• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator: Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun

Dari Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2017 target presentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar sebesar 90 % dengan realisasi tercapai

N. Indikator: Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun

1) Definisi Operasional: Persentase perempuan usia 30 – 50 tahun yang dideteksi dini kanker payudara dengan CBE/SADANIS dan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA dan atau Papsmear.

2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah perempuan usia 30 - 50 tahun yang dilakukan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim dibagi Jumlah perempuan usia 30 – 50 tahun di suatu wilayah dikali 100%.

3) Capaian Indikator

Tabel. 3.1.15

Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun 2018

INDIKATOR TARGET CAKUPAN CAPAIAN

Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 48 Grafik.3.1.14

Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun

Tahun 2017, 2018 dan 2019

4) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator

Upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh Program P2PTM Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk mencapai indikator persentase puskesmas yang mampu melaksanakan deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara adalah

- Meningkatkan Bimbingan teknis kepada kab/kota yang memiliki manajemen yang kurang baik untuk P2PTM baik SDM maupun anggaran.

- Meningkatkan promosi, pencegahan dan pengurangan factor risiko PTM melalui pemeberdayaan masyarakat

- Penguatan kapasitas dan kompetensi petugas dan layanan, serta kolaborasi sector swasta dan professional.

5) Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan

Berdasarkan hasil analisis dari target indikator persentase puskesmas yang mampu melaksanakan deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara yang berasal data Monev P2PTM Tahun 2018 semua target indikator belum tercapai. Beberapa hal yang menyebabkan belum tercapainya target adalah :

Belum semua puskesmas mampu melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan serviks berkaitan dengan SDM terlatih, kesadaran dari masyarakat dalam hal ini wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker payudara dan serviks, kurang promosi kesehatan dari petugas kesehatan tentang

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 49 pentingnya deteksi dini kanker payudara dan serviks serta terbatasnya sarana dan prasarana

6) Kendala/masalah yang dihadapi

Beberapa kendala/masalah yang dihadapi dalam pencapaian target persentase puskesmas yang mampu melaksanakan deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara adalah :

- Masih banyak pengelola program P2 Kanker di Kabupaten/Kota maupun puskesmas yang belum terlatih untuk Deteksi Dini Kanker Serviks dan Kanker Payudara

- Sering terjadi pergantian pengelola Program P2 Kanker di Kabupaten/Kota maupun puskesmas

- Masyarakat khususnya Wanita Usia Subur (WUS) Usia 30-50 tahun masih segan untuk melakukan pemeriksaan IVA Test walaupun petugas telah menawarkan pemeriksaan ini di puskesmas

7) Pemecahan Masalah

- Meningkatkan kapasitas pengelola program P2 Kanker di Kabupaten/Kota dan puskesmas dalam Program P2 Kanker melalui Pelatihan Deteksi Dini Kanker Serviks dan Kanker Payudara bersumberdana APBD Provinsi maupun APBD Kabupaten/Kota

- Membuat surat edaran kepada Kabupaten/Kota bahwa petugas yang telah terlatih tidak dipindah selama 3 tahun setelah pelatihan

- Meningkatkan kerjasama dengan organisasi profesi (POGI atau IBI) untuk dapat melaksanakan pelatihan atau workshop bagi tim Pengelola P2 Kanker (dokter, bidan dan perawat) di puskesmas yang akan mendukung peningkatan kapasitas petugas

- Petugas P2 Kanker di Puskesmas yang belum terlatih bisa melakukan magang untuk pemeriksaan IVA Test di Puskesmas dengan tenaga yang telah terlatih.

8) Efisiensi penggunaan sumber daya - Capaian Indikator Kinerja 144% - Capaian realisasi keuangan 62,6%

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 50 O. Indikator : Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan

kasus katarak

1) Definisi Operasional: Puskesmas yang melakukan deteksi dini oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas berupa tes fisik mata dengan menggunakan senter dan ophthalmoscope, lalu pemeriksaan visus mata dengan menggunakan Snelen Chart, dilanjutkan dengan tes bayangan (Shadow Test) menggunakan pen light, serta mampu melakukan rujukan kasus katarak ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut.

2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah puskesmas yang melakukan deteksi dini dan merujuk kasus katarak dibagi Jumlah seluruh puskesmas di Indonesia dikali 100%. 3) Capaian Indikator

Tabel. 3.1.16

Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan kasus katarak tahun 2019

INDIKATOR TARGET CAKUPAN CAPAIAN

Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan kasus katarak

30% 100% 333%

4) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indicator

- Meningkatkan Bimbingan teknis kepada kab/kota yang memiliki manajemen yang kurang baik untuk P2PTM baik SDM maupun anggaran.

- Meningkatkan promosi, pencegahan dan pengurangan factor risiko PTM melalui pemeberdayaan masyarakat

- Penguatan kapasitas dan kompetensi petugas dan layanan, serta kolaborasi sector swasta dan professional.

5) Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan

Berdasarkan hasil analisis dari target indikator persentase puskesmas yang melaksanakan rujukan katarak Tahun 2019 semua target indikator telah tercapai. Beberapa hal yang mendukung keberhasilan ini adalah :

- Rujukan katarak sudah menjadi program kontinu (setiap tahun) di kab/kota. - Kab/kota sering melakukan kerjasama dengan LS/LP dalam melakukan operasi

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 51 6) Kendala/masalah yang dihadapi

Beberapa kendala/masalah yang dihadapi dalam pencapaian target indikator rujukan katarak adalah :

- Pemegang program GIF masih dipegang oleh seksi Yandasus.

- Pemegang program GIF masih banyak yang baru, bahkan dipegang oleh non ASN dikarenakan tidak adanya SDM di dinkes Kab/kota.

- Anggaran P2PTM khususnya GIF tidak adekuat dan tidak berkelanjutan dalam pemenuhan program GIF.

- Anggaran GIF memerlukan dana yang banyak dikarenakan perlunya penyediaan alat, seperti optalmoskop, AOE, snellen chart, E Tumbling dll.

- Masih banyak pengelola program GIF di Kabupaten/Kota maupun puskesmas yang belum terlatih.

- Sering terjadi pergantian pengelola Program GIF di Kabupaten/Kota maupun puskesmas

- Pencatatan dan pelaporan tidak adadi Portal Web

- Captor belum menjadi ketentuan yang baku dan disosialisasikan ke seluruh propinsi.

7) Pemecahan Masalah

- Mendorong invasi ke tiap kab/kota, selaras dengan pencapaian SPM di kab/kota. - Mendorong kab/kota mencari dana lain selain APBD dalam pemenuhan kegiatan

dan program GIF terutama untuk operasi katarak.

- Menginformasikan dengan tak jemu-jemu di whatsapp grup dan monev, indicator program GIF.

- Meningkatkan kapasitas pengelola program GIF di Kabupaten/Kota dan puskesmas dengan Pelatihan Pandu GIF bersumberdana APBD Provinsi maupun APBD Kabupaten/Kota

- Menyelaraskan indicator program P2PTM khususnya GIF agar masuk ke renstra dan RPJMD, agar ketersediaan dana dan regulasi dalam membantu pemenuhan SPM di pemerintah daerah.

8) Efisiensi penggunaan sumber daya - Capaian Indikator Kinerja 333 %

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 52 P. Indikator : Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL).

1) Efinisi Operasional: Jumlah Kab/Kota dengan IPWL aktif yakni IPWL yang melakukan upaya promotif, preventif dan rehabilitasi dalam pencegahan penyalahgunaan Napza serta melaporkan kegiatan terkait program wajib lapor pecandu narkotika dan penyalahguna Napza lainnya (ada atau tidak ada pasien) setiap 6 bulan sekali.

2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kumulatif Kab/Kota dengan IPWL aktif. 3) Capaian Indikator

Tabel. 3.1.17

Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor

(IPWL)

INDIKATOR TARGET CAKUPAN CAPAIAN

Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL).

23 15 55%

4) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indicator

Upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh program Kesehatan jiwa dan Napza Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk mencapai indikator Renstra Kesehatan Jiwa dan Napza adalah menyampaikan target indikator Kesehatan jiwa dan Napza ke Kab/Kota, menyampaikan strategi yang dapat dilakukan oleh Kab/Kota untuk mencapai target, serta memberikan saran kepada Kab/Kota dalam mencapai target indikator tersebut. Selain itu, meningkatkan kemampuan petugas pengelola program Kesehatan Jiwa dan Napza di Kab/Kota dan di Puskesmas baik dalam bentuk pelatihan/workshop maupun pertemuan yang dapat mendukung keberhasilan tercapainya target indikator kesehatan jiwa dan Napza di Kab/Kota.

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 53 5) Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan

Berdasarkan hasil analisis yang didapatkan dari data IPWL di Provinsi Jawa Barat maka kami dapat menyimpulkan bahwa penyebab keberhasilan tercapainya IPWL di 11 Kab/Kota adalah :

- Adanya kerjasama Kementrian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dengan Kab/Kota dan beberapa Rumah sakit untuk menyelenggarakan IPWL dibeberapa layanan kesehatan yang ada di Kab/Kota

- Instansi pelayanan kesehatan yang telah menjadi layanan PTRM dapat disatukan dengan layanan IPWL sehingga pada pelakasanaannya akan terintegrasi - Dengan adanya beberapa layanan kesehatan IPWL sehingga data

penyalahgunaan Napza dapat dikumpulkan.

6) Kendala/masalah yang dihadapi

Masalah yang dihadapi adalah belum terselenggaranya upaya pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan NAPZA di 30% SMA dan yang sederajat. Hal ini dikarenakan belum adanya tenaga (Guru terlatih) untuk dapat melakukan pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan Napza di SMA. Tidak adanya anggaran untuk kegiatan pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan Napza di 30% SMA.

Masalah yang dihadapi dalam penyelenggaraan upaya pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di IPWL adalah, beberapa Kab/Kota belum memiliki IPWL sehingga apabila ada kasus penyalahgunaan Napza di daerah tersebut perlu dirujuk ke Kab/Kota lain. Hal ini dikarenakan merupakan seksi baru sehingga alokasi anggaran untuk pembentukan IPWL belum berjalan dengan lancar.

7) Pemecahan Masalah

- Melakukan advokasi dan koordinasi baik di tingkat Provinsi maupun Kab/Kota serta dinas dan bidang terkait dalam hal pembentukan IPWL.

- Meningkatkan kapasitas pengelola program keswa dan napza di Kab/kota maupun Puskesmas bersumber dana APBD Provinsi atau APBD Kab/Kota. - Data IPWL yang dikirimkan ke Kemenkes ditembuskan ke program Keswa dan

Napza Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sebagai Baseline data IPWL di Provinsi Jawa Barat

- Menyampaikan surat ke Kementrian Kesehatan Khususnya Subdit Anak Remaja bahwa di Jawa Barat tidak terdapat data upaya pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan Napza di 30% SMA dan yang sederajat.

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019 54 8) Efisiensi penggunaan sumber daya

- Capaian Indikator Kinerja 55% - Capaian realisasi keuangan 62,6%

Q. Indikator : Jumlah dokumen dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya

Dokumen terkait