• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi Obat Di Luar Tubuh Manusia Isi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Interaksi Obat Di Luar Tubuh Manusia Isi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

INTERAKSI OBAT

INTERAKSI OBAT DILUAR TUBUH MANUSIA

Disusun Oleh:

ATIKA JAYA RANI

(13330716)

Dosen Pembimbing:

Dra. Refdanita, M.Si., Apt

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Interaksi Obat Diluar Tubuh Manusia. Makalah ini membahas tentang pembuatan Interaksi Obat Diluar Tubuh Manusia.

Makalah ini masih memiliki banyak sekali kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembacanya agar makalah ini agar dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap agar makalah ini dapat berguna bagi pembaca lebih khusus dapat membantu memahami tentang pembuatan Interaksi Obat Diluar Tubuh Manusia.

Jakarta, Oktober 2014

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi... iii

BAB I PENDAHULUAN... I. 1 Latar Belakang ... 1

I. 2 Perumusan Masalah... 2

I. 3 Tujuan Penulisan... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... II.1 Pengertian ... 3

II.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi obat... 4

II.3 Mekanisme terjadinya interaksi-obat... 5

II.4 Sararan Interaksi... 6

II.5 Strategi Penatalaksanaan Interaksi Obat... 7

BAB III PEMBAHASAN... III. 1 Interaksi obat di luar tubuh... 9

III. 2 Mekanisme Kerja Interaksi Obat... 9

III. 3 Contoh interaksi obat di luar tubuh... 11

III. 4 Tindakan untuk menghindari interaksi farmasetik... 14

BAB IV PENUTUP... IV.1 Kesimpulan ... 15

IV.2 Saran... 15

Daftar Pustaka... 16

(4)

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Interaksi obat terjadi jika efek suatu obat (index drug) berubah akibat adanya obat lain (precipitant drug), makanan, atau minuman. Interaksi obat dapat menghasilkan efek yang memang dikehendaki (Desirable Drug Interaction), atau efek yang tidak dikehendaki (Undesirable/Adverse Drug Interactions = ADIs) yang lazimnya menyebabkan efek samping obat dan/atau toksisitas karena meningkatnya kadar obat di dalam plasma, atau sebaliknya menurunnya kadar obat dalam plasma yang menyebabkan hasil terapi menjadi tidak optimal. Sejumlah besar obat baru yang dilepas di pasaran setiap tahunnya menyebabkan munculnya interaksi baru antar obat akan semakin sering terjadi. Beberapa laporan studi menyebutkan proporsi interaksi obat dengan obat lain (antar obat) berkisar antara 2,2% sampai 30% terjadi pada pasien rawat-inap dan 9,2% sampai 70,3% terjadi pada pasien-pasien rawat jalan, walaupun kadang-kadang evaluasi interaksi obat tersebut memasukkan pula interaksi secara teoretik selain interaksi obat sesungguhnya yang ditemukan dan terdokumentasi.

Di Indonesia, data mengenai insidens interaksi obat masih belum terdokumentasi antara lain juga karena belum banyak studi epidemiologi dilakukan di Indonesia untuk hal tersebut. Sebagian besar informasi diperoleh dari laporan-laporan kasus terpisah, uji-uji klinik, dan/atau studi-studi farmakokinetik pada subyek sehat dan usia muda yang tidak sedang menggunakan obat-obat lainnya, sehingga untuk menetapkan risiko efek samping akibat suatu interaksi obat pada seorang pasien tertentu seringkali tidak dapat secara langsung. Profil keamanan suatu obat seringkali baru didapatkan setelah obat tersebut sudah digunakan cukup lama dan secara luas di masyarakat, termasuk oleh populasi pasien yang sebelumnya tidak terwakili dalam uji klinik obat tersebut. Konsekuensinya, diperlukan beberapa bulan atau bahkan tahun sebelum diperoleh data yang memadai tentang masalah efek samping akibat interaksi obat.

I.2 Perumusan masalah

Informasi mengenai risiko efek samping karena interaksi obat, dan seberapa jauh risiko efek samping dapat dikurangi diperlukan jika akan mengganti obat yang berinteraksi dengan obat alternatif. Dengan mengetahui bagaimana mekanisme

(5)

interaksi antar obat, dapat diperkirakan kemungkinan efek samping yang akan terjadi dan melakukan antisipasi. Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, umumnya interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis sehingga faktor farmasetiknya pun harus diperhatikan.

I.3 Tujuan penulisan

Makalah ini bermaksud menguraikan beberapa mekanisme interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan/disiapkan sebelum obat di gunakan oleh penderita.dan implikasi klinik akibat efek samping yang terjadi karena interaksi tersebut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian

Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu obat mengubah efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau kurang Aktif (Harknes 1989).

Interaksi obat merupakan kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita adalah antara

(6)

satu obat dengan obat lain. Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infus

Kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, sehingga interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga interaksi yang sengaja dibuat, misal pemberian probenesid dan penisilin sebelum penisilin dibuat dalam jumlah besar.

Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi (ADME) obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari sifat-sifat farmakodinamik obat tersebut, misal, pemberian bersamaan antara antagonis reseptor dan agonis untuk reseptor yang sama.

Obat dapat berinteraksi karena pengobatan dengan beberapa obat sekaligus (polifarmasi), makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan, atau dengan obat lain. Pada interaksi obat melibatkan dua jenis obat yaitu:

a. Obat Presipitan yakni obat yang mempengaruhi atau mengubah aksi efek obat lain. Ciri - ciri dari obat presipitan adalah sebagai berikut:

 Obat - obat dengan ikatan protein yang kuat sehingga akan menggusur obat dengan ikatan protein yang lemah. Dengan demikian obat-obat yang tergusur kadarnya akan bebas dalam darah dan meningkat sehingga menimbulkan efek toksik.

 Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang (Inducer) enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati.

 Obat-obat yang dapat mempengaruhi atau merubah fungsi ginjal sehinga eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi.

b. Obat Objek merupakan obat yang hasil atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh obat lain. Cirinya adalah :

 Mempunyai kurva dose response yang curam

 Obat-obat dengan rasio toksis yang rendah

Insiden interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena dokumentasinya masih sangat kurang, sering kali lolos dari pengamatan karena kurangnya pengetahuan para dokter akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat, sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas sering kali dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat, sedangkan interaksi berupa penurunan efektifitas sering kali diduga akibat bertambahnya keparahan

(7)

penyakit. Selain itu terlalu banyak obat yang saling berinteraksi sehingga sulit untuk diingat dan kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi individual (populasi tertentu lebih peka misalnya penderita lanjut usia atau yang berpenyakit parah, adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar individu), penyakit tertentu (terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah), dan faktor-faktor lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama pemberian kronik)

II.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi obat a. Faktor penderita:

1) Umur (yang paling peka adalah bayi, balita dan orang lanjut usia) 2) Sifat keturunan

3) Penyakit yang sedang diderita 4) Fungsi hati dan ginjal

b. Faktor obat:

1) Jumlah obat yang digunakan 2) Jangka waktu pengobatan

3) Jarak waktu penggunaan dua obat 4) Urutan pemberian ohat

5) Bentuk sediaan obat

II.3 Mekanisme terjadinya interaksi-obat

Mekanisme interaksi obat dapat melalui beberapa cara, yakni interaksi secara farmasetik (inkompatibilitas); interaksi secara farmakokinetik dan interaksi secara farmakodinamik.

a. Interaksi farmasetik

Interaksi farmasetik atau disebut juga inkompatibilitas farmasetik bersifat langsung dan dapat secara fisik atau kimiawi, misalnya terjadinya presipitasi, perubahan warna, tidak terdeteksi (invisible), yang selanjutnya menyebabkan obat menjadi tidak aktif. Contoh: interaksi karbcnisilin dengan gentamisin terjadi inaktivasi; fenitoin dengan larutan dextrosa 5% terjadi presipitasi; amfoterisin B dengan larutan NaCl fisiologik, terjadi presipitasi.

(8)

b. Interaksi farmakokinetik

Interaksi dalam proses farmakokinetik, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (ADME) dapat meningkatkan ataupun menurunkan kadar plasma obat. Interaksi obat secara farmakokinetik yang terjadi pada suatu obat tidak dapat diekstrapolasikan (tidak berlaku) untuk obat lainnya meskipun masih dalam satu kelas terapi, disebabkan karena adanya perbedaan sifat fisikokimia, yang menghasilkan sifat farmakokinetik yang berbeda..

Contohnya, interaksi farmakokinetik oleh simetidin tidakdimiliki oleh H2-bloker lainnya; interaksi oleh terfenadin, aztemizole tidak dimiliki oleh antihistamin non-sedatif lainnya.

c. Interaksi farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik, atau antagonistik, tanpa ada perubahan kadar plasma ataupun profil farmakokinetik lainnya. Interaksi farmakodinamik umumnya dapat diekstrapolakan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena klasifikasi obat adalah berdasarkan efek farmakodinamiknya. Selain itu, umumnya kejadian interaksi farmakodinamik dapat diramalkan sehingga dapat dihindari sebelumnya jika diketahui mekanisme kerja obat.

II.4 Sasaran interaksi 1 Interaksi Obat-obat

Tipe interaksi obat dengan obat merupakan interaksi yang paling penting dibandingkan dengan ketiga interaksi lainnya (Walker dan Edward, 1999).

Semua pengobatan termasuk pengobatan tanpa resep atau obat bebas harus diteliti terhadap terjadinya interaksi obat, terutama bila berarti secara klinik karena dapat membahayakan pasien

2 Interaksi Obat – Makanan

Tipe interaksi ini kemungkinan besar dapat mengubah parameter farmakokinetik dari obat terutama pada proses absorpsi dan eliminasi, ataupun efikasi dari obat.

Contoh: MAO inhibitor dengan makanan yang mengandung tiramin (keju, daging, anggur merah) akan menyebabkan krisis hipertensif karena tiramin memacu

(9)

pelepasan norepinefrin sehingga terjadi tekanan darah yang tidak normal (Grahame-Smith dan Arronson, 1992), makanan berlemak meningkatkan daya serap griseofulvin, (Shim dan Mason, 1993).

3 Interaksi Obat – Penyakit

Acuan medis seringkali mengacu pada interaksi obat dan penyakit sebagai kontraindikasi relatif terhadap pengobatan. Kontraindikasi mutlak merupakan resiko, pengobatan penyakit tertentu kurang secara jelas mempertimbangkan manfaat terhadap pasiennya (Shimp dan Mason, 1993). Pada tipe interaksi ini, ada obat-obat yang dikontraindikasikan pada penyakit tertentu yang diderita oleh pasien. Misalnya pada kelainan fungsi hati dan ginjal, pada wanita hamil ataupun ibu yang sedang menyusui. Contohnya pada wanita hamil terutama pada trimester pertama jangan diberikan obat golongan benzodiazepin dan barbiturat karena akan menyebabkan teratogenik yang berupa phocomelia Juga pada pemberian NSAID pada Px riwayat tukak lambung.

4 Interaksi Obat – Hasil Lab

Interaksi obat dengan tes laboratorium dapat mengubah akurasi diagnostik tes sehingga dapat terjadi positif palsu atau negatif palsu. Hal ini dapat terjadi karena interferensi kimiawi. Misalnya pada pemakaian laksativ golongan antraquinon dapat menyebabkan tes urin pada uribilinogen tidak akurat (Stockley, 1999), atau dengan perubahan zat yang dapat diukur contohnya perubahan tes tiroid yang disesuaikan dengan terapi estrogen (Shimp dan Mason, 1993)

II.5 Strategi Penatalaksanaan Interaksi Obat

1 Menghindari kombinasi obat yang berinteraksi  Jika resiko terjadinya interaksi obat lebih besar dari manfaatnya, makaharus dipertimbangkan untuk memakai obat pengganti.

2 Penyesuaian dosis  Jika hasil interaksi obat meningkatkan atau menurunkan efek obat, maka perlu dilakukan modifikasi dosis salah satu atau kedua obat untuk mengimbangi kenaikan atau penurunan efek obat tersebut. Penyesuaian

(10)

dosis diperlukan pada saat mulai atau menghentikan penggunaan obat yang menyebabkan interaksi.

3 Memantau pasien  Keputusan dari memantau atau tidak memantau tergantung dari berbagai faktor, seperti karakteristik pasien, penyakit lain yang diderita pasien, waktu mulai menggunakan obat yang menyebabkan interaksi, dan waktu timbulnya reaksi interaksi obat.

4 Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya dengan modifikasi  Jika kombinasi obat yang berinteraksi tersebut merupakan pengobatan yang optimal, atau bila interaksi tersebut tidak bermakna secara klinis.

(11)

BAB III

PEMBAHASAN

III.1. Interaksi obat di luar tubuh

Interaksi yang terjadi diluar tubuh ( sebelum obat di berikan) antara obat yang tidak bisa di campur disebut inkompatibel atau intraksi farmasetis. Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisika atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna dan lain-lain, atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.

Hal yang paling penting untuk diketahui oleh dokter maupun apoteker sebagai tenaga kesehatan adalah interaksi obat diluar tubuh yaitu interaksi antara obat suntik dengan cairan infus, dimana banyak sekali obat-obat suntik yang inkompatibilitas dengan cairan infus. Selain itu interaksi obat dapat terjadi pada saat formulasi atau disiapkan sebelum digunakan oleh pasien.

Prinsip interaksi obat diluar tubuh manusia adalah interaksi langsung secara fisik dan atau kimiawi, yang mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna, dll, atau mungkin juga tidak terlihat dari hasil interaksi yang terjadi

III.2. Mekanisme Kerja Interaksi Obat

Interaksi yang terjadi karena adanya perubahan atau reaksi kimia dan fisika antara 2 obat atau lebih yang dapat dikenal/dilihat yang berlangsung diluar tubuh dan mengakibatkan aktivitas farmakologik obat tersebut hilang/berubah.

Macam macam inkompatibilitas a. Inkompatibilitas terapeutik.

Inkompatibilitas golongan ini mempunyai arti bahwa bila obat yang satu dicampur/ dikombinasikan dengan obat yang lain akan mengalami perubahan-perubahan sedemikian rupa hingga sifat kerjanya dalam tubuh (in vivo) berlainan daripada yang diharapkan. Hasil kerjanya kadang-kadang menguntungkan, namun dalam banyak hal justru merugikan dan malah dapat berakibat fatal. Sebagai

(12)

contoh : Absorpsi dari tetrasiklin akan terhambat bila diberikan bersama-sama dengan suatu antasida (yang mengandung kalsium, aluminium, magnesium atau bismuth). Fenobarbital dengan MAO--inhibitors menimbulkan efek potensiasi dari barbituratnya. Kombinasi dari quinine dengan asetosal dapat menimbulkan chinotoxine yang tidak dapat bekerja lagi terhadap malaria. Mencampur hipnotik dan sedatif dengan kafein hanya dalam perbandingan yang tertentu saja rasionilpun harus diperhatikan bahwa mengkombinasikan berbagai antibiotik tanpa indikasi bakteriologis yang layak sebaiknya tidak dianjurkan

b. Inkompatibilitas fisika.

Yang dimaksudkan disini adalah perubahan-perubahan yang tidak diinginkan yang timbul pada waktu obat dicampur satu sama lain tanpa terjadi perubahan-perubahan kimia.

Contoh :

1) Meleleh atau menjadi basahnya campuran serbuk.

2) Tidak dapat larut dan obat-obat yang apabila disatukan tidak dapat bercampur secara homogen.

3) Penggaraman (salting out).

4) Adsorpsi obat yang satu terhadap obat yang lain. c. Inkompatibilitas kimia.

Yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu pencampuran obat yang disebabkan oleh berlangsungnya reaksi kimia/interaksi. Termasuk di sini adalah :

1) Reaksi-reaksi di mana terjadi senyawa baru yang mengendap. 2) Reaksi antara obat yang bereaksi asam dan basa.

3) Reaksi yang terjadi karena proses oksidasi/reduksi maupun hidrolisa. 4) Perubahan-perubahan warna.

5) Terbentuknya gas dll.

(13)

No. Obat

Precipitant (A)

Obat Object (B)

Mekanisme kerja Efek Solusi

1. Penicilin Larutan RL (Ringer Laktat) Terbentuknya senyawa kompleks dan endapan Penicillin tidak aktif (endapan) obat tidak dicampur bersamaan 2. Karbenisilin Gentamisin menghambat kerja

gentamisin Gentamisin tidak aktif, kabenisilin rusak Tidak dicampur secara bersamaan 3. Rifampisin Isoniazid (INH) Digerus bersamaan, menurunkan aktifitas INH karena sifat rifampisin yang higroskopis. INH mengalami penurunan aktifitas Pemberian obatnya dipisah, tidak digerus bersama. 4. Amfoterisin Larutan garam fisiologis/ larutan Ringer Membentuk senyawa kompleks sehingga terjadi proses pengendapan Amfoterisin akan mengendap dalam larutan garam fisiologis/larutan Ringer Amfoterisin tidak dicampur bersamaan dengan cairan infus 5. Fenitoin Larutan dextrose 5 % Terjadinya interaksi antara fenitoin dengan larutan dextrose 5 % jika diberikan secara bersamaan Fenitoin akan mengendap dalam larutan dextrose 5% Fenitoin tidak dicampur bersamaan dengan cairan infus

6. Diazepam Cairan Infus Terjadinya interaksi antara diazepam dengan cairan infus jika diberikan secara bersamaan Diazepam akan mengendap dalam cairan infus Diazepam diberikan secara terpisah dengan cairan infus 7. Aspirin Natrium bikarbonat

Dalam udara terdapat H2O kemungkinan terjadinya hidrolisis Aspirin Terhidrolisis Pemakaian wadah ampul yang berwarna

(14)

gelap 8. Oksitetra siklin- HCl Diphenhidra min Terjadinya interaksi antara oksitetrasiklin-HCl dengan diphenhidramin jika diberikan secara bersamaan Oksitetrasiklin-HCl akan mengendap dalam larutan diphenhidramin Oksitetrasiklin-HCl tidak dicampur bersama cairan diphenhidramin 9. Phenitoin-Na Infus Terjadinya interaksi

antara phenitoin-Na dengan infus jika diberikan secara bersamaan Phenitoin-Na akan mengendap dalam larutan infus Phenitoin-Na tidak dicampur bersama cairan infus 10. Oksitertrasiklin-HCl MgS04 Terjadi interaksi antara oksitetrasiklin-HCl dengan MgSO4 Terbentuk ikatan komplek tak larut Oksitetrasiklin-Ca

Oksitertrasiklin-HCl tidak di campur bersama MgSO4

Penicilin merupakan salah satu antibiotic yang apabila di reaksikan bengan Larutan RL (Ringer Laktat) akan terbentuk suatu senyawa kompleks antara penicillin dengan larutan ringer sehingga dapat terjadi proses pengendapan. Hal ini membuat Penicillin menjadi tidak aktif karena eddapan yang dihasilkan. Untuk itu Penicillin sebaiknya tidak dicampur bersamaan dengan hidrokortison taua dalan hal ini larutan ringer laktat.

Karbenisilin sebaiknya tidak dicampur dengan Gentamisin, karena jika dberikan bersama karbenisilin akan dapat menghambat kerja gentamisin. Hal ini membuat Gentamisin menjadi tidak aktif selain itu kabenisilin akan rusak. Oleh karena itu sebaiknya kedua obat tersebut tidak dicampur secara bersamaan.

Rifampisindapat berinteraksi dengan Isoniazid (INH) pada proses pencampuran. Bila digerus bersamaan,maka menurunkan aktifitas INH hal ini dikarenakan sifat rifampisin yang higroskopis. Efek yang ditimbulakan adalah INH mengalami penurunan aktifitas. Oleh karena itu pemberian obatnya harus dipisah, dan tidak digerus bersama pada saat pembuatan.

(15)

Amfoterisin jika dicampur dengan Larutan garam fisiologis/ larutan Ringer maka akan terbentuknya suatu senyawa kompleks antara amfoterisin dengan larutan ringer. Hal ini dapat menyebabkan proses pengendapan. Amfoterisin akan mengendap dalam larutan garam fisiologis/larutan Ringer. Oleh karena itu Amfoterisin tidak dicampur bersamaan dengan cairan infus.

Fenitoin dapat bereaksi dengan Larutan dextrose 5 % diluar tubuh. Jika diberikan bersama maka akan terjadinya interaksi antara fenitoin dengan larutan dextrose 5 % . hal ini menyebabkan Fenitoin akan mengendap dalam larutan dextrose 5%, sehingga Fenitoin tidak dicampur bersamaan dengan cairan infus.

Diazepam akan mengendap apabila di berikan bersamaan dengan Cairan Infus hal ini terjadi diluar tubuh manusia. Sebaiknya Diazepam diberikan secara terpisah dengan cairan infus. Karena endapan yang diazepam dalam cairan infus tidak akan memberikan efek farmakologis.

Aspirin dapat berinteraksi dengan Natrium bikarbonat di lingkungan terbuka. H2O yang terdapat dalam udara memungkinan terjadinya hidrolisis Aspirin. Cahaya mataharipun berperan dalam hidrolisis aspirin. Oleh karena itu perlu diperhatikan pemakaian wadah ampul yang berwarna gelap untuk menghindari terjadinya hidrolisis.

Oksitetrasiklin- HCl dapat berinteraksi dengan Diphenhidramin. Terjadinya interaksi antara oksitetrasiklin-HCl dengan diphenhidramin jika diberikan secara bersamaan. Oksitetrasiklin-HCl akan mengendap dalam larutan diphenhidramin. Oleh karena itu Oksitetrasiklin-HCl tidak dicampur bersama cairan diphenhidramin.

Phenitoin-Na bereaksi dengan Infus diluar tubuh manusia. Terjadinya interaksi antara phenitoin-Na dengan infus apabila diberikan secara bersamaan. Hal ini menyebabkanPhenitoin-Na akan mengendap dalam larutan infus. Karena hal tersebut Phenitoin-Na tidak dicampur bersama cairan infus.

Oksitertrasiklin-HCl dapat berinteraksi dengan MgS04. Terjadi interaksi antara oksitetrasiklin-HCl dengan MgSO4 dengan terbentuknya ikatan komplek tak larut. Oksitetrasiklin-Ca. Sebaiknya Oksitertrasiklin- HCl tidak di campur bersama MgSO4 saat pemberian.

(16)

III.4. Tindakan untuk menghindari interaksi farmasetik

a. Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa tidak ada interaksi antar masing-masing obat

b. Dianjurkan sedapat mungkin juga menghindari pemberian obat bersama-sama lewat infus

c. Selalu memperhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya (manufacturer leaflet), untuk melihat peringatan-peringatan pada pencampuran dan cara pemberian obat (terutama untuk obat-obat parenteral misalnya injeksi infus dan lain-lain)

d. Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravenosa atau yang lain, diperhatikan bahwa perubahan warna, kekeruhan, dari larutan

e. Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja

f. Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, oabt-obatan yang sudah dimasukan, termasuk dosis dan waktunya.

g. Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan 2 jalur infus, kecuali kalau yakin tidak ada interaksi.

h. Mengetahui sifat masing-masing obat sehingga dapat memilih obat yang tidak berinteraksi saat proses pembuatan atau pencampuran obat.

i. Pemilihan wadahpun harus diperhatikan sehingga tidak terjadi interaksi yang tidak diinginkan.

BAB IV

PENUTUP

IV. 1 Kesimpulan

(17)

Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu obat mengubah efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau kurang Aktif. Mekanisme interaksi obat dapat melalui beberapa cara, yakni interaksi secara farmasetik (inkompatibilitas); interaksi secara farmakokinetik dan interaksi secara farmakodinamik.

Interaksi langsung secara fisik dan atau kimiawi dapat terjadi di luar tubuh manusia, yang mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna, dll, atau mungkin juga tidak terlihat dari hasil interaksi yang terjadi

IV. 2 Saran

Dalam pemberian suatu sediaan khusunya sediaan iv kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki sehingga faktor farmasetiknya pun harus diperhatikan sehingga tidak terjasi efek uang dapat merugikan

Daftar Pustaka

1. Retno gitawati, 2008 http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/1086/532, diakses okt 2014 2. 2010, http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/8/jhptump-a-eviwidiyan-380-2-babii.pdf diakses okt 2014 3. 2010, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26532/4/Chapter%20II.pdfdiakses okt 2014

4. http://www.medsafe.govt.nz/profs/datasheet/p/penicillinginj.pdf diakses okt 2014 5. 2008,

http://journals.lww.com/nursing/Citation/2008/03000/What_you_should_know_about_dr ug_compatibility.13.aspx diakses okt 2014

(18)

6. http://www.drugs.com/alpha/p1.html diakses okt 2014

7. http://medicafarma.com/2010/11/interaksi-obat.html diakses okt 2014 8. 2010, http://erlian-ff07.web.unair.ac.id/artikel_detail-35192-a.%20Smester

%208%20:%20Clinical%20Pharmacy-Drug%20Interaction.htmldiakses okt 2014

Referensi

Dokumen terkait

Orang, proses, atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem informasi yang akan dibuat di luar sistem informasi yang akan dibuat itu sendiri. 3

LAPORAN KINERJA 2016 Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, pada tahun 2016 Balai Besar Bahan dan Barang Teknik melaksanakan kegiatan yang terdiri dari 9 (sembilan)

Dalam perancangan promosi The Louvre café, konsep utama yang akan digunakan adalah bagaimana cara untuk meletakkan sebuah pemikiran pada calon konsumen bahwa The

Penelitian ini diharapkan dapat membantu organisasi atau Taman Kanak-kanak untuk mengidentifikasi dan meningkatkan penerimaan teknologi melalui penggunaan Software

pengaruh suhu dan lama pengeringan kayu terhadap perubahan sifat keasaman kayu yang dinyatakan dalam perubahan nilai pH dan kapasitas penyangga dari ekstrak

Berdasarkan koefisien variasi yang diperoleh, ukuran dalam dada induk Domba Priangan di Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang dapat dianggap seragam, sebagaimana

Sebagai seorang seniman yang berkecimpung dalam dunia seni rupa untuk menawarkan jati dirinya selalu mencari ide atau gagasan baru diiringi dengan perasaan yang mendalam,

Untuk mengukur kuatnya mediasi variable Information Usefulness dan Information Adoption pengaruh Information Credibility terhadap vaiabel Purchase Intention pada getok