• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh: Delafany Ramadhanty

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh: Delafany Ramadhanty"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH VOLUME KENDARAAN

BERMOTOR DAN FAKTOR METEOROLOGI

TERHADAP KONSENTRASI NO

2

DAN O

3

PADA

UDARA AMBIEN DI KAWASAN UNIVERSITAS

PERTAMINA JAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh

:

Delafany Ramadhanty

104216042

FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

UNIVERSITAS PERTAMINA

2020

(2)
(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tugas Akhir

: Analisis Pengaruh Volume Kendaraan

Bermotor dan Faktor Meteorologi terhadap

Konsentrasi NO

2

dan O

3

pada Udara

Ambien di Kawasan Universitas Pertamina

Jakarta

Nama Mahasiswa

: Delafany Ramadhanty

Nomor Induk Mahasiswa

: 104216042

Program Studi

: Teknik Lingkungan

Fakultas

: Perencanaan Infrastruktur

Tanggal Lulus Sidang Tugas Akhir : 3 September 2020

Bandung, 21 September 2020

MENGESAHKAN

Pembimbing I : Nama : Dr. Eng. Ari Rahman, S.T.,M.Eng.

NIP : 116043

Pembimbing II : Nama : Fatimah Dinan Qonitan, M.T.

NIP : 119016

MENGETAHUI,

Ketua Program Studi

Dr. Eng. Ari Rahman, S. T., M. Eng.

116043

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir berjudul Analisis Pengaruh

Volume Kendaraan Bermotor dan Faktor Meteorologi terhadap Konsentrasi NO

2

dan O

3

pada Udara Ambien di Kawasan Universitas Pertamina Jakarta ini adalah

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak mengandung materi

yang ditulis oleh orang lain kecuali telah dikutip sebagai referensi yang

sumbernya telah dituliskan secara jelas sesuai dengan kaidah penulisan karya

ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam karya ini, saya

bersedia menerima sanksi dari Universitas Pertamina sesuai dengan peraturan

yang berlaku.

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan

kepada Universitas Pertamina hak bebas royalti noneksklusif (

non-exclusive

royalty-free right

) atas Tugas Akhir ini beserta perangkat yang ada. Dengan hak

bebas royalti noneksklusif ini Universitas Pertamina berhak menyimpan,

mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkatan data (

database

),

merawat, dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Bandung, 25 Agustus 2020

Yang membuat pernyataan,

(5)

ABSTRAK

Delafany Ramadhanty. 104216042.

Analisis Pengaruh Volume Kendaraan

Bermotor dan Faktor Meteorologi terhadap Konsentrasi NO

2

dan O

3

pada Udara

Ambien di Kawasan Universitas Pertamina Jakarta.

Salah satu penyebab pencemaran udara di Indonesia, khususnya di kota besar

adalah asap kendaraan bermotor. Konsentrasi NO

2

tertinggi di Jakarta berada di

Jakarta Selatan yang merupakan pusat perkantoran dengan jumlah kendaraan yang

tinggi. Konsentrasi O

3

di Jakarta Selatan juga beberapa kali tergolong kedalam

kategori tidak sehat. Universitas Pertamina merupakan universitas yang terletak di

dekat jalan protokol Kebayoran Lama Jakarta Selatan dan biasanya dilewati

banyak kendaraan bermotor. Untuk menanggulangi pencemaran udara yang dapat

membahayakan kesehatan makhluk hidup di Kawasan Universitas Pertamina,

perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh volume kendaraan bermotor

terhadap konsentrasi NO

2

serta O

3

. Data yang diukur yaitu konsentrasi NO

2

dan

O

3

, volume kendaraan, suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NO

2

dan O

3

di Kawasan Universitas

Pertamina masih di bawah baku mutu. Konsentrasi NO

2

tertinggi sebesar 36

µg/Nm³, sedangkan konsentrasi O

3

sebesar 45 µg/Nm³. Kedua parameter tersebut

tergolong ke dalam kategori baik berdasarkan ISPU, karena berada dalam rentang

0-50. Hubungan antara aktivitas kendaraan bermotor terhadap tingkat konsentrasi

NO

2

di Kawasan Universitas Pertamina memiliki pengaruh yang signifikan hanya

di lokasi pengamatan 2 (parkiran depan Gedung PWP). Sedangkan untuk

konsentrasi O

3

, tidak ada pengaruh signifikan dari aktivitas kendaraan bermotor

pada lokasi pengamatan 1 (sebelah Laboratorium Kontainer) maupun lokasi

pengamatan 2. Berdasarkan faktor meteorologi, konsentrasi NO

2

serta O

3

hanya

memiliki pengaruh yang signifikan dari suhu dan kelembaban, tidak dari

kecepatan angin.

Kata kunci: konsentrasi NO

2

, konsentrasi O

3

, volume kendaraan, suhu,

(6)

ABSTRACT

Delafany Ramadhanty. 104216042.

Analysis of the Effect of Motor Vehicles

and Meteorological Factors on the Concentrations of NO

2

and O

3

in Ambient Air

at Area of Universitas Pertamina Jakarta.

One of the causes of air pollution in Indonesia, especially in big cities, is motor

vehicle fumes. The highest NO

2

concentration in Jakarta City is in South Jakarta

Regency, which is an office center with a high number of vehicles. The O

3

concentration in South Jakarta Regency was also categorized as unhealthy several

times. Universitas Pertamina is an university located near the Kebayoran Lama

protocol road, South Jakarta Regency and is usually passed by many motorized

vehicles. To tackle air pollution that can endanger the health of living things in

Universitas Pertamina area, it is necessary to conduct research on the effect of

motorized vehicle volume on the concentrations of NO

2

and O

3

. The data

measured were concentrations of NO

2

and O

3

, vehicle volume, temperature,

humidity, wind speed and direction. The results showed that the concentrations of

NO

2

and O

3

in Universitas Pertamina area were still below the quality standard.

The highest NO

2

concentration was 36 µg / Nm³, while the O

3

concentration was

45 µg / Nm³. The two parameters belong to the good category based on the ISPU,

because they are in the range 0-50. The relationship between motorized vehicle

activity and the level of NO

2

concentration in Universitas Pertamina area has a

significant effect only at observation location 2 (the front parking area of the PWP

Building). As for the concentration of O

3

, there is no significant effect of

motorized vehicle activity at observation location 1 (next to the Container

Laboratory) or observation location 2. Based on meteorological factors, the

concentrations of NO

2

and O

3

only have a significant effect on temperature and

humidity, not on wind speed.

Keywords: NO

2

concentration, O

3

concentration, vehicle volume, temperature,

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir dengan

judul Analisis Pengaruh Volume Kendaraan Bermotor dan Faktor Meteorologi

terhadap Konsentrasi NO

2

dan O

3

pada Udara Ambien di Kawasan Universitas

Pertamina Jakarta ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu menyelesaikan penyusunan laporan ini, yaitu:

1.

Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada

penulis selama menyelesaikan tugas akhir.

2.

Bapak Dr. Eng. Ari Rahman, S. T., M. Eng dan Ibu Fatimah Dinan Qonitan,

M.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan secara

langsung maupun tidak langsung serta arahan dan masukan dalam setiap

pengerjaan.

3.

Yasmin Hanum, Rizki Ramadhan, dan Fikri Abdurrahman Haidar selaku

teman satu bimbingan dan satu tema yang selalu bersedia untuk bertukar

pikiran dalam mengerjakan laporan tugas akhir ini dalam kondisi apapun.

4.

Sasa, Tasha, Zeni, Meta, Gayatri, Hamidah, dan Hanifah yang selalu

memberikan dukungan dan bantuan selama pengerjaan tugas akhir.

5.

Serta pihak-pihak terkait lainnya yang tidak dapat disebutkan secara

individual yang telah banyak membantu.

Penulis berharap dengan menulis laporan tugas akhir ini dapat memberikan

manfaat dan informasi kepada pembaca. Karena keterbatasan penulis, apabila

terdapat kritik dan saran yang membangun dapat disampaikan untuk

kesempurnaan laporan ini.

Bandung, 25 Agustus 2020

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ...ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1

Latar Belakang ... 1

1.2

Rumusan Masalah ... 2

1.3

Hipotesis ... 3

1.4

Batasan Masalah ... 3

1.5

Tujuan Penelitian ... 3

1.6

Manfaat Penelitian ... 3

1.7

Lokasi Penelitian ... 4

1.8

Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1

Pencemaran Udara ... 5

2.1.1 Parameter Pencemar Udara ... 5

2.1.2 Sumber Pencemaran Udara ... 6

2.1.3 Faktor Meteorologi yang Mempengaruhi Pencemaran Udara ... 6

2.2

Nitrogen Dioksida (NO

2

) ... 7

2.2.1 Efek Kesehatan ... 8

2.2.2 Efek Lingkungan ... 8

2.3

Ozon (O

3

) ... 8

2.3.1 Efek Kesehatan ... 9

2.3.2 Efek Lingkungan ... 10

2.4

Baku Mutu Udara Ambien Parameter Nitrogen Dioksida (NO

2

) dan

Oksidan (O

3

) ... 10

(9)

2.5

Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)... 10

2.6

Transportasi ... 12

2.7

Analisis Statistik ... 13

2.7.1 Uji Normalitas ... 13

2.7.2 Uji Heteroskedastisitas ... 14

2.7.3 Uji Korelasi ... 14

2.7.4 Uji Regresi Linier Sederhana ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

3.1

Bentuk Penelitian ... 16

3.2

Metode Pengumpulan Data ... 16

3.2.1 Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji ... 17

3.2.2 Penentuan Waktu dan Durasi Pengambilan Contoh Uji ... 19

3.2.3 Pengukuran Konsentrasi NO

2

... 21

3.2.4 Pengukuran Konsentrasi O

3

... 21

3.2.5 Pengumpulan Data Volume Kendaraan Bermotor ... 21

3.2.6 Pengumpulan Data Faktor-Faktor Meteorologi ... 21

3.3

Alat dan Bahan ... 21

3.3.1 Peralatan Pengukuran Udara Ambien Parameter NO

2

dan O

3

... 21

3.3.2 Bahan Pengukuran Udara Ambien Parameter NO

2

dan O

3

... 23

3.4

Metode Analisis Data ... 24

3.4.1 Perhitungan Konsentrasi NO

2

... 24

3.4.2 Perhitungan Konsentrasi O

3

... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1

Gambaran Umum Universitas Pertamina ... 28

4.2

Hasil Pengukuran Konsentrasi

Ground-Level

NO

2

... 29

4.3

Hasil Pengukuran Konsentrasi

Ground-Level

O

3

... 31

4.4

Hasil Kualitas Udara Ambien Parameter NO

2

berdasarkan ISPU ... 34

4.5

Hasil Kualitas Udara Ambien Parameter O

3

berdasarkan ISPU ... 34

4.6

Hasil Pengamatan Volume Kendaraan Bermotor ... 35

4.6.1 Analisis Hubungan antara Volume Kendaraan Bermotor dengan

Konsentrasi

Ground-Level

NO

2

... 37

(10)

4.6.2 Analisis Hubungan antara Volume Kendaraan Bermotor dengan

Konsentrasi

Ground-Level

O

3

... 40

4.7

Analisis Hubungan antara Faktor-Faktor Meteorologi dengan Konsentrasi

Ground-Level

NO

2

... 43

4.8

Analisis Hubungan antara Faktor-Faktor Meteorologi dengan Konsentrasi

Ground-Level

O

3

... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 56

5.1

Kesimpulan ... 56

5.2

Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

FORM BIMBINGAN TUGAS AKHIR ... 61

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Ambien Parameter Nitrogen Dioksida (NO

2

) ... 10

Tabel 2.2 Baku Mutu Udara Ambien Parameter Oksidan (O

3

) ... 10

Tabel 2.3 Indeks Standar Pencemar Udara ... 11

Tabel 2.4 Batas Indeks Standar Pencemar Udara dalam Satuan SI ... 11

Tabel 3.1 Waktu Pengambilan Sampel ... 19

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 20

Tabel 3.3 Peralatan Pengukuran Udara Ambien Parameter NO

2

... 21

Tabel 3.4 Peralatan Pengukuran Udara Ambien Parameter O

3

... 22

Tabel 3.5 Bahan Pengukuran Udara Ambien Parameter NO

2

... 23

Tabel 3.6 Bahan Pengukuran Udara Ambien Parameter O

3

... 23

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Konsentrasi

Ground-Level

NO

2

... 29

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Konsentrasi

Ground-Level

O

3

... 32

Tabel 4.3 Rekapitulasi ISPU untuk Parameter NO

2

... 34

Tabel 4.4 Rekapitulasi ISPU untuk Parameter O

3

... 34

Tabel 4.5 Volume Kendaraan Bermotor di Kawasan Universitas Pertamina ... 35

Tabel 4.6 Hasil Analisis Pengaruh Konsentrasi NO

2

dengan Volume Kendaraan ... 39

Tabel 4.7 Hasil Analisis Pengaruh Volume Kendaraan dengan Konsentrasi NO

2

Berdasarkan Lokasi Pengukuran ... 40

Tabel 4.8 Hasil Analisis Pengaruh Konsentrasi O

3

dengan Volume Kendaraan ... 42

Tabel 4.9 Hasil Analisis Pengaruh Volume Kendaraan dengan Konsentrasi O

3

Berdasarkan Lokasi Pengukuran ... 43

Tabel 4.10 Rekapitulasi Faktor-Faktor Meteorologi ... 44

Tabel 4.11 Hasil Analisis Pengaruh Konsentrasi NO

2

dan Suhu ... 46

Tabel 4.12 Hasil Analisis Pengaruh Suhu dengan Konsentrasi NO

2

Berdasarkan

Lokasi Pengukuran ... 46

Tabel 4.13 Hasil Analisis Pengaruh Konsentrasi NO

2

dengan Kelembaban ... 47

Tabel 4.14 Hasil Analisis Pengaruh Kelembaban dengan Konsentrasi NO

2

Berdasarkan Lokasi Pengukuran ... 47

(12)

Tabel 4.16 Hasil Analisis Pengaruh Kecepatan Angin dengan Konsentrasi NO

2

Berdasarkan Lokasi Pengukuran ... 49

Tabel 4.17 Hasil Analisis Pengaruh Konsentrasi O

3

dengan Suhu ... 51

Tabel 4.18 Hasil Analisis Pengaruh Suhu dengan Konsentrasi O

3

Berdasarkan

Lokasi Pengukuran ... 51

Tabel 4.19 Hasil Analisis Pengaruh Konsentrasi O

3

dan Kelembaban ... 52

Tabel 4.20 Hasil Analisis Pengaruh Kelembaban dengan Konsentrasi O

3

Berdasarkan Lokasi Pengukuran ... 52

Tabel 4.21 Hasil Analisis Pengaruh Konsentrasi O

3

dengan Kecepatan Angin... 53

Tabel 4.22 Hasil Analisis Pengaruh Kecepatan Angin dengan Konsentrasi O

3

Berdasarkan Lokasi Pengukuran ... 54

Tabel 4. 23 Rekapitulasi Hubungan antara Variabel Dependen dan Independen ... 54

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Batas ISPU untuk Konsentrasi NO

2

... 12

Gambar 2.2 Batas ISPU untuk Konsentrasi O

3

... 12

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 16

Gambar 3.2 Denah Lokasi Titik Sampling di Kawasan Universitas Pertamina

(Google Earth, 2020) ... 18

Gambar 3.3 Lokasi Titik Sampling di Parkiran Depan Gedung PWP ... 18

Gambar 3.4 Lokasi Titik Sampling di Sebelah Laboratorium Kontainer

Universitas Pertamina ... 19

Gambar 4. 1 Lokasi Gedung di Kawasan Universitas Pertamina (Google Earth,

2020)... 29

Gambar 4.2 Rekapitulasi Awal Konsentrasi NO

2

... 30

Gambar 4.3 Rekapitulasi Fluktuasi Konsentrasi NO

2

Berdasarkan Lokasi ... 30

Gambar 4.4 Rekapitulasi Awal Konsentrasi O

3

... 32

Gambar 4.5 Rekapitulasi Fluktuasi Konsentrasi O

3

Berdasarkan Lokasi ... 33

Gambar 4.6 Rekapitulasi Awal Volume Kendaraan Bermotor ... 36

Gambar 4.7 Rekapitulasi Volume Kendaraan Bermotor Berdasarkan Jenis

Kendaraan ... 36

Gambar 4.8 Rekapitulasi Fluktuasi Volume Kendaraan Bermotor Berdasarkan

Hari ... 37

Gambar 4.9 Fluktuasi Volume Kendaraan Bermotor dan Konsentrasi NO

2

... 38

Gambar 4.10 Uji Heteroskedastisitas antara Volume Kendaraan dengan

Konsentrasi NO

2

... 39

Gambar 4.11 Fluktuasi Volume Kendaraan Bermotor dan Konsentrasi O

3

... 41

Gambar 4.12 Uji Heteroskedastisitas antara Volume Kendaraan dengan

Konsentrasi O

3

... 42

Gambar 4.13 Uji Heteroskedastisitas antara Suhu, Kelembaban, Kecepatan Angin

dengan Konsentrasi NO

2

... 45

Gambar 4.14 Uji Heteroskedastisitas antara Suhu, Kelembaban, Kecepatan Angin

dengan Konsentrasi O

3

... 50

(14)
(15)

BAB I

PENDAHULUAN

Laporan tugas akhir ini berjudul Analisis Pengaruh Volume Kendaraan Bermotor dan Faktor Meteorologi terhadap Konsentrasi NO2 dan O3 pada Udara Ambien di Kawasan Universitas

Pertamina Jakarta. Judul tersebut dipilih atas berbagai pertimbangan yang akan dijelaskan pada bab ini. Berikut merupakan penjelasan lebih dalam mengenai masalah yang dirumuskan, batasan masalah, tujuan, manfaat, lokasi, dan waktu penelitian serta hipotesis dari penelitian ini.

1.1

Latar Belakang

Pencemaran udara merupakan salah satu permasalahan yang sedang dihadapi Indonesia. Aktivitas manusia yang semakin beragam di era industri 4.0 seperti kegiatan komersial, industri, transportasi, pemukiman, dan sektor lainnya berpotensi menurunkan kualitas udara. Dalam dekade terakhir, penurunan kualitas udara telah terlihat di beberapa kota besar di Indonesia yang dibuktikan dari data hasil pemantauan khususnya partikel (PM10 dan PM2,5) serta ozon/oksidan (O3) mengalami

peningkatan seiring dengan meningkatnya penggunaan transportasi dan konsumsi energi (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2018). Pembentukan O3 di udara tidak langsung

dihasilkan dari polutan primer seperti transportasi, melainkan dari reaksi kimia gas-gas prekursor seperti nitrogen oksida (NOx), Volatile Organic Compounds (VOCs), dan lain sebagainya dengan

faktor meteorologi seperti panas matahari, kelembaban, serta arah dan kecepatan angin (Marhaeni, 2018). Konsentrasi nitrogen dioksida (NO2) juga semakin tinggi apabila aktivitas pembakaran

menggunakan bahan bakar fosil seperti hasil pembakaran dari kendaraan bermotor, sampah, dan produksi energi meningkat (Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, 2017). Selain dari hasil pembakaran, pembentukan NO2 di udara dipengaruhi oleh faktor meteorologi seperti temperatur,

kelembaban udara, kecepatan angin, dan curah hujan (Serlina, 2020). Pencemaran udara di Indonesia, khususnya di kota metropolitan disebabkan oleh asap kendaraan bermotor sebesar 60-70%, industri sebesar 10-15%, penyebab lainnya berasal dari kebakaran hutan, kegiatan rumah tangga, pembakaran sampah, dan lain sebagainya (Kusnoputranto, 1996 dalam Dwirahmawati, 2018). DKI Jakarta mengalami mobilitas barang dan penduduk yang tinggi tetapi belum diimbangi dengan transportasi umum yang layak, sehingga menyebabkan pesatnya penggunaan kendaraan bermotor pribadi dari tahun ke tahun baik kendaraan beroda empat maupun beroda dua (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2018).

Universitas Pertamina (UP) merupakan universitas yang baru didirikan pada tahun 2016. Kawasan UP terletak di tengah kota, dekat dengan jalan protokol Kebayoran Lama Jakarta Selatan yang biasanya dilewati banyak kendaraan bermotor hingga terjadi kemacetan. Sampai saat ini, jumlah sivitas akademika di UP sekitar 5000 orang. Hal tersebut berbanding lurus dengan volume kendaraan bermotor yang melintas di Kawasan UP. Volume kendaraan bermotor yang terus bertambah akan memberikan efek yang cukup signifikan terhadap kualitas udara ambien. Bahan bakar minyak (BBM) untuk menggerakkan mesin kendaraan bermotor akan mengalami proses pembakaran tidak sempurna. Proses tersebut menghasilkan buangan yang mengandung bahan pencemar dan dikeluarkan melalui knalpot kendaraan. Berbagai pencemar yang tersebar di udara ambien berkaitan dengan volume kendaraan bermotor yang melintas, berhubungan juga dengan faktor teknis kendaraan seperti jenis bahan bakar yang digunakan, tenaga, umur, dan kondisi masing-masing kendaraan bermotor, serta faktor perilaku pengemudi dalam mengendalikan kecepatan kendaraannya (Jaya, 2017).

(16)

Untuk menanggulangi pencemaran udara dan memulihkan mutu udara, salah satu upayanya yaitu dengan pemantauan kualitas udara ambien sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara maupun Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah. Jenis pencemar yang umumnya dihasilkan dari kendaraan bermotor seperti motor, mobil, truk, dan bus yaitu nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2),

hidrokarbon (HC), serta partikulat (Boubel, Fox, Turner, & Stern, 1994). NO2 merupakan polutan

yang diemisikan dari knalpot kendaraan, memiliki dampak bagi tumbuhan maupun kesehatan manusia, dan seringkali konsentrasinya melebihi standar kualitas udara di daerah perkotaan (Driejana & Amri, 2009). Menurut Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016, konsentrasi NO2 tertinggi di antara Jakarta Pusat,

Selatan, Timur, Barat, dan Utara berada di Kawasan Jakarta Selatan yang merupakan pusat bisnis dan perkantoran dengan jumlah kendaraan yang tinggi. Apabila manusia menghirup NO2 sebanyak

5 ppm dalam jangka waktu 10 menit, maka berakibat sedikit sulit bernapas dan jika paru-paru terus terpapar NO2 akan menyebabkan pembengkakan hingga sulit bernapas bahkan mengakibatkan

kematian (Prabowo & Muslim, 2018). Konsentrasi O3 menurut data Indeks Standar Pencemaran

Udara pada awal tahun 2020 yang berlokasi di Stasiun DKI 3 Jagakarsa, Jakarta Selatan juga patut diwaspadai, karena beberapa kali setiap bulannya tergolong kedalam kategori tidak sehat yaitu mencapai lebih dari 100 (Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, 2020). Jika konsentrasinya 0,3 ppm akan menyebabkan iritasi mata apabila terpapar selama 8 jam, konsentrasi 0,3 hingga 1 ppm akan menyebabkan batuk, reaksi seperti tercekik, hingga kelesuan apabila terpapar selama 3 menit hingga 2 jam, sedangkan jika konsentrasinya 1,5 hingga 2 ppm akan menyebabkan sakit kepala, sakit dada, batuk, kehilangan koordinasi, serta sulit bergerak dan berekspresi apabila terpapar selama 2 jam (Prabowo & Muslim, 2018). Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh volume kendaraan bermotor serta faktor-faktor meteorologi terhadap konsentrasi NO2 dan O3 di Kawasan Universitas Pertamina sesuai dengan

panduan Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7119.2-2005 mengenai cara uji kadar nitrogen dioksida (NO2) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer dan SNI

19-7119.8-2005 mengenai cara uji kadar oksidan dengan metoda Neutral Buffer Kalium Iodida (NKBI) menggunakan spektofotometer. Sedangkan untuk menghitung volume kendaraan menggunakan alat counter dan untuk mengukur faktor-faktor meteorologi menggunakan digital higrometer termometer (untuk kelembaban dan suhu) serta anemometer (untuk kecepatan angin).

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Berapa konsentrasi ground-level NO2 dan O3 di udara ambien Kawasan Universitas

Pertamina?

2. Bagaimana perbandingan konsentrasi udara ambien parameter NO2 dan O3 dengan standar

baku mutu yang terdapat di Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999?

3. Bagaimana kondisi kualitas udara ambien parameter NO2 dan O3 di Kawasan Universitas

Pertamina jika dikonversi menjadi Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 1997?

4. Bagaimana hubungan antara volume kendaraan bermotor terhadap tingkat konsentrasi NO2

(17)

5. Bagaimana hubungan antara faktor meteorologi terhadap tingkat konsentrasi NO2 dan O3 di

udara ambien Kawasan Universitas Pertamina?

1.3

Hipotesis

Seiring dengan meningkatnya volume kendaraan bermotor di Kawasan Universitas Pertamina, konsentrasi udara ambien parameter NO2 dan O3 di kawasan tersebut juga akan mengalami

peningkatan.

1.4

Batasan Masalah

Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran konsentrasi NO2 dan O3 dilakukan di dua lokasi yaitu di sebelah Laboratorium

Kontainer Universitas Pertamina dan di parkiran depan Gedung Pertamina Wanita Patra (PWP).

2. Pengukuran volume kendaraan bermotor dilakukan di area pintu masuk Kawasan Universitas Pertamina dan pembagian jenis kendaraan dilakukan mengikuti Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).

3. Faktor meteorologi yang diukur adalah suhu, kelembaban, serta arah dan kecepatan angin. 4. Penelitian dilakukan saat masa pandemi Covid-19.

5. Penelitian ini tidak memperhatikan faktor-faktor di luar area penelitian di Kawasan Universitas Pertamina.

1.5

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengidentifikasi konsentrasi ground-level NO2 dan O3 di udara ambien Kawasan

Universitas Pertamina.

2. Membandingkan konsentrasi udara ambien parameter NO2 dan O3 terhadap standar baku

mutu yang terdapat di Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999.

3. Mengidentifikasi kualitas udara ambien parameter NO2 dan O3 di Kawasan Universitas

Pertamina jika dikonversi menjadi Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 1997.

4. Menganalisis pengaruh volume kendaraan bermotor terhadap tingkat konsentrasi NO2 dan

O3 di udara ambien Kawasan Universitas Pertamina.

5. Menganalisis pengaruh faktor meteorologi terhadap tingkat konsentrasi NO2 dan O3 di

udara ambien Kawasan Universitas Pertamina.

1.6

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi mengenai pengaruh volume kendaraan bermotor terhadap konsentrasi beberapa zat pencemar udara ambien yaitu NO2 dan O3 di Kawasan

Universitas Pertamina. Hal tersebut juga dapat menjadi dasar kebijakan pengelola terkait pengelolaan kendaraan bermotor di Kawasan Universitas Pertamina demi terciptanya kualitas udara yang lebih sehat.

(18)

1.7

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Universitas Pertamina, Simprug, Jakarta Selatan. Diambil dua titik yang dipilih untuk pengambilan data konsentrasi NO2, O3, dan faktor meteorologi di Kawasan

Universitas Pertamina, yaitu di sebelah Laboratorium Kontainer Universitas Pertamina dan di parkiran depan Gedung PWP. Sedangkan untuk pengambilan data volume kendaraan bermotor dilakukan di pintu gerbang masuk Kawasan Universitas Pertamina.

1.8

Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari 2020 hingga Agustus 2020 mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, analisis data, serta penyusunan laporan penelitian. Untuk pengambilan data konsentrasi NO2, O3, dan faktor meteorologi dilakukan pada tanggal 8, 11, 13, 15, 18, dan 27 Juli

2020, 3 hari untuk satu lokasi yaitu hari Senin, Rabu, Sabtu. Untuk pengambilan data volume kendaraan bermotor dilakukan di pintu gerbang masuk Kawasan Universitas Pertamina dengan hari dan jam yang sama saat pengambilan data konsentrasi NO2, O3, serta faktor meteorologi.

(19)
(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Setelah menjelaskan maksud, tujuan, dan gambaran penelitian pada bab sebelumnya, langkah berikutnya ialah mencari dan mengumpulkan literatur mengenai penelitian yang akan dilakukan. Pada bagian tinjauan pustaka ini dimulai dengan bahasan tentang pencemaran udara, faktor meteorologi yang mempengaruhi pencemaran udara, polutan NO2 dan O3, baku mutu udara

ambien, indeks standar pencemar udara, transportasi, hingga analisis statistik.

2.1

Pencemaran Udara

Atmosfer adalah media lingkungan tempat kita hidup dan bernapas, dan oleh karena itu manusia sangat sensitif terhadap input polusi ke udara (Dunnivant & Anders, 2006). Atmosfer global kira-kira terdiri dari nitrogen sebanyak 78%, oksigen sebanyak 21%, argon sebanyak 1%, dan gas-gas lainnya yang dapat berubah meskipun tidak signifikan sesuai tempat atau waktu di sebagian besar atmosfer (Nevers, 1995). Kandungan uap air atmosfer, baik sebagai uap air atau sebagai tetesan cair atau kristal es, berubah secara signifikan sesuai dengan tempat dan waktu serta akan berpengaruh atas banyak hal menarik, indah, atau bahkan merusak bumi.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, pencemaran udara ialah dimasukkannya atau masuknya energi, zat, dan/atau komponen yang lain ke udara ambien yang berasal dari aktivitas manusia, sehingga terjadi penurunan mutu udara ambien hingga ke tingkat tertentu dan menyebabkan udara ambien menjadi tidak berfungsi dengan semestinya. Sedangkan menurut Nevers (1995) pencemaran udara yaitu adanya bahan dalam jumlah yang masif yang tidak diinginkan oleh udara, sehingga dapat menghasilkan efek berbahaya. Bahan-bahan tersebut dapat mengganggu kesehatan manusia, lingkungan, properti manusia, bahkan menyebabkan estetika yang buruk dalam bentuk udara yang tidak bersih atau bau tidak sedap.

2.1.1

Parameter Pencemar Udara

Kontaminan gas terbagi menjadi 2 kategori utama, yaitu polutan primer dan sekunder (Richards, 2000). Polutan primer merupakan senyawa yang bersumber langsung dari tumpukan dan/atau peralatan suatu proses. Contoh khas polutan primer meliputi emisi sulfur dioksida dari sumber pembakaran dan emisi senyawa organik dari fasilitas pelapisan permukaan. Polutan sekunder adalah senyawa fase gas dan uap yang terbentuk akibat reaksi antara polutan primer di atmosfer atau antara polutan primer dan senyawa alami di atmosfer. Kategori polutan sekunder yang paling dikenal adalah ozon dan oksidator fotokimia lainnya yang terbentuk karena reaksi awal dari nitrogen oksida, senyawa organik, dan karbon monoksida.

Berikut merupakan kontaminan gas primer menurut Richards (2000): 1. Sulfur dioksida dan uap asam sulfat

2. Nitrogen oksida

3. Karbon monoksida dan senyawa organik teroksidasi sebagian

4. Senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa organik lainnya 5. Hidrogen klorida dan hidrogen florida

6. Hidrogen sulfida dan senyawa sulfur total tereduksi lainnya (merkaptan, sulfida) 7. Amonia

(21)

Sedangkan untuk kontaminan gas sekunder adalah: 1. Nitrogen dioksida

2. Ozon dan oksidan fotokimia lainnya 3. Asam belerang

Tidak ada garis pemisah yang tajam antara kontaminan gas primer dan sekunder. Misalnya, nitrogen dioksida dan asam sulfat berada di kedua kelompok. Pada dasarnya semua kontaminan gas primer dapat berpartisipasi dalam reaksi atmosfer untuk membentuk produk reaksi sekunder.

2.1.2

Sumber Pencemaran Udara

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, sumber pencemar adalah setiap kegiatan dan/atau usaha yang menghasilkan polutan ke udara sehingga menyebabkan udara tidak dapat memenuhi fungsinya. Sumber pencemaran udara dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Sumber alamiah (biogenik) ialah polutan yang lepas ke udara akibat adanya aktivitas alam tanpa campur tangan ulah manusia, seperti kebakaran hutan yang disebabkan oleh petir, meletusnya gunung berapi, dekomposisi biotik, badai debu, dan lain sebagainya (Prabowo & Muslim, 2018).

b. Sumber antropogenik yaitu polutan yang lepas ke udara akibat dari aktivitas manusia, tergolong menjadi dua bagian:

1) Sumber tidak bergerak (sumber titik dan sumber area) merupakan sumber yang melepaskan polutan ke udara tanpa berpindah tempat. Sumber titik merupakan sumber pada titik tetap, contohnya ialah cerobong asap, tangki pembakaran dan penyimpanan yang berada di Tempat Pemrosesan Akhir sampah (TPA). Sedangkan sumber area ialah kesatuan sumber kecil di suatu wilayah yang secara bersamaan menghasilkan berbagai zat pencemar udara seperti kegiatan konstruksi jalan, pembakaran bahan bakar di permukiman, dan lain sebagainya (Constantya, 2017).

2) Sumber bergerak (di jalan dan bukan di jalan) merupakan sumber yang melepaskan polutan ke udara dengan berpindah tempat. Sumber bergerak di jalan contohnya yaitu motor, mobil, bus, dan truk. Sedangkan sumber bergerak tetapi bukan di jalan ialah pesawat udara, kereta api, kapal laut, dan lain sebagainya (Constantya, 2017).

2.1.3

Faktor Meteorologi yang Mempengaruhi Pencemaran Udara

Pencemaran udara di suatu tempat akan berbeda-beda karena adanya pengaruh dari arah dan kecepatan angin, kelembaban, serta temperatur udara yang menyebabkan suatu polutan menyebar dalam jarak dekat atau jarak jauh.

2.1.3.1

Arah dan Kecepatan Angin

Di atmosfer, perpindahan udara dapat terjadi secara horizontal dan vertikal. Perpindahan secara horizontal disebabkan oleh aliran angin. Apabila kekuatan angin terbilang cukup besar dan bersifat aktif, polutan akan mudah tersebar karena tidak memiliki waktu untuk mengumpul (Prabowo & Muslim, 2018). Kecepatan angin meningkat dengan ketinggian, sebagian besar waktu, di sebagian besar troposfer. Alasannya adalah bahwa gesekan tanah memperlambat angin. Biasanya angin akan mencapai kecepatan tanpa gesekan (disebut kecepatan geostropik atau gradien) sekitar 500 m (1640 kaki) di atas tanah. Kecepatan angin permukaan tanah sangat ditentukan oleh seberapa baik lapisan

(22)

ini digabungkan dengan lapisan geostrofik yang bergerak cepat di atasnya (Boubel, Fox, Turner, & Stern, 1994).

2.1.3.2

Kelembaban

Kelembaban udara ialah kadar uap air yang berada di udara yang memiliki peranan penting sebagai penyerap radiasi bumi. Kelembaban dapat menentukan seberapa cepat bumi kehilangan panas, sehingga dengan kata lain suhu udara juga dipengaruhi oleh kelembaban (Prabowo & Muslim, 2018). Pada daerah yang lembab, kabut yang terbentuk akan menghalangi matahari menyinari bumi untuk memecah inversi dan mengakibatkan waktu pembentukan pencemar udara lebih lamban. Prabowo dan Muslim (2018) juga mengatakan bahwa udara yang lembab lebih mudah untuk mengendapkan bahan pencemar seperti debu, karena partikel dan air yang terdapat di udara akan berikatan membentuk partikel-partikel dengan ukuran yang lebih besar sehingga lebih cepat mengendap ke permukaan bumi.

2.1.3.3

Temperatur

Prabowo dan Muslim (2018) menjelaskan bahwa temperatur udara mengalami penurunan ± 1°C setiap kenaikan 100 meter, tetapi lapisan udara di malam hari yang cenderung tidak jauh dari permukaan bumi akan mendapati suhu rendah lebih dulu, sehingga temperatur di lapisan udara paling bawah menjadi lebih dingin daripada di lapisan atasnya. Kondisi meteorologi tersebut dikenal dengan inversi, yaitu temperatur udara ketika kondisi stabil dan tekanan tinggi akan meningkat berdasarkan ketinggian lapisan udara (Prabowo & Muslim, 2018). Pada kondisi tersebut gradien tekanan akan melemah sehingga angin cenderung lambat dan menyebabkan distribusi polutan akan menurun secara horizontal. Jika dilihat secara vertikal, tidak ada perpindahan udara sehingga terjadi penurunan polutan secara vertikal yang menyebabkan tingginya akumulasi lokal. Hal tersebut berdampak buruk terutama bagi kesehatan manusia, namun inversi bisa menghilang saat matahari mulai menyinari bumi. Menurut Prabowo dan Muslim (2018), saat musim kemarau dengan temperatur yang cenderung tinggi dan angin yang bertiup lambat dibandingkan saat musim hujan, zat pencemar di udara akan lebih tinggi karena tidak terjadi pengenceran zat pencemar di udara.

2.2

Nitrogen Dioksida (NO

2

)

Nitrogen dioksida (NO2) merupakan bagian dari kelompok gas nitrogen oksida (NOx) yang

tergolong sangat reaktif. NO2 digunakan sebagai indikator untuk kelompok nitrogen oksida yang

lebih besar. NO2 naik ke udara terutama dari hasil pembakaran bahan bakar. NO2 umumnya

terbentuk dari emisi dari mobil, truk dan bus, pembangkit listrik, dan peralatan off-road (US EPA, 2016). Pembentukan NO dan NO2 di udara berawal dari reaksi antara nitrogen serta oksigen

menjadi senyawa NO, lalu NO akan bereaksi dengan oksigen-oksigen dan membentuk NO2

(Prabowo & Muslim, 2018). Persamaan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:

N2 + O2 → 2NO (2.1)

2NO + O2 → 2NO2 (2.2)

Konsentrasi NO dan NO2 tergolong stabil sebelum terbitnya matahari, namun memiliki konsentrasi

yang sedikit lebih tinggi dibandingkan kadar minimum sehari-hari. Konsentrasi NO akan mulai meningkat ketika aktivitas manusia juga meningkat, yaitu sekitar jam 6-8 pagi. Konsentrasi

(23)

sinar ultraviolet yang berasal dari pancaran sinar matahari, konsentrasi NO2 dapat mencapai 0,5

ppm (Wiyandari, 2010).

Sebesar 80%, udara terdiri dari volume nitrogen dan 20% dari volume oksigen. Kedua gas ini pada suhu kamar memiliki kemungkinan yang kecil untuk bereaksi satu sama lain. Suhu yang digunakan pada proses pembakaran biasanya mencapai 1210-1765oC. Dari suhu tinggi tersebut dapat terjadi reaksi untuk membentuk NO, sehingga reaksi pembentukan NO umumnya merupakan hasil samping dari proses pembakaran (Wiyandari, 2010). Sumber utama NOx yang dihasilkan dari pembakaran berasal dari kendaraan bermotor, pembakaran sampah, serta produksi energi. Konsentrasi NOx di suatu wilayah sangat bervariasi, tergantung dari aktivitas kendaraan bermotor dan intensitas sinar matahari setiap harinya (Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, 2017).

2.2.1

Efek Kesehatan

Menghirup udara dari konsentrasi tinggi NO2 dapat mengiritasi saluran udara dalam sistem

pernapasan manusia. Paparan seperti itu dalam waktu singkat dapat memperburuk penyakit pernapasan terutama asma, yang menyebabkan gejala pernapasan (seperti batuk, mengi atau kesulitan bernapas). Paparan yang lebih lama terhadap konsentrasi NO2 yang tinggi dapat

berkontribusi pada pengembangan asma dan berpotensi meningkatkan kerentanan terhadap infeksi pernapasan. Orang dengan asma, serta anak-anak dan orang tua pada umumnya berisiko lebih besar menerima efek kesehatan dari NO2.NO2 bersama dengan NOx lainnya bereaksi dengan zat kimia

lain di udara untuk membentuk partikel dan ozon. Kedua hal ini juga berbahaya ketika dihirup karena efek pada sistem pernapasan (US EPA, 2016). Jika paru-paru terkontaminasi oleh NO2,

penderita akan sulit bernapas karena terjadi pembengkakan pada paru-paru dan bahkan dapat mengakibatkan kematian (Prabowo & Muslim, 2018).

2.2.2

Efek Lingkungan

NO2 dan NOx jika berinteraksi dengan air, oksigen, dan bahan kimia lainnya di atmosfer akan

membentuk hujan asam. Hujan asam dapat merusak ekosistem sensitif seperti hutan dan danau. Partikel nitrat yang dihasilkan dari NOx membuat udara kabur dan sulit dilihat. Selain itu, NOx di atmosfer berkontribusi terhadap polusi nutrisi di perairan pesisir (US EPA, 2016). Efek berbahaya lainnya ialah dapat menyebabkan rusaknya jaringan daun atau nekrosis pada tanaman (Prabowo & Muslim, 2018).

2.3

Ozon (O

3

)

Ozon merupakan gas yang terdiri dari tiga atom oksigen (O3). Ozon terjadi di atmosfer bagian atas

bumi dan di permukaan. Ozon bisa baik atau buruk, tergantung dimana ia ditemukan. Ozon stratosfer atau ozon baik terjadi secara alami di atmosfer bagian atas, dimana ia membentuk lapisan pelindung yang melindungi makhluk hidup dari sinar ultraviolet matahari yang berbahaya. Ozon yang bermanfaat ini sebagian dirusak oleh bahan kimia buatan manusia, sehingga menyebabkan lubang pada lapisan ozon (US EPA, 2016).

Ozon di permukaan tanah atau disebut ozon troposferik adalah polutan udara yang berbahaya, karena pengaruhnya terhadap manusia dan lingkungan serta merupakan bahan utama dalam kabut asap. Ozon troposferik tidak dipancarkan langsung ke udara, namun umumnya berasal dari reaksi kimia antara nitrogen oksida (NOx) dan Volatile Organic Compounds (VOCs). Hal ini terjadi

(24)

kimia, dan sumber lainnya bereaksi secara kimia di hadapan sinar matahari. Selain dipengaruhi oleh pencemar primer seperti NOx, VOC, maupun CH4, ozon troposferik juga dipengaruhi oleh NO

dan radikal OH (Ambarsari, 2015). Ozon kemungkinan besar akan mencapai tingkat tidak sehat pada hari-hari cerah di lingkungan perkotaan, tetapi masih dapat mencapai tingkat tinggi selama bulan-bulan yang lebih dingin. Ozon juga dapat diangkut jarak jauh oleh angin, bahkan di daerah pedesaan dapat mengalami tingkat ozon yang tinggi (US EPA, 2016).

Banyak reaksi kimia di atmosfer yang memicu pembentukan ozon (O3). Seperti dari NOx di udara

yang bereaksi dengan sinar matahari dengan mengikuti daur reaksi fotolitik NO2 sebagai berikut

(Wiyandari, 2010):

NO2 + sinar matahari  NO + O (2.3)

Atom oksigen dari reaksi tersebut dapat bereaksi lagi dengan molekul oksigen di udara dan membentuk ozon (O3).

O + O2  O3 (2.4)

Kemudian ozon dapat bereaksi dengan NO sehingga membentuk NO2 dan O2.

O3 + NO NO2 + O2 (2.5)

Konsentrasi O3 akan meningkat seiring dengan menurunnya konsentrasi NO hingga mencapai 0,1

ppm. Apabila kekuatan sinar matahari mulai melemah yaitu pada sore hari pada pukul 5 hingga 8 malam, maka konsentrasi NO akan kembali meningkat. Sinar matahari melalui reaksi hidrokarbon tidak akan mengubah NO menjadi NO2, namun menjadi O3 yang kemudian bereaksi kembali

dengan NO. Sehingga ketika konsentrasi NO2 meningkat, maka konsentrasi O3 akan menurun

(Wiyandari, 2010). Selain dari intensitas sinar matahari, konsentrasi ozon troposferik juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi seperti suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin, tekanan, dan lain sebagainya. Konsentrasi ozon troposferik akan mencapai tingkat tertinggi ketika musim kemarau dibandingkan dengan saat musim dingin, karena selain intensitas sinar matahari yang lebih rendah di musim dingin, aktivitas manusia pun berkurang seperti dari sektor transportasi. Apabila emisi yang dihasilkan dari sektor transportasi atau sektor lainnya berkurang, konsentrasi ozon troposferik pun ikut berkurang (Ambarsari, 2015).

2.3.1

Efek Kesehatan

Ozon di udara yang kita hirup dapat membahayakan kesehatan manusia. Orang-orang yang paling berisiko menghirup udara yang mengandung ozon ialah orang-orang berpenyakit asma, anak-anak, orang tua, serta orang-orang yang aktif di luar ruangan, terutama pekerja di luar ruangan. Selain itu, orang-orang dengan karakteristik genetik tertentu, dan orang-orang dengan pengurangan asupan nutrisi tertentu, seperti vitamin C dan E, berada pada risiko yang lebih besar dari paparan ozon (US EPA, 2016).

Ozon dapat memicu berbagai masalah kesehatan termasuk sakit dada, batuk, iritasi tenggorokan, dan radang saluran napas. Hal tersebut juga dapat mengurangi fungsi paru-paru dan membahayakan jaringan paru-paru. Ozon dapat memperburuk bronkitis, emfisema, dan asma, yang menyebabkan peningkatan perawatan medis (US EPA, 2016). Dampak ozon terhadap kesehatan

(25)

a. Konsentrasi 0,3 ppm dapat menyebabkan iritasi mata apabila terpapar selama 8 jam. b. Konsentrasi 0,3 – 1 ppm akan menyebabkan batuk, reaksi seperti tercekik, hingga kelesuan

apabila terpapar selama 3 menit hingga 2 jam.

c. Konsentrasi 1,5 – 2 ppm akan menyebabkan batuk, sakit kepala, sakit dada, sulit bergerak dan berekspresi, hingga kehilangan koordinasi apabila terpapar selama 2 jam.

2.3.2

Efek Lingkungan

Ozon memengaruhi ekosistem dan vegetasi yang sensitif, seperti taman, hutan, tempat perlindungan satwa liar, dan hutan belantara. Secara khusus, ozon merusak vegetasi sensitif selama musim tanam. (US EPA, 2016).

2.4

Baku Mutu Udara Ambien Parameter Nitrogen Dioksida (NO

2

) dan Oksidan

(O

3

)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, baku mutu udara ambien ialah ukuran kadar atau batas energi, zat, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di udara ambien. Berikut merupakan baku mutu udara ambien skala nasional parameter NO2 dan O3:

Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Ambien Parameter Nitrogen Dioksida (NO2)

Sumber: PP RI No. 41 Tahun 1999

Tabel 2.2 Baku Mutu Udara Ambien Parameter Oksidan (O3)

Parameter Waktu Pengukuran Baku Mutu Metode Analisis Peralatan Oksidan (O3)

1 jam 235 ug/Nm3

Chemiluminescent Spektrofotometer

1 tahun 50 ug/Nm3

Sumber: PP RI No. 41 Tahun 1999

2.5

Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemar Udara, ISPU merupakan angka yang tidak memiliki satuan yang mendeskripsikan kondisi mutu udara ambien di suatu lokasi, dengan mengacu pada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika, serta makhluk hidup lainnya. Parameter ISPU menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-45/Menlh/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara meliputi karbon monoksida (CO), partikulat (PM10), nitrogen dioksida

(NO2), sulfur dioksida (SO2), dan ozon (O3). Berikut Indeks Standar Pencemar Udara:

Parameter Waktu

Pengukuran Baku Mutu Metode Analisis Peralatan Nitrogen Dioksida (NO2) 1 jam 400 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer 24 jam 150 ug/ Nm3 1 tahun 100 ug/ Nm3

(26)

Tabel 2.3 Indeks Standar Pencemar Udara

Kategori Rentang Penjelasan

Baik 0 - 50

(Hijau)

Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika.

Sedang 51 - 100

(Biru)

Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika.

Tidak Sehat 101 - 199 (Kuning)

Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan atau nilai estetika.

Sangat Tidak Sehat 200 - 299 (Merah)

Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.

Berbahaya 300 - lebih (Hitam)

Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.

Sumber: KEP-45/MENLH/10/1997

Sedangkan batas ISPU dalam satuan SI berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-107/Kabapedal/11/1997 tentang Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.4 Batas Indeks Standar Pencemar Udara dalam Satuan SI

Indeks Standar Pencemar Udara 24 jam PM10 (µg/m3) 24 jam SO2 (µg/m3) 8 jam CO (µg/m3) 1 jam O3 (µg/m3) 1 jam NO2 (µg/m3) 50 50 80 5 120 (2) 100 150 365 10 235 (2) 200 350 800 17 400 1130 300 420 1600 34 800 2260 400 500 2100 46 1000 3000 500 600 2620 57,5 1200 3750 1. Pada 25 C dan 760 mmHg

2. Tidak ada indeks yang dapat dilaporkan pada konsentrasi rendah dengan jangka pemaparan yang pendek.

Apabila hasil pengukuran konsentrasi pencemar udara tidak masuk dalam rentang pada Tabel 2.4, alternatif lain untuk mengkonversi konsentrasi menjadi ISPU ialah dengan menggunakan grafik. Berikut merupakan grafik batas ISPU untuk konsentrasi NO2 dan O3 pada periode pengukuran

(27)

Gambar 2.1 Batas ISPU untuk Konsentrasi NO2

Gambar 2.2 Batas ISPU untuk Konsentrasi O3

Dari Gambar 2.1 dan Gambar 2.2, konsentrasi NO2 dan O3 dapat dikonversi menjadi ISPU dengan

menarik hasil konsentrasi yang didapat di sumbu x hingga menyentuh garis biru kemudian ditarik ke kiri hingga menyentuh sumbu y, sehingga didapat angka ISPU. Cara lainnya ialah dengan melakukan interpolasi.

2.6

Transportasi

Sektor transportasi mencakup pergerakan orang dan barang dengan mobil, truk, kereta api, kapal laut, pesawat terbang, dan kendaraan lain. Sebagian besar emisi gas rumah kaca dari transportasi adalah emisi karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran produk-produk berbasis

minyak bumi, seperti bensin, dalam mesin pembakaran internal. Sumber terbesar emisi gas rumah kaca yang terkait dengan transportasi termasuk mobil penumpang dan truk ringan, termasuk kendaraan sport dan truk pickup. Sumber-sumber ini menyumbang lebih dari setengah emisi dari sektor transportasi. Emisi gas rumah kaca yang tersisa dari sektor transportasi berasal dari moda transportasi lain, termasuk truk barang, pesawat komersial, kapal, dan kereta api, serta jaringan pipa dan pelumas (US EPA, 2016).

Kendaraan bermotor ialah kendaraan yang bergerak karena adanya peralatan teknik pada kendaraan tersebut, umumnya digunakan untuk mengangkut orang atau barang di atas jalan raya selain

0 1130 2260 3000 3750 0 100 200 300 400 500 600 0 1000 2000 3000 4000 ISPU Konsentrasi NO2 (µg/Nm³) 0 120 235 400 800 1000 1200 0 100 200 300 400 500 600 0 500 1000 1500 ISP U Konsentrasi O3 (µg/Nm³)

(28)

kendaraan yang berjalan di atas rel. Kendaraan bermotor yang dicatat adalah semua jenis kendaraan kecuali kendaraan bermotor TNI/Polri dan Corp Diplomatik (Badan Pusat Statistik, 2020).

Orang-orang yang tinggal, bersekolah, atau bekerja di dekat jalan utama tampaknya memiliki peningkatan insiden dan masalah kesehatan yang lebih buruk dari paparan polusi udara dan lalu lintas jalan. Anak-anak, orang tua, dan orang-orang dengan status sosial ekonomi rendah adalah mereka yang berisiko lebih tinggi terhadap dampak kesehatan dari polusi udara di dekat jalan raya (US EPA, 2016).

Risiko-risiko ini termasuk:

- Tingkat timbulnya asma dan kejengkelan yang lebih tinggi - Penyakit kardiovaskular

- Gangguan perkembangan paru-paru pada anak-anak - Bayi prematur dan berat lahir rendah

- Leukemia anak - Kematian prematur

2.7

Analisis Statistik

Analisis statistik digunakan sebagai teknik menganalisis data pada penelitian kuantitatif. Dalam penelitian, terdapat dua jenis analisis statistik yaitu statistik deskriptif dan inferensial. Statistik deskriptif ialah cara menganalisis suatu data dengan cara menjabarkan data yang dikumpulkan tanpa membuat sebuah kesimpulan. Sedangkan statistik inferensial merupakan cara menganalisis data dengan maksud membuat suatu kesimpulan. Kesimpulan tersebut memiliki peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang dituliskan dalam bentuk persen, seperti peluang kepercayaan sebesar 95% maka peluang kesalahannya 5%. Peluang kepercayaan dan kesalahan ini disebut taraf signifikansi. Statistik inferensial terbagi lagi menjadi dua jenis yaitu statistik parametris dan nonparametris. Statistik parametris berfungsi untuk menguji populasi data melalui statistik, sedangkan statistik nonparametris menguji distribusinya (Sugiyono, 2013).

2.7.1

Uji Normalitas

Salah satu persyaratan untuk melakukan uji pada statistika parametris yaitu dengan asumsi data yang diuji telah terdistribusi normal (Sugiyono, 2013). Namun, jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi atau dalam kata lain jika data tidak terdistribusi normal, maka disarankan untuk menggunakan uji statistika nonparametris. Uji normalitas yang umumnya digunakan yaitu metode Shapiro-Wilk untuk jumlah data sebanyak 50 atau dibawah 50 dan metode Kolmogorov-Smirnov untuk data diatas 50. Terdapat dua hipotesis dalam uji normalitas, pertama ada hipotesis null (Ho) yang berarti data terdistribusi normal. Kedua ialah hipotesis alternatif (Hi) yang berarti data tidak terdistribusi normal. Hasil dari uji normalitas menggunakan metode Shapiro-Wilk yang akan digunakan pada analisis dalam penelitian ini adalah membandingkan nilai signifikansi (p-value) dari variabel yang diuji dengan taraf kepercayaan 90% (taraf signifikansi = 0,10). Apabila nilai signifikansi > taraf signifikansi, maka data terdistribusi normal (Ho diterima dan Hi ditolak), tetapi apabila nilai signifikansi < taraf signifikansi, maka data tidak terdistribusi normal (Ho ditolak dan Hi diterima) (Istyastono, 2016).

(29)

2.7.2

Uji Heteroskedastisitas

Serupa dengan uji normalitas, uji heteroskedastisitas merupakan cara yang umumnya digunakan untuk menentukan suatu data terbebas dari masalah heteroskedastisitas atau tidak. Uji ini berfungsi untuk melihat ketidaksamaan data dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Metode untuk mendeteksinya bisa dengan menggunakan scatter plot. Tanda-tanda bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas yaitu jika tidak terbentuk pola tertentu dalam grafik, titik-titik tidak hanya mengumpul di tengah, di atas, atau di bawah, titik-titik tidak menyempit kemudian melebar atau sebaliknya (Sutopo & Slamet, 2017).

2.7.3

Uji Korelasi

Korelasi dinyatakan dengan nilai koefisien korelasi (R) yang merentang dari -1 sampai +1. Nilai koefisien korelasi Pearson digunakan untuk menentukan kekuatan hubungan antara variabel dependen dan independen (Marhaeni, 2018). Nilai 0-0,25 menunjukan korelasi sangat lemah, 0,25-0,5 menunjukan korelasi cukup, 0,25-0,5-0,75 menunjukan korelasi kuat, 0,75-0,99 menunjukan korelasi sangat kuat. Nilai koefisien 1 menunjukan korelasi sempurna antara variabel dependen dan independen. Sebaliknya, apabila nilai koefisien 0 berarti tidak terdapat korelasi di antara variabel-variabel tersebut (Radytia, 2011). Tanda positif menandakan bahwa hubungan variabel-variabel dependen dan independen berbanding lurus, sedangkan tanda negatif menandakan hubungan berbanding terbalik. Nilai koefisien korelasi dapat ditentukan dengan rumus berikut:

R = 𝑛 ∑xy −(∑x)(∑y)

√(𝑛∑𝑥2(∑x)2)(𝑛∑𝑦2(∑y)2)

(2.6)

Dimana:

R = nilai koefisien korelasi x = variabel bebas (independen) n = jumlah data

y = variabel terikat (dependen) yaitu konsentrasi NO2 atau O3 di udara ambien

2.7.4

Uji Regresi Linier Sederhana

Uji regresi berfungsi untuk mendapatkan kesimpulan dari hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Uji regresi linier sederhana menggunakan hubungan variabel dependen terhadap variabel independen (Marhaeni, 2018). Pada uji regresi linier ini, nilai koefisien determinasi (R2) merupakan nilai penting untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 berada pada rentang 0%-100%. Rumus persamaan regresi linier sederhana adalah sebagai berikut:

y = a + bx

(2.7)

Keterangan:

a = bilangan konstan b = koefisien variabel x

(30)

Nilai koefisien a dan b dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

a =

𝑛 ∑xy−(∑x)(∑y) 𝑛∑𝑥2−(∑x)2

(2.8)

b =

𝑛∑𝑥 2∑y −(∑x)(∑y) 𝑛∑𝑥2−(∑x)2 (2.9)

(31)
(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

Supaya penelitian dapat berjalan dengan sistematis dan terstruktur, maka pada bab ini akan diuraikan tahapan-tahapan selama penelitian dalam diagram alir, lalu terdapat metode pengumpulan data, alat dan bahan yang digunakan, serta metode untuk menganalisis data.

3.1

Bentuk Penelitian

Penelitian yang dilakukan berupa sampling lapangan di Kawasan Universitas Pertamina dan bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu PT Unilab Perdana untuk mengukur konsentrasi NO2 serta

O3 di Kawasan Universitas Pertamina. Selain sampling lapangan, dilakukan uji laboratorium yang

dibantu oleh pihak ketiga yaitu PT Unilab Perdana. Penelitian di lapangan dilakukan untuk menghitung volume kendaraan bermotor dengan menggunakan alat counter, untuk pengambilan sampel NO2 serta O3, menggunakan alat air sampler impinger, untuk mengukur faktor-faktor

meteorologi menggunakan digital higrometer termometer, Wiebrock, Model WB-03 (untuk pengukuran suhu dan kelembaban) dan anemometer, Tenmars, Model TM-740 (untuk pengukuran kecepatan angin). Sedangkan penelitian laboratorium dilakukan untuk menguji sampel NO2 dan O3

yang telah didapatkan dari penelitian lapangan.

3.2

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini memiliki tahapan-tahapan yang dijelaskan dalam diagram alir berikut:

(33)

Tahapan awal penelitian dimulai dengan mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang akan diteliti. Kemudian mulai untuk mengkaji studi literatur berdasarkan Standar Nasional Indonesia mengenai penentuan lokasi pengambilan contoh uji kualitas udara ambien serta cara uji kadar NO2

dan O3. Literatur lain yang dikaji ialah Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). MKJI digunakan

sebagai dasar klasifikasi jenis kendaraan untuk pengukuran jumlah volume kendaraan bermotor di Kawasan Universitas Pertamina. Setelah mengkaji berbagai literatur tersebut, pengambilan contoh uji NO2 dan O3,perhitungan jumlah kendaraan bermotor, dan pengukuran faktor-faktor meteorologi

dapat dilakukan, diawali dengan mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama pengumpulan data. Jika pengamatan di lapangan telah selesai, sampel NO2 dan O3 dianalisis lebih

lanjut di laboratorium menggunakan spektrofotometer untuk mengetahui seberapa besar konsentrasinya di udara ambien. Kemudian data-data tersebut dapat diolah dan dianalisis untuk melihat keterkaitan antara jumlah kendaraan bermotor yang memasuki Kawasan Universitas Pertamina dengan konsentrasi NO2 dan O3 di udara ambien. Selanjutnya membuat simpulan

mengenai penelitian tersebut dan memberikan saran yang membangun dan dituangkan dalam laporan.

3.2.1

Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji

Penentuan titik pengambilan sampel mengacu pada standar dari SNI 19-7119.6-2005 mengenai penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien. Berdasarkan standar tersebut, diambil dua titik yang dipilih untuk pengambilan sampel di Kawasan Universitas Pertamina, yaitu sebelah Laboratorium Kontainer dan parkiran depan Gedung PWP. Berdasarkan SNI 19-7119.6-2005, terdapat beberapa kriteria yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan lokasi pemantauan kualitas udara ambien yaitu menempatkan lokasi pemantauan di area yang tergolong memiliki konsentrasi pencemar tinggi. Kemudian menempatkan lokasi pemantauan di area yang kepadatan penduduknya tinggi, khususnya jika terjadi pencemaran yang berat. Selain itu dapat ditempatkan di area lokasi penelitian, yaitu di wilayah proyeksi yang berguna untuk menentukan efek akibat perkembangan di masa mendatang, dan di wilayah yang dapat mewakili seluruh wilayah studi agar kualitas udara di seluruh wilayah dapat dipantau. Terdapat juga beberapa persyaratan untuk memilih lokasi pengambilan contoh uji udara ambien yang dianjurkan yaitu seperti menghindari tempat yang dapat mengubah konsentrasi akibat adanya absorbsi maupun adsorpsi, contohnya adalah dekat dengan pepohonan atau gedung, lalu menghindari tempat yang dapat menyebabkan pengganggu kimia mengganggu bahan pencemar yang akan diukur, seperti emisi kendaraan bermotor yang dapat mengotori pengukuran ozon, disarankan juga untuk menghindari pengganggu fisika yang dapat menghasilkan sesuatu saat mengukur partikulat, tidak boleh dekat dengan insinerator atau dekat dengan jaringan listrik tegangan tinggi yang dapat mengganggu peralatan listrik pengambil contoh uji. Peralatan diletakkan di tempat dengan bangunan atau gedung yang pendek dan saling berjauhan.

Dari beberapa kriteria dan persyaratan tersebut, parkiran depan Gedung PWP merupakan lokasi yang memenuhi syarat pengambilan contoh uji karena di area tersebut tidak banyak pohon-pohon dan tidak terlalu dekat dengan gedung/bangunan yang tinggi dan tergolong area dengan konsentrasi pencemar tinggi karena akses keluar masuk Kawasan Universitas Pertamina melewati area tersebut. Meskipun di area tersebut merupakan jalur utama kendaraan bermotor memasuki Kawasan Universitas Pertamina, namun penempatan alat masih terhitung aman dari pengganggu kimia. Lokasi lainnya ialah sebelah Laboratorium Kontainer yang mana intensitas kendaraan bermotor yang melintasi area tersebut tidak sebanyak di parkiran depan Gedung PWP, sehingga terhitung

(34)

lebih aman dari pengganggu kimia, namun tergolong pada area dengan kepadatan penduduk tinggi karena terdapat banyak aktivitas civitas akademika UP, seperti proses belajar mengajar di area gor dan terdapat kantin utama di Kawasan Universitas Pertamina. Di lokasi tersebut juga tidak banyak pohon dan cukup jauh dari gedung tinggi, oleh karena itu lokasi tersebut dipilih untuk dapat merepresentasikan konsentrasi NO2 dan O3 di Kawasan Universitas Pertamina.

Gambar 3.2 Denah Lokasi Titik Sampling di Kawasan Universitas Pertamina (Google Earth, 2020)

Gambar 3.3 Lokasi Titik Sampling di Parkiran Depan Gedung PWP

LEGENDA

Jalan Raya Batas Area Kawasan Universitas Pertamina Lokasi 1 (Sebelah Laboratorium Kontainer Universitas Pertamina) Lokasi 2 (Parkiran Depan Gedung PWP) Skala 1:10.000

(35)

Gambar 3.4 Lokasi Titik Sampling di Sebelah Laboratorium Kontainer Universitas Pertamina

3.2.2

Penentuan Waktu dan Durasi Pengambilan Contoh Uji

Pengukuran polutan udara NO2 dan O3 dilakukan 3 hari setiap minggunya yaitu hari Senin untuk

menggambarkan kondisi weekday yang diperkirakan memiliki volume kendaraan paling tinggi karena hari Senin adalah hari pertama orang-orang melakukan aktivitasnya seperti bekerja, sekolah, maupun berdagang (Hassan A. W. & Heriyanto, 2010). Hari lain untuk menggambarkan kondisi weekday yaitu hari Rabu dan untuk menggambarkan kondisi weekend yaitu hari Sabtu. Pemilihan waktu pagi sekitar pukul 06.00 hingga 08.00, siang sekitar pukul 11.00 hingga 13.00, dan sore sekitar pukul 16.00 hingga 18.00 dilihat berdasarkan suhu dan kelembaban udara di lokasi penelitian, karena akan mempengaruhi konsentrasi NO2 pada udara ambien (T., Ali, & Nazech,

2013).

Berikut merupakan waktu pengambilan sampel dan rencana jadwal penelitian: Tabel 3.1 Waktu Pengambilan Sampel

Lokasi Pengambilan Sampel Jadwal Mingguan Pengambilan Sampel Waktu Pengambilan Sampel Durasi Pengambilan Sampel Sebelah Laboratorium

Kontainer UP Minggu ke-1 Senin, Rabu, Sabtu

Pagi : 08.00-09.00 WIB Siang : 12.00-13.00 WIB

Sore : 16.00-17.00 WIB Parkiran Depan Gedung

PWP Minggu ke-2 Senin, Rabu, Sabtu

Pagi : 08.00-09.00 WIB Siang : 12.00-13.00 WIB

(36)

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan

Rencana Waktu Penelitian

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penyusunan Proposal Tugas

Akhir

2 Studi literatur 3 Persiapan alat dan bahan

4 Survey penentuan titik

sampling 5 Penyusunan laporan penelitian 6 Seminar Kemajuan Tugas

Akhir 7 Sampling 8 Analisis laboratorium 9 Analisis data 10 Evaluasi kegiatan

Gambar

Tabel 4.16 Hasil Analisis Pengaruh Kecepatan Angin dengan Konsentrasi NO 2
Tabel 2.3 Indeks Standar Pencemar Udara
Gambar 2.1 Batas ISPU untuk Konsentrasi NO 2
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Parameter meteorologi yang mempengaruhi konsentrasi gas Ammonia di udara ambien adalah arah dan kecepatan angin, suhu udara serta stabilitas atmosfer.. Kata kunci: gas Ammonia,

Kualitas udara ambien berdasarkan hasil dari road side yang telah dilakukan di 3 lokasi penelitian diperleh konsentrasi di Jalan Sutan Syahrir adalah sebesar 4.146 ,

Dan dari hasil pemantuan kualitas udara ambien di Kabupaten dan Kota se Provinsi Jambi masih dibawah standar baku mutu yang telah ditetapkan Kata kunci: Pemantauan, Kualitas

Kualitas udara ambien berdasarkan hasil dari road side yang telah dilakukan di 3 lokasi penelitian diperleh konsentrasi di Jalan Sutan Syahrir adalah sebesar

Analisis Konsentrasi Pm 10 Di Udara Ambien Roadside Jaringan Jalan Sekunder Kota Padang 98 Gambar 1 Pola Konsentrasi Partikulat PM 10 di Ketiga Lokasi Penelitian. Untuk

Pengambilan contoh uji partikulat di udara ambien dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang berbeda yaitu High Volume Air Sampler (HVAS) dan Gent Stacked Filter Unit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran kualitas udara ambien di sekitar lokasi proyek menunjukkan bahwa konsentrasi polutan sulfur dioksida SO2 memiliki nilai 37,5 μg/Nm3, dimana

Grafik Kecepatan Angin di Lokasi Kegiatan Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi semua parameter kualitas udara dan kebauan udara ambien di Kota Cimahi masih memenuhi baku mutu yang