VISI PERBAIKAN KOTA VS
REGULASI
OLEH :
IWAN KURNIAWAN KABID PELAYANAN 1
BADAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
Forum Regulasi 2I Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta Jumat, 28 Oktober 2016 I Jakarta Convention Center
VISI JAKARTA
AMAN, NYAMAN, BERKELANJUTAN,
SEJAJAR KOTA-KOTA BESAR DUNIA,
Perda Prov. DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 Pasal 194 -196
KETENTUAN KEGIATAN DAN PENGGUNAAN RUANG
KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
1. koefisien dasar bangunan maksimum (KDB);
2. koefisien lantai bangunan maksimum (KLB);
3. ketinggian bangunan maksimum ;
4. koefisien dasar hijau minimum (KDH); dan
5. koefisien tapak besmen maksimum (KTB)
KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMUM
KETENTUAN LAIN YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENGENDALIKAN PEMANFAATAN
RUANG DI KAWASAN CAGAR BUDAYA, KAWASAN RAWAN BENCANA, KAWASAN
KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN, DAN KAWASAN LAINNYA SESUAI DENGAN
KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
GUNA TERWUJUDNYA VISI, MISI, DAN
TUJUAN PENATAAN RUANG, DITETAPKAN
KEBIJAKAN PERATURAN ZONASI
MELIPUTI
:
BADAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
365 hari
Restrukturisasi Organisasi Perbaikan Internal Business Process Simplikasi Proses Perizinan Standarisasi Pelayanan Pendelegasian Wewenang Real Time Tracking Internal Communication Website
@layananjakarta
pelayanan jakarta-ptspdkijakarta
IPPT *
KRK
GPA
IZIN LINGK.
IPPL *
UKUR
SLF
IMB
KRK TRACE PEMATOKAN HAK ATAS TANAH KONSULTASI BKPRD KONSULTASI GPA LUAS TANAH >5000 LUAS TANAH >5000 KELAS A > 8 LTKELAS B < 8 LT KELAS B < 8 LT (NRT) KELAS A > 8 LT (NRT)
KELAS A > 8 LT (NRT) KELAS B < 8 LT (NRT) IPAL
DEWATERING PLB & KMRL
KONSULTASI TABG
PERSETUJUAN TEKNIS IMB
SK IMB SEKRETARIAT TABG
KONSULTASI (TEKNIS + ADM)
2
3
4
5
6
7
1
PROSES IMBPERSETUJUAN (TEKNIS + ADM) SLF REKOMTEK
3
4
2
1
5
REKOMENDASI DINAS DAMKAR (REKOM. KESELAMATAN KEBAKARAN SLF-1) REKOMENDASI HASIL PEMERIKSAAN DINAS TENAGAKERJA (BEJANA TEKAN, GONDOLA, ALAT ANGKUT, LIFT, PENANGKAL PETIR DAN
LISTRIK) REKOMENDASI DINAS PENATAAN KOTA
PENYELESAIAN KEWAJIBAN
*
PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR (GPA)
PELAYANAN KONSULTANSI PERIZINAN BANGUNAN
http://bit/ly29UvSnk Telp : 0813-1951-8998
Email : tabgap_bptsp@yahoo.co.id
GLOSSARY TENTANG ISTILAH TEKNIS PEMBANGUNAN DAN KETATARUANGAN
http://pelayanan.jakarta.go.id/download/publikasi
http://tinyurl.com/PedomanGPA
FORMAT PERHITUNGAN OTTV
http://greenbuilding.jakarta.go.id/
APLIKASI HITUNG ESTIMASI RETRIBUSI IMB KELAS A
• INTENSITAS
PEMANFAATAN RUANG
• JARAK BEBAS BANGUNAN
• GREEN BUILDING
sirkulasi
KOEFISIEN DASAR BANGUNAN
(KDB)
persentase PERBANDINGAN antara LUAS SELURUH LANTAI DASAR BANGUNAN
GEDUNG dan LUAS LAHAN PERPETAKAN ATAU LAHAN PERENCANAAN yang dikuasai
sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah, RDTR dan Peraturan Zonasi.
(Perda 1 Tahun 2014)
KDB?
Luas Lahan
Luas Lantai Dasar
KDB
Luas Lantai Dasar
No Tinggi Dinding Pengatapan Perhitungan
1. t ≤ 1.20 m (proyeksi) 100% 50% x Luas Bidang Ybs *
2. t > 1.20 m 100% 100% x Luas Bidang Ybs
3. t ≤ 1.20 m (proyeksi) 100% 50% x Luas Bidang Ybs *
4. t ≤ 1.20 m (proyeksi) 0% Tidak Dihitung
5. t ≤ 1.20 m (proyeksi) 100% 50% x Luas Bidang Ybs *
6. t > 1.20 0% Tidak Dihitung
* asalkan luasnya < 10% dari batasan KDB, selebihnya dihitng 100%
luas RAMP sirkulasi kendaraan dan TANGGA TERBUKA menuju keatas dihitung 50% apabila tidak melebihi 10% dari batasan KDB yang ditetapkan dan selebihnya dihitung 100%.
Ketentuan
KDB
Tidak dihitung
KDB
SELASAR
Penghubung 1 lantai
Lebar 3m
Beratap
Tidak berdinding
BANGUNAN PENUNJANG
pos keamanan, bangunan ATM, gardu listrik, tangki air, kilang
minyak, tangki penyimpanan, ruang me, ruang pembuangan
sampah, PKL pada bangunan (tidak permanen tidak
2. Bangunan bukan kegiatan rumah :
Rumus Persentasi Proyeksi :
𝐾𝐷𝐵 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑡. 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 𝐾𝐷𝐵 × 100%
Rumus Perhitungan KDB jika Persentasi Proyeksi tidak lebih dari 10% : 𝐾𝐷𝐵 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 + 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖) − (50% 𝑥 𝐿𝑡. 𝑃𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖
𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛 × 100%
Rumus Perhitungan KDB jika Persentasi Proyeksi lebih dari 10% :
𝐾𝐷𝐵 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 + 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖) − (10% 𝑥50% 𝑥 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 𝐾𝐷𝐵
𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛 × 100%
Rumus perhitungan
KDB
1. Bangunan untuk kegiatan rumah (Sangat Kecil/Kecil/Sedang/Besar) :
𝐾𝐷𝐵 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖
𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛 × 100%
Proyeksi Lantai Dasar
Proyeksi
CONTOH I. Luas Total Proyeksi = 30 m2
Presentase Proyeksi :
Perhitungan Luas KDB:
KDB = 185 m2 x 100% = 18.50 % 1000 m2
= Total Luas Lantai Dasar - (Proyeksi X 50%) = 200 – (30 x 50%) = 200 – 15 = 185 m2
= Total Proyeksi : Batasan KDB = 30 m2 / 400 m2 = 7,5 % (Proyeksi < 10% Batasan KDB)
Data Lahan :
Lahan Perencanaan = 1000 m2
KDB = 40%
Luas Batasan KDB = 400 m2
Luas Lantai Dasar = 200 m2
CONTOH II. Luas Total Proyeksi = 60 m2
Presentase Proyeksi :
Perhitungan Luas KDB:
KDB = 180 m2 x 100 % = 18.00 % 1000 m2
= Total Luas Lantai Dasar - (10% X 50% X Batasan KDB) = 200 – (10% x 50% x 400 ) = 200 – 20
= 180 m2
= Total Proyeksi : Batasan KDB = 60 m2 / 400 m2
= 15 % (Proyeksi > 10% Batasan KDB)
KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN
(KLB)
Luas Lahan Luas Seluruh Lantai Bangunan
angka persentase perbandingan antara LUAS SELURUH LANTAI BANGUNAN gedung
dengan LUAS LAHAN PERPETAKAN ATAU LAHAN PERENCANAAN yang dikuasai sesuai
Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.
(Perda 1 Tahun 2014)
KLB?
KLB
Seluruh Lantai Bangunan LahanFUNG
SI
UT
AM
A
Apartemen
Kantor
Hotel
Dihitung 100%
FASILIT
AS
Toko
Warung
Lobby
TK
SD
Dihitung 100%
SP/ME
Ruang M/E
Ruang instalasi air
Tangga,
Mushola
Ruang tunggu
sopir
Ruang PKL
≤ 20% dari luas
lantai bangunan
tidak dihitung
KLB selebihnya
dihitung dalam
KLB 100%
PAR
KIR
Parkir beserta
sirkulasinya
≤ 50% dari luas
KLB tidak
dihitung KLB,
dan kelebihan
batasan 50%
dihitung sebagai
KLB100%;
Perhitungan
KLB
BA
LKO
N
*
Balkon menjorok
keluar
Balkon didalam
struktur massa
bangunan
≤ 10% dari setiap
luas lantai
bangunan
dihitung 50%
KLB dan
kelebihan
dihitung sebagai
KLB 100%
TE
RP
IS
AH
DARI
BA
NG
UN
A
N
TPS
Gardu listrik
Tangki
penyimpanan
Kilang minyak /
gas
Tangki Air
Pos Jaga
Tidak dihitung
KLB
BANG
UN
A
N
LAY
ANG
koridor atau
jembatan
penghubung
antar bangunan
yang digunakan
pejalan kaki dan
tidak
dipergunakan
untuk kegiatan
lain
Tidak dihitung
KLB
LANT
AI
EV
AK
UA
SI
BE
NC
ANA
bangunan di atas
24 lantai yang
menyediakan
lantai evakuasi
bencana satu
lantai / lebih dan
tidak
dimanfaatkan
untuk kegiatan
lain
Tidak dihitung
KLB
BANG
UNA
N
KHU
SUS
PAR
KIR
Bukan bangunan
pelengkap dari
bangunan utama
Luas lantai bangunan
boleh mencapai 150%
dari luas total lantai yang
telah ditetapkan pada
RDTR dan Peraturan
Zonasi
BANG
UNA
N
KHU
SUS
PAR
KIR
Prasarana parkir
perpindahan moda
(
PARK AND RIDE
),
terintegrasi dengan
angkutan umum
massal, dan bukan
bangunan pelengkap
dari bangunan utama
Luas lantai bangunan
mencapai 200%
dari luas total lantai yang
telah ditetapkan pada
RDTR dan Peraturan
Zonasi
Perhitungan
KLB
No Lebar lantai (Eg / fh)
Akses dari dalam
bangunan Tinggi Dinding (m) Pengatapan Perhitungan 1.
L ≤ 1.20 Memiliki akses/ Tidak Memiliki akses
t ≤ 1.20 pada min. 3 sisinya 100% Tidak Dihitung 0% Tidak Dihitung 2. 3.
t > 1.20 100% 100% x Luas Bidang Ybs
4. 0% Tidak Dihitung
5.
L > 1.20 Memiliki akses/ Tidak Memiliki akses
t ≤ 1.20 pada min. 3 sisinya
100% 50% x Luas Bidang Ybs *
6. 0% Tidak Dihitung
7.
t > 1.20 100% 100% x Luas Bidang Ybs
8. 0% Tidak Dihitung
* asalkan luasnya < 10% dari luas abcd, kelebihannya dihitung 100% ** jarak lantai balkon ke atap maksimal 5m
b c f b c a e f d g h Lebar lantai Tinggi dinding
Ketentuan
balkon
Tinggi atapNo Lebar lantai (Ef / gc)
Akses dari dalam
bangunan Tinggi Dinding (m) Pengatapan Perhitungan 1. L ≤ 1.20 Memiliki akses/ Tidak Memiliki akses t ≤ 1.20 pada 1-2 sisinya
100% 50% x Luas Bidang Ybs *
0% Tidak Dihitung
2. 3.
t > 1.20 100% 100% x Luas Bidang Ybs
4. 0% Tidak Dihitung 5. L > 1.20 Memiliki akses/ Tidak Memiliki akses t ≤ 1.20 pada 1-2 sisinya
100% 50% x Luas Bidang Ybs *
6. 0% Tidak Dihitung
7.
t > 1.20 100% 100% x Luas Bidang Ybs
8. 0% Tidak Dihitung
* asalkan luasnya < 10% dari dari luas abcd, kelebihannya dihitung 100% ** jarak lantai balkon ke atap maksimal 5m
a b c d e f g Lebar lantai Tinggi dinding Tinggi atap
Ketentuan
balkon
KOEFISIEN TAPAK BASEMEN
(KTB)
angka persentase berdasarkan perbandingan antara luas tapak basemen dan
luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
(Perda 1 Tahun 2014)
KTB?
KTB
Luas Lantai Basement Luas Lahan Luas Lahan Perencanaan = 100 m2 Luas Lantai Basement = 50 m2Penggunaan basemen yang berada di
bawah prasarana umum dan RTH harus
mendapatkan persetujuan Gubernur
setelah mendapat pertimbangan dari
BKPRD
B1 Batasan Mengikuti Peraturan Zonasi
B2 – dst batasan 75% dari luas lahan
Ketentuan
KTB
Jarak dinding terluar basemen paling
kurang 3 m (tiga meter) dari GSJ,
pengaman saluran dan/atau kaveling;
Basemen 2 atau lapis kedua yang
berada di bawah permukaan tanah
diperkenankan paling besar 75 %
pada sub zona R.1, R.2, R.3, R.4, R.5 , R.6 dan R.9 dengan KTB paling tinggi sama dengan KDB yang telah ditetapkan dalam RDTR dan PZ, dan hanya digunakan sebagai fungsi penunjang hunian.
Besaran KTB untuk kegiatan Rusun dan Rusun Umum menggunakan ketentuan khusus PSL sangat padat ≤60% ,PSL padat ≤ 55%, Kurang padat ≤ 50%, Tidak padat ≤ 45% dan subzona KDB rendah ≤40%
Sub blok yang besar KTB nya tidak ditentukan dalam RDTR dan Peraturan Zonasi, besaran KTB ≤ KDB yang telah ditetapkan RDTR dan Peraturann Zonasi -Rapergub Tata Bangunan
Ketentuan
KOEFISIEN DASAR HIJAU
(KDH)
adalah angka persentase perbandingan antara
luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan
gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan atau
penghijauan dan luas lahan perpetakan atau lahan
perencanaan yang dikuasai sesuai Rencana Tata
Ruang Wilayah, Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi.
Perda no. 1 Tahun 2014
KDH ?
NILAI KDH =
LUAS BIDANG TANAH YANG DIHITUNG KDH
X 100%
LUAS LAHAN PERENCANAAN (LUAS ABCD)
PENYERAP AIR HUJAN;
PENYEDIA HABITAT SATWA;
PENYERAP POLUTAN;
PENAHAN ANGIN.
SISTEM SIRKULASI UDARA (paru-paru kota);
PENGATUR IKLIM MIKRO
SEBAGAI PENEDUH;
PRODUSEN OKSIGEN;
Perda no. 1 Tahun 2014 Pasal 615 ayat (5)
Intensitas pemanfaatan ruang berdasarkan Koefisien Dasar Hijau sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 613 ayat (1) huruf e, KDH sesuai yang ditetapkan dalam RDTR dan PZ kecuali
perkerasan di permukaan tanah yang dipergunakan sebagai jalan, prasarana parkir dan plaza.
Intensitas pemanfaatan ruang berdasarkan KDH sebagaimana dimaskud pada ayat (5),
permukaan basement 1 lapis pertama yang diturunkan paling kurang 3m dibawah permukaan
tanah yang dimanfaatkan sebagai resapan air dan RTH diperhitungkan sebagai KDH.
Perda no. 1 Tahun 2014 Pasal 615 ayat (6)
AKSES MOBIL DAMKAR
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KDHDAPAT DIPERHITUNGKAN
KDH
JIKA :
Hard Standing Mobil Pemadam Kebakaran Tidak Dihitung KDH.
Mempunyai fungsi resapan dan harus Dapat
ditumbuhi oleh rumput.
Tidak dimanfaatkan, dipergunakan, dan/atau
bagian dari jalur sirkulasi internal untuk
kegiatan operasional dan servis.
Dikhususkan Hanya Untuk Akses Pemadam
Kebakaran, tidak di manfaatkan untuk
kegiatan yang lain, termasuk parkir kendaraan
Maksimal 50% Dari Batasan KDH Yang
Ditetapkan dengan ketentuan sisa luas KDH
yang bukan digunakan sebagai akses
kebakaran, tidak kurang dari 10% luas lahan
perencanaan.
Memberikan tanda antara jalur khusus
BIDANG TANAH TANPA PERKERASAN UNTUK HIJAU TAMAN DAN RESAPAN AIR
BIDANG TANAH DGN BIDANG ATAS BASEMENT
SATU DITURUNKAN ≥ 3 M
STEPPING STONES PEJALAN KAKI DALAM TAMAN (LANDSCAPING)
JALUR PEMADAM KEBAKARAN SESUAI KETENTUAN
DIHITUNG SEBAGAI KDH
BANGUNAN
BIDANG TANAH TERKENA RENCANA JALAN
JALAN KELUAR-MASUK KENDARAAN
BIDANG TANAH DGN BIDANG ATAS BASEMENT SATU DITURUNKAN < 3 M
TIDAK DIHITUNG SEBAGAI KDH
PLAZA / PARKIR KENDARAAN
HARD STANDING MOBIL PEMADAM KEBAKARAN
KOLAM RENANG
KETINGGIAN BANGUNAN
(KB)
adalah jumlah keseluruhan lantai bangunan dengan memperhatikan
ketentuan tinggi ruang setiap lantai bangunan dan ketinggian peil lantai dasar.
KB dikelompokkan menjadi:
a. Bangunan rendah =1–4 lantai; b. Bangunan sedang = 5 - 8 lantai; c. Bangunan tinggi = > 8 lantai.
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KBKETINGGIAN
BANGUNAN
1. MASSA BANGUNAN
Ketentuan ini berlaku pada massa bangunan dengan batas tertinggi elemen struktur, yakni bubungan atap tertinggi, ataupun dinding parapet dan mencakup elemen estetis/fasade bangunan yang ada.
2. ELEMEN UTILITAS
Ketentuan ini berlaku apabila terdapat jaringan peralatan utilitas (penangkal petir, menara telekomunikasi, peralatan MEP) pada area atap bangunan maupun
menempel pada bangunan.
A
B
C
A. Jarak vertikal dari permukaan lantai dasar ke lantai 2 paling besar 10 m dan jarak vertikal lantai-lantai selanjutnya paling besar 5 m
B. Dalam hal jarak vertikal dari lantai penuh berikutnya lebih dari 5 m maka ruangan tersebut dianggap sebagai 2 lantai (perhitungan hanya terhadap jarak bebas bangunan);
Tidak berlaku untuk bangunan tempat ibadah, gedung pertemuan, gedung pertunjukan, gedung sekolah, bangunan monumental yang memiliki nilai arsitektur spesifik.
C. Tinggi peil lantai dasar suatu lantai bangunan gedung diperkenankan mencapai maksimal 1,20 m mengikuti rata-rata jalan, dengan tetap memperhatikan keserasian lingkungan.
Ketentuan
KETINGGIAN BANGUNAN ?
MEZZANINE
a. Jika luasnya kurang dari 50 % dari luas lantainya tidak dihitung
sebagai lantai penuh;
b. Jika luasnya melebihi 50 % dari luas lantainya, dianggap
sebagai lantai penuh.
JARAK BEBAS
BANGUNAN
RERUNTUHAN BANGUNAN
SIRKULASI UDARA DAN PENCAHAYAAN
JARAK ANTARA BANGUNAN DENGAN BATAS-BATAS PERSIL
JARAK ANTAR BANGUNAN GEDUNG
A. KETINGGIAN BANGUNAN
Rumus : Ket : n : Jumlah lapis y : jarak bebas (m) (Y)n = (3,5 + n/2)mB. JENIS BIDANG DINDING BANGUNAN
DINDING MASIF DINDING TERTUTUP
JARAK BEBAS BANGUNAN
KETENTUAN JARAK BEBAS
DINDING MASIF/TERTUTUP
DINDING MASIF/TERTUTUP DINDING TERBUKA DINDING TERBUKA
2
3
1
5
Jalan4
6
7
8
9
ARKADE?
adalah angka ruang publik yang terbentuk oleh
struktur
bangunan
(atap,,
dinding,
kolom)
digunakan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki untk
membentk karakteristik arsitektur lingkungan.
11
JARAK BEBAS SAMPING
paling kurang 2 m (kecuali pada
lahan perencanaan dengan lebar
sampai 7 m
JARAK BEBAS BELAKANG (*
paling kurang 2 m x 1/3 lebar lahan
perencanaan kecuali pada kegiatan
rumah flat paling kurang 2 m
Jika Tapak Lahan yang dapat
dibangun
≤ 36 m2
Dapat dikecualikan untuk jarak
bebas samping dan belakang
dan maksimal 3 lantai, kecuali
pada kawasan tertata.
(* Rapergub Tata Bangunan
JARAK BEBAS BANGUNAN
KETENTUAN JARAK BEBAS
BANGUNAN
GEDUNG HIJAU
GEDUNG DI DAERAH CAWANG (JAKTIM)
CONTOH KASUS KETIDAKSESUAIAN PELAKSANAAN DENGAN IZIN YANG TERBIT
TERKAIT DENGAN PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF)
FOTO SURVEY KONDISI
13 OKTOBER 2016
GAMBAR KONDISI LAPANGAN TGL 13 OKTOBER 2016
CONTOH KASUS KETIDAKSESUAIAN PELAKSANAAN DENGAN IZIN YANG TERBIT
TERKAIT DENGAN PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF)
TERKAIT DENGAN PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF)
FOTO SURVEY KONDISI
18 OKTOBER 2016
(SETELAH DISESUAIKAN)
FOTO SURVEY KONDISI
18 OKTOBER 2016
(SETELAH DISESUAIKAN)
CONTOH KASUS KETIDAKSESUAIAN PELAKSANAAN DENGAN IZIN YANG TERBIT
TERKAIT DENGAN PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF)
TERKAIT DENGAN PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF)
GEDUNG
DI JL. JENDERAL SUDIRMAN (JAKSEL)
MASALAH :
KELEBIHAN NILAI KLB (±400M2)
GEDUNG DI SETIABUDI (JAKSEL)
MASALAH :
KEKURANGAN LUASAN KDH (±7%)
MASALAH :
PELAMPAUAN KLB (±9.000M2)
CONTOH KASUS KETIDAKSESUAIAN PELAKSANAAN DENGAN IZIN YANG TERBIT
TERKAIT DENGAN PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF)
GEDUNG DI JL. THAMRIN (JAKPUS)
MASALAH :
KELEBIHAN NILAI KDB (±300M2)
GEDUNG DI KELAPAGADING (JAKUT)
MASALAH :
KELEBIHAN KLB (±2.400M2)
MASALAH :
KELEBIHAN KLB (±1.200M2)