• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identification Fishing Gear of Groupers Environmentally Friendly, in Gusung Island Selayar Archipelago Regency

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identification Fishing Gear of Groupers Environmentally Friendly, in Gusung Island Selayar Archipelago Regency"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 1-10 1 Identifikasi Alat Penangkapan Ikan Kerapu (Groupers) yang Ramah Lingkungan

di Pulau Gusung Kabupaten Kepulauan Selayar

Identification Fishing Gear of Groupers Environmentally Friendly, in Gusung Island Selayar Archipelago Regency

Sajriawati1*, Astaman Amir1

1

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Musamus, Indonesia *Korespondensi: sajriawati_msp@unmus.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2016 yang berlokasi di Pulau Gusung, Kabupaten Kepulauan Selayar. Tujuan penelitian untuk mengetahui jenis alat tangkap ikan kerapu berdasarkan indikator ramah lingkungan. Penelitian menggunakan metode survei dengan pendekatan studi kasus, melalui penentuan responden secara purposive dan dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian ditemukan 2(dua) jenis alat tangkap ramah lingkungan yaitu bubu dan pancing.

Kata kunci: Ikan kerapu; Alat tangkap; Kabupaten Kepulauan Selayar ABSTRACT

This research was conducted from March to April 2016 located on Gusung Island, Selayar Islands Regency. The research objective was to determine the diversity of types of grouper fishing gear based on environmentally friendly indicators. The study used a survey method with a case study approach, through the determination of respondents purposively and analyzed descriptively. The results of the study found 2 (two) types of environmentally friendly fishing gear namely traps and fishing rod.

Keywords : Groupers; Fishing gear; Selayar Archipelago Regency PENDAHULUAN

Ikan kerapu yang dikenal dalam dunia internasional dengan sebutan groupers atau

coral reef fishes termasuk jenis ikan yang hidupnya pada daerah terumbu karang. Ikan

ini adalah salah satu spesies ikan yang bernilai ekonomi tinggi karena sangat diminati dalam pasar domestik maupun internasional. Komoditas ikan laut jenis kerapu merupakan komoditas andalan dan permintaan dari pasar ekspor dari negara Taiwan, Jepang, Singapura dan Hongkong. Ikan kerapu ini sudah menjadi menu istimewa di hotel dan restoran terkemuka, baik di Indonesia, Hongkong, Taiwan, Jepang maupun Singapura. Konsekuensinya, ikan kerapu mengalami tekanan yang cukup berat dan di

beberapa wilayah telah mengalami overfishing (Sadovy, 2005).

Potensi laut yang sangat luas, jika diakumulasikan secara skala nasional maka potensi ikan kerapu dalam setahun mencapai sekitar 35.000 ton (Adrian, 2010). Daerah Indonesia bagian timur, ikan yang paling banyak diburu untuk diperdagangkan dalam keadaan hidup adalah jenis ikan kakap dan ikan kerapu (Bailey & Sumaila, 2015). Pada

(2)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 1-10 2 tahun 2013 produksi nasional ikan kerapu mencapai 113.368 ton yang terbagi menjadi 13.464 ton hasil budidaya dan 99.904 ton hasil tangkapan yang terbentang dari Aceh hingga Papua (KKP, 2015)

Penelitian tentang Ikan Kerapu sudah sangat banyak dilakukan di Indonesia.

Alamsyah (2012) melakukan penelitian tentang Study on Biological Reproduction of

Coral Grouper (Plectropomus areolatus) in Fishing Season. Arfiansyah et al., (2015)

melakukan penelitian tentang analisis bioekonomi pemanfaatan ikan kerapu sunu di perairan Kepulauan Spermonde. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi aktual

pemanfaatan ikan kerapu sunu di Kepulauan Spermonde sudah mengalami overfishing

baik secara biologi maupun ekonomi. Hasil penelitian sebelumnya di daerah Makassar yang dilakukan oleh Firman and Arfah (2012) diketahui bahwa pangsa pasar ikan kerapu segar lebih besar dibandingkan kerapu hidup. Hal ini dikarenakan harga ikan kerapu segar lebih murah dibandingkan kerapu hidup. Dimana kerapu segar lebih diminati konsumen lokal/dalam negeri dan kerapu hidup lebih diminati konsumen luar negeri (ekspor).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014) Sulawesi Selatan tercatat produksi agregat ikan kerapu yang terbesar di Sulawesi Selatan adalah Kabupaten Kepulauan Selayar dengan persentase produksi sekitar 31,17 % dari total keseluruhan produksi ikan kerapu di Sulawesi Selatan.

Pulau Gusung adalah salah satu pulau yang lokasinya tepat berada di sebelah barat Pulau Selayar. Daerah ini merupakan wilayah yang potensi ikan kerapunya cukup tinggi. Hal ini didukung oleh potensi terumbu karang di daerah ini yang masih cukup potensial sehingga mendukung kelestarian ikan kerapu.

Potensi ikan kerapu yang cukup potensial di Kabupaten Kepulauan Selayar menjadi faktor yang berpengaruh menyebabkan tingginya upaya penangkapan Ikan Kerapu di daerah ini. Atmaja and Nugroho (2013), mengatakan bahwa kecenderungan peningkatan upaya penangkapan yang masih diikuti dengan produksi yang terus meningkat serta tidak menunjukkan gejala eksploitasi berlebihan selama upaya penangkapannya tetap di bawah nilai MSY nya. Salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam upaya penangkapan adalah jenis alat tangkap yang digunakan.

(3)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 1-10 3 Berdasarkan hal tersebut maka dirasa perlu mengkaji tentang identifikasi alat tangkap ramah lingkungan pada ikan kerapu di Pulau Gusung Kabupaten Kepulauan Selayar.

METODEPENELITIAN

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April 2016 bertempat di Pulau Gusung, yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar, yang berada tepat di sebelah barat Ibu Kota Pulau Selayar.

Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan pengambilan data secara

purposive (Singarimbun and Efendi, 1989). Responden dalam penelitian ini adalah

nelayan, dan alat tangkap sebagai objek penelitian.

Adapun dalam metode penentuan sampel nelayan atau responden dilakukan klarisfikasi nelayan. Masing-masing wilayah desa ditentukan nelayan sebagai sampel yang mewakili populasi.

Menurut klasifikasi statistik internasional standar FAO (Food Agriculture

Organization), penentuan kriteria alat tangkap ramah lingkungan merujuk pada CCRF

(Code of Conduct for Resposible Fisheries) (1995) dengan sembilan kriteria alat

tangkap ramah lingkungan yaitu :

1. Selektifitas alat tangkap harus tinggi

2. Alat tangkap yang digunakan tidak merusak lingkungan/habitat

3. Ikan yang dihasilkan berkualitas tinggi

4. Alat tangkap tidak membahayakan nelayan

5. Produksi yang dihasilkan tidak membahayakan konsumen

6. Hasil tangkapan sampingan (by-catch) rendah

7. Dampak biodiversity rendah

8. Tidak membahayakan ikan yang dilindungi

(4)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 1-10 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan contoh nelayan atau responden berpedoman pada prinsip keterwakilan yaitu sekurang-kurangnya 1/10 atau 10 % dari populasi nelayan per jenis alat tangkap pada masing-masing wilayah (Black and Champion, 2001). Wawancara dilakukan kepada masing-masing responden sesuai dengan kuisioner wawancara yang telah disiapkan sebelumnya. Adapun data responden atau dalam hal ini nelayan yang melakukan penangkapan ikan kerapu dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Jumlah nelayan, responden di Pulau Gusung

No Nama Desa Alat Tangkap Jumlah Alat Jumlah Responden

1 Desa Bonto Lebang Pancing 135 13

Bubu 57 6

2 Desa Kahu-Kahu Pancing 50 5

Bubu 121 12

3 Desa Bonto Borusu Pancing 150 15

Bubu 86 8

Total 59

Sumber : Hasil survei lapangan, diolah 2016

Berdasarkan Tabel 1 terlihat jumlah responden yang dipilih telah mewakili dari ketiga desa yang berada di Pulau Gusung, sehingga total responden untuk nelayan pancing yaitu 33 responden dan nelayan bubu 26 responden.

Berdasarkan data hasil wawancara maka ditemukan bahwa jenis alat tangkap yang lebih banyak digunakan oleh nelayan dalam menangkap ikan di Kabupaten Kepulauan Selayar dalam melakukan usaha penangkapan ikan kerapu sunu adalah jenis alat pancing dan bubu.

Berdasarkan hasil analisis penentuan kriteria alat penangkapan ikan menurut Dirjen Perikanan Tangkap (2005) yang digolongkan menjadi 4 kriteria, yaitu :

1. Sangat ramah lingkungan jika memenuhi 8 indikator

2. Ramah lingkungan jika memenuhi 6 - 7 indikator

3. Merusak jika memenuhi 4 - 5 indikator

4. Sangat merusak jika memenuhi 0 - 3 indikator

Berdasarkan kriteria di atas maka alat tangkap pancing dan bubu termasuk kriteria ramah lingkungan, seperti yang terlihat pada Gambar 1.

(5)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 1-10 5 Gambar 1. Diagram rekapitulasi alat tangkap berdasarkan indikator ramah lingkungan

Berdasarkan diagram rekapitulasi alat tangkap pada Gambar 1 di atas, dapat diketahui bahwa untuk alat tangkap pancing memenuhi 7 (tujuh) kriteria penangkapan sehingga termasuk dalam kategori ramah lingkungan. Adapun 7 (tujuh) kriteria yang dimaksud yaitu produksi yang dihasilkan tidak membahayakan bagi nelayan, alat tangkap yang digunakan tidak merusak lingkungan, ikan yang dihasilkan berkualitas tinggi (dalam hal ini ikan kerapu), alat tangkap tidak membahayakan nelayan, dampak

biodiversity rendah, tidak membahayakan ikan yang dilindungi, dan dapat diterima

secara sosial. Adapun alat tangkap bubu memenuhi 6 (enam) kriteria penangkapan sehingga juga termasuk dalam kategori ramah lingkungan. Adapun 6 (enam) kriteria yang dimaksud yaitu produksi yang dihasilkan tidak membahayakan bagi nelayan, alat tangkap yang digunakan tidak merusak lingkungan, ikan yang dihasilkan berkualitas tinggi (dalam hal ini ikan kerapu), alat tangkap tidak membahayakan nelayan, dampak

biodiversity rendah, dan dapat diterima secara sosial. Perbandingan jumlah alat tangkap

pancing dan bubu dapat dilihat pada diagram berikut (Gambar 2).

Gambar 2. Perbandingan alat tangkap ikan kerapu di Pulau Gusung

0 1 2 3 4 5 6 7 Pancing Bubu

Dapat diterima secara sosial

Tidak membahayakan ikan yang dilindungi Dampak Biodiversity rendah

Hasil tangkapan sampingan (by-catch) rendah Produksi yang dihasilkan tidak membahayakan konsumen

Alat tangkap tidak membahayakan bagi nelayan

0 100 200 300 400 Pancing Bubu Jum la h U ni t Alat Tangkap

(6)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 1-10 6 Berdasarkan Gambar 2, menunjukkan data jumlah alat tangkap pancing lebih banyak digunakan dalam upaya penangkapan ikan kerapu dibandingkan dengan bubu. Pancing sebanyak 56 % dan bubu hanya sekitar 44 %.

1. Alat Tangkap Pancing

Pancing sebagai salah satu alat yang digunakan menangkap ikan terdiri dari mata pancing dan tali dan dilengkapi dengan komponen pelengkap seperti tangkai, pemberat, pelampung dan kili - kili. Untuk jumlah mata pancing dapat berbeda - beda setiap pancing, ada yang tunggal, ganda bahkan sampai ribuan mata pancing. Prinsip kerja pancing yaitu memikat ikan dengan umpan buatan maupun umpan alam yang terkait pada mata pancingnya. Brandt (1984), mengklasifikasikan pancing ke dalam alat

tangkap line fishing yaitu alat tangkap yang dirakit menggunakan tali dan pancing dan

dibantu dengan tangkai / joran. Menurut Nomura and Yamazaki (1977) pancing dikelompokkan ke dalam alat tangkap aktif yang dalam penggunaannya digerakkan atau dikendalikan oleh penangkap atau pemancing.

Nelayan di Pulau Gusung sendiri menggunakan alat tangkap pancing jenis

pancing modeng (Gambar 3) untuk menangkap ikan kerapu.

Gambar 3. Pancing ikan kerapu

Selain alat tangkap pancing, dalam melakukan penangkapan ikan kerapu sunu di Pulau Gusung yang tak kalah penting adalah perahu. Seperti yang kita ketahui bahwa ikan kerapu sunu adalah spesies ikan yang hidup pada ekosistem terumbu karang sehingga dalam memancing ikan kerapu sunu dibutuhkan pengetahuan lokasi yang tepat serta alat transportasi berupa perahu (Gambar 4) menuju lokasi penangkapan.

(7)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 1-10 7

Gambar 4. Perahu nelayan di Pulau Gusung

Berdasarkan data hasil wawancara dengan nelayan didapatkan informasi bahwa rata-rata nelayan pancing di Pulau Gusung melakukan kegiatan pemacingan setiap hari kecuali hari jumat dan hari raya serta ketika cuaca sedang tidak bersahabat. Biasanya nelayan pancing ikan kerapu sunu berangkat melaut sekitar pukul 5.00 subuh atau selepas menunaikan ibadah shalat subuh dan kembali sekitar pukul 15.00 sehingga rata-rata waktu yang digunakan untuk melaut dalam satu trip adalah kurang lebih 10 jam.

Selain perahu terdapat pula perlengkapan lain yang digunakan nelayan pancing ikan kerapu sunu yaitu tempat untuk menampung hasil tangkapan ikan kerapu sunu (Gambar 4). Ikan kerapu sunu adalah salah satu spesies ikan karang yang harganya akan lebih tinggi jika dijual dalam keadaan hidup. Untuk itu nelayan akan mengupayakan hasil tangkapannya tetap dijual dalam keadaan hidup.

Gambar 5. Tempat penampung hasil tangkapan kerapu hidup

Alat yang digunakan sebagai tempat untuk menampung hasil tangkapan ikan kerapu sunu hidup ini berbentuk kotak yang telah dibentuk dan dirakit menyerupai

(8)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 1-10 8 keramba mini untuk menampung ikan kerapu sunu dalam keadaan hidup. Alat ini kemudian diikatkan pada perahu nelayan dan diletakkan mengapung di air laut.

2. Alat Tangkap Bubu

Bubu adalah salah satu jenis alat tangkap yang bersifat pasif dan berbentuk jebakan sehingga saat ikan sudah masuk ikan tidak dapat keluar lagi. Prinsip dasar dari bubu adalah membuat jebakan untuk penglihatan ikan sehingga tertarik masuk ke dalam sebuah jebakan atau perangkap (Brandt, 1984).

Subani and Barus (1989), menyatakan bahwa bentuk dari bubu bermacam-macam yaitu bubu berbentuk lipat, sangkar (cages), silinder (cylindrical), gendang, segitiga memanjang (kubus), atau segi banyak, bulat dan setengah lingkaran dan lain-lainya.

Secara garis besar bubu terdiri dari badan (body), mulut (funnel) dan pintu. Badan bubu

berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung. Mulut bubu (funnel) berbentuk

corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tapi tidak dapat keluar dan pintu bubu merupakan bagian tempat pengambilan hasil tangkapan.

Biasanya bubu yang digunakan oleh nelayan terbuat dari bambu, kayu ataupun rotan, selanjutnya dianyam membentuk sebuah kurungan dengan ukuran rata-rata bervariasi menurut besar kecilnya yang dibuat menurut kebutuhan. Namun untuk bentuk bubu yang digunakan nelayan di Pulau Gusung dalam menangkap ikan kerapu sunu adalah bubu yang terbuat dari anyaman kawat (Gambar 6) dan dikelompokkan ke dalam jenis bubu dasar.

Gambar 6. Alat Tangkap Bubu di Pulau Selayar

Dalam pengoperasiannya, alat tangkap bubu dasar di Pulau Gusung dipasang daerah perairan terumbu karang atau bebatuan karena di tempat inilah yang merupakan habitat dari ikan kerapu sunu yang menjadi salah satu target tangkapan bubu dasar.

(9)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 1-10 9 Pengoperasian bubu menggunakan umpan untuk menarik perhatian ikan. Karena salah satu faktor yang membuat ikan masuk ke dalam bubu adalah umpan yang menarik. Syarat umpan yang baik adalah bau yang menarik, dipakai sebagai tempat berlindung dan sebagai tempat istirahat saat melakukan migrasi (Monintja and Martasuganda, 1991).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa dalam upaya penangkapan ikan kerapu di Pulau Gusung Kabupaten Kepulauan Selayar diidentifikasi 2 (dua) jenis alat tangkap yaitu pancing dan bubu. Berdasarkan identifikasi kriteria alat tangkap, maka pancing dan bubu dikategorikan sebagai alat tangkap ramah lingkungan. Alat tangkap pancing lebih dominan digunakan untuk menangkap ikan kerapu dibandingkan dengan alat tangkap bubu. Pancing sebanyak 56 % dan bubu hanya sekitar 44 %.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian. 2010. Tujuh Alasan Melakukan Budidaya Kerapu. Buletin Teknologi Perikanan

dan Kelautan.

Agussalim. 2013. Analisis Ekonomi Industrialisasi Ikan Kerapu. Tesis Tidak

dipublikasi. Program Pascasarjana. Universitas Pattimura : Ambon.

Alamsyah, A.S. 2012. Study on Biological Reproduction of Coral Grouper

(Plectropomus areolatus) in Fishing Season. J. Mina Laut Indonesia. 1(1): 73 –

83.

Arfiansyah, R., Najamuddin., Baso, A. 2015. Bioekonomi Pemanfaatan Ikan Kerapu

Sunu di Perairan Kepulauan Spermonde, Makassar. Jurnal Pascasarjana

Universitas Hasanuddin (serial online). (http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/, diunduh 8 Juli 2015)

Atmaja, Suherman, B., Nugroho, D. 2013. Optimum Sustainable Yield of Purse Seine

Fisheries in The Java Sea and Its Adjacent Waters. Jurnal Lit. Perikanan. Ind.

Vol. 19 No. 2: 73-80Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. 2015.

Laporan Statistik Perikanan Tangkap Tahun 1995. Pemerintah Provinsi Sulawesi

Selatan, Makassar

Bailey, M., Sumaila, U.R. 2015. Destructive Fishing and Fisheries Enforcement in

Eastern Indonesia. Journal of Marine Ecology Progress Series Vol. 530: 195–

(10)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 1-10 10

Black, J.A. Champion, D.J. 2001. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Refika

Aditama

Brandt, A.V. 1984. Fish Catching Methods of the World. Fishing News Books Ltd.

Farhan Surrey, England

Dirjen Perikanan Tangkap. 2005. Petunjuk Teknis Penangkapan Ikan Ramah

Lingkungan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Firman., Arfah, K.A. 2012. Analisis Pangsa Pasar Ikan Kerapu di Pulau Bonetambu

Kecamatan Ujung Tanah Kelurahan Barrang Caddi Kota Makassar. Universitas

Hasanuddin : Makassar

KKP. 2015. Kerapu, Selera Rasa Berbalut Keberuntungan.

(http://www.djpdspkp.kkp.go.id/artikel-883-kerapu--selera-rasa-berbalut-keberuntungan.html [25 Juni 2015]

Monintja, D.R., Martasuganda, S. 1991. Teknologi Pemanfaatan Sumberdaya Hayati

Laut II. IPB Press, Bogor.

Nomura, M., Yamazaki, T. 1977. Fishing Technique I. Tokyo: Japan International

Cooperation Agency. 206 p

Singarimbun, M. Efendi, S. 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta

Subani, W. dan Barus, H.R. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di

Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut Badan Penelitian dan Pengembangan

Gambar

Tabel 1. Jumlah nelayan, responden di Pulau Gusung
Gambar 2. Perbandingan alat tangkap ikan kerapu di Pulau Gusung 01234567PancingBubu
Gambar 3. Pancing ikan kerapu
Gambar 5. Tempat penampung hasil tangkapan kerapu hidup
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pengecualian untuk material coarse dimana pusat perpindahan pada dasar muatan, jumlah persamaan total muatan material dasar yang digunakan untuk menentukan kapasitas transport

Surat Keterangan persetujuan dari Sekretaris Wilayah Daerah Provinsi bagi PNS Provinsi, Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar bagi PNS Kabupaten Kepulauan Selayar

Bila tanah remolded dengan kadar aditif semen sebesar 6% adalah tanah yang memiliki struktur yang utuh, maka tanah tersebut dapat dianalogikan dengan tanah tidak

implementasi algoritma collision detection pada game free run, game yang berbasis system oprasi windows ini di buat dengan aplikasi unreal engine 4, dalam game

Berdasarkan uraian tersebut, judul yang di ambil adalah “Analisis Pembentukan Portofolio Saham Optimal dengan Model Markowitz Sebagai Dasar Penetapan Investasi

Penelitian aplikasi search engine berbasis semantic web menggunakan algoritma Rabin Karp pada tanaman di Indonesia ini memberikan kemudahan untuk penggunanya, yaitu dengan

Memberikan kesempatan kepada peneliti kesehatan melaksanakan Riset Intervensi Kesehatan (RIK) berbasis budaya lokal dengan fokus pada upaya peningkatan kesehatan

Pengum&ulan data yang dilakukan untuk menentukan ebab da!i dikl$kai yang nantinya membantu dalam membuat !en#ana tindakan te!"ada& klien.. Klien tam&ak