• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstract. Keywords: Utilization of health centers, education level, income level, Perception. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abstract. Keywords: Utilization of health centers, education level, income level, Perception. Abstrak"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KEMA KECAMATAN KEMA

KABUPATEN MINAHASA UTARA

FACTORS RELATED TO THE UTILIZATION OF COMMUNITY HEALTH CENTER AT SUBDISTRICT KEMA OF DISTRICT NORTH MINAHASA

Kristian J. Madunde1, Frans. J Pelealu2, Paul Kawatu3

Bidang Minat Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstract

Background: Health is a basic requirement for human life. Since before independence, Indonesia has begun an effort to improve the health, and since it is more priority the health center services. Health Center is one of the health care facilities are a mainstay or a benchmark of health development, means of community participation, and the first comprehensive service center of a region. The lack of utilization of the public health center by this time because of the image of health center is still not good. Methods: The study was a kind of analytic survey research with cross sectional design, using chi-square test. The sample size is met in this study were 99 responders and taken by purposive sampling in the nine village. Results: The results obtained by the majority of respondents utilize health services at the health center as many as 50 respondents (50.50%). By level of education, higher education totaled 63 respondents (63.63%), low education totaled 36 respondents (36.37%). Based on income level, income level totaled 35 respondents (35.36%) less income totaled 64 respondents (64.64%). By perception, perception of both totaled 46 respondents (46.47%), perception is not good totaled 53 respondents (53.53%). Conclusion: Variable rate linked to the public perception of the utilization of health services at the health center Kema, the level of perception (0,000). While the variables that have no connection with the utilization of health services at the health center Kema, level of education (1,000), and income level (0.079).

Keywords: Utilization of health centers, education level, income level, Perception

Abstrak

Latar Belakang : Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Semenjak sebelum kemerdekaan Indonesia sudah memulai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan, dan sejak itu lebih mempriotaskan pada pelayanan Puskesmas. Puskesmas merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang menjadi andalan atau tolak ukur dari pembangunan kesehatan, sarana peran serta masyarakat, dan pusat pelayanan pertama yang menyeluruh dari suatu wilayah. Kurangnya pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat saat ini karena citra Pukesmas masih kurang baik. Puskesmas Kema menurut data kunjungan 2 tahun terakhir mengalami penurunan sebesar ± 8,0 %. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik dengan rancangan cross sectional dengan menggunakan uji chi-square. Besar sampel yang terpenuhi dalam penelitian ini adalah 99 responden dan diambil secara Purposive Sampling di Sembilan Desa. Hasil Penelitian:

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu sebagian besar responden memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas yaitu sebanyak 50 responden (50,50%). Berdasarkan tingkat pendidikan, pendidikan tinggi berjumlah 63 responden (63,63%), pendidikan rendah berjumlah 36 Responden (36,37%). Berdasarkan tingkat pendapatan, tingkat pendapatan cukup berjumlah 35 responden (35,36%) pendapatan kurang berjumlah 64 responden (64,64%). Berdasarkan persepsi, persepsi baik berjumlah 46 responden (46,47%), persepsi tidak baik berjumlah 53 responden (53,53%). Kesimpulan: Variabel tingkat persepsi masyarakat memiliki hubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema, tingkat persepsi (0,000). Sedangkan variabel yang tidak memiliki hubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema, tingkat pendidikan (1,000), dan tingkat pendapatan (0,079).

(2)

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia dimana sejak zaman dahulu kala telah banyak dilakukan upaya – upaya untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan diri maupun kelompok, jadi pada dasarnya masyarakat telah menyadari tentang pentingnya sehat. Pemerintah Indonesia semenjak sebelum kemerdekaan sudah memulai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan tetapi belum secara mendasar dan menyeluruh, baru sejak Pelita pertama mulai menetapkan langkah – langkah sistimatis dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan lebih mempriotaskan pada primary health care atau pelayanan tingkat dasar puskesmas (Farich, 2012).

Levey dan Loomba (1973) dalam Azwar (1996) menjelaskan bahwa Pelayanan kesehatan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama – sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang menjadi andalan atau tolak ukur dari pembangunan kesehatan, sarana peran serta masyarakat, dan pusat pelayanan pertama yang menyeluruh dari suatu wilayah (Alamsyah, 2011).

Menurut Muninjaya (2004) yang dikutip Alamsyah (2011) menjelaskan bahwa Puskesmas merupakan unit teknis pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu atau sebagian wilayah kecamatan yang mempunyai fungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam rangka pencapaian keberhasilan fungsi Puskesmas sebagai unjug tombak pembangunan bidang kesehatan.

Beberapa hal yang menyebabkan masih kurangnya pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat

saat ini karena citra Pukesmas masih kurang baik, utamanya yang berkaitan mutu, penampilan fisik puskesmas kurang bersih dan nyaman, disiplin, profesionalisme, dan keramahan petugas dalam pelayanan kesehatan yang masih lemah, waktu kerja pegawai puskesmas yang tidak efektif, kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas kurang berorientasi pada masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat setempat, ketersediaan obatan – obatan yang masih terbatas serta alat – alat kesehatan juga yang masih kurang memadai, sehingga berpengaruh pada angka kunjungan. (Alamsyah, 2011). Puskesmas Kema menurut data kunjungan 2 tahun terakhir, pada tahun 2010 total kunjungan sebanyak 17.067, meliputi kunjungan umum sebanyak 10.203, Askes 2.264, serta Gakin sebanyak 4.600. Di tahun 2011 jumlah kunjungan mengalami penurunan menjadi 15.700, dengan uraian kunjungan umum sebanyak 9.173, Askes 1859 kunjungan, serta Gakin sebanyak 4.668 kunjungan, Dengan data ini dapat dilihat penurunan pemanfaatan pelayanan Puskesmas sebanyak ± 8,0 %. Menyadari pentingnya puskesmas dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka berbagai masalah atau kekurangan dalam penyelenggaraan pelayanan puskesmas perlu diteliti. Masalah-masalah tersebut berasal dari dalam maupun luar lingkungan puskesmas. Dari dalam puskesmas misalnya dari perilaku dan keterampilan petugas. Dari luar puskesmas misalnya dari karakteristik pengguna pelayanan itu sendiri, dan sosiokultur masyarakat (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, suku/ras, sikap dll).

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Puskesmas di Kecamatan Kema. Selain itu juga belum pernah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan Puskesmas di Kecamatan Kema.

(3)

LANDASAN TEORI

Menurut anderson (1974) yang dikutip Notoadmojo (2012), menjelaskan bahwa ada beberapa model kepercayaan kesehatan dimana ketika setiap individu memanfaatkan pelayanan kesehatan tergantung tiga kategori utama diantaranya :

1. Karateristik Presdisposisi (Presdiposing characteristics)

Karateristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda – beda. Hal ini disebabkan karena adanya cirri – cirri individu, yang digolongkan kedalam tiga kelompok. a. Ciri – ciri demografi, seperti jeis kelamin

dan umur.

b. Struktur sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuuan atau ras dan sebagainya.

c. Manfaat – manfaat kesehatan seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit. Selanjutnya Anderson percaya bahwa : 1) setiap individu atau orang mempunyai

perbedaan karateristik, mempunyai perbedaan tipe dan frekuensi penyakit dan mempunyai perbedaan polapenggunaan pelayanan kesehatan. 2) setiap individu mempunyai perbedaan

struktur social, mempunyai perbedaan gaya hidup, dan akhirnya mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehata.

3) Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan.

2. Karateristik pendukung (enabling characteristics)

Karateristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak akan bertindak untuk menggunakannya, kecuali bila ia mampu menggunakannya. Penggunanan peayanan

kesehatan yang ada tergantung pada keampuan konsumen untuk membayar.

3. Karateristik kebutuhan (need characteristics) Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan (need) dibagi dalam dua kategori yaitu perceived need dan evaluated need.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional atau potong lintang. Lokasi penilitian adalah Puskesmas Kema, Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara, dan telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai April tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah semua Kepala Keluarga yang menetap di wilayah kecamatan Kema yang terdiri dari 9 Desa yaitu Desa Kema I, Desa Kema II, Desa Kema III, Lansot, Lilang, Waleo, Makalisung, Tontalete, dan Tontalete Rok – rok. Adapun jumlah penduduk 14.730 jiwa dengan jumlah KK 4.136. Untuk Target populasinya adalah Kepala Keluarga yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kema yang memanfaatkan dan yang tidak memanfaatkan Puskemas Kema.

Pengambilan sampel penelitian ini, menggunakan rumus yang dikutip dari Saryono (2011), sebagai berikut: n= N 1+(N x d2 ) Keterangan: N = besar populasi n = besar sampel d2 = presisi (10% atau 0,1)

perhitungan sampel diambil berdasrkan data jumlah kepala keluarga wilayah kerja Puskemas Kema, yaitu sebanyak 4.136 KK, sehingga ditetapkan sampel penelitian sebagai berikut:

(4)

n = N 1+(N x d2 ) n = 4136 1+(4236 x 0,12 ) n = 4136 1+(4136 x 0,01 ) n =4136 42,36 = 97,63 = 99 responden

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah secara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan tidak berdasarkan strata, kelompok, tetapi berdasarkan tujuan dan pertimbangan dari peneliti

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini responden yang menjadi subjek penelitian berjumlah 99 Kepala Keluarga dan menetap di wilayah kerja Puskesmas Kema Minimal 12 Bulan. Responden terdiri dari masyarakat di 9 Desa di Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara dan bersedia menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan.

Responden terbanyak adalah dengan berjenis kelamin perempuan dengan berjumlah 78 responden (78,78%), hal ini dikarenakan pada saat pengambilan data primer, ketika dikunjungi hanya Ibu – ibu yang dapat dijumpai dirumah sedangkan bapak atau suami mereka sedang bekerja. Responden terbanyak berumur antara 48 - 62 tahun (38,40%).

Berdasarkan Suku/Ras terbanyak adalah Suku/Ras Minahasa dengan jumlah 64 responden (64,64%), karena suku Minahasa merupakan suku asli yang mendiami tanah Sulawesi Utara lebih khusus di Kecamatan Kema. Pekerjaan yang ditekuni oleh keluarga rata – rata adalah buruh/petani dengan jumlah 29 responden, hal ini dikarenakan letak geografis dan kondisi tanah di Kecamatan kema yang begitu cocok untuk lahan pertanian.

Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema. Pemanfaatan Puskesmas Tingkat Pendidikan Total Rendah Tinggi N % N % Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan 18 18 36,37 36,00 31 32 63,30 64,00 49 50 Total 36 36,40 63 63,60 99 Uji X2 (α = 0,05) df=1 p value = 1,000

Menurut tabel dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pendidikan tinggi memanfaatkan puskesmas yaitu sebanyak 31 responden (63,30 %) sedangkan yang tidak memanfaatkan puskesmas sebanyak 32 responden (64,00 %). Responden dengan pendidikan yang rendah memanfaatkan puskesmas sebanyak 18 responden (36,37 %) sedangkan yang tidak memanfaatkan sama banyak dengan jumlah 18 responden (36,00 %).

Hasil analisis hubungan menggunakan uji chi-square dengan bantuan software Statistical Product For Service Solution (SPSS) versi 19 memperoleh nilai probabilitas sebesar 1,000 dengan tingkat kesalahan (α) 0,05 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatn pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema. Menurut Andersen dan Newman (1973) menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor Presdisposisi (Predisposing Factors) yang mempengaruhi seseorang untuk membutuhkan dan mengakses pelayanan kesehatan.

Menurut Andersen dan Newman (1973) menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor Presdisposisi (Predisposing Factors) yang mempengaruhi seseorang untuk membutuhkan dan mengakses pelayanan kesehatan. Syaer (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Pendidikan tentang kesehatan mempengaruhi perilaku masyarakat didalam memiliki fasilitas pelayanan kesehatan untuk penyembuhan penyakitnya. Pendidikan sangat penting peranannya didalam memberikan wawasan terhadap terbentuknya sikap yang selanjutnya akan diikuti

(5)

dengan tindakan didalam memiliki pelayanan kesehatan. Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian Kuantitatif dengan pendekatan Deskriptif, dimaksudkan untuk memperoleh gambaran karakteristik masyarakat terhadap pemanfaatan Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua.

Hubungan antara tingkat pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema. Pemanfaatan Puskesmas Tingkat Pendapatan Total Kurang Cukup N % N % Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan 37 27 74, 00 55, 10 13 22 26, 00 44, 90 50 49 Total 64 64, 60 35 35, 40 99 Uji X2 (α = 0,05) df=1 p value = 0,079

Menurut tabel dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pendapatan cukup memanfaatkan puskesmas yaitu sebanyak 13 responden (26,00 %) sedangkan yang tidak memanfaatkan puskesmas sebanyak 22 responden (44,90 %). Responden dengan pendapatan yang kurang memanfaatkan puskesmas berjumlah 37 responden (74,00 %) sedangkan yang tidak memanfaatkan berjumlah 27 responden (55,10 %).

Hasil analisis hubungan menggunakan uji chi-square dengan bantuan software Statistical Product For Service Solution (SPSS) versi 19 memperoleh nilai probabilitas sebesar 0,079 dengan tingkat kesalahan (α) 0,05 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema.

Notoatmodjo (2012) dalam family resources models menyatakan bahwa pendapatan masyarakat merupakan karateristik untuk mengukur kesanggupan dari individu atau keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan mereka. Young dan Young-Garro (1982) yang dikutip oleh Rebhan. D (2009) menyatakan bahwa masyarakat dengan berstatus

ekonomi rendah mengalami kesulitan dalam hal

membutuhkan pelayanan kesehatan, hal ini

dikarenakan karena biaya perawatan kesehatan

tidak hanya mencakup pembayaran untuk

pengobatan, tetapi juga biaya transportasi.

Hubungan antara persepsi masyarakat dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema.

Pemanfaatan Puskesmas

Persepsi

Total Tidak Baik Baik

N % N % Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan 10 36 20,00 73,50 40 13 80,00 26,50 50 49 Total 46 46,50 53 53,50 99 Uji X2 (α = 0,05) df=1 p value = 0,000

Pada tabel dapat dilihat bahwa responden dengan persepsi baik dan memanfaatkan Puskesmas sebanyak 40 responden (80,00 %) dan yang tidak memanfaatkan sebanyak 13 responden (26,50 %). Responden dengan persepsi tidak baik dan memanfaatkan Puskesmas berjumlah 10 responden (20,00 %) sedangkan yang tidak memanfaatkan Puskesmas sebanyak 36 responden (73,50 %).

Hasil analisis hubungan menggunakan uji chi-square dengan bantuan software Statistical Product For Service Solution (SPSS) versi 19 memperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000 dengan tingkat kesalahan (α) 0,05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema.

Yuliah (2001) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor pendidikan, persepsi sakit, sikap petugas, penyandang dana, jarak, biaya transportasi berhubungan dengan pemanfaatan puskesmas. Dari keenam faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan puskesmas, ternyata persepsi sakit yang paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan Puskesmas.

(6)

PENUTUP A. Kesimpulan

1. Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kerja Puksesmas kema umumnya sudah baik.

2. Tingkat pendapatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas kema rata – rata masih dibawah Upah Minimum Provinsi Sulawesi Utara.

3. Masyarakat di kecamatan Kema rata – rata berpresepsi masih tidak baik terhadap keadaan Puskesmas Kema.

4. Masyarakat Kema rata-rata sudah memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema.

5. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan masyarakat dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara.

6. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan masyarakat dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara.

7. Terdapat hubungan yang bermakna antara Persepsi masyarakat dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema Kabupaten Minahasa Utara.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Kema, program promosi kesehatan dalam bentuk advokasi dan sosialisasi kepada masyarakat perlu dilaksanakan secara rutin untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang fungsi dan tujuan dari Puskesmas juga kedisiplinan perlu ditingkatkan terutama waktu buka/tutup puskesmas harus sesuai dengan jam kerja pelayanan.

2. Bagi Masyarakat, diharapkan dapat memanfaatkan Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar, dan bukan hanya untuk tempat berobat tetapi juga sebagai tempat memperoleh informasi – informasi tentang kesehatan.

3. Bagi dunia Pendidikan dan penelitian selanjutnya, hasil penelitian kiranya dapat

menjadi bahan acuan dan Pedoman bagi Penelitian selanjutnya mengenai pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, D. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Andersen dan Newman. 1973. Societal and individual determinants of medical care utilization in the

United States. (Online)

www.milbank.org/uploads/documents/, diakses pada tanggal 12 April 2013

Anonimous. 2011. Profil Puskesmas Kema Tahun 2011. Minahasa Utara: Puskesmas Kema Azwar, A. 1996. Pengantar Adminstrasi Kesehatan.

Jakarta : Binarupa Aksara

Farich, A. 2012. Manajemen Pelayanan Kesehatan Masyarakat.Yogyakarta : Gosyen Publishing Notoadmojo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan

Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Rebhan. D. 2009. Health Care Utilization:

Understanding and applying

theories and models of health care seeking behavior.(Online)

www.cwru.edu/med/epidbio/mphp439/healthca reutil.pdf diakses pada tanggal 12 April 2013. Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan.

Yogyakarta : Mitra Cendikia Pers

Syaer. S. 2010. Gambaran Karakteristik Masyrakat Dalam Pemanfaatan Pelayaanan Kesehatan Di Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua

Kab.Pingran. (Online)

www.scribd.com/doc/62697640/Daftar-Pustaka diakses pada tanggal 10 April 2013.

Notoadmojo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Yuliah. 2001. Pemanfaatan puskesmas ditinjau dari

aspek pengguna jasa, penyelenggara pelayanan dan pendukung di puskesmas pasar kemis

Kabupaten Tangerang. (Online)

www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-73114. diakses pada tanggal 12 April 2013

Referensi

Dokumen terkait

Performa dari mutu printer inkjet dapat dikarakterisasikan melalui kecepatan dan resolusi cetaknya. Kecepatan tergantung pada frekuensi jetting atau interval waktu antara dua semburan

Sekarang misalkan kita akan melakukan pencarian data 78 di dalam array tersebut, maka salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan membandingkan nilai 78

Nilai yang diperoleh dari responden siswa adalah 82,8 dari nilai maksimal 105 dengan persentase 79% dan mendapatkan kategori layak untuk diterapkan pada uji

profitabilitas perusahaan yang semakin tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang semakin tinggi, sehingga entitas mampu untuk meningkatkan

- Kedua kromatid dari satu homolog melekat ke mikrotubulus kinetokor dari salah satu kutub.kromatid homolog yang satu lagi melekat ke mikrotunulus dari kutub yang bersebrangan.. 

Salah satu faktor produksi yang sangat menentukan peningkatan produktivitas adalah pemupukan (Maryeni dkk, 2009). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

 Bahwa setelah mengetahui korban dan suaminya telah berada dirumahnya kemudian terdakwa bersama dengan RUSDI Alias DUDDING, RISAL DG. TABA, RYAN HIDAYAT Alias DAYAT

Dalam situs www.indosiar.com, Minggu (21/09), disebutkan bahwa band Slank diangkat menjadi “Duta Anti Korupsi” oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), karena lirik lagu yang