• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perambatan Suara dalam Air di Perairan Laut Bengkulu Menggunakan Model ODE (Ordinary Differential Equation)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perambatan Suara dalam Air di Perairan Laut Bengkulu Menggunakan Model ODE (Ordinary Differential Equation)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Perambatan Suara dalam Air di Perairan Laut Bengkulu

Menggunakan Model ODE (Ordinary Differential Equation)

Supiyati dan Norita Romauli S.

Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Bengkulu, Bengkulu, Indonesia

Intisari: Kecepatan suara merambat di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh temperatur, salinitas, dan kedalaman suatu perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kecepatan suara dan pola perambatan suara bawah air di Perairan Laut Bengkulu. Metode dalam penelitian ini adalah pemodelan dengan model ODE (ordinary diffe-rential equation) dan data yang digunakan adalah data lapangan berupa temperatur, salinitas, kedalaman, dan kecepatan suara.

Hasil penelitian secara empiris metode Medwin memiliki error terkecil, yaitu 4,8224 dibandingkan metode Leroy adalah 62,8070 dan Mckenzie adalah 11,8487, sehingga dapat dikatakan bahwa metode Medwin lebih tepat untuk mengempi-riskan kecepatan suara/akustik bawah air pada peraiaran laut kota Bengkulu. Profil kecepatan suara di perairan laut Bengkulu memiliki korelasi yang sangat erat antara temperatur, salinitas, dan kecepatan suara terhadap kedalaman, yaitu menunjukkan pola grafik yang hampir sama semakin kedalam semakin bertambah, dan pola propagasi (perambatan) suara bawah air yaitu Ray Path untuk perairan Bengkulu menunjukkan adanya fenomena terbentuknya Deep Sound Channel, Covergence Zone dan Shadow Zone.

Kata kunci: Salinitas, temperatur, kedalaman, kecepatan suara, ODE

Abstract: The speed of sound propagates in a water is strongly influenced by temperature, salinity, and depth water. The purpose of this study was to determine the sound velocity profiles and patterns of underwater sound propagation waters in sea of Bengkulu. The method in this research is modeling with ODE (ordinary differential equation) models and the data used is temperature, salinity, depth, and speed of sound.

The results of empirical research Medwin methods has the smallest error is 4.8224 compared methods of Leroy is 62.8070 and Mckenzie is 11.8487, so it can be said that the method more appropriate for mengempiriskan Medwin speed of sound / acoustic underwater in Sea of Bengkulu City. Profile velocity of sound in Sea of Bengkulu has a correlation be-tween temperature, salinity, and the speed of sound with depth, which shows the graph pattern to the depth almost equal, and pattern of sound propagation underwater sounds that Ray Path in Sea waters of Bengkulu showed the phe-nomenon of Deep Sound Channel, Covergence Zone and Shadow Zone.

Keywords: Salinity, temperature, depth, sound speed, ODE E-mail: supiyati_116@yahoo.co.id

1 PENDAHULUAN

iset serta teknologi kelautan yang telah ada atau yang akan direkayasa sebagian besar berbasis pada pemanfaatan profil kecepatan suara (sound velocity profile) di dalam air laut. Laut memiliki sifat-sifat fisis dan karakteristik tertentu yang unik di mas-ing-masing wilayah perairan tergantung dari salini-tas, temperatur, kontur kedalaman dan posisi lin-tangnya. Oleh karena itu untuk mendukung aplikasi-aplikasi baik riset, militer dan kepentingan eksplorasi sumber daya alam di laut dibutuhkan data analisa tentang karakteristik air laut khususnya profil kece-patan suara di laut sebagai faktor utama yang mem-pengaruhi pola (Ray Path) perambatan suara di air (underwater sound propagation) (Hutabarat dan Evans, 1985).

Sejalan dengan perkembangan zaman yang me-nyeluruh terhadap segala aspek kehidupan dan penghidupan di dunia ini, berkembang pula berba-gai macam riset kelautan, teknologi pendukungnya serta teknologi rekayasa untuk berbagai keperluan. Dari uraian di atas kajian mengenai propagasi pe-rambatan suara dalam air ini perlu dilakukan untuk mengetahui karakteristik kecepatan dan pola pe-rambatan suara di bawah air berdasarkan data sali-nitas, temperatur, kecepatan suara, dan kedalaman yang disimulasikan ke dalam Matlab 7.3. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran se-cara analitis maupun visual grafis dengan tujuan agar dapat digunakan untuk diaplikasi ke berbagai macam keperluan baik dibidang riset, militer, dan di bidang kelautan lainnya.

Perairan laut Kota Bengkulu yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia diidentifikasi memiliki banyak potensi kelautan, misalnya ikan

R

(2)

dan hasil-hasil laut lainnya. Hal ini memberi peluang bagi kapal asing masuk ke perairan Bengkulu mela-lui jalur Samudra Hindia, seperti yang sering terjadi akhir-akhir ini penangkapan ikan secara ilegal oleh kapal-kapal asing tersebut. Untuk menanggulangi masalah tersebut di atas, maka perlu dilakukan pe-nelitian mengenai profil dan pola perambatan ke-cepatan suara dalam air.

2 METODOLOGI PENELITIAN

Alat dan bahan

CTD (Conductivity, Temperature, Depth) untuk men-gambil data temperatur, salinitas, kedalaman, dan kecepatan suara di dalam laut. GPS (Global

Position-ing System) untuk menentukan posisi dimana akan

di lakukan pengambilan data, seperangkat leaptop untuk mengolah data dan bahasa pemograman Matlab.

Pengolahan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil survey lapangan menggunakan alat CTD (Conductivity, Temperature, Depth) di daerah perai-ran laut Bengkulu pada bulan November 2009 se-perti yang ditunjukan pada Gambar 1. Data yang di ambil berupa data suhu, temperatur, salinitas dan kedalaman.

Gambar 1. Alat CTD (Conductivity, Temperature, Depth) Pengolahan data hasil survey lapangan ini menggu-nakan bahasa pemograman Matlab dengan bebe-rapa tahapan, yaitu perhitungan dari persamaan empiris, proses Polyfit, proses Ray Tracing untuk memperoleh pola propagasi suara bawah air atau

Ray Path dengan mengaplikasikan model ODE

(Ordinary Differential Equation).

Perhitungan Persamaan Empiris

Persamaan empiris yang cukup relevan dan aplikatif dalam mempolakan kecepatan suara di dalam air di beberapa wilayah perairan yang merupakan fungsi dari temperatur (T), salinitas (S) dan kedalaman (D)

sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi kecepatan suara di dalam air, yaitu persamaan empiris Medwin, Leroy dan Mackenzie (Lawrence dkk, 1984). Persamaan Medwin,

T

S

D T T T C 2 2 3 4 2 2 10 . 6 , 1 35 10 34 , 1 10 . 9 , 2 10 . 5 , 5 6 , 4 2 , 1449             Persamaan Leroy,

35

10

18



S-35

/61 2 , 1 18 10 . 4 10 10 . 6 10 3 9 , 1492 2 2 2 3 D T S T T T C                Persamaan Mackenzie,

13 3 2 2 7 2 3 4 2 2 10 . 139 , 7 35 10 . 025 , 1 10 . 675 , 1 10 . 63 , 1 35 34 , 1 10 . 374 , 2 10 . 304 , 5 591 , 4 96 , 1448 TD S T D D S T T T C                 

dengan: C = Kecepatan Suara, T = Temperatur, D = Kedalaman, dan S = Salinitas.

Kemudian hasil perhitungan dari persamaan empiris ini diplot dalam grafik kecepatan (C) terha-dap kedalaman (Z). Selain dilakukan perbandingan secara grafis juga dilakukan perhitungan secara matematis untuk mencari besarnya error/kesalahan pada tiap-tiap persamaan empiris untuk kemudian dicari error yang terkecil sehingga akan diperoleh persamaan empiris yang paling mendekati data dengan menggunakan perumusan MATLAB

Func-tion Reference (MATLAB 7.01).

𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 =1 𝑛

𝐶− 𝐶 2

𝐶 𝑥100%

dengan: n = Jumlah data, C’ = Hasil perhitungan,

C = Data, dan 𝐶 = Rata-rata data. Proses Polyfit

Matlab menyediakan fungsi operasi standar dari polinom seperti polinomial, dan polyfit merupakan suatu persamaan polinomial yang sinkron atau selaras dengan grafik/ploting suatu data. Persamaan polinomial ini mewakili grafik C (kecepatan suara dalam air) terhadap Z (kedalaman). Polyfit dalam Matlab akan mencari koefisien dari polinomial P(X) dalam orde N yang paling bersesuaian dengan data, P(X(I))~=Y(I), dengan pendekatan kuadrat terkecil. Polyfit akan menjalankan kembali koefisien P secara berulang dan struktur S dalam POLYVAL untuk mencari eror yang terkecil. Polyfit akan digunakan untuk menyederhanakan persamaan C dari fungsi S, T dan Z, menjadi fungsi Z (kedalaman) saja, sehing-ga memudahkan untuk melaksanakan analisa pada

(3)

tiap kolom kedalaman MATLAB Function Reference (MATLAB 7.01).

Proses Ray Tracing

Pada tahap ini akan dilakukan perhitungan persa-maan Ray Tracing ke dalam matlab untuk mempe-roleh pola propagasi suara bawah air atau Ray Path. Harga awal yang dimaksudkan disini adalah C (ke-cepatan suara di air) dan Z (kedalaman) yang dipe-roleh dari data awal, sebagai input awal pada pro-gram untuk pengeplotan. Setelah harga awal didapat maka langkah selanjutnya adalah menghitung 1 dengan rumus

1 0

0

1 Z RCos

Cos

Z   

dengan Z yang telah ditentukan berdasarkan sampling rate. Setelah 1 didapatkan maka dicari X

dengan persamaan:

1 0

0

1 X RSinSin

X   

Setelah didapatkan harga X1, Z1, 1 dan C1

perhitungan diiterasi sampai dengan batas akhir X yang telah ditentukan dalam program sehingga perhitungan berhenti. Kemudian di lanjutkan den-gan perhitunden-gan denden-gan mengaplikasikan model ODE (Ordinary Differential Equation) dari persa-maan MATLAB Function Reference (MATLAB 7.01).

𝑔 =𝑑𝐶 𝑑𝑍

dengan C sebagai fungsi Z atau 𝐶 = 𝑓 𝑧 , dihasilkan dari polyfit sebelumnya yang menyederhanakan fungsi: ). ( ) , , (STZ C Z f C 

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Persamaan Empiris

Pada perhitungan secara empiris menggunakan persamaan empiris Medwin, Leroy, dan Mackenzie hasilnya menunjukan menunjukan pola perubahan kecepatan suara semakin bertambah dengan ber-tambahnya kedalaman sampai pada kedalaman sekitar 5 m. Kemudian kecepatannya bertambah secara perlahan terhadap kedalaman sampai pada kedalaman sekitar 14 m. Setelah kedalaman 15 m terjadi perubahan pola kecepatan suara berkurang secara perlahan terhadap kedalaman bahkan cen-derung konstan seperti yang ditunjukan oleh gam-bar 2. Ditinjau dari profil kecepatan suara di perai-ran laut Bengkulu memiliki korelasi yang sangat erat antara temperatur, salinitas, dan kecepatan suara terhadap kedalaman, yaitu menunjukkan pola

gra-fik yang hampir sama semakin kedalam semakin bertambah hal ini bersesuaian dengan (Barmawi, 1994).

Gambar 2. Profil Kecepatan Suara (C) terhadap kedalaman (D)

Secara grafis profil hubungan antara kecepatan suara terhadap kedalaman dari ketiga metode di-atas kemudian dibandingkan dengan data hasil pengukuran dilapangan maka metode Medwin yang paling bersesuaian dengan data hasil pengukuran lapangan. Ditinjau dari error-nya menggunakan pe-rumusan (MATLAB Function Reference) maka dida-pat metode Medwin memiliki error terkecil, yaitu 4,8224. Untuk metode Leroy adalah 62,8070 dan McKenzie adalah 11,8487, sehingga dapat dikatakan bahwa metode Medwin lebih tepat untuk mengem-piriskan kecepatan suara/akustik bawah air pada peraiaran laut kota Bengkulu.

Proses Polyfit

Pada prose polyfit dengan program matlab melalui perhitungan kesalahan diperoleh masing-masing error dari persamaan polynomial orde 17, 15, dan 19 tersebut terhadap data, sehingga didapatkan ha-sil sebagai berikut:

e_C19 = 1,1050, e_C15 = 1,3901, e_C17 = 1,1351 Berdasarkan pada gambar 3 maka dari ketiga persamaan polynomial dengan orde yang berbeda, dapat dikatakan persamaan polynomial orde 19 adalah yang paling mendekati data. Dalam peneli-tian ini diambil orde 19 sebagai orde yang paling tinggi untuk digunakan dalam program selanjutnya. Selain itu, error dari orde 19 ini cukup kecil diban-dingkan error pada persamaan Mackenzie sehingga cukup memenuhi. Dalam penelitian ini dipilih orde 19, orde 15 dan orde 17 untuk digunakan pada program selanjutnya karena lebih menghasilkan

(4)

hasil yang lebih baik. Jika di gunakannya orde 19 pada pemrograman berikutnya, digunakan orde 19 karena orde 19 memiliki error yang kecil. Sedang-kan orde 15 dan orde 17 hanya sebagai pemband-ing saja.

Gambar 3. Nilai koefisien P yang diperoleh dari polyfit Secara matematis melalui perhitungan kesalahan diperoleh bahwa polynomial orde 19 memiliki error terkecil dengan urutan e_C19 (1,1050) < e_C17 (1,1351) < e_C15 (1,3901), sehingga Persamaan Polinomial yang akan digunakan untuk perhitungan selanjutnya adalah orde 19. Dimana persamaan polynomial orde 19 hasil dari polyfit ini merupakan fungsi dari Z saja serta lebih sederhana dibanding-kan metode Mackenzie yang merupadibanding-kan fungsi dari S, T dan Z. Perhitungan dengan menggunakan satu variable akan lebih sederhana dan dapat diselesai-kan dengan ODE (Ordinary Differential Equation), dalam penelitian ini digunakanlah ODE45.

Pola Propagasi Suara Bawah Air (Ray Path)

Ganbar 4. Pola propagasi suara pada kedalaman 100 m Pada Gambar 4, dihasilkan Ray Path yang me-munculkan adanya Convergen zone dan membentuk

Shadow Zone di beberapa bagian. Gambar 5

me-nunjukkan bahwa suara loop kembali ke permu-kaan pada jarak yang teratur sekitar 1,5 m hal ini tergantung pada suhu air permukaan. Daerah-daerah kekuatan suara yang lebih tinggi ini disebut daerah konvergensi karena tempat berkumpulnya gelombang akustik akibat pengaruh profil kecepatan suara dalam air, letak sumber dan dasar laut. Di daerah propagasi ini tempat mahkluk hidup di laut seperti ikan berkumpul, yang merupakan daerah potensi penangkapan ikan untuk nelayan. Daerah dengan kedalaman 100 m - 200 m ini masih dapat ditembus cahaya, sehingga kedalaman ini sangat mudah untuk diteliti karena relatif mudah untuk dijelajahi dengan peralatan menyelam konvensional. Pada daerah ini terdapat banyak ikan, mamalia laut, dan kehidupan laut lainnya. Namun pada daerah ini belum cukup aman untuk kapal selam bersembunyi walau terdapat Shadow Zone. Karena selain pola perambatan suaranya yang dipantulkan juga karena merupakan tempat yang agak dangkal dan cahaya masih dapat menembus ke dalam air.

Gambar 5. Pola propagasi suara pada kedalaman 500 m Pada Gambar 5, terlihat adanya Deep Sound

Channel, yang terletak di kedalaman 500 m,

se-hingga semua gelombang akustik yang dipancarkan kebawah karena gradien negative, akan dibelokkan keatas karena gradient positif dibawahnya, begitu-pula sebaliknya. Seolah-olah gelombang akustik ter-perangkap pada kedalaman tersebut hal ini berse-suaian dengan (Davis, 1973). Shadow Zone juga terdapat di lapisan atas dan bawah terperangkapnya gelombang akustik tersebut. Pada daerah ini baik untuk nelayan untuk menangkap ikan, karena pada daerah yang terkena pancaran sinar akan mem-permudah nelayan untuk penangkapan ikan. Lain halnya untuk kapal selam, walau memiliki daerah

Shadow Zone tapi belum aman untuk kapal selam

untuk bersembunyi. Shadow zone Deep Sound Channel Convergence zone Deep Sound Chan-nel

(5)

Pada Gambar 6 dapat di lihat terdapat Shadow

Zone, dan menurut (Garrison, 2007) bahwa daerah

ini merupakan daerah kosong atau gap dimana tidak ada gelombang akustik yang melaluinya. Sehingga apabila ada target yang berada di zona bayangan tersebut tidak akan dapat dideteksi oleh peralatan akustik. Pada kedalaman ini di dapat pola propagasi suara yang tidak begitu memancar ehing-ga kapal selam lebih aman bersembunyi pada keda-laman ini. Akan tetapi saat tiba untuk berkomunikasi dengan pangkalan atau komando induk, ini meru-pakan saat yang sulit. Kapal terpaksa harus mende-kati permukaan laut untuk dapat melakukan komu-nikasi dan ini membuatnya menjadi rentan terha-dap deteksi radar atau sonar dan mudah diserang pihak musuh. Jika sudah berada pada kedalaman operasional, sebuah kapal selam hanya bisa mela-kukan komunikasi jarak jauh pada frekuensi sangat rendah (ELF) dengan gelombang frekuensi kurang dari 100Hz untuk bisa mengirimkan signal pada ke-dalaman ratusan meter dibawah laut. Jenis gelom-bang seperti itu membuat proses komunikasi men-jadi tidak optimal karena daya yang dihasilkan san-gat rendah. Gelombang rendah (ELF) hanya mam-pu mengirimkan data dengan kecepatan data seki-tar 1 bit per menit.

Gambar 6. Pola propagasi suara pada kedalaman 2000 m

4 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Secara empiris metode Medwin memiliki error ter-kecil, yaitu 4,8224 dibandingkan metode Leroy adalah 62,8070 dan McKenzie adalah 11,8487, se-hingga dapat dikatakan bahwa metode Medwin le-bih tepat untuk mengempiriskan kecepatan sua-ra/akustik bawah air pada peraiaran laut kota Beng-kulu.

Profil kecepatan suara di perairan laut Bengkulu memiliki korelasi yang sangat erat antara tempera-tur, salinitas, dan kecepatan suara terhadap keda-laman, yaitu menunjukkan pola grafik yang hampir sama semakin kedalam semakin bertambah.

Pola propagasi (perambatan) suara bawah air yaitu Ray Path untuk perairan Bengkulu menunjuk-kan adanya fenomena terbentuknya Deep Sound

Channel, Covergence Zone dan Shadow Zone.

Saran

Untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan den-gan persamaan-persamaan empiris yang lain dan memperbanyak data, sehingga hasil yang didapat semakin baik.

REFERENSI

[1] Hutabarat, S. dan Evans, 1985, Pengantar Oseanografi,

UI-Press, Jakarta.

[2] Barmawi, M. 1994, Akustik Bawah Air, Kursus Intensif

Oseanografi bagi Perwira TNI AL, LPM-ITB dan Juru-san GM ITB, Bandung.

[3] Lawrence, E. Austin, R. Alan, B. dan James, V. 1984,

Fundamentals of Acoustics, Monterey.

[4] MATLAB 7.01 Release 14 with Service Pack 1,

MAT-LAB Function Reference.

[5] Davis, Jr. R.A., 1973, Principles of Oceanography,

Addi-son Wesley Publishing Co., Massachussets

[6] Garrison, T. 2007. Oceanography An Invitation to

Ma-rine Science. California

[7] Severdrup, A. Duxbury, B. Duxbury, C. 2006.

Funda-mentals of Oceanography. USA Deep

Sound Channel Shadow zone

Gambar

Gambar 1. Alat CTD (Conductivity, Temperature, Depth)  Pengolahan data hasil survey lapangan ini  menggu-nakan  bahasa  pemograman  Matlab  dengan   bebe-rapa  tahapan,  yaitu  perhitungan  dari  persamaan  empiris,  proses  Polyfit,  proses  Ray  Tracing
Gambar 2. Profil Kecepatan Suara (C) terhadap  kedalaman (D)
Gambar 3. Nilai koefisien P yang diperoleh dari polyfit  Secara matematis melalui perhitungan kesalahan  diperoleh bahwa polynomial orde 19 memiliki error  terkecil  dengan  urutan  e_C19  (1,1050)  &lt;  e_C17  (1,1351)  &lt;  e_C15  (1,3901),  sehingga

Referensi

Dokumen terkait

Mentawai, Perairan Bengkulu dan P.Enggano, Perairan Barat Lampung, Perairan Kep.Anambas dan Kep.Natuna, Laut Natuna, Perairan Timur Kep.Riau dan Lingga, Perairan

Mentawai, Perairan Bengkulu dan P.Enggano, Perairan Barat Lampung, Perairan Kep.Anambas dan Kep.Natuna, Laut Natuna, Perairan Timur Kep.Riau dan Lingga, Perairan

Perairan Sabang - Banda Aceh, Perairan Meulaboh, Perairan Barat Kep.Simeulue sampai Kep.Mentawai, Perairan Bengkulu dan P.Enggano, Perairan Barat Lampung, Laut

Perairan P.Simeulue, Perairan Kep.Nias – Sibolga, Perairan Kep.Mentawai – Padang, Perairan Bengkulu, Perairan Kep.Anambas dan Kep.Natuna, Laut Natuna, Perairan Kep.Riau

Laut Andaman, Perairan Sabang – Banda Aceh, Perairan P.Simeulue – Meulaboh, Perairan Kep.Nias, Perairan Kep.Mentawai, Perairan Bengkulu dan P.Enggano, Perairan Barat

Perspektif merupakan suatu kondisi keterbatasan kemampuan mata manusia melihat suatu objek, dimana benda yang dekat dengan mata akan terlihat lebih besar

Singapura pada masa a#al berdirinya bukanlah sebuah negara maju. a hanya sebuah negara ke7il yang pernah dijajah oleh nggris dan dijadikan pusat perdagangan dan pangkalan

Pengaturan Glebagan Areal Tanaman Tebu Rakyat (TRI) dan Sangsi-Sangsinya terhadap Petani Pemilik Sawah untuk Desa Sedayu, dari Tahun ke Tahun dan Seterusnya, Senarai Arsip