UJARAN INTERPERSONAL DALAM WACANA KELAS
(ANALISIS LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL)
DISERTASI
Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Linguistik pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara di bawah pimpinan Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H., M.Sc. (CTM), Sp.A.(K)
Dipertahankan pada tanggal 13 Agustus 2011 di Medan, Sumatera Utara
LIESNA ANDRIANY
068107004
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
UJARAN INTERPERSONAL DALAM WACANA KELAS
(ANALISIS LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL)
DISERTASI
Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Linguistik pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Telah Dipertahankan di Hadapan Panitia Ujian Terbuka
Pada HarI : Sabtu
Tanggal : 13 Agustus 2011 Pukul : 10.00 WIB
Oleh
LIESNA ANDRIANY
NIM 068107004
Judul Disertasi : UJARAN INTERPERSONAL DALAM WACANA KELAS (ANALISIS LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL)
Nama Mahasiswa : Liesna Andriany
NIM : 068107004
Program Studi : Linguistik
Menyetujui:
Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. Promotor
Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd. Ko-Promotor Ko-Promotor
Ketua Program Studi Linguistik, Direktur Sekolah Pascasarjana,
HASIL PENELITIAN DISERTASI INI TELAH DISETUJUI UNTUK SIDANG TERBUKA TANGGAL 13 AGUSTUS 2011
Oleh Promotor
Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.
Ko-Promotor
Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd.
Mengetahui
Ketua Program Studi Linguistik
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Diuji pada Ujian Disertasi Tertutup Tanggal : 13 Agustus 2011
PANITIA PENGUJI DISERTASI
Ketua : Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. USU Medan
Anggota : Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. UNIMED Medan Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd. UNIMED Medan Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. USU Medan Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd. UNIMED Medan Asruddin Barori Tou, M.A., Ph.D UNY Yogyakarta Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP USU Medan
Dengan Surat Keputusan
Rektor Universitas Sumatera Utara
Nomor : 1996/UN5.1.R/SK/SSA/2011 Tanggal : 7 Juli 2011
Diuji pada Ujian Disertasi Terbuka (Promosi) Tanggal : 13 Agustus 2011
PANITIA PENGUJI DISERTASI
Ketua : Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. USU Medan
Anggota : Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. UNIMED Medan Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd. UNIMED Medan Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. USU Medan Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd. UNIMED Medan Asruddin Barori Tou, M.A., Ph.D UNY Yogyakarta Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP USU Medan
Dengan Surat Keputusan
Rektor Universitas Sumatera Utara
Nomor : 2168/UN5.1.R/SK/SSA/2011 Tanggal : 3 Agustus 2011
TIM PROMOTOR
1 Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.
2 Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D.
TIM PENGUJI LUAR KOMISI
Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S.
Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd.
Asruddin Barori Tou, M.A., Ph.D
BUKTI PENGESAHAN PERBAIKAN DISERTASI
Judul Disertasi : Ujaran Interpersonal dalam Wacana Kelas (Analisis Linguistik Sistemik Fungsional) Nama Mahasiswa : Liesna Andriany
NIM : 068107004
Program Studi : Linguistik
No Nama Tanda Tangan Tanggal
1. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. 2. Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. 3. Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd. 4. Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. 5. Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd. 6. Asruddin Barori Tou, M.A., Ph.D 7. Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP
PERNYATAAN
Judul Disertasi
UJARAN INTERPERSONAL DALAM WACANA KELAS (ANALISIS LINGUISTIK SITEMIK FUNGSIONAL
Dengan ini penulis menyatakan bahwa disertasi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Doktor dari Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan disertasi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, 13 Agustus 2011
Penulis,
Disertasi ini kupersembahkan buat keluarga, bangsa
dan negara
Orang tua tersayang
Alm. Dawam Mulyokuncoro
Liena
Mertua tersayang
Alm. Abdul rahman
Almh. Putri Intan Podi
Suami tercinta
Hapcin
Suhairy,
S.E.,M.S.i.
Anak-anak dan menantu tercinta
Dian Permata Sari, S. Ked.
Afni
Benazir
Maulida
Hadry
Sa’adillah
Fattah
Kafrawi
Suryaningrat
ABSTRAK
UJARAN INTERPERSONAL DALAM WACANA KELAS : Analisis Linguistik Sistemik Fungsional, Liesna Andriany, Program S3, Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan
Penelitian ini mengkaji ujaran interpersonal dalam wacana kelas dengan tujuan menjelaskan terjadinya sistem modus, struktur mood, modalitas, dan interpretasi konteks sosial dalam wacana kelas. Analisis dilakukan dengan mengkaji teks menurut satuan leksikogramatika yang merealisasikan ujaran interpersonal dengan menggunakan pendekatan analisis wacana di bawah payung teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF).
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dibantu dengan data kuantitatif. Hasil analisis kuantitatif diuraikan dalam bentuk statistik sederhana berupa tabel dan persentase penggunaan unsur-unsur masalah yang diteliti, juga digunakan diagram untuk melihat tingkat perbandingan secara visual. Sumber data diperoleh dari 6 orang guru dan 232 siswa dari 3 sekolah di kota Medan.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa satuan leksikogramatika unsurnya dibangun dari subjek, predikator, komplemen, dan keterangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi leksikogramatika ujaran interpersonal dalam teks-teks yang diteliti menunjukkan bahwa seluruh modus (modus IND-DEK, IND-INT, IMP, dan PEN) ditemukan pada setiap teks baik direalisasikan guru maupun siswa. Modus DEK merupakan modus yang paling dominan digunakan. Penggunaan modus IND-DEK didorong oleh fungsi guru sebagai pemberi informasi/ilmu berkeinginan agar informasi tentang ilmu pengetahuan dapat sampai kepada siswa. Peringkat kedua yang dominan digunakan adalah modus IND-INT. Penggunaan modus IND-INT memotivasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu yang sedang dibicarakan, mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa, dan memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas. Urutan ketiga yang dominan digunakan adalah modus IMP. Modus IMP memotivasi siswa untuk melakukan sesuatu yang menyebabkan kesiapannya memulai serangkaian aksi atau perbuatan dalam mencapai tujuan tertentu. Modus keempat yang dominan digunakan adalah modus PEN. Penggunaan modus PEN bersifat persuasif. Pada kenyataannya guru lebih banyak membuat fungsi ujar (IND-DEK, IND-INT, IMP, dan PEN) merupakan cerminan ideologi bahwa guru adalah pemegang kekuasaan manajerial di kelas, juga pemegang otoritas keilmuan.
Variasi struktur Mood dapat diklasifikasikan menjadi delapan kelompok, yaitu (a) Subjek^Finit, (b) Subjek^[...]^Finit, (c) Subjek^Keterangan Mood^Finit, (d) Subjek^Finit^[...]^Keterangan Mood, (e) Keterangan Mood^Finit, (f) Keterangan Mood^Subjek^Finit, (g) Finit^[...]^Keterangan Mood, (h) Finit^[...]^subjek. Struktur Mood yang paling dominan adalah Subjek^Finit. Penggunaan Subjek^Finit didorong oleh pengambilan keputusan terkait dengan pokok persoalan yang disajikan cenderung dilakukan tanpa ragu-ragu. Begitu juga
penggunaan polaritas yang sebagian besar positif disebabkan oleh guru dan siswa mempunyai sikap positif terhadap pokok persoalan yang disajikan.
Modalitas yang ditemukan adalah modalisasi kemungkinan dengan derajat menengah dan tinggi mendominasi jenis dan nilai modalisasi lain. Sikap seperti ini didorong oleh keyakinan guru atas kepastian atau kebenaran terjadinya informasi yang diungkapkan. Sementara itu, siswa lebih banyak menggunakan modalisasi-kemungkinan dengan derajat menengah ke bawah. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kepastian dan kebenaran yang terjadi berada pada tingkat menengah ke bawah. Penggunaan modulasi yang didominasi oleh keharusan dengan derajat menengah dan tinggi banyak digunakan oleh guru yang bernada imperatif dan instruktif. Modalitas ini didorong oleh posisi guru sebagai pihak yang lebih tinggi daripada siswa.
Pada wilayah konteks sosial ditemukan bahwa dalam hal status menunjukkan ketidaksetaraan status antar pelibat (guru – siswa). Dalam hal kontak, menunjukkan tingkat keterlibatan (intensitas) antara sesama pelibat sangat inten atau frekuensinya tinggi, bersifat rutin dan dalam suasana resmi dan formal. Dari segi afek yang berperan menunjukkan sikap emotif pembicara kepada mitra bicara menunjukkan afek positif.
ABSTRACT
INTERPERSONAL UTTERANCES IN CLASSROOM DISCOURSE: Systemic Functional Linguistic Analysis, Liesna Andriany, Program S3, Postgraduate of North Sumatra University, Medan
This research studies the interpersonal utterances in classroom discourse. This research aims to describ the form of modus system, mood structure, modality and interpretation of social context in classroom discourse. The analysis is conducted by studying the text according to the lexicogramatical units that realize the interpersonal utterances by using the discourse analysis approach in theory of Systemic Functional Linguistic.
This research is a qualitative research that supported by quantitative data. The results of quantitative analysis is described in the form of simplest statistic form such as table and percentage of using the studied problem elements and use the diagram to see the comparison level visually. The data are collected from 6 teachers and 232 students from 3 schools in Medan .
The results of this research that the interpersonal meaning of classroom discourse text is studied and realized by lexicogramatical units, i.e. Subject, predicate, complement and adjunct. The results of research indicates that the representation of interpersonal meaning lexicogramatical in the studied text by clause system focus indicates that the using of modus (modus of DEK, IND-INT, IMP and PEN) on each text that realized either by teachers or the students. Modus of IND-DEK is used as a consequence of the function of teacher as the giver of information/knowledge so the information that related to any knowledge aspect especially Bahasa can be accepted by the student. The consequences of the using of IND-INT modus, increasing the participation of students in learning and teaching activity, establishing students’ interest and desire to the discussed topic, developing a pattern and method of learning and teaching activity, because thinking itself actually is asking and focusing the concentration of the students to the discussed issue. The IMP modus is used to establish the motivation and encourage the students to do anything that cause their readiness to begin the action or deed in achieving the certain goal. PEN modus which is used is persuasive. The using of ellipsis caused by the desire to make the pronunciation efficient and also for the teachers who control the interaction. In fact, the teachers more make the pronunciation function is the reflection of the ideology that teacher is the managerial power holder in the class, as well as the knowledge authority holder.
Related to the mood structure found that mood structure variation can be classified become eight groups; (a) subject finite, (b) subject ^[...]^ Finite, (c) subject^Adjunct Mood^Finite, (d) Finite, Subject^Finite^[...]^Adjunct Mood, (e) Adjunct Mood^Finite, (f) Adjunct Mood^Subject^Finite^[...]Adjunct Mood, (h)Finite^[...]^Subject.
The most dominant mood structure is Subject^Finite caused by the decision making by the speaker related to the topic of issue which is presented usually done without a doubt. As well as the using of polarity which almost all are positive because the teacher and student have a positive behavior to the presented issue.
Related to the modality issue found that the probability modality with the high and medium degree is more used by the teachers than another type and modality values. This is such behavior caused by teachers’ trust on the certainty or rightness to the happening information revealed. On the other hand, the students more use probability modality with the middle to the lower indicates that certainty level and rightness which happen in certainty and rightness on middle level to lower. The using of modality that dominated by an obligatory with the middle degree and higher more used by the teachers with imperative tone and instructive because the teachers pose themselves as the higher party than the students. From the all modality, the most dominant is obligatory modality with the middle and high degree.
In the social context found that in the issue of the status shows the inequality status among the parties (teacher-student). In a contact, shows the participation level (intensity) among each parties very intent or the frequency is high because its routine and in the legal and formal situation. From the affect side that has a role to show the speaker’s emotive behavior to the speaking partner shows positive affect.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin. Sukur dan puji penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat yang diberikan kepada penulis sehingga penulisan disertasi yang berjudul “Ujaran Interpersonal dalam wacana Kelas (Analisis Linguistik Sistemik Fungsional)” ini dapat diselesaikan seperti yang diharapkan. Salawat dan salam penulis ucapkan keharibaan Nabi Muhammad S.A.W yang telah memberi suri teladan dalam berkehidupan di dunia.
Disertasi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut berpartisipasi dalam proses pendidikan dan penyelesaian disertasi ini.
Ucapan terima kasih kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr Syahril Pasaribu, DTM & H., M.Sc. (CTM), Sp.A. (K) dan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE yang telah memberi izin dan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Demikian pula ucapan terima kasih kepada Rektor Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Dr. Ir. M. Asaad, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Sumatera Utara (FKIP-UISU) Drs. A. Rahim Harahap, M.M., dan Ketua Prodi PBSI-UISU Dra. Deliani, M.Si. yang secara institusional telah mengizinkan penulis mengikuti program Doktor Linguistik di Sekolah Pascasarjana USU Medan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof. Tengku Silvana Sinar, M.A., Ph.D. selaku Promotor dan sekaligus sebagai Ketua Program Studi Doktor Linguistik, juga mantan Koordinator Kopertis Wilayah I - NAD yang dengan kesabaran, kelembutan, keibuan, keilmiahan, professional dan penuh kewibawaan ilmiah telah mencurahkan perhatiannya sejak sebelum memasuki Pascasarjana USU ini sampai penyelesaian studi Doktor penulis. Pemberi motivasi untuk melanjutkan studi sampai ke jenjang doktor, pemberian izin belajar, serta bantuan moril sangat banyak penulis peroleh. Bimbingan-bimbingan dan arahan menuju professional akademik banyak diberikan kepada penulis sehingga penulis dengan penuh keyakinan dapat menguasai permasalahan yang berkaitan dengan disertasi ini dan hal-hal yang erat kaitannya dengan bidang keilmuan. Beliau juga telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program Sandwich di University of Malaya
(UM) di Kuala Lumpur Malaysia.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. selaku Kopromotor I, yang telah memberikan motivasi, koreksi, pengamatan yang teliti, sumbangan pikiran, sumbangan materi pendukung, baik dalam bentuk buku, bahan-bahan lain, telah memperkaya, dan sekaligus penyempurnaan disertasi ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd., selaku Kopromotor II, yang telah memberikan bimbingan dalam proses penulisan disertasi ini serta arahan profesional akademik sehingga penulis dengan penuh keyakinan dan kematangan dapat menguasai
seluruh permasalahan yang berkaitan dengan disertasi ini dan hal-hal lain yang tertaut dengan bidang keilmuan.
Ucapan terima kasih kepada seluruh penguji, Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S., Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd., Asruddin Barori Tou, M.A., Ph.D, dan Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP., yang telah bersedia mengoreksi, merevisi, memberi sumbangan yang cemerlang, memberi penilaian, dan membantu memberi masukan yang berharga demi sempurnanya disertasi ini.
Ucapan terima kasih kepada Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP, yang secara khusus merevisi disertasi ini dengan memberi masukan yang konstruktif serta sumbangan pikiran yang cemerlang baik ketika formal maupun tidak formal sehingga disertasi ini menjadi lebih sempurna.
Ucapan terima kasih kepada semua dosen Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana USU Medan yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu mereka yang sangat berguna kepada penulis selama masa perkuliahan.
Terima kasih kepada teman angkatan kedua pada pendidikan Doktor Linguistik USU yang senantiasa memotivasi penulis untuk terus belajar. Terima kasih juga kepada staf administrasi Program Studi Linguistik USU yang telah memberi pelayanan administrasi yang baik dan penuh kekerabatan selama masa studi penulis.
Ucapan terima kasih kepada Kepala Sekolah SMA Prayatna Drs. H. Lagut Dongoran, Kepala Sekolah SMA Panca Budi Amdan, S.H., Kepala Sekolah SMA Budi Agung Drs. Sandi Basuki yang telah memberi izin kepada penulis untuk pengambilan data disertasi ini. Terima kasih dan apresiasi kepada Drs. Ahmad
Firman, Afida Yusra, S.Pd., Drs. Tepu Sitepu, M.Si., Neni Andriani, S.Pd., Lili Nurindah Sari, S.Pd., dan Dra. Siti Ropiah Lubis yang bersedia menjadi subjek penelitian disertasi ini.
Sembah sungkem dan terima kasih untuk almarhum papa Dawam
Mulyokuncoro dan Ibunda Liena tercinta yang telah bersusah payah membesarkan, mengasuh, mendidik, mendoakan penulis dengan penuh kesabaran, kelembutan, dan kasih sayang sehingga akhirnya penulis sampai pada jenjang pendidikan yang tinggi. Penghargaan yang sama juga penulis haturkan kepada almarhum Bapak dan Ibu Mertua. Semoga Allah menerima semua amal ibadah Papa, Bapak dan Ibu Mertua .dan ditempatkan-Nya di tempat yang sebaik-baiknya, demikian juga Ibunda agar tetap sehat dan diberi-Nya usia yang penuh berkah. Amin. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua adik-adik dan seluruh keluarga yang senantiasa mendukung penulis untuk menyelesaikan disertasi ini.
Sembah sungkem dan terima kasih yang teristimewa untuk suami tercinta
Hapcin Suhairy, SE. M.Si. yang selalu setia, memahami, dan penuh pengertian dengan kekurangperhatian istrinya selama menyelesaikan pendidikan Doktor ini, begitu juga dengan anak-anak tercinta Dian Permata Sari, S. Ked., Afni Benazir, Maulida Hadry Saadillah, Fattah Kafrawi Suryaningrat, dan menantu Handiro Efriawan, S.Pi., M.Si. yang penuh pengertian dan memahami kurang perhatian dari ibunya. Pengertian dan doa mereka merupakan hadiah dan bantuan yang tidak ternilai untuk penyelesaian sekolah program Doktor ini. Semoga anak-anak tercinta dapat mengikuti langkah Ibunda kalian dalam menuntut ilmu.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang belum disebut satu persatu, yang telah banyak membantu penulis baik moral, materil, dukungan, dan doa selama penulis mengikuti pendidikan sampai selesai. Pada kesempatan ini, penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan yang mungkin terjadi selama mengikuti pendidikan dan kebersamaan.
Peneliti menyadari bahwa disertasi ini masih jauh untuk dikatakan sempurna. Oleh sebab itu, masukan dan kritik yang sifatnya membangun dan konstruktif selalu penulis harapkan. Akhirnya, semoga disertasi ini dapat bermanfaat.
Medan, 13 Agustus 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ... i ABSTRAC ... iii KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... x DAFTAR TABEL ... xvDAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR ARTI SINGKATAN DAN LAMBANG ... xix
GLOSARI ... ... xx BAB I : PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... ... 1 1.2 Masalah Penelitian ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II, KONSEP DASAR, LANDASAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 9
2.1 Konsep Dasar ... 9
2.1.1 Wacana dan Teks ... 10
2.1.2 Wacana Kelas ... ... 12
2.1.3 Klausa ... 15
2.2 Landasan Teori ... 17
2.2.1 Teori Linguistik Sistemik Fungsional... 17
2.2.2 Alasan Memilih Teori Linguistik Fungsional Sistemik... 20
2.2.3 Perbedaan antara Tatabahasa Formal dan Tatabahasa Fungsional ... 23
2.2.4 Orientasi Teori 1 : Latar Belakang Teori ... 24
2.2.4.1 Pengertian Linguistik Sistemik Fungsional... 26
2.2.4.1.2 Bahasa adalah Fungsional ... 29
2.2.4.1.3 Bahasa adalah Kontekstual ... 30
2.2.4.2 Metafungsi Bahasa ... 31
2.2.4.3 Konteks Situasi ... 41
2.2.4.4 Model-model Konteks Sosial pada Linguistik Fungsional Sistemik ... 45
2.2.5 Orientasi Teori 2: Kerangka Kerja Teori Linguistik Fungsional Sistemik ... 50
2.2.5.1 Kerangka Kerja Teori - Metafungsi Interpersonal... dalam Linguistik Sistemik Fungsional... 50
2.2.5.2Perspektif dalam Dimensi Interpersonal pada Penggunaan Bahasa ... 51
2.2.5.3 Kerangka Kerja Analisis Interpersonal ... 53
2.2.5.3.1 Realisasi Makna Interpersonal ... 53
2.2.5.3.2 Sistem Klausa ... 54
2.2.5.3.3 Fungsi Klausa ... 55
2.2.5.3.4 Struktur Mood dan Residu ... 56
2.2.5.4 Modus dan Ujaran Interpersonal ... 58
2.2.5.5 Gramatikal Person dan Makna Interpersonal ... 70
2.2.5.6 Modalitas dan Makna Interpersonal ... 70
2.3 Kajian Pustaka ... 74
2.3.1 Kajian Wacana Kelas ... 75
2.3.2 Kajian Terdahulu ... 78
2.4 Kerangka Pikir Penelitian ... 82
BAB III METODE PENELITIAN ... 87
3.1 Rancangan Penelitian ... 87
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 88
3.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 90
3.6 Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ……….... 97
3.7 Analisis Data ... 98
3.8 Prosedur Analisis Data ... 100
BAB IVANALISIS UJARAN INTERPERSONAL DALAM WACANA KELAS: ... 105
4.1 Sistem Modus ……….……… 105
4.1.1 Jenis dan Fungsi Modus ... ………....………...….. 105
4.1.1.1 Modus Indikatif ... 108
4.1.1.1.1 Modus Indikatif – Deklaratif ... 108
4.1.1.1.2 Modus Indikatif – Deklaratif Negatif ... 114
4.1.1.1.3 Modus Indikatif – Interogatif ... 120
4.1.1.1.3.1 Modus Indikatif – Interogatif-Kata Tanya ... 121
4.1.1.1.3.2 Modus Indikatif – Interogatif-ya/Tidak ... 126
4.1.1.2 Modus Imperatif ... 131
4.1.1.3 Modus Penawaran ... 135
4.1.2 Jenis dan Fungsi Modus Guru ... 139
4.1.3 Jenis dan Fungsi Modus Siswa ... 144
4.1.4 Klausa Major dan Klausa Minor ... 147
4.1.4 .1 Klausa Major ... 148
4.1.4 .2 Klausa Minor ... 151
4.1.5 Klausa Elipsis ... 153
4.2 Struktur Mood ... 157
4.2.1 Variasi Struktur Mood ... 157
4.2.2 Polaritas ... 181 4.3 Modalitas ... 206 4.3.1 Modalitas dalam WK1 ... 208 4.3.2 Modalitas dalam WK2 ... 217 4.3.3 Modalitas dalam WK3 ... 223 4.3.4 Modalitas dalam WK4 ... 231 4.3.5 Modalitas dalam WK5 ... 240
4.3.6 Modalitas dalam WK6 ... 246
BAB V INTERPRETASI UJARAN INTERPERSONAL DALAM WACANA KELAS ... 257
5.1 Interpretasi Sistem Modus dalam Wacana Kelas ... 257
5.1.1 Modus Indikatif – Deklaratif ... 257
5.1.1.1 Modus Indikatif – Deklaratif ... 258
5.1.1.2 Modus Indikatif – Deklaratif (-) ... 260
5.1.2 Modus Indikatif – Interogatif ... 261
5.1.3.1 Modus Indikatif – Interogatif Kt Tanya ... 261
5.1.3.2 Modus Indikatif – Interogatif Ya/Tidak ... 263
5.1.4 Modus Imperatif ... 264
5.1.5 Klausa Mayor dan Klausa Minor ... 265
5.1.6 Klausa Elipsis ... 267
5.2 Interpretasi Struktur Mood dalam Wacana Kelas... 268
5.2.1 Variasi Struktur Mood ... 268
5.2.2 Polaritas ... 272
5.3 Interpretasi Modalitas dalam Wacana Kelas ... 272
5.4 Interpretasi Konteks Sosial dalam Wacana Kelas ... 276
5.4.1 Status ... 277
5.4.2 Kontak ... 291
5.4.3 Afek ... 295
5.5 Pemaknaan Ujaran Interpersonal dalam Wacana Kelas ... 302
BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 315
6.1 Simpulan ... 315
6.2 Keterbatasan Penelitian ... 318
6.3 Rekomendasi ... 319
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Subjek Penelitian ... 327
Lampiran 2: Surat Pengantar Penelitian dari Ketua Program Doktor (S3) Linguistik No.116/H.5.2.2.1.9/SPB/2008 ... 328
Lampiran 3: Surat Keterangan telah Mengadakan Penenlitian di SMA Panca Budi Medan No. 194/I01/SMA-PB/2010 329
Lampiran 4: Surat Keterangan telah Mengadakan Penelitian di SMA Prayatna Medan No. 007/15/P/SMA/2010 ... 330
Lampiran 5: Surat Keterangan telah Mengadakan Penelitian di SMA Budi Agung Medan No.049/SMA/BA/MN/I/ 420/2010 ... 331 Lampiran 6: Teks WK1 ... 332 Teks WK2 ... 360 Teks WK3 ... 379 Teks WK4 ... 399 Teks WK5 ... 421 Teks WK6 ... 443
Lampiran 7: Analisis Modus dan Jenis Aksi ... 465
Lampiran 8: Analisis Mood dan Residu ... 520
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1: Realisasi Semiotik Bahasa... 28
Tabel 2.2 : Aksi Awal dan Aksi Jawab... 36
Tabel 2.3 : Aksi Dasar dan Realisasi ... 37
Tabel 2.4: Model konteks dalam Teori Linguistik Sistemik Fungsional (diadaptasi dan dikolaborasi dari Sinar (2002:85) ... 49
Tabel 2.5: Srtuktur Mood dan Residu pada klausa: Subjek^Finit^ Predikator ... 57
Tabel 2.6: Srtuktur Mood dan Residu pada klausa: Subjek^Finit/ Predikator ... 57
Tabel 2.7 Srtuktur Mood dan Residu pada klausa: Subjek^Finit/ Komplemen... 58
Tabel 2.8: Srtuktur Mood dan Residu pada klausa: Subjek^Finit/ Keterangan tempat ... 58
Tabel 2.9: Srtuktur Mood dan Residu pada klausa: Subjek^Finit/ Keterangan Waktu... 58
Tabel 2.10: Posisi Subjek dan Finit dalam Modus Berbeda ... 65
Tabel 2.11: Protoaksi dalam Bahasa ... 66
Tabel 2.12: Realisasi Aksi (Modus) ... 67
Tabel 2.13: Jenis dan Nilai Modalitas (Saragih, 2006:93) ……… 74
Tabel 4.1 : Modus Indikatif – Deklaratif ………. 112
Tabel 4.2: Modus Indikatif – Deklaratif Negatif (-) ……….…… 117
Tabel 4.3: Modus Indikatif – Interogatif - Kt Tanya ... 124
Tabel 4.4: Klausa Indikatif – Interogatif Ya/Tidak ... 128
Tabel 4.5: Modus Imperatif ... 133
Tabel 4.6: Modus Penawaran ... 137
Tabel 4.9: Klausa Major... ... 149
Tabel 4.10: Klausa Minor ……….. 152
Tabel 4.11: Klausa Elipsis ………. 155
Tabel 4.12: Sebaran Stuktur Mood ... 167
Tabel 4.13: Contoh Struktur Mood Subjek^Finit ………. 170
Tabel 4.14: Contoh Struktur Mood Subjek^[...]^Finit ………..… 171
Tabel 4.15: Contoh Struktur Mood Subjek^K.Mood^Finit ……… .… 172
Tabel 4.16: Contoh Struktur Mood Subjek^Finit^[...]^K.Mood …….. 174
Tabel 4.17: Contoh Struktur Mood K.Mood^Finit ... 176
Tabel 4.18: Contoh Struktur Mood K. Mood^Subjek^Finit …………. 177
Tabel 4.19: Contoh Struktur Mood Finit^[...]^K.Mood ... 179
Tabel 4.20: Contoh Struktur Mood Finit^[...]^Subjek ... 180
Tabel 4.21: Modalitas dalam teks WK1……… 209
Tabel 4.22: Contoh Modalitas Teks WK1 ... 211
Tabel 4.23: Sebaran Modalisasi ... 213
Tabel 4.24: Sebaran Modulasi ... 216
Tabel 4.25: Modalitas dalam teks WK2 ... 218
Tabel 4.26: Contoh Modalitas Teks WK2 ... 220
Tabel 4.27: Sebaran Modalisasi ... 221
Tabel 4.28: Sebaran Modulasi ... 222
Tabel 4.29: Modalitas dalam teks WK3 ... 224
Tabel 4.30: Contoh Modalitas Teks WK3 ... 226
Tabel 4.31: Sebaran Modalisasi ... 229
Tabel 4.32: Sebaran Modulasi ... 230
Tabel 4.33: Modalitas dalam teks WK4 ... 232
Tabel 4.34: Contoh Modalitas Teks WK4... 234
Tabel 4.35: Sebaran Modalisasi ... 236
Tabel 4.36: Sebaran Modulasi ... 238
Tabel 4.37: Modalitas dalam teks WK5 ……….... 240
Tabel 4.38: Contoh Modalitas Teks WK5... 243
Tabel 4.40: Sebaran Modulasi ... 245
Tabel 4.41: Modalitas dalam teks WK6 ... 247
Tabel 4.42: Contoh Modalitas Teks WK6... 250
Tabel 4.43: Sebaran Modalisasi ... 252
Tabel 4.44: Sebaran Modulasi ... 253
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1: Susunan Semiotik Bahasa (Martin, 1992:495) ... 22
Gambar 2.2: Hubungan Konteks dengan Bahasa (Adaptasi dari Martin 1992:494 ... 32
Gambar 2.3 : Hubungan Bahasa dan Konteks (Adaptasi dari Halliday,1991:8) ... 47
Gambar 2.4: Stratifikasi Bahasa dalam Konteks (Adaptasi dari Mattiessen, 1993:227) ... 48
Gambar 2.6 Jenis-Jenis Klausa ... 54
Gambar 2.5: Fungsi Klausa ... 55
Gambar 2.8: Struktur Unsur Modus dalam kalimat ... 61
Gambar 2.9: Jenis Modalitas ... 72
Gambar 2.10: Kerangka Pikir Penelitian ... 84
Gambar 3.1: Komponen-Komponen Analisis Model Interaktif Miles & Huberman (1994:12) …………...…… 98
Gambar 5.1: Jumlah Kekuasaan Guru/Siswa ... 310
Gambar 5.2: Mean Kekuasaan Guru/Siswa ... 311
DAFTAR ARTI SINGKATAN DAN LAMBANG
Daftar Arti Singkatan
DEK : Deklaratif
F : Finit
IMP : Imperatif
INT : Interogatif
IND : Indikatif
IND-DEK : Indikatif Deklaratif IND-DEK (-) : Indikatif Deklaratif Negatif IND-INT : Indikatif Interogatif
IND-INT Kt Tanya : Indikatif Interogatif menggunakan Kata Tanya IND-INT Ya/Tidak : Indikatif Interogatif yang memerlukan jawaban
singkat.
K : Keterangan
Kom : Komplemen
Kt Tanya : Kata Tanya
LSF : Linguistik Sistemik Fungsional
P : Predikator PEN : Penawaran S : Subjek WK1 : Wacana Kelas 1 WK2 : Wacana Kelas 2 WK3 : Wacana Kelas 3 WK4 : Wacana Kelas 4 WK5 : Wacana Kelas 5 WK6 : Wacana Kelas 6 Vok : Vokatif
Daftar Arti Lambang
^ : diikuti
: Pilihan
: Direalisasikan [...] : bagian yang dilesapkan
GLOSARI
Menurut Linguistik Sistemik Fungsional
Finit (Finite): fungsi gramatikal yang dapat digunakan untuk menentukan: (1)
polaritas (positif atau negatif); (2) bentuk tanya; dan (3) kala (tense),
terutama dalam bahasa Inggris. Finit dapat berdiri sendiri pada klausa yang mempunyai struktur “Subjek^Finit^Predikator”. Namun demikian, finit juga dapat berfusi (bergabung) dengan predikator di dalam verba (pada struktur “Subjek^Finit/Predikator”) dengan komplemen (pada struktur “Subjek^Finit/Komplemen”), dan dengan keterangan (pada struktur “Subjek^Finit/Keterangan”).
Fonologi: sumber pengungkapan kata sebagai suara yang dilafalkan. Fonologi
juga merupakan sumber intonasi untuk merealisasikan pilihan gramatika secara langsung, sekaligus merupakan sumber ritme serta artikulasi silabi dan fonem.
Fungsi (nomina), fungsional (ajektiva): istilah umum yang digunakan untuk
menyatakan kegunaan. Dalam Linguistik Sistemik Fungsional (LSF), fungsi mengacu kepada tiga hal sebagai berikut
Fungsi ideasional: fungsi untuk mengungkapkan realitas fisik dan
biologis, serta berkenaan dengan interpretasi dan representasi pengalaman.
Fungsi interpersonal: fungsi untuk mengungkapkan realitas social serta
berkenaan dengan interaksi antara penutur/penulis dan pendengar/pembaca..
Fungsi tekstual: fungsi untuk mengungkapkan realitas semiotis/simbol
dan berkenaan dengan cara penciptaan teks dalam konteks.
Genre: secara sempit, jenis-jenis teks atau wacana; secara luas, konteks budaya
yang melatbelakangi lahirnya teks. Secara teknis, genre adalah proses social yang berorientasi kepada tujuan yang dicapai secara bertahap, (a
staged, goal-oriented social process) (Martin, 1992). Dikatakan “sosial”
karena orang menggunakan genre untuk berkomunikasi dengan orang lain; dikatakan “berorientasi kepada tujuan” karena orang menggunakan genre untuk mencapai tujuan komunikasi; dan dikatakan “bertahap” karena untuk mencapai tujuan komunikasi; dan dikatakan “bertahap” karena untuk mencapai tujuan tersebut, biasanya dibutuhkan beberapa tahap melalui pembabakan di dalam genre (Martin dan Rose, 2003).
Grafologi: pengungkapan dalam bentuk kata-kata yang ditulis, sebagai padanan
Kalimat: gugusan kata dalam satuan ortografis yang diawali oleh huruf besar dan
diakhiri oleh tanda titik (.). Dalam LSF, kalimat tidak dibedakan dengan klausa dalam hal bahwa kalimat dalam klausa mempunyai kedudukan yang sama dalam tata bahasa, yaitu keduanya mengandung setidak-tidaknya subjek dan finit atau finit/predikator (Halliday, 1985: 192-193)
Keterangan: unsur di dalam residu yang biasanya dipenuhi oleh adverbia.
Keterangan bersifat sirkumstansial, dan meliputi keterangan tempat, keterangan waktu, atau keterangan cara.
Klausa : gugusan kata yang mengandung setidak-tidaknya subjek dan finit atau
finit/predikator.
Komplemen: unsur di dalam residu yang biasanya dipenuhi oleh nomina atau
kelompok nomina yang berpotensi sebagai subjek. Selain oleh nomina atau kelompok nomina, komplemen dapat dipenuhi oleh ajektiva. Apabila komplemen diisi oleh nomina atau kelompok nomina, komplemen dapat disejajarkan dengan objek, baik objek langsung maupun objek taklangsung. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan komplemen yang diisi oleh ajektiva; objek tidak lazim diisi oleh ajektiva. Pada tradisi LSF, istilah objek tidak digunakan, dan pengertian objek sudah tercakup di dalam komplemen.
Leksikogramatika: kata-kata dalam susunannya. Leksikogramatika terdiri atas
”leksis” dan ”gramatika”. Pada aliran linguistik selain LSF, leksis dianggap sama dengan leksikon, yaitu kata yang terdaftar di dalam kamus yang lepas dari konteks. Pada LSF, leksis adalah kata yang selalu berada dalam konteks penggunaan pada teks. Leksis juga tidak pernah dipisahkan dari gramatika, yaitu seperangkat sistem bahasa yang menunjukkan pilihan makna. Pada aliran linguistik lain, gramatika dianggap sebagai model tentang sistem linguistik secara menyeluruh yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik (yang masing-masing merupakan domain yang berbeda). Sebaliknya, pada LSF gramatika merupakan bagian dari leksikogramatika (di samping leksis) yang terdiri atas morfologi dan sintaksis (yang masing-masing tidak dipisahkan menjadi domain-domain yang berbeda). Gramatika dan leksis (pada kombinasinya di dalam leksikogramatika) direalisasikan oleh fonologi/grafologi.
Linguistik: ilmu yang mempelajari bahasa sebagai sistem komunikasi manusia. Linguistik Sistemik Fungsional: aliran linguistik yang dipelopori oleh M.A.K.
Halliday (lahir 1925), yaitu linguistik yang memandang bahwa secara fungsional bahasa berada pada konteks sosial. Terdapat tiga prinsip utama pada LSF, yaitu (a) bahasa harus selalu di pandang sebagai teks, tidak
bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk merealisasikan makna; dan (c) bahasa bersifat fungsional, yaitu bentuk bahasa yang digunakan mencermintak ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya (Wiranto, 1993).
Makna (meaning): bahasa yang mengekspresikan tentang dunia nyata atau
dengan segala kemungkinan ataupun dunia imajinasi.
Makna metafungsional: makna yang secara simultan terbangun dari tiga fungsi
bahasa, yaitu fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual.
Makna ideasional: makna yang tercipta sebagai hasil dari realisasi
unsur-unsur leksikogramatika yang digunakan untuk memahami alam sekitar dan untuk mengorganisasikan pengalaman penutur atau penulis tentang dunia nyata atau rekaan.
Makna interpersonal: makna yang tercipta sebagai hasil dari realisasi
unsur-unsur leksikogramatika yang digunakan untuk melakukan aksi terhadap orang lain.
Makna tekstual: makna sebagai hasil dari realisasi unsur-unsur
leksikogramatika yang menjadi media terwujudnya sebuah teks, tulis atau lisan, yang runtun dan yang sesuai dengan situasi tertentu pada saat bahasa itu dipakai dengan struktur yang bersifat periodik (Martin, 1992: 13-21)
Metafungsi (nomina), metafungsional (ajektiva): fungsi abstrak bahasa, yaitu
fungsi yang memungkinkan terciptanya makna pada saat bahasa digunakan. Metafungsi meliputi tiga wilayah fungsi sekaligus: ideasional, interpersonal, dan tekstual.
Modalitas: sistem yang meliputi pilihan modalisasi dan modulasi. Modalisasi
bersifat indikatif dan mengacu kepada wilayah makna di antara ”ya” dan ”tidak” atau di antara polaritas positif dan negatif. Makna yang demikian menunjukkan pada kemungkinan (probabilitas) atau kebiasaan. Modulasi bersifat imperatif dan berkaitan dengan keharusan atau kesiagaan/kesediaan untuk melakukan sesuatu.
Modus: sistem klausa yang menunjukkan fungsi tuturan modus berada pada
wilayah makna interpersonal, serta mewadai indikatif (yang meliputi pilihan deklaratif dan interogatif) dan imperatif.
Mood: kesatuan antara subjek dan finit.
Predikator: fungsi gramatikal yang biasanya diisi oleh kategori verba atau
kelompok verba, yang mengungkapkan sesuatu tentang subjek. Verba yang merealisasikan predikator adalah verba selain finit, yaitu verba yang
menunjukkan aktivitas. Predikator dapat digunakan untuk menyatakan
voice (aktif-pasif), proses (misalnya: material, mental, relasional), dan
khususnya dalam bahasa Inggris, acuan waktu yang terkait dengan kala
(tense). Perlu dicermati bahwa tidak semua klausa mengandung
predikator. Klausa yang berstruktur ”Subjek^Finit/Komplemen” dan ”Subjek^Finit/Keterangan” tidak mengandung predikator.
Register: pilihan variasi bentuk bahasa yang dipengaruhi oleh konteks situasi
(Halliday, 1975), register mencakup tiga aspek, yaitu medan (field),
pelibat (tenor), dan moda (mode).
Medan: seperangkat urutan-urutan aktivitas yang berorientasi kepada tujuan-tujuan institusional secara global (Martin, 1992: 536). Medan berhubungan dengan organisasi objek atau aktivitas. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa medan berkaitan dengan pokok persoalan yang dibicarakan melalui penggunaan bahasa di dalam kelas. Medan berurusan dengan apa yang sedang berlangsung dan siapa melakukan apa dengan siapa.
Pelibat: negosiasi yang mencerminkan hubunan sosial di antara para pengguna bahasa yang terdapat di dalam teks (Martin, 1992: 523). Dalam konfigurasi makna interpersonal, pelibat berkenaan dengan jarak semiotika sosial yang mencakup tiga fungsi hubungan, yaitu status
(status), kontak (contact), dan afek (affect). Status adalah posisi
masing-masing partisipan di dalam teks, misalnya sejajar atau tidak sejajar. Kontak adalah intensitas hubungan atau derajat keterlibatan di antara partisipan, misalnya hubungan itu bersifat permanen, reguler, atau temporal. Adapun afek berkaitan dengan muatan emosional dalam hubungan di antara partisipan, sehingga afek dapat menunjukkan penilaian atau justifikasi positif/negatif di antara partisipan terhadap masalah yang terungkap di dalam teks.
Moda: seleksi pilihan dalam kerangka sistem teks (Halliday, 1978: 144), dan berurusan dengan peranan yang dimainkan oleh bahasa dalam merealisasikan aksi sosial (Martin, 1992: 508). Moda mencakup dua sisi, media dan sarana (channel). Dari sisi media, teks dapat dinyatakan secara
lisan atau tulis. Dari sisi sarana, teks dapat dipublikasikan melalui televisi, radio, buku, jurnal, dan sebagainya.
Residu: unsur-unsur sisa selain subjek dan finit, yaitu predikator, komplemen,
dan keterangan.
Sistem: istilah yang mengacu kepada dua hal, yaitu (1) sistem pilihan (system of
choice), bahwa secara paradigmatis, penggunaan bahasa berada pada
sistem berkenaan dengan kenyataan bahwa bahasa secara sintagmatis mempunyai sistemnya sendiri, dengan kaidah-kaidah yang ada.
Subjek: fungsi gramatikal yang dipenuhi oleh kategori nomina atau kelompok
nomina yang kehadirannya tidak terkait dengan finit dan atau predikator.
Teks: satuan lingual yang dimediakan secara tulis atau lisan dengan tata
organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna dalam konteks tertentu pula. Istilah ”teks” dan ”wacana” dianggap sama, dan hanya dibedakan dalam hal bahwa wacana lebih bersifat abstrak dan merupakan realisasi makna dari teks.