• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2017"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

BIRO PERENCANAAN

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

INSTANSI PEMERINTAH

SEKRETARIAT JENDERAL

TAHUN 2017

(2)

KATA PENGANTAR

Sebagai salah satu cara mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good Governance

dalam rangka penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme adalah melalui pencapaian tingkat kinerja yang selalu meningkat yang dipertanggungjawabkan secara tepat, nyata dan jelas secara periodik. Sesuai Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dimana pimpinan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit Kerja didalamnya, diminta untuk membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada pimpinan yang lebih tinggi sebagai bagian dari sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Tata cara penyusunan laporan akuntabilitas kinerja sebagai salah satu bagian dari dokumen akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 150 Tahun 2011 adalah bagian dari rangkaian tahapan pengendalian dan evaluasi kinerja pembangunanindustri agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Hasil pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan melalui Peraturan Menteri ini diharapkan bisa menjadi bahan untuk perbaikan atau perubahan pelaksanaan program/kegiatan pembangunan yang akan datang.

Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan memberikandukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian, melakukan kewajiban dalam membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada atasannya.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Jenderal ini merupakan gambaran pencapaian pencapaian sasaran strategis yang direncanakan melalui pelaksanaan tugas dan fungsi selama periode tahun 2017. Laporan ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi pemangku

(3)

kepentingan dan merupakan umpan balik bagi jajaran Kementerian Perindustrian untuk meningkatkan kinerja satuan unit dimasa yang akan datang.

Jakarta, 6 Februari 2018

Sekretaris Jenderal

(4)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian ini disusun sebagai pertanggungjawaban kinerja Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian pada Tahun 2017. Hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dimana pimpinan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit Kerja didalamnya, diminta untuk membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada pimpinan yang lebih tinggi sebagai bagian dari sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Indikator tujuan peningkatan kepuasan stakeholder eksternal dan internal Sekretariat Jenderal telah tercapai melebihi target yang telah ditetapkan. Adapun capaian perspektif stakeholder yang merupakan IKU dapat tercapai melebihi target yang telah ditetapkan, sedangkan pada perspektif proses bisnis internal dari 6 (enam) sasaran strategis dengan 16 (enam belas) Indikator Kinerja tercapai 15 dan 1 tidak tercapai pada indikator SDM industri yang terserap di dunia kerja sebesar 67,77%. Ketidaktercapaian indikator ini disebabkan adanya penyesuaian indeks anggaran diklat per orang.

Anggaran Sekretariat Jenderal tahun 2017 sebesar Rp.951.649.859.000,- yang dialokasikan untuk membiayai 2 (dua) program, yaitu Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian sebesar Rp.941.608.078.000,- dan untuk program Pembangunan, Pengadaan, Perbaikan dan Peningkatan Sarana Dan Prasarana Kerja sebesar Rp.10.041.781.000,-.

Pada pelaksanaannya, anggaran Sekretariat Jenderal Tahun 2017 mengalami perubahan anggaran belanja, yaitu melalui Surat Menteri Keuangan nomorS-584/MK.02/2017 tanggal 21 Juli 2017 perihal Perubahan Pagu Belanja K/L Dalam APBN-P 2017 Tentang Revisi DIPA APBN-P Kementerian Perindustrian TA 2017 sehingga menjadi sebesar Rp. 944.230.198.000,- untuk membiayai Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian dari program Pembangunan, Pengadaan, Perbaikan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Kerja. Sampai dengan 31 Desember 2017 adalah Rp. 928.811.981.000,- atau sebesar 94% dari pagu APBN 2017 Sekretariat Jenderal setelah revisi dan penambahan APBN-P.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

RINGKASAN EKSEKUTIF ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB IPENDAHULUAN ... 7

A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Jenderal ... 7

C. Struktur Organisasi ... Error! Bookmark not defined. D. Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Tahun 2015-2019 ... 9

BAB IIPERENCANAAN KINERJA ... 13

A. Rencana Kinerja ... Error! Bookmark not defined. B. Program Kerja dan Anggaran Sekretariat Jenderal ... 14

C. Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2017Error! Bookmark not defined. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 18

A. Analisis Capaian Kinerja Berdasarkan Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2017 ... 18

B. Akuntabilitas Keuangan Sekretariat Jenderal Tahun 2017 ... 43

BAB IV PENUTUP ... 46

A. Kesimpulan ... 46

B. Permasalahan dan Kendala ... 46

C. Rekomendasi dan Tindak Lanjut ... 46 LAMPIRAN

• Rekapitulasi Pegukuran Tingkat Kepuasan Stakeholders terhadap Layanan Umum, Administrasi, Kesehatan, Pengadaan dan Sarana Prasarana Sekretariat Jenderal Melalui Biro Umum

• Capaian Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2017

• Capaian Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2017 Berdasarkan Aplikasi Monev Anggaran Kementerian Keuangan (Ditjen Anggaran)

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Alokasi Anggaran Sekretariat Jenderal Awal Tahun 2017 ... 15

Tabel 2.2. Sasaran Strategis Sekretariat Jenderal Tahun 2017 .... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.1. Capaian Sasaran Strategis Perspektif Pemangku Kepentingan Untuk Tingkat Kepuasan Stakeholder Eksternal ... 18

Tabel 3.2. Capaian Sasaran Strategis Perspektif Pemangku Kepentingan Untuk Indikator Tingkat Kepuasan Stakeholder Internal ... 21

Tabel 3.3. Realisasi Kepuasan Pelayanan Urusan Keuangan dan Barang Milik Negara Sekretariat Jenderal Tahun 2017 ... 27

Tabel 3.4.Tabulasi Kuesioner Tingkat Kepuasan Pelayanan Penyusunan Dokumen Perencanaan ...29

Tabel 3.5. Realisasi Rekapitulasi Pegukuran Tingkat Kepuasan Stakeholders terhadap Layanan Umum, Administrasi, Kesehatan, Pengadaan dan Sarana Prasarana Sekretariat Jenderal Melalui Biro Umum... 31

Tabel 3.6. Tabulasi Capaian Sasaran Strategis Mewujudkan Sistem Perencanaan yang Berkualitas ...33

Tabel 3.7.Capaian Sasaran Strategis Layanan Administrasi yang Profesional dan Akuntabel . 27 Tabel 3.8. Pemberitaan Sektor Industri di Media Massa ...44

Tabel 3.9. Capaian Sasaran Strategis Layanan Hukum dan Organisasi yang Andal ... 33

Tabel 3.10.Capaian Sasaran Strategis Tata kelola Barang Milik Negara (BMN) Kementerian yang Efektif dan Efisien ... 36

Tabel 3.11.Pembobotan Pengukuran Persentase Sarana-Prasarana Yang Dapat Dimanfaatkan ... 36

Tabel 3.12.Capaian Sasaran Strategis Meningkatkan Daya Saing Sumber Daya Manusia (SDM) industri dan kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN) ... 38

Tabel 3.13.Prestasi Kerja Pegawai Kementerian Perindustrian ...40

Tabel 3.14.Jam Kerja Pegawai Kementerian Perindustrian ... 41

Tabel 3.15.Pengolahan Data Jam Kerja Pegawai Kementerian Perindustrian ...42

Tabel 3.16.Capaian Sasaran Strategis Informasi Industri yang Mudah Diakses dan Relevan ... 43

Tabel 3.17.Realisasi Per Program Sekretariat Jenderal Per 31 Desember 2017 ... 44

Tabel 3.18.Realisasi Keuangan Per Indikator Kinerja Sekretariat Jenderal Per 31 Desember 2017 ... 44

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal ... 6

Gambar 2.1 Peta Strategi Sekretariat Jenderal ... 9

Gambar 3.1 Statistik Prosentase Kategori Media Pemberitaan ... 44

Gambar 3.2Statistik 15 Topik Pemberitaan Teratas ... 45

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Jenderal

Sesuai Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 107/M-IND/PER/11/2015 tanggal 30 November 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, tugas Sekretariat Jenderal adalah melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian.Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian menyelenggarakan fungsi:

1. Koordinasi kegiatan Kementerian Perindustrian;

2. Koordinasi dan penyusunan rencana dan program Kementerian Perindustrian;

3. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, arsip, dan dokumentasi Kementerian Perindustrian;

4. Pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana, kerja sama, dan hubungan masyarakat;

5. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum; 6. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara; dan

7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Perindustrian.

B. Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/PER/11/2015, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal yang membawahi 8 (delapan) Unit Eselon II, yang terdiri atas 6 (enam) Biro dan 2 (dua) Pusat, yaitu :

1. Biro Perencanaan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan penyusunan perencanaan lintas sektoral dan perencanaan wilayah serta pelaksanaan urusan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan kinerja, tata usaha, dan rumah tangga biro.

(9)

SEKRETARIAT JENDERAL

BIROHUKUM DAN

ORGANISASI UMUM BIRO

PUSDIKLAT INDUSTRI

BIRO HUMAS

PUSAT DATA DAN INFORMASI BIRO KEUANGAN BIRO KEPEGAWAIAN BIRO PERENCANAAN

3. Biro Keuangan,mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, koordinasi, dan pengendalian urusan keuangan dan barang milik negara kementerian.

4. Biro Hukum dan Organisasi,mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, koordinasi, dan fasilitasi penyusunan peraturan perundang-undangan dan perjanjian kerja sama, advokasi hukum, serta pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana di lingkungan Kementerian Perindustrian.

5. Biro Hubungan Masyarakat,mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, koordinasi, pemberian dukungan administrasi hubungan masyarakat dan kerja sama.

6. Biro Umum,mempunyai tugas melaksanakan urusan administrasi, kerumahtanggaan, dan perlengkapan di lingkungan Kementerian serta pelayanan administrasi pimpinan. 7. Pusat Data dan Informasi, mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengelolaan

sistem informasi, manajemen data, serta analisis dan penyajian data dan informasi. 8. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri, mempunyai tugas melaksanakan pembinaan

dan pengembangan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia aparatur dan sumber daya manusia industri.

Struktur organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian, dapat dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini:

Gambar 1.1

(10)

C. Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Tahun 2015-2019

Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian telah menyusun Rencana Strategis Tahun 2015-2019 yang memuat hal-hal pokok seperti arah kebijakan, peta strategi serta program kerja.

1. Arah Kebijakan Sekretariat Jenderal

Visi dan misi Sekretariat Jenderal sebagai arah dalam mengambil kebijakan, penetapan program dan kegiatan selama kurun waktu 5(lima)Tahun(2015-2019) adalah sebagai berikut.

1. Visi: Menjadi Penggerak Utama Terwujudnya Visi Kementerian Perindustrian

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata dalam bentuk misi sesuai dengan tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal sebagai berikut:

2. Misi yaitu:

• Menyediakan saran-saran strategis yang berwawasan ke depan;

• Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan peningkatan kompetensi SDM aparatur dan SDM industri;

• Membangun sistem informasi manajemen yang terintegrasi;

• Menyediakan layanan sarana-prasarana, administrasi, dan teknis yang cepat, efektif, dan akuntabel.

Berlandaskan pada visi dan misi tersebut, maka ditetapkan 3 (tiga) tujuan yang ingin dicapai Sekretariat Jenderal sebagai berikut:

a. Terwujudnya tata laksana pemerintahan di bidang industri yang mudah dan implementatif;

b. Tersedianya sistem layanan bidang industri yang terintegrasi, transparan, akurat, dan handal; dan

c. Terwujudnya pembangunan SDM Industri Kompeten yang dapat meningkatkan kinerja dan Daya Saing Industri.

2. Peta Strategi Sekretariat Jenderal

Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran-sasaran industri yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategi Kementerian Perindustrian, telah dibangun Peta Strategi Sekretariat Jenderal yang mengacu pada visi dan misi Kementerian Perindustrian. Berikut ini peta strategis Seketariat Jenderal yang menggambarkan hubungan antara tujuan, sasaran strategis dan faktor-faktor yang mendukung pencapaiannya:

(11)

Gambar 1.2 Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal

Adapun sasaran strategis Sekretariat Jenderal Tahun 2017 sesuai dengan hasil reviu Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Tahun 2015-2019 adalah :

1. Terwujudnya manajemen KementerianPerindustrian yang andal dan professional, 2. Terwujudnya sistem perencanaan yang berkualitas,

3. Tersedianya layanan administrasi yang profesional dan akuntabel, 4. Tersedianya layanan hukum dan organisasi yang andal,

5. Meningkatnya daya saing Sumberdaya Manusia Industri (SDM) industri dan kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN);

6. Tersedianya Informasi industri yang mudah diakses dan relevan; 7. Meningkatnya kinerja ASN Sekretariat Jenderal;

8. Meningkatnya efektivitas organisasi Sekretariat Jenderal;

9. Tersedianya tata kelola Barang Milik Negara (BMN) Kementerian yang efektif dan efisien;

10. Tersedianya tata kelola sarana dan prasarana Sekretariat Jenderal yang efektif dan efisien.

Untuk mengukur tingkat pencapaian sasaran yang telah ditetapkan pada Tahun 2017, dibutuhkan indikator kinerja utama yang merupakan ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran yang telah ditetapkan. Indikator

(12)

kinerja utama dengan target capaian masing-masing pada Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Tahun 2015-2019 antara lain:

1. Tingkat kepuasan stakeholder ekstenalnilai 3.3 di skala 1-4. 2. Tingkat kepuasan stakeholder intenal nilai 3.3 di skala 1-4.

3. Persentase kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen Trilateral Meeting adalah 90 persen.

4. Persentase anggaran Kementerian Perindustrian yang masuk dalam catatan halaman IV DIPA atau persentase anggaran Kementerian Perindustrian yang dibintangi akibat kesalahan dalam perencanaan adalah 10 persen.

5. Nilai SAKIP Kementerian Perindustrian dengan nilai 76.

6. Tingkat akuntabilitas laporan keuangan dan BMN dengan target nilai capaian standar tertinggi.

7. Persentase nilai penetapan status penggunaan BMN Kementeria Perindustrian sebesar 11 persen.

8. Nilai hasil audit kearsipan dengan target nilai 70.

9. Persentase pemberitaan negatif Kemenperin dengan target maksimal 8 persen.

10. Persentase peraturan perundang-undangan bidang industri yang diundangkan sebanyak 95 persen.

11. Persentase kasus hukum yang diselesaikan sebanyak 80 persen. 12. Tingkat efektivitas organisasi Kementerian sebesar 80 persen.

13. Persentase sarana-prasarana yang dapat dimanfaatkan sebesar 95 persen. 14. Persentase penurunan konsumsi energi sebesar 7 persen.

15. Jumlah SDM industri yang terserap di dunia kerja sebesar 44.450 orang.

16. Rata-rata produktivitas kinerja minumum pegawai Kementerian Perindustrian yaitu 1200 jam kerja dalam setahun.

17. Tingkat kesesuaian ketersediaan data dan informasi industri dalam Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) terhadap kebutuhan/permintaan stakeholder sebesar 50 persen.

Untuk mencapai sasaran yang telah direncanakan untuk Tahun 2017, Sekretariat Jenderal merencanakan kegiatan-kegiatan yang menjadi pendukung pencapaian sasaran tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:

(13)

2. Peningkatan Layanan Administrasi, Layanan Pengadaan, Layanan Kesehatan Dan Manajemen Perkantoran Berbasis Teknologi;

3. Pengembangan SDM Industri;

4. Peningkatan Sistem Tata Kelola Keuangan Dan Barang Milik Negara Yang Profesional; 5. Peningkatan Kualitas Perencanaan Dan Pelaporan;

6. Pembangunan Sistem Informasi Industri Yang Terintegrasi dan Handal; 7. Peningkatan Kualitas SDM Industri;

8. Peningkatan Kualitas Kehumasan;

9. Peningkatan Kualitas Pendidikan Vokasi Industri;

(14)

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. Perencanaan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2017

Perencanaan kinerja Sekretariat Jenderal tahun 2017 disusun melalui 2 (dua) tahapan perencanaan, yaitu tahapan penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2017 dan tahapan penyusunan Perjanjian Kinerja (Perkin) Tahun 2017. Sesuai dengan pedoman penyusunan dokumen akuntabilitas kinerja di lingkungan Kementerian Perindustrian, dokumen RKT Sekretariat Jenderal Tahun 2017 disusun pada tahun 2016 dan dokumen Perjanjian Kinerja (Perkin) Tahun 2017 ditetapkan pada awal tahun anggaran 2017.

Berdasarkan dokumen RKT dan Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Tahun 2015-2019Perubahan pada 29 Desember 2016yang telah disusun, serta hasil evaluasi kinerja tahun 2016 dan dengan mempertimbangkan dinamika kebijakan, perencanaan dan penganggaran, maka ditetapkan target kinerja yang akan dicapai Sekretariat Jenderal pada tahun 2017 sebagaimana tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2017.

Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2017

Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Target Satuan

Pemangku Kepentingan

1. Mewujudkan

manajemen Kementerian Perindustrian yang andal dan profesional

1. Tingkat kepuasan stakeholder eksternal 3.3 Skala 1-4

2. Tingkat kepuasan stakeholder internal 3.3 Skala 1-4

Proses Bisnis Internal

2. Mewujudkan sistem

perencanaan yang berkualitas

1. Persentase kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen Trilateral Meeting

90 Persen

2. Persentase anggaran Kementerian Perindustrian yang masuk dalam Catatan Halaman IV Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau persentase anggaran Kementerian Perindustrian yang dibintangi akibat kesalahan dalam perencanaan

10 Persen

3. Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kementerian Perindustrian

(15)

3. Layanan administrasi yang profesional dan akuntabel

1. Tingkat akuntabilitas laporan keuangan dan BMN

Capaian Standar Tertinggi

Nilai

2. Persentase nilai BMN Kementerian Perindustrian yang ditetapkan status penggunaannya.

11 Persen

3. Nilai hasil audit kearsipan 70 Nilai

4 Persentase pemberitaan negatif sektor industri.

8 Persen

4. Layanan hukum dan

organisasi yang andal 1. Persentase peraturan perundang-undangan bidang industri yang diundangkan 95 Persen

2. Persentase kasus hukum yang diselesaikan 80 Persen

3. Tingkat efektivitas organisasi Kementerian 80 Persen

5. Tata kelola Barang Milik Negara (BMN) Kementerian yang efektif dan efisien

1. Persentase sarana-prasarana yang dapat

dimanfaatkan 95 Persen

2. Persentase penurunan konsumsi energi 7 Persen

6 Meningkatkan daya

saing Sumber Daya Manusia (SDM) industri dan kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN)

1. Jumlah SDM industri yang terserap di dunia

kerja 44.450 Orang

2. Rata-rata nilai prestasi kerja pegawai Kementerian Perindustrian

80 Nilai

3. Rata-rata produktivitas kinerja minumum pegawai Kementerian Perindustrian

1.200 Jam kerja

setahun

7 Informasi Industri

yang mudah diakses dan relevan

Tingkat kesesuaian ketersediaan data dan informasi industri dalam Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) terhadap kebutuhan/permintaan stakeholder

50 Persen

B. Program Kerja dan Anggaran Sekretariat Jenderal

Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian untuk mendukung keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan industri, pada awal tahun 2017, Sekretariat Jenderal memperoleh anggaran awal tahun 2017 sebesar Rp. 951.649.859.000,- yang dialokasikan untuk membiayai 2 (dua) program, yaitu sebesar Rp. 941.608.078.000,- untuk membiayai Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen KementerianPerindustrian dan sebesar Rp.10.041.781.000,- untuk anggaran dari program Pembangunan, Pengadaan, Perbaikan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Kerja.

(16)

1 Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian

941.608.078.000

1824 Pelayanan Hukum Dan Penataan Organisasi 9.542.404.000

1824,951 Layanan Internal (overhead) 1.623.847.000

1824,957 Layanan Hukum 4.540.104.000

1824,96 Layanan Manajemen Organisasi 1.377.632.000

1824,994 Layanan Perkantoran 1.227.440.000

1824,999 Output Cadangan 200.255.000

1825 Peningkatan Layanan Administrasi, Layanan Pengadaan, Layanan

Kesehatan Dan Manajemen Perkantoran Berbasis Teknologi

40.347.338.000

1825,951 Layanan Internal (overhead) 9.998.419.000

1825,956 Layanan Manajemen Bmn 1.780.702.000 1825,959 Layanan Protokoler 4.338.843.000 1825,962 Layanan Umum 10.328.021.000 1825,994 Layanan Perkantoran 18.048.413.000 1825,999 Output Cadangan 1.331.804.000 1826 Pengembangan Sdm Industri 11.733.706.000

1826,951 Layanan Internal (overhead) 1.300.978.000

1826,954 Layanan Manajemen Sdm 9.017.616.000

1826,994 Layanan Perkantoran 671.590.000

1826,999 Output Cadangan 305.558.000

1827 Peningkatan Sistem Tata Kelola Keuangan Dan Barang Milik

Negara Yang Profesional

131.151.263.000

1827,013 Layanan Kerjasama Internasional Di Taiwan 721.768.000

1827,014 Layanan Fasilitasi Operasional Otorita Asahan 2.472.821.000

1827,951 Layanan Internal (overhead) 1.540.985.000

1827,955 Layanan Manajemen Keuangan 5.106.021.000

1827,956 Layanan Manajemen Bmn 1.673.074.000

1827,994 Layanan Perkantoran 119.321.926.000

1827,999 Output Cadangan 335.796.000

KODE OUTPUT / RINCIAN AKUN PAGU

(17)

1 Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian

941.608.076.000

1828 Peningkatan Kualitas Perencanaan Dan Pelaporan 20.747.623.000

1828,001 Sdm Perencanaan 429.268.000

1828,901 Perencanaan 182.100.000

1828,951 Layanan Internal (overhead) 757.710.000

1828,952 Layanan Perencanaan 13.556.890.000

1828,953 Layanan Pemantauan Dan Evaluasi 2.536.780.000

1828,994 Layanan Perkantoran 920.250.000

1828,999 Output Cadangan 606.600.000

1829 Pembangunan Sistem Informasi Industri Yang Terintegrasi Dan Handal

26.670.446.000

1829,021 Basis Data Di Bidang Industri 2.553.542.000

1829,022 Aplikasi 1.697.575.000

1829,023 Sarana Dan Prasarana Teknologi 3.320.874.000

1829,024 Informasi Di Bidang Industri 1.889.737.000

1829,025 Layanan Pengadaan Secara Elektronik (lpse) 359.790.000

1829,951 Layanan Internal (overhead) 5.113.355.000

1829,994 Layanan Perkantoran 10.264.273.000

1829,999 Output Cadangan 371.300.000

1830 Peningkatan Kualitas Sdm Industri 259.782.751.000

1830,001 Tenaga Kerja Industri Kompeten 115.678.493.000

1830,002 Sdm Asesor, Wirausaha, Dan Konsultan Industri 5.779.332.000

1830,003 Infrastruktur Kompetensi 12.085.193.000

1830,951 Layanan Internal (overhead) 24.365.424.000

1830,966 Layanan Pendidikan Dan Pelatihan 19.170.398.000

1830,994 Layanan Perkantoran 45.212.091.000

1830,999 Output Cadangan 80.800.000

1831 Peningkatan Kualitas Kehumasan 37.507.551.000

1831,001 Layanan Sdm Humas Dan Perpustakaan 2.787.091.000

1831,951 Layanan Internal (overhead) 2.117.676.000

1831,958 Layanan Hubungan Masyarakat Dan Komunikasi 22.716.372.000

1831,994 Layanan Perkantoran 7.774.112.000

1831,999 Output Cadangan 294.300.000

(18)

Pada pelaksanaannya, anggaran Sekretariat Jenderal Tahun 2017 mengalami perubahan anggaran belanja, yaitu melalui Surat Menteri Keuangan nomor S-584/MK.02/2017 tanggal 21 Juli 2017 perihal Perubahan Pagu Belanja K/L Dalam APBN-P 2017 Tentang Revisi DIPA APBN-P Kementerian Perindustrian TA 2017 sehingga menjadi sebesar Rp. 944.230.198.000,- untuk membiayai Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian dari program Pembangunan, Pengadaan, Perbaikan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Kerja. Pada bulan Oktober 2017 anggaran Sekretariat Jenderal mengalami penambahan pagu PNBP melalu penambahan anggaran unit-unit pendidikan Sekretariat Jenderal sebesar Rp. 32.580.339,- sehingga pagu Sekretariat Jenderal tahun 2017 adalah sebesar Rp. 984.230.198,-.

1 Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen

Kementerian Perindustrian

941.608.076.000

5277 Peningkatan Kualitas Pendidikan Vokasi Industri 398.125.075.000

5277,001 Sdm Industri Berbasis Spesialisasi Dan Kompetensi Pendidikan

Kejuruan

22.412.962.000

5277,002 Sdm Industri Berbasis Spesialisasi Dan Kompetensi Pendidikan

Vokasi

65.883.587.000

5277,003 Dokumen Pendidikan Vokasi Industri Berbasis Kompetensi 24.268.283.000

5277,951 Layanan Internal (overhead) 141.135.339.000

5277,966 Layanan Pendidikan Dan Pelatihan 10.239.812.000

5277,994 Layanan Perkantoran 177.271.082.000

2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

Kementerian Perindustrian

10.041.781.000

1832 Pembangunan, Pengadaan, Perbaikan Dan Peningkatan Sarana

Dan Prasarana Kerja

10.041.781.000

1832,951 Layanan Internal (overhead) 10.041.781.000

T O T A L 951.649.849.000

(19)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Analisis Capaian Kinerja Berdasarkan Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2017

Dalam Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal tahun 2017 pada Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2017 sesuai dengan Renstra Sekretariat Jenderal Tahun 2015 – 2019, terdapat 8 (delapan) sasaran strategis pada Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian dan 2 (dua) sasaran strategis pada Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kementerian Perindustrian, dengan capaian sebagai berikut:

1. Capaian Tujuan

Capaian tujuan adalah terwujudnya pelayanan prima bagi stakeholder Sekretariat Jenderal dengan indikator kinerja Peningkatan Kepuasan Stakeholder Eksternal sebesar 7,5 persen dengan realisasi sebesar 10 persen sehingga capaiannya sebesar 110 persen. Indikator kinerja Peningkatan Kepuasan Stakeholder Internal sebesar 7,5 persen dengan realisasi sebesar 12,67 persen sehingga capaiannya sebesar 112 persen.

2. Sasaran Strategis Perspektif Stakeholders

Sasaran Strategis Pemangku Kepentingan adalah Mewujudkan manajemen Kementerian Perindustrian yang andal dan profesional. Terdapat 2 (dua) Indikator kinerja Utama (IKU) pada sasaran strategis tersebut pada Sasaran Strategis tersebut, yaitu (1) tingkat kepuasan stakeholder eksternal dan (2) tingkat kepuasan stakeholder internal.

a. IKU tingkat kepuasan stakeholder eksternal

Tabel 3.1.Capaian Sasaran Strategis Perspektif Pemangku Kepentingan Untuk Tingkat Kepuasan Stakeholder Eksternal Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 T R C T R C T R C T T Mewujudkan manajemen Kementerian Perindustrian yang andal dan profesional Tingkat kepuasan stakeholder eksternal Skala 1-4 Belum Dijadikan IKU Belum Dijadikan IKU 3.3 3.3 100 3,5 3,7

Tingkat kepuasan stakeholder eksternal Sekretariat Jenderal ditentukan melalui pengukuran indeks kepuasan masyarakat. Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat

(20)

menggunakan metodologi deskriptif kualitatif. Pengukuran untuk kuisioner dilakukan dengan menggunakan 15 Variabel dan untuk wawancara terbuka dengan 6 variabel. Kuesioner ini diantaranya dikembangkan dari kriteria yang ada dalam Survei Indeks kepuasan Masyarakat (IKM) yang dilakukan dengan menggunakan 9 (sembilan) ruang lingkup berdasarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 mengenai Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Ruang lingkup tersebut telah dikembangkan menjadi variabel/unsur sesuai dengan karakteristik pelayanan Pusat Kementerian Perindustrian:

1. Kemudahan prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;

2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya;

3. Keberadaan petugas pelayanan, yaitu ada atau tidaknya petugas di lokasi pelayanan yang tersedia pada masing-masing tahapan pelayanan pada saat jam pelayanan berlangsung;

4. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu rasa tanggung jawab dan kejelasan wewenang petugas dalam menjalankan pekerjaannya;

5. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat;

6. Ketepatan waktu penyelesaian pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan; 7. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak

membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani;

8. Kesopanan petugas pelayanan, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan serta saling menghargai dan menghormati; 9. Keramahan petugas pelayanan, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat secara ramah serta saling menghargai dan menghormati; 10. Kesesuaian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan

biaya yang telah ditetapkan;

11. Kesesuaian jam buka dan jam tutup pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;

(21)

12. Kenyamanan pelayanan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih. rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan; 13. Maklumat Pelayanan adalah dipenuhinya pernyataan kesanggupan dan kewajiban

penyelenggara untuk melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan; 14. Sarana pengaduan/keluhan adalah ketersediaan fasilitas dimana penerima layanan

menyampaikan opini terkait proses pelayanan maupun kinerja petugas pelayanan. 15. Ketanggapan petugas pelayanan adalah respon petugas pelayanan terhadap keluhan

masyarakat terhadap kinerja Unit Pelayanan Publik (UP2) Kementerian Perindustrian. Kemudian terdapat juga penilaian terhadap kesesuaian tindak lanjut atas pengaduan yang disampaikan oleh penerima layanan;

Selain variabel-variabel diatas, terdapat pertanyaan terbuka yaitu mengenai: 1. Media dalam memperoleh informasi pelayanan;

2. Kejelasan informasi pelayanan; 3. Sistem pemantauan pada website; 4. Keluhan/pengaduan pelanggan; 5. Media pengaduan; dan

6. Isi pengaduan.

Pengumpulan data untuk pengukuran indeks kepuasan masyarakat ini dilakukan secara elektronik, wawancara tatap muka dan melalui kontak saran. Pada tahun 2016, rincian responden yang berasal dari surat elektronik dan wawancara tatap muka sebanyak 360 responden. Sedangkan jumlah responden untuk survei indeks kepuasan masyarakat pada tahun 2017 adalah sebanyak 96 responden yang merupakan pengguna layanan Unit Pelayanan Publik Kementerian Perindustrian.

Indeks kepuasan masyarakat tahun 2017 mengalami kenaikan dari 3.2 pada tahun 2016 menjadi 3.3 pada tahun 2017. Pada survey tahun 2017, terdapat variabel-variabel yang mendapatkan penilaian yang rendah seperti ketepatan waktu penyelesaian pelayanan dan ketanggapan petugas pelayanan.

Dalam pencapaian target IKU kepuasan stakeholder eksternal sampai dengan 2019, untuk meningkatkan skor indeks kepuasan masyarakat kedepannya, perlu dilakukan identifikasi terkait ketepatan waktu pelayanan untuk melihat proses yang menyebabkan pelayanan menjadi lama. Perlu juga dilakukan sosialisasi untuk standar waktu pelayanan agar pelanggan pelayanan dapat mengetahun standar pelayanan di Kementerian

(22)

Perindustrian. untuk ketanggapan petugas bisa dilakukan bimbingan teknis terhadap pegawai di unit pelayanan publik.

Sampai dengan tahun berjalan, indikator ini baru mampu mencapai 3,3 di tahun 2018 memiliki target 3,5 dan di tahun 2019 adalah 3,7. Ini menandakan ada banyak perbaikan untuk perubahan kearah yang lebih baik agar tingkat kepuasan stakeholder eksternal Kementerian Perindustrian meningkat.

b. IKU tingkat kepuasan stakeholder internal

Tabel 3.2.Capaian Sasaran Strategis Perspektif Pemangku Kepentingan Untuk Indikator Tingkat Kepuasan Stakeholder Internal

Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 T R C T R C T R C T T Mewujudkan manajemen Kementerian Perindustrian yang andal dan profesional Tingkat kepuasan stakeholder internal Skala

1-4 Dijadikan IKU Belum Dijadikan IKU Belum 3.3 3.38 102,4 3,5 3,7

Tingkat kepuasan stakeholder internal unit Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian dihitung melalui pembagian kuesioner kepada para responden yang dipilih yang merupakan stakeholder dari unit kerja Sekretariat Jenderal yang menyusun kuesioner terkait tugas dan fungsi unit tersebut.

Pengukuran tingkat kepuasan terhadap pelayanan Sekretariat Jenderal pada pelayanan urusan keuangan dan barang milik Negara Kementerian Perindustrian melalui Biro Keuangan dilakukan dengan penilaian terhadap aspek pelayanan, sumber daya manusia, proses serta ruang tunggu (sarana prasarana). Pengumpulan kuesioner oleh tim Manajemen Mutu ISO 9001:2015 Biro Keuangan dengan jumlah responden sebanyak 126 orang yang berasal dari seluruh satuan kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian. Dilakukan penilaian dengan memasukkan aspek pelayanan, sumber daya manusia, proses serta ruang tunggu (sarana prasarana).

Perhitungan tingkat kepuasan stakeholder internal untukpelayanan penyusunan perencanaan dari Sekretariat Jenderal melalui Biro Perencanaan dilakukan dengan mengukur tingkat kepuasan pelayanan penyusunan dokumen perencanaan. Sebagai unit pendukung pimpinan di bidang perencanaan, maka unit perencana Sekretariat Jenderal yaitu Biro Perencanaan melaksanakan penyusunan dokumen perencanaan yang sesuai dengan

(23)

Renja Eselon I, Renja Eselon II, Renja PembangunanIndustri, RKA-K/L, Renstra, dan dokumen perencanaan pembangunan industri lainnya.

Sedangkan dari hasil kuesioner tingkat layanan Manajemen Kepegawaian pada Tahun 2017 diperoleh melalui hasil rata-rata dari 2 layanan manajemen kepegawaian utama dari Biro Kepegawaian yang sudah tersertifikasi ISO 9001:2008 yaitu:

1. Layanan Kenaikan Pangkat dengan tingkat kepuasan pelanggan sebesar 93% dari 53 responden;

2. Layanan Administrasi Jabatan Fungsional dengan tingkat kepuasan pelanggan sebesar 89% dari 98 responden. Jika diukur berdasarkan skala likert, maka rata-rata tingkat kepuasan terhadap layanan Manajemen Kepegawaian pada tahun 2017 adalah sebesar 3,64 pada skala likert 91%.

Sementara pengukuran tingkat kepuasan stakeholder internal Sekretariat Jenderal melalui layanan umum, layanan administrasi, kearsipan, pengadaan dan sarana dan parasarana yang dimiliki oleh Biro Umum, dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada seluruh unit di kantor pusat.

Di tahun 2018, target indikator tingkat kepuasan pemangku kepentingan internal Sekretariat Jenderalini adalah 3,5 dan target indikator di tahun 2019 adalah 3,7. Ini menandakan ada banyak perbaikan perbaikan pelayanan untuk perubahan kearah yang jauh lebih baik agar tingkat kepuasan stakeholder internal Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian meningkat, sesuai dengan ekspektasi stakeholder dari survei yang sudah dilaksanakan.

Dalam pencapaian target IKU kepuasan stakeholder internal sampai dengan 2019, dalam perencanaan penyusunan ke depan diperlukan beberapaperbaikan, diantaranya layanan manajemen kepegawaian. Tindak lanjut ke depan adalah memperbaiki layanan manajemen kepegawaian antara lain lebih intensif melakukan sosialisasi tentang peraturan dan informasi terbaru tentang kepegawaian, memperbaharui aplikasi-aplikasi untuk menunjang layanan kepegawaian, serta menyediakan fasilitas klinik kepegawaian untuk melakukan tentang layanan manajemen kepagawaian. Diharapkan dengan perbaikan tersebut maka tingkat kepuasan ke depannya akan lebih baik lagi.

(24)

2. Sasaran Strategis Perspektif Proses Bisnis Internal

Pengukuran capaian kinerja Sekretariat Jenderal berdasarkan sasaran pada Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2017 dari perspektif proses bisnis internal dapat dilihat pada Tabel 3.5.

a. Mewujudkan Sistem Perencanaan yang Berkualitas

Terdapat Terdapat 3 (tiga) Indikator Kinerja (IK) pada sasaran strategis ini. Realisasi antara dari masing-masing IK dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 3.5.

Capaian Sasaran Strategis Mewujudkan Sistem Perencanaan yang Berkualitas Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Satuan

2015 2016 2017 2018 2019 T R C T R C T R C T T Mewujudka n sistem perencanaa n yang berkualitas Persentase kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen Trilateral Meeting Persen 90 90 100 90 92,2 102 90 98 108,8 95 95 Persentase anggaran Kementerian Perindustrian yang masuk dalam Catatan Halaman IV Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau persentase anggaran Kementerian Perindustrian yang dibintangi akibat kesalahan dalam perencanaan Persen 10 6,21 104,2 15 11,5 130 10 5,03 198,8 5 5 Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kementerian Perindustrian

Nilai Belum Dijadikan IKU A

(73,90) (75,49) BB 98,5 76 76,34 100,45 77 80

(1) Persentase kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen

trilateral meeting. Indikator ini digunakan sebagai upaya dalam meningkatkan

kualitas perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan yang memang sesuai dengan kebutuhan dalam rangka pembangunan industri. Indikator kinerja ini diukur dengan melakukan penilaian atas kegiatan yang diajukan oleh seluruh unit kerja di

(25)

lingkungan Kementerian Perindustrian. Target indikator ini sama dengan Tahun 2015 yakni 90 (sembilan puluh) persen. Indikator kinerja ini diukur dengan melakukan penilaian capaian kegiatan unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian untuk tahun 2018, dimana pelaksanaan penilaiannya dilaksanakan pada tahun 2017.

Hingga akhir Tahun 2017, tingkat kesesuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaannya adalah 98 persen. Nilai tersebut dihitung berdasarkan 95 kegiatan yang terdapat pada Trilateral Meeting TA 2017 sedangkan yang terdapat pada rencana kegiatan Kementerian pada tahun 2017 adalah sebanyak 94 kegiatan. Berdasarkan Trilateral Meeting yang dilaksanakan pada tahun 2017, Kementerian Perindustrian sesuai Trilateral Meeting dengan Bappenas, dan Kementerian Keuangan memiliki 55 kegiatan prioritas, sedangkan pada RKA-KL Kementerian Perindustrian pada tahun 2018 hanya terdapat 54 kegiatan prioritas. Capaian indikator tingkat kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen trilateral meeting adalah 98%.Target ini dicapai melalui beberapa tahap kegiatan seperti penilaian dan reviu program/kegiatan.

Berdasarkan capaian dari tahun 2015-2017 yang terus meningkat, diproyeksikan target pada Renstra sampai dengan 2019 dapat tercapai dengan kegiatan-kegiatan yang mendukung pencapaian kinerja ini antara lain adalahpenyempurnaan dokumen perencanaan, danmenyusun Perencanaan Jangka Panjang, Menengah dan Pendek.

(2) Persentase anggaran Kementerian Perindustrian yang masuk dalam Catatan Halaman IV Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau persentase anggaran Kementerian Perindustrian yang dibintangi akibat kesalahan dalam perencanaan. Dalam rangka peningkatan kualitas perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan industri maka perlu dilakukan berbagai upaya untuk mencapainya, antara lain penyusunan, penelitian serta pelaksanaan finalisasi program dan kegiatan sehingga dapat mendeteksi program dan kegiatan yang tidak sesuai dari awal. Penyusunan rencana kerja yang baik dan benar dengan mengacu kepada arah kebijakan dan direktif presiden melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional diharapkan dapat

(26)

meminimalisir blokir anggaran. Indikator ini dihitung berdasarkan persentase dari anggaran tahun 2018 yang diblokir dibagi total pagu Kementerian Perindustrian. Pemblokiran anggaran menjadi salah satu penyebab tidak maksimalnya penyerapan anggaran. Oleh karena itu, pencapaian target ini didukung oleh berbagai program kegiatan seperti penyempurnaan sistem penganggaran. Program ini merupakan kegiatan yang dilakukan dalam upaya menganalisis, mengevaluasi, memperbaiki serta menyusun perencanaan penganggaran. Penyempurnaan sistem penganggaran ini mencakup peningkatan kualitas koordinasi dan jejaring yang dilaksanakan melalui rapat kerja serta rapat koordinasi dalam penyusunan rencana penganggaran.

Pada tahun 2017, Sekretariat Jenderal melalui Biro Perencanaan telah melaksanakan penelitian dan reviu RKA-K/L TA 2018 dan RKA-K/L RAPBN-P TA 2017 yang diikuti oleh setiap unit kerja di Lingkungan Kementerian Perindustrian. Disamping itu juga dilaksanakan rapat pembahasan penghematan dan pemotongan anggaran belanja Kementerian Perindustrian TA 2017.Target sasaran strategis ini adalah 10 persen. Realisasi untuk indikator ini adalah 5.03 persen sehingga capaian indikator ini setelah dihitung hingga akhir tahun 2017 adalah 198,8 persen. Upaya pencapaian realisasi antara untuk indikator kinerja ini dilakukan melalui 1) Menyusun RKA-KL RAPBN Tahun 2018; 2) Penelaahan dan reviu RKAKL RAPBN Tahun 2018 dan 3) Penelaahan ADIK Tahun 2018.

Anggaran Kementerian Perindustrian pada tahun 2018 sebesar Rp. 2.827.854.207.000 dan anggaran yang bintangi akibat kesalahan dalam perencanaan sebesar Rp. 142.140.962.000 (5.03%). Target ini dapat dicapai melalui kegiatan penelitian dan reviu RKA-K/L TA 2018. Beberapa penyebab anggaran masuk dalam Catatan Halam IV DIPA atau dibintangi akibat kesalahan dalam perencanaan, antara lain data dukung yang kurang lengkap, proporsi anggaran yang kurang tepat, penelahaan dilakukan secara online dan waktu yang singkat, mengakibatkan penjelasan pada waktu pendalaman terhadap kegiatan-kegiatan yang disampaikanbelum maksimal, serta adanya Inpres No.4 tahun 2017, yang mengatur bahwa belanja barang pada tahun 2018 tidak boleh melebihi belanja barang tahun 2017. Dengan melihat capaian selama tahun 2015-2017 dan masukan terhadap perencanaan, target sampai dengan 2019 diharapkan dapat tercapai.

(27)

(3) Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kementerian Perindustrian. Predikat ini diperoleh dari hasil evaluasi akuntabilitas kinerja atas implementasi SAKIP Tahun 2016/2017 di Kementerian Perindustrian yang dilaksanakan oleh tim auditor Kementerian PAN dan RB. Terdapat 5 (lima) aspek yang dinilai dalam evaluasi SAKIP, yaitu sebagai berikut.

• Aspek perencanaan, komponen-kompenen yang dievaluasi antara lain: (1) perencanaan strategis; (2) perencanaan kinerja; (3) penetapan kinerja; dan keterpaduan serta keselarasan diantara subkomponen tersebut.

• Aspek pengukuran kinerja, komponen-komponen yang dievaluasi adalah: (1) indikator kinerja secara umum dan indikator kinerja utama (IKU), (2) pengukuran,serta (3) analisis hasil pengukuran kinerja.

• Aspek pelaporan kinerja, yang dinilai adalah ketaatan pelaporan, pengungkapan dan penyajian, serta pemanfaatan informasi kinerja guna perbaikan kinerja. • Aspek evaluasi kinerja, yang dinilai adalah pelaksanaan evaluasi kinerja dan

pemanfaatan hasil evaluasi. • Capaian kinerja.

Dalam rangka peningkatan capaian indikator ini juga telah dilaksanakan kegiatan penilaian kinerja unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian, dimana salah satu komponen penilaiannya adalah implementasi SAKIP dengan indikator penilaian komponen ini adalah nilai hasil evaluasi akuntabilitas kinerja (SAKIP).

Target nilai SAKIP Kementerian Perindustrian tahun 2016/2017 ini adalah dengan nilai 76, yang didapatkan melalui assessment oleh Kementerian PAN dan RB. Adapun nilai SAKIP Kementerian Perindustrian Tahun 2016 di tahun 2017 setelah melewati proses penilaian oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menghasilkan nilai 76,34. Ini berarti capaian kinerja untuk tahun 2017 adalah 100,45 persen.Kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka mencapai target nilai SAKIP tersebut antara lain adalah diseminasi SAKIP, workshop Penyiapan Dokumen Akuntabilitas Kinerja, dan pelaksanaanReviu atau Evaluasi SAKIP Kemenperin.Dengan melihat capaian selama tahun 2015-2017 dan masukan terhadap perencanaan, target sampai dengan 2019 diharapkan dapat tercapai.

(28)

b. Layanan administrasi yang profesional dan akuntabel.

Sasaran strategis Sekretariat Jenderal tahun 2017 berupa layanan admistrasi yang professional dan akuntabel dengan capaian indikator sebagai berikut:

Tabel 3.6.Capaian Sasaran Strategis Layanan Administrasi yang Profesional dan Akuntabel

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Satuan

2015 2016 2017 2018 2019 T R C T R C T R C T T Layanan administras i yang profesional dan akuntabel Tingkat akuntabilitas laporan keuangan dan BMN Nilai Capaian Standar Tertinggi 100 Capaian Standar Tertinggi 100 Capaian Standar Tertinggi 100 Capaian Standar Tertinggi Persentase nilai BMN Kementerian Perindustrian yang ditetapkan status penggunaannya Persen Belum Dijadikan IK 10 16.5 11 11 26,56 241,45 12 13

Nilai hasil audit

kearsipan Nilai Belum Dijadikan IK Belum Dijadikan IK 70 70 100 75 80

Persentase pemberitaan negatif sektor industri

Persen Belum Dijadikan

IK 9 0.1 9000 8 0.6 1333,33 7 6

Terdapat 4 (empat) Indikator Kinerja pada sasaran strategis layanan administrasi yang profesional dan akuntabel ini. Realisasi antara dari masing-masing IK adalah sebagai berikut:

(1) Tingkat Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN merupakan tingkat kualitas laporan keuangan dan BMN yang dipublikasikan oleh Kementerian Keuangan. Hasil publikasi oleh Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa tingkat akuntabilitas laporan keuangan dan BMN Kementerian Perindustrian memperoleh capaian standar tertinggi.

Untuk mencapai sasaran tersebut, layanan laporan keuangan Sekretariat Jenderal melalui Biro Keuangan telah melakukan pembinaan dan monitoring Laporan Keuangan dan BMN Kementerian Perindustrian serta Penataan Tertib Administrasi dan Pengelolaan Barang Milik Negara secara terus menerus. Biro Keuangan juga melakukan kordinasi danpenyusunan Laporan Keuangan dan BMN baik tingkat Eselon I Sekretariat Jenderal, maupun tingkat Kementerian.

Capaian Standar Tertinggi diberikan kepada Kementerian/Lembaga yang berhasil menyajikan Laporan Keuangan dengan kualitas opini Wajar Tanpa Pengecualian. Untuk tahun 2017, Biro Keuangan telah menerima penghargaan Capaian Standar Tertinggi untuk Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian Tahun 2016. Kementerian Perindustrian yang telah mendapatkan opini Wajar Tanpa

(29)

x 100% x 100%

Pengecualian (WTP) selama 9 kali berturut-turut sejak tahun 2008 juga mendapatkan predikat Capaian Standar Tertinggi sebanyak 3 kali.

Realisasi kinerja dari indikator ini sampai akhir tahun 2017 adalah capaian standar atas tingkat akuntabilitas laporan keuangan dan BMN. Sehingga capaian kinerja untuk indikator ini adalah 100 persen. Kegiatan yang dilakukan dalam mendukung indikator kinerja tersebut adalah dengan melakukan penyusunan laporan keuangan dan BMN Tahun 2017 tingkat Sekretariat Jenderal dan Kementerian serta dengan melakukan finalisasi penilaian laporan keuangan Satker di lingkungan Kemenperin. Tingkat akuntabilitas laporan keuangan dan BMN dengan target nilai capaian standar tertinggi dan tercapai 100%. Berdasarkan target yang tercapai selama tahun 2015-2017, diharapkan sampai dengan tahun 2019, Kementerian Perindustrian terus mempertahankan kinerja sehingga target Capaian Standar Tertinggi untuk Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian dapat tercapai.

(2) Persentase nilai BMN Kementerian Perindustrian yang ditetapkan status penggunaannya. Indikator ini menunjukkan tingkat ketertiban administrasi pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Perindustrian, dengan target 11%. Realisasi kinerja dari indikator ini dilihat melalui persentase nilai penetapan status penggunaan BMN. Nilai persentase diperoleh melalui perbandingan nilai BMN yang telah ditetapkan statusnya dengan nilai sisa BMN yang belum ditetapkan statusnya. Realisasi capaian IK ini adalah 26,56 persen dari target sebesar 11 persen. Sehingga capaian kinerja untuk indikator ini adalah 241,45 persen. Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, irigasi, jaringan, aset tetap lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan (PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah). Data aset tetap yang belum ditetapkan statusnya per 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp. 4.999.671.582.269,-.

Realisasi = Σ Nilai BMN yang telah ditetapkan statusnya

Σ Nilai Sisa BMN yang belum ditetapkan statusnya

= Rp. 1.328.211.193.743 Rp. 4.999.671.582.269 = 26,56%

Realisasi Penetapan Status penggunaan BMN Kementerian Perindustrian per Desember 2017 adalah sebesar Rp. 1.328.211.193.743,- dari total aset yang belum ditetapkan statusnya sebesar Rp. 4.999.671.582.269,- atau sebesar 26,56% dengan rincian:

(30)

1. Penetapan Status Penggunaan BMN yang telah ditetapkan Pengguna Barang sebesar Rp. 148.180.602.217,-

2. Penetapan Status Penggunaan BMN yang telah ditetapkan Pengelola Barang sebesar Rp. 1.180.030.591.526,-

Capaian indikator kinerja ini adalah sebesar 241,45% dari target yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan beberapa hal antara lain :

1. Adanya penyelesaian Penetapan Status Penggunaan (PSP) gedung dan bangunan yang sebelumnya diprediksi tidak selesai pada tahun 2017. Hal ini tidak terlepas dari koordinasi yang dilakukan Biro Keuangan serta kecepatan Kementerian Keuangan dalam memproses PSP yang diusulkan Kementerian Perindustrian.

2. Pelaksanaan sosialiasi serta monitoring terkait pemanfaatan BMN guna meningkatkan kesadaran satuan kerja untuk mengusulkan penggunaan status aset yang dimiliki. Sehingga satker/unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian lebih giat dalam pengusulan PSP.

3. Pemutakhiran data BMN Kementerian Perindustrian yang telah ditetapkan status penggunaannya sehingga Biro Keuangan dapat memetakan potensi PSP di ingkungan Kementerian Perindustrian.

Kegiatan yang telah dilaksanakan dalam mendukung capaian meliputi

• Penatausahaan penggunaan, pemanfaatan,pemindahtanganan dan penghapusan BMN di lingkungan Kemenperin;

• Monitoring data penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan dan penghapusan BMN di lingkungan Kemenperin;

• Sosialisasi aplikasi SIMAK BMN dan e-BMN.

Berdasarkan capaian tahun 2015-2017 yang menunjukkansemakin banyak BMN yang sudah ditetapkan status penggunaannya, target sampai dengan tahun 2019 diharapkan dapat terus tercapai. Target persentase nilai BMN Kementerian Perindustrian yang ditetapkan status penggunaannya meningkat pada tahun 2018 adalah 12 persen dan pada tahun 2019 adalah sebesar 13 persen.

(3) Nilai hasil audit kearsipan. Realisasi dari indikator kinerja ini sampai dengan akhir tahun 2017 adalah 70 persen sama dengan target kinerja yang direncanakan yaitu 70 persen sehingga capaian kinerja untuk IK ini adalah 100 persen. Realisasi antara

(31)

untuk capaian IK ini dilakukan dengan pelaksanaan bimbingan teknis pembinaan dan pengawasan tata kelola arsip di masing-masing satker. Indikator nilai hasil audit kearsipan dengan nilai hasil audit kearsipan yang dilakukan oleh ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) diperoleh nilai 70. Berdasarkan rekomendasi hasil audit, aspek yang masih perlu ditingkatkan utamanya adalah aspek penyusutan arsip, bahwa masih terdapat unit kerja yang belum melaksanakan pemindahan arsip inaktif kepada Unit Kearsipan I (Biro Umum). Selain itu, pada aspek kelembagaan, perlu dibuat pengaturan Unit Kearsipan (UK) berjenjang, mulai dari UK I sampai dengan UK III, serta mengingat rentang kendali organisasi yang cukup besar, perlu penggantian struktur organisasi kearsipan menjadi Bagian Arsip, terdiri dari : (a) Sub Bagian Persuratan, (b) Sub Bagian Pengelolaan Arsip Inaktif, dan (c) Sub Bagian Pembinaan dan Pengawasan Kearsipan.

Target kinerja dari indikator ini terus meningkat pada tahun 2018 dan 2019 yaitu 75 persen dan 80 persen. Dengan menindaklanjuti hasil audit oleh ANRI diharapkandapat meningkatkan tata kelola arsip di masing-masing satker sehingga target yang ditetapkan dapat dicapai.

(4) Persentase pemberitaan negatif sektor industri. Indikator ini merupakan penilaian terhadap kinerja dari pemberitaan yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal melalui Biro Hubungan Masyarakat. Pengukuran dilakukan dengan melakukan monitor terhadap pemberitaan oleh media massa tentang Kementerian Perindustrian. Realisasi capaian indikator kinerja ini dapat tercapai dengan melakukan 1) Monitoring dan Analisa Berita Sektor Industri; 2) Pembuatan Kumpulan Sektor Industri; 3) Pemberitaan di Media Online; 4) Koordinasi Pemberitaan Sektor Industri; 5) Diskusi Pimpinan dengan Media Massa dan6) Publikasi Kinerja Industril di Media Massa.Tahun 2017, Sekretariat Jenderal menetapkan target untuk indikator ini sebesar 8 % Pemberitaan negatif Sektor Industri di Media Massa. Maksud dari indikator ini adalah pemberitaan negatif yang dimuat di media massa terkait dengan kinerja KementerianPerindustriantidak boleh melampaui 8 % dari total pemberitaan. Persentase berita negatif merupakan penilaian terhadap kinerja dari pemberitaan yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal melalui Biro Hubungan Masyarakat.Pengukuran dilakukan dengan melakukan monitoring terhadap pemberitaan di media massa tentang berita-berita kinerja Kementerian Perindustrian selama1 (satu) tahun. Total pemberitaan tahun 2017 sebanyak 31.058

(32)

artikel di berbagai media massa.Adapun jenis media yang dilakukan monitoring oleh Sekretariat Jenderal melalui Biro Hubungan Masyarakat antara lain:

Tabel 3.7.Pemberitaan Sektor Industri di Media Massa

No Kategori Media Total Pemberitaan

1 Internet 13.831 2 Majalah 186 3 Koran Nasional 13.293 4 Koran Lokal 2.806 5 Televisi 937 6 Radio 5 Gambar 3.1.

Berdasarkan data diatas artikel terkait industri paling banyak muncul di media internet dan koran nasional, ini disebabkan cepatnya penyebaran berita/informasi di dunia digital. Terjadinya pergeseran penggunaan media dari cetak ke digital dan banyaknya media digital yang berkembang di Indonesia. Untuk pemberitaan koran nasional disebabkan dekatnya lokasi akses informasi dengan pusat media. Akses informasi ini maksdunya lokasi kantor pusat Kementerian Perindustrian dengan kantor pusat koran-koran nasional.

(33)

Selama tahun 2017. banyak topik terkait sektor industri yang di bahas di berbagai media massa. Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian melalui Biro Hubungan Masyarakat melakukan pemetaan dan membuat ranking 15 isu yang paling banyak di bahas. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 3.2.

Berdasarkan data pada grafik diatas, dapat dilihat tahun 2017 isu/topik yang paling banyak mendapat perhatian adalah isu vokasi industri. Ini sejalan dengan banyaknya program dan kebijakan terkait vokasi industri yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian. Program dan kebijakan vokasi industri ini juga mendapat perhatian dari Presiden dengan ikut serta pada peluncuran dan link and match vokasi industri. Selain itu Wakil Presiden, Menteri Koordinator Perekonomian, Menteri Tenaga Kerja, Menteri Pendidikan juga ikut serta dalam beberapa pelaksanaan peluncuran dan link and match vokasi industri.

Tahun 2017, Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian melalui Biro Hubungan Masyarakat melakukan monitoring dan evaluasi pemberitaan dimedia massa dengan pembagian 3 jenis pemberitaan. Pemberitan positif, pemberitan netral dan pemberitaan negatif. Untuk lebih detailnya dapat dlihat pada grafik di bawah ini:

(34)

Gambar 3.3.

Melihat dari data tersebut pada tahun 2017 persentase berita negatif mengenai Kementerian Perindustrian hanya sebesar 0.6 % atau 171 artikel dari 31.058 artikel. Pada Renstra Sekretariat Jenderal, pada tahun 2018 dan 2019 indikator ini adalah 7 persen dan6 persen. Hal ini menunjukkan Sekretariat Jenderal melalui Biro Humas terus berusahadan melakukan strategi yang lebih baik agar pemberitaan negatif Kementerian Perindustrian dapat semakin menurun. Berdasarkan capaian sampai dengan tahun 2017, diharapkan target 2018 dan 2019 dapat terus tercapai.

c. Layanan hukum dan organisasi yang andal

Terdapat 3 (tiga) indikator kinerja pada sasaran strategis layanan hukum dan organisasi, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.8.

Capaian Sasaran Strategis Layanan Hukum dan Organisasi yang Andal

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Satuan

2015 2016 2017 2018 2019 T R C T R C T R C T T Layanan hukum dan organisasi yang andal Persentase peraturan perundang-undangan bidang industri yang diundangkan Persen Belum Dijadikan IK 95 73,17 95 95 95,65 100.68 95 100 Persentase kasus hukum yang diselesaikan Persen Belum

Dijadikan IK Belum Dijadikan IK 80 83.33 104.16 90 95

Tingkat efektivitas organisasi

Kementerian

Persen Belum

(35)

(1) Persentase peraturan perundang-undangan bidang industri yang diundangkan, dengan target sebesar 95 persen. Persentase ini didapatkan dengan menghitung perbandingan antara peraturan Menteri Perindustrian yang ditetapkan dengan yang diundangkan. Realisasi pada tahun 2017 adalah 95,65 atau lebih tinggi dari target yang direncanakan sehingga capaian untuk indikator ini adalah 100,68 persen. Pada tahun 2017, Biro Hukum dan Organisasi telah mengundangkan 44 Peraturan Menteri Perindustrian dari 46 Peraturan Menteri Perindustrian yang ditetapkan, 2 (dua) Peraturan Menteri tersebut adalah Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 03/M-IND/PER/1/2017 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Berbasis Kompetensi yang Link And Match Dengan Industri dan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 37/M-IND/PER/10/2017 tentang Pencabutan Peraturan Menteri Perindustrian No.64/M-IND/PER/8/2015 tentang Pendelegasian Kewenangan Menteri Perindustrian Selaku Pengguna Barang Kepada Pejabat Struktural Di Lingkungan Kementerian Perindustrian Dalam Rangka Administrasi Pengelolaan Barang Milik Negara Kementerian Perindustrian.

Berdasarkan capaian sampai tahun 2017, diharapkan target pada Renstra Sekretariat Jenderal terkaitpersentase peraturan perundang-undangan bidang industri yang diundangkansampai dengan tahun 2019 dapat terus tercapai.

(2) Persentase kasus hukum yang diselesaikan. Indikator ini dihitung berdasarkan permintaan konsultasi dan advokasi hukum yang terlayani. Realisasi kinerja untuk indikator ini didapatkan dengan menghitung perbandingan antara kasus hukum yang ditangani dengan yang diselesaikan Sampai akhir tahun 2017, kasus hukum yang bisa diselesaikan adalah 83,3 persen dari seluruh kasus yang ditangani. Sehingga capaian untuk indikator ini adalah sebesar 104.16 persen.

Pada tahun 2017, Biro Hukum dan Organisasi melayani permintaan konsultasi dan advokasi hukum terhadap 6 pendampingan permasalahan hukum dan 1 kasus Litigasi yang terselesaikan, namun ada 1 kasus litigasi yang belum selesai dikarenakan menunggu proses putusan dari pengadilan.

Rincian kasus tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pendampingan PT Barata Indonesia

2) Pendampingan CV Supra Ideal 3) Pendampingan PT Gunung Raja Paksi

(36)

4) Pendampingan Pengusaha Perorangan 5) PT Indo Bharat Rayon

6) Perkara Peninjauan Kembali atas Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomo 3520/K/PDT/2015

7) Perkara Banding atas Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor 57/Pdt.G/2014/PN.Jkt.Tim

Berdasarkan capaian sampai tahun 2017, diharapkan target pada Renstra Sekretariat Jenderal terkait persentase kasus hukum yang diselesaikan sampai dengan tahun 2019 dapat terus tercapai.

(3) Tingkat efektivitas organisasi Kementerian, dengan target sebesar80 persen. Kinerja dari indikator ini dihitung dengan melakukan perbandingan antara perkerjaan tugas pokok dan fungsi dengan perkerjaan non tugas pokok dan fungsi yang dilaporkan pegawai di laporan kinerja harian. Realisasi kinerja tahun 2017 untuk indikator ini adalah 80,5 persen sehingga capaian untuk indikator ini adalah 100,64 persen.

Tingkat efektivitas organisasi Kementerian Perindustrian dihitung berdasarkan perbandingan presentase tugas dan fungsi dengan tugas non tugas dan fungsi dari setiap pegawai di Kementerian Perindustrian yang diiisi melalui aplikasi kinerja di intranet.kemenperin.go.id. Kemudian data tersebut diolah menjadi data tingkat efektivitas organisasi Kementerian.

Untuk indikator tingkat efektivitas organisasi Kementerian, target pada tahun 2018 meningkat menjadi 85 persen dan 90 persen pada tahun 2019. Berdasarkan capaian sampai tahun 2017, diharapkan target pada Renstra Sekretariat Jenderal terkait persentase kasus hukum yang diselesaikan sampai dengan tahun 2019 dapat terus tercapai.

(37)

d. Tata kelola Barang Milik Negara (BMN) Kementerian yang efektif dan efisien

Terdapat 2 (dua) Indikator Kinerja pada sasaran strategis ini, yaitu sebagai berikut: Tabel 3.9.Capaian Sasaran Strategis Tata kelola Barang Milik Negara (BMN) Kementerian

yang Efektif dan Efisien

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Satuan

2015 2016 2017 2018 2019 T R C T R C T R C T T Tata kelola Barang Milik Negara (BMN) Kementerian yang efektif dan efisien Persentase sarana-prasarana yang dapat dimanfaatkan

Persen Belum Dijadikan

IK 95 92.5 97.36 95 95 100% 95 95

Persentase penurunan konsumsi energi

Persen Belum Dijadikan

IK 10 6.53 65.30% 7 7,06 100.86% 7.5 8

(1) Persentase sarana-prasarana yang dapat dimanfaatkan. Capaian IK ini berkaitan dengan kegiatan perawatan/pemeliharaan/perbaikan gedung/bangunan dan utilitas (peralatan) gedung. Realisasi kinerja dari indikator ini didapatkan dengan membandingkan sarana-prasarana yg ada dengan sarana-prasarana yang dapat dimanfaatkan. Apabila sedang ada kerusakan/permasalahan dan sedang dalam perbaikan, maka artinya sarpras tersebut tidak dapat dimanfaatkan. Sampai dengan akhir tahun 2017, realisasi kinerja dari indikator ini adalah 94 persen, yang lebih rendah dari target kinerja untuk indikator ini. Tidak tercapainya target kinerja yang ditetapkan dikarenakan ada perbaikan yang membutuhkan waktu lebih lama dari yang seharusnya, seperti penggantian suku cadang lift yang menggunakan sistem "indent" sehingga harus menunggu ketersediaan suku cadang tersebut. Penilaian dilakukan terhadap sarana dan prasarana yang terdiri dari gedung/bangunan dan utilitas (peralatan), kemudian pada setiap sarana prasarana tersebut diberi bobot nilai sesuai dengan intensitas dan frekuensi penggunaan sebagai berikut:

Tabel 3.10.Pembobotan Pengukuran Persentase Sarana-Prasarana Yang Dapat Dimanfaatkan

No. Sarana Prasarana Bobot Nilai

1. Gedung dan Bangunan 50%

a) Gedung Kantor 70%

b) Rumah Dinas/Jabatan 10%

c) Bangunan Lainnya 20%

2. Peralatan dan Mesin 50%

a) Sistem Tata Udara 25%

b) Sistem Kelistrikan 20%

c) Sistem Transportasi Dalam Gedung (Lift) 25% d) Sistem Distribusi Air Bersih dan Air Kotor 10% e) Sistem Telekomunikasi dan Sound System 10%

f) Sistem Pencegah Kebakaran 5%

(38)

Berdasarkan capaian sampai tahun 2017, diharapkan target pada Renstra Sekretariat Jenderal terkait persentase sarana-prasarana yang dapat dimanfaatkan sampai dengan tahun 2019 dapat terus tercapai.

(2) Persentase penurunan konsumsi energi. Indikator ini dihitung berdasarkan efisiensi penggunaan energi (khususnya energi listrik) di kantor pusat Kementerian Perindustrian.Indikator ini merupakan perbandingan konsumsi energi (listrik) gedung kantor pusat dengan tahun sebelumnya.Sampai dengan akhir tahun 2017 realisasi untuk indikator kinerja ini adalah 7,06 persen atau lebih tinggi dari target indikator ini yaitu 7 persen, yang dilakukan dengan melaksanakan kegiatan yang sama yaitu 1) Menyusun Peraturan Pedoman Penghematan Energi dan 2) Menyusun Tim Gugus Tugas Penghematan Energi dan Air.Perhitungan penurunan konsumsi energi dibandingkan dengan konsumsi energi tahun sebelumnya. Hasil penurunan energi sebesar 7,06% sudah tercapai dengan target yang telah ditetapkan yakni 7%.

Berdasarkan rekomendasi hasil audit energi yang telah dilakukan oleh Kementerian ESDM bahwa terdapat utilitas (peralatan) yang performanya telah menurun di antaranya perlu penggantian mesin Chiller Unit No. 4, penggantian Cooling Tower, serta pemasangan Inverter pada AHU di setiap lantai gedung kantor pusat.

Beberapa hal yang akan dilakukan oleh Sekretariat Jenderal melalui Biro Umum adalah:

1. Pemasangan inverter AHU (Air Handling Unit) di setiap lantai; 2. Perbaikan filler dan nozzle Cooling Tower;

3. Penggantian Chiller unit No. 4;

4. Pemasangan kWh meter setiap lantai untuk mengontrol konsumsi listrik tiap lantai.

Berdasarkan capaian sampai tahun 2017, diharapkan target pada Renstra Sekretariat Jenderal terkait persentase penurunan konsumsi energi sampai dengan tahun 2019 dapat terus tercapai.

Gambar

Tabel	2.1	Perjanjian	Kinerja	Sekretariat	Jenderal	Tahun	2017
Tabel	2.2.	Alokasi	Anggaran	Sekretariat	Jenderal	AwalTahun	2017
Tabel 3.6.Capaian Sasaran Strategis Layanan Administrasi yang Profesional dan Akuntabel
Tabel	3.7.Pemberitaan	Sektor	Industri	di	Media	Massa
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian Iskandar (2003), menunjukkan bahwa ekstrak etanol rumput laut jenis Eucheuma cottonii yang memiliki kandungan flavonoid mempunyai

Temuan penelitian prinsip kerja sama (maksim) dalam percakapan anak usia prasekolah adalah anak menunjukkan bahwa dalam berkomunikasi kurang mematuhi aturan kerja sama

Berdasarkan  hal-hal  yang  telah  diuraikan  di atas, dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu apakah penggunaan  Flash SWiSHmax  sebagai media 

(2)Dalam hal ada suatu bidang tanah sudah diterbitkan Sertipikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara

Dari survei ini diharapkan diperoleh penilaian berdasarkan persepsi masyarakat yang menggu- nakan ketiga jenis layanan di sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dasar..

Kegiatan pada tahap STAD merupakan kegiatan penting yaitu siswa bekerja dalam kelompok dan setiap anggota kelompok diberi LKS. Kegiatan selanjutnya adalah peneliti

infrastruktur berupaperalatan yang diperlukan guna pencapaian tujuan penyelenggaraan SPIP selama infrastruktur tersebut merupakan infrastruktur yang unik berkaitan

Setting yang baru didapatkan dengan cara mengumpulkan beberapa parameter seperti sumber pembangkit, trafo dan konduktor yang digunakan pada line transmisi yang kita