Opsi Percepatan
Implementasi SRAP
REDD+ dalam RENSTRA
dan RENJA SKPD Kaltim
Pendahuluan
Kaltim telah menyelesaikan dokumen Strategi dan
Rencana Aksi Provinsi (SRAP) upaya Pengurangan
Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+)
(Agts 2012), mendampingi Rencana Aksi Daerah Gas
Rumah Kaca (RAD GRK)
Implementasi SRAP REDD+ akan efektif bila substansi
yg ada dapat diintegrasikan ke dalam perencanaan
regional (RPJMD; RKPD) atau perencanaan sektoral
(Renstra; Renja SKPD)
Sektor-sektor pembangunan terkait SRAP REDD+
utamanya yg bergerak pada basis lahan dan/atau
SDH, khususnya: Kehutanan, Perkebunan, Pertanian
dan Pertambangan
Tujuan dan Lingkup
Materi ini bertujuan untuk menyampaikan usulan
beberapa opsi yg mungkin dapat ditempuh oleh SKPD
dalam rangka mempercepat implementasi SRAP REDD
+ Kaltim
Ruang lingkup dari materi:
a. Uraian ringkas latar belakang SRAP REDD+
b. Isu-isu utama dan posisi sektor pembangunan
c. Usulan Opsi integrasi SRA dalam RENSTRA/RENJA
d. Tantangan akselerasi implementasi SRAP
SRAP REDD+ Kaltim
Atas dasar komitmen Indonesia kepada masyarakat
internasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
(khususnya karbon) sebesar 26% - 41% pada tahun 2020
Kalimantan Timur (Kaltim) menyadari peran penting
untuk berkontribusi melalui pengurangan emisi dari
deforestasi dan degradasi hutan (REDD+), karena:
a. Memiliki kawasan hutan terluas (14,7 juta ha)
b. Ekonomi/Invest berbasis lahan/SDA tumbuh pesat
Merujuk STRANAS REDD+ dan berdasarkan paling tidak
Pengelompokan pemanfaatan lahan di Kaltim dan asumsi tutupan lahan
tahun 2020 berdasarkan perencanaan pembangunan daerah
Pengelompokan pemanfaatan lahan di Kaltim dan asumsi tutupan lahan
tahun 2020 berdasarkan perencanaan pembangunan daerah
Perhitungan emisi bidang berbasis lahan dilakukan berdasarkan metode
Stock Difference
, dengan menggunakan
data tutupan lahan 2006 dan 2011 dari Ditjen Planologi Kehutanan Kemenhut serta data Unit Perencanaan yang
diturunkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kalimantan Timur.
ASUMSI DASAR PERHITUNGAN
12,679,052.94 4,437,046.73 0.00 2,000,000.00 4,000,000.00 6,000,000.00 8,000,000.00 10,000,000.00 12,000,000.00 14,000,000.00 ton C O 2 e q 2. Hutan Lindung Forward Looking 11,070,164.95 3,580,016.15 0.00 2,000,000.00 4,000,000.00 6,000,000.00 8,000,000.00 10,000,000.00 12,000,000.00 ton C O 2 e q 3. Hutan Produksi Forward Looking 1,364,850.08 487,769.43 0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 ton C O 2 e q
4. Hutan Produksi Terbatas
Perhitungan emisi
bidang berbasis
lahan dilakukan
berdasarkan
metode
Stock
Difference
, dengan
menggunakan data
tutupan lahan
2006 dan 2011
dari Ditjen
Plano-logi Kehutanan
Kemenhut serta
data Unit
Perenca-naan yang
ditu-runkan dari
Renca-na Tata Ruang
Wilayah Provinsi
(RTRWP)
Kaliman-tan Timur.
ASUMSI DASAR
PERHITUNGAN
No. Penutupan Lahan Skenario Penurunan Emisi Keterangan Skenario
1 Food Estate Skenario 7 Mempertahankan kondisi kawasan dengan praktek yang ramah lingkungan
2 HL Skenario 1 1. Menjaga hutan primer dan sekunder 2. Rehabilitas lahan terbuka menjadi belukar
3 HP Skenario 3 Menjaga areal yang masih berhutan
4 HPT Skenario 3 Menjaga areal yang masih berhutan
5 IUPHHK-‐HA Skenario 2 Mendorong swasta untuk segera menanam pada Lahan terbuka menjadi hutan tanaman
6 IUPHHK-‐HT Skenario 2 Mendorong swasta untuk segera menanam pada Lahan terbuka menjadi hutan tanaman
7 Jalan skenario 6 Penghijauan; 30% lahan terbuka menjadi semak belukar
8 Kawasan Industri Kariangau skenario 6 Penghijauan; 30% lahan terbuka menjadi semak belukar
9 Perkebunan Skenario 4 1. Melakukan penanaman perkebunan (sawit) pada lahan terbuka dan belukar 2. Area perkebunan luasannya akan dipertahankan.
10 KSA/KPA Skenario 3 Menjaga areal yang masih berhutan
11 Kawasan Industri Maloy skenario 6 Penghijauan; 30% lahan terbuka menjadi semak belukar
12 Moratorium skenario 8 Mempertahankan kondisi kawasan
13 Pemukiman, Fasos, Fasum, Lhn Garapan Masyarakat skenario 6 Penghijauan; 30% lahan terbuka menjadi semak belukar
14 Rencana untuk Pembangunan & Pertanian dalam arY luas n/a
15 Pertambangan Skenario 5 Mendorong perusahaan untuk mercepatan reklamasi dan revegetasi sehingga pada tahun 2020 luas lahan tambang terganggu sudah direklamasi dengan rasio 50 %
16 Transmigrasi Skenario 7 Mempertahankan kondisi kawasan dengan praktek yang ramah lingkungan
17 Unit Rencana Lainnya skenario 6 Penghijauan; 30% lahan terbuka menjadi semak belukar
18 Gambut Kawasan Hutan skenario 8 Mempertahankan kondisi kawasan
19 Gambut Non Kawasan Hutan skenario 8 Mempertahankan kondisi kawasan
20 Gambut Moratorium skenario 8 Mempertahankan kondisi kawasan
0.00 100,000,000.00 200,000,000.00 300,000,000.00 400,000,000.00 500,000,000.00 600,000,000.00 700,000,000.00 800,000,000.00 900,000,000.00 1,000,000,000.00 Historical Forward Looking
Distribusi BAU Baseline Historical dan Forward Looking Per Unit
Perencanaan Landbase
1,269,636,363 1,532,651,876 1,192,221,824 1,293,155,023 0 200,000,000 400,000,000 600,000,000 800,000,000 1,000,000,000 1,200,000,000 1,400,000,000 1,600,000,000 1,800,000,000 2006-‐2011 20011-‐2016 2016-‐2020 ton C O 2 e qBAU -‐ Forward Looking Skenario Penurunan Emisi
BAU Baseline Forward Looking dan Skenario Penurunan Emisi
bidang Landbase
15,63 %
Landbase + Peternakan +Pertanian, 1,533.62 , 96% Limbah (Limbah Padat domeYk dan Industri + Air Limbah Industri), 10.24 , 1% Energi, Transportasi, Industri, 50.56 , 3%Kontribusi Sektor pada Total Emisi GRK di KalPm (dalam juta ton CO2 eq)
Landbase + Peternakan +Pertanian, 1,293.89 , 96% Limbah (Limbah Padat dometik dan Industri + Air Limbah Industri), 7.71 , 1% Energi, Transportasi, Industri, 43.68 , 3%
Kontribusi Mitigasi Total Emisi GRK setiap Sektor (juta ton CO2 eq)
Distribusi Emisi Forward Looking dan Skenario
Penurunan Emisi diantara unit perencanaan
Peraturan/Kebijakan Pembangunan dan Dinamika Poleksosbud
VISI
MISI
TUJUAN
STRATEGI/ RENCANA
AKSI
Tata Kelola Hutan
yang Baik
Fungsi Ekologi &
Manfaat Ekonomi
Masyarakat
Sejahtera
Isu-Isu Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan di Kaltim
Pengembangan
Kelembagaan
Penyempurnaan
Perencanaan
Penegakan
Hukum
Peningkatan
Kapasitas
Jangka Pendek 2012
-2014
Jangka Menengah
2012 - 2020
Jangka Panjang
2012 - 2030
SRAP Pra-Syarat
SRAP Kondisi Pemungkin
SRAP Reformasi Sektor
Pembangunan
SRAP MRV
VISI, MISI, TUJUAN DAN STRATEGI SRAP REDD+
Isu Utama dan Posisi Sektor
Disamping pertumbuhan investasi, PDRB, dan
penda-patan perkapita Kaltim yang meningkat cukup pesat,
ada implikasi negatif terhadap lingkungan yg timbul
mengingat pendukung utama perekonomian adalah
sektor berbasis lahan/SDA termasuk hutan
Total investasi (perizinan) sektor kehutanan (hutan alam
dan tanaman) mencakup 5,1 jt hektar (opr.ca. 3,0%),
pertambangan 3,9 jt ha (opr. 1,6 jt), perkebunan 3,3 jt
ha (opr. 800.000 ha) dan operasional yang illegal dan
atau tidak terkontrol/terkendali berakibat perubahan/
konversi bentang lahan berhutan
Isu Utama Deforestasi dan Degradasi
Hutan dan Lahan Gambut di Kaltim
Pemanfaatan Kayu secara Berlebihan, Pembalakan Liar
(Illegal Logging) dan Pemiskinan Keanekaragaman Hayati
(Biodiversity)
Konversi Lahan Berhutan ke Perkebunan Sawit Skala Besar
Perambahan hutan (forest encroachments) dan
Extensifikasi Kemandirian Pangan (food estate)
Pembukaan Lahan untuk Pertambangan Batubara
Kebakaran Hutan dan Lahan (dan implikasinya)
Pembukaan dan Pemanfaatan Lahan untuk Berbagai
Ekspansi Pertambangan
Bappeda KalYm, 2012
Expansi Perkebunan Sawit
Rusmadi, 2007 Rusmadi, 2007
Resky, 2013
Aktivitas Antropogenik lainnya
Devung (2004)
Kebakaran Hutan dan Lahan
No.
Kabupaten/Kota
Luas Wilayah
(Ha)
Luas Lahan Kritis (Ha)
Dalam
Kawasan
Hutan
Di luar
Kawasan
Hutan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1.
Balikpapan
56.070
8.235
29.905
38.140
2.
Berau
2.252.171
606.004
206.637
812.641
3.
Bontang
16.339
4.356
3.165
7.521
4.
Bulungan
1.724.961
448.833
137.067
585.900
5.
Kutai Barat
3.094.379
965.736
305.974
1.271.709
6.
Kutai Kartanegara
2.632.600
923.997
348.750
1.272.747
7.
Kutai Timur
3.188.459
1.348.029
460.656
1.808.685
8.
Malinau
3.979.988
582.523
201.889
784.412
9.
Nunukan
1.387.542
296.076
170.359
466.435
10. Penajam Paser Utara
320.966
107.089
65.162
172.251
11. Pasir
1.093.638
447.629
192.625
640.253
12. Samarinda
71.823
830
50.497
51.328
13. Tana Tidung*)
-
-
-
-
14. Tarakan
25.181
7.147
9.581
16.727
Total Kaltim
19.844.117
5.746.485
2.182.265
7.928.749
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka (2010) dan BPDAS Mahakam - Berau (2010).
Keterangan: *) masih tergabung dengan kabupaten induknya (Bulungan).
LAHAN KRITIS
DI DALAM DAN
LUAR KAWASAN
HUTAN DI
KALTIM
Hampir seluruh
Ka-bupaten/Kota di
Kaltim memiliki
lahan kritis antara
30-50% luas
wila-yah administratif.
Dengan asumsi laju
deforestasi dan
de-gradasi hutan di
Kaltim per tahun
tetap (spt 2005/6)
500 ribu ha akan
terjadi bencana
lebih besar
Tingkat Kekritisan Lahan 1. Sangat Kritis 2. Kritis 3. Agak Kritis 4. Potensial Kritis 5. Tidak Kritis 0 50 100 200Kilometers
TINGKAT
KEKRITISAN
LAHAN DI
KALTIM
•
Sangat Kritis =
422.846,09 Ha;
•
Kritis = 780.865,96 Ha;
•
Agak Kritis =
3.812.370,04 Ha;
•
Potensial Kritis=
4.756.005,77 Ha;
•
Tidak Kritis=
9.919.047,23 Ha
No. Kabupaten/Kota Luas (Hektar) dalam Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1. Balikpapan - 300 400 400 400 1.500 2. Berau 2.000 3.000 5.000 5.000 5.000 20.000 3. Bontang - 50 50 100 100 300 4. Bulungan - 2.500 3.500 5.500 5.500 17.000 5. Kutai Barat - 5.000 5.000 5.000 10.000 25.000 6. Kutai Kartanegara 3.100 3.900 5.000 5.000 5.000 22.000 7. Kutai Timur - 5.000 10.000 10.000 10.000 35.000 8. Malinau 500 2.000 3.000 5.000 5.000 15.000 9. Nunukan - 2.000 2.000 2.000 2.000 8.000 10. Penajam Paser Utara - 1.000 1.000 2.000 2.000 6.000 11. Pasir - 2.000 2.000 3.000 3.000 10.000 12. Samarinda - 500 500 1.000 1.000 3.000 13. Tana Tidung*) - - - - - - 14. Tarakan 115 685 700 500 600 2.600Total: Kaltim 10.715 28.535 38.150 44.000 44.000 165.400
Sumber: Dinas Kehutanan Kaltim (2011)
Keterangan: *) Kabupaten Tana Tidung masih tergabung dengan kabupaten induknya (Bulungan).
KAPASITAS
REHABILITASI
HUTAN DAN
LAHAN DI
KALTIM
(1) Terdpt ketimpangan
antara laju perusakan
dan pemulihan; (2) Perlu
mencari sebab-sebab
utama
deforesasi/degra-dasi hutan; (3) Dukungan
seluruh sektor yang
berkontribusi (kehutanan
dan non-kehutanan)
Tahapan
dalam
Penetapan
SRAP REDD+
No. Kehutanan Pertanian Perkebunan Pertambangan Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
01 Contractual Arangement (Kontrak karya)
Kebijakan investasi skala besar yang tidak
terkontrol
Inkonsistensi perijinan dengan kesesuaian lahan dan kawasan yang dilindungi
Inkonsistensi perijinan dengan kesesuaian lahan dan kawasan yang dilindungi Pembangunan hanya mengejar peningkatan pertumbuhan ekonomi 02 Sistem perijinan (Governance)
Posisi tawar masyarakat lokal yang lemah
Korupsi perijinan Korupsi perijinan Tata ruang yang belum detail, be-lum operasional dan belum konsis-ten 03 Regulasi hasil Tata ruang yang belum
detail, be-lum
operasional, dan belum konsis-ten
Ekonomi masya-rakat sekitar hu-tan yang rendah
Belum adanya pembatasan produksi nasional
Open access terhadap hutan
04 Open access ter-hadap hutan
Kelembagaan re-solusi konflik be-lum terbangun
Open access ter-hadap hutan
Open akses ter-hadap hutan
Hak atas tanah hutan yang belum tuntas bagi semua pihak
05 Hak atas tanah dan hutan yang belum tuntas bagi semua pihak
Belum adanya kepastian hak dan ruang kelola masyarakat
Hak atas tanah dan hutan yang belum tuntas bagi semua pihak
Hak atas tanah dan hutan yang belum tuntas bagi semua pihak
06 Kepastian kawas-an/ tenurial
Pengembangan ekonomi rakyat belum menjadi prioritas kebijakan
Belum adanya pe-ta wilayah usaha pertambangan 07 Kelembagaan RHL yang
lemah dan tidak akuntabel
08 Koordinasi ka-wasan lintas administrasi yang lemah
Jmlh 8 akar masalah 6 akar masalah sektor
6 akar masalah 4 akar masalah sektor
5 akar masalah 3 akar masalah sektor
6 akar masalah 4 akar masalah sektor
5 akar masalah 2 akar masalah sektor
Catatan : Terdapat 2 akar masalah sebagai prioritas antar sektor yaitu : open akses dan hak atas tanah dan hutan serta inkonsistensi perijinan juga korupsi perijinan
AKAR MASALAH SEKTOR BERBASIS LAHAN/HUTAN
Opsi Integrasi RENSTRA/RENJA
Saat ini Provinsi Kaltim telah menyelesaikan RPJMD
2009/2013 dan akan segera menyusun RPJMD
2014/2018. Berlaku serupa bagi Kabupaten/Kota
dalam kurun waktu yg kurang lebih sama.
Perencanaan jangka menengah tersebut akan dijabar-kan
dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)/
Tahunan
Seiring dengan perencanaan regional tersebut, Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) juga mempersiapkan
rencana sektoral: Rencana Stratejik/RENSTRA (5 thn)
sebagai basis dari Rencana Kerja (Renja)/Tahunan
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
MITIGASI EMISI GRK
PELAPORAN, VERIFIKASI
PEMANTAUAN,
(MRV)
Limbah
AFOLU
Enerji, Trans-‐
portasi, IPPU
BAPPEDA BLH RPJP 2005-‐2020 RPJMD 2014-‐2018 2019 -‐2023 RKPD 2013 s/d 2025
RENJA
2013 s/d 2025
DISHUT DISTAN DISBUN UNMULRAD GRK
DDPI KALTIM
RENSTRA 2014-‐2018; 2019-‐2023; 2024-‐2028
REN-‐MRV GRK
KALTIM
DISPU-‐KIMPRASWIL DINAS LAIN
DISPERIN DIS ESDM DISHUB
SKPD/INSTANSI/LEMBAGA TERKAIT LAINNYA DI 14 KABUPATEN/KOTA DAN DESA
Gambar Posisi SRAP REDD+ dalam Kerangka Perencanaan Pembangunan dan
Implementasi RAD GRK KalPm
Keterangan: GRK (= Gas Rumah Kaca); AFOLU (=
Agriculture, Forestry and Land Use); IPPU (=
Industrical Produc7on and
Processing); RPJP (= Rencana Pembangunan Jangka Panjang); RPJMD (= Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah);
RKPD (= Rencana Kerja Pembangunan Daerah); Renstra (= Rencana Strategis); Renja (= Rencana Kerja); Ornop (= Organisasi
Non-‐Pemerintah); RAD GRK (= Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca); LCDP (= Low Carbon Development Plan); DDPI (= Dewan
Daerah Perubahan Iklim); REN-‐MRV GRK (= Rencana
Monitoring, Repor7ng and Verifica7on); BAPPEDA (= Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah); UNMUL (= Universitas Mulawarman); DISPU-‐KIMPRASWIL (= Dinas Pekerjaan Umum, Pemukiman dan
Prasarana Wilayah); DISHUT (= Dinas Kehutanan); DISTAN (= Dinas Pertanian); DISBUN (= Dinas Perkebunan); DISNAK (= Dinas
Peternakan); DISPERIN (= Dinas Perindustrian); DIS ESDM (= Dinas Enerji dan Sumberdaya Mineral); DISHUB (= Dinas
Perhubungan); BLH (= Badan Lingkungan Hidup) .
a.l. SRAP;
LCDP
Program Swasta, Ornop,