• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI PENELITIAN

Desain Penelitian

Desain penelitian adalah deskriptif korelasional yaitu suatu metode penelitian yang mempunyai tujuan memberikan deskripsi tentang suatu fenomena. Penelitian ini menekankan pada upaya untuk melakukan kajian terhadap suatu pengubahan sosial melalui analisis jaringan komunikasi dalam bentuk sosiometri yang menggambarkan jaringan komunikasi antarpeternak sapi perah dengan menganalisis siapa berbicara dengan siapa mengenai penerapan higien dan sanitasi pemerahan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu di Desa Haurngombong dan Desa Mekar Bakti, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat. Pertimbangan utama pemilihan lokasi ini adalah karena daerah tersebut merupakan sentra peternakan sapi perah di Kabupaten Sumedang. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Nopember 2012.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota kelompok peternak sapi perah Harapan Jaya Desa Haurngombong dan Kelompok peternak Mekar Sari Desa Mekar Bakti Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang. Kelompok Harapan Jaya dipilih karena kelompok ini telah menerapkan higien dan sanitasi pemerahan dengan baik sedangkan kelompok Mekar Sari dipilih kelompok ini menerapkan higien dan sanitasi dengan buruk berdasarkan data dari KSU Tandangsari.

Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan teknik sampling intact system yaitu suatu metode pengambilan sampel dimana seluruh anggota sistem jaringan dijadikan sebagai sampel penelitian (Rogers dan Kincaid, 1981). Jadi sampelnya adalah seluruh peternak yang tergabung dalam kelompok Harapan Jaya yang berjumlah 37 orang dan Kelompok Mekar Sari yang berjumlah 50 orang jadi total sampel adalah 87 orang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh secara langsung dari responden masyarakat melalui penyebaran kuesioner yaitu suatu pedoman pertanyaan yang dilakukan dengan wawancara atau pengisian terinci berupa pertanyaan yang sudah terstruktur meliputi aspek-aspek peubah. Pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut analisis sosiometri digunakan untuk mengetahui dengan siapa dan kepada siapa peternak melakukan komunikasi mengenai usaha ternak sapi perahnya berkenaan dengan higiene dan sanitasi pemerahan. Pengumpulan data dilakukan tiga tahap yakni: penelitian pendahuluan, pengumpulan data sekunder dan pengambilan data primer. Penelitian pendahuluan mencakup pengamatan dan observasi lapangan guna mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk memperkuat atau mempertajam permasalahan yang terjadi di

(2)

lapangan. Data sekunder meliputi data umum lokasi tentang kependudukan, pendidikan, tenaga kerja, pertanian dalam arti luas, perhubungan, komunikasi, transportasi, perkoperasian, kelembagaan peternakan, kelompok tani-ternak dan lain-lain yang relevan dengan topik penelitian.

1) Karakteristik peternak yang meliputi: umur, tingkat pendidikan, pengalaman berkelompok, pengalaman beternak dan tingkat kosmopolitan. 2) Karakteristik usahaternak meliputi : jumlah kepemilikan ternak sapi perah,

produksi susu dan harga jual susu.

3) Jaringan komunikasi meliputi: sentralitas lokal, sentralitas global dan kebersamaan (betweeness)

Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Karakteristik Peternak

Karakteristik peternak mencakup: umur, pendidikan formal, pengalaman berkelompok, pengalaman beternak, dan tingkat kosmopolitan. Berikut pengertiannya :

1. Umur adalah usia responden ditentukan pada saat penelitian dilakukan, yang dihitung dari hari kelahiran dan dibulatkan ke tanggal lahir yang terdekat. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio dalam satuan tahun dan hasilnya dikelompokkan menjadi dua kategori produktif dan tidak produktif. 2. Tingkat pendidikan adalah lama belajar secara formal yang pernah ditempuh oleh responden. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio dalam satuan tahun dan hasilnya dikelompokkan menjadi tiga kategori rendah, sedang dan tinggi .

3. Tingkat Pengalaman Beternak adalah lamanya responden mengelola usaha ternak sapi perah. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio dalam satuan tahun dan hasilnya dikelompokkan menjadi tiga kategori rendah, sedang dan tinggi

4. Tingkat Pengalaman Berkelompok adalah lamanya responden ikut bergabung dengan kelompok. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio dalam satuan tahun dan hasilnya dikelompokkan menjadi tiga kategori rendah, sedang dan tinggi.

5. Tingkat Pengalaman Berkoperasi adalah lamanya responden ikut bergabung menjadi anggota koperasi. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio dalam satuan tahun dan hasilnya dikelompokkan menjadi tiga kategori rendah, sedang dan tinggi

6. Tingkat Kosmopolitan adalah kesediaan peternak sapi perah untuk berusaha mencari ide-ide baru diluar lingkungannya. Tingkat kosmopolitan juga menunjukkan tingkat hubungan seseorang dengan dunia luar di luar sistem sosialnya sendiri. Dihitung berdasarkan frekuensi peternak sapi perah ke luar desa untuk mencari informasi sanitasi pemerahan dallam satu bulan yang lalu/terakhir. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio dan hasilnya di kelompokkan menjadi tiga kategori rendah, sedang dan tinggi.

(3)

Tabel 1. Indikator dan pengukuran Karakteristik Peternak No Variabel/

Indikator

Definisi Operasional Pengukuran Kategori 1 Umur Usia responden pada saat

penelitian dilakukan yang dibulatkan. Rasio 1) Produktif 2) Tidak Produktif 2 Tingkat Pendidikan Formal

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden Rasio 1) Rendah 2) Sedang 3) Tinggi 3 Tingkat Pengalaman Beternak

Lamanya responden mengelola usaha ternak sapi perah

Rasio 1) Rendah 2) Sedang 3) Tinggi 4 Tingkat Pengalaman Berkelompok

Lamanya responden ikut bergabung dengan kelompok peternak sapi perah

Rasio 1) Rendah 2) Sedang 3) Tinggi 5 Tingkat Pengalaman Berkoperasi

Lamanya responden ikut bergabung menjadi anggota koperasi Rasio 1) Rendah 2) Sedang 3) Tinggi 6 Tingkat Kosmopolitan

Frekuensi peternak keluar lingkungannya untuk mencari informasi usaha ternak sapi perah

Rasio 1) Rendah 2) Sedang 3) Tinggi

Karakteristik Usahaternak

Karakteristik usahaternak mencakup jumlah kepemilikan ternak, produktivitas ternak, harga jual susu

1. Jumlah kepemilikan ternak sapi perah adalah jumlah ternak sapi perah yang dimiliki dan pelihara oleh peternak. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio dalam satuan ekor dan hasilnya dikelompokkan menjadi tiga kategori besar, menengah dan kecil.

2. Produksi Susu adalah jumlah susu yang dihasilkan per hari per ekor oleh ternak sapi perah milik responden. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio dalam satuan liter dan hasilnya dikelompokkan menjadi tiga kategori rendah, sedang dan tinggi.

3. Harga Jual Susu adalah harga jual susu per liter milik responden. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio dalam satuan rupiah.

(4)

Tabel 2. Indikator dan Pengukuran Karakteristik Usahaternak No Variabel/

Indikator

Definisi Operasional Pengukuran Kategori 1 Jumlah

Kepemilikan Sapi Perah

Jumlah ternak sapi perah yang dimiliki dan

pelihara oleh peternak

Rasio 1) Kecil 2) Menengah 3) Besar 2 Produksi Susu Jumlah susu yang

dihasilkan per hari per ekor ternak sapi perah milik responden Rasio 1) Rendah 2) Sedang 3) Tinggi 3 Harga Jual Susu

Harga jual susu per liter milik responden

Rasio -

Jaringan Komunikasi

Jaringan komunikasi adalah proses komunikasi yang terjadi antarpeternak dalam usaha menerapkan higien dan sanitasi pemerahan. Jaringan komunikasi menggambarkan hubungan atau interaksi antara satu peternak dengan peternak lainnya yang berkaitan dengan upaya memperoleh dan menyebarkan informasi mengenai higien dan sanitasi pemerahan. Dari data jaringan komunikasi yang diperoleh akan dilihat derajat sentralitas lokal, derajat sentralitas global dan kebersamaan.

1. Sentralitas Lokal adalah derajat yang menunjukkan seberapa baik terhubungnya individu tertentu dalam lingkungan terdekat. Derajat ini menunjukkan jumlah hubungan maksimal yang dapat dibuat individu dengan individu lain dalam sistem. Dengan menggunakan UCINET VI derajat sentralitas lokal diperoleh melalui “normalized degree centrality” atau “centrality degree”. Nilai sentralitas lokal diperoleh melalui network>centrality and power>degree. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio.

2. Sentralitas Global adalah menunjukkan jumlah ikatan yang seseorang butuhkan untuk menghubungi semua titik dalam jaringan. Derajat ini menunjukkan kemampuan individu untuk dapat menghubungi semua individu dalam sistem. Dengan menggunakan UCINET VI derajat sentralitas global diperoleh melalui “centrality closeness”. Nilai sentralitas global diperoleh melalui network>centrality and power>closeness. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio.

3. Kebersamaan (betweenees) adalah frekuensi seorang individu melakukan hubungan dengan satu klik diantara klik lainnya. Derajat ini menunjukkan kemampuan individu untuk menjadi perantara/penghubung antara satu aktor dengan aktor lain dalam suatu jaringan. Dengan menggunakan UCINET VI Nilai betweeness diperoleh melalui network>centrality and power>betweeness. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio.

(5)

Tabel 3. Indikator dan Pengukuran Jaringan Komunikasi

No Variabel Definisi Operasional Pengukuran

1 Sentralitas Lokal Jumlah hubungan maksimal yang dapat dibuat individu dengan individu lain dalam sistem

Rasio

2 Sentralitas Global

Jumlah ikatan yang seseorang butuhkan untuk menghubungi semua titik dalam jaringan

Rasio 3 Betweeness Frekuensi seorang individu

melakukan hubungan dengan satu klik diantara klik lainnya

Rasio

Penerapan Higiene dan Sanitasi Pemerahan

Yaitu segala tindakan yang dilakukan peternak untuk pencegahan penyakit dan pemeliharaan diri peternak dan ternaknya dalam proses pemerahan susu sapi. Penerapan higien dan sanitasi pemerahan terdiri dari tiga bagian yaitu sebelum pemerahan, proses pemerahan dan pasca pemerahan. Data yang diperoleh merupakan data skala ordinal. Tingkat penerapan higien dan sanitasi pemerahan dianalisis dengan menggunakan indikator yang terdiri dari sebelum pemerahan, proses pemerahan dan pasca pemerahan. Ketiga indikator tersebut menggunakan tiga jumlah kelas yaitu tinggi, sedang dan rendah. Skor tertinggi bernilai 3 dan terrendah 1. Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat penerapan higien dan sanitasi pemerahan berpatokan pada Sudjana ( 1990) yaitu :

Panjang Kelas Interval = Skor Tertinggi – Skor Terendah Banyaknya Interval Kelas

Kategori kelas penerapan higien dan sanitasi pemerahan yang diperoleh adalah :

a. 20 – 33 berarti masuk pada tingkat penerapan higien dan sanitasi rendah b. 34 – 47 berati masuk pada tingkat penerapan higien dan sanitasi sedang c. 48 – 60 berarti masuk pada tingkat penerapan higien dan sanitasi tinggi

Tabel 4. Indikator dan Pengukuran Higien dan Sanitasi Pemerahan

No Variabel Definisi Operasional Pengukuran Kategori 1 Penerapan Higien dan Sanitasi Pemerahan Tindakan yang dilakukan untuk pencegahan penyakit, pemeliharaan ternak dan peternak dalam pemerahan susu sapi

Ordinal 1) Rendah 2) Sedang 3) Tinggi

(6)

Validitas dan Reliabilitas

Menurut Kerlinger (2003), validitas instrumen menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur telah mengukur apa yang akan diukur. Jika peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner tersebut harus dapat mengukur apa yang akan diukur. Titik berat dari ujicoba validitas instrumen adalah pada validitas isi, yang dapat dilihat dari; 1) apakah instrumen tersebut telah mampu mengukur apa yang akan diukur, 2) apakah informasi yang dikumpulkan telah sesuai dengan konsep yang telah digunakan. Validitas atau ketepatan adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkan. Agar kuesioner mempunyai validitas tinggi maka daftar pertanyaan disusun dengan cara 1) mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur, 2) menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan responden, 3) berpedoman pada teori-teori dan kenyataan yang telah diungkapkan pada berbagai pustaka empiris, 4) mempertimbangkan pengalaman dan hasil penelitian terdahulu dalam kasus yang relevan, dan 5) memperhatikan nasehat dan pendapat dari para ahli, terutama dari komisi pembimbing (Singarimbun, dan Effendy, 1995). Agar diperoleh data yang valid maka butir-butir pertanyaan di dalam kuesioner dianalisis dengan menggunakana rumus korelasi product moment (Arikunto, 2003) yaitu :

Keterangan :

r : Koefisien korelasi Pearson n : Jumlah individu dalam sampel X : Skor peubah X

Y : Skor peubah Y

Nilai r yang diperoleh dibandingkan dengan nilai koefisien r-product moment dari tabel korelasi. Bilai r lebih besar dari r tabel maka butir pertanyaan dinyatakan valid sedangkan bilai lebih kecil maka perlu ada perbaikan pada butir tersebut atau dikeluarkan dari pertanyaan. Hasil uji validitas dengan menggunakan pendekatan korelasi item total dikoreksi (corrected item-total correlation) pada program SPSS V.16 menunjukkan bahwa skor korelasi item total dikoreksi (corrected item-total correlation) lebih besar dari nilai tabel product moment pearson yaitu 0.396 sehingga pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner dianggap valid sebagai instrumen penelitian.

= ∑ − ∑ ∑

(7)

Reliabilitas Instrumentasi

Reliabilitas (keterandalan) instrumentasi adalah suatu istilah yang dipakai untuk menunjukan sejauhmana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi untuk kedua kalinya atau lebih (Singarimbun dan Effendy, 1995). Reliabilitas instrumen atau tingkatan keajekan adalah suatu istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi untuk kedua kalinya. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten.

Reliabilitas instrumen dilakukan dengan cara uji coba kuesioner. Upaya untuk memperkuat keterandalan instrumen tersebut dilakukan dengan cara mengoptimalkan keragaman kesalahan dengan mengungkapkan pertanyaan secara tepat, memberikan pertanyaan pendukung dengan satu pertanyaan yang sama macam dan kualitasnya serta memberikan petunjuk pengisian kuesioner secara tepat dan jelas. Reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan Cronbach-alpa, dimana pengukuran dilakukan hanya satu kali. Metode tersebut digunakan untuk kuesioner yang memiliki lebih banyak pilihan jawaban serta bukan merupakan skor 1 dan 0, melainkan dalam bentuk kategori dan uraian sehingga menghasilkan konsistensi antarbutir pertanyaan (Kerlinger, 2003). Rumus yang digunakan adalah :

1 −

Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan

= Varians total = Jumlah varians butir

Nilai r11 yang diperoleh dibandingkan dengan koefisien r tabel korelasi. Bilai r11 lebih besar dari r tabel maka instrumen dinyatakan reliabel sedangkan bila lebih kecil maka perlu ada perbaikkan atau dilakukan uji ulang terhadap pertanyaan tersebut.

Hasil uji reliabilitas kuesioner yang diujikan pada 25 orang peternak sapi perah yang bukan responden namun memiliki karakteristik yang hampir sama dengan responden dengan menggunakan rumus alpha cronbach dari program SPSS V.16 diperoleh nilai koefisien reliabilitas 0,932. Menurut Zulganef (2006) suatu instrumen memiliki reliabilitas yang memadai jika memiliki nilai koefisien alpha Cronbach lebih besar atau sama dengan 0.70. Sementara, hasil uji coba kuesioner diperoleh nilai koefisien alpha cronbach 0.932 sehingga kuesioner yang digunakan dianggap handal sebagai instrumen penelitian.

(8)

Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah: 1. Analisis sosiometri.

Analisis sosiometri dilakukan dengan pendekatan deskriptif dan digunakan untuk melihat jaringan komunikasi yang terjadi di antara para peternak sapi perah. Sosiometri merupakan suatu metode untuk mengumpulkan data tentang pola dan struktur hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok (Nurkancana, 1993). Cara yang digunakan adalah dengan membuat matriks hubungan komunikasi terlebih dahulu yang didapat dari pertanyaan sosiometris yang diajukan dalam kuesioner. Matriks hubungan komunikasi terdiri dari baris dan kolom. Baris merepresentasikan sumber hubungan sedangkan kolom merepresaentasikan target. Ada tidaknya hubungan komunikasi ditandai dengan bilangan biner. Jika terdapat hubungan komunikasi maka ditulis 1 sedangkan tidak terdapat hubungan komunikasi ditulis 0 (Hanneman dan Rieddle, 2005). Pertanyaan sosiometris dalam penelitian ini berkenaan dengan higien dan sanitasi pemerahan yang mencakup sebelum pemerahan, proses pemerahan dan setelah pemerahan. Selanjutnya data hubungan tersebut dibuat dalam bentuk sosiogram yang menggambarkan struktur atau pola hubungan di kelompok. Sosiogram ini kemudian digunakan untuk melihat pola hubungan dan peran individu peternak dalam jaringan komunikasi.

2. Analisis Jaringan Komunikasi

Analisis jaringan komunikasi terdiri dari Sentralitas Lokal (Local Centrality Index) dan Sentralitas Global (Global Centrality Index) dan Kebersamaan (Betweeness) dihitung dengan software UCINET VI versi 6.216 (Boorgati, Everett dan Freeman, 2002). Sofware UCINET VI dirancang khusus untuk menganalisis jaringan komunikasi. UCINET VI dipilih karena mudah digunakan dan menghasilkan estimasi optimum setelah tiga ulangan perhitungan (Scott, 2000).

3. Analisis Hubungan

Analisis hubungan yaitu menggunakan Rank Spearman’s Correlation untuk mengetahui: 1) hubungan antara variabel karakteristik individu dengan jaringan komunikasi dalam penerapan higien dan sanitasi pemerahan, 2) hubungan antara variabel karakteristik usahaternak dengan jaringan komunikasi dalam penerapan higien dan sanitasi pemerahan, 3) hubungan antara variabel karakteristik individu dengan tingkat penerapan higien dan sanitasi pemerahan dan 4) hubungan antara variabel karakteristik usahaternak dengan tingkat penerapan higien dan sanitasi pemerahan dan 5) hubungan variabel jaringan komunikasi dengan penerapan higien dan sanitasi pemerahan. Koefisien korelasi rank Spearman dirumuskan sebagai berikut (Zulganef, 2006):

rs=1 - 6∑d 2

(9)

Keterangan:

rs = Koefisien korelasi rank Spearman

d = Perbedaan antara pasangan jenjang

= Jumlah individu dalam sampel 4. Analisis uji beda (uji t)

Analisis uji beda dalam penelitian ini untuk melihat perbedaan dua rata-rata hasil pengukuran peubah penelitian antara Kelompok Peternak Sapi Perah Harapan Jaya dengan Kelompok Peternak Mekar Sari. Uji beda dirumuskan sebagai berikut (Zulganef, 2006):

Keterangan

t = Nilai statistik (t hitung)

X = Rata-rata dari pengamatan sampel 1 X = Rata-rata dari pengamatan sampel 2

!" !# = Standar error kedua sampel

$ =!− !

Gambar

Tabel 1. Indikator dan pengukuran Karakteristik Peternak  No  Variabel/

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, untuk menjamin keberhasilan penggunaan sediaan radioisotop 47 Sc perlu dilakukan analisis fisiko-kimia yang meliputi kejernihan, pH, kemurnian radionuklida dan

Hasil tersebut menunjukkan ada perbedaan saat sebelum diterapkan LKS IPA tipe webbed pada tema limbah rumah tangga dengan persentase ketuntasan siswa di kelas VII-F

Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh big five personality terhadap keterbukaan diri self disclosure dalam persahabatan mahasiswa semester II Fakultas

Setelah penulis menguraikan bebrapa hal memngenai bagaimana Mekanisme Bagi Hasil pada Produk PRUlink Syariah Investor Account Dalam Perspektif Akad Mudharabah

Dari segi kebahasaan ini dapat kita analisis melalui bahasa yang digunakan dalam penyuluhan atau melalui media visual yang konkritnya berupa seni mural ini4. Apabila bahasa

[r]

(2) Peningkatan hasil hasil belajar siswa dengan persentase pra siklus 35%, dan siklus I 65%, serta siklus II 81% siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM. Skripsi yang ditulis

Peraturan Bupati Pati Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pendelegasian Wewenang Kepada Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Pati Untuk