BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL
4.1 Deskripsi Subjek PenelitianPada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan kelas XI jurusan Teknik Sepeda Motor (TSM) SMK Negeri 1 Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Seluruh peserta didik di SMK Negeri 1 Ngabang kelas XI jurusan TKR dan TSM memiliki jenis kelamin pria dengan kisaran usia sekitar 16 sampai 18 tahun. Kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan terdiri dari 25 peserta didik dan kelas XI jurusan Teknik Sepeda Motor terdiri dari 21 peserta didik. Seluruh peserta didik pada kedua kelas tersebut merupakan subjek penelitian ini, sehingga subjek penelitian yang digunakan sebanyak 46 peserta didik.
4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Prestasi
Menurut Arikunto (2006; 168) instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan utama yaitu valid dan reliabel. Instrumen dikatakan valid jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu dan reliabel jika secara konsisten memberikan hasil pengukuran yang sama pada beberapa kali pengujian (Nasution 2007, 74-77). Validitas model pembelajaran harus memenuhi dua hal validitas konstruk dan validitas isi (Sugiono 2007, 350).
Untuk validasi konstruk dan validitas isi digunakan pendapat dari pakar di bidang Fisika. Para pakar yang
telah melakukan uji validasi soal pretest dan posttest pada penelitian ini adalah Prof. Sutriyono, MSc., Ph.D. dan Dr. Suryasatriya Trihandaru, M.Sc.nat. Para pakar menyatakan bahwa soal pretest dan posttest telah valid dalam hal konstruk dan isi (lihat pada lampiran 6).
Pengujian validitas item dalam instrumen ini menggunakan standar validasi dari nilai rxy kritik, yaitu
suatu item dikatakan valid apabila rxy≥0,3. Sebaliknya
suatu item dikatakan tidak valid apabila rxy<0,3.
Instrumen dikatakan reliabel apabila hasil
pengukuran relatif konsisten jika digunakan pada satu objek. Pada soal yang berbentuk pilihan ganda, uji
reliabilitas menggunakan rumus Spearman-Brown dimana
instrumen dikatakan reliabel apabila rhitung lebih besar
dari rtabel (rh≥rt) dan sebaliknya intrumen dikatakan tidak
reliabel apabila rhitung lebih kecil dari rtabel (rh<rt), rtabel
didapat dari tabel r product moment dengan jumlah N
yang sama pada taraf signifikasi 5%. Menurut Widoyoko (2012), soal yang berbentuk uraian, uji reliabilitas
menggunakan rumus Alpha dimana instrumen dikatakan
reliabel apabila nilai koefisien Alpha lebih besar dari harga kritik atau standar reliabilitas (>0,7) dan instrumen dikatakan tidak reliabel apabila nilai koefisien Alpha lebih besar dari harga kritik atau standar reliabilitas (<0,7).
Dalam penelitian ini perhitungan validitas item dan
reabilitas menggunakan software SPSS 20 for Windows.
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Item Pretest/Posttest Soal Pilihan Ganda
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted soal1 10.7407 18.507 .680 .892 soal2 10.7037 19.447 .460 .900 soal3 10.5556 19.872 .453 .900 soal4 10.6296 19.627 .455 .900 soal5 10.7037 18.447 .715 .891 soal6 10.7407 18.430 .699 .891 soal7 10.5926 19.712 .461 .900 soal8 10.6296 19.088 .599 .895 soal9 10.7407 19.123 .526 .898 soal10 10.5926 20.174 .335 .903 soal11 10.7037 18.447 .715 .891 soal12 10.5926 19.020 .657 .893 soal13 10.5556 19.872 .453 .900 soal14 10.7407 18.507 .680 .892 soal15 10.6296 18.858 .663 .893 soal16 10.7037 18.986 .576 .896
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat dari 27 peserta didik yang diteliti pada uji soal pretest dan posttest pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 16 soal, semua soal memiliki nilai corrected item-total correlation diatas nilai rxy kritik, yaitu >0,3. Artinya
semua soal dapat dikatakan valid. Tabel 4.2
Hasil Uji Reliabilitas Pretest/Posttest Soal Pilihan Ganda
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Part 1 Value .805
N of Items 8a
Part 2 Value .813
N of Items 8b
Total N of Items 16
Correlation Between Forms .889
Spearman-Brown Coefficient Equal Length .941
Unequal Length .941
Guttman Split-Half Coefficient .941
a. The items are: soal1, soal2, soal3, soal4, soal5, soal6, soal7, soal8. b. The items are: soal9, soal10, soal11, soal12, soal13, soal14, soal15, soal16.
Pada bagian Reliability Statistics ditabel 4.2 terlihat nilai rSpearman-Brown adalah 0,941. Nilai rSpearman-Brown ini
(0,941>0,381), yang artinya soal pilihan ganda pada
pretest dan posttest adalah reliabel.
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 maka instrumen soal pilihan ganda pada prestest dan posttest adalah valid dan reliabel. Karena instrumen valid dan reliabel maka layak digunakan dalam penelitian.
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Item Posttest Soal Uraian
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted soal1 17.5185 1.798 .769 .643 soal2 17.5926 2.097 .691 .726 soal3 17.4815 3.028 .618 .824
Dari Tabel 4.3 terlihat nilai Corrected Item-Total
Correlation pada ketiga soal yang diuji cobakan pada 27
peserta didik memiliki nilai diatas nilai r kritik (>0,3).
Maka dapat diartikan ketiga soal pada posttest soal uraian
adalah valid.
Tabel 4.4
Hasil Uji Reliabilitas Posttest Soal Uraian Alpha
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.816 3
Standar reliabilitas untuk indek reliabilitas instrumen yang menggunakan alat uji Alpha adalah O,7. Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa dari 27 peserta didik yang menjadi sampel uji coba soal Posttest yang terdiri dari 3 soal uraian, didapatkan nilai koefisien Alpha sebesar 0,816. Dengan demikian nilai soal Posttest
lebih besar dari standar reliabilitas (0,816>0,7), maka
dapat diartikan bahwa soal uraian pada soal Posttest
tersebut reliabel.
Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 maka instrumen soal uraian pada posttest adalah valid dan reliabel. Karena instrumen valid dan reliabel maka layak digunakan dalam penelitian.
4.3 Tes Prestasi Belajar
Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest.
4.3.1 Pretest
Pretest diberikan pada sampel untuk mengetahui
kemampuan awal peserta didik di kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Selanjutnya kedua kelompok tersebut diberikan perlakuan yang berbeda, dimana pada kelompok kontrol akan diberikan pembelajaran dengan metode ceramah dan pada kelompok eksperimen
diberikan pembelajaran dengan metode Levels of Inquiry
Learning Cycle. Hasil Descriptive Statistics dariPretest
dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini: Tabel 4.5
Hasil Descriptive Statistics dari Pretest Kelas XI TKR dan Kelas XI TSM
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation Variance Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
Std.
Error Statistic Statistic XI.TKR 25 32.00 43.00 75.00 60.0800 1.43634 7.18169 51.577 XI.TSM 21 27.00 45.00 72.00 60.1905 1.47296 6.74996 45.562 Valid N
(listwise)
Tabel 4.5 menunjukkan rata-rata pretest kelas XI TKR sebesar 60,08 dan rata-rata pretest kelas XI TSM sebesar 60,19. Nilai maksimum kelas XI TKR adalah 75 dan nilai maksimum kelas XI TSM adalah 72. Sedang nilai minimum untuk nilai kelas XI TKR adalah 43 dan dikelas XI TSM adalah 45.
Pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, uji
beda pada pretest yang dilakukan dengan menggunakan
uji independent sample t-test serta bentuk dan jumlah soal
yang sama. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal dan homogenitasnya. Berikut adalah
hasil uji beda pretest pada kelas eksperimen dan kontrol:
Tabel 4.6
Hasil Uji Beda Pretest Kelas XI TKR dan Kelas XI TSM Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pretest Equal variances assumed .077 .782 -.053 44 .958 -.11048 2.06871 -4.2796 8 4.0587 3 Equal variances not assumed -.054 43.4 10 .957 -.11048 2.05735 -4.2583 8 4.0374 3
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui hasil Fhitung levene
testsebesar 0,077 dengan signifikansi 0,782 lebih besar
dari 0,05, maka H0 diterima atau kedua populasi memiliki
varian yang sama. Dengan kata lain kedua kelas
homogen. Analisis uji beda independent sample t-test
terlihat bahwa thitung di bagian equal variance assumed
Karena p>0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedan nilai hasil pretest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan demikian eksperimen dapat dilanjutkan dengan menggunakan kedua kelas tersebut (XI-TKR dan XI-TSM).
4.3.2 Posttest
Perhitungan uji beda rata-rata posttest dari kelas eksperimen dan kontrol dilakukan dengan menggunakan
independent sample t-test bertujuan untuk melihat
perbedaan prestasi belajar peserta didik yang diajar
dengan metode Levels of Inquiry Learning Cycle dan
peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode
ceramah. Pada tahap posttest peserta didik akan
diberikan dua jenis soal yang berbeda, yaitu soal pilihan
ganda dan soal uraian berupa problem solving. Dari
posttest dengan soal pilihan ganda akan didapatkan nilai
pengetahuan dengan penilaian kognitif sedangkan dari
soal uraian yang berupa problem solving akan didapatkan
nilai pengetahuan dan praktik peserta didik. Berikut adalahhasil rata-rata nilai pengetahuan posttest:
Tabel 4.7
Hasil Rata-rata Nilai Pengetahuan Prestasi Belajar Kelas XI-TKRdan Kelas XI-TSM
(Posttestsoal PG dan Posttestsoal uraian)
Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Posttest.PG Eksperimen 25 91.6000 6.12372 1.22474
Kontrol 21 60.2381 4.66803 1.01865
Posttest.Ur Eksperimen 25 94.0000 5.14782 1.02956
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui nilai rata-rata
posttest dari kelas eksperimen (XI-TKR) lebih tinggi
daripada nilai rata-rata posttest dari kelas kontrol (XI-TSM). Pada Posttestsoal PG nilai rata-rata kelas XI-TKR adalah 91,6 sedangkan nilai rata-rata kelas XI-TSM adalah 60,24 dan pada Posttestsoal ur nilai rata-rata kelas XI-TKR adalah 94 sedangkan nilai rata-rata kelas XI-TSM adalah 57,29.
Tabel 4.8
Hasil Uji Beda Rata-rata Nilai Pengetahuan Prestasi Belajar KelasXI-TKRdan Kelas XI-TSM
(Posttestsoal PG dan Posttestsoal uraian)
Independent Samples Test Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Postte st.PG Equal variances assumed 4.847 .033 19.2 29 44 .000 31.36190 1.63097 28.07 491 34.648 90 Equal variances not assumed 19.6 87 43.63 3 .000 31.36190 1.59300 28.15 067 34.573 14 Postte st.Ur Equal variances assumed 14.171 .000 28.9 03 44 .000 36.71429 1.27026 34.15 425 39.274 32 Equal variances not assumed 30.2 30 39.25 1 .000 36.71429 1.21448 34.25 827 39.170 31
Berdasarkan Tabel 4.8 hasil Posttestsoal PG diketahui
hasil Fhitung levene test sebesar 4,847 dengan signifikansi
0,033. Karena p<0,05, maka kedua populasi tersebut mempunyai variance yang berbeda. Analisis uji beda t-test terlihat bahwa nilai thitung dibagian equal assumed
adalah 19,229 dengan signifikansi (2-tailed) sebesar
0,000. Karena p<0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
antara peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode Levels of Inquiry Learning Cycle dengan peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode ceramah.
Sedangkan hasil Posttestsoal Ur, diketahui hasil Fhitung
levene test sebesar 14,171 dengan signifikansi sebesar
0,000. Karena p<0,05, maka kedua populasi tersebut memiliki variance yang berbeda. Analisis uji beda t-test terlihat bahwa thitung di bagian equal assumed adalah
28,903 dengan signifikansi sebesar 0,000. Karena p<0,05,
maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya bahwa ada
perbedaan prestasi belajar Fisika peserta antara peserta
didik yang diajar dengan menggunakan metode Levels of
Inquiry Learning Cycle dengan peserta didik yang diajar
dengan menggunakan metode ceramah.
Berikut ini adalah hasil perhitungan uji beda
rata-rata nilai praktik dengan performance assessment pada
peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode
Levels of Inquiry Learning Cycle dan peserta didik yang
diajar dengan metode Ceramah. Tabel 4.9
Hasil Rata-rata Nilai Praktik Prestasi Belajar Fisika antara kelasXI-TKRdan kelas XI-TSM
Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Posttest_ Praktik
Eksperimen 25 9.5160 .37603 .07521
Kontrol 21 5.9524 .60961 .13303
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui nilai rata-rata
posttestpraktik dari kelas eksperimen (XI-TKR) lebih tinggi
daripada nilai rata-rata posttestpraktik dari kelas kontrol (XI-TSM). Pada Posttestpraktik nilai rata-rata kelas XI-TKR
adalah 9,52 sedangkan nilai rata-rata kelas XI-TSM adalah 5,95.
Tabel 4.10
Hasil Uji Beda Rata-rata Nilai Praktik Prestasi Belajar Fisika antara kelas XI-TKRdan kelas XI-TSM
Independent Samples Test Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Postte st_Pr aktik Equal variances assumed 6.965 .011 24.2 71 44 .000 3.56362 .14683 3.2677 1 3.85953 Equal variances not assumed 23.3 20 32. 09 6 .000 3.56362 .15281 3.2523 8 3.87485
Berdasarkan Tabel 4.10 hasil Posttestpraktik
diketahui hasil Fhitung levene test sebesar 6,965 dengan
signifikansi 0,011. Karena p<0,05, maka kedua populasi tersebut mempunyai variance yang berbeda. Analisis uji beda t-test terlihat bahwa nilai thitung dibagian equal
assumed adalah 24,271 dengan signifikansi (2-tailed)
sebesar 0,000. Karena p<0,05, maka H0 ditolak dan H1
diterima yang artinya bahwa ada perbedaan prestasi belajar Fisika antara peserta didik yang diajar dengan
menggunakan metode Levels of Inquiry Learning Cycle
dengan peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode ceramah.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil uji beda rata-rata prestasi belajar Fisika pada Posttestsoal PG, Posttestsoal Ur dan Posttestpraktik
diantara peserta didik yang diajar dengan menggunakan
metode Levels of Inquiry Learning Cycle dan peserta didik
membuktikan bahwa peserta didik yang diajar dengan
menggunakan metode Levels of Inquiry Learning Cycle
mempunyai rata-rata prestasi belajar Fisika yang lebih tinggi daripada peserta didik yang diajar dengan metode Ceramah dan memiliki perbedaan yang signifikan. Dengan
demikian maka dapat dikatakan bahwa metode Levels of
Inquiry Learning Cycle dapat meningkatkan prestasi
belajar secara signifikan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Budiarsih dan Widarti (2004), serta Fibriyanti (2006). Dalam penelitian-penelitian yang telah mereka lakukan
sebelumnya menyimpulkan bahwa metode Learning Cycle
yang berbasis pada penyelidikan (inkuiri) dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik secara signifikan. Secara teoritik, hasil penelitian ini
mendukung pendapat Carl J. Wenning yang
mengembangkan metode Levels of Inquiry Learning Cycle
di Ilinois State University, Physics Teacher Education Program, USA, dimana model yang berpusat pada peserta didik ini mampu meningkatkan pemahaman peserta didik pada materi yang peserta didik pelajari dan mampu meningkatkan prestasi belajar Fisika secara signifikan.
Hal yang menyebab metode Levels of Inquiry
Learning Cycle dapat meningkatkan prestasi belajar Fisika
secara signifikan adalah proses pembelajaran yang bergerak dari hal yang sederhana menuju ke hal yang lebih rumit. Tingkatan Levels of Inquiry yang terdiri dari Discovery Learning, Interactive Demonstration, Inquiry
Lesson, Inquiry Lab, dan Hypothetical Inquiry merupakan
didik untuk melakukan penyelidikan dari hal yang sederhana menuju hal yang rumit dan tingkatan praktik pedagogis ini sangat membantu peserta didik untuk memahami suatu materi dengan lebih mendalam. Selain itu, tidak hanya Level of Inquiry saja yang sangat berperan dalam meningkatkan prestasi belajar Fisika peserta didik, namun tahapan Learning Cycle dari tahap
Observation, Manipulation, Generation, Verification sampai
Application yang terdapat pada setiap tingkatan Levels of
Inquiry membuat peserta didik mampu memahami sebuah
materi dengan pengalaman yang meraka lakukan dan
temukan dalam tahapan-tahapan di Learning Cycle. Hal
inilah yang mengakibatkan peserta didik yang diajar dengan metode Levels of Inquiry Learning Cycle memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang diajarkan dengan metode ceramah, karena selain lebih memahami sebuah materi secara teori
peserta didik yang diajar dengan metode Levels of Inquiry
Learning Cycle juga memiliki keahlian dalam
mempraktikkan materi yang mereka pelajari. Terlebih lagi pada penelitian ini materi pembelajaran yang digunakan
adalah materi rangkaian listrik yang tujuan
pembelajarannya menuntut peserta didik untuk dapat memahami sebuah teori hukum Ohm dan mampu
mempratekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode
Levels of Inquiry Learning Cycle mampu meningkatkan
prestasi belajar Fisika secara signifikan.
Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan
mengungkapkan Learning Cycle yang berbasis inkuiri di Izzet Baysal University, Golkoy-Bolu, Turkey tidak mampu untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik secara signifikan. Penelitian ini juga bertentangan dengan
pendapat Ates bahwa Learning Cycle yang berbasis pada
inkuiri tidak dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada materi yang bersifat mikroskopis seperti pada materi rangkaian listrik karena materi yang bersifat mikroskopis tidak dapat diamati secara langsung dan dapat mengakibatkan miskonsepsi, namun dalam penelitian ini peneliti mengaplikasikan Levels of Inquiry
Learning Cycle pada materi rangkaian listrik dan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Levels of Inquiry
Learning Cycle pada materi rangkaian listrik dapat
meningkatkan prestasi belajar Fisika peserta didik secara signifikan.
Ketidaksamaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ates dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah model Learning Cycle
yang berbeda, dan penggunaan subyek yang berbeda.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ates, model Learning
Cycle yang digunakan adalah model Learning Cycle yang
dikembangkan oleh Atkin dan Karlpus yang terdiri dari 3
tahapan yaitu eksplorasi (exploration), pengenalan konsep
(concept introduction) dan aplikasi konsep (concept
application) sedangkan pada penelitian ini mengunakan
model Learning Cycle yang dikembangkan oleh Wenning
dan Manzoon A. Kan yang terdiri dari Observation,
Manipulation, Generalization, Verification dan Application.
pada proses pemahaman materi, tahapan yang lebih
banyak pada model Learning Cycle yang dikembangkan
oleh Wenning dan Manzoon A. Kan mengakibatkan peserta didik lebih dapat memahami sebuah materi dengan lebih detail dan mendalam dibandingkan dengan peserta didik yang diajar dengan menggunakan model
Learning Cycle yang dikembangkan oleh Atkin dan
Karlpus. Selain itu penggunaan subyek penelitian juga mempengaruhi perbedaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian Ates, subyek penelitian Ates adalah mahasiswa dari jurusan Pendidikan Sains di Abant Izzet Baysal University-Turkey sedangkan pada penelitian ini subyek penelitiannya adalah peserta didik di SMK Negeri 1 Ngabang kelas XI jurusan TKR dan TSM. Perbedaan subyek penelitian ini sangat berpengaruh pada keahlian dalam mempraktikkan materi rangkaian listrik, peserta didik dari SMK lebih mempunyai keahlian dalam menggunakan alat-alat praktikum dibandingkan dengan mahasiswa Pendidikan Sains yang merupakan calon guru dan kurang memiliki keahlian dalam menggunakan alat-alat praktikum. Kedua faktor inilah yang mengakibatkan penelitian yang dilakukan oleh Ates menghasilkan
kesimpulan bahwa metode Learning Cycle yang berbasis
pada inkuri tidak dapat meningkatkan prestasi belajar Fisika secara signifikan dan pada penelitian ini
menghasilkan bahwa metode Levels of Inquiry Learning
Cycle mampu meningkatkan prestasi belajar Fisika secara