• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELATIONSHIP BETWEEN SELF EFFICACY WITH CAREER MATURITY AT THE END COLLEGE STUDENTS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RELATIONSHIP BETWEEN SELF EFFICACY WITH CAREER MATURITY AT THE END COLLEGE STUDENTS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

RELATIONSHIP BETWEEN SELF EFFICACY WITH CAREER MATURITY AT THE END COLLEGE STUDENTS

Wigati Tri Lestari Universitas Ahmad Dahlan

Jalan Kapas 9, Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta 55166 gatty.dqueen@yahoo.com

Abstract

This research has purposed to understand correlation between self efficacy and the career maturity for final grade college students of university. This research includes 135 college students who was sitting at the end of the semeter of Accounting Course Economics Faculty in Ahmad Dahlan University. Instruments collecting data in this research using the scale. Items scale a statement favourable and unfavourable. There are two types of scales that are used as the data collection instrument self efficacy scale and career maturity scale. Method of analysis used correlation techniques product moment pearson. Over all data were processed with SPSS 17.0 for windows. The result of data analysis showed self efficacy scale has a reliability of 0,938 and career maturity scale has a reliability of 0,917. Based on correlation of test results is 0,346 at significance level 0,01. The results show the contribution of self efficacy variables to career maturity is equel 11,97%. The results of the test showed that was a significan positive relationship between self efficacy to career maturity at the end of the college students.

(2)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir. Penelitian ini melibatkan 135 mahasiswa yang tengah duduk di semester akhir pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala. Aitem-aitem skala berupa pernyataan favourable dan unfavourable. Ada dua jenis skala yang digunakan sebagai instrumen pengumpulan data yaitu skala efikasi diri dan skala kematangan karir. Metode analisis yang digunakan teknik korelasi product moment Pearson. Keseluruhan data diolah dengan SPSS 17.0 for Windows. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa skala efikasi diri memiliki reabilitas sebesar 0,938 dan skala kematangan karir memiliki reliabilitas sebesar 0,917. Berdasarkan dari hasil uji korelasional adalah 0,346 pada taraf signifikansi 0,01. Koefisien determinasi yang dihasilkan adalah sebesar 0,11972 (11,972%). Hasil tersebut menunjukkan sumbangan variabel efikasi diri terhadap kematangan karir adalah sebesar 11,97%. Hasil dari pengujian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir.

Kata kunci: efikasi diri, kematangan karir, mahasiswa tingkat akhir.

PENDAHULUAN

Super (Savickas, 2002) menyatakan bahwa mahasiswa berkisar antara usia 18-21 tahun, masa ini dapat digolongkan sebagai masa transisi. Pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan atau karir merupakan salah satu tugas penting dalam tahap perkembangannya, sebab karir atau pekerjaan seseorang menentukan berbagai hal dalam kehidupan. Oleh karena itu, mahasiswa harus memilih bidang pekerjaan yang akan ditekuni. Jenis pekerjaan yang akan ditekuni menyebabkan mahasiswa harus menyelesaikan pendidikannya sampai taraf yang dibutuhkan oleh bidang pekerjaan yang diinginkan.

Mahasiswa tingkat akhir merupakan calon sarjana yang diharapkan telah memilki arah tujuannya dalam menjalankan tugas perkembangan berikutnya dalam hidup yaitu dapat bekerja pada bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Dalam kenyataannya tidak jarang dari mahasiswa tersebut belum mengetahui tentang bidang pekerjaan yang ingin dicapainya dan ingin digelutinya. Ini terjadi dikarenakan banyaknya kasus di kalangan mahasiswa yang minat kerjanya tidak sesuai dengan bakat dan minat yang mereka miliki. Selain itu terdapat banyak mahasiswa yang masih bingung tentang apa yang akan mereka kerjakan setelah tamat dari perguruan tinggi. Kondisi yang seperti ini disebabkan karena kurangnya bekal ilmu, ketrampilan, dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang mahasiswa ketika ia akan memasuki dunia kerja. Ini didukung oleh hasil wawancara peneliti (12 Desember 2012) terhadap beberapa Mahasiswa Program

(3)

Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan. Saat ditanya setelah lulus kuliah akan melanjutkan pendidikannya atau bekerja di mana? Sebagian besar mahasiswa memberikan jawaban belum tahu. Wawancara lain yang dilakukan pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan, mereka mengaku bingung. Ini disebabkan mereka merasa ilmu didapatkan belum cukup untuk bekal mencari pekerjaan setelah lulus dari bangku kuliah. Ada juga yang berpendapat bahwa mencari pekerjaan itu tidak harus terpaku pada pendidikan yang ditempuhnya. Dengan kata lain seperti air mengalir. Crites (Taganing, 2007) berpendapat bahwa untuk dapat memilih dan merencanakan karir yang tepat, dibutuhkan kematangan karir yaitu pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan memilih pekerjaan, dan kemampuan merencanakan langkah-langkah menuju karir yang diharapkan. Super (Winkel & Hastuti, 2006) menyatakan bahwa kematangan karir merupakan keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas pada tahap perkembangan karir tertentu. Indikasi yang relevan dengan kematangan karir adalah kemampuan untuk membuat rencana, kerelaan untuk memikul tanggung jawab, serta kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan pekerjaan atau memantapkan diri dalam suatu pekerjaan.

Menurut Super (Supriyono, 2000) salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan karir individu yaitu konsep diri. Konsep diri adalah pandangan individu tentang diri dan lingkungan. Menurut Calhoun dan Acocella (1995) individu yang memiliki konsep diri yang positif antara lain ditandai dengan memiliki tujuan yang realistis dan sesuai dengan bakat dan minat, lebih bisa menerima dirinya sendiri secara apa adanya, memiliki kemungkinan yang besar untuk mencapai tujuan tersebut dan bisa merencanakan dirinya untuk lebih baik. Salah satu aspek penting dalam konsep diri yaitu efikasi diri. Efikasi diri dimaknai sebagai persepsi seseorang tentang kemampuan fisik maupun psikis yang dimiliki untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi sehubungan dengan perbaikan kualitas hidupnya (Supriyono, 2000).

Efikasi diri berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Mahasiswa yang terlibat dalam pemilihan karir untuk masa depannya kelak dengan mempertimbangkan kemampuan, minat dan kepribadian yang dimilikinya cenderung dapat merencanakan dan membuat keputusan karir yang tepat untuk dirinya. Mahasiswa diharapkan dapat menumbuhkan efikasi diri agar mempunyai kemandirian dalam pembuatan keputusan karir yaitu mahasiswa mengetahui pekerjaan apa yang sesuai dengan bidang pendidikan yang ditempuhnya. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Megarani (2009) pada subjek siswa SMK yang hasilnya dapat memberikan gambaran bahwa ada hubungan positif antara efikasi diri dengan kematangan karir.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir? Berdasarkan permasalahan ini, maka judul penelitian ini adalah hubungan antara efikasi diri dan kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir.

(4)

Kematangan Karir

Crites (Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai tugas perkembangan karirnya, baik komponen pengetahuan maupun sikap, yang sesuai dengan tahap perkembangan karir. Menurut Super (Watkins & Campbell, 2000) kematangan karir terdiri dari:

a. Career planning

Dimensi ini mengukur tingkat perencanaan melalui sikap terhadap masa depan. Individu memiliki kepercayaan diri, kemampuan untuk dapat belajar dari pengalaman, menyadari bahwa dirinya harus membuat pilihan pendidikan dan pekerjaan, serta mempersiapkan diri untuk membuat pilihan tersebut

b. Career exploration

Dimensi ini mengukur sikap terhadap sumber informasi. Individu berusaha untuk memperoleh informasi mengenai dunia kerja serta menggunakan kesempatan dan sumber informasi yang berpotensial seperti orangtua, teman, guru, dan konselor

c. Career decision making

Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang prinsip dan cara pengambilan keputusan. Individu memiliki kemandirian, membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, kemampuan untuk menggunakan metode dan prinsip pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah termasuk memilih pendidikan dan pekerjaan. d. World of word information

Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang jenis-jenis pekerjaan, cara untuk memperoleh dan sukses dalam pekerjaan serta peran-peran dalam dunia pekerjaan

Crites (Supraptono, 1994) mengatakan bahwa kematangan karir dibagi menjadi empat dimensi:

a. Konsistensi pemilihan karir

b. pada dimensi ini mengandung aspek – aspek kemampuan pengambilan keputusan terhadap karir yang dipilihnya, kemampuan yang dimaksud berhubungan dengan tingkat kesesuaian karir, pemilihan karir dalam berbagai pengaruh dari keluarga.

c. Realisme dalam pemilihan karir

Pada dimensi ini mengandung aspek kesesuaian antara dan kemampuan karir yang dipilihnya, mampu mengambil keputusan untuk memilih karir yang sesuai dengan sifat kepribadiannya dan dapat menyesuaikan antara tingkat status ekonomi sosial dengan karir yang dipilihnya.

d. Kompetensi pemilihan karir

pada dimensi ini memiliki aspek –aspek mengenai kemampuan individu dalam memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan pemilihan karir, rencana yang berhubungan dengan pemilihan karir, memiliki pengetahuan mengenai karir yang dipilihnya, mengevaluasi kemampuan diri dalam hubungannya dengan pemilihan karir.

(5)

pada dimensi ini mengandung aspek – aspek tentang keaktifan individu dalam proses pengambilan keputusan bersikap dan berorientasi positif terhadap karir dan nilai – nilai pekerjaan yang dipilih, tidak tergantung pada orang lain dalam memilih karir.

Dari uraian di atas, penelitian ini akan menggunakan dimensi kematangan karir dari Super yaitu career planing, career exploration, career decision making dan dimensi kematangan karir yang dikemukakan oleh Crites yaitu kompetensi pemilihan karir.

Menurut Super (Savickas, 2002) tahap perkembangan karir terdiri dari: growth (4-13 tahun) ,exploration (14-24 tahun), establishment (25-44 tahun), maintenance (45-64 tahun) dan decline (lebih dari 65 tahun)

Peneliti mengidentifikasikan mahasiswa tingkat akhir sebagai sub tingkat kedua dari tahap eksplorasi, yaitu sub tahap transition yang dimulai pada usia sekitar 18 sampai 21 tahun. Tahap eksplorasi merupakan tahap dimana mahasiswa mengembangkan kesadaran terhadap dirinya dan dunia kerja dan mencoba peran – peran baru. Sedangkan dalam tahap transition, mahasiswa dihadapkan pada tugas perkembangan yaitu pemilihan untuk pengkhususan pekerjaan dengan memasuki pasar pekerja, pelatihan profesional, bekerja sambilan dan mencoba mewujudkan konsep diri.

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Karir

Super (Osipow, 1983) mengklasifikasikan faktor – faktor yang mempengaruhi kematangan karir ke dalam lima kelompok sebagai berikut.

a. Faktor bio-sosial. b. Faktor lingkungan c. Kepribadian d. Faktor vokasional. e. Prestasi individu. Efikasi Diri

Efikasi diri adalah suatu keyakinan seseorang mengenai kemampuannya untuk melakukan tugas – tugas tertentu yang spesifik. (Baron & Greenberg,1990). Penilaian efikasi diri merupakan proses penarikan kesimpulan yang mempertimbangkan sumbangan faktor kemampuan dan bukan kemampuan pada keberhasilan dan kegagalan pada performansi. Sejauh mana individu mengubah efikasinya melalui pengalaman performansi, akan tergantung pada faktor-faktor lain seperti kesulitan tugas, besar usaha yang dikeluarkan, besar bantuan eksternal yang diterima, situasi pada saat performansi dan pola-pola keberhasilan dan kegagalan (Bandura,1991). Ulupi (1995) menyatakan fungsi efikasi diri sebagai berikut :

a. Pemilihan perilaku

b. Besar Usaha dan Ketekunan

(6)

Menurut Bandura (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan efikasi diri seseorang antara lain :

a. Pencapaian secara aktif b. Pengalaman tidak langsung c. Persuasi verbal

d. Keadaan fisiologis

Menurut Bandura (1997) ada tiga aspek efikasi diri:

a. Magnitude, aspek ini berkaitan dengan kesulitan tugas

b. Generality, aspek ini berhubungan dengan luas bidang tugas atau tingkah laku

c. Strength, aspek ini berkaitan dengan tingkat kekuatan atau kemantapan seseorang terhadap keyakinannya.

Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Kematangan Karir

Super (Savickas, 2002) menyatakan bahwa mahasiswa berkisar antara usia 18-21 tahun, masa ini dapat digolongkan sebagai masa transisi. Pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan atau karir merupakan salah satu tugas penting dalam tahap perkembangannya, sebab karir atau pekerjaan seseorang menentukan berbagai hal dalam kehidupan. Oleh karena itu, mahasiswa harus memilih bidang pekerjaan yang akan ditekuni. Jenis pekerjaan yang akan ditekuni menyebabkan mahasiswa harus menyelesaikan pendidikannya sampai taraf yang dibutuhkan oleh bidang pekerjaan yang diinginkan.

Mahasiswa tingkat akhir merupakan calon sarjana yang diharapkan telah memilki arah tujuannya dalam menjalankan tugas perkembangan berikutnya dalam hidup yaitu dapat bekerja pada bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Dalam kenyataannya tidak jarang dari mahasiswa tersebut belum mengetahui tentang bidang pekerjaan yang ingin dicapainya dan ingin digelutinya. Ini terjadi dikarenakan banyaknya kasus di kalangan mahasiswa yang minat kerjanya tidak sesuai dengan bakat dan minat yang mereka miliki. Selain itu terdapat banyak mahasiswa yang masih bingung tentang apa yang akan mereka kerjakan setelah tamat dari perguruan tinggi. Kondisi yang seperti ini disebabkan karena kurangnya bekal ilmu, ketrampilan, dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang mahasiswa ketika ia akan memasuki dunia kerja.

Crites (dalam Taganing, 2007) berpendapat bahwa untuk dapat memilih dan merencanakan karir yang tepat, dibutuhkan kematangan karir yaitu pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan memilih pekerjaan, dan kemampuan merencanakan langkah – langkah menuju karir yang diharapkan.

Seligman (dalam Hawadi & Komandyahrini, 2008) menyebutkan beberapa ciri yang dapat menandai kematangan karir yang positif, yaitu meningkatnya selfawareness, meningkatnya pengetahuan mengenai pilihan yang relevan, meningkatnya kongruensi antara self-image dan tujuan karir, dan tujuan karir yang semakin realistis. Selain itu, juga ditandai dengan meningkatnya kompetensi

(7)

untuk membuat perencanaan terkait karir dan kesuksesan karir, mengembangkan sikap positif terkait karir (orientasi terhadap pencapaian, kemandirian, penuh pertimbangan, komitmen, motivasi dan self-efficacy), serta bertambahnya kesuksesan dan kepuasan terhadap perkembangan karir dalam hidupnya

Mahasiswa dengan tingkat kematangan karir yang tinggi akan menunjukkan kesadaran yang lebih pada proses pengambilan keputusan karir, berpikir tentang alternatif pekerjaan lain, dan menghubungkan perilaku saat ini dengan tujuan masa depan.(Powell & Luzzo, 1998).

Menurut Super (dalam Supriyono, 2000) salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan karir individu yaitu konsep diri. Sedangkan Bandura (dalam Wikipedia 2009) menyatakan bahwa individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Bandura (dalam Niu, 2010) menjelaskan efikasi diri mempengaruhi perilaku seseorang dalam menentukan suatu aktivitas. Hal ini serupa dengan konsep yang dijelaskan oleh Schunk (dalam Santrock, 2007) bahwa efikasi diri mempengaruhi mahasiswa dalam memilih aktivitas di kampus.

Hasil penelitian Nathalia (Harjanto, 1997) menyimpulkan beberapa ciri orang yang memiliki efikasi diri tinggi antara lain suka memikul tanggung jawab secara pribadi dan menginginkan hasil yang diperoleh dari kemampuan optimalnya. Individu juga suka pada tantangan dan tidak suka melakukan tugas yang mudah atau sedang. Selain itu, individu sangat menghargai waktu, memiliki daya kreativitas dan inovatif yang tinggi dalam mencari cara mengatasi masalah, menyukai segala sesuatu yang mengandung resiko karena individu percaya diri dan yakin bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu meskipun sulit.

Efikasi diri berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Oleh karena itu, dengan menumbuhkan efikasi diri, mahasiswa diharapkan mempunyai kemandirian dalam pembuatan keputusan karir yaitu mahasiswa dapat memilih jurusan pendidikannya sendiri yang disesuaikan dengan kemampuan dirinya serta mengetahui pekerjaan apa yang sesuai dengan bidang pendidikan yang ditempuhnya.

Philip & Gully (1997) dalam penelitiannya menemukan bahwa individu yang memiliki orientasi tujuan pembelajaran lebih tinggi mempunyai self efficacy yang lebih tinggi dibanding individu yang memiliki orientasi tujuan pembelajaran lebih rendah.

Dari uraian di atas dapat diasumsikan bahwa ada hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir.

Hipotesis

Ada hubungan positif antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir. Semakin tinggi efikasi diri maka akan semakin tinggi pula kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir. Sebaliknya semakin rendah efikasi diri maka akan semakin rendah pula kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir.

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan product moment besarnya koefisien korelasi antara variabel efikasi diri dengan kematangan karir menunjukkan korelasi (r) sebesar 0,346 dengan taraf signifikansi (p) sebesar 0,010 sehingga p ≤ 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa nol (H0) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima. Berdasarkan nilai r² yang diperoleh yaitu 0,11972 dan dapat dikatakan sumbangan efektif efikasi diri terhadap kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir sebesar 11,972%.

Pembahasan

Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa Ha diterima. Hasil pengujian korelasi sebesar r = 0,346 dengan p = 0,010 (p ≤ 0,01) yang menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir. Sumbangan keterkaitan antara efikasi diri terhadap kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir sebesar 0,346. Sumbangan efektif efikasi diri terhadap kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir sebesar 11,97%.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti membuktikan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kematangan karir adalah efikasi diri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan efikasi diri yang tinggi maka akan diikuti dengan kematangan karir yang tinggi juga. Begitu pula sebaliknya dengan efikasi diri yang rendah juga akan diikuti dengan kematangan karir yang rendah pula. Sehingga dapat dikatakan mahasiswa tingkat akhir yang memiliki kematangan karir tinggi dan efikasi diri yang tinggi akan dapat menentukan pilihan karirnya dengan baik. Individu dengan efikasi diri yang tinggi, ketika dihadapkan pada pemilihan karir, maka ia akan melakukan usaha untuk mengenal diri, mencari tahu tentang pekerjaan dan langkah-langkah pendidikan, serta berusaha mengatasi masalah yang berkaitan.

Mahasiswa dengan efikasi diri yang tinggi akan dapat merumuskan tujuan atau target untuk dirinya, yang pada akhirnya dapat menjadi penentu keberhasilannya dalam menjalankan tugas-tugasnya. Mahasiswa akan mempunyai kesiapan mental untuk belajar, lebih mempunyai dorongan yang kuat untuk selalu belajar giat, lebih tahan dalam mengatasi kesulitan dan lebih mampu mencapai level prestasi yang lebih tinggi. Hal ini akan berpengaruh terhadap kematangan karir individu yaitu mahasiswa merasa lebih siap kaitannya dengan persiapan karir untuk masa depannya kelak.

Seligman (Hawadi & Komandyahrini, 2008) menyebutkan beberapa ciri yang dapat menandai kematangan karir yang positif, yaitu meningkatnya selfawareness, meningkatnya pengetahuan mengenai pilihan yang relevan, meningkatnya kongruensi antara self-image (kemampuan, minat, nilai-nilai, kepribadian) dan tujuan karir, dan tujuan karir yang semakin realistis. Selain itu, juga ditandai dengan meningkatnya kompetensi untuk membuat perencanaan terkait karir dan kesuksesan karir, mengembangkan sikap positif terkait karir (orientasi terhadap pencapaian, kemandirian, penuh pertimbangan, komitmen,

(9)

motivasi dan self-efficacy), serta bertambahnya kesuksesan dan kepuasan terhadap perkembangan karir dalam hidupnya, sehingga dalam melaksanakan tugas perkembangan karir tentu para mahasiswa tingkat akhir menghadapi hambatan. Kematangan karir mengandung makna bahwa mahasiswa mampu menyelesaikan tugas perkembangannya saat ini yaitu menjalankan perkuliahan dengan serius agar dapat segera menentukan karir yang sesuai dengan minat dan kemampuan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Powell & Luzzo (1998), bahwa mahasiswa dengan tingkat kematangan karir yang tinggi akan menunjukkan kesadaran yang lebih pada proses pengambilan keputusan karir, berpikir tentang alternatif pekerjaan lain, dan menghubungkan perilaku saat ini dengan tujuan masa depan. Individu juga memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi dalam membuat keputusan karir, menjalankan pilihan karir, dan kemauan untuk mengakui tuntutan dunia kerja.

Berdasarkan dari kategorisasi yang didapatkan dari respon subjek, penelitian ini menunjukkan bahwa diperolehnya informasi mayoritas subjek berada pada kategori efikasi diri yang tinggi yaitu 45 subjek atau 100% dari 45 subjek. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan mempunyai keyakinan atas kapasitas yang dimilikinya untuk bisa menjalankan tugasnya dan kapasitas di bidang tertentu dalam menangani suatu urusan tertentu untuk mencapai hasil yang ditentukan. Selain itu, individu dalam penelitian ini secara mayoritas juga memiliki kematangan karir yang tinggi yaitu sebanyak 45 subjek atau 100% dari 45 subjek yang berarti seluruh mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan mampu untuk merencanakan karirnya di masa depan selepas lulus dari bangku kuliah. Adapun faktor yang menyebabkan mahasiswa berada pada taraf efikasi diri maupun kematangan karir yang tinggi antara lain Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan mewajibkan mahasiswa mengikuti pelatihan soft skill yang diadakan di kampus maupun di luar kampus dan dalam mata kuliah ada praktikum yang disusun secara bersyarat. Apabila mahasiswa tidak lulus pada praktikum pertama, maka mahasiswa tidak dapat mengambil praktikum lanjutan. Dengan kata lain harus mengulang sampai lulus praktikum. Hal seperti inilah yang memberikan sumbangan terhadap mahasiswa dalam memahami materi perkuliahan sehingga dapat menjadi gambaran mahasiswa saat bekerja kelak.

Dalam penelitian ini, efikasi diri memberikan sumbangan 11,97% dalam mempengaruhi variabel kematangan karir, selanjutnya sisanya sebesar 88,03% oleh faktor-faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. Variabel efikasi diri hanyalah salah satu faktor saja yang mempengaruhi kematangan karir, sedangkan masih terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi kematangan karir. Variabel lain yang dapat mempengaruhi kematangan karir tersebut antara lain lingkungan, kepribadian,tingkat pendidikan, locus of control, jenis kelamin dan lain-lain.

Keterbatasan dari hasil penelitian ini adalah generelisasinya hanya berlaku pada Universitas Ahmad Dahlan khususnya mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Selain itu penelitian ini hanya berlaku untuk mahasiswa tingkat akhir bukan untuk mahasiswa baru. Adapun hal yang menjadi kelemahan

(10)

pada penelitian ini yaitu dalam uji coba skala tersebut ternyata banyak aitem yang gugur sehingga aitem skala untuk penelitian yang memenuhi syarat validitas dan reliabilitas jumlahnya sedikit meskipun masing-masing aspek sudah terwakili.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil ada hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan. Hubungan positif tersebut memiliki arti bahwa mahasiswa yang mempunyai efikasi diri yang tinggi, ketika dihadapkan pada pemilihan karir, maka ia akan melakukan usaha untuk mengenali diri, mencari tahu tentang pekerjaan dan langkah-langkah pendidikan serta berusaha mengatasi masalah yang berkaitan dengan pemilihan karir. Sumbangan efektif (r2) dari efikasi diri terhadap kematangan karir adalah sebesar 0,11972 Hal ini menunjukkan bahwa efikasi diri dapat meningkatkan tingkat kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir sebesar 11,97 %, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Saran

1. Saran Teoritis

Bagi penelitian yang akan datang, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pustaka dalam menjelaskan variabel efikasi diri dan kematangan karir. Penelitian yang akan datang diharapkan dapat menggunakan variabel lain untuk melihat faktor lain yang dapat mempengaruhi kematangan karir.

2. Saran praktis

a. Bagi Institusi/Perguruan Tinggi

Bagi Institusi/Perguruan Tinggi diharapkan untuk meningkatkan efikasi diri pada mahasiswa agar dapat membuat keputusan karir setelah lulus dari bangku perkuliahan yaitu dengan cara membuat program pelatihan soft skill pengasahan kematangan karir dan efikasi diri yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa. Selain itu, dengan diadakannya seminar pengembangan kepribadian dan lain-lain yang mencakup materi tentang gambaran karir serta hal-hal yang memunculkan motivasi dalam diri mahasiswa.

b. Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa yang mempunyai efikasi diri yang tinggi, diharapkan mampu mempertahankannya, sedangkan siswa yang mempunyai efikasi diri yang sedang, diharapkan mampu mengoptimalkannya. Upaya untuk meningkatkan efikasi diri dapat dilakukan dengan meningkatkan kepercayaan diri, salah satunya dengan meningkatkan prestasi belajar. Peningkatan prestasi belajar dapat

(11)

dilakukan dengan meningkatkan usaha dalam belajar, yaitu dengan mengatur waktu sebaik-baiknya untuk belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. 1991.Social cognitive theory of moral thought and action. In W.M.Kurtines &J. L Gewirtz (Eds.), Handbook of moral behavour and development ( Vol. 1,pp.45-103). Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Bandura, A.1997. Self Efficacy The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman and Company

Baron, R.A.,&Greenberg, J.1990. Behavior in Organization, 3rd ed. Boston, MA: Allyn & Bacon (A Division of Simon & Schuster; Inc)

Brown, D. 2002. Career Choice and Development. USA: A Wiley Imprint.

Calhoun, J.F dan J. R. Acocella. 1990. Psikologi Tentang Penyesuaian Hubungan Kemanusiaan. Alih bahasa oleh R.S Satmoko. Semarang: IKIP Semarang Press.

Harjanto, S. 1997. Perbedaan Efikasi Diri Remaja Pesantren. Skripsi. Universitas Airlangga.(tidak dipublikasikan)

Hawadi, L. F. & Komandyahrini, E. (2008). Hubungan self-efficacy dan kematangan dalam memilih karir siswa program percepatan belajar. Jurnal Keberbakatan Dan Kreativitas, 2 (1), 2-12. [On-Line].AvailableFtp:Http://issuu.com/puskat/docs/jurnal_edisi_3/3?mod e=a_p.Tanggal Akses: 11Oktober 2012.

Megarani, P.W. 2009. Hubungan antara Efikasi Diri Dengan Kematangan Karir Pada Siswa SMK N 1 Karanganyar Kebumen. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Niu, A. 2010. The Relationship Between Vocational Maturity and hopeleness among female and male twelth grade students. Thesis. tidak diterbitkan. Osipow, S.H.1983.Theories of career development. Englewood Cliffs, New

Jersey: Prenrice-Hall Inc.

Phillips, J.M. dan Gully, S.M.1997. Role of goal orientation, ablity, need for achievement, and locus of control in the self-efficacy and goal setting process. Journal of Applied Psychology.Vol. 81.

(12)

Powell,D.F,&Luzzo,D.A.1998. Evaluating Factors Associated With The Career Maturity of High School Students. The Career Development Quarterly, 47,145-158.[online].

AvailableFTP:http//connection.ebscohost.com/content/article/10330879 00.html:jsessionid=4a2e24ef29ad8a47922cba0a0e0fa.ehctc 1.Tanggal Akses:

Santrock, J. W. 2007. Adolescent (11th ed). New York:Mc Graw – Hill.

Savickas,M.L.2002.Career Construction. A developmental theory of vocational behavior.dalam D.brown,&associates(Eds.),career choice and development: (4th Ed).San Francisco: Jossey-Bass.

Supraptono, Eko. (1994). Kontribusi Minat Kejuruan dan Aspirasi Kerja serta Status Sosial Ekonomi Orang Tua terhadap Kematangan Karir Siswa.Thesis. Bandung: PPS UPI Bandung.

Supriyono, W. 2000.PsikologiBelajar.Jakarta: PT RinekaCipta.

Suryabrata, S. (2000). Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta: Andi offset.

Taganing, K. N. M., Muluk, H., Retnaningsih., Zuklaida, A., Rifameutia. (2007). Pengaruh Locus Of Control dan Efikasi Diri terhadap Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas (Sma). Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek &Sipil. [On-Line]. Tanggal Akses: 10 November 2012).

Ulupi R.1995.pengaruh antara harga diri dengan cara berpikir positif (studi mahasiswa airlangga angkatan 1999).Skripsi. Universitas Airlangga.(tidak dipublikasikan)

Watkins, C.E., Campbell, V.L (Eds.). 2000. Testing and Assessment in counseling (practice 2nded). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.

Wikipedia. 2009. Efikasi Diri.

Winkel, W. S., Hastuti, S. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Edisi Revisi, Cetakan Kelima). Yogyakarta: Universitas Sanatha Dharma.

Referensi

Dokumen terkait

Apakah terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Asset baik secara parsial maupun bersama-sama Terhadap Penyaluran Kredit Pada

Hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif jigsaw memberikan peningkatan yang signifikan terhadap keterampilan peserta didik

7) Setelah waktu yang telah ditentukan tiba, ambil sampel dari sampling point pada masing-masing tabung alat disolusi dengan menggunakan spuit injeksi. Lalu masukkan ke

Misalnya saluran reset diberikan logik 0 (diaktifkan), maka bagian control signal system ini akan mereset isi register PC dan isinya akan disalurkan saluran alamat,

waktu tu ist istir irahat ahat, , dan dan ira irama ma ker kerja ja yan yang g ses sesuai uai deng dengan an kapa kapasit sitas as opt optima imal l man manusi usia

Kata dislike dibentuk dari kategori verba like yang dilekati prefiks dis- sehingga membentuk makna negatif, sama halnya dengan contoh (42) kata abated terdiri atas dua morfem

Sekitar 70% dari data hasil pengukuran digunakan untuk menentukan penduga model hubungan antara tinggi pohon sebagai peubah tak bebas dan diameter pohon sebagai

Algoritma Koloni Semut Ant Colony Optimization (ACO) atau Algoritma Koloni Semut adalah sebuah probabilistik komputasi teknik untuk memecahkan masalah yang dapat