• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Tingkat Self Control pada Remaja Laki-Laki dan Remaja Perempuan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Tingkat Self Control pada Remaja Laki-Laki dan Remaja Perempuan yang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Perbedaan Tingkat Self Control pada Remaja Laki-Laki dan Remaja Perempuan yang Kecanduan Internet

Dhanis Andaryani; Prof. Dr. MMW. Tairas, MA Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Email : Dhanisandaryani@gmail.com

Abstract: The purposed of this study was to find out the differences of self control in adolescence boys and girls who addicted to internet . This research was conducted on adolescents who addicted to the internet (15-19 years old). First, the screening process on 320 adolescent internet users (15-(15-19 years old). The results known that 124 adolescent have become addicted to the internet and 38 of them spent more than 20 hours online per week, thus becoming the subject in this study. The respondent were consisted of 16 boys and 22 women. Data collection tool in this research was psychological scale. The scale which measure internet addiction variable consisted of 20 items developed by Young (1998 ) and self control are developed by Tangney , et al, (2004 ) consists of 36 items. Data analysis was performed with independent sample t-test technique using SPSS 17.0 for windows. The results of the analysis of research data obtained by the differences of self control in adolescence boys and girls who addicted to internet is 0.143. This study conclude that there is no significant differences self control on Adolescence boys and adolescence girls who addicted to internet

Keywords: adolescent addict to internet, self control, sex

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah terdapat Perbedaan Tingkat Self Control pada Remaja Laki-Laki dan Remaja Perempuan yang Kecanduan Internet. Penelitian ini dilakukan pada remaja kecanduan internet (berusia 15-19 tahun). Pada mulanya dilakukan proses seleksi pada remaja pengguna internet usia 15-19 tahun sejumlah 320 orang. Hasilnya diketahui bahwa 124 orang mengalami kecanduan internet dan 38 diantaranya menghabiskan waktu online lebih dari 20 jam perminggu, sehingga menjadi subjek dalam penelitian ini. Subjek penelitian terdiri dari 16 laki-laki dan 22 perempuan. Alat pengumpul data berupa kuesioner kecanduan internet yang terdiri dari 20 butir disusun oleh Young (1998) dan kuesioner self control yang disusun oleh Tangney, dkk, (2004) terdiri dari 36 butir. Analisis data menggunakan uji perbedaan independent sampel t-test dengan bantuan program statistik SPSS versi 17.0. Hasil analisis data penelitian diperoleh uji perbedaan tingkat self control pada remaja laki-laki dan remaja perempuan kecanduan internet dengan nilai sig. (p) 0,143. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat self control pada remaja laki-laki dan remaja perempuan yang kecanduan internet. Kata kunci : remaja kecanduan internet, self control, jenis kelamin

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Teknologi dan informasi dunia saat ini berkembang pesat. Kemajuannya dapat mempermudah kehidupan individu. Salah satu perkembangan teknologi yang telah dikenal sejak lama adalah internet yang telah menjadi sebuah kebutuhan banyak orang. Penggunanya sendiri bisa berasal dari berbagai latar belakang usia dan pendidikan. Data APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) menjelaskan sekitar tahun 2010 pengguna internet di Indonesia menembus angka 40 juta dan 64% adalah remaja. Hasil survei yang dilakukan oleh Yahoo dan Taylor

Nelson Sofres (TNS) Indonesia menunjukkan

bahwa pengguna internet didominasi oleh remaja usia 15–19 tahun, peringkat kedua berusia 20-24 tahun dan peringkat terakhir adalah usia 45-50 tahun.

Internet memiliki berbagai manfaat diantaranya adalah mampu menyediakan hiburan, media pencarian informasi, alat komunikasi yang canggih, sebagai sarana p e n u n j a n g d a l a m ke h i d u p a n b i s n i s, pendidikan dan sebagainya. Kegiatan lain yang biasanya digunakan oleh individu khususnya remaja dalam menggunakan internet adalah

games online, belanja online, email, blogging,

chatting maupun aktivitas sosial media.

Penggunaan internet tidak hanya memberikan manfaat positif tetapi juga terdapat dampak negatif yang turut menyertainya. Salah satunya adalah kecanduan internet. Young (1996) menjelaskan bahwa individu yang sebelumnya disebut dengan pecandu merupakan individu yang seringkali dikaitkan dengan perilaku kecanduan pada obat-obatan, alkohol dan judi. Seiring berkembangnya teknologi ternyata beralih pada kecanduan internet yang dianggap lebih aman (Widiana, dkk., 2004). Perbedaan yang tipis antara individu yang menggunakan internet sesuai dengan kebutuhan dan pengguna internet yang ternyata adalah pecandu internet, tetapi penting untuk mengetahui individu yang mengalami kecanduan intenet karena terdapat bahaya yang ditimbulkannya.

Salah satunya penelitian yang dilakukan Widiana, dkk. (2004) ditemukan bahwa 34,3 % dari total 70 subjek mahasiswa teknik elektro UGM Yogyakarta merasa penggunaan internet menimbulkan masalah akademis seperti berkurangnya waktu untuk belajar, tugas terbengkalai, semangat belajar menurun, melupakan kuliah, melupakan tugas, membolos kuliah, mengantuk ketika kuliah bahkan sampai dengan turunnya indeks

(3)

dan perempuan. Gottfredson menyebutkan bahwa terdapat perbedaan antara self control laki-laki dengan perempuan. Laki-laki memiliki

self control lebih rendah daripada perempuan

sehingga cenderung seringkali melakukan perilaku negatif misalkan penyalahgunaan obat-obatan, alkohol dan pencurian. Pada penelitian ini, self control dikaitkan dengan kecanduan internet sebagai perilaku negatif yang dapat menyebabkan bahaya bagi individu yang mengalaminya.

LANDASAN TEORI Kecanduan Internet

Kecanduan internet dikenalkan oleh Goldberg pada tahun 1995 dan dipopulerkan serta diteliti oleh Young pada tahun 1996 (Douglas, dkk., 2008). Young (1996) menjelaskan bahwa perilaku kecanduan i n t e r n e t m e r u p a k a n b e n t u k d a r i berkembangnya teknologi informasi serta memiliki pola yang sama pada individu yang mengalami kecanduan alkohol, obat-obatan dan judi yang mengakibatkan dampak negatif. Kecanduan internet dapat mengakibatkan perhatian individu tertuju pada internet dan adanya penggunaan yang tidak sehat sehingga dapat mengganggu aktivitas lainnya. Pecandu akan menghabiskan waktu yang lama untuk

online, mereka dapat menghabiskan waktu

40-80 jam untuk online per minggu dengan waktu sesi online 20 jam. Namun durasi online bukanlah kriteria utama untuk mendiagnosa bahwa orang tersebut mengalami kecanduan internet (Young, 2004)

Young (1998) menjelaskan aspek-aspek individu yang mengalami kecanduan internet yang pertama adalah withdrawal and social

problems yaitu individu akan kesulitan ketika

kehidupannya dijauhkan dan penggunaanya d i b a t a s i d a r i i n t e r n e t s e r t a a d a n y a permasalahan interpersonal akibat penggunaan internet dengan indikator salience dan

neglecting social life. Kedua, Time management and performance ditunjukkan dengan adanya

tingkat penggunaan yang kompulsif, adanya kegagalan untuk mengontrol dan mengurangi jumlah penggunaan internet sehingga menyebabkan masalah akademis dan kinerja pekerjaan dengan indikator Lack of control dan

Neglecting work. Ketiga, Reality substitute

m e n ce r m i n k a n s e j a u h m a n a i n d i v i d u menganggap internet sebagai realitas lain dan i n t e r n e t s e b a g a i p e n g a l i h a n u n t u k menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata dengan indikator excessive use dan anticipation.

Self Control

Self control merupakan mekanisme Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan

(4)

prestasi.

Young (2004) menjelaskan bahwa individu yang kecanduan internet seringkali banyak menghabiskan waktu untuk online. Pada penelitian yang dilakukan oleh Bayhan dan Sipal (2010) menyebutkan bahwa terdapat perbedaan waktu menghabiskan internet antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki cenderung banyak menghabiskan waktu lebih lama dengan internet dibandingkan dengan perempuan. Pada beberapa penelitian ditemukan terdapat perbedaan kecanduan internet berdasarkan jenis kelamin. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Young (1998) menyebutkan bahwa kecanduan internet di kalangan perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini di dukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktug (2012). Berbeda dengan Morahan-Martin dan Schumacker (dalam Oktug, 2012) justru menemukan tingkat kecanduan internet pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan, sama halnya yang dilakukan oleh Uneri and Tanidir (dalam Oktug, 2012) menjelaskan bahwa laki-laki memiliki nilai kecanduan internet lebih tinggi daripada perempuan.

Rendahnya self control menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kecanduan internet. Self control yang baik erat kaitannya

dengan secure attachment, penyesuaian diri yang baik dan keadaan positif yang lain sedangkan self control negatif seringkali berhubungan dengan peningkatan dan keluhan gejala psikopatologis, peningkatan terhadap gangguan penyalahgunaan obat-obatan, makanan, alkohol dan sebagainya (Tangney, dkk., 2004). Terjadinya kecanduan internet sendiri dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu faktor demografis seperti sosial ekonomi dan jenis kelamin serta faktor psikologis misalnya kepribadian, self esteem, self

regulation dan termasuk self control (Billieux

dan Linden, 2012).

Individu yang memiliki self control rendah tidak mampu mengarahkan dan mengatur dirinya dalam penggunaan internet. Akibatnya muncul konsekuensi negatif yang menyertainya. Sedangkan individu yang memiliki self control yang tinggi mampu mengarahkan dirinya dalam mengatur perilaku untuk menggunakan internet. Individu mampu mempertimbangkan ko n s e k u e n s i ya n g d i h a d a p i , m a m p u menentukan standar berpikir dalam menentukan pilihannya (Widiana, dkk., 2004)

Setiap individu memiliki mekanisme

self control yang berbeda-beda. Termasuk

(5)

alamiah yang dimiliki individu untuk mengatur dan mengarahkan individu dalam berperilaku, memilih untuk berbuat kesenangan atau sebaliknya (Britt & Gottfredson dalam Ozbay, 2008). Self control yang baik erat kaitannya dengan secure attachment, penyesuaian diri yang baik dan keadaan positif yang lain sedangkan self control yang negatif seringkali berhubungan dengan peningkatan dan keluhan gejala psikopatologis, peningkatan terhadap gangguan penyalahgunaan obat-obatan dan makanan (Tangney, dkk., 2004). Self control yang baik dapat memprediksi hasil positif bagi kehidupan.

Terdapat enam aspek self control m enu r u t Tangney, d kk. (2 004) ya i tu

achievement and task performance, impulse control, adjustment, interpersonal relationship, moral emotions serta related personality features.

METODE PENELITIAN Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam pendekatan ini adalah eksplanatif yaitu untuk menjelaskan hubungan, perbedaan dan pengaruh antara variabel satu dengan variabel lain

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah 38 remaja usia 15-19 tahun yang mangalami kecanduan internet dan menghabiskan waktu online lebih dari 20 jam perminggu. Jumlah subjek remaja laki-laki adalah 16 dan subjek remaja perempuan adalah 22

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dari responden dengan cara menggunakan kuesioner kecanduan internet yang disusun oleh Young (1998) dan kuesioner self control yang disusun oleh Tangney, dkk (2004).

Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan uji t-test atau

independent-sample t-test yang merupakan teknik statistik

komparatif untuk melihat perbedaan dua sampel dengan cara membandingkan nilai mean pada dua kelompok atau dua kondisi yang berbeda. Perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 17.0

Hasil Penelitian

Berdasarkan uji perbedaan yang dilakukan dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan pada kedua kelompok sampel. Nilai signifikansi (p) 0,143 menunjukkan bahwa tidak

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013

(6)

terdapat perbedaan tingkat self control pada remaja laki-laki dan remaja perempuan kecanduan internet

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, analisis data dengan menggunakan teknik independent sample t-test diperoleh nilai signifikansi uji-t yaitu 0,143. Hal tersebut mempunyai arti bahwa hipotesis kerja yang berbunyi “terdapat perbedaan tingkat self

control pada remaja laki-laki dan remaja

perempuan yang kecanduan internet” ditolak. Oleh karena itu, hasil penelitian ini tidak mendukung teori yang dikemukakan oleh Gottfredson & Hirschi (1990) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat self control antara laki-laki dan perempuan

Gottfredoson & Hirschi (1990) menjelaskan bahwa individu seringkali berbuat kesenangan dan menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan. Self control yang merupakan mekanisme alamiah yang dimiliki oleh tiap individu membantu mengarahkan individu dalam berperilaku untuk memilih berbuat kesenangan atau sebaliknya (Britt & Gottfredson dalam Ozbay, 2008). Self control yang baik erat kaitannya dengan perilaku yang positif, sebaliknya self control yang buruk seringkali berhubungan dengan keadaan yang negatif

misalnya peningkatan dan keluhan gejala psikopatologis, peningkatan terhadap gangguan penyalahgunaan obat-obatan, alkohol dan makanan (Tangney, dkk., 2004). Self control yang buruk seringkali dikaitkan dengan adanya tingkat self control yang rendah. Individu yang memiliki tingkat self control rendah cenderung bertindak impulsif, memilih tugas yang sederhana, berani mengambil risiko, memilih kegiatan yang berhubungan dengan fisik, egois dan mudah kehilangan kendali dan emosi (Gottfredson & Hirschi, 1990)

G o t t f r e d s o n & H i r s c h i ( 1 9 9 0 ) mengemukakan bahwa terdapat perbedaan tingkat self control antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki memiliki tingkat self

control lebih rendah daripada perempuan

sehingga banyak ditemukan melakukan tindakan negatif dan menyimpang. Dalam teorinya, tindakan negatif dan menyimpang tersebut terkait dengan perilaku kriminal dan kenakalan tetapi dalam penelitian ini penulis mengaitkannya pada perilaku negatif yang lain yaitu kecanduan internet. Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Gottfredson dan Hirschi, hasil penelitian justru menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat self control yang dimiliki pada remaja perempuan dan remaja laki-laki yang kecanduan internet.

(7)

Pandapat lain dikemukakan oleh Shekarkhar & Gibson (2011) yang menyatakan tinggi rendahnya self control seseorang tidak ditentukan oleh jenis kelamin. Rendahnya tingkat self control juga dipengaruhi faktor luar dari masing-masing diri individu. Shekarkhar & Gibson (2011) menilai bahwa Gottfredson dan Hirschi mengabaikan faktor-faktor lain yang menyebabkan rendah atau tingginya tingkat

self control yang dimiliki oleh individu.

Misalnya, ketika individu memiliki akses yang lebih besar untuk melakukan tindakan negatif, individu tersebut cenderung bertindak negatif dan memiliki self control yang buruk. Termasuk dalam penelitian ini Widiana, dkk (2004) menyatakan bahwa kemudahan fasilitas internet yang bisa ditemukan di sekolah, tempat kerja, kampus bahkan di tempat umum membuat banyak individu memanfaatkannya. Mulai gratis sampai dengan berbayar, remaja laki-laki dan perempuan dapat menggunakan fasilitas tersebut. Saat ini internet juga tidak hanya dapat digunakan pada komputer tetapi dapat digunakan di handphone, laptop, warnet atau alat komunikasi lain sehingga kecanduan internet dapat dengan mudah menyerang siapa s a j a . P e c a n d u i n t e r n e t u m u m n y a menghabiskan waktu online 40-80 jam perminggu dan 20 jam per sesi online meskipun

hal ini tidak menjadi ciri utama seorang pecandu internet (Young, 2004). Subjek yang menghabiskan waktu untuk online selama lebih dari 20 jam yaitu sejumlah 38 orang dengan jumlah subjek perempuan lebih banyak yaitu 22 orang dan laki-laki 16 orang. Faktor lain yang menyebabkan kecanduan internet adalah anggapan individu yang menilai bahwa internet adalah bentuk dari realitas lain sehingga menganggap bahwa internet merupakan cara tepat untuk pengalihan dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata (Widyanto dan Mc murran, 2004).

Semakin tinggi penanaman nilai self

control semakin tinggi pula self control yang

terdapat dalam diri individu (Longshore, dkk. dalam de kemp, dkk., 2009). Dalam hal tersebut kaitannya dengan penelitian ini adalah faktor yang menyebabkan terjadinya kecanduan internet yang menurut Widiana, dkk (2004) yaitu kurangnya pengawasan dan kontrol dari lingkungan yang dilakukan oleh orang tua, guru maupun lingkungan sekitarnya. Pada subjek laki-laki maupun perempuan kemungkinan justru memperoleh penanaman nilai self control yang sama antara anak laki-laki dan anak perempuan dalam p e n g g u n a a n i n te r n e t . Me re k a t i d a k

(8)

m e m b e d a k a n d a l a m m e m b e r i k a n pengawasan atau kontrol terhadap anak-anaknya mengenai penggunaan internet.

Penelitian ini juga memiliki kelemahan terkait dengan subjek penelitian yaitu adanya kesamaan karakteristik pada kedua kelompok yang sama-sama kecanduan internet. Sehingga ketika diukur, tidak ada

perbedaan tingkat self control yang signifikan antara kedua kelompok tersebut. Selain itu, perbedaan yang tipis antara individu yang kecanduan internet dengan individu yang hanya menggunakan internet dengan waktu lama menyebabkan proses identifikasi subjek yang hanya menggunakan skala kecanduan internet kurang mendalam.

(9)

PUSTAKA ACUAN

Billieux, J. & Linden, M.V.D. (2012). Problematic Use of the Internet and Self- Regulation: A Review of the Initial Studies. The Open Addiction Journal, 5, 24-29

De Kemp, R.A.T., Vermulst, Ad A., Finkenauer, C., Scholte, R.H.J., Overbeek, G., R o m m e s , E.W.M., & Engels, R.C.M.E. (2009). Self-Control and Early Adolescent Antisocial Behavior : A Longitudinal Analysis. The Journal of Early Adolescence. 29 (4), 497-517

Douglas, A.C., Mills, J.E., Niang, M., Stepchenkova, S., Byun, S., Ruffini, C., Lee, S.K., L o t f i , J . , Lee, J.K., Atallah, M., Blanton, M. (2008). Internet addiction:

Gottfredson M.R. & Hirschi, T. (1990). A general theory of crime. Stanford, CA: S t a n f o r d University Press

Indonesia internet uses. Diakses pada tanggal 12 Maret 2013 dari

http://www.apjii.or.id/v2/index.php/read/page/halaman-data/9/statistik.html

Oktug, Zeynep. (2012). Gender Differences in Internet Addiction and Tendency to E x p r e s s Emotions. The Online Journal of Counselling and Education, 1(4), 39- 53

Ozbay, O. (2008). Self control, gender and deviance among Turkish university s t u d e n t s , Journal of criminal justice, 36, 72-80

Shekarkhar, Z & Gibson, C.L. (2011). Gender, Self-Control, and Offending Behaviors A m o n g Latino Youth. Journal of Contemporary Criminal Justice, 27 (1), 63-80

Pengguna internet Indonesia didominasi remaja. (2009). Diakses pada tanggal 12 Maret 2013 dari

http://edukasi.kompas.com/read/2009/03/20/2028042/%20Pengguna.%20Internet.Indonesi a.Didominasi.%20Remaja

Penggunaan internet di Indonesia didominasi kalangan remaja. (2012). Diakses pada tanggal 2 8 November 2013 dari http://www.lensaindonesia.com/2012/09/26/pengguna-internet-di-indonesia-didominasi-kalangan-remaja.html

Sipal, R.F & Bayhan, P. (2010). Preferred computer activities during school age: I n d i c a t o r s o f internet addiction. Social and Behavior Science, 9, 1085-1089

Referensi

Dokumen terkait

Pada usia 13 tahun, saat duduk di kelas 5 SD, Mizar dan keluarganya memutus- kan pindah ke Kampung Bojong. Walau berjarak tidak lebih dari 3 kilometer, Mizar kecil dituntut harus

Diantara perlakuan atau aplikasi kompos yang diperkaya batuan, perlakuan yang secara nyata meningkatkan bobot daun tanaman adalah pada perlakuan KP1 yaitu sebesar 13,43 gram dan

Barang/Jasa Tahun 2011 Pelelangan Umum dengan Sistem Pascakualifikasi. Adapun Daftar Paket Pekerjaan sebagaimana dalam lampiran dengan ketentuan.. sebagai

Dari hasil analisis terlihat bahwa bahan organik eceng gondok, melalui teknologi pengomposan dapat menghasilkan media tumbuh dengan kandungan hara yang tersedia bagi tanaman

Bagi penyedia barang/jasa lainnya yang merasa tidak puas terhadap penetapan pemenang pelelangan ini diberi kesempatan untuk megajukan sanggahan secara tertulis ditujukan

Variabel bebas yang diteliti pada penelitian ini terdiri dari pengetahuan keuangan, sikap terhadap uang, faktor kepribadian sebagai prediktor perilaku berhutang dengan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Celebrity endorsement dan kualitas produk berpengaruh tidak langsung terhadap keputusan pembelian sedangkan

Terkait dengan hasil uji beda nilai efisiensi skala tersebut, berdasarkan hasil komparasi nilai rata-rata efisiensi skala ( Scale Efficiency ) sebagaimana terdapat