• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian manajemen teknologi pada kawasan sentra industri keripik kota bandar lampung, propinsi lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian manajemen teknologi pada kawasan sentra industri keripik kota bandar lampung, propinsi lampung"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Kebijakan pengembangan agribisnis yang dicanangkan pemerintah saat ini. ditujukan dalam rangka untuk menempatkan sektor pertanian dengan wawasan agribisnis sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Menurut Sudaryanto et al. (2002), sistem agribisnis adalah rangkaian dari berbagai subsistem mulai dari subsistem penyediaan sarana dan prasarana produksi termasuk industri perbenihan yang tangguh, subsistem budidaya yang menghasilkan produk pertanian, subsistem industri pengolahan atau agroindustri, subsistem pemasaran dan distribusi, serta subsistem jasa-jasa pendukungnya. Nilai tambah terbesar dari suatu rangkaian usaha pertanian tersebut berada pada subsistem pengolahan atau agroindustri. Pengembangan subsistem pengolahan atau agroindustri terutama ditujukan untuk mendorong terciptanya struktur perekonomian yang seimbang. sehingga diharapkan terjadi transformasi struktural. perekonomian, dari dominasi sektor pertanian ke dominasi sektor industri termasuk agroindustri di dalamnya. Menurut Suradisastra et al. (2007), dalam rangka mewujudkan struktur perekonomian yang seimbang, kebijakan pengembangan agroindustri memiliki beberapa sasaran sekaligus yakni (1) menarik pembangunan sektor pertanian,. (2). menciptakan nilai tambah; (3) menciptakan lapangan pekerjaan;. (4). meningkatkan penerimaan devisa; dan (5) meningkatkan pembagian pendapatan. Pengembangan agribisnis dengan menempatkan petani sebagai pelaku agribisnis merupakan perwujudan dari pengembangan ekonomi kerakyatan. Hal ini dikarenakan pelaku ekonomi pertanian adalah berjuta pengusaha kecil yang merupakan basis dari.

(2) ekonomi kerakyatan, sebagai penopang ekonomi pedesaan dan sumber penghasilan bagi sebagian besar masyarakat pedesaan. Selain itu sektor pertanian dengan pelaku utama para pengusaha kecil telah terbukti mempunyai daya tahan yang kuat terhadap krisis ekonomi, karena bertumpu pada sumberdaya domestik atau lokal (Suradisastra et al. 2007).. Saragih (2000) juga mengungkapkan bahwa agribisnis berperan dalam pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB), menjadi sektor penyerap tenaga kerja nasional yang terbesar dikarenakan karakteristik teknologi yang digunakan bersifat akomodatif terhadap keragaman kualitas tenaga kerja; salah satu sektor penyumbang perolehan devisa terbesar; sumber penyediaan bahan pangan bagi masyarakat; melalui pembangunan agribisnis sumberdaya yang tersebar di seluruh pelosok tanah air diharapkan mampu melibatkan partisipasi seluruh wilayah dan rakyat Indonesia; dan kegiatan agibisnis yang berlandaskan pada pendayagunaan keanekaragaman ekosistem di seluruh Indonesia memiliki potensi untuk melestarikan lingkungan hidup.. Dalam pengembangan sistem agribisnis sebagai wujud pengembangan ekonomi kerakyatan perlu dipertimbangkan keberadaan potensi lokal. Potensi yang dikembangkan oleh masyarakat di suatu wilayah dapat mendorong berkembangnya agroindustri di wilayah tersebut, dimana pengembangan agroindustri tidak ditujukan dalam rangka peningkatan jumlah pangan dan jenis produk yang tersedia di pasar, tetapi meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat melalui peningkatan produksi bahan baku dan nilai tambah, sekaligus peningkatan ekonomi daerah. Selain itu pengembangan agroindustri.

(3) turut menciptakan lapangan pekerjaan dan pengembangan pasar (Sudaryanto. et. al. 2002). Kabupaten Lampung Selatan adalah salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan sentra produksi pisang sebagai bahan baku keripik. Jumlah pohon pisang yang menghasilkan menurut kabupaten/kota di Propinsi Lampung tahun 2002 – 2006 diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1.. Jumlah tanaman pisang (pohon) yang menghasilkan menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung Tahun 2002 – 2006. Kabupaten / Kota Kabupaten Lampung Barat Kabupaten Tanggamus Kabupaten Lampung Selatan Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Utara Kabupaten Way Kanan Kabupaten Tulang Bawang Kota Bandar Lampung Kota Metro Jumlah. 2002 2003 95.830 65.121 247.785 348.081 3.085.824 4.084.049 338.270 629.970 222.050 246.149 163.263 142.718 252.730 144.469 104.026 96.484 26.263 17.600 8.790 2.650 4.544.831 5.777.291. Tahun 2004 101.148 360.327 5.267.547 1.178.843 151.864 139.079 191.538 131.103 16.140 7.183 7.544.772. 2005 113.714 390.663 5.654.854 2.174.149 256.580 161.474 222.678 118.630 15.770 6.870 9.115.382. 2006 61.162 261.231 5.139.802 1.112.855 170.479 107.829 176.201 131.094 14.927 2.071 7.178.651. Sumber : BPS Propinsi Lampung (2007). Dari tahun 2002 – 2006 kabupaten Lampung Selatan merupakan penghasil pisang terbesar di Propinsi Lampung, dilanjutkan dengan Kabupaten Lampung Timur dan Way Kanan. Produksi pisang per kabupaten di Propinsi Lampung diperlihatkan pada Tabel 2.. Tabel 2. Produksi buah pisang menurut kabupaten/kota di Propinsi Lampung tahun 2002 – 2006 (Dalam Ton).

(4) Kabupaten / Kota Kabupaten Lampung Barat Kabupaten Tanggamus Kabupaten Lampung Selatan Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Utara Kabupaten Way Kanan Kabupaten Tulang Bawang Kota Bandar Lampung Kota Metro Jumlah. 2002 2.896 18.878 104.104 24.974 8.377 10.233 7.862 4.802 938 347 180.401. 2003 2.895 15.805 218.836 44.921 11.822 9.687 10.014 3.793 1.160 149 319.081. Tahun 2004 3.646 16.622 274.087 49.813 11.618 8.444 9.642 3.832 776 290 378.769. 2005 3.366 17.653 391.523 98.821 12.721 9.165 10.260 5.738 496 184 549.928. 2006 3.605 12.219 294.363 62.638 9.992 7.538 11.398 6.208 692 174 408.827. Sumber : BPS Propinsi Lampung (2007). Umumnya pisang dipasarkan masih dalam bentuk pisang mentah, misalnya pisang ambon, pisang raja, pisang raja sere, pisang kepok dan lain-lain. Mengingat komoditas pisang yang memiliki sifat tidak tahan lama dan mudah rusak, perlu adanya suatu upaya untuk mengolah pisang menjadi produk lain, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan menambah waktu simpan. Pengolahan pisang menjadi produk lain tidak terlepas dari teknologi, mulai dari yang sederhana sampai teknologi yang canggih. Selain tanaman pisang, tanaman ubi kayu juga berpotensi dikembangkan menjadi produk olahan yaitu keripik. Pada tahun 2002 – 2006, Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Tulang Bawang memiliki luas panen ubi kayu lebih besar dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Propinsi Lampung. Luas panen ubi kayu per kabupaten/kota di Propinsi Lampung tahun 2002 – 2006 diperlihatkan pada Tabel 3.. Tabel 3. Luas panen ubi kayu per kabupaten/kota di Propinsi Lampung 2002 – 2006 (dalam hektar) Kabupaten / Kota Kabupaten Lampung Barat. 2002 362. 2003 479. Tahun 2004 419. 2005 432. tahun. 2006 427.

(5) Kabupaten Tanggamus Kabupaten Lampung Selatan Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Utara Kabupaten Way Kanan Kabupaten Tulang Bawang Kota Bandar Lampung Kota Metro Jumlah. 2.100 7.925 32.353 108.755 31.933 17.477 93.974 91 185 295.156. 2.754 9.349 37.622 91.078 33.960 14.432 108.997 124 194 298.989. 3.531 11.381 39.068 90.755 26.593 14.346 80.210 153 130 266.586. 2.769 8.188 36.150 80.052 26.270 17.803 81.066 145 103 252.984. 2.296 22.436 41.253 88.575 29.972 17.690 90.441 181 159 283.430. Sumber : BPS Propinsi Lampung, 2007. Teknologi sebagai suatu faktor yang menopang berkembangnya suatu industri tidak cukup hanya digunakan secara benar dan efisien, tetapi industri tersebut harus mampu mengelola teknologi yang dimiliki agar memberikan hasil yang optimal. Dengan melakukan penerapan manajemen teknologi yang terpadu, suatu industri diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan dengan sumberdaya yang ada secara efisien dengan hasil yang optimal. Pemerintah daerah Kota Bandar Lampung telah mengembangkan suatu Kawasan Sentra Industri Keripik yang berada di Jalan Pagar Alam Desa Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung. Pembangunan kawasan itu bertujuan sebagai tempat wisata kuliner sekaligus kawasan berkumpulnya industri-industri rumah tangga yang mengolah dan memasarkan keripik yang menjadi unggulan Propinsi Lampung. Pengusaha keripik di kawasan itu ada yang menjadi mitra binaan perusahaan, namun ada juga yang merupakan usaha mandiri. Perusahaan yang menjadi pembina mitra binaan antara lain PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) dan PT. Telkom. Usaha kecil menengah produsen keripik yang menjadi mitra binaan PTPN VII (Persero) tergabung dalam kelompok usaha bersama Telo Rejeki yang terdiri dari lima belas orang UKM produsen keripik dengan satu orang sebagai ketua kelompok. Pembentukan kelompok.

(6) usaha bersama di atas untuk mempermudah pada saat pengajuan pinjaman dan pembinaan melalui pelatihan karena sudah dikoordinir oleh ketua kelompok. Besarnya pinjaman untuk keperluan pengembangan usaha adalah 2 juta sampai dengan 3 juta per orang dengan jangka waktu pengembalian selama dua tahun. Pelatihan manajemen usaha kecil selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 yang telah diberikan PTPN VII (Persero) kepada mitra binaan pengusaha keripik antara lain penyuluhan pelaku usaha atau pengrajin keripik Kota Bandar Lampung oleh Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (KKKS) Kota Bandar Lampung, pelatihan pemasaran melalui internet bekerjasama dengan PT Telkom, pelatihan pengemasan dan mengikuti pameran dalam rangka promosi produk mitra binaan antara lain Pameran Produk Mitra Binaan dalam acara MTQ Tingkat PTPN Wilayah I – VII di Medan, Pameran Gelar Karya BUMN tahun 2009, Pameran Gelar Produk Kerajinan Indonesia tahun 2009, Pameran Bengkulu Expo, Pameran Sriwijaya Expo, Pameran Jawa Barat Expo dan Pameran Lampung Expo. Selain itu keripik pisang dan keripik ubi kayu di sertakan sebagai oleh-oleh dan sajian pada tamutamu yang berkunjung ke PTPN VII Saat ini terdapat kurang lebih enam puluh kios tersebar di kedua sisi Jalan Pagar Alam sepanjang lima kilometer yang mengolah dan memasarkan aneka keripik misalnya keripik pisang, keripik ubi kayu, keripik nangka dan keripik sukun. Untuk keripik pisang, saat ini sudah dikembangkan menjadi keripik dengan sepuluh rasa, diantaranya rasa jagung bakar, rasa coklat, rasa moka, rasa melon, rasa strowberi, rasa keju, rasa kare, rasa vanilla, rasa balado dan rasa asin. Sementara ubi kayu baru dikembangkan menjadi tiga rasa yaitu rasa asin, rasa jagung bakar dan rasa kare. 1.2. Rumusan Masalah.

(7) Penerapan manajemen teknologi pada industri pengolahan keripik tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi usaha tersebut, antara lain situasi dan kondisi dari komponen-komponen teknologi yang dilaksanakan oleh produsen keripik di Kawasan Sentra Industri Keripik Lampung. Kegiatan tersebut mulai dari pengolahan bahan baku sampai kegiatan pengemasan keripik. Sebelum dikembangkannya Kawasan Sentra Industri Keripik oleh pemerintah daerah Kota Bandar Lampung, pengusaha keripik pisang Suseno telah terlebih dahulu memulai usaha di industri keripik dengan pengalaman 30 tahun dan produknya terkenal sampai luar Propinsi Lampung. Dengan pengalaman yang dimiliki, pengusaha keripik Suseno dianggap sudah memiliki kemampuan teknologi yang baik untuk meningkatkan produktivitas dan meningkatkan daya saing usahanya. Tetapi teknologi juga perlu didukung faktor sumberdaya yang lain, yaitu kemampuan sumberdaya manusia, jaringan informasi dan kemampuan perangkat organisasi. Selain pengusaha keripik Suseno, Toko Yen-Yen dengan merk dagangnya Aneka juga memiliki pelanggan sendiri sampai luar Propinsi Lampung. Kemampuan teknologi yang dimiliki Toko Yen-Yen dianggap lebih baik dibandingkan pengusaha keripik pisang Suseno karena telah mampu memproduksi keripik buah nangka dan pisang oven dengan memanfaatkan mesin facuum friying. Sementara itu produsen keripik di Kawasan Sentra Industri Keripik telah berhasil mengembangkan inovasi keripik menjadi keripik aneka rasa. Inovasi keripik dalam hal rasa ternyata dianggap sebagai sesuatu yang menarik minat konsumen. Keripik produksi Kawasan Sentra Industri Keripik saat ini juga telah memiliki konsumen tersendiri namun dengan segmen pasar yang berbeda dibandingkan pengusaha keripik Suseno dan Toko Yen-Yen..

(8) Pengembangan inovasi suatu usaha umumnya didukung oleh kemampauan teknologinya. Dari gambaran di atas, maka permasalahan yang muncul adalah sampai sejauh mana pelaksanaan manajemen teknologi yang diterapkan oleh pengusaha keripik di Kawasan Sentra Industri Keripik Lampung. Fakor-faktor apa yang menjadi pengaruh dominan terhadap kemampuan masing-masing komponen teknologi serta bagaimana penerapan strategi teknologi dan strategi bisnis yang dilakukan pengusaha keripik.. 1.3. Tujuan Penelitian. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.. Mengidentifikasi penerapan indikator transformasi teknologi oleh pengusaha keripik di Kawasan Sentra Industri Keripik Lampung. 2.. Menganalisis faktor-faktor indikator transformasi teknologi yang mempengaruhi keberhasilan penerapan manajemen teknologi pada Kawasan Sentra Industri Keripik Lampung.. 3.. Menganalisis strategi teknologi dan strategi bisnis yang dilakukan oleh pengusaha keripik di Kawasan Sentra Industri Keripik Lampung..

(9) Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB. 11.

(10)

Gambar

Tabel 1.    Jumlah tanaman pisang (pohon) yang menghasilkan menurut Kabupaten/Kota  di Propinsi Lampung Tahun 2002 – 2006
Tabel 3. Luas panen ubi kayu per kabupaten/kota di Propinsi Lampung             tahun    2002 – 2006 (dalam hektar)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dosis adsorben yang paling baik pada penelitian ini adalah 2 g jika dibandingkan dengan dosis 0,5; 1; dan 1,5 g dengan

Variable EPStidak berpengaruh secara signi- fikan terhadap DPR dengan nilai koefisien regresi -0,0073, t hitung sebesar -1,31944 dan signifikan 0,094 dimana nilainya diatas

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan beberapa orang mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Riau, terdapat berbagai variasi jawaban yang mereka

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa subjek memaknai pernikahan dengan cara berbeda-beda, seperti pernikahan merupakan ajang pembohongan publik, pernikahan merupakan salah

Akhirnya, semoga buku “PEDOMAN REDUCED IMPACT LOGGING INDONESIA’ ini dapat mencapai tujuan dan sasaran yang tepat, dan bermanfaat bagi keberhasilan pengelolaan hutan yang

Gambar 4.25 Detail Activity Diagram Melakukan konfirmasi barang yang tidak terkirim

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, Puji syukur kehadirat Illahi Rabbi yang telah melimpahkan rahmat dan karunia–Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

Metode pembuatan alat ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan Research and Development (R & D). Tahap-tahap penelitian mengacu pada model