• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN KEBUTUHAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEDESAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMETAAN KEBUTUHAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEDESAAN"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PEMETAAN KEBUTUHAN

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEDESAAN

Tim Peneliti:

Dr. Henny Indrawati, SP., MM

(Manajemen Agribisnis)

Dr. Djaimi Bakce, SP., M.Si

(Bisnis dan Manajemen)

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP

(Ekonomi Pedesaan)

Besri Nasrul, SP., MSi

(Sumberdaya lahan/GIS)

Yohanes, ST., MT

(Teknologi Tepat Guna)

Dra. Elni Yakub, MS

(Psikologi)

Brilliant Asmit, SP., MSM

(Kewirausahaan)

Kerjasama

BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMERINTAHAN

DAN PEMBANGUNAN DESA PROVINSI RIAU

dengan

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA

MASYARAKAT UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2015

(2)
(3)

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Pemetaan Teknologi Tepat Guna (TTG) dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas kerja usaha-usaha yang telah ada sehingga produktifitas meningkat. TTG juga dimanfaatkan untuk menumbuhkan lapangan kerja baru di masyarakat yang pada tujuan akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan di Provinsi Riau.

Laporan ini menampilkan hasil kajian berupa identifikasi komoditas unggulan daerah kajian yang dapat dimanfaatkan dan perlu didukung oleh TTG. Kegiatan ini juga mengidentifikasi penyebaran TTG yang telah ada di daerah kajian. Informasi komoditas unggulan daerah kajian dan sebaran TTG disajikan dalam bentuk peta tematik yang terlampir pada laporan ini. Dengan potensi komoditas unggulan lokal yang ada pada daerah kajian, tim merekomendasikan TTG yang dibutuhkan oleh masyarakat dan berpotensi untuk dikembangkan dan menghasilkan nilai tambah bagi penggunanya. Potensi pengembangan tersebut dilihat dari ketersediaan bahan baku dan prospek pasar di daerah kajian. Pada kegiatan ini tim juga mengkaji tingkat partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan dan pengembangan TTG di daerahnya.

Dalam penyusunan laporan akhir Pemetaan Kebutuhan TTG Pedesaan ini tim telah bekerja sebaik mungkin. Segala masukan baik secara langsung maupun tertulis akan menjadi pertimbangan untuk pemantapan laporan dan dalam merealisasikan rekomendasi dari kegiatan ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pekanbaru, November 2015 Tim Peneliti

(4)

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan... 3

1.3 Landasan Hukum ... 4

1.4 Sasaran ... 4

1.5 Ruang Lingkup Pekerjaan ... 5

1.6 Keluaran ... 5

BAB 2 METODE PENELITIAN ... 6

2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 6

2.2 Prosedur Pengumpulan Data ... 6

2.3 Definisi Operasional ... 9

2.4 Kerangka Analisis ... 10

2.5 Jadwal Kegiatan ... 14

BAB 3 GAMBARAN UMUM DAERAH PROVINSI RIAU ... 15

3.1 Keadaan Geografis Provinsi Riau ... 15

3.2 Keadaan Demografis Provinsi Riau ... 16

3.3 Keadaan Tingkat Kemakmuran Masyarakat ... 18

3.3.1 Produk Domestik Regional Bruto... 18

(5)

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau iii

BAB 4 GAMBARAN AWAL KONDISI DAN POTENSI PENERAPAN

TTG PEDESAAN DI PROVINSI RIAU ... 22

4.1 Kabupaten Pelalawan ... 22

4.2 Kabupaten Indragiri Hulu ... 23

4.3 Kabupaten Bengkalis ... 23

4.4 Kabupaten Siak ... 24

4.5 Kota Dumai ... 25

4.6 Kabupaten Rokan Hilir ... 25

4.7 Kabupaten Indragiri Hilir ... 26

4.8 Kabupaten Kuantan Singingi ... 27

4.9 Kabupaten Kampar ... 27

4.10 Kabupaten Rokan Hulu ... 27

4.11 Kota Pekanbaru ... 28

4.12 Kabupaten Kepulauan Meranti ... 28

BAB 5 IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN PEDESAAN DI DAERAH KAJIAN ... 29

5.1 Kabupaten Bengkalis ... 29

5.1.1 Komoditas Pertanian ... 29

5.1.2 Komoditas Non Pertanian ... 36

5.1.3 Potensi Teknologi Tepat Guna di Kabupaten Bengkalis ... 37

5.2 Kota Dumai ... 39

5.2.1 Komoditas Pertanian ... 39

5.2.2 Komoditas Non Pertanian ... 45

5.2.3 Potensi Teknologi Tepat Guna di Kota Dumai ... 46

5.3 Kabupaten Rokan Hilir ... 48

5.3.1 Komoditas Pertanian ... 48

5.3.2 Komoditas Non Pertanian ... 55

5.3.3 Potensi Teknologi Tepat Guna ... 56

BAB 6 PROFIL TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEDESAAN DI DAERAH KAJIAN ... 60

(6)

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau iv

6.2 Kota Dumai ... 65

6.3 Kabupaten Rokan Hilir ... 69

BAB 7 REKOMENDASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEDESAAN YANG DIBUTUHKAN DI DAERAH KAJIAN ... 73

7.1 Kabupaten Bengkalis ... 73

7.2 Kota Dumai ... 79

7.3 Kabupaten Rokan Hilir ... 85

BAB 8 ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN TTG PEDESAAN DI DAERAH KAJIAN ... 92

8.1 Partisipasi dalam Tahap Perencanaan (Idea Planning Stage) ... 93

8.2 Partisipasi dalam Tahap Pelaksanaan (Implementation Stage) ... 94

8.3 Partisipasi dalam Tahap Pemanfaatan Hasil Kegiatan TTG (Utilization Stage) ... 95

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 98

9.1 Kesimpulan ... 98

9.2 Rekomendasi ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105

(7)

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahapan dan Jenis Kegiatan Pemetaan Kebutuhan

Teknologi Tepat Guna Pedesaan Provinsi Riau ... 14 Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Riau menurut Kabupaten/Kota dan

Jenis Kelamin Tahun 2013 ... 16 Tabel 3.2 Jumlah Persentase Penduduk MIskin dan Garis

Kemiskinan Provinsi RiauTahun 2012-2013 ... 18 Tabel 3.3 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga

Berlaku dan Harga Konstan 2000 menurut Penggunaan Tanpa Minyak Bumi dan Gas Tahun 2012-2013 (Juta

Rupiah) ... 19 Tabel 3.4 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga

Berlaku dan Harga Konstan 2000 menurut Penggunaan dengan Minyak Bumi dan Gas Tahun 2012-2013 (Juta

Rupiah) ... 20 Tabel 3.5 Pendapatan Regional per Kapita Termasuk Minyak Bumi

dan Gas Tahun 2012-2013 (Rupiah) ... 21 Tabel 3.6 Pendapatan Regional per Kapita Tanpa Minyak Bumi

dan Gas Tahun 2012-2013 (Rupiah) ... 21 Tabel 5.1 Luas Panen dan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang

Menurut Kecamatan di Kabupaten Bengkalis Tahun

2013 ... 30 Tabel 5.2 Luas Panen dan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang

Menurut Sub-Round di Kabupaten Bengkalis Tahun

2014 ... 30 Tabel 5.3 Luas Panen dan Produksi Palawija Menurut Kecamatan

di Kabupaten Bengkalis Tahun 2013 ... 31 Tabel 5.4 Luas Panen dan Produksi Palawija Menurut Sub-Round

di Kabupaten Bengkalis Tahun 2013 ... 31 Tabel 5.5 Luas Panen dan Produksi Sayur-sayuran Menurut

(8)

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau vi

Tabel 5.6 Luas Panen dan Produksi Buah-Buahan Menurut

Kecamatan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2014 ... 33 Tabel 5.7 Luas Panen dan Produksi Perkebunan Kecamatan di

Kabupaten Bengkalis Tahun 2014 ... 34 Tabel 5.8 Populasi Ternak Rumiansia Menurut Kecamatan di

Kabupaten BengkalisTahun 2014 ... 35 Tabel 5.9 Populasi Unggas Menurut Kecamatan di Kabupaten

Bengkalis Tahun 2014 ... 35 Tabel 5.10 Produksi Perikanan Menurut Kecamatan di Kabupaten

Bengkalis Tahun 2014 ... 36 Tabel 5.11 Jumlah Industri Mikro dan Kecil Menurut Kecamatan dan

Jenis di Kabupaten Bengkalis Tahun 2014 ... 37 Tabel 5.12 Potensi Teknologi Tepat Guna Menurut Lokasi di

Kabupaten Bengkalis ... 37 Tabel 5.13 Luas Panen dan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang

Menurut Kecamatan di Kota Dumai Tahun 2014 ... 40 Tabel 5.14 Luas Panen dan Produksi Palawija Menurut Kecamatan

di Kota Dumai Tahun 2014 ... 40 Tabel 5.15 Luas Panen dan Produksi Sayur-sayuran Manurut

Kecamatan di Kota Dumai Tahun 2014 ... 41 Tabel 5.16 Produksi Buah-buahan Manurut Kecamatan di Kota

Dumai Tahun 2014 (Ton) ... 42 Tabel 5.17 Luas Panen dan Produksi Perkebunan Manurut

Kecamatan di Kota Dumai Tahun 2014 ... 42 Tabel 5.18 Populasi Ternak Ruminansia Menurut Kecamatan di

Kota Dumai Tahun 2014 ... 43 Tabel 5.19 Populasi Unggas Menurut Kecamatan di Kota Dumai

Tahun 2014 ... 44 Tabel 5.20 Produksi Perikanan Menurut Kecamatan di Kota Dumai

Tahun 2014 ... 44 Tabel 5.21 Produksi dan Nilai Perikanan Tangkap Menurut Jenis

Ikan di Kota Dumai Tahun 2014 ... 45 Tabel 5.22 Produksi dan Nilai Perikanan Budidaya Menurut Jenis

Ikan di Kota Dumai Tahun 2014 ... 45 Tabel 5.23 Jumlah Industri Mikro dan Kecil Menurut Kecamatan dan

(9)

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau vii

Tabel 5.24 Potensi Teknologi Tepat Guna Menurut Lokasi di Kota

Dumai ... 46 Tabel 5.25 Luas Panen dan Produksi Padi Sawah Menurut

Kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2014 ... 48 Tabel 5.26 Luas Panen dan Produksi Palawija Menurut Kecamatan

di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2014 ... 49 Tabel 5.27 Luas Panen dan Produksi Sayur-sayuran Menurut

Kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 ... 50 Tabel 5.28 Produksi Buan-Buahan Menurut Kecamatan di

Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 (Ton) ... 51 Tabel 5.29 Luas Panen dan Produksi Perkebunan Menurut

Kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2014 ... 52 Tabel 5.30 Produksi Ternak Ruminansia Kecamatan di Kabupaten

Rokan Hilir Tahun 2014 ... 53 Tabel 5.31 Produksi Unggas Kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir

Tahun 2014 ... 54 Tabel 5.32 Produksi Perikanan Menurut Kecamatan di Kabupaten

Rokan Hilir Tahun 2014 ... 55 Tabel 5.33 Jumlah Industri Mikro dan Kecil Menurut Kecamatan dan

Jenis di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2014 ... 55 Tabel 5.34 Potensi Teknologi Tepat Guna Menurut Lokasi di

Kabupaten Rokan Hilir ... 56 Tabel 6.1 Penyebaran dan Permasalahan dalam Implementasi

TTG di Kabupaten Bengkalis ... 60 Tabel 6.2 Penyebaran dan Permasalahan dalam Implementasi

TTG di Kota Dumai ... 66 Tabel 6.3 Penyebaran dan Permasalahan dalam Implementasi

TTG di Kabupaten Rokan Hilir ... 69 Tabel 7.1 Rekomendasi TTG yang Dibutuhkan di Kabupaten

Bengkalis ... 73 Tabel 7.2 Rekomendasi TTG yang Dibutuhkan di Kota Dumai ... 79 Tabel 7.3 Rekomendasi TTG yang Dibutuhkan di Kabupaten

(10)

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta Potensi Pengembangan Teknologi Tepat Guna

Kabupaten Bengkalis ... 109 Lampiran 2 Peta Jenis Penyebaran Teknologi Tepat Guna

Kabupaten Bengkalis ... 110 Lampiran 3 Peta Potensi Pengembangan Teknologi Tepat Guna

Kota Dumai ... 111 Lampiran 4 Peta Jenis Penyebaran Teknologi Tepat Guna Kota

Dumai ... 112 Lampiran 5 Peta Potensi Pengembangan Teknologi Tepat Guna

Kabupaten Rokan Hilir ... 113 Lampiran 6 Peta Jenis Penyebaran Teknologi Tepat Guna

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan dan pengembangan teknologi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berkesinambungan dan saling berkaitan satu sama lainnya. Ini berarti bahwa teknologi yang diterapkan bagi pembangunan Indonesia merupakan paduan proses politik, ekonomi, sosial dan budaya, disamping proses teknologi itu sendiri. Oleh karenanya, falsafah yang harus mendasari upaya pengembangan teknologi pedesaan adalah falsafah memodernkan masyarakat pedesaan tanpa kehilangan identitas, tradisi dan cara hidupnya.

Teknologi menjadi bagian terpenting dalam melaksanakan suatu kegiatan. Dalam hal ini tidak dapat dielakkan lagi, bahwa usaha ekonomi produktif masyarakat pedesaan pun membutuhkan Teknologi Tepat Guna yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, tidak merusak lingkungan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara berkesinambungan serta menghasilkan added value (nilai tambah) dari aspek ekonomi atau disebut juga dengan Teknologi Tepat Guna (TTG).

Teknologi memainkan peranan yang tidak kecil dalam kehidupan manusia. Semakin maju suatu masyarakat, semakin beragam jenis dan semakin tinggi dan kompleks tingkat teknologi yang digunakan, sehingga teknologi dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur tingkat kemajuan masyarakat. Selain untuk memungkinkan sesuatu diproduksi/dicapai dan menaikkan tingkat produksi, manfaat teknologi yang lain adalah meningkatkan efisiensi. Berangkat dari segi efisiensi ini, sejak lama telah muncul gagasan dan upaya besar-besaran untuk mengembangkan teknologi tepat guna, yang untuk keperluan pedesaan dikenal sebagai teknologi tepat guna pedesaan atau teknologi pedesaan.

Untuk lebih memahami secara mendalam kondisi potensi dan masalah dalam pemanfaatan dan pengembangan TTG perdesaan perlu dilakukan

(12)

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 2

terlebih dahulu Pemetaan Kebutuhan TTG Perdesaan yang secara langsung dan tidak langsung dapat memberikan dampak besar bagi:

1. Pemenuhan kebutuhan data dan informasi TTG perdesaan bagi pemerintah daerah dan masyarakat.

2. Memberikan nilai tambah dalam upaya peningkatan produktivitas bagi kegiatan usaha masyarakat.

3. Sebagai inspirasi untuk mendukung daya kreasi dan inovasi dalam menciptakan TTG pedesaan.

4. Membangun pertumbuhan kegiatan ekonomi pedesaan, peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), kinerja ekonomi daerah dan kinerja ekonomi masyarakat (Indeks pemberdayaan masyarakat).

5. Keberadaannya memberikan eksternalitas positif bagi keseimbangan pembangunan pedesaan-perkotaan.

6. Keberadaannya memiliki dampak panjang bagi transformasi masyarakat pedesaan.

Menyikapi hal tersebut diatas, pemetaan kebutuhan TTG pedesaan, selain keutamaannya dalam hal data yang merekomendasi suatu input kegiatan, juga pergerakannya pada peningkatan pemberdayaan masyarakat yang menyentuh aspek-aspek strategis pembangunan perdesaan, yaitu pada produktifitas dan daya saing ekonomi kawasan perdesaan serta transformasi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat perdesaan.

Tidak berbeda dengan pengertian teknologi secara umum, teknologi pedesaan tidak terbatas pada perangkat keras (hardware) melainkan mencakup pula perangkat lunak teknologi (software) seperti sistem dan metode. Provinsi Riau terdiri dari 12 Kab/Kota, memiliki luas wilayah 87.023,66 km2 dan jumlah penduduk lebih dari 6,4 juta jiwa. Walaupun sumber pendapatan daerah Provinsi Riau sampai saat ini didominasi migas dan perkebunan, namun demikian sebagian wilayahnya adalah bercirikan pedesaan. Mata pencaharian penduduk sebagian besar bercirikan pertanian dan usaha-usaha ekonomi kerakyatan.

Konotasi teknologi pedesaan pada umumnya dikaitkan dengan kegiatan pertanian. Namun demikian, dengan karakteristik desa di wilayah Riau yang sangat beragam, teknologi pedesaan yang dimaksud juga perlu mencakup teknologi sektor perikanan,

(13)

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 3

baik perikanan darat dan laut, perkebunan, dan peternakan. Teknologi pedesaan juga perlu memperhatikan bidang teknologi non-pertanian seperti teknologi dalam bidang pendidikan, sanitasi dan lingkungan, informasi dan komunikasi, dan lain sebagainya. Berbagai kebutuhan teknologi pedesaan di Kab/Kota di Riau ini perlu diidentifikasi dan dipetakan.

1.2 Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Maksud dari pekerjaan Pemetaan Teknologi Tepat Guna Pedesaan adalah melakukan pemetaan kebutuhan teknologi pedesaan pada 3 (tiga) Kabupaten di Riau dalam hal pengembangan dan penerapan TTG yang akan menjadi referensi bagi Pemerintah Provinsi Riau, khususnya melalui Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau, untuk mengembangkan, memperkenalkan dan menyebarluaskan teknologi tersebut ke wilayah pedesaan yang lainnya.

b. Tujuan

Tujuan dari pekerjaan Pemetaan Teknologi Tepat Guna Pedesaan adalah:

1. Dalam rangka penyusunan peta tematik kebutuhan TTG serta agenda rencana pengkajiannya.

2. Dalam rangka menetapkan jenis-jenis TTG sesuai dengan usaha ekonomi masyarakat pedesaan dan potensi wiyah masing-masing.

3. Dalam rangka penyusunan daftar kebutuhan dan rencana pengelolaan penerapan dan pengembangan TTG beserta kelengkapan layanan pasca pakai seperti perbengkelan, peralatan dan pelatihan ketrampilan agar dapat mensejahterakan masyarakat.

4. Dalam rangka penyediaan data konkrit dengan TTG yang representative bagi masyarakat di desa/kelurahan.

5. Dalam rangka pemberian akses informasi tentang keberadaan/kondisi eksisting penggunaan dan kebutuhan TTG kepada masyarakat desa/kelurahan.

6. Dalam rangka kerja sama atau perumusan kebijakan bagi perguruan tinggi untuk mentransfer TTG dan mengimplementasikannya kepada masyarakat yang

(14)

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 4

membutuhkan teknologi tersebut dalam pengembangan produksi di pedesaan guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

7. Dalam rangka mendayagunakan dan mengembangkan keberhasilan perangkat teknologi di masyarakat yang telah berproduksi maupun hasil modifikasi dari produsen teknologi kepada masyarakat pengguna teknologi di desa/kelurahan lainnya yang membutuhkan guna meningkatkan biaya dan efisiensi kerja dengan tujuan akhir dapat dicapai oleh masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa.

8. Dalam rangka mendapatkan gambaran mengenai kebutuhan teknologi pedesaan yang sesuai dengan karakteristiknya sehingga dapat mendukung dan meningkatkan daya produksi dan daya saing pedesaan serta dalam lingkup yang lebih luas meningkatkan daya saing Provinsi Riau dalam pemanfaatan sumber daya alam terbarukan.

1.3 Landasan Hukum

1. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2001 Penerapan dan pengembangan Teknologi Tepat Guna.

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2010 Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengelolaan Teknologi Tepat Guna.

1.4 Sasaran

Sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan Pemetaan Teknologi Tepat Guna Pedesaan adalah:

1. Diperolehnya data dan informasi tentang: a. Potensi dan masalah TTG perdesaan.

b. Keberadaan/kondisi eksisting pemanfaatan dan pengembangan TTG perdesaan yang ada di masyarakat.

2. Dihasilkannya Peta tematik Eksisting TTG perdesaan dan Peta Identitas kebutuhan TTG Perdesaan sesuai dengan wilayah masing-masing yang diperuntukkan:

a. Sebagai bahan untuk membuat suatu kebijakan oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa setempat;

(15)

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 5

b. Sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan oleh Pelaku TTG dalam rangka memanfaatkan sumber daya yang ada dalam rangka pelestarian lingkungan dan pemanfaatan serta pengembangan komoditas unggulan di Pedesaan.

c. Diperolehnya Naskah Akademik yang berisi Profil TTG dan Draft rekomendasi penerapan TTG yang sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing daerah.

1.5 Ruang Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup pekerjaan Pemetaan Teknologi Tepat Guna Pedesaan meliputi:

1. Mengkaji karakteristik pedesaan dilihat dari sisi jenis komoditas yang diproduksi, dan efektifitas produksi pada masing-masing desa;

2. Mengidentifikasi teknologi pedesaan yang sudah diterapkan dan permasalahan dalam implementasinya;

3. Mengkaji sosial budaya masyarakat serta partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan TTG di pedesaan;

4. Menyusun rekomendasi TTG yang diperlukan dalam pengembangan produksi di pedesaan sesuai dengan peruntukan wilayahnya;

5. Pemetaan potensi wilayah kebutuhan TTG pedesaan pada Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Bengkalis, dan Kota Dumai.

6. Menyelenggarakan seminar hasil Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan.

1.6 Keluaran

Pelaksanaan pekerjaan Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan diharapkan menghasilkan naskah akademik yang berisikan Buku Profil TTG, Peta Tematik Potensi Wilayah serta dokumen rekomendasi pengembangan dan penerapan TTG sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing daerah. Naskah akademik ini akan menjadi acuan bagi kabupaten/kota serta pemerintah provinsi dalam penerapan teknologi dan pengembangan wilayah.

(16)

BAB 2

METODE PENELITIAN

Kajian Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan dalam pengembangan potensi sumberdaya pedesaan untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi masyarakat. Kajian dilakukan melalui survey dengan metode perkembangan (developmental research). Tujuan kajian pemetaan adalah untuk menyelidiki pola dan perurutan pertumbuhan atau perubahan potensi sumberdaya pedesaan. Untuk itu ditetapkan hal-hal sebagai berikut:

2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi pelaksanaan Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan dilaksanakan di 3 (tiga) kabupaten wilayah Provinsi Riau, yaitu Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Bengkalis, dan Kota Dumai. Masa pelaksanaan pekerjaan Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan adalah 90 (sembilan puluh) hari.

2.2 Prosedur Pengumpulan Data

Data yang diperlukan adalah data primer dan sekunder. Data primer dan sekunder yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun berdasarkan kebutuhan penelitian. Untuk mendapatkan informasi yang akurat dilakukan dengan metode

Rapid Rural Appraisal (RRA), yaitu suatu pendekatan partisipatif untuk mendapatkan data/informasi dan penilaian (assesment) secara umum di lapangan dalam waktu yang relatif pendek. Dalam metode RRA ini informasi yang dikumpulkan terbatas pada informasi dan yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian, namun dilakukan dengan lebih mendalam dengan menelusuri

(17)

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 7

sumber informasi sehingga didapatkan informasi yang lengkap tentang sesuatu hal.

Untuk mengurangi penyimpangan (bias) yang disebabkan oleh unsur subjektif peneliti maka setiap kali selesai melakukan interview dengan responden dilakukan analisis pendahuluan. Kalau ditemui kekeliruan data dari yang diharapkan karena disebabkan oleh adanya informasi yang keliru atau salah interpretasi maka dilakukan konfirmasi terhadap sumber informasi atau dicari informasi tambahan sehingga didapatkan informasi yang lebih lengkap.

Untuk mendapatkan informasi yang akurat, yang menjadi subjek penelitian adalah pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Pemanfaatan TTG sebagai salah satu alat untuk mensejahterakan masyarakat memerlukan prioritas kelompok masyarakat yang akan ditingkatkan kemampuannya usahanya melalui pemanfaatan TTG. Penentuan prioritas ini dibutuhkan untuk menentukan program-program prioritas pemanfaatan TTG. Banyak hal yang bisa dijadikan parameter untuk penentuan prioritas diantaranya: kelompok masyarakat yang paling membutuhkan TTG, kelompok masyarakat yang memiliki persentase yang besar dimasyarakat, kemampuan ekonomi yang tidak tinggi dan lain sebagainya. Mengingat sifat TTG yang identik dengan teknologi yang tidak terlalu mahal, sederhana namun tepat guna maka TTG diarahkan pada UMKM. Di samping hal itu, ada beberapa alasan yang mendukung pemilihan kelompok masyarakat tersebut:

 UMKM adalah kelompok yang memiliki persentase yang cukup besar di masyarakat.

 Kelompok ini umumnya mempunyai permasalahan terhadap informasi teknologi sehingga perlu didampingi.

Dalam melaksanakan survey lapangan, data yang dikumpulkan adalah:

 Alamat kontak surat dan penanggung jawab

 Sejarah pengembangan usaha

 Kegunaan produk

 Manfaat dan sisa hasil usaha

 Bahan baku produk

 Peralatan yang dipergunakan

(18)

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 8  Pendampingan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah

 Alur proses produksi

 Koordinat lokasi TTG

 Foto dokumentasi

Data sekunder dikumpulkan dari instansi-instansi terkait, seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Peternakan, Bappeda, Kantor Statistik dan lain-lain sebagai data tambahan untuk mendukung data primer dalam proses analisis. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi :

 Rencana Pembangunan Pedesaan.

 Karakteristik dan Komoditi Pedesaaan.

 Teknologi Pedesaan yang ada.

 Pengumpulan kebijakan pemerintah terkait. Kebijakan pemerintah terkait yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini termasuk peraturan-peraturan dan program pembangunan yang sudah ada, seperti Rencana Tata Ruang Nasional, Rencana Tata Ruang Provinsi, Rencana Pengembangan Daerah, Properda, Renstra dan sebagainya.

 Provinsi dalam angka dan Kota/Kabupaten dalam angka.

 Peta BIG (Badan Informasi Geospasial) skala 1:25000.

 Data Industri Rumah Tangga.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pemetaan TTG meliputi, antara lain:

 Inventarisasi jenis dan spesifikasi teknologi yang sudah dimanfaatkan masyarakat daerah setempat;

 Pengkajian dan uji coba teknologi, untuk penyusunan daftar jenis TTG yang dibutuhkan masyarakat sesuai potensi daerah;

 Penyiapan pola penerapan TTG yang sesuai dengan kondisi daerah;

 Penyiapan masyarakat melalui penyuluhan, penerangan, pembentukan kelompok-kelompok masyarakat dan pelatihan;

 Penguatan dan pengembangan Kelembagaan TTG.

Strategi pengembangan TTG perlu mencermati pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat dan wilayah, yaitu:

 Pengolahan Pangan,

(19)

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 9  Pemanfaatan Energi,

 Pengelolaan Lingkungan, dan

 Penyediaan Infrastruktur.

Dalam Pemetaan TTG ini ada beberapa prinsip yang perlu dijadikan acuan yaitu:

 Pemetaan TTG dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas kerja usaha-usaha yang telah ada sehingga produktifitas meningkat yang pada tujuan akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

 TTG juga dimanfaatkan untuk menumbuhkan lapangan kerja baru di masyarakat;

 Walaupun TTG umumnya bukanlah berteknologi tinggi, namun diharapkan adanya proses pendampingan sehingga pemanfaatan TTG tersebut dapat optimal.

Diskusi lapangan dilaksanakan dua kali, yaitu pada saat sebelum survey lapangan dan sesudah pelaksanaan survey lapangan.

2.3 Definisi Operasional

Istilah Umum dalam penelitian Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan:

a. Teknologi Tepat Guna

Teknologi Tepat Guna (TTG) adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, tidak merusak lingkungan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah serta menghasilkan nilai tambah dari aspek ekonomi.

b. Penerapan Teknologi Tepat Guna

Penerapan Teknologi Tepat Guna adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan untuk mempercepat alih teknologi dari pencipta atau pemilik kepada pengguna teknologi. c. Kawasan Pedesaan dan Kawasan Perkotaan

Kawasan Pedesaan dan Kawasan Perkotaan adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

d. Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna

Pos Pelayanan Teknologi selanjutnya disebut Posyantek adalah lembaga/wahana di kecamatan yang berfungsi memberikan pelayanan teknis,

(20)

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 10

informasi dan orientasi berbagai jenis spesifik Teknologi Tepat Guna yang dibutuhkan oleh masyarakat.

e. Warung Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Warung Teknologi Pedesaan selanjutnya disebut Wartek adalah lembaga/wahana di desa yang berfungsi memberikan pelayanan teknis, informasi dan orientasi berbagai jenis spesifik Teknologi Tepat Guna yang dibutuhkan oleh masyarakat.

2.4 Kerangka Analisis

Data yang telah dikumpulkan dilanjutkan dengan pentabulasian yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Setelah data disajikan dalam tabel, dilanjutkan dengan penganalisisan dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil analisis akan memberikan alternatif keputusan dan kebijakan. Analisis SWOT akan dikaji dari empat model alternatif. Adapun keempat model alternatif tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

- Strategi Strengths-Opportunities (SO)

Strategi ini dirumuskan berdasarkan logika dan jalan pikiran yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk merebut dan memanfaatkan peluang secara optimal.

- Strategi Strengths-Threats (ST)

Strategi ini menggunakan segenap kekuatan atau potensi yang dimiliki untuk mengatasi setiap tantangan/ancaman yang dihadapi.

- Strategi Weaknesses-Opportunities (WO)

Strategi ini dirumuskan berdasarkan pemanfaatan setiap peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

- Strategi Weaknesses-Threats (WT)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman/tantangan. Indikator dalam pengambilan keputusan pada analisis SWOT dalam upaya kegiatan Pemetaan Teknologi Tepat Guna Pedesaan, antara lain:

(21)

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 11 Indikator Faktor Internal:

a. Kekuatan

- Peningkatan mutu produk - Desain dan variasi produk - Pengemasan/label

- Inovasi produk

- Percepatan proses produksi - Perencanaan produksi - Kapasitas produksi - Fasilitas Produksi

- Kemampuan pemenuhan order - Pengembangan pasar

- Branding (merek)

b. Kelemahan

- Pemahaman manfaat TTG - Ketersediaan Perangkat Keras - Ketersediaan Perangkat Lunak - Ketersediaan bahan baku

- Ketersediaan Tenaga Kerja yang memiliki keterampilan - Pembelian Alat

- Biaya Investasi - Biaya Operasional

Indikator Faktor Ekternal: a. Peluang

- Dukungan untuk menggunakan produk-produk dalam negeri

- Pemerintah secara khusus telah membuat sebuah kementerian negara yang mengurusi tentang UKMK

- Dukungan yang besar dari Pemerintah dalam pemanfataan TTG - Pemerintah telah membuat sebuah dinas yang mengurusi tentang UKMK - Perkembangan teknologi yang semakin cepat dan semakin murah

- Mudahnya saat ini mencari informasi untuk pengembangan perangkat-perangkat pendukung bagi pekerjaan

(22)

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 12 - Munculnya kesadaran pelaku bisnis UKMK terhadap pemakaian TTG

- Mulai munculnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk-produk dalam negeri

- Pengembangan pasar yang lebih luas.

b. Tantangan

- Kurangnya dukungan permodalan dari lembaga keuangan untuk investasi pembelian alat TTG

- Persaingan bisnis semakin competitif

- Program pasar bebas yang membuat banyaknya produk sejenis dari luar negeri dapat dipasarkan di dalam negeri

- Mutu produk yang lebih baik dari industri sejenis - Harga yang lebih murah

- Masih belum terbukanya pelayanan perizinan untuk badan usaha membuat banyak UKMK tidak berbadan hukum yang jelas

Langkah-langkah untuk pemecahan masalah pada rencana penelitian ini disajikan pada Gambar 2.1, sedangkan untuk kegiatan kajian pustaka terdiri dari:

a. Rencana Pembangunan Pedesaan

Melakukan kajian pustaka terkait pembangunan pedesaan yang disesuaikan dengan rencana pembangunan yang tertuang dalam dokumen tata ruang.

b. Karakteristik dan komoditi Pedesaan

Melakukan kajian pustaka mengenai karakteristik pedesaan dilihat dari sisi jenis komoditi yang diproduksi pada masing-masing desa, efektifitas produksi, serta kesesuaiannya dengan dokumen tata ruang yang sudah ada.

c. Teknologi Pedesaan yang ada

Melakukan kajian pustaka untuk mengidentifikasi teknologi pedesaan yang sudah diterapkan beserta permasalahan dalam tahap implementasinya.

d. Penyusunan Rekomendasi Awal

Menyusun daftar rekomendasi sementara terkait teknologi tepat guna yang diperlukan dalam pengembangan produksi di pedesaan. Rekomendasi disusun dengan metoda analisa SWOT.

(23)

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 13

(24)

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 14

Untuk memudahkan visualisasi hasil pekerjaan, dibuat peta tematik potensi wilayah yang menggambarkan lokasi pemanfaatan TTG di 3 Kabupaten Provinsi Riau, antara lain:

- Pemanfaatan TTG

- Aspek Pengolahan Pangan - Aspek Pemanfaatan Energi - Aspek Penyediaan Infrastruktur - Aspek Pengelolaan Lingkungan - Aspek Kemampuan Ekonomi

2.5 Jadwal Kegiatan

Kegiatan Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan Provinsi Riau direncanakan tiga bulan (90 hari kerja). Tahapan kegiatan disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tahapan dan Jenis Kegiatan Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan Provinsi Riau

Jenis Kegiatan

Bulan/Minggu

Petama Kedua Ketiga

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 A Tahap Persiapan 1 Persiapan proposal 2 Menyusun Intrumen B Tahap Pelaksanaan 3 Pengamatan 4 Pengumpulan Data 5 Analisis Data 6 Laporan Pendahuluan C Tahap Pengendalian 7 Monitoring 8 Evaluasi 9 Penulisan Laporan 10 Draff Laporan Final 11 Seminar hasil

(25)

BAB 3

GAMBARAN UMUM DAERAH PROVINSI RIAU

3.1 Keadaan Geografis Provinsi Riau

Provinsi Riau memiliki luas area sebesar 8.915.016 Ha. Keberadaannya membentang dari lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat Malaka, terletak antara 01○05’00’’ Lintang Selatan 02○25’00’’ sampai Lintang Utara atau antara 100○00’00’’ Bujur Timur-105○05’00’’ Bujur Timur. Dalam wilayah Provinsi Riau terdapat 15 sungai, di antaranya ada 4 sungai yang mempunyai arti penting sebagai prasarana perhubungan seperti Sungai Siak (300 km) dengan kedalaman 8-12 m, Sungai Rokan (400 km) dengan kedalaman 6-8 m, Sungai Kampar (400 km) dengan kedalaman lebih kurang 6 m dan Sungai Indragiri (500 km) dengan kedalaman 6-8 m. Keempat sungai tersebut yang membelah dari pegunungan dataran tinggi Bukit Barisan bermuara di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan itu dipengaruhi pasang surut laut.

Daerah Provinsi Riau terdiri dari 2 (dua) kota dan 10 kabupaten, yakni Kota Pekanbaru, Kota Dumai, Kabupaten Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Pelalawan, Siak, Kampar, Rokan Hulu, Bengkalis, Rokan Hilir dan Kabupaten Kepulauan Meranti. Dari 12 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Riau pada akhir tahun 2010 terdapat 151 kecamatan dan 1643 kelurahan/desa, dengan batas wilayah Provinsi Riau adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara

 Sebelah Selatan Berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka dan Provinsi Kepulauan Riau

 Sebelah Barat Berbatasan Dengan Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Daerah Riau beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 1700-4000 mm per tahun yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan

(26)

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 16

musim hujan. Daerah yang paling sering ditimpa hujan selama tahun 2012 adalah Kota Pekanbaru 214 kali, Kabupaten Rokan Hulu 191 hari, Kota Dumai 163 kali, Kabupaten Kampar 147 kali dan Kabupaten Kuantan Singingi dengan jumlah hari hujan 140 kali. Selanjutnya menurut catatan Stasiun Meteorologi Simpang Tiga, suhu udara rata-rata di Kota Pekanbaru tahun 2012 menunjukkan 26,0 celcius dengan suhu maksimum 35,1 celcius dan suhu minimum 21,8 celcius (Riau dalam Angka, 2014).

3.2 Keadaan Demografis Provinsi Riau

Provinsi Riau merupakan salah satu daerah pusat pertumbuhan di Indonesia sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk di daerah ini. Jumlah penduduk Provinsi Riau tahun 2013 adalah 6.125.283 jiwa, terdiri dari 3.162.525 jiwa laki-laki dan 2.962.758 perempuan, seperti terlihat pada Tabel 3.1. Sementara banyaknya rumah tangga yang terdapat di Provinsi Riau pada tahun 2013 tercatat 1.469.522 rumah tangga dengan rata-rata penduduk 4 jiwa per rumah tangga.

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Riau menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Tahun 2013

Kabupaten/Kota Penduduk Sex

Ratio Laki-Laki Perempuan Jumlah

Kuantan Singingi 163.023 154.243 317.265 106 Indragiri Hulu 207.204 193.997 401.201 107 Indragiri Hilir 359.563 338.251 697.814 106 Pelalawan 185.579 166.628 352.207 111 Siak 220.239 201.238 421.477 109 Kampar 395.970 370.381 766.351 107 Rokan Hulu 281.915 261.942 543.857 108 Bengkalis 281.253 262.533 543.786 107 Rokan Hilir 318.779 299.576 618.355 106 Kepulauan Meranti 94.684 89.228 183.912 106 Pekanbaru 508.961 490.070 999.031 104 Dumai 145.356 134.671 280.027 108 Provinsi Riau 3.162.525 2.962.522 6.125.288 107

Sumber: BPS Provinsi Riau, 2014.

Distribusi penduduk 2013 menurut kabupaten/kota menunjukkan penduduk Riau terkonsentrasi di Kota Pekanbaru sebagai ibukota provinsi dengan jumlah penduduk 999.031 jiwa atau sekitar 16,30 persen dari seluruh

(27)

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 17

penduduk Riau. Sedangkan kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kabupaten Kepulauan Meranti sebesar 183.912 jiwa.

Pada tahun 2013, jumlah penduduk miskin di Riau 8,42 persen, dengan garis kemiskinan yang meningkat menjadi Rp.350.129,-. Pemerintah selalu berupaya untuk mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat melalui kebijakan-kebijakannya. Besarnya persentase jumlah penduduk di Kota Pekanbaru selain disebabkan sebagai pusat ibu kota provinsi, Kota Pekanbaru juga pusat pertumbuhan ekonomi, lembaga pendidikan juga sebagai jalur perdagangan untuk kawasan Pulau Sumatera (Riau dalam Angka, 2014).

Rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Provinsi Riau adalah sebesar 107, ini berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 107 penduduk laki-laki atau 7 orang laki-laki lebih banyak dari setiap 100 penduduk perempuan. Angka sex ratio antar kabupaten/kota di Provinsi Riau tidak berbeda jauh. Terdapat tiga kabupaten di Provinsi Riau yang memiliki angka

sex ratio yang sama dengan angka sex ratio provinsi yakni Kabupaten Indragiri Hulu, Kampar dan Bengkalis. Angka sex ratio terkecil yakni sebesar 104 terdapat di Kota Pekanbaru yang berarti bahwa untuk setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 104 orang penduduk laki-laki. Sedangkan sex ratio terbesar terdapat di Kabupaten Pelalawan yaitu sebesar 111.

Tingginya pertumbuhan penduduk pada suatu wilayah akan berpengaruh terhadap tingginya penyediaan (supply) tenaga kerja, sehingga penawaran tenaga kerja yang tinggi tanpa diikuti penyediaan kesempatan kerja yang cukup akan menimbulkan pengangguran dan setengah pengangguran. Menurut hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2013 (Sakernas 2013) menunjukkan bahwa di Provinsi Riau komposisi antara angkatan kerja dan bukan angkatan kerja untuk penduduk berusia 15 tahun keatas tidak jauh berbeda di semua kabupaten/kota. Angkatan kerja penduduk laki-laki jauh lebih banyak dibanding bukan angkatan kerja. Sementara pada penduduk perempuan, bukan angkatan kerja justru lebih banyak dibanding angkatan kerja, yang sebagian besar merupakan ibu rumah tangga.

Kabupaten dengan persentase angkatan kerja terbesar adalah Kepulauan Meranti sebesar 70,54 persen. Sedangkan nilai persentase angkatan kerja terkecil adalah Rokan Hulu sebesar 59,61 persen. Dari total angkatan kerja

(28)

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 18

yang bekerja, ternyata sebagian besarnya terserap di sektor Pertanian, diikuti oleh sektor Perdagangan, Rumah Makan, dan Hotel serta jasa-jasa.

Pada tahun 2013, jumlah penduduk miskin di Riau 8,42 persen, dengan garis kemisikinan yang meningkat menjadi Rp.350.129. Pemerintah selalu berupaya untuk mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat melalui kebijakan-kebijakannya.

Tabel 3.2 Jumlah Persentase Penduduk MIskin dan Garis Kemiskinan Provinsi RiauTahun 2012-2013 Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin Garis Kemiskinan 2012 2013 2012 2013 2012 2013 Kuantan Singingi 31,3 34,7 10,29 11,28 381.704 400.655 Indragiri Hulu 27,7 29,6 7,17 7,50 361.386 369.210 Indragiri Hilir 53,0 54,2 7,81 7,88 287.406 282.361 Pelalawan 38,3 43,6 11,11 12,00 390.432 429.452 Siak 21,0 23,2 5,17 5,54 333.399 336.671 Kampar 61,8 68,6 8,36 9,04 340.261 336.681 Rokan Hulu 53,5 59,9 10,13 10,86 341.313 358.295 Bengkalis 35,3 40,1 6,76 7,57 375.867 388.671 Rokan Hilir 44,0 47,5 7,38 7,73 292.179 296.770 Kepulauan Meranti 63,9 64,0 35,89 35,74 379.004 386.745 Pekanbaru 32,7 32,5 3,38 3,27 353.801 381.287 Dumai 14,1 13,7 5,24 4,98 308.637 328.158 Jumlah 481,3 511,5 8,05 8,42 310.603 350.129

Sumber: BPS Provinsi Riau, 2014.

3.3 Keadaan Tingkat Kemakmuran Masyarakat

Salah satu ukuran yang dianggap dapat mengukur tingkat kemakmuran masyarakat adalah dengan menggunakan angka pendapatan regional. Manfaat pendapatan regional antara lain untuk mengetahui tingkat produk yang dihasilkan oleh seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi, dan struktur perekonomian pada suatu periode di suatu daerah tertentu.

3.3.1 Produk Domestik Regional Bruto

Pertumbuhan ekonomi dilihat dari angka PDRB atas dasar harga berlaku tanpa migas. Telah terjadi peningkatan dari tahun 2012 sebesar 46,09 juta rupiah menjadi 51,61 juta rupiah pada tahun 2013, demikian pula bila diamati

(29)

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 19

atas dasar harga konstan 2000 telah terjadi peningkatan dari 8,79 juta rupiah di tahun 2012, kemudian naik menjadi 9,1 juta rupiah pada tahun 2013.

Tabel 3.3 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 menurut Penggunaan Tanpa Minyak Bumi dan Gas Tahun 2012-2013 (Juta Rupiah)

No Komponen Penggunaan 2012 2013

A Atas dasar harga berlaku

1 Pengeluaran konsumsi rumah tangga

144.382.787,05 167.397.773,03 2 Pengeluaran konsumsi

lembaga swasta yang tidak mencari untung

1.376.308,75 1.612.832,80

3 Pengeluaran konsumsi pemerintah

27.761.489,34 29.226.127,28 4 Pembentukan modal tetap

bruto 61.234.287,66 69.031.486,32 5 Perubahan stok 4.548.893,63 6.489.790,13 6 Ekspor Impor 113.691.733,25 56.563.534,19 125.428.343,05 58.555.323,59 PDRB 296.431.965,49 340.631.029,01

B Atas dasar harga konstan 2000

1 Pengeluaran konsumsi rumah tangga

40.909.095,14 44.187.283,90 2 Pengeluaran konsumsi

lembaga swasta yang tidak mencari untung

301.672,50 326.484,15

3 Pengeluaran konsumsi pemerintah

5.813.171,15 5.957.613,66 4 Pembentukan modal tetap

bruto 16.889.334,57 18.258.640,07 5 Perubahan stok 348.007,24 39.613,50 6 Ekspor Impor 25.204.513,25 32.948.418,72 25.688.932,05 34.451.893,96 PDRB 56.517.375,14 60.006.673,38

Sumber: BPS Provinsi Riau, 2014

Begitu pula dengan PDRB atas dasar harga berlaku dengan migas menunjukkan peningkatan dari 469,07 triliyun rupiah pada tahun 2012 menjadi 522,24 triliyun rupiah pada tahun 2013. Peningkatan tersebut juga terjadi pada PDRB atas dasar harga konstan 2000 dengan migas, dari 106,31 triliyun rupiah pada tahun 2012 menjadi 109,07 triliyun rupiah pada tahun 2013.

(30)

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 20

Tabel 3.4 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 menurut Penggunaan dengan Minyak Bumi dan Gas Tahun 2012-2013 (Juta Rupiah)

No Komponen Penggunaan 2012 2012

A Atas dasar harga berlaku

1 Pengeluaran konsumsi rumah tangga

144.382.787,05 167.397.773,03 2 Pengeluaran konsumsi lembaga

swasta yang tidak mencari untung

1.376.308,75 1.612.832,80

3 Pengeluaran konsumsi pemerintah

27.761.489,34 29.226.127,28 4 Pembentukan modal tetap bruto 114.773.158,18 129.263.750,57

5 Perubahan stok 23.663.939,42 36.649.578,94 6 Ekspor Impor 220.097.073,39 62.981.733,18 225.322.273,77 67.230.910,78 PDRB 469.073.022,96 522.241.425,61

B Atas dasar harga konstan 2000

1 Pengeluaran konsumsi rumah tangga

40.909.095,14 44.187.283,90 2 Pengeluaran konsumsi lembaga

swasta yang tidak mencari untung

301.672,50 326.484,15

3 Pengeluaran konsumsi pemerintah

5.813.171,15 5.957.613,66 4 Pembentukan modal tetap bruto 31.184.013,48 32.843.944,18

5 Perubahan stok 1.855.044,67 203.897,48 6 Ekspor Impor 60.771.771,25 34.526.040,82 61.523.749,39 35.969.835,70 PDRB 106.308.727,37 109.073.137,08

Sumber: BPS Provinsi Riau, 2014

3.3.2 Pendapatan Regional Per Kapita

Salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai alat ukur kemajuan pembangunan ekonomi suatu daerah adalah pendapatan per kapita. Angka ini diperoleh melalui nilai nominal PDRB dikurangi pajak tak langsung netto dan dikurangi lagi penyusutan kemudian dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

Pendapatan regional per kapita Riau termasuk migas atas dasar harga berlaku adalah sebesar 79,13 juta rupiah tahun 2013 lebih besar dari angka tahun 2012 sebesar 72,94 juta rupiah. Namun terjadi penurunan pendapatan

(31)

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 21

regional per kapita atas dasar harga konstan 2000, tahun 2012 sebesar 16,53 juta rupiah menjadi 16,52 juta rupiah pada tahun 2013.

Tabel 3.5 Pendapatan Regional per Kapita Termasuk Minyak Bumi dan Gas Tahun 2012-2013 (Rupiah)

No Tahun Pendapatan Regional Per Kapita

A Atas dasar harga berlaku

1 2012 72.940.739,42

2 2013 79.133.416,80

B Atas dasar harga konstan 2000

1 2012 16.530.980,90

2 2013 16.527.471,00

Sumber: BPS Provinsi Riau, 2014

Sementara itu, bila diamati pendapatan regional per kapita tanpa migas atas dasar harga berlaku juga terjadi peningkatan dari tahun 2012 sebesar 46,10 juga rupiah menjadi 51,61 juta rupiah pada tahun 2013. Demikian pula bila diamati atas dasar harga konstan 2000 telah terjadi peningkatan dari 8,79 juta rupiah di tahun 2012, kemudian naik menjadi 9,01 rupiah pada tahun 2013. Tabel 3.6 Pendapatan Regional per Kapita Tanpa Minyak Bumi dan Gas

Tahun 2012-2013 (Rupiah)

No Tahun Pendapatan Regional Per Kapita

A Atas dasar harga berlaku

1 2012 46.095.097,55

2 2013 51.614.628,54

B Atas dasar harga konstan 2000

1 2012 8.788.437,90

2 2013 9.092.601,36

(32)

BAB 4

GAMBARAN AWAL KONDISI DAN POTENSI

PENERAPAN TTG PEDESAAN DI PROVINSI RIAU

4.1 Kabupaten Pelalawan

Kecamatan Bandar Petalangan merupakan kecamatan yang memilki potensi paling besar dalam penerapan TTG di Kabupaten Pelalawan. Kecamatan ini memiliki peran yang sangat strategis dan berfungsi sebagai kota industri, kota perdagangan dan jasa, kota pendidikan, kota wisata, kota pemerintahan, dan terdapat perusahaan besar dan perusahaan menengah serta kecil dan berbagai industri rumah tangga.

Kegiatan utama kecamatan ini dalam menerapkan TTG adalah:  Penangkapan ikan dengan membuat alat perontok sisik ikan E3.

 Dalam bidang perkebunan, rata-rata wilayah ditanami dengan kelapa sawit dan banyak menghasilkan cangkang dan pelepah sawit. Oleh karena itu telah dibuat alat pencacah pelepah sawit untuk pembuatan kompos dan pupuk organik.

 Dalam bidang pertanian, inovasi baru dari bahan tumbuh-tumbuhan yang dihasilkan, yaitu: fungisida nabati gaterino, pembuatan keripik jamur sawit, keripik tempe, keripik kentang, keripik sukun.

 Penemuan peralatan baru, yaitu: mesin pemotong serba guna, mesin alat pencacah rumput CR Rozi OK untuk pakan ternak, Kacip ED3 untuk pembelah pinang, alat pemipil jagung, alat pengupas kacang tanah, alat pembuatan pelet terapung, alat pengupas kelapa, alat pencongkel biji kelapa, pembuatan payung untuk penyadap karet, penyulingan madu, alat pencabut batang kayu kecil, alat pengiris tempe multiguna, bahan untuk peternakan berupa jamu sehat sapi dan jamu sehat ayam, asap cair pestisida organik, asake, payurin, racun tikus tikar jiak-jiak.

 Program kerja Posyantek, terdiri dari dua, yaitu: program jangka pendek dan program jangka panjang. Untuk program jangka pendek, terdiri dari: mensosialisasikan TTG yang berada di lingkungan Kecamatan Banda

(33)

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 23

Petalangan, mensosialisasikan TTG yang dapat membantu ekonomi rumah tangga masyarakat, mencari informasi dan mengikuti pelatihan bagi anggota untuk menambah wawasan dan pengalaman. Program jangka panjang terdiri dari: membantu masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai TTG, menerapkan TTG yang ada dan dapat digunakan masyarakat, menciptakan masyarakat Kecamatan Bandar Petalangan yang mengetahui manfaat TTG dan berguna menunjang ekonomi rumah tangga.

4.2 Kabupaten Indragiri Hulu

Kecamatan Siberida merupakan kecamatan yang memilki potensi paling besar dalam penerapan TTG di Kabupaten Indragiri Hulu. Kegiatan dalam menerapkan TTG, berupa: pengguna teknologi pertanian, pengembangan pakan ikan/pelet ikan, pengempangan pupuk ternak sapi, pengembangan dan pembuatan pupuk industri, pengembangan home industry.

Hasil pengembangan industri rumah tangga berupa pembuatan perangkap hama, perangkap ikan, pembuatan perangkap belut yang terbuat dari plastik (paralon) dan kulit kayu, serta alat pembelah pinang. Adapun potensi perkebunan berupa perkebunan kelapa sawit, cokelat, karet, sawah terutama hasil padi, serta tambak ikan.

Peralatan TTG yang ada di kecamatan ini adalah mesin perontok padi/gabah, mesin pembuatan pelet untuk pakan ikan, dan alat pemecah buah pinang.

4.3 Kabupaten Bengkalis

Kecamatan Siak Kecil merupakan kecamatan yang memiliki potensi terbaik dalam penerapan TTG di Kabupaten Bengkalis. Di Kecamatan ini terdapat 5 buah industri kecil, 9 buah home industry kerajinan kayu, 24 buah

home industry kerajinan anyaman, 15 buah home industry kerajinan makanan.

Beberapa peternakan yang ada di daerah ini adalah peternakan sapi, ayam, kambing, kerbau, dan itik. Potensi yang dapat dikembangkan di Kecamatan Siak Kecil adalah:

(34)

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 24  Pembudidayaan ikan tawar baung serta udang dengan pembuatan

kerambah ikan dan tambah di sepanjang Sungai Siak Kecil.

 Revitalisasi perkebunan karet hutan dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada serta pembaharuan tanaman karet hutan masyarakat yang masih cukup luas di Desa Lubuk Guang dan Desa Banjar Jaya.

 Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi padi di Desa Sepotong, Lubuk Garam, Lubuk Guang, Tanjung Damai, Langkat, Tanjung Belit, Lubuk Muda sebagai bahan baku penggerak Rice Processing Complex (RPC) di Desa Sepotong.

Penemuan peralatan/teknologi baru, yaitu: pemarut kelapa, ubi dan sagu, pengiris keripik ubi dan kentang, pemeras santan kelapa dan pati ubi, peniris minyak, oven gas serba guna untuk pemanggang berbagai jenis kue dan roti.

4.4 Kabupaten Siak

Kecamatan Lubuk Dalam merupakan kecamatan yang memilki potensi paling besar dalam penerapan TTG di Kabupaten Siak. Kegiatan utama kecamatan ini dalam menerapkan TTG adalah:

 Bidang peternakan, terdiri dari: produksi pakan ternak, produksi pupuk organik, dan produksi pupuk cair.

 Bidang pertanian

 Bidang plaza ternak sapi

Hasil dalam pengembangan TTG kepada masyarakat adalah:  Budidaya pupuk organik.

Pembuatan pupuk organik yang berasal dari kotoran sapi serta urin sapi telah dikembangkan oleh kelompok tani yang bekerja sama dalam penelitian di laboratorium dengan Gapoktan dan Lipo yang mana pupuknya dihasilkan dan telah digunakan untuk pemupukan di perkebunan kelapa sawit dan hortikultura palawija dan buah di Desa Rawang Kecamatan Lubuk Dalam.  Budidaya jamur organik dan buah-buahan.

Masyarakat di Desa Rawang Kecamatan Lubuk Dalam telah membudidayakan jamur organik serta pengembangan budidaya buah naga

(35)

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 25

dengan menggunakan pupuk organik yang dihasilkan dan diolah oleh masyarakat.

 Peralatan yang telah ada adalah peralatan pengolahan pupuk organik.

 Peralatan yang dibutuhkan adalah blayer atau alat pengering pupuk, dan peralatan untuk pembuatan bio gas.

4.5 Kota Dumai

Kecamatan Dumai Barat merupakan kecamatan yang memilki potensi paling besar dalam penerapan TTG di Kota Dumai. Kegiatan utama kecamatan ini dalam menerapkan TTG adalah:

 Hasil dari kelompok binaan: membuat keripik ubi, pembuatan pupuk kompos, penggemukan sapi, dan pembuatan sirup wortel.

 Peralatan yang ada, terdiri dari: peralatan mesin pembuatan pupuk organik, peralatan mesin pencacah, dan peralatan untuk pemisah sabut kelapa.

Posyantek yang telah ada di Kota Dumai antara lain:  Posyantek Kelurahan Dumai Timur.

 Posyantek Kelurahan Dumai Barat.  Posyantek Kelurahan Medang Kampai.  Posyantek Kelurahan Bukit Kapur.  Posyantek Kelurahan Sungai Sembilan.

4.6 Kabupaten Rokan Hilir

Kecamatan Rimbo Melintang merupakan kecamatan yang memilki potensi paling besar dalam penerapan TTG di Kabupaten Rokan Hilir. Kegiatan utama kecamatan ini dalam menerapkan TTG adalah masyarakat di Desa Tanah Merah Kelurahan Mukti Jaya telah mengembangkan inovasi yang ada sesuai SDA dan sumber binaan melalui binaan kelompok tani sejah tahun 2006 dan kelompok peternak sejak tahun 2010. Dengan adanya 18 kelompok peternak dengan 51 ekor sapi (peternak koloni) ini telah menghasilkan pupuk cair olahan dari inovasi bahan dasar urin sapi dan pupuk padat/kompos bahan dasar dari kotoran sapi. Pada kelompok tani ada 2 kelompok, 6 kelompok P3K

(36)

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 26

dan 1 kelompok wanita tani telah mengembangkan binaan dalam pertanian dan pengolahan pakan ikan.

Program-program dari kelompok petani dan peternak telah berjalan baik dan tiap kelompok sudah memiliki monografi wilayah binaan, jumlah kelompok binaan, jadwal kunjungan untuk binaan antara anggota kelompok dan penyuluh. Adapun usaha industri rumah tangga yang lain adalah bolu kemojo, cuka nipah, bordir, anyaman tikar pandan, kacang pukul, kerajinan bambu, ikan salai.

Peralatan yang ada di Kabupaten Rokan Hilir yaitu:

 Peralatan untuk penyulingan nira nipah untuk dijadikan bio etanol.

 Peralatan yang ada di Kecamatan Rimbo Melintang yang membuat formulasi pupuk cair dari urin sapi dan telah mempunyai alat untuk menjadikan urin menjadi pupuk cair dengan formulasi tertentu.

 Alat untuk pencacah rumput untuk pakan ternak.  Alat untuk membuat pakan ikan secara sederhana.

4.7 Kabupaten Indragiri Hilir

Kecamatan Rimbo Keritang merupakan kecamatan yang memilki potensi paling besar dalam penerapan TTG di Kabupaten Indragiri Hilir. Kegiatan utama kecamatan ini dalam menerapkan TTG adalah:

 Bidang perkebunan kelapa.

Masyarakat membuat VCO untuk dijadikan virgin oil, minyak dara/minyak kelapa, briket arang tempurung kelapa.

 Bidang perkebunan kelapa sawit.

 Bidang pertanian, yaitu membuat pupuk organik.

 Bidang industri rumah tangga: pembuatan gula kelapa, dan keripik pisang.  Mesin pengupas pinang kering/basah.

Peralatan yang ada adalah:

 Anglo dengan menggunakan buah sawit kering untuk memasak.  Alat perajang keripik ubi.

 Alat pengiris keripik pisang.

(37)

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 27

Sedangkan peralatan yang ada di perbengkelan TTG Kecamatan Keritang melalui Perbengkelan Al Sintan Hikmah Teknik antara lain:

 Power Thresher Spesifik Inhil, mesin Perontohk Gabah dan kedele.  Hydro Tiller, mesin traktor kura-kura.

 Corn Sheler Mini, mesin perontok jagung mini.  Mesin pompa Axial.

4.8 Kabupaten Kuantan Singingi

Potensi sumber daya alam yang dimanfaatkan dan dikembangkan di Kabupaten Kuansing antara lain: perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet, dan pertanian sawah. Sedangkan peralatan yang ada di Kecamatan Kuantan Singingi adalah mesin perontok gabah/padi.

4.9 Kabupaten Kampar

Potensi sumber daya alam yang dikembangkan di Kabupaten Kampar, yaitu:

 Kecamatan Rumbio

Telah banyak persawahan dan pertanian sehingga sangat membutuhkan peralatan pertanian.

 Kecamatan Kampar Utara

Pelepah sawit dibuat untuk anyaman pelepah sawit.  Kecamatan Tambang Rimbo Panjang

Merupakan kecamatan penghasil nenas. Nenas diolah menjadi sirup dan keripik nenas sehingga kecamatan ini telah memiliki peralatan untuk membuatnya serta telah dipatenkan.

4.10 Kabupaten Rokan Hulu

Kegiatan usaha Kecamatan Tambusai Tengah, antara lain:

 Desa Pemungkai Barat, terdapat usaha pandai besi yang membuat peralatan dari besi berupa peralatan rumah tangga seperti parang, pisau, cangkul.

(38)

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 28  Desa Ngeso, terdapat usaha pembuatan batu bata, usaha galian pasir,

industri kecil pembuatan tali.

 Desa Pematang Tebih, terdapat usaha pembuatan kubah perlengkapan mesjid, pembuatan pavlin blok, pembuatan perabot meubel, dan usaha pembuatan ting-ting jahe.

Di Kecamatan Tandun, Desa Bono Tapung telah dibuat bio gas dari kotoran sapi yang digunakan sebagai bahan bakar kompor gas untuk penerangan sehingga mengurangi penggunaan listrik secara langsung. Ampas dari bio gas dapat digunakan untuk membuat pupuk padat dan juga pupuk cair untuk tanaman.

Peralatan yang ada d Kabupaten Rokan Hulu antara lain alat pengupas kulit kacang. Peralatan ini merupakan peralatan tradisional dan manual, terbuat dari bahan lokal. Peralatan ini sangat berguna karena mempermudah penggunanya mengupas kulit kacang.

Adapun peralatan yang dibutuhkan masyarakat, yaitu:  Peralatan pengolahan karet

 Peralatan perontok jagung  Peralatan pembuat pakan ternak  Peralatan pembuat pakan ikan

4.11 Kota Pekanbaru

Kegiatan usaha utama penerapan teknologi tepat guna Kota Pekanbaru adalah penyuluhan pengolahan limbah sampah rumah tangga untuk dijadikan kompos cair. Sebenarnya ada tiga posyantek di Kota Pekanbaru, yaitu di Kecamatan Tampan, Kecamatan Tenayan Raya, dan Kecamatan Rumbai, namun ketiga posyantek tersebut belum aktif.

4.12 Kabupaten Kepulauan Meranti

Potensi sumberdaya alam yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti adalah kebun sagu, kebun kelapa, kebun pinang, dan hutan bakau. Teknologi tepat guna pedesaan yang sudah ada adalah pembuatan kue olahan sagu, mie sagu, rendang sagu, keripik sagu, mutiara sagu, dan cendol sagu.

(39)

BAB 5

IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN PEDESAAN DI

DAERAH KAJIAN

5.1 Kabupaten Bengkalis

Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten terkaya di Provinsi Riau. Disamping kaya dengan sumberdaya minyak dan gas, kabupaten ini juga kaya dengan sumberdaya non migas baik komoditas pertanian maupun komoditas non pertanian. Kekayaan sumberdaya non migas, khususnya sektor pertanian, mencakup pertanian tanaman pangan, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Kekayaan sumberdaya non migas lainnya berhubungan dengan pengembangan sumberdaya yang terkait dengan pengembangan industri, khususnya industri mikro dan kecil. Berikut ini akan dijelaskan tentang identifikasi komoditas unggulan (pertanian dan non pertanian) pedesaan di Kabupaten Bengkalis.

5.1.1 Komoditas Pertanian

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Kabupaten Bengkalis memiliki lahan pertanian yang cukup subur dan ditanami dengan beraneka ragam komoditas, meliputi: padi dan palawija, tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan), dan tanaman perkebunan, serta kaya akan sumberdaya peternakan dan perikanan.

A. Tanaman Pangan

Luas panen dan produksi padi sawah di Kabupaten Bengkalis cukup besar, dengan total luas panen 6,548 hektar dan total produksi 25,155.11 ton pada tahun 2013 (Tabel 5.1). Usahatani padi sawah cukup luas diusahakan di tiga kecamatan, berturut-turut berdasarkan luas lahan adalah di Kecamatan

(40)

Pemetaan Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan

Kerjasama Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan dan Pembangunan Desa Provinsi Riau dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau 30

Siak Kecil, Kecamatan Bukit Batu dan Kecamatan Bantan. Usahatani padi sawah dan padi ladang juga diusahakan pada kecamatan lainnya, namun dengan luas lahan yang relatif kecil, yakni kurang dari 500 ha.

Tabel 5.1 Luas Panen dan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang Menurut Kecamatan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2013

No. Kecamatan

Padi sawah Padi Ladang

Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 1. Mandau 75.00 243.75 380.00 885.40 2. Pinggir 375.00 1,166.25 0.00 0.00 3. Bukit Batu 1,465.00 5,449.80 0.00 0.00 4. Siak Kecil 3,214.00 12,470.32 0.00 0.00 5. Rupat 413.00 1,499.19 375.00 1,038.75 6. Rupat Utara 0.00 0.00 70.00 162.40 7. Bengkalis 0.00 0.00 0.00 0.00 8. Bantan 1,006.00 4,325.80 0.00 0.00 Jumlah 6,548.00 25,155.11 825.00 2,086.55

Sumber: BPS Kabupaten Bengkalis, Bengkalis Dalam Angka, 2014

Usahatani padi sawah maupun padi ladang paling banyak diusahakan pada sub-round Januari-April dan September-Desember setiap tahunnya, sedangkan pada sub-round Mei-Agustus terbatas dilakukan (Tabel 5.2). Hal ini sesuai dengan datangnya musim penghujan yang terjadi pada sub-round Januari-April dan September-Desember.

Tabel 5.2 Luas Panen dan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang Menurut Sub-Round di Kabupaten Bengkalis Tahun 2014

No. Subround

Padi sawah Padi Ladang

Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 1 Januari-April 3,744.00 13,520.00 135.00 386.00 2 Mei-Agustus 12.00 37.00 0.00 0.00 3 September-Desember 2,787.00 11,861.00 624.00 1,637.00 4 Januari-Desember 6,543.00 25,418.00 759.00 2,023.00 Sumber: BPS Kabupaten Bengkalis, Bengkalis Dalam Angka, 2015

Tanaman palawija dengan luas panen dan produksi yang terbesar di Kabupaten Bengkalis adalah ubi kayu, dengan luas lahan 248 ha dan produksi 6.019,01 ton pada tahun 2013 (Tabel 5.3). Tanaman ubi kayu paling luas diusahakan pada dua kecamatan, yakni Kecamatan Rupat (98 ha) dan Kecamatan Mandau (55 ha), dengan produksi berturut-turut 1.938,44 ton, dan

Gambar

Tabel 2.1  Tahapan dan Jenis Kegiatan Pemetaan Kebutuhan Teknologi  Tepat Guna Pedesaan Provinsi Riau
Tabel 3.2  Jumlah Persentase Penduduk MIskin dan Garis Kemiskinan  Provinsi RiauTahun 2012-2013  Kabupaten/Kota  Jumlah  Penduduk  Miskin  Persentase Penduduk Miskin  Garis Kemiskinan  2012  2013  2012  2013  2012  2013  Kuantan Singingi  31,3  34,7  10,29
Tabel 3.3  Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku dan  Harga Konstan 2000 menurut Penggunaan Tanpa Minyak Bumi  dan Gas Tahun 2012-2013 (Juta Rupiah)
Tabel 3.5  Pendapatan Regional per Kapita Termasuk Minyak Bumi dan  Gas Tahun 2012-2013 (Rupiah)
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

barat, sehingga mereka berusaha untuk merebut kemajuan iptek dari umat islam. 2) Orang barat yang pada umumnya beragama Nasrani, ingin menunjukan pula bahwa

Pemberian protein kasar yang lebih tinggi dalam ransum pakan, maka kandungan konsentrasi amonia yang dihasilkan dari proses fermentasi oleh mikroba dalam rumenpun juga

Dari fenomena dan latar belakang inilah, maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian tentang Analisis Rasio NPL, LDR, BOPO Terhadap ROE Dan Deviden (Studi Kasus Pada Bank

Salah satu analisis yang dapat membantu perusahaan dalam merencanakan pengeluaran dana dan menentukan layak atau tidak layak nya suatu investasi adalah Analisis

Atribut kunci primer Field atau kolom data yang butuh disimpan dalam suati entitas dan digunakan sebagai kunci akses record yang diinginkan; biasanya berupa id; kunci

1) Majelis Sinode Wilayah-Majelis Sinode Wilayah yang masing-masing mengutus 20 (dua puluh) orang anggotanya, sedapat-dapatnya berunsur penatua dan pendeta, yang tidak

Pencapaian status identitas achievement pada anggota Dit Sabhara Polda Jateng akan menjadikan anggota berusaha melaksanakan pekerjaan dengan kesungguhan sehingga

3 1 1320 MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH AWWALIYAH NAHDLATUL ULAMA 10 MIFTAHUL ULUM. DUSUN SERAMBAH DESA KEBUNTELUKDALAM