• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Remaja

a. Pengertian

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Bangsa primitif, demikian pula orang-orang zaman purbakala, memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.

Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. (Hurlock,1990, p.206)

Monk (Monks & Knoers, 2002, pp. 258-259) menerangkan bahwa dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus, namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Anak remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi fisik maupun psikisnya.

Mendukung pendapat Monk dan Hurlock, Calon (Monks & Knoers, 2002, p.260) menyatakan bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau perlaihan karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status kanak-kanak.

Meskipun antara masa kanak-kanak dan masa remaja tidak terdapat batas-batas yang jelas, namun nampak adanya suatu gejala yang tiba-tiba dalam permulaan masa remaja: yaitu gejala timbulnya seksualitas (genital), hingga masa remaja ini atau setidak-tidaknya permulaan masa tersebut juga

(2)

disebut sebagai masa pubertas (Monks & Knoers, 2002, p.262)

Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Kata pubertas berasal dari kata latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata ini lebih menunjuk pada perubahan fisik daripada perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu memberikan keturunan (Hurlock, 1990, p.184).

Monk mengemukakan bahwa pubertas datang dari kata puber (yaitu Pubescent). Kata lain Pubescere yang berarti mendapatkan pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. Bila selanjutnya dipakai istilah puber, maka yang dimaksudkan adalah remaja sekitar masa pemasakan seksual (Monks & Knoers, 2002, p. 263).

a. Pembatasan Usia Remaja

Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Menurut Hurlock (1990, p. 205) secara umum masa remaja dibagi dmenjadi dua bagian yaitu remaja awal dan remaja akhir. Garis pemisah antara awal masa remaja dan akhir masa remaja terletak kira-kira di sekitar usia tujuh belas tahun. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas atau tujuh belas tahun dan akhir masa remaja bermula dari usia enam belas atau tujuh belas tahun sampai delapan belas tahun. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode tersingkat.

Tak jauh berbeda dengan itu Monk (Monks & Knoers, 2002, p. 262) mengatakan bahwa perkembangan masa remaja secara global berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir. Sedangkan pada umumnya masa pubertas terjadi antara 12-16 tahun pada anak laki-laki dan 11-15 tahun pada anak wanita (Monks & Knoers, 2002, p. 263; Hurlock, 1990, p. 185)

(3)

Depkes RI adalah antara 10-19 tahun dan belum kawin. Sedangkan menurut BKKBN adalah 10-19 tahun (Widiastuti,dkk., 2009, p. 11).

b. Perkembangan pada Masa Remaja

Menurut Widiastuti (2009, pp. 11-12) berdasarkan sifat atau ciri-ciri perkembangan masa (rentang waktu) remaja ada tiga yaitu:

1) Masa Remaja Awal (10-12 tahun):

a) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. b) Tampak dan merasa ingin bebas.

c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

2) Masa Remaja Tengah (13-15 tahun) :

a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.

b) Ada keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis. c) Timbul perasaan cinta yang mendalam.

d) Kemampuan berpikir abstrak (mengkhayal) makin berkembang.

e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seks. 3) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun) :

a) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya

d) Dapat mewujudkan perasaan cinta.

e) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

Secara garis besar perkembangan masa remaja meliputi tiga aspek utama yaitu : perkembangan fisik, perkembangan emosional, dan perkembangan psikososial.

1) Perkembangan Fisik

Pertumbuhan fisik masih jauh dari sempurna pada saat masa pubertas berakhir, dan jelas belum sepenuhnya sempurna pada akhir awal masa remaja. Terdapat penurunan dalam laju pertumbuhan eksternal dan perkembangan internal yang lebih menonjol (Hurlock, 1990, p. 210).

(4)

puber adalah perubahan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Peningkatan tinggi badan yang terbesar terjadi setelah satu tahun sesudah dimulainya masa puber. Sesudahnya pertumbuhan menurun dan berlangsung lambat sampai usia 20 atau 21 tahun. Karena periode pertumbuhan yang lebih lama, anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan pada saat sudah matang.

Pertambahan berat tidak hanya karena lemak, tetapi juga karena tulang dan jaringan otot yang bertambah besar. Pertambahan berat yang paling besar pada anak perempuan terjadi sesaat sebelum dan sesudah haid. Setelah itu pertambahan berat hanya sedikit. Antara umur 10 dan 12, disekitar permulaan terjadinya pertumbuhan pesat, anak cenderung menumpuk lemak di perut, disekitar putting susu, di pinggul dan paha, di pipi, leher, dan rahang.

Perubahan fisik pokok yang kedua adalah perubahan proporsi tubuh. Daerah-daerah tubuh yang tadinya terlampau kecil, sekarang menjadi terlampau besar karena kematangan tercapai lebih cepat di daerah-daerah tubuh yang lain. Ini tampak jelas pada hidung, kaki, dan tangan.

Perkembangan fisik utama yang lain adalah menyangkut perkembangan seksual. Pertumbuhan organ-organ genital yang ada baik di dalam maupun di luar badan sangat menentukan bagi perkembangan tingkah laku seksual selanjutnya. Istilah tanda-tanda kelamin primer menunjuk pada organ badan yang langsung berhubungan dengan persetubuhan atau proses reproduksi. Pada anak wanita hal ini adalah rahim dan saluran telur, vagina, bibir kemaluan, dan klitoris (Monks & Knoers, 2002, p. 269).

Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi pada anak perempuan menjadi matang adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari sampai mencapai menopause, pada akhir empat puluhan atau awal lima puluhan

(5)

tahun.

Periode haid umumnya terjadi pada jangka waktu yang sangat tidak teratur dan lamanya berbeda-beda pada tahun-tahun pertama. Periode ini dikenal sebagai tahap kemandulan remaja. Dalam tahap ini terjadi ovulasi atau pematangan dan pelepasan telur yang matang dari folikel dalam indung telur. Oleh karena itu, anak perempuan disebut mandul (sementara). Bahkan setelah mengalami beberapa periode haid, masih diragukan apakah mekanisme seks sudah cukup matang untuk pembuahan. Periode gemuk pada anak perempuan dalam masa puber, biasanya terjadi antara usia enam belas dan delapan belas tahun, bertepatan dengan periode kemandulan remaja. Pada saat ini terjadi pertumbuhan pesat dalam panjangnya uterus dan beratnya indung telur (Hurlock, 1990, p. 189).

Tanda-tanda kelamin sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan persetubuhan dan proses reproduksi, namum merupakan tanda-tanda yang khas perempuan dan khas laki-laki. Pertama kali yaitu rambut kemaluan, pada anak perempuan merupakan gambar segitiga dengan basis ke atas. Kemudian tanda kelamin sekunder yang paling penting pada wanita adalah tumbuhnya payudara dengan sedikit mencuatnya bagian putting susu. Hal ini terjadi pada usia antara 8-13 tahun. Baru pada stadium kemudian sebentar menjelang menarche maka jaringan pengikat disekitarnya mulai tumbuh hingga payudara mulai memperoleh bentuk yang dewasa (Monks & Knoers, 2002, p. 270- 272).

Perubahan fisik, khususnya perkembangan pada organ-organ reproduksi, bertanggung jawab atas munculnya dorongan seksual. Pemuasan dorongan seksual pada remaja dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus kurangnya pengetahuan yang benar tentang seksualitas. (Maulana, 2008, p. 14)

2) Perkembangan Emosional.

Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa diamana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Pertumbuhan pada tahun-tahun

(6)

awal masa puber terus berlangsung tetapi berjalan agak labat. Pertumbuhan yang terjadi terutama bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa puber. Oleh karena itu perlu dicari keterangan lain yang menjelaskan ketegangan emosi yang sangat khas pada usia ini.

Penjelasan diperoleh dari kondisi sosial yang mengelilingi remaja masa kini. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri menghadapi keadaan itu.

Meskipun emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan tampaknya irasional, tetapi pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional. Jadi, adanya badai dan tekanan pada periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja.

Remaja tidak lagi mengungkapkan marahnya dan dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan cara menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara keras mengeritik orang-orang yang menyebabkan amarah.

Anak laki-laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada akhir masa remaja tidak “meledakkan” emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk kematangan emosi yang lain adalah bahwa individu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang tidak matang.

Dengan demikian remaja mengabaikan banyak rangsangan yang tadinya dapat menimbulkan ledakan emosi. Akhirnya, remaja yang emosinya matang memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain, seperti dalam periode sebelumnya (Hurlock, 1990, pp. 212-213).

(7)

emosi yang terjadi pada diri remaja berupa kondisi :

a) Sensitif atau peka, misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya pada seorang remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.

b) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

c) Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua dan lebih senang pergi bersama temannya daripada tinggal di rumah.

3) Perkembangan Psikososial

Seorang anak pada masa adolensi awal ini harus berfungsi dalam tiga arena : keluarga, teman sebaya (peer group), dan sekolah. Dalam setiap arena terdapat suatu interaksi yang kompleks dari faktor-faktor penentu untuk dapat berfungsi dengan baik.

Di dalam keluarga perkembangan yang utama pada masa adolensi awal ini akan memulai ketidaktergantungan terhadap keluarga sehingga pada masa ini hubungan antar keluarga yang tadinya sangat erat tampak jelas terpecah. Seorang remaja dapat mempengaruhi kesinambungan dalam kehidupan keluarga, misalnya dengan menuntut privacy sehingga secara tidak langsung menyebabkan jarak antara dia dengan orang tuanya (Narendra,dkk, 2008, p. 158).

Anak remaja sebagai anak dalam perkembangannya menuju ke masa dewasa, mengalami suatu masa perlihan yang mencakup berbagai macam perubahan. Perubahan fisik memang jelas terlihat dari seluruh tubuhnya yang telah berubah, mengambil ukuran dan bentuk dewasa. Perubahan yang meliputi fisik, psikis, dan tingkah laku si remaja, terjadi begitu cepat sehingga orang tua sering tidak dapat mengikuti timbulnya setiap perubahan. Bagi orang tua yang dulu sudah biasa mengikuti jalan perkembangan anaknya dan turut aktif dalam pengarahannya, sekarang sudah tidak mudah untuk mengikuti perubahan-perubahan yang silih

(8)

berganti. Anak yang biasanya dapat dibimbing dengan tidak banyak kesulitan, tiba-tiba menunjukkan perlawanan terhadap bimbingan orang tua. Remaja berada dalam perubahan ke masa dewasa, akan berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan-ikatan orang tua (Gunarsa, 2003, pp. 77-78)

Dengan kelompok sebayanya biasanya remaja pada masa ini akan berkumpul dengan teman sejenis. Penerimaan untuk kelompok sebaya merupakan hal yang sangat penting, bisa mengikuti dan tidak beda dengan yang lain merupakan motif yang mendominasi sebagian besar perilaku sosial remaja. Persahabatan yang timbul pada masa ini lebih terpusat pada kegiatan bersama daripada hubungan perorangan. Setiap perbedaan dengan rata-rata teman sebanyanya akan menimbulkan kecemasan. Kecemasan sering juga timbul karena merasa tidak aman dalam berteman dan ketakutan akan ditolak dalam pergaulan. Walaupun dalam masa ini biasanya remaja berkelompok dengan teman-teman sejenis, tapi pada masa ini mulai terjadi eksistensi kearah pergaulan dengan lawan jenisnya dan dimulai pergaulan secara berpasang-pasangan (Narendra, 2008, p. 158).

Monk (Monks & Knoers, 2002, pp 276-277) menyatakan bahwa dalam perkembangan sosial remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak: satu yaitu memisahkan diri dari orang tua dan yang lain adalah menuju kearah teman-teman sebaya. Dalam keadaan sudah dewasa secara jasmaniah dan seksual remaja masih terbatas dalam kemungkinan-kemungkinan perkembangannya, mereka masih tinggal bersama dengan orang tua mereka dan merupakan bagian dari keluarga. Mereka secara ekonomi masih tergantung pada oang tua, kadang-kadang sampai jangka waktu yang lama. Mereka belum bisa kawin, hubungan seksual tidak diperkenankan sesuai dengan norma agama dan sosial, meskipun mereka sudah bisa mengadakan kencan-kencan dengan teman-teman lain jenis. Dalam keadaan ini dapatlah dimengerti bahwa mereka saling mencari teman sebaya karena mengerti bahwa mereka ada dalam nasib yang sama. Untuk pertama kalinya mereka merasa satu dan mereka saling mengisi.

(9)

Disamping itu untuk pertama kalinya mereka merasa jelas tertarik pada jenis yang lain. Hal ini memberikan penghayatan pada mereka yang belum pernah dikenalnya lebih dahulu dan yang mereka alami sekarang sebagai tanda-tanda status dewasa yang diinginkan.

Pardede (Narendra, 2008, p. 158) mengungkapkan bahwa ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi fungsi remaja di lingkungan sekolahnya. Beberapa peneliti menemukan bahwa perkembangan fisik pada masa pubertas yang sinkron dengan teman sebaya merupakan faktor yang penting dalam menyesuaikan diri di lingkungan sekolah.

2. Kesehatan Reproduksi a. Pengertian

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman (BKKBN, 2008).

Menurut Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, 1994 Kesehatan Reproduksi adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi (BKKBN, 2008).

Menurut FCI, 2000, kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan terbebas dan kehamilan yang tak dikehendaki, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS) ter-masuk HIV/AIDS, serta semua bentuk kekerasan dan pemaksaan seksual (Rohmawati,2008).

(10)

Kata “reproduksi” tersusun dari dua kata yakni kata “re” bermakna kembali dan kata “produksi” bermakna perangkat / alat yang digunakan sebagai cara membuat generasi / keturunan (Yuntaq3, 2009).

1) Organ Reproduksi perempuan

a) Organ Reproduksi Eksternal Perempuan (1) MonsVeneris

Bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada perempuan dewasa ditutup oleh rambut kemaluan.

(2) Klitoris

Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada laki-laki. Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga sangat sensitfpada saat hubungan seks.

(3) Labia Mayora (Bibir Besar)

Berasal dari mons veneris bentuknya lonjong menjurus ke bawah dan bersatu di bagian bawah. Bagian luar labia mayor terdiri dari kulit berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat, bagian dalamnya tidak berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian ini mengandung banyak ujung saraf sehingga sensitif saat berhubungan seks.

(4) Labia Minora ( Bibir Kecil)

Merupakan lipatan kecil di bagian dalam labia mayora. Bagian depannya mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh darah, sehingga dapat menjadi besar saat keinginan seks bertambah. Labia ini analog dengan kulit skrotum pada laki - laki. (5) Vestibulum

Bagian kelamin ini dibasahi oleh kedua labia kanan -kiri dan bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora. Pada bagian vestibulum terdapat, muara vagina (liang senggama), saluran kencing, kelenjar bartholini, dan kelenjar skene (kelenjar - kelenjar ini akan mengeluarkan cairan pada saat

(11)

permainan pendahuluan dalam hubungan seks sehingga memudahkan penetrasi penis).

(6) Himen (Selaput Dara)

Merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina luar. Pada umumnya himen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim). Pada saat hubungan seks pertama himen akan robek dan mengeluarkan darah. Setelah melahirkan himen merupakan tonjolan kecil yang disebut karunkule mirtiformis.

b) Organ Reproduksi Internal Perempuan (1) Vagina

Saluran musculo-membranasea (selaput otot) yang menghubungkan rahim dengan saluran luar, bagian ototnya berasal dari otot levator ani dan otot sfingter ani (otot dubur) sehingga dapat dikendalikan dan dilatih. Dinding depan vagina berukuran 9 cm dan dinding belakangnya 11 cm. Berfungsi sebagai jalan lahir bagian lunak, sebagai sarana hubungan seksual, saluran untuk mengalirkan lendir dan darah menstruasi.

(2) Rahim (Uterus)

Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak di panggul kecil diantara rektum ( bagian usus sebelum dubur ) dan di depannya terletak kandung kemih. Ruang rahim berbentuk segitiga, dengan bagian besamya diatas.

(3) Tuba Fallopii

Tuba fallopii berasal dari ujung ligamentum latum berjalan kearah lateral, dengan panjang sekitar 12 cm. Saluran ini bukan merupakan saluran lurus, tetapi mempunyai bagian yang lebar sehingga membedakannya menjadi empat bagian. Di ujungnya terbuka dan mempunyai fibriae, sehingga dapat menangkap ovum saat terjadi pelepasan ovum (telur). Saluran telur ini merupakan

(12)

saluran hasil konsepsi menuju rahim. Fungsi tuba fallopii sangat vital dalam proses kehamilan, yaitu menjadi saluran spermatozoa dan ovum, tempat terjadinya pembuahan, menjadi saluran dan tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu menanamkan diri pada endometrium.

(4) Indung Telur (Ovarium)

Terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke rahim oleh ligamentum ovarii proprium dan ke dinding panggul oleh ligamentum nifudibulo-pelvikum. Indung telur merupakan sumber hormon wanita yang paling utama. Saat lahir bayi perempuan mempunyai sel telur 750.000, umur 6-15 tahun sebanyak 439.000, umur 16-25 tahun sebanyak 159.000, umur 26-35 tahun sebanyak 59.000, umur 35-45 tahun sebanyak 34.000, dan masa menopause semua telur menghilang.

(5) Parametrium (Penyangga Rahim)

Merupakan lipatan peritonium dengan berbagai penebalan, yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul. Lipatan atasnya mengandung tuba fallopii dan ikut serta menyangga indung telur. Bagian ini sensitif terhadap infeksi sehingga mengganggu fungsinya (Manuaba, 1999, p. 42-56).

c. Menstruasi

Adalah perdarahan dari uterus yang keluar melalui vagina selama 5-7 hari, dan terjadi setiap 22 atau 35 hari. Yang merangsang menimbulkan menstruasi adalah hormon FSH dan LH, prolaktin dari daerah otak dan hormon estrogen serta progesteron dari sel telur yang dalam keseimbangannya menyebabkan selaput lendir rahim tumbuh dan apabila sudah ovulasi terjadi dan sel telur tidak dibuahi hormon estrogen dan progesteron menurun terjadilah pelepasan selaput lendir dengan perdarahan terjadilah menstruasi (Yuntaq3, 2009). Pada tiap siklus dikenal tiga masa utama, yaitu :

(13)

1) Masa haid, berlangsung selama 2-8 hari. Pada waktu itu endometrium dilepas, sedangkan pengeluaran honnon-hormon ovarium paling rendah (minimum).

2) Masa proliferasi, sampai hari ke-14. Pada waktu itu endometrium tmbuh kembali, disebut juga endometrium mengadakan proliferasi. Antara hari ke-12 dan ke-14 dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.

3) Masa sekresi, ketika itu korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesteron. Di bawah pengaruh progesteron ini, kelenjar endometrium yang tumbuh berkeluk-keluk mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini stroma endometrium berubah ke arah sel- sel desisua, terutama yang berada diseputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan adanya nidasi.

Proses terjadinya menstruasi, yaitu : pada tiap siklus menstruasi FSH (Follicle Stimulating Hormone) dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis yang menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium. Kemudian berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen mi menekan produksi FSH (Follicle Stimulating Hormone), sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan LH (Luteinising Hormone), dan menyebabkan folikel de graaf makin lama makin menjadi matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium yaitu menyebabkan endometrium tumbuh dan berproliferasi disebut dengan masa proliferasi (penebalan). Di bawah pengaruh LH (Luteinising Hormone) folikel de graaf menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium, dan kemudian terjadilah ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum di bawah pengaruh hormon-hormon LH dan LTH (Luteotropihc Hormone). Korpus luteum menghasilkan hormon progresteron. Progresteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjar berkeluk-keluk dan

(14)

bersekresi disebut dengan masa sekresi. Bila tidak ada pembuahan korpus luteum berdegenerasi dan ini menyebabkan estrogen dan progesteron menurun, sehingga menimbulkan efek arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Sesudah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik (Sarwono, 2005,p. 98-131).

d. Mimpi Basah

Ketika seseorang laki-laki memasuki masa pubertas, terjadi pematangan sperma didalam testis. Sperma yang telah diproduksi ini akan dikeluarkan melalui vas diferen kemudian berada dalam cairan mani yang diproduksi oleh kelenjar prostat. Air mani yang telah mengandung sperma ini akan keluar yang disebut ejakulasi. Ejakulasi yang tanpa rangsangan yang nyata disebut mimpi basah.

e. Penyakit Menular Seksual

Adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Akan beresiko tinggi apabila dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Baik laki-laki maupun perempuan bisa beresiko tertular penyakit kelamin. Perempuan beresiko lebih besar tertular karena bentuk alat reproduksinya lebih rentan terhadap PMS. Sayangnya, 50% dari perempuan yang tertular PMS tidak tahu bahwa ia sudah tertular.

PMS tidak dapat dicegah hanya dengan :

1) Membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual. 2) Minum jamu tradisional.

3) Minum obat antibiotik sebelum dan sesudah berhubungan seksual. PMS yang umum terdapat di Indonesia adalah :

1) Gonorrea

Kuman penyebabnya yaitu Neisseria Gonnorrhoeae. Masa inkubasi atau penyebaran kuman sekitar 2-10 hari setelah hubungan seks. Tanda-tandanya : nyeri pada saat kencing, merah, bengkak dan bernanah pada alat kelamin. Komplikasi yang timbul adalah infeksi radang pangguni, mandul, menimbulkan kebutaan pada bayi yang dilahirkan. Pemeriksaan yaitu dengan pewamaan gram.

(15)

2) Chlamidia

Disebabkan oleh bakteri Chlamydia Trachomatis. Infeksi ini biasanya kronis, karena sebanyak 70% perempuan pada awalnya tidak merasakan gejala apapun sehingga tidak memeriksakan diri. Gejala yang ditimbulkan : cairan vagina encer berwama putih kekuningan, nyeri di rongga panggul, perdarahan setelah hubungan seksual. Komplikasi yang mungkin terjadi : biasanya menyertai gonore, penyakit radang panggul, kemandulan akibat perlekatan pada saluran falopian, infeksi mata pada bayi baru lahir, memudahkan penularan infeksi HIV. Tes laboratorium yang dilakukan untuk mendeteksi adalah Elisa, Rapid Test dan Giemsa.

3) Sifilis.

Kuman penyebabnya adalah Treponema Palidum. Masa inkubasi tanpa gejala berlangsung 3—13 minggu, lalu timbul benjolan sekitar alat kelamin, disertai pusing, nyeri tulang, akan hilang sementara. Sekitar 6-12 minggu setelah hubungan seks muncul bercak merah pada tubuh yang dapat hilang sendiri tanpa disadari. 5-10 tahun penyakit ini akan menyerang susunan syaraf otak, pembuluh darah dan jantung. Komplikasi pada wanita hamil antara lain : dapat melahirkan dengan kecacatan fisik seperti kerusakan kulit, limpa, hati dan keterbelakangan mental. Pemeriksaan dengan tes laboratorium untuk mendeteksi RPR (Rapid Plasma Reagent) dan TPHA (Trepanema Palidum Hemagglutination Assay).

4) Trikomonasiasis

Disebabkan oleh protozoa Trichomonas Vaginalis. Gejala-gejala yang mungkin ditimbulkan antara lain : keluar cairan vagina encer berwama kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, sekitar kemaluan bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman. Komplikasi yang bisa terjadi : lecet sekitar kemaluan, bayi lahir prematur, memudahkan penularan infeksi HIV.Tes laboratorium untuk mendeteksi sediaan basah KOH. 5) Kutil kelamin

(16)

Disebabkan oleh Human Papiloma Virus. Gejala yang ditimbulkan : tonjolan kulit seperti kutil besar disekitar alat kelamin (seperti jengger ayam). Komplikasi yang mungkin terjadi : kutil dapat membesar seperti tumor, bisa berubah menjadi kanker mulut rahim, meningkatkan resiko tertular HIV-AIDS. Tidak perlu mendeteksi laboratorium karena langsung dapat terlihat oleh mata biasa(Dianawati, 2003, 86-101).

6) HIV-AIDS

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyebabkan AIDS. Virus ini menyerang sel darah putih manusia yang merupakan bagian paling penting dalam system kekebalan tubuh. AIDS atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah kumpulan gejala-gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh.Seseorang yang terinfeksi HIV secara fisik tidak ada bedanya dengan orang yang tidak terinfeksi. Hampir tidak ada gejala yang muncul pada awal terinfeksi HIV. Tetapi ketika berkembang menjadi AIDS, maka orang tersebut perlahan-lahan akan kehilangan kekebalan tubuhnya sehingga mudah terserang penyakit dan tubuh akan melemah.Obat-obatan yang ada pada saat ini, belum mampu untuk menjanjikan suatu kesembuhan yang pasti.Tes HIV (ELISA dua kali) perlu disertai konseling sebelum dan sesudah tes dilakukan.Setiap orang beresiko tertular HIV-AIDS, baik tua maupun muda, kaya atau miskin, heteroseksual maupun homoseksual, terkenal maupun tidak terkenal. Resiko tertular HIV tidak berkaitan dengan siapa kita, tetapi apa yang kita lakukan.

a) HIV dapat ditularkan dengan cara :

(1) Hubungan seksual tanpa pelindung dengan Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA).

(2) Menggunakan benda tajam yang terkontaminasi oleh virus HIV, misalnya jarum suntik pada pengguna dan pecandu narkoba, alat pembuat tatto dan alat tindik.

(3) Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV. (4) Dari ibu ODHA kepada bayi yang dikandung dan disusuinya.

(17)

b) HIV tidak dapat ditularkan kepada orang lain melalui: (1) Bersalaman atau berpelukan.

(2) Makanan dari piring yang pemah digunakan ODHA. (3) Batuk atau bersin ODHA.

(4) Gigitan nyamuk.

(5) Berenang ditempat berenang yang sama dengan ODHA. (6) Mengunjungi ODHA dirumah atau dirumah sakit.

1) Faktor faktor yang berpengaruh pada Kesehatan Reproduksi. 1. Pengetahuan

a. Definisi

Ahli pengetahuan mengatakan bahwa tidak mudah untuk membuat definisi tentang pengetahuan, lebih mudah mengelompokkan atau menggolongkannya. Beberapa pengertian atau batasan tentang pengetahuan adalah sebagai berikut :

1) H.M. Rasjidi

Pengetahuan (knowledge) itu adalah pekerjaan (fungsi) dari pada otak. 2) International Encyclopedia of Higher Education

“The totally of fact, truth, principles, and information to which man has acces”. Pengetahuan adalah keseluruhan fakta-fakta, kebenaran, asas-asas, dan keterangan yang diperoleh dari manusia.

3) Jujun S. Surisumantri

Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Pengetahuan merupakan khasanah mental yang secara langsung atau tak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. (Wijono, 2006, p. 136). 4) Notoatmodjo

Pengetahuan (know ledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar

(18)

menjawab pernyataan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. (Notoatmodjo, 2007, p. 56). b. Tingkatan pengetahuan

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu : 1) Tahu (know)

Yaitu kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (comprehention)

Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Menerapkan (application)

Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

4) Analisis (analysis)

Yaitu kemampuan untuk menyebarkan materi suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesa (synthesis)

Yaitu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

(19)

Yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada, misalnya dapat membandingkan, menanggapi pendapat dan menafsirkan sebab-sebab suatu kejadian (Notoatmodjo, 2003, p. 58).

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengaruh pengetahuan terhadap pertumbuhan anak maupun remaja sangat penting. Oleh sebab itu, seseorang yang mempunyai cukup pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya (Notoadmodjo, 2003, p. 58).

Menurut Sukmadinata (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut :

1) Faktor internal a) Jasmani

Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang. b) Rohani

Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu.

2) Faktor eksternal a) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. b) Paparan media massa

Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Hal ini

(20)

berarti paparan media massa mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki seseorang.

c) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder.

d) Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.

e) Pengalaman

Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut, informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.

2. Peran Orang Tua a. Pengertian

Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran (Sekanto, 2004, p. 162).

Peran merupakan suatu penjelasan yang menunjuk pada konotasi ilmu sosial yang mengartikan pranan sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu karakteristik atau posisi dalam struktur sosial (Sitorus, 2001, p. 28).

(21)

Orang tua merupakan komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan siap dalam kehidupan bermasyarakat (Sitorus, 2001, p. 32-34). b. Peran Orang Tua dalam Keluarga

Secara umum peran kedua individu tersebut adalah : 1) Peran Ibu

a) Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik

b) Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan konsisten. c) Mendidik, mengatur, dan mengendalikan anak.

d) Memberikan contoh yang tauladan bagi anak. 2) Peran Ayah

a) Ayah sebagai pencari nafkah

b) Ayah sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi rasa aman. c) Ayah berpartisipasi dalam pendidikan anak.

d) Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, dan mengasihi keluarga (Gunarsa, 2005, p. 89-95)

c. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja

Orang tua sangat berperan penting dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja. Jika orang tua tidak menjadi sumber informasi yang bersahabat bagi remaja, remaja akan cenderung mencari tahu melalui sumber-sumber informasi yang lain yang kurang mendidik misalnya film-film porno, majalah, komik, atau kepada teman-temannya (Handayani, 2009, p. 42-46).

Adapun cara memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja yaitu : 1. Memulai sejak dini.

Idealnya pendidikan kesehatan reproduksi tidak diberikan kepada anak-anak sebagai reaksi dari pertanyaan mereka. Sebaiknya pendidikan kesehatan reproduksi diberikan sejak awal secara tidak langsung.

(22)

Saat anak berusia 12-13 tahun, orang tua dapat memperkenalkan topik tentang menstruasi dan pada saat itu, barulah dia mampu melihat hubungannya. Jika ia perempuan, ajarkan juga apa saja yang harus dilakukan ketika menstruasi ditinjau dari sisi kesehatan.

3. Orang tua sebaiknya menciptakan hubungan yang baik dengan anak

Pendidikan kesehatan reproduksi yang benar hanya dapat diberikan jika pesan yang benar disampaikan oleh orang tua secara terbuka dan menyampaikannya dengan cinta.

4. Orang tua sebagai contoh dan suri teladan

Cara terbaik untuk menyampaikan nilai-nilai kepada anak adalah dengan menjadi contoh atau tauladan.

5. Tahu Batas Pendidikan Kesehatan Reproduksi

Orang tua harus tahu tentang pendidikan kesehatan reproduksi pro remaja dengan mengaitkan kepada nilai-nilai yang sudah diajarkan di Sekolah selama ini.

6. Orang Tua sebagai Sumber Utama Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Orang tua harus bisa menempatkan diri dalam posisi utama sebagai pemberi pendidikan kesehatan reproduksi. Sebagai orang tua kita harus siap dan tebuka terhadap pertanyaan remaja tentang kesehatan reproduksi, sehingga orang tua bisa mengarahkan remaja kepada informasi yang tepat. (Handayani, 2009, p. 47-50).

2) Praktik atau Tindakan (practice)

Suatu sikap optimis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperiukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperiukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua dan lam-lain (Notoatmodjo, 2007, p. 121-123). Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :

(23)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.

b. Responsi Terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah mempakan indikator praktik tingkat dua. Misalnya, seseorang ibu dapat memasak dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya.

c. Mekanisme (mecanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya, seseoarang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

d. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makana yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau tindakan responden.

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior) (Notoatmodjo, 2007, p. 125-131).

Oleh sebab itu indikator praktik kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut di atas, yakni :

(24)

Tindakan atau perilaku ini mencakup :

1) Pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan pengurasan bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada waktu kerja di tempat yang berdebu, dan sebagainya.

2) Penyembuhan penyakit, misalnya: minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter, berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat, dan sebagainya.

4) Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain : mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olah raga secara teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, dan sebagainya

5) Tindakan (praklik) kesehatan lingkungan

Perilaku ini antara lain mencakup : membuang air besar di jamban (WC), membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak, dan sebagainya.

Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan di atas, yakni melalui proses perubahan: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), praktik (practice) atau “KAP”. Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori di atas (KAP), bahkan di dalam praktik sehari-hari terjadi sebaliknya. Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif.

Cara mengukur indikator perilaku atau memperoleh data atau informasi tentang indikator-indikator perilaku tersebut, untuk pengetahuan, sikap, dan praktik agak berbeda. Untuk memperoleh data tentang pengetahuan dan sikap cukup dilakukan melalui wawancara, baik wawancara terstruktur, maupun wawancara mendalam, dan focus group discussion (FGD) khusus untuk penelitian kualitatif. Sedangkan untuk memperoleh data praktik atau perilaku yang paling akurat adalah melalui pengamatan (observasi). Namun dapat juga dilakukan melalui wawancara dengan pendekatan recall atau mengingat kembali

(25)

perilaku yang telah dikakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2007, p. 156-166 ).

Adapun faktor - faktor yang merupakan penyebab perilaku dibedakan dalam tiga jenis : faktor predisposisi (predisposing), faktor pemungkin (enabling), faktor penguat (reinforsing). Masing-masing faktor mempunyai pengaruh yang berbeda atas perilaku.

Faktor predisposisi merupakan faktor antaseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motifasi bagi perilaku. Termasuk kedalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai serta persepsi, berkenaan dengan motifasi seseorang atau kelompok untuk bertindak.

Faktor predisposising sebagai preferensi pribadi yang dibawa seseorang atau kelompok kedalam suatu pengalaman belajar.Preferensi ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat dalam setiap kasus, faktor ini mempunyai pengaruh. Berbagai faktor demografi seperti status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin dan ukuran keluarga penting sebagai sebagai faktor predisposisi.

Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk didalam faktor pemungkin adalah ketrampilan dan sumber daya pribadi dan komuniti. Seperti tersedianya pelayanan kesehatan, keterjangkauan, kebijakan dan Peraturan Perundangan.

Faktor penguat merupakan faktor penyerta (yang datang sesudah) perilaku yang memberikan ganjaran, insentif, atau hukuman atas perilaku dan berperan bagi penetap atau lenyapnya perilaku itu termasuk kedalam faktor ini adalah manfaat sosial dan jasmani dan ganjaran nyata ataupun tidak nyata yang pemah diterima pihak lain. Faktor penguat adalah yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung pada tujuan dan jenis program. Didalam pendidikan pasien, penguat mungkit berasal dari pemberi pelayanan, bidan, perawat, dokter, pasien lain dan keluarga. Apakah penguat ini positif atau negatif

(26)

tergantung pada sikap atau perilaku orang lain yang berkaitan, yang sebagian diantaranya lebih kuat dari yang lain dalam mempengaruhi perilaku.

b. Cara Merawat Organ Reproduksi Eksternal Remaja Putri

Seharusnya, merawat organ intim tanpa kuman dilakukan sehari-hari mulai bangun tidur dan mandi pagi. Beberapa cara merawat organ reproduksi remaja putri yaitu sebagai berikut :

1) Daerah di sekitar vagina harus dibersihkan dengan sabun. Membersihkan organ intim wanita tidak perlu sampai kebagian dalamnya, cukup pada bagian luar permukaan vagina saja (Ariev, 2008).

2) Mengeringkan daerah di sekitar vagina sebelum berpakaian. Sebab, tidak dikeringkan, akan menyebabkan celana dalam yang dipakai menjadi basah dan lembab. Selain tidak nyaman dipakai, celana basah dan lembab berpotensi mengundang bakteri danjamur (Ariev, 2008).

3) Tidak dianjurkan menaburkan bedak di vagina dan daerah sekitamya. karena ada kemungkinan bedak tersebut akan mengumpul di sela-sela lipatan vagina yang sulit terjangkau tangan untuk dibersihkan dan akan mengundang kuman (Ariev, 2008).

4) Disediakan celana dalam ganti didalam tas kemanapun pergi, hal ini menghindari kemungkinan celana dalam kita basah (Ariev, 2008).

5) Pakailah celana dalam dari bahan katun, karena dapat menyerap keringat dengan sempuma (Ariev, 2008).

6) Menghindari pemakaian celana dalam dari bahan satin ataupun bahan sintetik lainnya, justru menyebabkan organ intim menjadi panas dan lembab (Ariev, 2008).

7) Ganti pembalut saat haid setiap mandi dan selesai buang air kecil (Ariev, 2008).

8) Dianjurkan untuk mengganti pembalut 4-5 kali sehari disaat darah haid sedang banyak-banyaknya (Ariev, 2008).

9) Membersihkan vagina dengan air sebaiknya dilakukan dengan menggunakan shower toilet. Semprotlah pemukaan luar vagina dengan pelan dan menggosoknya dengan tangan (Ariev, 2008).

(27)

10) Gantilah celana dalam sekurang-kurangnya dua sampai tiga kali sehari (Law, 2007).

11) Penggunaan panty liner sebaiknya digunakan antara 2-3 jam (Law, 2007). 12) Sebaiknya tidak mengenakan celana terlalu ketat, berbahan nilon, jins, dan

kulit (Law, 2007).

13) Saat cebok setelah BAB / BAK, bilas dari arah depan ke belakang. Hal ini untuk menghindari terbawanya kuman dari anus ke vagina (Law, 2007). 14) Memotong / mencukur rambut kemaluan sebelum panjang secara teratur

(Ixan, 2008).

15) Memakai handuk khusus untuk mengeringkan daerah kemaluan (Dhey, 2007).

16) Apabila kita menggunakan WC umum, sebaiknya sebelum duduk siram dulu WC tersebut (di-flushing) terlebih dahulu baru kemudian kita gunakan (Inong, 2007).

B. Kerangka Teori

Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, kerangka teori pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

(28)

Keterangan :

: Diteliti : Tidak diteliti

Skema 2.1 Skema Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Sukmadinata (2009)

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pengetahuan Orang Tua tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Peran Orang Tua terhadap Kesehatan

Reproduksi Remaja

Praktik Perawatan Organ Reproduksi Eksternal Pendidikan Orang tua

Skema 2.2 Skema Kerangka Konsep

D. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan orang tua tentang kesehatan reproduksi remaja dengan praktik perawatan organ genetalia eksternal di Dukuh Kembangan Desa Kembangarum Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.

(29)

2. Ada hubungan antara pendidikan orang tua dengan praktik perawatan organ genetalia eksternal pada putrinya di Dukuh Kembangan Desa Kembangarum Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.

3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Tinjauan Teori 3. Remaja b. Pengertian

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Bangsa primitif, demikian pula orang-orang zaman purbakala, memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.

Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. (Hurlock,1990, p.206)

Monk (Monks & Knoers, 2002, pp. 258-259) menerangkan bahwa dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus, namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Anak remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi fisik maupun psikisnya.

Mendukung pendapat Monk dan Hurlock, Calon (Monks & Knoers, 2002, p.260) menyatakan bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau perlaihan karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status kanak-kanak.

(30)

Meskipun antara masa kanak-kanak dan masa remaja tidak terdapat batas-batas yang jelas, namun nampak adanya suatu gejala yang tiba-tiba dalam permulaan masa remaja: yaitu gejala timbulnya seksualitas (genital), hingga masa remaja ini atau setidak-tidaknya permulaan masa tersebut juga disebut sebagai masa pubertas (Monks & Knoers, 2002, p.262)

Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Kata pubertas berasal dari kata latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata ini lebih menunjuk pada perubahan fisik daripada perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu memberikan keturunan (Hurlock, 1990, p.184).

Monk mengemukakan bahwa pubertas datang dari kata puber (yaitu Pubescent). Kata lain Pubescere yang berarti mendapatkan pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. Bila selanjutnya dipakai istilah puber, maka yang dimaksudkan adalah remaja sekitar masa pemasakan seksual (Monks & Knoers, 2002, p. 263).

c. Pembatasan Usia Remaja

Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Menurut Hurlock (1990, p. 205) secara umum masa remaja dibagi dmenjadi dua bagian yaitu remaja awal dan remaja akhir. Garis pemisah antara awal masa remaja dan akhir masa remaja terletak kira-kira di sekitar usia tujuh belas tahun. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas atau tujuh belas tahun dan akhir masa remaja bermula dari usia enam belas atau tujuh belas tahun sampai delapan belas tahun. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode tersingkat.

Tak jauh berbeda dengan itu Monk (Monks & Knoers, 2002, p. 262) mengatakan bahwa perkembangan masa remaja secara global berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir.

(31)

Sedangkan pada umumnya masa pubertas terjadi antara 12-16 tahun pada anak laki-laki dan 11-15 tahun pada anak wanita (Monks & Knoers, 2002, p. 263; Hurlock, 1990, p. 185)

Batas usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10-19 tahun dan belum kawin. Sedangkan menurut BKKBN adalah 10-19 tahun (Widiastuti,dkk., 2009, p. 11).

d. Perkembangan pada Masa Remaja

Menurut Widiastuti (2009, pp. 11-12) berdasarkan sifat atau ciri-ciri perkembangan masa (rentang waktu) remaja ada tiga yaitu:

4) Masa Remaja Awal (10-12 tahun):

d) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. e) Tampak dan merasa ingin bebas.

f) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

5) Masa Remaja Tengah (13-15 tahun) :

f) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.

g) Ada keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis. h) Timbul perasaan cinta yang mendalam.

i) Kemampuan berpikir abstrak (mengkhayal) makin berkembang.

j) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seks. 6) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun) :

f) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

g) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

h) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya

i) Dapat mewujudkan perasaan cinta.

j) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

Secara garis besar perkembangan masa remaja meliputi tiga aspek utama yaitu : perkembangan fisik, perkembangan emosional, dan perkembangan psikososial.

4) Perkembangan Fisik

(32)

pubertas berakhir, dan jelas belum sepenuhnya sempurna pada akhir awal masa remaja. Terdapat penurunan dalam laju pertumbuhan eksternal dan perkembangan internal yang lebih menonjol (Hurlock, 1990, p. 210).

Menurut Hulock (1990, p. 188) perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubahan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Peningkatan tinggi badan yang terbesar terjadi setelah satu tahun sesudah dimulainya masa puber. Sesudahnya pertumbuhan menurun dan berlangsung lambat sampai usia 20 atau 21 tahun. Karena periode pertumbuhan yang lebih lama, anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan pada saat sudah matang.

Pertambahan berat tidak hanya karena lemak, tetapi juga karena tulang dan jaringan otot yang bertambah besar. Pertambahan berat yang paling besar pada anak perempuan terjadi sesaat sebelum dan sesudah haid. Setelah itu pertambahan berat hanya sedikit. Antara umur 10 dan 12, disekitar permulaan terjadinya pertumbuhan pesat, anak cenderung menumpuk lemak di perut, disekitar putting susu, di pinggul dan paha, di pipi, leher, dan rahang.

Perubahan fisik pokok yang kedua adalah perubahan proporsi tubuh. Daerah-daerah tubuh yang tadinya terlampau kecil, sekarang menjadi terlampau besar karena kematangan tercapai lebih cepat di daerah-daerah tubuh yang lain. Ini tampak jelas pada hidung, kaki, dan tangan.

Perkembangan fisik utama yang lain adalah menyangkut perkembangan seksual. Pertumbuhan organ-organ genital yang ada baik di dalam maupun di luar badan sangat menentukan bagi perkembangan tingkah laku seksual selanjutnya. Istilah tanda-tanda kelamin primer menunjuk pada organ badan yang langsung berhubungan dengan persetubuhan atau proses reproduksi. Pada anak wanita hal ini adalah rahim dan saluran telur, vagina, bibir kemaluan, dan klitoris (Monks & Knoers, 2002, p. 269).

(33)

perempuan menjadi matang adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari sampai mencapai menopause, pada akhir empat puluhan atau awal lima puluhan tahun.

Periode haid umumnya terjadi pada jangka waktu yang sangat tidak teratur dan lamanya berbeda-beda pada tahun-tahun pertama. Periode ini dikenal sebagai tahap kemandulan remaja. Dalam tahap ini terjadi ovulasi atau pematangan dan pelepasan telur yang matang dari folikel dalam indung telur. Oleh karena itu, anak perempuan disebut mandul (sementara). Bahkan setelah mengalami beberapa periode haid, masih diragukan apakah mekanisme seks sudah cukup matang untuk pembuahan. Periode gemuk pada anak perempuan dalam masa puber, biasanya terjadi antara usia enam belas dan delapan belas tahun, bertepatan dengan periode kemandulan remaja. Pada saat ini terjadi pertumbuhan pesat dalam panjangnya uterus dan beratnya indung telur (Hurlock, 1990, p. 189).

Tanda-tanda kelamin sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan persetubuhan dan proses reproduksi, namum merupakan tanda-tanda yang khas perempuan dan khas laki-laki. Pertama kali yaitu rambut kemaluan, pada anak perempuan merupakan gambar segitiga dengan basis ke atas. Kemudian tanda kelamin sekunder yang paling penting pada wanita adalah tumbuhnya payudara dengan sedikit mencuatnya bagian putting susu. Hal ini terjadi pada usia antara 8-13 tahun. Baru pada stadium kemudian sebentar menjelang menarche maka jaringan pengikat disekitarnya mulai tumbuh hingga payudara mulai memperoleh bentuk yang dewasa (Monks & Knoers, 2002, p. 270- 272).

Perubahan fisik, khususnya perkembangan pada organ-organ reproduksi, bertanggung jawab atas munculnya dorongan seksual. Pemuasan dorongan seksual pada remaja dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus kurangnya pengetahuan yang benar tentang seksualitas. (Maulana, 2008, p. 14)

(34)

5) Perkembangan Emosional.

Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa diamana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Pertumbuhan pada tahun-tahun awal masa puber terus berlangsung tetapi berjalan agak labat. Pertumbuhan yang terjadi terutama bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa puber. Oleh karena itu perlu dicari keterangan lain yang menjelaskan ketegangan emosi yang sangat khas pada usia ini.

Penjelasan diperoleh dari kondisi sosial yang mengelilingi remaja masa kini. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri menghadapi keadaan itu.

Meskipun emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan tampaknya irasional, tetapi pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional. Jadi, adanya badai dan tekanan pada periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja.

Remaja tidak lagi mengungkapkan marahnya dan dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan cara menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara keras mengeritik orang-orang yang menyebabkan amarah.

Anak laki-laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada akhir masa remaja tidak “meledakkan” emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk kematangan emosi yang lain adalah bahwa individu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang tidak matang.

Dengan demikian remaja mengabaikan banyak rangsangan yang tadinya dapat menimbulkan ledakan emosi. Akhirnya, remaja yang

(35)

emosinya matang memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain, seperti dalam periode sebelumnya (Hurlock, 1990, pp. 212-213).

Menurut Widiastuti dkk (2009, pp. 16-17) perubahan-perubahan emosi yang terjadi pada diri remaja berupa kondisi :

d) Sensitif atau peka, misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya pada seorang remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.

e) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

f) Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua dan lebih senang pergi bersama temannya daripada tinggal di rumah.

6) Perkembangan Psikososial

Seorang anak pada masa adolensi awal ini harus berfungsi dalam tiga arena : keluarga, teman sebaya (peer group), dan sekolah. Dalam setiap arena terdapat suatu interaksi yang kompleks dari faktor-faktor penentu untuk dapat berfungsi dengan baik.

Di dalam keluarga perkembangan yang utama pada masa adolensi awal ini akan memulai ketidaktergantungan terhadap keluarga sehingga pada masa ini hubungan antar keluarga yang tadinya sangat erat tampak jelas terpecah. Seorang remaja dapat mempengaruhi kesinambungan dalam kehidupan keluarga, misalnya dengan menuntut privacy sehingga secara tidak langsung menyebabkan jarak antara dia dengan orang tuanya (Narendra,dkk, 2008, p. 158).

Anak remaja sebagai anak dalam perkembangannya menuju ke masa dewasa, mengalami suatu masa perlihan yang mencakup berbagai macam perubahan. Perubahan fisik memang jelas terlihat dari seluruh tubuhnya yang telah berubah, mengambil ukuran dan bentuk dewasa. Perubahan yang meliputi fisik, psikis, dan tingkah laku si remaja, terjadi

(36)

begitu cepat sehingga orang tua sering tidak dapat mengikuti timbulnya setiap perubahan. Bagi orang tua yang dulu sudah biasa mengikuti jalan perkembangan anaknya dan turut aktif dalam pengarahannya, sekarang sudah tidak mudah untuk mengikuti perubahan-perubahan yang silih berganti. Anak yang biasanya dapat dibimbing dengan tidak banyak kesulitan, tiba-tiba menunjukkan perlawanan terhadap bimbingan orang tua. Remaja berada dalam perubahan ke masa dewasa, akan berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan-ikatan orang tua (Gunarsa, 2003, pp. 77-78)

Dengan kelompok sebayanya biasanya remaja pada masa ini akan berkumpul dengan teman sejenis. Penerimaan untuk kelompok sebaya merupakan hal yang sangat penting, bisa mengikuti dan tidak beda dengan yang lain merupakan motif yang mendominasi sebagian besar perilaku sosial remaja. Persahabatan yang timbul pada masa ini lebih terpusat pada kegiatan bersama daripada hubungan perorangan. Setiap perbedaan dengan rata-rata teman sebanyanya akan menimbulkan kecemasan. Kecemasan sering juga timbul karena merasa tidak aman dalam berteman dan ketakutan akan ditolak dalam pergaulan. Walaupun dalam masa ini biasanya remaja berkelompok dengan teman-teman sejenis, tapi pada masa ini mulai terjadi eksistensi kearah pergaulan dengan lawan jenisnya dan dimulai pergaulan secara berpasang-pasangan (Narendra, 2008, p. 158).

Monk (Monks & Knoers, 2002, pp 276-277) menyatakan bahwa dalam perkembangan sosial remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak: satu yaitu memisahkan diri dari orang tua dan yang lain adalah menuju kearah teman-teman sebaya. Dalam keadaan sudah dewasa secara jasmaniah dan seksual remaja masih terbatas dalam kemungkinan-kemungkinan perkembangannya, mereka masih tinggal bersama dengan orang tua mereka dan merupakan bagian dari keluarga. Mereka secara ekonomi masih tergantung pada oang tua, kadang-kadang sampai jangka waktu yang lama. Mereka belum bisa kawin, hubungan seksual tidak diperkenankan sesuai dengan norma agama dan sosial, meskipun mereka

(37)

sudah bisa mengadakan kencan-kencan dengan teman-teman lain jenis. Dalam keadaan ini dapatlah dimengerti bahwa mereka saling mencari teman sebaya karena mengerti bahwa mereka ada dalam nasib yang sama. Untuk pertama kalinya mereka merasa satu dan mereka saling mengisi. Disamping itu untuk pertama kalinya mereka merasa jelas tertarik pada jenis yang lain. Hal ini memberikan penghayatan pada mereka yang belum pernah dikenalnya lebih dahulu dan yang mereka alami sekarang sebagai tanda-tanda status dewasa yang diinginkan.

Pardede (Narendra, 2008, p. 158) mengungkapkan bahwa ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi fungsi remaja di lingkungan sekolahnya. Beberapa peneliti menemukan bahwa perkembangan fisik pada masa pubertas yang sinkron dengan teman sebaya merupakan faktor yang penting dalam menyesuaikan diri di lingkungan sekolah.

4. Kesehatan Reproduksi a. Pengertian

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman (BKKBN, 2008).

Menurut Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, 1994 Kesehatan Reproduksi adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi (BKKBN, 2008).

Menurut FCI, 2000, kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan terbebas dan kehamilan yang tak dikehendaki, aborsi yang tidak aman,

(38)

penyakit menular seksual (PMS) ter-masuk HIV/AIDS, serta semua bentuk kekerasan dan pemaksaan seksual (Rohmawati,2008).

b. Organ Reproduksi

Kata “reproduksi” tersusun dari dua kata yakni kata “re” bermakna kembali dan kata “produksi” bermakna perangkat / alat yang digunakan sebagai cara membuat generasi / keturunan (Yuntaq3, 2009).

1) Organ Reproduksi perempuan

c) Organ Reproduksi Eksternal Perempuan (1) MonsVeneris

Bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada perempuan dewasa ditutup oleh rambut kemaluan.

(2) Klitoris

Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada laki-laki. Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga sangat sensitfpada saat hubungan seks.

(3) Labia Mayora (Bibir Besar)

Berasal dari mons veneris bentuknya lonjong menjurus ke bawah dan bersatu di bagian bawah. Bagian luar labia mayor terdiri dari kulit berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat, bagian dalamnya tidak berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian ini mengandung banyak ujung saraf sehingga sensitif saat berhubungan seks.

(4) Labia Minora ( Bibir Kecil)

Merupakan lipatan kecil di bagian dalam labia mayora. Bagian depannya mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh darah, sehingga dapat menjadi besar saat keinginan seks bertambah. Labia ini analog dengan kulit skrotum pada laki - laki. (5) Vestibulum

Bagian kelamin ini dibasahi oleh kedua labia kanan -kiri dan bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora. Pada bagian vestibulum terdapat, muara vagina (liang

(39)

senggama), saluran kencing, kelenjar bartholini, dan kelenjar skene (kelenjar - kelenjar ini akan mengeluarkan cairan pada saat permainan pendahuluan dalam hubungan seks sehingga memudahkan penetrasi penis).

(6) Himen (Selaput Dara)

Merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina luar. Pada umumnya himen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim). Pada saat hubungan seks pertama himen akan robek dan mengeluarkan darah. Setelah melahirkan himen merupakan tonjolan kecil yang disebut karunkule mirtiformis.

d) Organ Reproduksi Internal Perempuan (1) Vagina

Saluran musculo-membranasea (selaput otot) yang menghubungkan rahim dengan saluran luar, bagian ototnya berasal dari otot levator ani dan otot sfingter ani (otot dubur) sehingga dapat dikendalikan dan dilatih. Dinding depan vagina berukuran 9 cm dan dinding belakangnya 11 cm. Berfungsi sebagai jalan lahir bagian lunak, sebagai sarana hubungan seksual, saluran untuk mengalirkan lendir dan darah menstruasi.

(2) Rahim (Uterus)

Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak di panggul kecil diantara rektum ( bagian usus sebelum dubur ) dan di depannya terletak kandung kemih. Ruang rahim berbentuk segitiga, dengan bagian besamya diatas.

(3) Tuba Fallopii

Tuba fallopii berasal dari ujung ligamentum latum berjalan kearah lateral, dengan panjang sekitar 12 cm. Saluran ini bukan merupakan saluran lurus, tetapi mempunyai bagian yang lebar sehingga membedakannya menjadi empat bagian. Di ujungnya

(40)

terbuka dan mempunyai fibriae, sehingga dapat menangkap ovum saat terjadi pelepasan ovum (telur). Saluran telur ini merupakan saluran hasil konsepsi menuju rahim. Fungsi tuba fallopii sangat vital dalam proses kehamilan, yaitu menjadi saluran spermatozoa dan ovum, tempat terjadinya pembuahan, menjadi saluran dan tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu menanamkan diri pada endometrium.

(4) Indung Telur (Ovarium)

Terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke rahim oleh ligamentum ovarii proprium dan ke dinding panggul oleh ligamentum nifudibulo-pelvikum. Indung telur merupakan sumber hormon wanita yang paling utama. Saat lahir bayi perempuan mempunyai sel telur 750.000, umur 6-15 tahun sebanyak 439.000, umur 16-25 tahun sebanyak 159.000, umur 26-35 tahun sebanyak 59.000, umur 35-45 tahun sebanyak 34.000, dan masa menopause semua telur menghilang.

(5) Parametrium (Penyangga Rahim)

Merupakan lipatan peritonium dengan berbagai penebalan, yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul. Lipatan atasnya mengandung tuba fallopii dan ikut serta menyangga indung telur. Bagian ini sensitif terhadap infeksi sehingga mengganggu fungsinya (Manuaba, 1999, p. 42-56).

c. Menstruasi

Adalah perdarahan dari uterus yang keluar melalui vagina selama 5-7 hari, dan terjadi setiap 22 atau 35 hari. Yang merangsang menimbulkan menstruasi adalah hormon FSH dan LH, prolaktin dari daerah otak dan hormon estrogen serta progesteron dari sel telur yang dalam keseimbangannya menyebabkan selaput lendir rahim tumbuh dan apabila sudah ovulasi terjadi dan sel telur tidak dibuahi hormon estrogen dan progesteron menurun terjadilah pelepasan selaput lendir dengan perdarahan terjadilah menstruasi (Yuntaq3, 2009). Pada tiap siklus dikenal tiga masa utama, yaitu :

(41)

1) Masa haid, berlangsung selama 2-8 hari. Pada waktu itu endometrium dilepas, sedangkan pengeluaran honnon-hormon ovarium paling rendah (minimum).

2) Masa proliferasi, sampai hari ke-14. Pada waktu itu endometrium tmbuh kembali, disebut juga endometrium mengadakan proliferasi. Antara hari ke-12 dan ke-14 dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.

3) Masa sekresi, ketika itu korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesteron. Di bawah pengaruh progesteron ini, kelenjar endometrium yang tumbuh berkeluk-keluk mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini stroma endometrium berubah ke arah sel- sel desisua, terutama yang berada diseputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan adanya nidasi.

Proses terjadinya menstruasi, yaitu : pada tiap siklus menstruasi FSH (Follicle Stimulating Hormone) dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis yang menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium. Kemudian berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen mi menekan produksi FSH (Follicle Stimulating Hormone), sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan LH (Luteinising Hormone), dan menyebabkan folikel de graaf makin lama makin menjadi matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium yaitu menyebabkan endometrium tumbuh dan berproliferasi disebut dengan masa proliferasi (penebalan). Di bawah pengaruh LH (Luteinising Hormone) folikel de graaf menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium, dan kemudian terjadilah ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum di bawah pengaruh hormon-hormon LH dan LTH (Luteotropihc Hormone). Korpus luteum menghasilkan hormon progresteron. Progresteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjar berkeluk-keluk dan

(42)

bersekresi disebut dengan masa sekresi. Bila tidak ada pembuahan korpus luteum berdegenerasi dan ini menyebabkan estrogen dan progesteron menurun, sehingga menimbulkan efek arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Sesudah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik (Sarwono, 2005,p. 98-131).

d. Mimpi Basah

Ketika seseorang laki-laki memasuki masa pubertas, terjadi pematangan sperma didalam testis. Sperma yang telah diproduksi ini akan dikeluarkan melalui vas diferen kemudian berada dalam cairan mani yang diproduksi oleh kelenjar prostat. Air mani yang telah mengandung sperma ini akan keluar yang disebut ejakulasi. Ejakulasi yang tanpa rangsangan yang nyata disebut mimpi basah.

e. Penyakit Menular Seksual

Adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Akan beresiko tinggi apabila dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Baik laki-laki maupun perempuan bisa beresiko tertular penyakit kelamin. Perempuan beresiko lebih besar tertular karena bentuk alat reproduksinya lebih rentan terhadap PMS. Sayangnya, 50% dari perempuan yang tertular PMS tidak tahu bahwa ia sudah tertular.

PMS tidak dapat dicegah hanya dengan :

1) Membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual. 2) Minum jamu tradisional.

3) Minum obat antibiotik sebelum dan sesudah berhubungan seksual. PMS yang umum terdapat di Indonesia adalah :

7) Gonorrea

Kuman penyebabnya yaitu Neisseria Gonnorrhoeae. Masa inkubasi atau penyebaran kuman sekitar 2-10 hari setelah hubungan seks. Tanda-tandanya : nyeri pada saat kencing, merah, bengkak dan bernanah pada alat kelamin. Komplikasi yang timbul adalah infeksi radang pangguni, mandul, menimbulkan kebutaan pada bayi yang dilahirkan. Pemeriksaan yaitu dengan pewamaan gram.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di Kota Denpasar disebabkan oleh manusia itu sendiri karena

penelitian mengenai karya seni lukis Moel Soenarko yang bertema heritage secara. rinci guna mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan dengan

Berdasarkan latar belakang tersebut maka disusun penelitian ini dengan judul “ PUPUH DALAM WAWACAN SYEKH ABDUL QODIR JAELANI (Studi Deskriptif Penyajian Pupuh Oleh

Berdasarkan gambar 5 diatas maka dapat disimpulkan K-dd (me/100g) di Desa Buket Sudan Kecamatan Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen tertinggi didapatkan pada kelapa

Target dari pemasaran kalender ini adalah mahasiswa IPB yang pada dasarnya adalah mahasiswa pertanian, sehingga informasi yang ada pada kalender ini dapat bermanfaat

::luas kelainan yang di lihat bisa dimana saja dalam luas kelainan yang di lihat bisa dimana saja dalam paru,luas kelainan tidak melebihi satu lobus,bisa paru,luas kelainan

nasionalnya dan ini adalah hukum Inggris. 4etapi hukum Inggris ini menun$uk kembali kepada hukum Prancis yaitu hukum dari domisili. Maka apakah menurut hukum Prancis akan

Dasar hukum pelaksanaan program penyediaan jasa akses telekomunikasi perdesaan KPU/USO Tahun 2009 umumnya juga mengacu kepada beberapa peraturan perundang-undangan yang