga berdasarkan hasil Survai EHRA:

Keterangan:

- Pengangkutan sampah belum dilakukan disetiap desa/kelurahan ( 29.261 ton/hari untuk seluruh wilayah kabupaten). Dengan jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu Utara 335.478 jiwa atau 67.096 KK.

- Sampah dibakar sebesar 75,2% (50.456 KK)

- Dikumpulkan ke TPS dan daur ulang sebesar 9,8% dan 0,6% (6.575 KK dan 403 KK)

- Sisanya 14,4% (9.661 KK) sampah belum dikelola dengan baik.

 Praktek Pemilahan Sampah oleh RT:

STRATA 0 STRATA 1 STRATA 2 STRATA 3

Tidak tahu 0 1,5 0 0

Lain-lain 0 0,5 0 0

Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan

membusuk

0,2 0,2 0,4 0,1

Dibiarkan saja sampai membusuk 0,7 0,8 0,7 0,4 Dibuang ke sungai/kali/laut/danau 1,8 0,3 0,6 1,1 Dibuang ke dalam lubang tetapi

tidak ditutup dengan tanah 1,7 1,1 0,6 1,6

Dibuang ke dalam lubang dan

ditutup dengan tanah 0 0,2 0 0

Dibakar 13,8 15,9 35,6 9,9

Dikumpulkan dan dibuang ke TPS 2,7 0,6 3,2 3,3 Dikumpulkan oleh kolektor informal

yang mendaur ulang 0,3 0,0 0,1 0,2

2,7 0,6 3,2 3,3 13,8 15,9 35,6 9,9 1,7 1,1 0,6 1,6 1,8 0,3 0,6 1,1 0,2 0,2 0,4 0,1 0 1,5 0 0 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

(43)

43 Keterangan:

- Pemilahan sampah yang sudah dilakukan oleh RT : 23,9 % (16.035 KK) Pengumpulan

setempat

 Alat pengumpulan setempat tidak memadai dari segi kuantitas (hanya ada 5 unit gerobak dan becak motor 3 unit)

 Belum ada pembagian zona sistem pengangkutan sampah.

 Belum adanya skema strategi untuk kerjasama dengan swasta/kelompok masyarakat dalam pengelolaan persampahan.

Penampungan Sementara/TPS

 Jumlah TPS yang ada tidak mencukupi (hanya ada 3 unit bak biasa dan 5 unit transfer depo).

 Belum memiliki TPST

Pengangkutan:  Masih kurangnya sarana pengangkut sampah, hanya ada 5 unit dump truck, dan 2 unit amroll truk untuk melayani wilayah kabupaten.

(Semi) Pengolahan Akhir Terpusat

 Kapasitas pengolahan sampah sebesar: 29.261 ton/hari atau setara dengan 0,4% dari timbulan sampah kabupaten Labuhanbatu Utara.

Daur Ulang / Tempat Pemrosesan Akhir:

 TPA bersifat pinjam pakai lahan PTPN IV Mambang Muda PTPN IV Kebun Berangir seluas 4 Ha.

 Pengelolaan TPA masih memakai system Open Dumping

Perencanaan  Belum tersedianya master plan dan dokumen perencanaan lainnya Aspek Non-Teknis

2. Aspek Kelembagaan:

 Dinas masih berfungsi sebagai operator dan regulator

 Belum adanya Badan Pengelola TPST dan (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat karena keterbatasan pendanaan operasional.

 SDM kurang memadai, baik dari kuantitas dan kualitas

3. Aspek  Penganggaran untuk pembangunan prasarana dan sarana persampahan belum

2,9 3,5 14,1 3,4 18,2 17,6 27,0 13,3 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

STRATA 0 STRATA 1 STRATA 2 STRATA 3

Apakah ibu melakukan pemilahan sampah di rumah sebelum dibuang? TIDAK Apakah ibu melakukan pemilahan sampah di rumah sebelum dibuang? YA

(44)

44 Pendanaan: dapat melayani seluruh wilayah perkotaan.

 Biaya Operasi dan Pemeliharaan untuk pengangkutan, TPST dan TPA masih sangat kurang untuk dapat melakukan O & P infrastruktur yang ada.

 Rendahnya dana penarikan restribusi 4. Aspek Peran

Serta

Masyarakat dan Swasta:

 Potensi masyarakat belum dikembangkan secara sistematis

 Peran serta masyarakat dan dunia usaha / swasta masih sangat kecil dibandingkan kebutuhan untuk pengelolaan persampahan skala kota/kab.

5. Aspek Peraturan Perundangan dan penegakan hukum:

 Belum ada Perda yang mengatur tentang tata kelola persampahan khususnya yang mengatur kelembagaan pengelolaan persampahan secara keseluruhan dan

berkelanjutan.

 Belum tersosialisasinya ketentuan penangan sampah terhadap masyarakat

Sumber : BPS, Bab 3., SSK, Bab 3., dan Studi EHRA Tahun 2014.

Berdasarkan tabel permasalahan mendesak persampahan diatas, diketahui bahwa Kabupaten Labuhanbatu Utara belum memiliki TPA (tempat pembuangan akhir) sampah milik pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara. Hal ini tentunya akan dijadikan prioritas pembangunan TPA untuk meningkatkan akses pelayanan sampah skala Kabupaten. Hal ini juga harus didukung dengan perencanaan umum, penyiapan masyarakat terkait pengelolaan sampah 3R, penyiapan perda persampahan, penyediaan sarana dan prasarana terkait persampahan.

2.3.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Persampahan

Sasaran pembangunan persampahan setiap tahunnya untuk meningkatkan persentase akses pelayanan persampahan yang meliputi perencanaan master plan persampahan, penyiapan masyarakat untuk pengelolaan sampah 3R tingkat rumah tangga, penyediaan kendaraan pengangkut sampah, pembangunan TPS dan TPA serta pembuatan perda terkait persampahan. Pokja sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara menjalankan kaidah SMART (Specific – jelas, tidak mengundang interpretasi, Measurable – terukur, Achieveable – dapat dicapai, Relevant – informasi yang jelas bagi pengguna,

Timely – tepat waktu) dalam pembangunan TPS dan TPA di Kabupaten Labuhanbatu

(45)

45

Tabel 2.12 : Resume Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan Persampahan

Tujuan :

1. Meningkatkan akses pengelolaan sampah secara langsung di wilayah perdesaan sebesar 70%.

2. Meningkatkan akses pengelolaan sampah secara tidak langsung di wilayah perkotaan sebesar 100%.

3. Menyediakan TPA Sanitary Landfill untuk pengelolaan persampahan Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Sasaran :

1. Tersedianya prasarana dan sarana pengelolaan sampah untuk melayani cakupan pelayanan (akses) dari 0,3% (596 jiwa) menjadi 70% (139.082 jiwa) diwilayah perdesaan.

2. Tersedianya prasarana dan sarana pengelolaan sampah di sumber sampah di perkotaan dari 1,3% menjadi 100% pada tahun 2019.

3. Tersedianya TPA yang beroperasi secara Sanitary Landfill pada tahun 2019.

Sumber : SSK, Bab 3. Tahun 2014 dan Pokja Sanitasi Kab. Labuhanbatu Utara, Tahun 2015.

Rencana pembangunan untuk zona satu merupakan area kepadatan rendah dan memiliki jarak yang cukup jauh untuk ke lokasi TPS ataupun TPA, sistem yang digunakan dengan penanganan langsung (rumah ke rumah dengan dump truck). Sedangkan untuk penangangan tidak langsung dilakukan dengan cara mengangkut sampah dari rumah ke rumah dengan motor sampah/gerobak sampah ataupun dengan berjalan kaki ke TPS, yang kemudian akan diangkut oleh dump truck untuk dibawa ke TPA.

Gambar

Gambar 1.3 : Skema Proses Perencanaan PPSP
Tabel 2.1. : Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2014
Tabel 2.3. : Area Beresiko Sanitasi
Gambar 2.2 Zona Sistem Air Limbah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah perusahaan di Boston yaitu Electro Scan Corporation pada tahun 1988 ( perusahaan ini diambil alih oleh Philips pada tahun 1996- sekarang bernama FEI Company [3]

Laporan-laporan yang bisa ditampilkan seperti laporan penghasilan (omset) ekspor dan impor, laporan berapa banyak pemesanan dan pengiriman dalam periode waktu tertentu, dan

Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang –

Tujuan pelaksanaan KKN-PPM XIII Universitas Udayana tahun 2016 yang berlokasi di Desa Suana Nusa Penida Klungkung adalah untuk memberdayakan Tenun Rangrang sebagai

Qtrap digunakan untuk mendeteksi email-email yang masuk apakah mengandung kata-kata tertentu yang dilarang atau tidak. Jika mengandung kata-kata yang dilarang, maka program ini

Proses pengadaan material dapat dilakukan dengan lebih cepat pada setiap project yang diterima karena data Project, MPR, RAB dan data material selalu update dan terintegrasi.

ini saya tidak pernah melib atkan Tuhan sendiri dalam hidup saya co ntohnya dalam pekerjaan ini.  Saya disadarkan kalau di dalam.. kehidupan ini seperti dalam kehidu pan

casei dalam memfermentasi jenis gula yang bermacam-macam menjadikan dia mampu untuk tumbuh dengan baik dalam santan dan menurunkan nilai pH relatif lebih baik dibandingkan