ANALISIS BAURAN PEMASARAN TERHADAP OMZET PENJUALAN PADA PT. GAUDI DWI LARAS CABANG PALEMBANG
Penulis
Rusma Rizal1, Romidon Hidayat2, Ica Handika3
Program Studi Administrasi Niaga, Politeknik Anika Palembang email : polika_anika@yahoo.co.id
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi omzet penjual PT. Gaudi Dwi Laras, baik faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern ini terdiri dari beberapa indikator kualitas barang, persediaan bahan baku, teknologi. Faktor ekstern yang terdiri dari beberapa indikator selera konsumen, barang pengganti (subsitusi), persaigan, dan pemasok. Responden adalah konsumen, dengan metode analisa data menggunakan tabulasi dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian Faktor yang paling mempengaruhi penyebab penurunan omzet penjualan pada PT. Gaudi Dwi Laras adalah faktor ektern yang terdiri beberapa indikator selera konsumen (27,29%), barang pengganti (27,75%), persainga (23,29%), pemasok (21,86%), Jika dibandingkan dengan faktor intern dengan indikator kualitas barang (34,73%), persediaan bahan baku (52,22%), teknolgi (13,05%). Berdasarkan analisa data disimpulkan secara keseluran faktor penyebab penurunan omzet penjualan pada PT. Gaudi Dwi adalah faktor eksternal.
Kata kunci : Bauran pemasara, Faktor interna dan Eksternal, Omzet Penjualan
1. PENDAHULUAN
Dalam persaingan yang ketat
seperti ini, keberhasilan perusahaan
banyak ditentukan oleh ketepatan
perusahaan dalam memanfaatkan
peluang dan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan individu dalam usahanya mendapatkan dan menggunakan barang ataupun jasa. Banyak perusahaan yang
berusaha memenangkan persaingan
dengan cara memanfaatkan peluang bisnis yang ada dengan menerapkan strategi pemasaran yang tepat dalam rangka menguasai pasar. Perusahaan akan berusaha menguasai pasar dengan
berbagai strategi pemasaran dan juga pelayanannya dengan tujuan akhir mendapatkan laba maksimal dengan tingkat efisiensi kinerja secara optimal.
Menurut Philip
Kolter (2002:l9) Pemasaran adalah
suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Menurut Kotler dan
Amstrong( 2001:346) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan
kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pembeli. Jadi perusahaan dengan produk paling baik akan tumbuh dengan pesat. Dalam jangka panjang perusahaan tersebut akan lebih berhasil dari perusahaan saingan yang lain.
Dalam industri fashion merupakan
hal terpenting bagi setiap orang
terutama kaum hawa,salah satu
perusahaan industri fashion yang
berkembang pesat adalah perusahaan PT Gaudi Dwi Laras Gaudi merupakan salah satu industri produk fashion yang segmentasi pasarnya adalah kaum hawa. Oleh karena itu perusahaan berinteraksi langsung ke customer namun melalui
pelayanan yang diberikan oleh
frontiliner, produk yang dibeli serta digunakan oleh customer. Perusahaan dan frontiliner merupakan kesatuan yang memiliki tanggung jawab untuk
memenuhi kebutuhan customer di
bidang fashion. Fontiliner adalah
bagian dari perusahaan yang akan memelihara dan menjaga aset utama perusahaan, yaitu customer Gaudi memiliki 25 cabang di Indonesia, salah satunya adalah cabang Palembang. PT. Gaudi Dwi Larascabang Palembang berdiri pada tahun 2014, dengan memiliki jumlah karyawan 6 orang terdiri dari SS (supervisor), ASS (assisten super supervisor) dan 4 orang CSA (costumer service associate).
PT. Gaudi Dwi Laras bergerak di bidang fashion dengan menjual produk seperti top-thisrt,top-blouse shirt, mini dress, pant, bag, belt, dan shall. Gaudi
menawarkan produk fashion untuk
segmen remaja, dewasa maupun orang tua. Produk yang dijual juga bermacam-macam bentuk atau gaya yang lagi trendy sekarang ini, harga yang kami
tawarkan cukup relatif terjangkau
dengan kisaran harga Rp 200.000
hingga Rp 400.000, bahan yang kita gunakan juga berkualitas baik. Brand
Gaudi juga tidak kalah sama brand
lainnya kami perusahaan yang
mempunyai cabang yang cukup
banyak.
Banyaknya brand lain dengan
bahan hampir rata-rata sama, maka
mengakibatkan banyak sekali
persaingan antar produk. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil omzet penjualan pada produk fashion pada PT. Gaudi Dwi Laras Cabang Palembang tahun
2014-2016 rata-rata mengalami
penghasilan yang berbeda-beda
diantaranya: tahun 2014 sebesarRp
1.789.920.900 dengan target Rp
2.530.000.000 tahun 2015 sebesar Rp
2.581.675.600 dengan target Rp
4.469.000.000 tahun 2016 sebesar Rp
2.631.523.200 dengan target Rp
3.945.000.000 atau dapat dilihat dari tabel 1 di bawah ini :
Grafik Omset Pendapatan
Sumber : PT. Gaudi Dwi Laras Cabang Palembang
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat adanya naik turun (fluktuatif) omzet penjualan yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor yang dari dalam (internal) maupun faktor dari luar
(eksternal), Nitisemito (2008:929).
Faktor dari dalam yaitu kurangnya komunikasi yang baik, cenderung tidak
komunikatif, kurang inisiatif.
Sedangkan faktor dari luar yang tidak 0 100000000 200000000 300000000 400000000 500000000 600000000 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 79
mencapai target yang telah ditentukan
seperti: Promo brand luar selalu
continue, keterbatasan media promo, dan minimnya pengunjung mall. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai factor-faktor yang menyebabkan terjadi naik turunnya omzet penjualan pada PT Gaudi Dwi Laras Cabang Palembang II. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Produk
Menurut William J. Stanton
(2005:223) mendefinisikan produk
sebagai berikut : “Produk sebagai sekumpulan atribut nyata (Tangible) dan tidak nyata (Intangible) didalamnya
sudah mencakup warna, harga,
kemasan, prestise pabrik, prestise
pengecer, dan pelayanan dari pabrik serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai suatu yang bisa memuaskan keinginannya”. Menurut
Kotler & Amstrong (2002:508)
berpendapat bahwa “Produk adalah apa saja yang dapat ditawarkan ke pasar,
untuk diperhatikan diperoleh,
digunakan, atau dikonsumsi sehingga
dapat memenuhi keinginan atau
kebutuhan“.
Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa produk adalah sekumpulan atribut yang dapat ditawarkan ke pasar, untuk diperhatikan diperoleh, digunakan, atau dikonsumsi sehingga dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan.
2.2 Bauran Pemasaran
Menurut William J. Stanton
(2003:16) menyebutkan bahwa
Marketing Mix (bauran pemasaran) adalah istilah yang dipakai dalam melukiskan kombinasi dari keempat masukan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan. Keempat elemen tersebut adalah penawaran
produk, struktur harga, kegiatan
promosi dan sistem distribusi.
Dalam pengertian lain, menurut
Marius P. Angiopora (2002:25)
mengemukakan bahwa Marketing Mix
(bauran pemasaran) adalah perangkat variabel-variabel pemasaran terkontrol yang digabungkan perusahaan untuk
menghasilkan tanggapan yang
diinginkan dalam pasar sasaran (target market).
Menurut Kotler dan Armstrong (2008:234) “marketing mix is the set of controllable, tactical marketing tools that the firm blends to produce the response it wants in the target market”. Marketing mix meliputi item alat
pemasaran, yaitu product, price,
promotion, dan place (4P). Marketing Mix tersebut digunakan oleh pemasar agar produknya dapat memasuki pasar sasaran atau target market. Item bauran pemasaran meliputi:
a. Product yaitu terdiri dari keragaman produk, kualitas, desain, ciri, nama merk, kemasan, ukuran, pelayanan, garansi (jaminan), dan imbalan b. Price yaitu terdiri dari harga, rabat
(diskon), potongan harga khusus, periode pembayaran, dan syarat kredit.
c. Promotion yaitu terdiri dari promosi
penjualan, periklanan, tenaga
penjualan, pubic relation (PR), dan pemasaran langsung.
d. Place yaitu terdiri dari saluran
pemasaran, cakupan pasar,
pengelompokan, lokasi, persediaan, dan transportasi
Menurut Fandy Tjiptono
(2005:45) bauran pemasaran adalah
seperangkat alat yang digunakan
pemasar untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan.
Menurut Swasta dan Irawan (2005:55) pengertian bauran pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel
atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni
produk, struktur harga, kegiatan
promosi, dan sistem distribusi. Dari berbagai definisi diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa marketing mix
adalah kombinasi dari 4P, yaitu product price, promotion, dan place yang
digunakan oleh perusahaan untuk
memasarkan produknya.
Dari beberapa pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa Marketing
Mix merupakan sekumpulan
variabel-variabel pemasaran yang dapat
dikendalikan dan dipergunakan oleh perusahaan dalam pencapaian sasaran dari tujuan perusahaannya, melalui pemanfaatan kombinasi dari variabel-variabel seperti harga, produk, promosi,
dan tempat (saluran distribusi),
diharapkan agar kinerja penjualan dapat meningkat sehingga mampu bersaing dengan para pesaing.
a) Produk
Menurut (Kotler & Amstrong, 2002:11) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk
mendapatkan perhatian, dibeli,
digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
Secara konseptual produk adalah
pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang biasa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan
organisasi melalui pemenuhan
kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula didefinisikan
sebagai persepsi konsumen yang
dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Produk dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Menurut Garvin (dalam Tjiptono, 2005:66), indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas produk, yaitu: 1) Kinerja, yaitu karakteristik operasi
pokok dari produk inti (core product) yang dibeli. 2) Fitur yang meliputi karakterisik sekunder yang melengkapi fungsi dasar produk. 3) Reliabilitas
yaitu kemungkinan kecil mengalami kerusakan atau gagal produk. 4) Kesesuaian dengan spesifikasi yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya. 5) Daya tahan yaitu berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. 6) Serviceabilty yang
meliputi kecepatan, kompetensi,
kenyamanan, kemudahan direparasi,
serta penanganan keluhan secara
memuaskan. 7) Keindahan yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. 8) Kualitas yang dipersepsikan yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
b) Promosi
Menurut Lamb, dkk (2001:28),
promosi adalah komunikasi oleh
pemasar yang menginformasikan, dan mengingatkan calon pembeli mengenai sebuah produk untuk mempengaruhi suatu pendapat atau memperoleh suatu respon. Fungsi utama dari suatu strategi promosi para pemasar adalah untuk meyakinkan target pelanggan bahwa barang dan jasa yang ditawarkan tersebut memiliki keunggulan yang berbeda dibandingkan pesaing.
Menurut Basu Swasta dan Irawan
(2005:55) promosi adalah arus
informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang
menciptakan pertukaran dalam
pemasaran.
Tujuan utama promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi, dan
membujuk serta mengingatkan
pelanggan sasaran tentang pemasaran
dan bauran pemasaran. Dengan
memperhatikan hal diatas maka
dibutuhkan persiapan ataupun sarana promosi agar apa yang diinginkan
perusahaan dapat memenuhi sasaran dan efisien. Sarana promosi dapat berupa :
1. Iklan
Semua bentuk penyajian non
personal, promosi ide-ide, promosi barang produk atau jasa yang dilakukan oleh sponsor tertentu yang dibayar.
2. Promosi Penjualan
Kegiatan pemasaran yang
mendorong pembelian konsumen dan
efektivitas pengecer.
Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain : peragaan, pertunjukkan dan pameran, demonstrasi.
3. Publisitas
Pendorong permintaan secara non pribadi untuk suatu produk, jasa atau ide dengan menggunakan berita komersial di dalam media massa dan sponsor tidak dibebani sejumlah bayaran secara langsung.
4. Personal selling
Presentasi lisan dalam suatu
pembicaran dengan satu atau
beberapa pembeli dengan tujuan untuk menciptakan penjualan.
Menurut Kolter dan Amstrong
(2001:12) mengatakan bahwa
personal selling adalah presentasi pribadi oleh para wiraniaga (tenaga penjual) perusahaan dalam rangka
mensukseskan penjualan dan
membangun hubungan dengan
pelanggan.
c) Harga
Harga memiliki peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli (Tjiptono, 2003:23), yaitu :1) peranan alokasi harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. 2) Peranan informasi dari harga, yaitu
fungsi harga dalam membidik
konsumen mengenai faktor-faktor
produk, seperti kualitas. Hal ini
terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering muncul adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi sehingga konsumen menilai harga yang ditetapkan sesuai dengan kualitas produk maupun jasa yang ditetapkan.
Menurut Fandy Tjiptono
(2003:23) mengemukakan harga sering kali digunakan sebagai indikator nilai, dimana indikator tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa.
d) Tempat
Menurut Lamb (2001:28),
pemilihan lokasi yang baik, merupakan
keputusan yang sangat penting.
Pertama, karena keputusan lokasi
mempunyai dampak yang permanen dan jangka panjang, apakah lokasi tersebut telah dibeli atau hanya disewa.
Kedua, lokasi akan mempengruhi
pertumbuhan usaha di masa mendatang. Lokasi yang dipilih haruslah mampu
mengalami pertumbuhan ekonomi
sehingga usahanya dapat bertahan. Dan yang terakhir, apabila nilai lokasi memburuk akibat perubahan lingkungan yang dapat terjadi setiap waktu, mungkin saja usaha tersebut harus dipindahkan atau ditutup. Lokasi adalah tempat dimana sesuatu berada.
Menurut Lupiyoadi (2001:29)
lokasi merupakan keputusan yang dibuat perusahaan berkaitan dengan dimana operasi dan stafnya akan ditempatkan, dan lokasi merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan cara penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategi.
Lokasi berarti berhubungan
dengan di mana perusahaan harus
bermarkas dan melakukan operasi. Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu : a. Konsumen mendatangi pemberi jasa
(perusahaan) apabila keadaanya
seperti ini maka lokasi menjadi
sangat penting, perusahaan
sebaiknya memilih tempat dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain harus strategis.
b. Pemberi jasa mendatangi konsumen Dalam hal ini lokasi tidak terlalu
penting tetapi yang harus
diperhatikan adalah penyampaian jasa harus tetap berkualitas.
c. Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung
Berarti service provider dan
konsumen berinteraksi melalui
sarana tertentu seperti telepon, komputer atau surat. Dalam hal ini lokasi menjadi sangat tidak penting selama komunikasi antara kedua belah pihak dapat terlaksana.
Menurut Tjiptono (2003:24)
dalam memilih lokasi
untukmenjalankan suatu usaha, para
pengusaha/pelaku usaha perlu
mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya :
1. Akses yaitu kemudahan untuk
menjangkau
2. Visibilitas yaitu kemudahan untuk dilihat
3. Lalu lintas, ada 2 hal yang perlu diperhatikan yaitu banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberikan peluang yang besar tejadinya impuls buying dan kepadatan serta kemacetan bisa menjadi hambatan 4. Tempat parkir yang luas dan aman 5. Ekspansi yaitu tersedia tempat yang
luas untuk perluasan di kemudian hari.
6. Lingkungan yaitu daerah sekitar
yang mendukung jasa yang
ditawarkan
7. Persaingan yaitu lokasi dengan
pesaing sejenis 8. Peraturan pemerintah. 2.3 Pengertian Penjualan
Menurut Marom (2002:28)
Penjualan adalah penjualan barang
dagangan sebagai usaha pokok
perusahaan yang biasanya dilakukan secara teratur. Menurut Simamora
(2002:24) menyatakan, penjualan
adalah pendapatan lazim dalam
perusahaan dan merupakan jumlah
kotor yang dibebankan kepada
pelanggan atas barang dan jasa.
Berdasarkan definisi tersebut di
atas, dapat disimpulkan bahwa
penjualan adalah persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan pembeli, dimana penjual menawarkan suatu produk dengan harapan pembeli dapat menyerahkan sejumlah uang sebagai alat ukur produk tersebut sebesar harga jual yang telah disepakati.
2.4 Unsur- unsur penunjang penjualan
Menurut Tjiptono (1997: 224-230), unsur-unsur penunjang penjualan terdiri dari beberapa macam diantaranya: 1. Personal selling
Personal selling dalam penjualan adalah alat komunikasi langsung (tatap muka) antara calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk
kepada calon pelanggan dan
membentuk pemahaman pelanggan tehadap produk, sehingga mereka
kemudian akan mencoba
membelinya, sifat- sifatnya adalah: (1) Personal confrontatio, yaitu
adanya hubungan yang hidup,
langsung dan interaktif antara dua orang atau lebih, (2) Cultivation, yaitu sifat yang memungkinkan
berkembangnya segala macam
hubungan, mulai sekedar hubungan jual beli sampai dengan suatu
hubungan yang saling akrab, (3)
Response, yaitu situasi seolah-olah
mengharuskan pelanggan untuk
mendengar, memperhatikan dan
menanggapi. 2. Mass selling
Mass selling merupakan pendekatan
yang menggunakan media
komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada orang-orang dalam satu waktu. Metode ini memang tidak fleksibel personal selling namun merupakan alternatif yang lebih murah untuk menyampaikan informasi ke orang-orang (pasar sasaran) yang jumlahnya sangat banyak tersebar luas.
3. Periklanan
Iklan merupakan salah satu bentuk
promosi yang paling banyak
digunakan perusahaan dalam
mempromosikan produknya. Iklan adalah bentuk komunikasi tidak
langsung yang didasari pada
informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan
yang akan mengubah pikiran
seseorang untuk pembelian. Dan iklan mempunyai empat fungsi
utama yaitu: menginformasikan
orang-orang mengetahui seluk beluk produk (informative), mempengaruhi
orang-orang untuk membeli
(persuading), dan menyegarkan
informasi yang telah diterima
orangorang (remin-ding), serta
menciptakan suasana yang
menyenangkan sewaktu orang-orang menerima dan mencerna informasi (entertainment).
4. Publisitas
Publisitas adalah bentuk penyajian dan menyebar ide. Barang dan jasa secara non personal, yang mana
orang atau organisasi yang
diuntungkan tidak membayar untuk
itu. Publisitas merupakan
pemanfaatan nilai-nilai berita yang terkandung dalam suatu produk untuk membentuk citra produk yang bersangkutan.
5. Promosi Penjualan
Promosi penjualan adalah bentuk
persuasi langsung melalui
penggunaan berbagai intensif yang
dapat diatur untuk merangsang
pembelian produk dengan segera atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan. Secara umum
tujuan-tujuannya tersebut dapat
digenaralisasikan menjadi:
a. Meningkatkan permintaan dari
para pemakai industrial atau konsumen akhir.
b. Meningkatkan kinerja pemasaran perantara.
c. Mendukung dan
mengkoordinasikan kegiatan
personal selling dan iklan. 6. Public Relations
Public relation merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap
berbagai kelompok terhadap
perusahaan tersebut.
Kelompok-kelompok yang dimaksud itu adalah mereka yang terlibat, mempunyai
kepentingan, dan dapat
mempengaruhi kemampuan
perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Kelompok-kelompok
tersebut bisa terdiri atas karyawan dan keluarga, pemegang saham, pelanggan, orang-orang yang tinggal
sekitar organisasi, pemasok,
parantara, pemerintah, serta media massa.
7. Direct marketing
Directing marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif,
yang memanfaatkan satu atau
beberapa media iklan untuk
menimbulkan respon yang diukur
atau transaksi disembarang lokasi. Dalam direct marketing, komunikasi promosi ditujukan langsung kepada konsumen individual, dengan tujuan agar pesan-pesan tersebut ditanggapi konsumen yang bersangkutan, baik melalui telepon, pos atau datang langsung ketempat pemasaran. 2.5 Omzet Penjualan
Menurut Chaniago (2002:45)
memberikan pendapat tentang omzet penjualan adalah keseluruhan jumlah pendapatan yang didapat dari hasil penjulan suatu barang atau jasa dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Swastha (2005:34)
memberikan pengertian omzet
penjualan adalah akumulasi dari
kegiatan penjualan suatu produk
barang-barang dan jasa yang dihitung secara keseluruhan selama kurun waktu tertentu secara terus menerus atau dalam satu proses akuntansi.
Dari Definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa omzet penjualan adalah keseluruhan jumlah penjualan barang atau jasa dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh dan berdasarkan volume. Seorang pengelola
usaha dituntut untuk selalu
meningkatkan omzet penjualan dari hari kehari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun 2.6 Faktor- Faktor Penyebab Penurunan Omzet Penjualan
Pertumbuhan usaha dari masing-masing masyarakat tidak selalu sama karena adanya perbedaan faktor yang mendasari, misalnya faktor ekonomi, sosial, politik, kultural maupun sejarah. Lingkungan mayarakat yang sedang
berkembang, sektor usaha sering
menghadapi situasi rumit karena
banyaknya keterbatasan dan hambatan untuk tumbuh sesuai kondisi tradisional
yang sering dialami masyarakat pada umumnya yang sedang berkembang (As’ad, 2000: 148).
Banyak faktor-faktor yang
mempengaruhi suatu bisnis yang ada disekitar bisnis tersebut yaitu yang disebut lingkungan usaha, diantaranya faktor internal terdiri dari: tenaga kerja, peralatan dan mesin-mesin, permodalan, bahan baku, sistem informasi dan administrasi, dan faktor eksternal terdiri dari: keadaan alam, perekonomian, pendidikan dan teknologi, sosial dan budaya, pemasok, pelanggan, pesaing (Rachmawati, 2009: 11). Swastha
(2005:121) mengemukakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya omzet dibagi menjadi dua faktor yaitu:
(1) Faktor internal (faktor yang
dikendalikan oleh pihak-pihak
perusahaan) diantaranya:
kemampuan perusahaan untuk
mengelola produk yang akan
dipasarkan, kebijaksanaan harga
dan promosi yang digariskan
perusahaan serta kebijaksanaan
untuk memilih perantara yang digunakan.
(2) Faktor eksternal (faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pihak
perusahaan) diantaranya:
perkembangan ekonomi dan
perdagangan baik nasional maupun internasional, kebijakan pemerintah di bidang ekonomi, perdagangan
dan moneter dan suasana
persaingan pasar.
Menurut Nitisemito (2008:196) mengemukakan bahwa faktor penyebab turunnya omzet penjualan meliputi dua faktor yaitu:
(1) Fakor intern (turunnya omzet
penjualan dapat terjadi karena kesalahan perusahaan itu sendiri) yang dibagi kedalam beberapa bagian antara lain: kualitas produk
turun, service yang diberikan
bertambah jelek, sering kosongnya
persediaan barang, penurunan
komisi penjualan yang diberikan, pengetatan terhadap piutang yang
diberikan, turunnya kegiatan
salesmen, penurunan kegiatan sales promotion dan penetapan harga jual yang tinggi.
(2) Faktor ekstern (turunnya omzet
penjualan dapat terjadi diluar
kekuasaan perusahaan itu sendiri) yang dibagi kedalam beberapa
bagian: perubahan selera
konsumen, munculnya saingan
baru, munculnya barang pengganti,
pengaruh faktor psycologis,
perubahan atau tindakan baru dalam kebijaksanaan pemerintah, adanya tindakan dari pesaing.
Menurut Forsyth (2003:24)
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi turunnya penjualan meliputi: (1) faktor internal yaitu sebab yang terjadi karena perusahaan itu
sendiri yang meliputi penurunan
promosi penjualan, penurunan komisi penjualan, turunnya kegiatan salesman, turunnya jumlah saluran distribusi,
pengetatan terhadap piutang yang
diberikan, (2) faktor eksternal yaitu sebab yang terjadi karena pihak lain yang meliputi perubahan kebijakan pemerintah, bencana alam, perubahan pola konsumen, munculnya saingan baru, munculnya pengganti.
Pemaparan faktor-faktor yang
menyebabkan penurunan omzet
penjualan di atas, dapat disimpulkan secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dimasukkan sebagai indikator penyebab penurunan omzet penjualan sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Menurut Nitisemito (2008:196)
menyatakan, faktor intern adalah faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari dalam.
Faktor-faktor intern penyebab
penurunan omzet penjualan antara lain: kualitas barang, persediaan bahan baku, teknologi.
a. Kualitas Barang
Menurut Widjaja (2000:1-3)
mengemukakan, kualitas adalah kesesuaian atau kecocokan dengan
spesifikasi dan standar yang
berlaku ataupun dapat memuaskan
keinginan, kebutuhan dan
pengharapan pelanggan dengan biaya yang kompetitif. Kualitas
produk adalah krusial untuk
memenangkan peperangan dan hanya terjamin apabila departemen
inspeksi dapat mengendalikan
proses produksi.
b. Persediaan Bahan Baku
Menurut Sofjan Assauri
(2004:169) menyatakan,
persediaan adalah suatu aktiva
yang meliputi barang-barang
milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam satu periode
usaha yang normal atau
persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Menurut Rangkuti (2004:1)
menyatakan, persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan
bahan baku yang menunggu
penggunaannya pada suatu proses produksi.
Menurut Masiyal Kholmi
(2003:29) Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian besar produk jadi, bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor atau hasil pengolahan sendiri
a. Bahan baku tak langsung (Indirect material) Bahan baku tak langsung
adalah bahan baku yang ikut
berperanan dalam proses produksi, tetapi tidak secara langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan.
Seandainya barang jadi yang
dihasilkan adalah aksesoris monel maka lembaran-lembaran logam dan
nikel merupakan bahan baku
langsung, sedangkan gergaji andang dan alat pemoles merupakan bahan mentah tak langsung.
b. Teknologi
Teknologi adalah kemampuan teknik yang berlandaskanpengetahuan ilmu eksakta yang berlandaskan proses
teknik. Teknologi dapat
diklasifikasikan berdasrkan jenisnya antara lain:
1. Teknologi modern
Suatu jenis teknologi mutakhir yang dikembangkan dari hasil
penerapan ilmu pengetahuan
terbaru. Ciri-ciri teknologi
modern ini adalah padat modal,
didukung fasilitas riset dan
pengembangan, biaya perawatan tinggi, keterampilan operatornya
tinggi, dan masyarakat
penggunaanya ilmiah. Contohnya: komputer, laser, telegrafik.
2. Teknologi semi modern
Suatu jenis teknologi yang dapat
dikembangkan dan didukung
masyarakat yang lebih sederhana dan dapat digunakan dengan biaya
dan kegunaan yang paling
menguntungkan. Ciri teknologi madya adalah tidak memerlukan modal yang tidak terlalu besar dan tidak memerlukan pengetahuan baru. Penerapan teknologi ini bersifat setengah padat modal dan padat karya, unsur-unsur yang mendukung industrinya biasanya dapat diperoleh di dalam negeri
dan keterampilannya tidak terlalu tinggi.
3. Teknologi tradisional
Teknologi ini dicirikan dengan skala modal kecil, peralatan yang
digunakan sederhana, dan
pelaksanaannya bersifat padat
karya. Biasanya dilakukan
dinegara berkembang, karena
dapat membantu perekonomian di pedesaan, mengurangi urbanisasi, dan menciptakan tradisi teknologi
dari tingkat yang paling
sederhana. 2. Faktor eksternal
Menurut Nitisemito (2008:9-29)
mengemukakan faktor ekstern adalah faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari luar.
Faktor-faktor ekstern penyebab
penurunan omzet penjualan antara lain:
a. Selera Konsumen
Dalam manajemen pemasaran, konsumen sering diartikan dengan
pelanggan, pasar, permintaan,
permintaan pasar, pembeli dan sebagainya. Selain itu konsumen juga dapat diasumsikan mudah tertarik dengan sesuatu yang baru atau berbeda dari apa yang biasa dilihatnya sehari-hari. Sedangkan selera diartikan sebagai minat atau
keinginan, sehingga selera
konsumen dapat diartikan sebagai minat atau keinginan konsumen untuk membeli suatu produk,
dalam rangka memenuhi
kebutuhannya.
b. Barang Pengganti (Substitusi) Barang pengganti adalah barang yang dapat berperan sebagai pengganti barang lain.
c. Persaingan
Menjalankan suatu usaha tidak akan lepas dari yang namanya persaingan, karena persaingan
sudah menjadi bagian di dalam pelaksanaan perekonomian yang
khususnya dalam melakukan
pemasaran, sehingga menjadi hal yang yang mau tidak mau harus
dilakukan dalam mejalankan
usaha perusahaan. Persaingan
adalah keadaan dimana
perusahaan pada pasar produk
atau jasa tertentu akan
memperlihatkan keunggulannya
masing-masing, dengan atau tanpa terikat peraturan tertentu dalam
rangka meraih pelanggannya
(Kotler & Amstrong, 2002:234). Persaingan akan terjadi pada beberapa kelompok pesaing yang tidak hanya pada produk atau jasa sejenis, dapat pada produk atau jasa substitusi maupun persaingan pada hulu dan hilir. Persaingan memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif dari persaingan adalah pelaku usaha menekan harga menjadi lebih rendah dengan cara melakukan efisiensi dan formula lainnya supaya pelaku usaha tersebut
dapat menarik lebih banyak
konsumen dibanding pesaingnya,
pelaku usahaselalu berlomba
untuk melakukan inovasi dan menciptakan produk baru demi terus menjaga pangsa pasar, pelaku usaha terus melakukan
pelayanan-pelayanan kepada
konsumen lebih baik dibanding
pesaing-pesaingnya. Dampak
negatif dari persaingan adalah persaingan memerlukan
biaya-biaya lebih dan
kesulitan-kesulitan tertentu yang tidak ada
dalam sistem monopoli,
persaingan menimbulkan lebih
banyak pengorbanan dengan
keuntungan yang lebih rendah
dibanding dengan monopoli,
maka dari itu banyak pelaku
usaha yang ingin meniadakan adanya persaingan karena dengan
menghilangkan persaingan
memungkinkan pelaku usaha
untuk mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar.
d. Pemasok (supplier)
Pemasok adalah perusahaan yang menyediakan usaha baku, tenaga kerja, keuangan dan sumber informasi kepada perusahaan lain,
terdapat hubungan saling
ketergantungan antara pemasok dan perusahaan. Ketergantungan perusahaan pada pemasok adalah pentingnya produk pemasok bagi perusahaan dan sulitnya mencari sumber lain sebagai pengganti. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013:2)
metode merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu yang digunakan dalam pengumpulan data. Adapun metode tersebut adalah sebagai berikut: a. Riset Lapangan
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dalam pengambilan data pada PT. Gaudi Dwi Laras Palembang.
b. Studi Pustaka
Dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori literatur dan buku-buku yang berhubungan dengan objek penulisan sebagai bahan atau dasar pemecahan masalah.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian untuk mendapatkan data. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah: Teknik wawancara
(Interview, Teknik Pengamatan
(Observasi) dan Kuesioner
3.3 Jenis Data Primer
Data primer menurut Uma Sekaran (2008:98) adalah data yang mengacu pada Informasi yang memperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat utuk tujuan spesifik studi. Sumber data primer merupakan responden atau pelanggan yang datang ke Gaudi dengan jumlah responden 10 orang. Internet juga dapat menjadi sumber data
primer jika kuesioner disebarkan
melalui internet. IV. PEMBAHASAN
4.1 Analisa Cara PT. Gaudi Dwi Laras Dalam Memasarkan Produknya Untuk Mencapai Tujuan Perusahaan
Tujuan utama promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi, dan
membujuk serta mengingatkan
pelanggan sasaran tentang pemasaran
dan bauran pemasaran. Dengan
memperhatikan hal diatas maka
dibutuhkan persiapan ataupun sarana promosi agar apa yang diinginkan perusahaan dapat memenuhi sasaran dan efisien. Kegiatan pemasaran dalam menunjang penjualan pada PT. Gaudi Dwi Laras terdiri dari beberapa macam diantaranya:
1. Publisitas
Publisitas adalah bentuk penyajian dan menyebar ide. Barang dan jasa secara non personal, yang mana
orang atau organisasi yang
diuntungkan tidak membayar untuk
itu. Publisitas merupakan
pemanfaatan nilai-nilai berita yang terkandung dalam suatu produk untuk membentuk citra produk yang
bersangkutan. Publisitas
bentuk-bentuk komunikasi tentang
perusahaan, produk, dan merk
pemasar yang tidak membutuhkan pembayaran. Misalnya, talk show di TV mempromosikan produk kepada konsumen, dengan itu tujuan dari publisitas agar perusahaan tercapai adalah dengan publisitas, menarik
custumer melihat produk yang kita jual, sehingga dengan ada daya tarik
yang kita publisitaskan dapat
mengundang untuk customer data ke toko dan membeliproduk yang kita jual.
2. Promosi Penjualan
Promosi langsung melalui
penggunaan berbagai intensif yang
dapat diatur untuk merangsang
pembelian produk dengan segera atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan. Dengan tujuan agar perusahaan tercapai
promosi penjualan mempunyai
tujuan antara lain: penampakan, perhatian, pemahaman, perubahan sikap, tindakan dengan keuntungan
promosi penjualan agar dapat
meningkatkan barang-barang
menjadi lebih terkenal, dan omzet penjualan bisa meningkat.
3. Iklan
Mempromosikan mengenai produk, merk, dan toko agar menarik konsumen untuk datang dan membeli
dengan tujuan menciptakan
kesadaran pada suatu merek di dalam benak konsumen. Tanpa brand yang tinggi akan sulit untuk mendapatkan mangsa pasar yamg tinggi sehingga omzet penjualan bisa meningkat. 4. Membership
Gaudi mempunyai pelanggan tetap
dengan itu, Gaudi membuat
membership supaya Gaudi bisa
memberi infomasi kepada costumer
saat lagi ada acara promo dengan tujuan ada member agar setiap costumer yang datang dan membeli mendapatkan diskon dengan itu akan meningkatkan omzet penjualan.
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% Intern Ekstern 39,93% 60,04%
Penurunan Omzet Penjualan
Series 1 Berdasarkan cara PT.Gaudi Dwi
Laras dalam memasarkan produknya untuk mencapai tujuan, maka dapat disimpulkan bahwa PT. Gaudi Dwi
Laras dengan adanya publisitas,
promosi penjualan, iklan dan
membership, akan tercapai tujuan
perusahaan. sesuai dengan teori
Menurut Basu Swasta dan Irawan
(2005:55) promosi adalah arus
informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang
atau organisasi kepada tindakan yang
menciptakan pertukaran dalam
pemasaran.
4.2 Analisa Faktor-Faktor Penyebab Penurunan Omzet Penjualan Pada PT. Gaudi DwiLaras Cabang Palembang
Faktor-faktor yang dianalisa oleh
penulis untuk melihat penyebab
penurunan omzet penjualan PT. Gaudi Dwi Laras sebagai berikut:
Tabel 4.1 Faktor Intern dan Ekstern Penjualan
Faktor Jumlah Skor Persentase
Intern 429 39,93%
Ekstern 645 60,04%
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Berdasarkan hasil total deskriptif persentase faktor intern dan ekstern penyebab penurunan omzet penjualan pada PT. Gaudi Dwi Laras, menunjukkan bahwa secara rata-rata faktor intern (39,93%) merupakan penyebab penurunan omzet penjualan yang lebih kecil dibandingkan faktor ekstern (60,04%). Berikut diagram batang deskripsi variabel faktor penyebab penurunan omzet penjualan pada PT. Gaudi Dwi Laras
Gambar 3.3 Diagram batang deskripsi data Faktor Intern dan Ekstern
Faktor- faktor penyebab
penurunan omzet pada PT. Gaudi Dwi Laras ditinjau dari faktor intern terdiri dari beberapa indikator, diantaranya kualitas barang, persediaan bahan baku, teknologi. Faktor ekstern terdiri dari
beberapa indikator diantaranya adalah selera konsumen, barang pengganti (subsitusi), persaingan dan pemasok. Tinjauan dari tiap-tiap indikator, faktor intern tenyataan ketersediaan bahan
baku (52,22%), kemudian diikuti
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 34,73% 52,22% 13,05% 27,29% 27,75% 23,10% 21,86%
PRESENTASE PERINDIKATOR
Kualitas Barang Selera Konsumen
Pemasok Ketersedian Bahan Baku
Barang Pengganti Teknologi
Persaingan
kualitas barang (34,73%), teknologi
(13,05%). Faktor ekstern barang
(27,75%), selera konsumen (27,29%),
persaingan (23,10%), dan pemasok (21,86%). Hasil tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Hasil analisa Per Indikator Faktor-faktor Eksternal dan Internal Sub Variabel Indikator Persentase
Faktor Intern Kualitas Barang 34,73% Ketersediaan Bahan Baku 52,22% Teknologi 13,5% Faktor Ekstern Selera Konsumen 27,29% Barang Pengganti (Subsitusi) 27,75% Persaingan 23,10% Pemasok 21,86%
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Berikut ini disajikan diagram batang mengenai distribusi frekuensi faktor intern dan faktor ekstern penyebab penurunan omzet penjualan pada PT. Gaudi Dwi Laras ditinjau dari indikator-indikatornya
Gambar 3.2 Diagram batang deskripsi data Per Indikator
4.2.1 Faktor Intern
Faktor intern penyebab penurunan omzet penjualan PT. Gaudi Dwi Laras
pada penelitiaan ini terdiri dari beberapa indiktor antaranya: kualitas barang, persediaan bahan baku, dan teknologi.
1. Kualiats Barang
Menurut Widjaja (2000:1-3)
mengemukakan, kualitas adalah
kesesuaian atau kecocokan dengan spesifikasi dan standar yang berlaku
ataupun dapat memuaskan
keinginan, kebutuhan dan
pengharapan pelanggan dengan biaya yang kompetitif. Kualitas produk adalah krusial untuk memenangkan peperangan dan hanya terjamin apabila departemen inspeksi dapat mengendalikan proses produksi. Suatu barang mutunya menurun, maka akan segera berpaling kepada barang lain yang lebih baik mutunya, dan sementara itu merekapun dengan sendirinya akan menyebarluaskan berita buruk itu kepada orang lain. Jika pengendalian mutu barang tidak segera diatasi maka akan terjadi
penurunan omzet penjualan.
Berdasarkan Hasil penelitian di
peroleh dari responden bahwa
kualitas barang sebesar 34,73%. 2. Persediaan Bahan Baku
Menurut Sofjan Assauri (2004:169) menyatakan, persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam satu periode usaha yang normal atau persediaan
barang baku yang menunggu
penggunaannya dalam suatu proses produksi
Hasil analisa diperoleh ketersediaan bahan baku sebesar 52,22%. Hal ini
dikarenakan bahan baku yang
dimiliki memiliki kualitas yang sedang. Harga bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk gaudi relatif murah. Banyak desainer beranggapan bahwa kualitas bahan baku tidak mempengruhi pada hasil akhir suatu produk. Desainer kurang
mempertikan desain dalam
pembuataan pakaian ataupun
accesoris. Inspirasi dalam membuat
desain atau model merupakan ide sendiri, sehingga desain suatau produk yang dimiliki kurang begitu mengikuti perkembangan zaman. 3. Teknologi
Teknologi adalah proses mengubah masukan ke dalam keluaran (Thee Wiee, 1994:228).Hasil analisa yang diperoleh teknologi sebesar 13,05%, hal ini dikarenakan lama waktu yang dibutuhkan dari proses awal sampai menjadi produk yang siap jual 1 minggu sampai 2 minggu. Jenis alat atau mesin yang digunakan dalam proses produksi pada PT. Gaudi Dwi Laras masih menggunakan mesin atau alat teknologi tradisional. Tantangan saat ini adalah seberapa jauh penggunaan peralatan atau mesin sebagai tenaga manusia akan
meningkatkan produktivitas dan
mutu. Rendahnya teknologi yang dimiliki oleh industri pada umumnya disebabkan kurang adanya dana untuk memiliki serta lemahnya informasi dan pemahaman akan teknologi yang berkembang dan tersedia di pasar.
4.2.2 Faktor Ekstern
Faktor ekstern penyebab
penurunan omzet penjualan pada PT. Gaudi Dwi Laras analisa ini terdiri dari beberapa indikator antaranya: selera konsumen, barang pengganti (subsitusi), persaingan, dan pemasok.
1. Selera Konsumen
Hasil penelitian Menurut Nitisemito (2008:9-29) mengemukakan faktor ekstern adalah faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari luar. Diperoleh selera konsumen sebesar 27,29% hal ini dikarenakan produk gaudi yang dimiliki belum dikenal banyak kalangan masyarakat. Respon konsumen mengenai produk yang kita jual masih biasa saja.
Banyak desainer yang kurang
memperhatikan bahwa keinginan konsumen yang selalu berubah-ubah, meskipun pelayanan yang diberikan kepada costumer sudah prima, Gaudi memberikan diskon pada setiap
customer yang membeli produk
Gaudi, meskipun Gaudi selalu
mempromosikan produk yang yang anda miliki melalui media.
Customer biasanya, menghendaki harga produk yang dijual murah, dan model atau warna yang bagus karena
ingin menunjukan model styles
kepada masyarakat lainnya, dalam hal ini gaudi harus menemukan
tentang keinginan apa yang
dikehendaki bagi customer.
Customer yang dituju merupakan
individu-individu yang harus
dilayani oleh perusahaan dengan memuaskan mereka, sehingga pasar potensialnya akan menjadi lebih besar selain itu, menjaga selera konsumen juga penting dengan menciptakan inovasi dan kreasi baru, dikarenakan selera customer yang dapat berubah setiap saat.
2. Barang Pengganti (Subsitusi)
Barang pengganti adalah barang
yang dapat berperan sebagai
pengganti barang lain. Hasil analisa
diperoleh barang pengganti
(subsitusi). Sebesar 27,75%. Hal ini dikarenakan banyak desainer yang kurang begitu memperhatikan ada produk lain yang diminati oleh
customer selain dari produk gaudi. Jenis produk Gaudi kalah dengan jenis produk lainnya yang terlihat lebih trendy. Jenis produk kita tops-shirtt kemeja bahan nya kebanyakkan katun, tops-blouse shirt
bahan nya kebanyakkan polyester,
dress yang bahannya beragam,
bottom jenis bahan nya kebanyakkan jens.
Seiring kemajuan teknolgi,
ditemukan barang pengganti produk
fashion yang kita jual selain dari produk lain diantaranya barang impor seperti pakaian yang mereka jual berasal dari luar negeri, sehingga banyak produk yang kita jual kurang banyak peminatnya. Customer lebih cenderung membeli barang impor yang terlihat lebih bagus dan mudah didapat.
3 Persaingan
Persaingan adalah keadaan dimana perusahaan pada pasar produk atau jasa tertentu akan memperlihatkan
keunggulannya masing-masing,
dengan atau tanpa terikat peraturan
tertentu dalam rangka meraih
pelanggannya (Kotler & Amstrong, 2002:234). Hasil penelitian diperoleh persaingan sebesar 23,10% Hal ini
dikarenakan terdapat persaingan
harga jual produk gaudi yang dimiliki dengan pesaing produk
lainnya. Gaudi harus berusaha
menawarkan harga yang kompetitif,
dengan harga produk pesaing
lainnya.
Reaksi konsumen lebih tertarik dengan produk lain walaupun dengan harga mahal. Model produk lain, lebih dari produk gaudi lebih bagus
karena dengan model yang
bermacam-macam. Produk yang di jual Gaudi masih kurang mengikuti perkembangan zaman. analisa ini adalah persaingan dengan produk
lainnya yang terus melakukan
inovasi baru dan kreasinyapun lebih bagus.
4. Pemasok
Hasil analisa diperoleh pemasok sebesar 21,86%. Hal ini dikarenakan
lama waktu pemasok untuk
mengirimkan barang dari perusahaan 1 sampai 2 minggu atau kurang lebih
15 hari. Sistem pembayaran
pengiriman produk Gaudi non tunai, pemasok mengirimkan barang setiap masuk nya 8-10 koli.
Waktu yang cukup lama pemasok barang pada gaudi adalah suatu tingkat dimana Gaudi harus lebih memperhatikan untuk pengiriman barang, agar barang yang diterima cepat terrjual, dan costumer yang datang ke toko tidak menjadi bosan untuk membeli
V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Hasil analisa serta pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Faktor-faktor penyebab penurunan omzet penjualan pada PT. Gaudi Dwi Laras, Adalah faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern ini
terdiri dari beberapa indikator
kualitas barang, persediaan bahan baku, teknologi. Faktor ekstern yang terdiri dari beberapa indikator selera
konsumen, barang pengganti
(subsitusi), persaigan, dan pemasok. 2. Faktor yang paling mempengaruhi
penyebab penurunan omzet
penjualan pada PT. Gaudi Dwi Laras adalah faktor ektern yang terdiri beberapa indikator selera konsumen
(27,29%), barang pengganti
(27,75%), persainga (23,29%),
pemasok (21,86%), Jika
dibandingkan dengan faktor intern dengan indikator kualitas barang (34,73%), persediaan bahan baku (52,22%), teknolgi (13,05%). Secara
Keseluran faktor penyebab
penurunan omzet penjualan pada PT. Gaudi Dwi Laras terkait pada faktor eksternal.
5.2 Saran
Saran yang dapat di sampaikan antara lain:
a. Faktor ekstern penyebab pengaruh yang tinggi, sehingga PT. Gaudi Dwi Laras harus lebih bisa mencari ide-ide agar produk yang ditawarkan bisa
menarik konsumen untuk membeli, dan meningkatkan pemasaran untuk
mengatasi persaingan-persaingan
dari produk lainnya.
b. Untuk selanjutnya kesempatan bagi
penulis lain untuk lebih
mengembangkan analisa lanjutan karena dalam analisa ini hanya ada 2 faktor yang dijelaskan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern sehingga masih adanya keterbatasan dalam analisa ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro, Gunawan dan Asri,
Marwan. 2003. Anggaran
Perusahaan. Yogyakarta: BPFE
Alek S. Nitisemito. 2008. Manajemen Personalia. Edisi Kedua. Ghalia Indonesia
Amstrong, Gerry dan Kottler, Philip. 2001. Prinsip- Prinsip Pemasaran jilid I. Edisi kedua belas. Erlangga. Jakarta.
Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen
Produksi dan Operasi. Jakarta: Erlina
As’ad, M. 2000. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty
Chaniago. 2002. Strategi Memajukan
Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta: Pustaka
Forsyth. 2003. Konsep Pemasaran dan Penjualan. Jakarta: Salemba Empat
Kotler, Philip. 2002. Manajemen
Pemasaran vol. 2. Jakarta: Prenhalindo.
Marom, Chairul. 2002. Sistem Akutansi Perusahaan Dagang. Jakarta: Erlangga.
Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya.
Jakarta: Salemba Empat
Prawirosentono, Suyadi. 2001.
Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat.
Rachmawati, Rina. 2009.
Kewirausahaan. Semarang.
Simamora, Henry. 2002. Akuntansi
Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta: Salemba Empat
Sutamto. 2003. Teknik Menjual Barang, Jakarta: Balai Aksara
Sugiyono. 2013. Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
Swastha, Basu dan Irawan. 2005.
Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty
Tjiptono, Fandy. 2003. Strategi
Pemasaran, Yogyakarta: Penerbit Andi
Wibowo, Singgih. 2007. Pedoman
Mengelola Perusahaan Kecil. Jakarta: Salemba Empat