• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 ii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 ii"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 ii RINGKASAN EKSEKUTIF

Dari 17 Indikator Kinerja yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2019 yang dijanjikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dengan Direktur Jenderal P2P terdapat 11 Indikator Kinerja sasaran strategis yang telah mencapai dan melebihi target :

1) Presentase anak usia 0 – 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap tercapai 97,3 % dari target 93 % dengan capaian kinerja 104,4 %

2) Presentase kasus Malaria positif yang diobati sesuai standar tercapai 99.5% dari target 95% dengan capaian kinerja 100%

3) Jumlah kabupaten kota endemis Filariasis yang melakukan POPM dari target 3 layanan tercapai 3 layanan (100%)

4) Jumlah kabupaten kota intervensi stunting yang melakukan POPM Cacingan dengan cakupan > 75% dari sasaran minum obat target yang ditentukan adalah 14 layanan dan tercapai seluruhnya (100%).

5) Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar tercapai 86,06 % dari target 80 % dengan capaian kinerja 107,5 %

6) Persentase kasus HIV yang diobati tercapai 68,46% dari target 55 % dengan capaian kinerja 124,47 %

7) Persentase kabupaten kota yang melaksanakan deteksi dini hepatitis B dan C pada kelompok beresiko tercapai 96,3% dari target 80 % dengan capaian indikator 120,37%

8) Presentase puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu tercapai 53,36% dari target 50% dengan capaian kinerja 106,72%.

9) Presentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM tercapai 86,76% dari target 50% dengan capaian kinerja 173,5,2% 10) Presentase puskesmas yang melaksanakan deteksi deteksi dini dan rujukan kasus

katarak dari target 30% terealisasi 100% sehingga capai kinerjanya 100%.

11) Presentase layanan dukungan manajemen dan pelaporan satker dekonsentrasi tercapai 100% dari target 100% sehingga capaian kinerja 100%.

Capaian Realisasi Keuangan pada tahun 2019 per tanggal 2 Januari 2020 berdasarkan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) tercapai 67,17% atau sebesar Rp. 16.982.173.550,- dari total anggaran sebesar Rp. 25.366.598.000

Berikut Realisasi Anggaran Satker 05 :

1. Surveilans dan Karantina Kesehatan, Pagu anggaran belanja sebesar Rp.1.597.410.000 hanya terealisasi sebesar Rp.671.519.500 dengan jumlah

(3)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 iii pengembalian belanja sebesar Rp.2.303.500, Realisasi Netto sebesar Rp.669.216.000 (42,04%) sehingga masih tersisa anggaran belanja sebesar Rp.928.194.000.

2. Pencegahan dan Pengendalian Tular Vektor dan Zoonotik, Pagu anggaran belanja sebesar Rp.7.158.487.000 hanya terealisasi sebesar Rp.5.300.420.350 dengan jumlah pengembalian belanja sebesar Rp.21.859.000, Realisasi Netto sebesar Rp.5.278.561.350 (74,04%) sehingga masih tersisa anggaran belanja sebesar Rp.1.879.925.650.

3. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Pagu anggaran belanja sebesar Rp.1.317.053.000 hanya terealisasi sebesar Rp.1.251.750.000 dengan jumlah pengembalian belanja sebesar Rp.5.240.000, Realisasi Netto sebesar Rp.1.246.510.000 (95,04%) sehingga masih tersisa anggaran belanja sebesar Rp.70.543.000.

4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Pagu anggaran belanja sebesar Rp.14.147.823.000 hanya terealisasi sebesar Rp.8.856.012.950 dengan jumlah pengembalian belanja sebesar Rp.15.485.000, Realisasi Netto sebesar Rp.8.840.527.950 (62,60%) sehingga masih tersisa anggaran belanja sebesar Rp.5.307.295.050.

5. Dukman pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Pagu anggaran belanja sebesar Rp.734.303.000 hanya terealisasi sebesar Rp.663.862.750 dengan jumlah pengembalian belanja sebesar Rp.4.130.000, Realisasi Netto sebesar Rp.659.732.750 (90,41) sehingga masih tersisa anggaran belanja sebesar Rp.74.570.250.

6. Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA, Pagu anggaran belanja sebesar Rp.411.522.000 hanya terealisasi sebesar Rp.295.475.500 dengan jumlah pengembalian belanja sebesar Rp.7.850.000, Realisasi Netto sebesar Rp.287.625.500 (71,80) sehingga masih tersisa anggaran belanja sebesar Rp.123.896.500.

(4)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 iv DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR i

RINGKASAN EKSEKUTIF ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR vi

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Visi dan Misi 2

1.3 Tugas Pokok dan Fungsi 4

1.4 Sumber Daya Manusia 7

1.5 Sistematika Penulisan 7

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 9

2.1 Perencanaan Kinerja 9

2.2 Perjanjian Kinerja 13

BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA 15

3.1 Capaian kinerja 15 3.2 Realisasi Anggaran 55 BAB 4 PENUTUP 61 4.1 Kesimpulan 61 4.2 Tindak Lanjut 61 LAMPIRAN

(5)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 1 BAB 1

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran yang akan dicapai dalam Program Indonesia Sehat pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019 (RPJMN 2015-2019) adalah: 1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; 2) meningkatnya pengendalian penyakit; 3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan melalui Pendekatan Keluarga dan GERMAS.

RPJMN 2015-2019 telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2015 dan Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019 melalui Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.02.02/2015, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) telah menyusun Rencana Aksi Program P2P tahun 2015 – 2019 yang merupakan jabaran kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Ditjen P2P termasuk langkah-langkah antisipasi tantangan program selama lima tahun mendatang. Dalam perkembangannya Renstra yang telah disusun memerlukan penyesuaian terkait dengan GERMAS, PIS PK dan SPM sehingga pada tahun 2018 dilakukan revisi Renstra Kementerian Kesehatan dengan nomor HK.01.07/MENKES/422/2017. Sesuai amanat Menteri Kesehatan, dengan diterbitkannya Renstra Revisi, maka unit utama harus menjabarkan dalam Rencana Aksi Program Direktorat Jenderal P2P. Pada revisi RAP Ditjen P2P Tahun 2018 terjadi perubahan indikator dan telah dituangkan dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat merupakan Organisasi Perangkat Daerah dengan fungsi penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan, pengeloaan bidang kesehatan di wilayah Provinsi Jawa Barat yang memiliki 27 Kab/Kota dengan jumlah Penduduk 48.683.861 jiwa. Fasilitas pelayanan kesehatan sudah tersebar di semua Kab/Kota dengan jumlah Puskesmas sebanyak 1.072 dan Rumah Sakit Umum maupun swasta sebanyak 337.

(6)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 2 Isu strategis di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang ada di Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit saat ini dengan adanya Stanting akan terkait terhadap beberapa program yang ada di Bidang P2P seperti Kecacingan, diare ISPA (Pneumoni), Tb dan Imunisasi. Sehingga perlu strategi untuk mengendalikan dan menekan Stanting dengan kegiatan yang dilaksanakan di Bidang P2P. Selain itu juga Penyakit Tidak Menular tetap masih merupakan penyakit yang harus dikendalikan.

Laporan kinerja ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Dinas Kesehatan provinsi Jawa Barat atas pelaksanaan tugas dan fungsi selama Tahun 2019. Disamping itu, laporan kinerja ini merupakan pelaksanaan amanat peraturan perundang-undangan terkait, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Pemerintah. Laporan kinerja ini juga sekaligus menjadi alat atau bahan evaluasi guna peningkatan kinerja Kementerian Kesehatan di masa depan.

1.2Visi dan Misi

Visi dan Misi Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 mengikuti Visi dan Misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini dilaksanakan melalui 7 misi pembangunan yaitu:

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera. 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta

(7)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 3 Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang ingin diwujudkan yakni:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Kementerian Kesehatan mempunyai peran dan berkonstribusi dalam tercapainya seluruh Nawa Cita terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Terdapat dua tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu: 1) meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan. Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua kontinum siklus kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia.

Tujuan indikator Kementerian Kesehatan bersifat dampak (impact atau outcome) dalam peningkatan status kesehatan masyarakat melalui indikator yang akan dicapai yakni sebagai berikut:

1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010), 346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).

2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup. 3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.

4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.

(8)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 4 Peran Ditjen P2P dalam mendukung pencapaian indikator Kementerian Kesehatan yakni menyelenggarakan pencegahan dan pengendalian peyakit secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya melalui kegiatan surveilans dan karantina kesehatan, pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung, pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik, pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program P2P.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang merupakan institusi kesehatan representasi pemerintah pusat di daerah, memiliki visi dan misi :

Visi

“Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”

Misi

1. Membangun kemandirian masyarakat untuk hidup sehat 2. Menjamin pelayanan kesehatan yang prima

3. Mendukung sumber daya pembangunan kesehatan 4. Regulator pembangunan kesehatan di Jawa Barat

1.3Tugas Pokok dan Fungsi

A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi

• Tugas Pokok :

Melaksanakan urusan pemerintah di bidang kesehatan, meliputi : kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan dan sumber daya kesehatan yang menjadi kewenangan daerah Provinsi, melaksanakan tugas dekonsentrasi dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai bidang tugasnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

• Fungsi :

a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan, yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi

b. Penyelenggaraan pengelolaan bidang kesehatan, yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi

c. Penyelenggaraan administrasi Dinas

(9)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 5 B. Struktur Organisasi.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2009 tentang Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mempunyai Stuktur Organisasi dengan susunan sebagai berikut :

(10)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 6 Gambar 1.1

Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat KEPALA DINAS KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUBAG KEPEGAWAIAN & UMUM SUBAG PERENCANAAN DAN PELAPORAN SUBAG KEUANGAN & ASET BIDANG BINA PELAYANAN KESEHATAN Seksi Yankes Primer dan Tradisional Seksi Yankes Rujukan Seksi Mutu Yankes BIDANG PENCEGAHAN DANPENGENDALIAN PENYAKIT Seksi Surveilans & Imunisasi Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular PTM dan Keswa

BIDANG SUMBER DAYA KESEHATAN

Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Seksi Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

Seksi Sumber Daya Manusia

UPTD

BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT

Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi

Seksi Promosi dan Pemberdayaan

Kesehatan

Seksi Kesling dan Kesja Or

1. Bapelkes 6. RSU JAMPANGKULON

2. Balai Labkes 7. RSU AL IHSAN 3. BKKM 8. RS. PARU 4. BKPM 9. RS JIWA 5. RSU PAMEUNGPEUK

(11)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 7 1.4Sumber Daya Manusia

Pada tahun 2019, jumlah pegawai di Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sebanyak 37 orang dengan distribusi pegawai di seksi surveilans dan imunisasi 17 orang, seksi pengendalian penyakit menular 13 orang, dan seksi penyakit tidak menular dan keswa 7 orang.

Grafik 1.4.1

Distribusi Pegawai berdasarkan Pendidikan

1.5 Sistematika Penulisan A. Bab I Pendahuluan

Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issue) yang sedang dihadapi organisasi.

B. Bab II Perencanaan Kinerja

Bab ini menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2019.

C. Bab III Akuntabilitas Kinerja 1) Capaian Kinerja Organisasi

Sub bab ini menyajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi.

12 15 3 6 1 0 2 4 6 8 10 12 14 16 S2 S1 D3 SMA SMP Jenis Pendidikan

(12)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 8 2) Realisasi Anggaran

Sub bab ini menguraikan tentang realisasi anggaran yang digunakan dan telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja

D. Bab IV Penutup

Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

(13)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 9 BAB 2

PERENCANAAN KINERJA

2.1 Perencanaan Kinerja

Perencanaan kinerja merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul. Perencanaan kinerja instansi pemerintah terdiri atas tiga dokumen Perencanaan yaitu Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan perencanaan 5 tahunan, Rencana Kerja (Renja), dan Perjanjian Kinerja (PK) yang merupakan perencanaan tahunan. Perencanaan 5 tahunan Dinas Kesehatan Provinsi khususnya dana Dekonsentrasi berasal dari Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, Rencana Aksi Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Rencana Aksi Kegiatan Direktorat pada Ditjen P2P dan Rencana Kerja (Renja) Ditjen P2P. Sasaran dan indikator kinerja sasaran kemudian dituangkan dalam Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi.

Rencana Aksi Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2015 - 2019 adalah sebagai berikut:

1) Persentase cakupan keberhasilan pengobatan TB/Success Rate, sebesar 90% pada akhir tahun 2019.

2) Prevalensi HIV, sebesar <0,5% pada akhir tahun 2019.

3) Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi malaria sebesar 300 Kabupaten/Kota pada akhir tahun 2019.

4) Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta sebesar 34 Provinsi pada akhir tahun 2019. 5) Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi filariasis sebesar 35 Kabupaten Kota pada akhir

tahun 2019.

6) Persentase Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu, sebesar 40% pada akhir tahun 2019.

7) Persentase Kabupaten/Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah, sebesar 100% pada akhir tahun 2019.

8) Persentase Kab/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%, sebesar 50% pada akhir tahun 2019.

9) Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dan/atau Napza, sebesar 280 Kab/Kota pada akhir tahun 2019.

Rencana Aksi Program tersebut selanjutnya diturunkan dalam indikator untuk Direktorat dan Dinas Kesehatan Provinsi dengan penjabaran sebagai berikut

(14)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 10 Tabel 2.1.1

Cascading Indikator RAP, RAK dan Dana Dekonsentrasi Tahun 2019

Indikator Kinerja pada RAP Ditjen P2P

Indikator Kinerja pada RAK Direktorat/Setditjen P2P

Indikator Kinerja Dana Dekonsentrasi Dinas Kesehatan Provinsi 1. Persentase cakupan keberhasilan

pengobatan TB/Success Rate

1. Persentase Kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar

1. Persentase Kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar

2. Prevalensi HIV 2. Persentase kasus HIV yang diobati 2. Persentase kasus HIV yang diobati

3. Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta

3. Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat

3. Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat

4. Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi malaria

4. Jumlah Kabupaten/Kota dengan API <1 per 1.000 penduduk

4. Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar

5. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi filariasis

5. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria berhasil menurunkan angka Mikrofilaria menjadi 1%

5. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filariasis yang melakukan POPM

6. Jumlah kabupaten kota intervensi stunting yang melakukan POPM Cacingan dengan cakupan > 75% dari sasaran minum obat 6. Persentase Penurunan kasus

Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu

6. Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap

7. Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap 7. Persentase anak usia 12-24 bulan yang

mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib Lanjutan

(15)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 11 Indikator Kinerja pada RAP

Ditjen P2P

Indikator Kinerja pada RAK Direktorat/Setditjen P2P

Indikator Kinerja Dana Dekonsentrasi Dinas Kesehatan Provinsi 7. Persentase Kab/Kota yang

melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%

8. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu

8. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu

9. Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM

9. Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM

10. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun

10. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun

11. Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan kasus katarak

11. Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan kasus katarak 8. Persentase Kabupaten/ Kota yang

mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam

penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah

12. Persentase kab koya yang ksi dini hepatitis B dan C pada kelompok beresiko

13. Persentase kab koya yang ksi dini hepatitis B dan C pada kelompok beresiko

14. Persentase respon penanggulangan

terhadap sinyal kewaspadaan dini kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah

terjadinya KLB di kabupaten/kota

12. Persentase respon terhadap sinyal

kewaspadaan dini (alert) penyakit potensial KLB yang muncul dalam SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon

15. Jumlah Kabupaten/kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan

pengendalian penyakit infeksi emerging

13. Jumlah Kabupaten/kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan

(16)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 12 Indikator Kinerja pada RAP

Ditjen P2P

Indikator Kinerja pada RAK Direktorat/Setditjen P2P

Indikator Kinerja Dana Dekonsentrasi Dinas Kesehatan Provinsi 9. Jumlah kab/kota yang memiliki

puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dan / atau Napza

16. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dan / atau Napza

14. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dan / atau Napza

17. Jumlah Kabupaten/Kota yang

menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)

15. Jumlah Kabupaten/Kota yang

menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)

- 18. Persentase Satker Program P2P yang

memperoleh nilai SAKIP dengan hasil minimal AA

16. Persentase layanan dukungan manajemen dan pelaporan satker dekonsentrasi

(17)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 13 2.2 Perjanjian Kinerja

Perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi dengan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit merupakan dokumen pernyataan dan kesepakatan kinerja antara Dinas Kesehatan Provinsi dengan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit untuk mewujudkan target-target kinerja sasaran Ditjen P2P pada akhir Tahun 2018. Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi disusun berdasarkan pada indikator yang tertuang dalam RAK dan Renja serta telah mendapat persetujuan anggaran. Target-target kinerja sasaran kegiatan yang ingin dicapai Dinas Kesehatan Provinsi dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2.1 Perjanjian Kinerja

Dinas Kesehatan Provinsi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2019

No Sasaran Indikator Kegiatan Target

1. Bayi usia 0-11 bulan yang mendapat

imunisasi dasar lengkap Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap 93% 2. Kabupaten/Kota yang melakukan

pemantauan kasus penyakit berpotensi kejadian luar biasa (KLB) dan

melakukan respon penanggulangan terhadap sinyal KLB untuk mencegah terjadinya KLB

Persentase respon terhadap sinyal kewapadaan dini (alert) penyakit potensial KLB yang muncul dalam SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini Respon)

90%

3. Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan

pengendalian penyakit infeksi emerging

Jumlah Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan

pengendalian penyakit lnfeksi Emerging

27

4. Meningkatnya pencegahan dan

pengendalian penyakit tular vector dan zoonotic

Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar

95%

5. Jumlah Kabupaten/Kota endemis

Filariasis yang melakukan POPM 3

6. Jumlah kabupaten/kota intervensi

stunting yang melakukan POPM Cacingan dengan cakupan > 75% dari sasaran minum obat

14

7. Menurunnya penyakit menular langsung Persentase cakupan penemuan kasus

baru kusta tanpa cacat 91%

8. Persentase kasus TB yang ditatalaksana

sesuai standar 80%

9. Persentase kasus HIV yang diobati 55%

10. Presentase kab/kota yang melaksanakan

deteksi dini hepatitis B dan C pada kelompok beresiko

80%

11. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; Meningkatnya pencegahan dan

penanggulangan penyakit tidak menular

Persentase Kab/Kota yang

melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah

(18)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 14

12. Persentase Puskesmas yang

melaksanakan pengendalian PTM terpadu

50%

13. Persentase desa/kelurahan yang

melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM

40%

14. Persentase puskesmas yang

melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun

55%

15. Persentase Puskesmas yang

melaksanakan deteksi dini dan rujukan kasus katarak

30%

16. Meningkatnya kesehatan jiwa dan meningkatnya pencegahan

penyalahgunaan napza

Jumlah Kabupaten/Kota yang

menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah

penyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)

23

17. Meningkatnya Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Persentase layanan dukungan manajemen dan pelaporan satker dekonsentrasi

100%

Pada Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 telah dialokasikan anggaran sebesar Rp. 25.366.598.000

(19)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 15 BAB 3

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 Capaian kinerja

Indikator pada sasaran strategis ini merupakan komposit dari upaya pencegahan dan pengendalian penyakit serta upaya penyehatan lingkungan. Berikut uraian pencapaian indikator kinerja untuk sasaran strategis ketiga:

Tabel 3.1.1

Capaian Indikator Kinerja Utama

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 NO INDIKATOR KINERJA

UTAMA SATUAN TARGE

T REALISASI CAPAIAN KINERJA (%) PREDIKAT 1 2 3 4 5 6 7

1 Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap

Persen 93% 97,3 % 104,4 % Sangat Baik

2 Persentase respon terhadap sinyal kewapadaan dini (alert) penyakit potensial KLB yang muncul dalam SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini Respon) Persen 90% 67,8 % 90% Baik 3 Jumlah Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian Layanan 27 24 Kab/Kota 88 % Baik

(20)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 16 penyakit lnfeksi

Emerging

4 Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar

Persen 95% 100 % 100 % Sangat Baik

5 Jumlah

Kabupaten/Kota endemis Filariasis yang melakukan POPM

Layanan 3 3 100 % Sangat Baik

6 Jumlah kabupaten/kota intervensi stunting yang melakukan POPM Cacingan dengan cakupan > 75% dari sasaran minum obat

Layanan 14 14 100 % Sangat baik

7 Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat

Persen 91% 75,6% 93.40 % Baik

8 Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar

Persen 80% 86,06 % 107,% Sangat Baik

9 Persentase kasus HIV yang diobati

Persen 55% 68,46 % 124,47 % Sangat Baik

10

Presentase kab/kota yang melaksanakan deteksi dini hepatitis B dan C pada

kelompok beresiko

Persen 80% 96,3 % 120,37 % Sangat Baik

11 Persentase Kab/Kota yang melaksanakan

(21)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 17 kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah 12 Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu

Persen 50% 53,36 % 106,72 % Sangat Baik

13 Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM

Persen 50% 86,76 % 173,52 % Sangat Baik

14 Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun Persen 55% 79,20 % 100 % Baik 15 Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan kasus katarak

Persen 30% 100 % 333 % Sangat Baik

16 Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah Layanan 23 15 55 % Baik

(22)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 18 penyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) 17 Persentase layanan dukungan manajemen dan pelaporan satker dekonsentrasi

Persen 100% 100 % 100 % Sangat Baik

Pada bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja per setiap indikator :

A. Indikator : Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap

1) Definisi Operasional: Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap meliputi 1 dosis Hep B pd usia 0-7 hari, 1 dosis BCG, 4 dosis Polio, 3 dosis DPT-HB (atau DPT-HB-Hib), serta 1 dosis campak selama kurun waktu 1 tahun. 2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah bayi 0 -11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh bayi yang bertahan hidup (surviving infant) di suatu wilayah pada kurun waktu yang sama di kali 100%.

3) Capaian Indikator

Tabel 3.1.2

Presentase Anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat Imunisasi Lengkap

INDIKATOR TARGET CAKUPAN CAPAIAN

Indikator Presentase Anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat Imunisasi Lengkap

(23)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 19 Grafik 3.1.1

Capaian Indikator Anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat Imunisasi Lengkap Tahun 2017 sd 2019

Target imunisasi dasar lengkap selama 2017 s.d 2019 mengalami kenaikan target. Capaian imunisasi dasar lengkap tahun 2017 sebesar 90.5% menunjukkan tidak tercapainya target (92.0%). Hal tersebut dipengaruhi karena pada tahun 2017 berlangsung kegiatan kampanye imunisasi Measles Rubella (MR) yang padat, membuat petugas imunisasi yang terbatas tidak fokus saja pada ketercapaian imunisasi dasar lengkap. Selain itu pada tahun 2017 belum dilaksanakan pelatihan petugas imunisasi. Pada tahun 2018 dan tahun 2019 capaian imunisasi dasar lengkap telah mencapai target, bahkan jumlah capaian selama 2017 s.d 2019 telah meningkat. Hal tersebut didorong salah satunya adalah upaya peningkatan SDM yang berkualitas yaitu dengan terlaksananya pelatihan petugas imunisasi di Kab/Kota dan pelatihan petugas imunsasi yang diselenggarakan oleh Propinsi.

a) Analisis penyebab keberhasilan

Target Indikator Presentase Anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat Imunisasi lengkap pada tahun 2019 sudah melebihi target.

(24)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 20 b) Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Capaian Indikator Presentase Anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat Imunisasi lengkap sebesar 104,4 % (97,3 %) dan dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran Layanan Imunisasi sebesar 48,6 % efisien.

c) Upaya upaya yang dilakukan untuk mencapai Indikator - Peningkatan SDM program imunisasi di semua tingkat

- Bimbingan teknis yang berkualitas, secara berkala dan rutin disemua tingkat - Pemenuhan kebutuhan logistik : vaksin, ADS, Safety Box dan peralatan rantai

dingin sesuai standar

- Pengelolaan rantai dingin vaksin sesuai SOP disemua tingkat

- Pemenuhan logistik KIE tentang Imunisasi sampai ke tingkat desa/kelurahan - Advokasi, desiminasi informasi ke Pemda dan Lintas Sektor terkait untuk

mendapatkan dukungan, terutama pendanaan operasional untuk pengelolaan program imunisasi.

- Meningkatkan keterlibatan Lintas Program dan Lintas Sektor disemua tingkat untuk mendukung pelaksaanaan imunisasi

d) Kendala/Masalah yang dihadapi

- Rotasi tenaga pengelola program imunisasi di semua tingkat

- Tidak semua pengelola program imunisasi berkompeten dan terampil dalam mengelola program imunisasi

- Belum semua pengelola program imunisasi di semua tingkat terlatih (provinsi, kab/koa, puskesmas, bidan, pelaksana vaksinator)

- Kualitas Pencatatan dan pelaporan masih kurang

- Ketersediaan vaksin beberapa jenis antigen dari pusat tersendat.

- Distribusi vaksin sampai dengan gudang Dinkes provinsi, Kabupaten/Kota belum semua mengalokasikan biaya pengambilan vaksin dan logistik lainnya ke provinsi

- Tidak semua Kab/Kota mengalokasikan anggaran untuk operasional program imunisasi

- Kurangnya media KIE e) Pemecahan Masalah

- Pelatihan pengelola program imunisasi disemua tingkat yang terakreditasi - Advokasi, sosialisasi program imunisasi ke LP/LS untuk mendapatkan

dukungan

- Pemenuhan vaksin dan logistic lainnya program imunisasi

(25)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 21 - Bimtek dan supervisi supportif yang berkualitas disemua tingkat

- Validasi data rutin disemua tingkat

B. Indikator: Presentase respon terhadap sinyal kewapadaan dini (alert) penyakit potensial KLB yang muncul dalam SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon)

1) Definisi Operasional: Persentase respon atas sinyal kewaspadaan dini pada Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah sinyal kewaspadaan dini yang direspon oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau puskesmas dalam kurun waktu satu tahun dibagi Jumlah sinyal kewaspadaan dini yang muncul pada Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) Puskesmas di kab/kota tersebut di atas di kali 100%.

3) Capaian Indikator

Tabel. 3.1.3

Presentase respon penanggulangan terhadap sinyal kewapadaan dini kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB di kabupaten/kota Tahun 2019

INDIKATOR TARGET CAKUPAN CAPAIAN

Presentase respon penanggulangan terhadap sinyal kewapadaan dini (alert) penyakit potensial KLB yang muncul dalam SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon)

(26)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 22 Grafik 3.1.2

Presentase respon penanggulangan terhadap sinyal kewapadaan dini (alert) penyakit potensial KLB yang muncul dalam SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon)

Tahun 2017. 2018 dan 2019

Mencermati data SKDR tahun 2017 dan 2019 di atas, terlihat bahwa untuk ke 3 indikator yaitu ketepatan, kelengkapan dan respon alert meningkat pada tahun 2019 dibanding tahun 2017, namun jika dibandingkan dengan target Nasional capaian indikator tahun 2017 untuk ketepatan dan respon alert masih dibawah target (80%). Sedangkan untuk capaian indikator tahun 2019 hanya respon alert yang tidak mencapai target Nasional (90%)

a) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan

Indikator ini belum mencapai target disebabkan karena :

- Keterbatasan SDM pengelola SKDR baik tingkat Provinsi maupun Kab./Kota dalam menganalisa data SKDR mingguan, sebab 1 orang SDM yang bertanggungjawab, memegang peranan penting di berbagai program lainnya.

- SKDR belum dianggap program prioritas dan masuk dalam tugas tambahan untuk petugas yang bersangkutan

- Sebagain besar Kabupaten/ Kota belum mempunyai tenaga fungsional Epidemiologi Kesehatan

- Adanya rotasi petugas yang menyebabkan pengetahuan dalam pengolahan data SKDR kurang optimal.

- Ketepatan/ kelengkapan laporan dan akurasi data masih kurangAdanya tugas rangkap petugas

(27)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 23 b) Upaya untuk menunjang pencapaian Indikator

- Menyampaikan umpan balik tentang kinerja SKDR melalui wa grup maupun melalui surat umpan balik

- Membuat dan menyampaikan buletin SKDR - Kegiatan fasilitasi ke Kabupaten/ Kota terpilih.

- Kegiatan pertemuan evaluasi SKDR maupun pertemuan surveilans lainnya.

c) Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Indikator Respon Penanggulangan terhadap sinyal kewaspadaan dini kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB di kabupaten kota belum mencapai target karena adanya perpindahan dan tugas rangkap petugas dan beberapa kabupaten kota ada dana APBD II.

d) Kendala/Masalah yang dihadapi

Keterbatasan petugas/SDM yang mempunyai kapasitas yang berhubungan dengan pekerjaan

e) Pemecahan Masalah

- Memberikan umpan balik capaian indicator Kinerja - Melakukan Monev dan On The Job (OJT)

- Pendekatan Manajemen (antar pimpinan)

C. Indikator: Jumlah Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit lnfeksi Emerging.

1) Definisi Operasional: Jumlah Kabupaten/Kota yang memilki TGC aktif, melakukan pengamatan mingguan dan atau penilaian risiko berkala, memiliki NSPK penanggulangan PIE dan memiliki pembiayaan penanggulangan PIE.

2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit lnfeksi Emerging.

(28)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 24 Tabel. 3.1.4

Jumlah Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit lnfeksi Emerging.

INDIKATOR TARGET CAKUPAN CAPAIAN

Jumlah Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan

pengendalian penyakit lnfeksi Emerging.

27 24 88 %

Grafik 3.1.3

Jumlah Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit lnfeksi Emerging. Tahun 2017, 2018 dan 2019

Berdasarkan data diatas pada tahun 2019 terjadi kenaikan jumlah kab/kota di Jawa Barat yang telah melaksanakan Pencegahan PIE hal ini disebabkan kab/kota yang telah memiliki Tim Gerak Cepat (TGC) penanggulangan Wabah /KLB melalui SK Kepala Dinas.

4)

Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan

(29)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 25 - Petugas belum semua memahami tentang pentingnya pengendalian penyakit

infeksi emerging di beberapa kabupaten/kota - Dukungan Pemerintah Daerah terhadap PIE

- Masih ada 4 Kabupaten yang belum melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit Emerging yaitu :

- Kab Majalengka - Kab Karawang - Kab Subang

- Kab Bandung Barat

5) Upaya untuk menunjang pencapaian Indikator

- Menyampaikan Umpan balik melalui Surat dan Buletin - Melakukan Monev ke kabupaten kota

- Pertemuan Evaluasi dengan kabupaten kota secara rutin

6)

Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Indikator Respon Penanggulangan terhadap sinyal kewaspadaan dini kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB di kabupaten kota target sudah tercapai.

7) Kendala/Masalah yang dihadapi

Keterbatasan petugas/SDM yang mempunyai kapasitas yang berhubungan dengan pekerjaan serta masih belum semua SDM yang telah mendapatkan Pelatihan Tentang penyakit infeksi emerging (PIE)

8) Pemecahan Masalah

- Memberikan umpan balik capaian indicator Kinerja - Melakukan Monev dan On The Job (OJT)

- Tahun 2019 telah dilaksanakan pelatihan Tim Gerak Cepat (TGC) tentang Penyakit Infeksi Emerging dengan peserta dari 27 Kab/kota masing-masing 2 (dua) Orang anggaran APBD Dinas Kesehatan Prov. Jawa Barat T.A 2019 9) Pendekatan Manajemen (antar pimpinan)

(30)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 26 D. Indikator : Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar

1) Definisi Operasional: Jumlah kasus malaria positif baik dengan mikroskop, RDT yang mendapatkan pengobatan standar dalam kurun waktu 1 Tahun

2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kasus malaria positif baik dengan mikroskop, RDT yang mendapatkan pengobatan standar dibagi jumlah kasus malaria positif dikali 100.

3) Capaian Indikator

Tabel. 3.1.5

Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar tahun 2019

INDIKATOR TARGET CAKUPAN CAPAIAN

Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar

95% 100% 99,51%

Grafik 3.1.4

Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar tahun 2015, 2016, 2017, 2018 dan 2019

Dari Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2017 target presentase kasus

malaria positif yang di obati sesuai standar sebesar 90 % dengan realisasi tercapai.

Kemudian pada Tahun 2018 sampai dengan 2019 target meningkat menjadi 95

90 90 90 95 95 90 90 90 95 99.51 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102 2015 2016 2017 2018 2019 Target capaian

(31)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 27

%, pada tahun 2018 sudah mencapai target sebesar 95 %. Kemudian tahun 2019

target 95 % dengan capaian sebebsar 99.51 % (sumber data : sismal sampai

dengan tanggal 31 Desember 2019).

4) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator :

- Bersama Kabupaten melakukan Advokasi kepada Pemangku Daerah sehingga ada dukungan dari Pemerintah Daerah untuk meningkatkan tata laksana kasus malaria

- Membuat jejaring dengan fasilitas kesehatan dalam pengobatan malaria - Melaksanakan Pertemuan Lintas Program untuk mendapatkan komitmen

Puskesmas dan Lintas Program dalam upaya peningkatan tatalaksana malaria 5) Analisa penyebab keberhasilan/kegagalan :

• Penyebab Keberhasilan :

- Adanya jejaring yang dilakukan Fasilitas Kesehatan

- Adanya dukungan dari pemerintah daerah dalam tatalaksana kasus malaria dan eliminasi malaria

6) Kendala/masalah yang dihadapi :

- Keterlambatan dalam penemuan kasus sehingga pengobatan pun menjadi terlambat

- Masih ada perbedaan persepsi antara dokter spesialis dalam tatalaksana pengobatan

- Masih ada perbedaan baca hasil lab antara analis dan dokter patklin 7) Pemecahan masalah :

- Meminta Kabupaten untuk meningkatkan koordinasi dengan faskes dan labkes - Melakukan koordinasi dengan Subdit Malaria untuk pengajuan obat.

8) Efisiensi penggunaan sumber daya :

- Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mencapai indikator secara langsung yaitu melalui komponen-komponen yang sudah ditetapkan pada DIPA APBN sedangkan yang tidak langsung mencapai indikator tidak diserap. Capaian Kinerja 100% dan capaian realisasi anggaran 63,8%

E. Indikator : Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filariasisyang melakukan POPM 1) Definisi Operasional: Jumlah Kabupaten/Kota endemis yang melakukan POPM

Filariasis baik tahun pertama/kedua/ketiga/keempat/kelima

2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah Kabupaten kota endemis yang melakukan POPM Filariasis pada tahun tersebut

(32)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 28 3) Capaian Indikator

Tabel. 3.1.6

Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filariasis yang melakukan POPM

INDIKATOR TARGET CAKUPAN CAPAIAN

Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filariasis yang melakukan POPM

3 3 100%

Grafik 3.1.5

Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filariasis yang melakukan POPM Tahun 2017, 2018 dan 2019

Pelaksanaan Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis Kabupaten/Kota di Jawa Barat pada tahun 2017 dilaksanakan pada 5 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bogor, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Purwakarta. Hasil cakupan POPM Filariasis pada 5 Kabupaten/Kota tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan yaitu di atas 65% dari jumlah penduduk dengan hasil capaian Provinsi sebesar 76,18%. Pada tahun 2017 Pelaksanaan POPM Filariasis di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Karawang merupakan putaran yang kelima sehingga pelaksanaan POPM Filariasis berakhir pada tahun 2017 dan dilanjutkan dengan survei evaluasi prevalensi mikrofilaria / Pre TAS dan survei penilaian penularan kejadian Filariasis/ TAS I pada anak usia 6 – 7 tahun/Kelas I dan II SD pada tahun 2018. Berdasar hasil survei pre TAS dinyatakan prevalensi

(33)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 29 mikrofilaria/MF Rate pada Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Karawang 0% dan survei penilaian penularan kejadian Filariasis / TAS I dinyatakan lulus. Pada tahun 2019 pelaksanaan POPM Filariasis dilaksanakan pada 3 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Purwakarta pada putaran yang kelima/terakhir. Capaian POPM Filariasis pada 3 Kabupaten/Kota melebihi target yang ditetapkan sebesar 65% yaitu capaian provinsi sebesar 77,16%.

4) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator :

- Bersama Kabupaten melakukan Advokasi kepada Pemangku Daerah sehingga ada dukungan dari Pemerintah Daerah untuk memotivasi masyarakat minum obat pencegahan Filariasis.

- Melaksanakan Sosialisasi Lintas Program Pelaksanaan POPM Cacingan

- Melaksanakan Sosialisasi Lintas Sektor pelaksanaan POPM Cacingan tingkat kecamatan

5) Analisa penyebab keberhasilan/kegagalan : - Penyebab Keberhasilan :

- Adanya jejaring dan komitmen yang dilakukan Puskesmas dengan Camat dan Desa sehingga dapat menggerakkan masyarakat untuk minum obat pencegahan Filariasis.

- Adanya kepatuhan petugas puskesmas dalam upaya meningkatkan cakupan POPM

- Adanya motivasi Kader & perangkat RT/RW untuk menggerakkan masyarakat untuk minum obat pencegahan Filariasis.

6) Kendala/masalah yang dihadapi :

- Pelaporan capaian POPM cacingan belum tertib dalam pengiriman

- Masih kurangnya koordinasi Lintas Sektor dalam upaya pelaksanaan POPM Cacingan.

7) Pemecahan masalah :

- Meminta Kabupaten untuk bisa mendata ulang Pos Minum Obat yang ada dan melakukan koordinasi dengan Desa untuk melakukan pendanaan Kader.

- Intensitas Sosialisasi ke masyarakat untuk mengatasi kekawatiran adanya kejadian ikutan paska pengobatan.

(34)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 30 8) Efisiensi penggunaan sumber daya :

- Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mencapai indikator secara langsung yaitu melalui komponen-komponen yang sudah ditetapkan pada DIPA APBN sedangkan yang tidak langsung mencapai indikator tidak diserap.

Capaian Indikator Kinerja 100% dan capaian realisasi anggaran 74,8%

F. Indikator : Jumlah kabupaten kota intervensi stunting yang melakukan POPM Cacingan dengan cakupan > 75% dari sasaran minum obat

1) Capaian Indikator

Tabel. 3.1.7

Jumlah kabupaten kota intervensi stunting yang melakukan POPM Cacingan dengan cakupan > 75% dari sasaran minum obat

INDIKATOR TARGET CAKUPAN CAPAIAN

Jumlah kabupaten kota intervensi stunting yang melakukan POPM Cacingan dengan cakupan > 75% dari sasaran minum obat

14 layanan 14 layanan 100 %

Grafik.3.1.6

Jumlah kabupaten kota intervensi stunting yang melakukan POPM Cacingan dengan cakupan > 75% dari sasaran minum obat. Tahun 2018 - 2019

Pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Cacingan dalam upaya intervensi Stunting dimulai pada tahun 2018. Provinsi Jawa terdapat 13 Kabupaten/Kota yang merupakan intervensi Stunting dan 13 kabupaten/Kota

14 14 13 14 13 13 14 14 15 2018 2019 Target Capaian

(35)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 31 melaksanakan POPM Cacingan 2 kali setahun dengan capaian di atas target yang ditetapkan Nasional sebesar 75%. Cakupan POPM Cacingan periode I tahun 2018 di Jawa Barat sebesar 95,65% sedangkan pada periode II capaian POPM Cacingan mengalami penurunan dengan capaian sebesar 94,48%. Pada tahun 2019 pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Cacingan dalam upaya intervensi Stunting dilaksanakan pada 14 Kabupaten/Kota dengan hasil capaian pada periode I sebesar 98,03 % sedangkan pada periode II sebesar 96,12%.

2) Upaya :

- Melakukan kegiatan diseminasi informasi terkait cakupan pemberian obat cacing. - Melakukan monitoring dan evaluasi.

3) Analisa :

- Data yg didapatkan tdk valid dan akurat - Tidak optimal dalam pelaksanaan POPM - Tidak optimalnya penatalaksanaan

4) Kendala :

- Kurangnya koordinasi dengan lintas sector dalam upaya pelaksanaan POPM cacingan

- Keterlambatan dalam pengiriman laporan dari kabupaten ke Dinkes Provinsi

5) Pemecahan :

- Membuat Feedback laporan pelaksanaan POPM cacingan - Dinkes Kabupaten kota untuk berkoordinasi dengan puskesmas

6) Efisiensi Penggunaan Sumber daya

Capaian Indikator Kinerja 100% dan Capaian realisasi keuangan 74,8%

G. Indikator : Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat.

1) Definisi Operasional: Jumlah kasus baru kusta tanpa cacat yang (cacat tingkat 0) diantara total kasus baru yang ditemukan di suatu wilayah dalam periode waktu 1 (satu) tahun.

2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kasus baru kusta tanpa cacat yang ditemukan (cacat tingkat 0) dibagi jumlah kasus baru yang ditemukan dalam periode 1 tahun di kali 100%.

(36)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 32 3) Capaian Indikator

Tabel 3.1.8

Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat. Tahun 2019

INDIKATOR TARGET CAKUPAN CAPAIAN

Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat.

91% 75,6% 77, 9%

Grafik 3.1.7

Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat. Tahun 2017, 2018 dan 2019

Melihat data di atas bahwa masih banyak ditemukan kasus baru kusta sudah mengalami kecacatan baik cacat tingkat 1 maupun cacat tingkat 2, data tahun 2017 menunjukan capaian penemuan kasus kusta 44 % sedangan tahun 2019 mengalami kenaikan capaian kasus penderita baru yang ditemukan tanpa cacat sebesar 76 %

4) Upaya

Melakukan kegiatan penemuan kasus kusta secara dini melalui kegiatan ICF (Intensifikasi case finding) , RVS (Rapid Village Survey) dan kontak survey

(37)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 33 5) Analisa

a. Data yg didapatkan tdk valid dan akurat

b. Tidak dilakukan Pemeriksaan fungsi saraf pd penderita kusta c. Tidak optimalnya penatalaksanaan kasus kusta

6) Kendala

a. Banyak petugas yg belum dilatih tatalaksana kasus Kusta b. Masih tingginya stigma di masyarakat

c. Rotasi dan mutase petugas layanan yang sudah dilatih 7) Pemecahan :

a. Pelatihan petugas puskesmas dan Rs b. Pelatihan wasor kabupaten,propinsi

c. Melakukan pemeriksaan fungsi saraf (PFS) kepada penderita setiap 1bln sekali d. OJT Petugas

e. Melaksanakan Pepcom (Post Exposure Profilaksis Community) 8) Efisiensi Penggunaan Sumber daya

Capaian Indikator Kinerja 77,9% dan Capaian realisasi keuangan 99,5%

H. Indikator: Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar.

1) Definisi Operasional: Semua kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar (penegakan diagnosis dan pengobatan sesuai standar) diantara semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan.

2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar (penegakan diagnosis dan pengobatan sesuai standar) dibagi jumlah semua kasus TB yang ditemukan dan diobati.

3) Capaian Indikator

Tabel. 3.1.9

Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar. Tahun 2018

INDIKATOR TARGET CAKUPAN CAPAIAN

Persentase kasus TB yang

(38)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 34 Grafik. 3.1.8

Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar. Tahun 2015 dan 2019

Capaian kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar pada tahun 2019 jika dibandingkan dengan capaian tahun 2017 mengalami penurunan, hal tersebut dikarenakan semakin banyak layanan yang melaporkan kasus TB terutama dari swasta, serta adanya kegiatan penyisiran kasus TB di rumah sakit dimana data yang didapatkan tidak dapat diidentifikasi apakah sesuai standar atau tidak, tidak optimalnya jejaring internal dan eksternal di fasilitas pelayanan kesehatan, serta adanya perbedaan dalam penatalaksanaan kasus TB.

4) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

a. Ekspansi fasilitas pelayanan kesehatan yang menangani tuberkulosis b. Penyisiran kasus TB ke rumah sakit

c. Penemuan dini kasus TB melalui kegiatan investigasi kontak 5) Analisa penyebab kegagalan

a. Data yang di dapatkan dari hasil penyisiran kasus rumah sakit tidak dapat diidentifikasi apakah sesuai dengan standar atau tidak

b. Tidak optimalnya jejaring internal dan eksternal di fasilitas pelayanan kesehatan 6) Kendala/masalah yang dihadapi

a. Masih banyak fasilitas pelayanan kesehatan yang belum menerapkan strategi DOTS dalam penanganan kasus TB terutama faskes swasta dan DPM

b. Belum semua petugas kesehatan di faskes mendapatkan sosialisasi atau pelatihan tentang penanganan kasus TB

(39)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 35 c. Tidak semua kasus TB tercatat dan dilaporkan melalui poli DOTS/pencatatan

dan pelaporan P2TB 7) Pemecahan masalah

a. Dilakukan penyisiran data TB terutama di rumah sakit

b. Memberikan surat edaran ke kab./kota untuk melaksanakan penemuan dini kasus TB

c. Himbauan untuk membentuk Distrik Public Private Mix (DPPM) dan Koalisi Organisasi Profesi (KOPITB) di tingkat kab./kota

d. Memperkuat jejaring internal dan eksternal melalui kegiatan DPPM 8) Efisiensi penggunaan sumber daya

a. Capaian Indikator Kinerja 107,5% b. Capaian realisasi keuangan 78%

I. Indikator : Persentase kasus HIV yang diobati

1) Definisi Operasional: Orang dengan positif HIV dan masih dalam terapi pengobatan ARV.

2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah orang positif HIV dan masih dalam terapi pengobatan ARV dibandingkan dengan jumlah orang positif HIV dan memenuhi syarat untuk memulai terapi pengobatan ARV.

3) Capaian Indikator

Tabel 3.1.10

Persentase kasus HIV yang diobati tahun 2018

INDIKATOR TARGET CAKUPAN CAPAIAN

Persentase kasus HIV yang diobati

(40)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 36 Grafik 3.1.9

Presentase kasus HIV yang diobati. Tahun 2017, 2018 dan 2019

Mengkaji gambar 3.1.9 dapat dilihat bahwa capaian indikator tercapai melebihi target yang telah ditetapkan, terdapat perbedaan data antara tahun 2017 dan 2019 dikarnakan terdapat perbedaan definisi operasional indikator persentase kasus HIV yang diobati. Capaian Tahun 2019 menurun dibandingkan tahun 2017 dikarenakan ada perbedaan definisi operasional pada indikator tersebut.

4) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

- Melakukan Pelatihan layanan HIV secara komprehensif - Meningkatkan SDM di layanan

5) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternative social yang telah dilakukan.

- Masih rendahnya ODHA yang mau mengakses ARV

- Kurangnya kesadaran ODHA untuk kepatuhan minum obat 6) Analisa penyebab keberhasilan/kegagalan

- SDM terbatas di layanan

- Seringnya terjadi mutasi petugas terlatih 7) Kendala/Masalah yang dihadapi

- Terbatasnya sarana dan Prasarana penunjang Program HIV di Fasyankes Kab/Kota dan Provinsi.

(41)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 37 8) Pemecahan masalah

- Meningkatkan Sumberdaya manusia yang terlatih - Advokasi terkait penambahan anggaran

- Skrining HIV dan penggunaan ARV secara maksimal 9) Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya.

- Capaian Indikator Kinerja 124,4% - Capaian realisasi keuangan 98,8%

J. Indikator : Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini hepatitis B dan C pada kelompok beresiko

1) Capaian Indikator

Tabel. 3.1.11

Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini hepatitis B dan C pada kelompok beresiko

INDIKATOR TARGET CAKUPAN CAPAIAN

Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini hepatitis B dan C pada kelompok beresiko

(42)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 38 Grafik.3.1.10

Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini hepatitis B dan C pada kelompok beresiko Tahun 2016, 2017, 2018 dan 2019

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan peningkatan capaian kinerja dari tahun 2016 sampai dengan 2019. Pada tahun 2017 target tercapai sebanyak 44 % dan pada tahun 2019 cakupan meningkat melebihi target sebesar 96 %

2) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator - Melakukan Pelatihan Hepatitis B dan C

- Meningkatkan SDM di layanan untuk Tatalaksana Kasus Hep B dan C pada pasien Beresiko

3) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternative social yang telah dilakukan.

- Belum semua layanan terdapat pemeriksaan Hep B - Terbatasnya reagen di layanan

- Pengobatan Hep C hanya terdapat di RS rujukan 4) Analisa penyebab keberhasilan/kegagalan

- SDM terbatas di layanan

- Seringnya terjadi mutasi petugas terlatih 10% 30% 60% 80% 11% 44% 70% 96% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 2016 2017 2018 2019 Target Capaian

(43)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 39 5) Kendala/Masalah yang dihadapi

- Terbatasnya sarana dan Prasarana penunjang Program Hep B dan C di Fasyankes Kab/Kota dan Provinsi.

- Terbatasnya Anggaran Kegiatan Hep B baik di Provinsi maupun Kab/Kota 6) Pemecahan masalah

- Meningkatkan Sumberdaya manusia yang terlatih - Penyediaan Sarana dan Prasarana di layanan 7) Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya.

- Capaian Indikator Kinerja 116% - Capaian realisasi keuangan 93,2%

K. Indikator : Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa (KTR) minimal 50% sekolah

1) Capaian Indikator

Tabel 3.1.12

Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa (KTR) minimal 50% sekolah tahun 2019

INDIKATOR TARGET CAKUPAN CAPAIAN

Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa (KTR) minimal 50% sekolah

(44)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 40 Grafik 3.1.11

Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa (KTR) minimal 50% sekolah tahun 2019

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh pada Tahun 2019 persentase kabupaten/kota yang melaksanakan kebikakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah baru dapat dianalisis di Tahun 2019 dikarenakan pada tahun 2017 dan 2018 belum ada kabupaten/kota dengan sekolah 50% implementasi KTR dikarenakan masih sedikit nya kegiatan yang dilaksanakan di kabupaten/kota terkait kegiatan ini.

2) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indicator

Upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh Program P2PTM Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk mencapai indikator persentase puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu adalah :

- Meningkatkan Bimbingan teknis kepada kab/kota yang memiliki manajemen yang kurang baik untuk P2PTM baik SDM maupun anggaran.

- Meningkatkan promosi, pencegahan dan pengurangan factor risiko PTM melalui pemeberdayaan masyarakat

- Penguatan kapasitas dan kompetensi petugas dan layanan, serta kolaborasi sector swasta dan professional.

(45)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 41 3) Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan

Berdasarkan hasil analisis dari target indikator persentase kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa (KTR) minimal 50% sekolah Beberapa hal yang menyebabkan tidak tercapainya target indicator adalah mendukung keberhasilan ini adalah karena kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat belum 100% melaksanakan kegiatan review implementasi KTR di seluruh sekolah (SD/sederajat samapai SMA/sederajat) di wilayahnya berkaitan dengan anggaran dan SDM di program

4) Kendala/masalah yang dihadapi

Beberapa kendala/masalah yang dihadapi dalam pencapaian target indikator persentase puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu adalah :

- SDM Program P2PTM yang terlatih di Tk. Provinsi masih minim. - Sering terjadi turn over dari petugas pemegang program P2PTM.

- Dukungan pimpinan dan dana untuk kegiatan P2PTM di beberapa kabupaten/kota masih sangat minim karena program P2PTM masih sangat terbatas.

- Sarana dan Prasarana untuk kegiatan P2PTM masih sangat terbatas.

- Sistem pencatatan dan pelaporan belum dapat mengakomodir semua kebutuhan data program dan tidak rutin dilaporkan.

5) Pemecahan Masalah

- Meningkatkan advokasi kepada pemegang kebijakan di kab/kota untuk dukungan anggaran serta memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana untuk kegiatan P2PTM

- Memberikan saran kepada petugas kab/kota untuk menyediakan anggaran kapasitas Peningkatan Kapasitas SDM terlatih, memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana dalam kegiatan P2PTM

- Memberikan saran kepada kabupaten/kota yang belum memiliki regulasi tetntang KTR baik Perda/Perbup/Perwal untuk segera mengusulkan regulasi tersebut.

6) Efisiensi penggunaan sumber daya - Capaian Indikator Kinerja 13% - Capaian realisasi keuangan 62.6%

(46)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 42 L. Indikator : Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu. 1) Definisi Operasional: Jumlah Puskesmas yang telah melaksanakan minimal tatalaksana penyakit Hipertensi dan DM dan atau telah melakukan pembinaan Posbindu PTM di wilayahnya.

2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu di bagi Jumlah seluruh Puskesmas di Indonesia di kali 100%.

3) Capaian Indikator

Tabel. 3.1.13

Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu. tahun 2019

INDIKATOR TARGET CAKUPAN CAPAIAN

Persentase Puskesmas yang melaksanakan

pengendalian PTM terpadu.

50% 53,36% 106,72%

Grafik. 3.1.12

Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu. tahun 2019

Berdasarkan hasil analisis untuk indikator Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu (Puskesmas Pandu) terdapat peningkatan dari Tahun 2017 dibandingkan 2019 sekitar 50%. Hal ini dapat dicapai dikarenakan dengan adanya dukungan dana Kabupaten/Kota yang telah melaksanakan Pelatihan

(47)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 43 Puskesmas PANDU PTM bagi pengelola program di puskesmas yang berada di wilayah kabupaten/kota dengan menggunakan anggaran APBD kabupaten/kota. Selain itu Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat telah melaksanakan kegiatan Pelatihan Puskesmas PANDU PTM bagi pengelola program di Tahun 2019 menggunakan dana APBN Satker 05 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

4) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

Upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh Program P2PTM Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk mencapai indikator persentase puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu adalah :

- Meningkatkan Bimbingan teknis kepada kab/kota yang memiliki manajemen yang kurang baik untuk P2PTM baik SDM maupun anggaran.

- Meningkatkan promosi, pencegahan dan pengurangan factor risiko PTM melalui pemeberdayaan masyarakat

- Penguatan kapasitas dan kompetensi petugas dan layanan, serta kolaborasi sector swasta dan professional.

5) Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan

Berdasarkan hasil analisis dari target indikator persentase puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu yang berasal data Monev P2PTM Tahun 2019 semua target indikator telah tercapai.

Beberapa hal yang mendukung keberhasilan ini adalah :

- Telah terdapat Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pengendalian PTM di Puskesmas sebagai buku pedoman kegiatan PTM di puskesmas

- Pelayanan PTM Terpadu (Pandu) di Puskesmas merupakan kegiatan yang telah dilaksanakan di puskemas dengan pendekatan deteksi dini dan pematauan faktor risiko PTM di masyarakat melalui posbindu PTM dan pelayanan hipertensi dan diabetes mellitus

- Melaksanakan pelatihan atau workshop untuk peningkatan kapasitas petugas PANDU PTM

6) Kendala/masalah yang dihadapi

Beberapa kendala/masalah yang dihadapi dalam pencapaian target indikator persentase puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu adalah :

- SDM Program P2PTM yang terlatih di Tk. Provinsi masih minim. - Sering terjadi turn over dari petugas pemegang program P2PTM.

Gambar

Tabel 2.2.1  Perjanjian Kinerja

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang yang meninggal dunia atau luka akibat peyelenggaraan angkutan, kecuali

Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat sarjana Teknik Informatika dari Program Studi Fakultas Teknologi Industri

Tujuannya adalah untuk menciptakan sebuah proses dalam rangka menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan dalam batasan biaya dan batasan

Kpt kes Hendrik shsrsnya slsai 2020, trtunda krn

Islamic Social Reporting (variabel bebas /X) Menurut konsep etika Islam terbentuknya akuntabilitas dalam perspektif ekonomi Islam yaitu pelaporan tanggung jawab

Aplikasi Bahasa Program Visual Basic 6 dalam Analisis dan Flate Plate Beton Prategang Dengan Metode Beban Berimbang &#34; diselesaikan sebagai syarat memperoleh

Batuan Beku Ultrabasa (Ultramafik) adalah batuan beku dan meta -batuan beku dengan sangat rendah kandungan silika konten (kurang dari 45%), umumnya &gt; 18% Mg O

Pada 15-20 Mei 2012, Tim Desa Dharma Ehipassiko melakukan kunjungan ke Banyuwangi dan Blitar untuk mensosialisasikan program Desa Dharma kepada umat di tiap wihara yang