LAPORAN
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Dengan Rahmat Allah SWT "Laporan Status Lingkungan Hidup Provinsi
DKI Jakarta Tahun 2010" ini dapat disusun sesuai dengan Pedoman
Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi yang diterbitkan oleh
Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI.
Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta memuat informasi
tentang Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya, Tekanan terhadap
Lingkungan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan serta Analisis Hasil
Kebijaksanaan, yang dilaporkan dalam 2 (dua) bagian. Buku pertama memuat
laporan dalam bentuk narasi dan buku kedua memuat data numerik secara rinci.
Harapan Saya, semoga Laporan Status Lingkungan Hidup Provinsi DKI
Jakarta ini dapat dijadikan acuan dalam penyusunan rencana pembangunan
dan pengambilan keputusan, dalam rangka mewujudkan kota Jakarta yang
nyaman untuk semua.
Akhirnya, kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang telah
berpartisipasi dan membantu penyusunan laporan ini, saya ucapkan terima
kasih.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
Jakarta, Maret 2010
GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
TTD
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan pada pokoknya tertuju pada peningkatan kesejahteraan, peningkatan SDM dan sekaligus memberikan jaminan kepentingan terhadap aspirasi generasi masa kini dan masa yang akan datang.
Tujuan pembangunan berwawasan lingkungan dapat berhasil, apabila dalam memenuhi tuntutan rencana pembangunan memperhatikan perubahan kependudukan, peningkatan kebutuhan penduduk, peningkatan kegiatan sosial ekonomi yang dapat memberikan tekanan pada sumber daya alam. Untuk itu agar dapat tersusun rencana pembangunan berkelanjutan diperlukan informasi yang lengkap, akurat dan aktual dari berbagai aspek.
Agar dapat menyusun rencana pembangunan dalam rangka implementasi konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan diperlukan Informasi yang akurat dan aktual yang terangkum dalam buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta yang penyusunannya didasarkan pada pedoman umum penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup Provinsi yang diterbitkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Mengingat luas cakupan data dan informasi yang berkaitan dengan kualitas lingkungan hidup, maka disadari bahwa penyusunan buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta masih belum cukup sempurna. Untuk itu saran dan masukan dari semua pihak guna peningkatan kualitas buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta senantiasa kami harapkan.
Kepada seluruh anggota Tim Penyusun serta pihak lain yang telah turut berpartisipasi menyusun dan mengembangkan kualitas buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah ini, saya ucapkan terima kasih. Semoga niat mulia kita semua dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup ini senantiasa mendapat petunjuk dan ridho Tuhan Yang Maha Esa.
Jakarta, 24 Maret 2011
KEPALA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN
HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA
TTD
Ir. PENI SUSANTI, Dipl. Est
NIP 195507301980012001
DAFTAR ISI
HalamanKATA PENGANTAR GUBERNUR KDKI JAKARTA
KATA PENGANTAR KEPALA BPLHD PROVINSI DKI JAKARTA
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GRAFIK ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
ABSTRAK ... I BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah ... 1
C. Metodologi Penyusunan... 2
1. Sumber Data ... 2
2. Pendekatan Penyusunan ... 2
D. Prosedur Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah ... 3
1. Proses Kegiatan ... 3
2. Pelaksanaan Kegiatan ... 4
E. Sistematika Penyajian ... 4
F. Isu-isu Utama Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta ... 5
1. Sumber Daya dan Lingkungan Hidup ... 5
2. Bidang Sarana dan Prasarana Kota ... 5
3. Bidang Ekonomi ... 5
4. Bidang Sosial Budaya ... 6
5. Kependudukan dan Ketenagakerjaan... 6
G.Kebijakan Pembangunan Daerah Berkelanjutan Provinsi DKI Jakarta ... 8
1. Visi dan Misi Pemerintah Provinsi dan BPLHD Provinsi DKI Jakarta ... 8
2. Prioritas Pembangunan Daerah Provinsi DKI Jakarta ... 9
3. Prioritas Pengalokasian APBD 2010 ... 13
BAB 2 KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA ...14
A. Lahan dan Hutan ... 14
1. Lahan ... 14
B. Keanekaragaman Hayati... 42 1. Keanekaragaman Ekosistem ... 42 2. Keanekaragaman Spesies ... 43 C. Air ... 51 1. Air Tanah ... 54 2. Situ-situ (Waduk) ... 68 3. Sungai ... 108 D. Udara ... 153
1. Kualitas Udara Ambien Metode Sesaat (manual) ... 158
2. Dampak Kualitas Udara Ambien Terhadap Kesehatan Masyarakat ... 162
E. Laut, Pesisir dan Pantai ... 186
1. Kondisi Umum Hidro-Oseanografi di Wilayah Pantura ... 187
2. Arti Penting Wilayah Pesisir Teluk Jakarta ... 188
3. Gambaran Ancaman terhadap Wilayah Pesisir Teluk Jakarta ... 189
4. Mangrove ... 194
5. Perairan Teluk ... 205
F. Iklim ... 245
G.Bencana Alam ... 252
BAB 3 TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN ...258
A. Kependudukan ... 258
1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk... 258
2. Sebaran dan Kepadatan Penduduk ... 259
B. Permukiman ... 278
1. Persebaran dan Kepadatan Penduduk ... 280
2. Kepadatan Penduduk ... 281
3. Sanitasi Lingkungan ... 281
4. Akses Terhadap Infrastruktur Permukiman (Air Bersih, Listrik, dsb) ... 286
5. Kemiskinan ... 289
6. Kebakaran ... 291
C. Kesehatan ... 292
1. Status Kesehatan dan Gizi ... 293
2. Upaya Perbaikan Kesehatan dan Gizi ... 295
D. Pertanian ... 297
E. Industri ... 299
F. Pertambangan ... 302
H. Transportasi ... 307
I. Pariwisata ... 317
1. Pengembangan Atraksi Pariwisata ... 319
2. Pengembangan Tata Ruang Pariwisata ... 320
J. Limbah B3 ... 321
BAB 4 UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN ...351
A. Rehabilitas Lingkungan ... 351
B. Amdal ... 353
C. Penegakan Hukum ... 362
D. Peran Serta Masyarakat ... 364
E. Kelembagaan ... 367
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel : II.1 Inventarisasi Sumberdaya Lahan Menurut Klasifikasi Penggunaan Lahan,2010 ... 15
Tabel : II.2 Jumlah Sumberdaya Hutan Menurut Fungsi dan Tipe Hutan di DKI Jakarta Tahun 2010 ... 19
Tabel : II.3 Lokasi Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta, 2010... 20
Tabel : II.4 Jenis Vegetasi di Kawasan Lindung Muara Angke, Angke Kapuk dan Kamal, Tahun 2010 ... 47
Tabel : II.5 Fauna yang dilindungi di suaka margasatwa Muara Angke, Tahun 2010 ... 49
Tabel : II.6 Neraca Sumberdaya Air : Air Permukaan Provinsi DKI Jakarta, 2009 ... 53
Tabel : II.7 Neraca Sumberdaya Air : Air Tanah Provinsi DKI Jakarta, 2009 ... 54
Tabel : II.8 Kondisi Pemukiman Pemantauan Kualitas Air Tanah di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2009 ... 59
Tabel : II.9 Jarak Sumur dengan Septik Tank di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2009 ... 59
Tabel : II.10 Kisaran Kualitas Fisik Air Tanah di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2009 ... 60
Tabel : II.11 Persentase Parameter Fisik Air Tanah Yang Melebihi Baku Mutu, Tahun 2009 61 Tabel : II.12 Kisaran Kadar Kimia Organik/Anorganik Air Tanah, 2009 ... 61
Tabel : II.13 Persentase Jumlah Sumur Tidak Memenuhi Baku Mutu Untuk Parameter Besi (Fe) Provinsi DKI Jakarta, 2009... 63
Tabel : II.14 Persentase Jumlah Sumur Tidak Memenuhi Baku Mutu Untuk Parameter Mangan (Mn) Provinsi DKI Jakarta, 2009... 64
Tabel : II.15 Persentase Jumlah Sumur Tidak Memenuhi Baku Mutu Untuk Parameter Detergent Provinsi DKI Jakarta, 2009 ... 64
Tabel : II.16 Persentase Jumlah Sumur Tidak Memenuhi Baku Mutu Untuk Parameter Organik Provinsi DKI Jakarta, 2009... 65
Tabel : II.17 Persentase Jumlah Sumur Tidak Memenuhi Baku Mutu Untuk Parameter Coliform Provinsi DKI Jakarta, 2009 ... 65
Tabel : II.18 Status Mutu (Indeks Pencemaran) Air Tanah Provinsi DKI Jakarta, 2009 ... 66
Tabel : II.19 Lokasi Pengambilan Sampel Situ/Waduk di DKI Jakarta Tahun 2010 ... 69
Tabel : II.20 Peralatan Sampling Air Situ/Waduk ... 70
Tabel : II.21 Nilai Indeks Pencemar (IP) Air dan Kategorinya ... 71
Tabel : II.23 Kualitas Fisik Situ di Wilayah Jakarta Timur Tahun 2010 ... 81
Tabel : II.24 Kualitas Fisik Situ di Wilayah Jakarta Barat Tahun 2010 ... 81
Tabel : II.25 Kualitas Fisik Situ di Wilayah Jakarta Utara Tahun 2010 ... 82
Tabel : II.26 Kualitas Fisik Situ di Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2010 ... 83
Tabel : II.27 Kualitas Fisik Situ di Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2010 ... 83
Tabel : II.28 Kisaran Konsentrasi Mikrobiologi Situ/Waduk DKI Jakarta Tahun 2010 ... 101
Tabel : II.29 Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Tahun 2010 ... 109
Tabel : II.30 Peralatan Sampling Air Sungai ... 111
Tabel : II.31 Nilai Indeks Pencemar (IP) Air Sungai dan Kategorinya ... 111
Tabel : II.32 Klasifikasi Derajat Pencemaran Berdasarkan Shannon-Wiener ... 112
Tabel : II.33 Rerata Kualitas Fisik Sungai Ciliwung Tahun 2010... 112
Tabel : II.34 Rerata Kualitas Biologi Sungai Ciliwung Tahun 2010 ... 115
Tabel : II.35 Rerata Kualitas Fisik DAS Cipinang Tahun 2010 ... 116
Tabel : II.36 Rerata Kualitas Biologi Sungai Cipinang Tahun 2010 ... 118
Tabel : II.37 Rerata Kualitas Fisik Sungai Mookervart Tahun 2010 ... 121
Tabel : II.38 Rerata Kualitas Fisik Sungai Sunter Tahun 2010... 126
Tabel : II.39 Rerata Kualitas Biologi DAS Sunter Tahun 2010 ... 129
Tabel : II.40 Jumlah Titik Pemantauan dan Status IP Sungai di DKI Jakarta Tahun 2010 ... 146
Tabel : II.41 Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Udara Ambien DKI Jakarta dan Peruntukannya Tahun 2010 ... 156
Tabel : II.42 Metode Analisa Kualitas Udara ... 157
Tabel : II.43 Kualitas Udara Ambien Parameter Debu (TSP) DKI Jakarta Tahun 2010 ... 158
Tabel : II.44 Kualitas Udara Ambien Parameter NO2 DKI Jakarta Tahun 2010 ... 159
Tabel : II.45 Kualitas Udara Ambien Parameter SO2 DKI Jakarta Tahun 2010 ... 160
Tabel : II.46 Kualitas Udara Ambien Parameter Pb DKI Jakarta Tahun 2010 ... 161
Tabel : II.47 Tingkat Kualitas Udara Ambien – Lokasi Pantau : Kuningan, Jakarta Selatan (Peruntukan Perkantoran) ... 166
Tabel : II.48 Tingkat Kualitas Udara Ambien – Lokasi Pantau : Tebet, Jakarta Selatan (Peruntukan Pemukiman) ... 167
Tabel : II.49 Tingkat Kualitas Udara Ambien – Lokasi Pantau : Kawasan PT. JIEP, Jakarta Timur (Peruntukan Industri) ... 168
Tabel : II.50 Tingkat Kualitas Udara Ambien – Lokasi Pantau : Istiqlal, Jakarta Pusat (Peruntukan Niaga) ... 169
Tabel : II.51 Tingkat Kualitas Udara Ambien –
Lokasi Pantau : Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara (Kawasan Rekreasi) 170 Tabel : II.52 Tingkat Kualitas Udara Ambien –
Lokasi Pantau : Cilincing, Jakarta Utara (Peruntukan Industri dan Pemukiman) 171 Tabel : II.53 Tingkat Kualitas Udara Ambien –
Lokasi Pantau : Lubang Buaya, Jakarta Timur (Peruntukan Pemukiman) ... 172 Tabel : II.54 Tingkat Kualitas Udara Ambien –
Lokasi Pantau : Kahfi, Jakarta Selatan (Peruntukan Pemukiman) ... 173 Tabel : II.55 Tingkat Kualitas Udara Ambien –
Lokasi Pantau : Kalideres, Jakarta Barat (Peruntukan Pemukiman) ... 174 Tabel : II.56 Vegetasi Mangrove di Kawasan Pesisir Teluk Jakarta Bagian Barat ... 195 Tabel : II.57 Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove ... 196 Tabel : II.58 Keberadaan Jenis Karang batu Pada beberapa Pulau di Kawasan Taman
Nasional Laut Kepulauan Seribu ... 201 Tabel : II.59 Keberadaan Jenis Ikan Karang di Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan
Seribu ... 202 Tabel : II.60 Posisi koordinat stasiun di Teluk Jakarta ... 206 Tabel : II.61 Jumlah Penduduk DKI Jakarta, 1961-2010 ... 259 Tabel : II.62 Persentase Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Administrasi Tahun 1971 –
2010 ... 260 Tabel : II.63 Rata-rata Anak Lahir Hidup per Perempuan menurut Kelompok Umur, 1990 –
2010 ... 265 Tabel : II.64 CDR, IMR dan Angka Harapan Hidup (e0) ... 266 Tabel : II.65 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Menurut Jenis Kelamin di
DKI Jakarta, 1980 – 2010 ... 267 Tabel : II.66 Migran Masuk Selama Hidup Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin ... 270 Tabel : II.67 Kegiatan Utama Penduduk Usia 15-64 Tahun Menurut Jenis Kelamin Tahun
2000 dan 2010 (Ribu Orang) ... 274 Tabel : II.68 Partisipasi Angkatan Kerja Usia 15-64 Tahun Menurut Tingkat Pendidikan,
2010 (Persen) ... 275 Tabel : II.69 Komposisi Penduduk Usia 15-64 Tahun yang Bekerja Menurut Lapangan
Pekerjaan dan Jenis Kelamin, 2010 (Persen) ... 276 Tabel : II.70 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai di DKI Jakarta, 2010 ... 282 Tabel : II.71 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai di DKI Jakarta, 2010 ... 284 Tabel : II.72 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding Terbanyak di DKI Jakarta,
2010 ... 285 Tabel : II.73 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Air Minum Tahun, 2010 ... 287
Tabel : II.74 Persentase Rumah Tangga Menurut Cara Memperoleh Air Minum di DKI
Jakarta, 2010 ... 288
Tabel : II.75 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di DKI Jakarta, Tahun 2000 – 2010 ... 294
Tabel : II.76 Angka Kesakitan, Rata-rata Lama Sakit dan Rata-rata Lama Pemberian Asi di DKI Jakarta, 2010 ... 295
Tabel : II.77 Jumlah Penduduk, Luas Daerah, Tenaga Medis dan Jarak Rata-rata Fasilitas Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Administrasi... 296
Tabel : II.78 Penolong persalinan balita di DKI Jakarta, 2010 ... 297
Tabel : II.79 Besarnya Bagi Hasil yang Diperoleh Provinsi DKI Jakarta ... 303
Tabel : II.80 Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian ... 303
Tabel : II.81 Distribusi Bahan Bakar Berdasarkan Sektor Pengguna (Liter) ... 305
Tabel : II.82 Jumlah Kendaraan di Provinsi DKI Jakarta ... 306
Tabel : II.83 Panjang dan Luas Jalan Menurut Kota Administrasi dan Jenis Jalan, 2010 ... 308
Tabel : II.84 Panjang, Luas dan Status Jalan Menurut Jenisnya, 2010 ... 309
Tabel : II.85 Jumlah Penumpang Kapal yang Datang dan Berangkat Melalui Pelabuhan Laut Tanjung Priok, 1998 - 2010 ... 309
Tabel : II.86 Jumlah Barang yang Dibongkar dan Dimuat Melalui Pelabuhan Laut Tanjung Priok, 2004 – 2010 (Ton) ... 311
Tabel : II.87 Jumlah Penumpang dan Barang yang diangkut Melalui Pelabuhan Tanjung Priok Menurut Jenis Pelayaran dan Jasa Pelayaran Pelabuhan, 2004 - 2010 ... 312
Tabel : II.88 Jumlah Lalu Lintas Pesawat Udara yang Berangkat dan Datang Melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta, 2004-2010 ... 312
Tabel : II.89 Jumlah Lalu Lintas Pesawat Udara yang Berangkat dan Datang Melalui Pelabuhan Udara Halim Perdana Kusuma, 2004-2010 ... 313
Tabel : II.90 Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke DKI Jakarta, 2010 ... 318
Tabel : II.91 Perusahaan Penghasil Limbah B3, Jenis Limbah dan Volumenya ... 328
Tabel : II.92 Perusahaan yang Mendapat Izin Untuk Penyimpanan, Pengumpulan, Pengolahan, Pemanfaatan, dan Pemusnahan (Land fill) Limbah B3 ... 339
Tabel : II.93 Perusahaan yang Mendapat Rekomendasi dan Izin dari Perhubungan Untuk Pengangkutan Limbah B3 ... 348
Tabel : III.94 Rekomendasi Amdal/UKL-UPL ... 355
Tabel : III.95 Pelaksanaan Legal Sampling dan Tindak Lanjut Tahun 2010 ... 362
Tabel : III.96 Hasil Pengawasan dan Penertiban Pemanfaatan Air Bawah Tanah di DKI Jakarta Tahun 2010 ... 364
DAFTAR GRAFIK
HalamanGrafik : II.1 Konsentrasi BOD Situ/Waduk di Wilayah Jakarta Timur, 2010 ... 84
Grafik : II.2 Konsentrasi COD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur, 2010 ... 85
Grafik : II.3 Konsentrasi DO Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur, 2010... 85
Grafik : II.4 Konsentrasi Phospat Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur, 2010 ... 86
Grafik : II.5 Konsentrasi Organik Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur Tahun 2010 ... 87
Grafik : II.6 Konsentrasi Detergent Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur Tahun 2010 ... 87
Grafik : II.7 Konsentrasi BOD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2010 ... 88
Grafik : II.8 Konsentrasi COD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2010... 89
Grafik : II.9 Konsentrasi DO Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2010 ... 89
Grafik : II.10 Konsentrasi Phospat Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2010 ... 90
Grafik : II.11 Konsentrasi Organik Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2010 ... 90
Grafik : II.12 Konsentrasi Detergent Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2010 ... 91
Grafik : II.13 Konsentrasi BOD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2010 ... 92
Grafik : II.14 Konsentrasi COD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2010 ... 92
Grafik : II.15 Konsentrasi DO Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2010 ... 93
Grafik : II.16 Konsentrasi Phospat Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2010 ... 94
Grafik : II.17 Konsentrasi Organik Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2010 ... 94
Grafik : II.18 Konsentrasi Detergent Situ/waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2010... 95
Grafik : II.19 Konsentrasi BOD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun 2010 ... 95
Grafik : II.20 Konsentrasi COD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun 2010 ... 96
Grafik : II.21 Konsentrasi DO Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat, 2010 ... 96
Grafik : II.22 Konsentrasi Phospat Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun 2010 ... 97
Grafik : II.23 Konsentrasi Organik Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun 2010 ... 97
Grafik : II.24 Konsentrasi Detergent Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun 2010 ... 98
Grafik : II.25 Konsentrasi COD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Utara Tahun 2010 ... 99
Grafik : II.26 Konsentrasi DO Situ/Waduk Wilayah Jakarta Utara Tahun 2010 ... 99
Grafik : II.28 Konsentrasi Organik Situ/Waduk Wilayah Jakarta Utara Tahun 2010 ... 100
Grafik : II.29 Konsentrasi Detergent Situ/Waduk Wilayah Jakarta Utara Tahun 2010 ... 101
Grafik : II.30 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah DKI Jakarta Tahun 2010 ... 103
Grafik : II.31 Persentase Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah DKI Jakarta Tahun 2010 ... 104
Grafik : II.32 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur Tahun 2010 ... 104
Grafik : II.33 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2010 ... 105
Grafik : II.34 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2010 ... 106
Grafik : II.35 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun 2010 ... 106
Grafik : II.36 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah Jakarta Utara Tahun 2010 ... 107
Grafik : II.37 Konsentrasi Phospat Sungai Ciliwung Tahun 2010 ... 113
Grafik : II.38 Konsentrasi Detergent Sungai Ciliwung Tahun 2010 ... 113
Grafik : II.39 Konsentrasi Organik Sungai Ciliwung Tahun 2010 ... 113
Grafik : II.40 Konsentrasi BOD Sungai Ciliwung Tahun 2010 ... 114
Grafik : II.41 Konsentrasi COD Sungai Ciliwung Tahun 2010 ... 114
Grafik : II.42 Konsentrasi DO Sungai Ciliwung Tahun 2010 ... 115
Grafik : II.43 Konsentrasi Phospat Sungai Cipinang Tahun 2010 ... 116
Grafik : II.44 Konsentrasi Detergent Sungai Cipinang Tahun 2010 ... 117
Grafik : II.45 Konsentrasi Organik Sungai Cipinang Tahun 2010 ... 117
Grafik : II.46 Konsentrasi BOD Sungai Cipinang Tahun 2010 ... 117
Grafik : II.47 Konsentrasi BOD Sungai Cipinang Tahun 2010 ... 117
Grafik : II.48 Konsentrasi DO Sungai Cipinang Tahun 2010 ... 118
Grafik : II.49 Konsentrasi Phospat Sungai Angke Tahun 2010 ... 119
Grafik : II.50 Konsentrasi Detergent Sungai Angke Tahun 2010 ... 119
Grafik : II.51 Konsentrasi Organik Sungai Angke Tahun 2010 ... 119
Grafik : II.52 Konsentrasi BOD Sungai Angke Tahun 2010 ... 119
Grafik : II.53 Konsentrasi COD Sungai Angke Tahun 2010 ... 120
Grafik : II.54 Konsentrasi DO Sungai Angke Tahun 2010 ... 120
Grafik : II.55 Konsentrasi Phospat Sungai Mookervart Tahun 2010 ... 121
Grafik : II.56 Konsentrasi Detergent Sungai Mookervart Tahun 2010 ... 122
Grafik : II.58 Konsentrasi BOD S. Mookervart Tahun 2010 ... 122
Grafik : II.59 Konsentrasi COD Sungai Mookervart Tahun 2010 ... 123
Grafik : II.60 Konsentrasi DO Sungai Mookervart Tahun 2010 ... 123
Grafik : II.61 Konsentrasi Phospat Sungai Grogol Tahun 2010 ... 124
Grafik : II.62 Konsentrasi Detergent Sungai Grogol Tahun 2010 ... 124
Grafik : II.63 Konsentrasi Organik Sungai Grogol Tahun 2010 ... 125
Grafik : II.64 Konsentrasi BOD Sungai Grogol Tahun 2010 ... 125
Grafik : II.65 Konsentrasi COD Sungai Grogol Tahun 2010 ... 125
Grafik : II.66 Konsentrasi DO Sungai Grogol Tahun 2010 ... 126
Grafik : II.67 Konsentrasi Phospat Sungai Sunter Tahun 2010 ... 127
Grafik : II.68 Konsentrasi Detergent Sungai Sunter Tahun 2010 ... 127
Grafik : II.69 Konsentrasi Organik Sungai Sunter Tahun 2010 ... 127
Grafik : II.70 Konsentrasi BOD Sungai Sunter Tahun 2010 ... 128
Grafik : II.71 Konsentrasi COD Sungai Sunter Tahun 2010 ... 128
Grafik : II.72 Konsentrasi DO Sungai Sunter Tahun 2010 ... 128
Grafik : II.73 Konsentrasi Phospat Sungai Pesanggrahan Tahun 2010 ... 129
Grafik : II.74 Konsentrasi Detergent Sungai Pesanggrahan Tahun 2010 ... 129
Grafik : II.75 Konsentrasi Organik Sungai Pesanggrahan Tahun 2010... 130
Grafik : II.76 Konsentrasi BOD Sungai Pesanggrahan Tahun 2010 ... 130
Grafik : II.77 Konsentrasi COD Sungai Pesanggrahan Tahun 2010 ... 130
Grafik : II.78 Konsentrasi DO Sungai Pesanggrahan Tahun 2010 ... 131
Grafik : II.79 Konsentrasi Phospat Sungai Krukut & Tarum Barat Tahun 2010 ... 132
Grafik : II.80 Konsentrasi Detergent Sungai Krukut & Tarum Barat Tahun 2010 ... 132
Grafik : II.81 Konsentrasi Organik Sungai Krukut & Tarum Barat Tahun 2010 ... 132
Grafik : II.82 Konsentrasi BOD Sungai Krukut & Tarum Barat Tahun 2010 ... 132
Grafik : II.83 Konsentrasi COD Sungai Krukut & tarum barat Tahun 2010 ... 132
Grafik : II.84 Konsentrasi DO Sungai Krukut & tarum barat Tahun 2010 ... 133
Grafik : II.85 Konsentrasi Phospat S. Cengkareng Drain & Kali Baru Timur Tahun 2010 ... 134
Grafik : II.86 Konsentrasi Detergent Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun 2010 ... 134
Grafik : II.87 Konsentrasi Organik Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun 2010 ... 134
Grafik : II.88 Konsentrasi BOD Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun 2010 ...
135
Grafik : II.89 Konsentrasi COD Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun 2010 ...
135
Grafik : II.90 Konsentrasi DO Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun 2010 ...
135
Grafik : II.91 Konsentrasi Phospat Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun
2010 ... 136
Grafik : II.92 Konsentrasi Detergent Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun 2010 ... 136
Grafik : II.93 Konsentrasi Organik Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun 2010 ... 137
Grafik : II.94 Konsentrasi BOD Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun 2010 137 Grafik : II.95 Konsentrasi COD Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun 2010 137 Grafik : II.96 Konsentrasi DO Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun 2010 .. 137
Grafik : II.97 Konsentrasi Phospat Sungai Petukangan dan Sungai kamal Tahun 2010 .... 138
Grafik : II.98 Konsentrasi Detergent Sungai Petukangan dan Sungai Kamal ... 138
Grafik : II.99 Konsentrasi Organik Sungai Petukangan dan Sungai Kamal Tahun 2010 .... 139
Grafik : II.100 Konsentrasi BOD Sungai Petukangan dan Sungai Kamal Tahun 2010 ... 139
Grafik : II.101 Konsentrasi COD Sungai Petukangan dan Sungai Kamal Tahun 2010 ... 139
Grafik : II.102 Konsentrasi DO Sungai Petukangan dan Sungai Kamal Tahun 2010 ... 139
Grafik : II.103 Beban Pencemar COD di Sungai Ciliwung Tahun 2010 ... 140
Grafik : II.104 Beban Pencemar BOD di Sungai Ciliwung Tahun 2010... 140
Grafik : II.105 Beban Pencemar COD di Sungai Cipinang Tahun 2010 ... 141
Grafik : II.106 Beban Pencemar BOD di Sungai Cipinang Tahun 2010 ... 141
Grafik : II.107 Beban Pencemar COD di Kali Angke Tahun 2010 ... 141
Grafik : II.108 Beban Pencemar BOD di Kali Angke Tahun 2010 ... 141
Grafik : II.109 Beban Pencemar COD di Sungai Mookervart Tahun 2010 ... 142
Grafik : II.110 Beban Pencemar BOD di Sungai Mookervart Tahun 2010 ... 142
Grafik : II.111 Beban Pencemar COD di Sungai Grogol Tahun 2010 ... 142
Grafik : II.112 Beban Pencemar BOD di Sungai Grogol Tahun 2010 ... 142
Grafik : II.113 Beban Pencemar COD di Sungai Sunter Tahun 2010 ... 143
Grafik : II.114 Beban Pencemar BOD di Sungai Sunter Tahun 2010... 143
Grafik : II.116 Beban Pencemar BOD di Sungai Pesanggrahan Tahun 2010... 143
Grafik : II.117 Beban Pencemar COD di Sungai Krukut dan Sungai Tarum Barat Tahun 2010 ... 144
Grafik : II.118 Beban Pencemar BOD di Sungai Krukut dan Sungai Tarum Barat Tahun 2010 ... 144
Grafik : II.119 Beban Pencemar COD di S.Cengkareng Drain dan Sungai Kali Baru Timur Tahun 2010 ... 145
Grafik : II.120 Beban Pencemar BOD di S.Cengkareng Drain dan Sungai Kali Baru Timur Tahun 2010 ... 145
Grafik : II.121 Beban Pencemar COD Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun 2010 ... 145
Grafik : II.122 Beban Pencemar BOD Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun 2010 ... 145
Grafik : II.123 Beban Pencemar COD di Sungai Petukangan dan Kamal Tahun 2010 ... 146
Grafik : II.124 Beban Pencemar BOD di Sungai Petukangan dan Kamal Tahun 2010 ... 146
Grafik : II.125 Indeks Pencemaran Sungai Ciliwung Tahun 2010 ... 147
Grafik : II.126 Indeks Pencemaran Sungai Cipinang Tahun 2010 ... 147
Grafik : II.127 Indeks Pencemaran Sungai Angke Tahun 2010 ... 148
Grafik : II.128 Indeks Pencemaran Sungai Mookervart Tahun 2010 ... 148
Grafik : II.129 Indeks Pencemaran Sungai Grogol Tahun 2010 ... 149
Grafik : II.130 Indeks Pencemaran Sungai Sunter Tahun 2010 ... 149
Grafik : II.131 Indeks Pencemaran Sungai Pesanggrahan Tahun 2010 ... 150
Grafik : II.132 Indeks Pencemaran Sungai Krukut dan Tarum Barat Tahun 2010 ... 150
Grafik : II.133 Indeks Pencemaran Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun 2010 ... 151
Grafik : II.134 Indeks Pencemaran Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun 2010 ... 151 Grafik : II.135 Indeks Pencemaran Sungai Petukangan dan Kamal Tahun 2010 ... 152
Grafik : II.136 Kualitas Udara Ambien Parameter Debu (TSP) DKI Jakarta Tahun 2010 ... 159
Grafik : II.137 Kualitas Udara Ambien Parameter NO2 DKI Jakarta Tahun 2010 ... 160
Grafik : II.138 Kualitas Udara Ambien Parameter SO2 DKI Jakarta Tahun 2010 ... 161
Grafik : II.139 Kualitas Udara Ambien Parameter Pb DKI Jakarta Tahun 2010 ... 162
Grafik : II.140 Komposisi Jenis Zooplankton di Perairan Laut Teluk Jakarta ... 210
Grafik : II.142 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Dominansi (D) dan
Keseragaman (E) ... 211
Grafik : II.143 Komposisi Jenis Zooplankton di Perairan Muara Teluk Jakarta (Pasang) .... 212
Grafik : II.144 Kelimpahan Zooplankton (ind/m3) di Perairan Muara Teluk Jakarta (Pasang) ... 212 Grafik : II.145 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) ... 213
Grafik : II.146 Komposisi Jenis Zooplankton di Perairan Muara Teluk Jakarta (Surut) ... 213
Grafik : II.147 Kelimpahan Zooplankton (ind/m3) di Perairan Muara Teluk Jakarta (Surut) .. 214
Grafik : II.148 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) ... 214
Grafik : II.149 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Laut Teluk Jakarta ... 215
Grafik : II.150 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Muara Pada Saat Surut ... 215
Grafik : II.151 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Muara Pada Saat Pasang ... 215
Grafik : II.152 Komposisi Jenis Makrozoobentos Perairan Laut Teluk Jakarta ... 216
Grafik : II.153 Kepadatan Makrozoobentos Perairan Laut Teluk Jakarta ... 216
Grafik : II.154 Komposisi Jenis Makrozoobentos Perairan Muara Teluk Jakarta ... 217
Grafik : II.155 Kepadatan Makrozoobentos Perairan Muara Teluk Jakarta ... 217
Grafik : II.156 Komposisi Jenis Zooplankton Perairan Muara Saat Pasang Surut ... 220
Grafik : II.157 Kelimpahan Jenis Zooplankton Perairan Muara Saat Pasang Surut ... 221
Grafik : II.158 Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Zooplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang Surut ... 221
Grafik : II.159 Komposisi Jenis Zooplankton Perairan Laut Teluk Jakarta ... 222
Grafik : II.160 Kelimpahan Jenis Zooplankton Perairan Laut Teluk Jakarta ... 222
Grafik : II.161 Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Zooplankton Perairan Laut Teluk Jakarta ... 223
Grafik : II.162 Komposisi Jenis Fitoplankton Perairan Muara Saat Pasang Surut... 223
Grafik : II.163 Kelimpahan Jenis Fitoplankton di Perairan Muara Saat Pasang Surut ... 224
Grafik : II.164 Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Fitoplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang Surut ... 224
Grafik : II.165 Komposisi Jenis Fitoplankton Perairan Laut Teluk Jakarta... 225
Grafik : II.167 Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Dominansi (D) dan Keseragaman (E)
Fitoplankton Perairan Laut Teluk Jakarta ... 226
Grafik : II.168 Komposisi Jenis Makrozoobentos Perairan Laut Teluk Jakarta ... 226
Grafik : II.169 Kepadatan Makrozoobentos Perairan Laut Teluk Jakarta ... 227
Grafik : II.170 Komposisi Jenis Makrozoobentos Perairan Muara Teluk Jakarta ... 228
Grafik : II.171 Kepadatan Makrozoobentos Perairan Muara Teluk Jakarta ... 228
Grafik : II.172 Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E), dan Dominansi (D) Perairan Laut Teluk Jakarta ... 229
Grafik : II.173 Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E), dan Dominansi (D) Perairan Muara Teluk Jakarta ... 230
Grafik : II.174 Komposisi Jenis Fitoplankton Perairan Laut Teluk Jakarta... 232
Grafik : II.175 Sebaran kelimpahan Fitoplankton (sel/m3) Perairan Laut Teluk Jakarta ... 233
Grafik : II.176 Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Fitoplankton Perairan Laut Teluk Jakarta ... 233
Grafik : II.177 Komposisi Jenis Fitoplankton yang ditemukan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang Surut ... 234
Grafik : II.178 Sebaran kelimpahan Fitoplankton (sel/m3) Muara Teluk Jakarta Saat Pasang... 234 Grafik : II.179 Sebaran kelimpahan Fitoplankton (sel/m3) Muara Teluk Jakarta Saat Surut . 235 Grafik : II.180 Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Fitoplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang ... 235
Grafik : II.181 Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Fitoplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Surut ... 236
Grafik : II.182 Komposisi Jenis Zooplankton yang ditemukan Perairan Laut Teluk Jakarta .. 236
Grafik : II.183 Sebaran kelimpahan Zooplankton (ind/m3) Perairan Laut Teluk Jakarta ... 237
Grafik : II.184 Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Zooplankton Perairan Laut Teluk Jakarta ... 237
Grafik : II.185 Komposisi Jenis Zooplankton yang ditemukan Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang ... 238
Grafik : II.186 Komposisi Jenis Zooplankton yang ditemukan Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Surut ... 238
Grafik : II.187 Sebaran kelimpahan Zooplankton (ind/m3) di Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang ... 239
Grafik : II.188 Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Zooplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Surut ... 239
Grafik : II.189 Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Zooplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang ... 240
Grafik : II.190 Komposisi Jenis Makrozoobentos di Perairan Laut Teluk Jakarta... 241
Grafik : II.191 Kepadatan Makrozoobentos di Perairan Laut Teluk Jakarta ... 241
Grafik : II.192 Komposisi Jenis Makrozoobentos di Perairan Muara Teluk Jakarta ... 242
Grafik : II.193 Kepadatan Makrozoobentos di Perairan Muara Teluk Jakarta ... 243
Grafik : II.194 Komposisi Jenis Makrozoobentos di Perairan Kepulauan Seribu ... 244
Grafik : II.195 Kepadatan Makrozoobentos di Perairan Kepulauan Seribu ... 244
Grafik : II.196 Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 1961-2010 (ribuan) ... 279
Grafik : II.197 Distribusi Penduduk Menurut Kotamadya, Tahun 1961-2010 ... 280
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar : II.1 Lokasi Pemantauan Kualitas Air Tanah Dangkal di DKI Jakarta, 2009 ... 58 Gambar : II.2 Lokasi Pengambilan sample Kualitas Air Situ/Waduk Tahun 2010 ... 70 Gambar : II.3 Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Tahun 2010 ... 109 Gambar : II.4 Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Udara Ambien DKI Jakarta Tahun2010 ... 156 Gambar : II.5 Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Udara (Metode Sesaat)... 157 Gambar : II.6 Interaksi Antara Tiga Ekosistem Utama di Pesisir (dimodifikasi dari
Ogden dan Gladfelter, 1983) ... 189 Gambar : II.7 Peta Lokasi Penelitian Kualitas Air Muara Sungai... 207 Gambar : II.8 Peta Genangan Air Hujan di Provinsi DKI Jakarta, 2006 ... 253
DAFTAR LAMPIRAN
1. SK Gubernur KDKI Nomor 1822/2002 tentang Penyusunan Status Lingkungan Hidup DaerahProvinsi DKI Jakarta.
2. SK Kepala BPLHD Nomor 13/2010 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2010. 3. Peta Pemantauan Kualitas Air Tanah.
4. Peta Pemantauan Kualitas Air Situ/Waduk Provinsi DKI Jakarta. 5. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2010.
6. Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai di Wilayah DKI Jakarta Tahun 2010. 7. Lokasi Pemantauan Kimiawi Air Sungai di Wilayah DKI Jakarta Tahun 2010. 8. Peta Pemantauan Kualitas Air Muara dan Teluk.
9. Peta Lokasi Pemantauan Perairan dan Muara Teluk Jakarta Tahun 2010. 10. Lokasi Pemantauan Perairan dan Muara Teluk Jakarta Tahun 2010. 11. Pulau-pulau di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.
12. Peta Lokasi Pemantau Kualitas Udara Provinsi DKI Jakarta Metode Sesaat. 13. Peta Lokasi Pemantau Kualitas Udara Provinsi DKI Jakarta Metode Kontinue.
ABSTRAK
Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010 adalah suatu gambaran secara
umum mengenai kondisi lingkungan dan sebuah jabaran dari segala aktifitas manusia/masyarakat
dalam mengelola lingkungan dan pengaruhnya pada permasalahan sosial, ekonomi dan kesehatan.
Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia yang berada di dataran rendah pantai utara
bagian barat Pulau Jawa, terletak pada 106
O48’ bujur timur dan 6
O12’ lintang selatan yang
mempunyai luas wilayah 650 km
2, dimana pada kota ini mengalir sekitar 13 (tiga belas) sungai baik
alami maupun buatan. Sungai-sungai besar yang ada di kota Jakarta adalah sungai Ciliwung, sungai
Moorkervart dan sungai Cipinang. Provinsi DKI Jakarta yang terletak pada dataran rendah dengan
ketinggian antara 0 – 10 meter diatas permukaan laut, berbatasan secara administratif di bagian barat
dengan Tangerang (Banten), bagian selatan dengan Bogor (Jawa Barat), bagian timur dengan Bekasi
(Jawa Barat) dan di bagian utara dengan Laut Jawa. Suhu rata-rata tahunan mencapai 27
OC dan
iklim dipengaruhi oleh angin muson. Tinggi curah hujan setiap tahun rata-rata 2.000 mm dengan
maksimum curah hujan tertinggi pada bulan Januari, sedang temperatur bervariasi antara 23,42
OC
(minimum) sampai 31,7
OC (maksimum), dan kelembaban (nisbi) 77,97 persen.
Pada penulisan Pendahuluan memuat tentang latar belakang penulisan, isu utama lingkungan hidup
dan tingkat kesadaran berbagai lapisan masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Adapun isu utama lingkungan hidup yang terjadi di tahun 2010 tidak berbeda jauh dengan tahun 2009
walaupun sudah banyak dilakukan pembenahan secara signifikan dalam hal pengelolaan lingkungan
di wilayah provinsi DKI Jakarta tetapi masalah banjir, pencemaran (Situ, Sungai, Laut, Udara), limbah
padat dan cair, transportasi, selain itu dalam hal penulisannya juga memuat kebijakan pembangunan
daerah berkelanjutan Provinsi DKI Jakarta, yang meliputi kebijakan pembangunan lingkungan hidup,
kebijakan tata ruang dan kebijakan sosial, ekonomi dan budaya.
Bab I memuat tentang Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya, yang meliputi tentang
Lahan dan Hutan, Keanekaragaman Hayati, Air, Udara, Laut Pesisir dan Pantai, Iklim, Bencana Alam
beserta perbandingan dengan baku mutu (standar/kriteria), perbandingan nilai antar lokasi dan antar
waktu, serta analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum dan rata-rata).
Bab II memuat tentang Tekanan Terhadap Lingkungan yang meliputi tentang Kependudukan,
Permukiman, Kesehatan, Pertanian, Industri, Pertambangan, Energi, Transportasi, Pariwisata,
Limbah B3 beserta perbandingan dengan baku mutu (standar/kriteria), perbandingan nilai antar lokasi
dan antar waktu, serta analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum dan rata-rata).
Bab III memuat tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan yang meliputi tentang Rehabilitasi
Lingkungan, Pengawasan Amdal, Penegakan Hukum, Peran serta masyarakat, dan Kelembagaan
serta perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu, serta analisis statistik sederhana (frekuensi,
maksimum, minimum dan rata-rata).
Rekomendasi bagi pengelolaan lingkungan di tahun 2010 disajikan secara umum, isi rekomendasi
menekankan pada keberlanjutan dan upaya peningkatan program pengelolaan yang telah ada, upaya
peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat serta koordinasi antar lembaga dan antar
wilayah administrasi dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Data bagi penulisan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2010 ini
berasal dari berbagai sumber termasuk instansi-instansi terkait di wilayah Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta, hasil penelitian dan pemberitaan dari media massa.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahkluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lainnya, sehingga kualitas lingkungan hidup perlu dijaga dan dikelola dengan bijaksana.
Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber penting bagi kehidupan umat manusia dan mahkluk hidup lainnya. Sumber daya alam menyediakan sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sedangkan lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktivitasnya sehingga pengelolaan sumber daya alam harus mengacu pada aspek konservasi dan pelestarian lingkungan. Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara dan pusat kegiatan dan pesatnya pembangunan di berbagai sektor selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga dapat menambah beban pada lingkungan terutama akibat meningkatnya limbat padat, cair, gas serta eksploitasi sumber daya alam telah memberikan dampak pada semakin berkurangnya daya dukung lahan dan lingkungan. Perjalanan pembangunan kota yang pada tahap awalnya hanya ditekankan pada peningkatan produktivitas/pertumbuhan ekonomi telah mulai bergeser pada upaya-upaya yang lebih proporsionil antara kepentingan ekonomi dan keseimbangan lingkungan melalui proses perencanaan pembangunan yang lebih partisipatif yang melibatkan peran serta para pelaku pembangunan (stake holder) dan masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan guna terwujudnya tata pemerintahan yang baik (good governance).
B. Tujuan Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah
Tujuan utama penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta adalah : 1. Menyediakan dasar bagi perbaikan pengambilan keputusan pada semua tingkat; 2. Meningkatkan kesadaran dan kefahaman akan kecenderungan dan kondisi lingkungan; 3. Memfasilitasi pengukuran kemajuan menuju keberlanjutan.
Laporan ini dimaksudkan untuk mendokumentasikan perubahan dan kecenderungan kondisi lingkungan. Pelaporan yang rutin akan menjamin akses informasi lingkungan yang terkini dan akurat
secara ilmiah bagi publik, industri, organisasi non-pemerintah, serta semua tingkatan lembaga pemerintah. Laporan SLHD juga menyediakan referensi dasar tentang keadaan lingkungan bagi pengambil kebijakan sehingga memungkinkan dapat menjadi kebijakan yang baik dalam rangka mempertahankan proses ekologis serta meningkatkan kualitas kehidupan di masa kini dan masa datang.
C. Metodologi Penyusunan 1. Sumber Data
Data dan informasi yang digunakan untuk menyusun buku laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta adalah data dan informasi yang dikumpulkan oleh instansi yang ada di lingkungan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan data yang bersumber dari laporan penelitian tahun 2010.
2. Pendekatan Penyusunan
Untuk mencapai maksud dan tujuan penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta sebagaimana dikemukakan di atas, diupayakan koordinasi penyusunan dengan memperhatikan beberapa aspek, terutama :
Aspek fungsional, yakni penelusuran adanya kaitan kegiatan dan keterpaduan fungsi antara satu instansi dengan instansi lainnya yang menangani urusan yang telah menjadi kewenangan Pemda DKI Jakarta. Selain itu diidentifikasi juga tugas pemerintahan dan tugas pembangunan yang masih menjadi kewenangan pemerintah pusat.
Aspek formal, yakni upaya penerapan petunjuk tingkat nasional, yang disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan DKI Jakarta.
Aspek struktural, yakni penelusuran kaitan dan koordinasi kerja setiap tingkatan instansi.
Aspek material, yakni penelusuran adanya kaitan dan koordinasi antar instansi dalam penyajian dan pemanfaatan data.
Aspek operasional, yakni penelusuran adanya kaitan dan keterpaduan dalam penentuan langkah-langkah penyusunan, baik dari segi waktu dan lingkup data.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran buku Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta ini, pendekatan yang ditempuh dalam rangka pengumpulan data dijelaskan sebagai berikut :
Penelusuran kembali berbagai dokumen yang memuat rumusan kebijaksanaan baik produk Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, baik tentang pembangunan sektoral di daerah maupun tentang pengelolaan lingkungan hidup.
Pengumpulan data Tekanan terhadap lingkungan tahun 2010 dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta, dan BPLHD Provinsi DKI Jakarta.
Data kegiatan Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya diperoleh dari BAPEDA DKI Jakarta, BPS Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Pertanian, Dinas Kesehatan, Dinas Pertamanan dan Pemakaman, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, BPLHD Provinsi DKI Jakarta dan instansi terkait lainnya.
Data tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan diperoleh dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup Dearah (BPLHD) Provinsi DKI Jakarta.
D. Prosedur Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah 1. Proses Kegiatan
1.1. Tahap Pemantauan
Pemantauan dilakukan terhadap semua aspek kependudukan dan lingkungan hidup, melalui pengumpulan data yang dilakukan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD), Dinas Teknis lainnya secara berkala yang selanjutnya disusun menjadi data dasar oleh Badan Pusat Statistik DKI Jakarta.
1.2. Tahap Evaluasi
Evaluasi diarahkan pada tiga aspek utama, yaitu :
Kegiatan sosial ekonomi yang potensial menimbulkan dampak pada komponen kependudukan dan lingkungan hidup.
Upaya pengendalian dampak baik yang telah dilaksanakan oleh masing-masing instansi sesuai dengan tugas pokoknya maupun melalui koordinasi instansi terkait.
Gambaran tentang kualitas lingkungan hidup DKI Jakarta tahun 2010.
1.3. Tahapan Penyusunan Buku Laporan dan Buku Data
Penyusunan Buku Laporan (Buku I) dan Buku Data (Buku II) dilaksanakan secara simultan. Data Lingkungan yang terkumpul baik berasal dari sektor maupun hasil monitoring dan evaluasi (monev) BPLHD Provinsi DKI Jakarta disusun dan dianalisis secara komprehensif.
Penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta meliputi pemantauan kualitas lingkungan hidup di wilayah DKI Jakarta, pengumpulan dan pengolahan data, analisis data,
dokumentasi kebijakan, dan penyajian laporan dengan menggunakan pendekatan model P-S-R (Pressure-State-Response). Ruang lingkup pedoman ini meliputi :
a Kualitas lingkungan hidup berdasarkan media air, udara, dan lahan.
b Kualitas dan kuantitas sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati. c Kualitas penduduk dan sosial ekonomi.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan penyusunan laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010 paralel dengan kegiatan rutin BPLHD dan didukung berbagai sektor terkait termasuk pengumpulan data monev yang dilakukan sepanjang tahunnya.
Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1822 tahun 2002 tentang Pembentukan Tim Penyusun Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta merupakan landasan legal yang menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta.
E. Sistematika Penyajian (1) Buku II (Buku Data)
Penyusunan Buku Data didasarkan pada data lingkungan hidup yang benar, akurat dan ilmiah, sedangkan analisis dalam penyusunan laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta, tergantung dan didasarkan pada data dasar yang digunakan sebagai informasi bagi peningkatan kesadaran dan keterlibatan masyarakat serta para pengambil keputusan dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Buku II (Buku Data) merupakan kumpulan data dasar tentang Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya, Tekanan Terhadap Lingkungan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan. Data tersebut dikumpulkan menurut prosedur pendataan sesuai dengan kaidah data yang benar. Walaupun kondisi dan permasalahan Provinsi DKI Jakarta relatif berbeda dengan Daerah Tingkat I lainnya, namun tetap diupayakan untuk memenuhi jumlah dan jenis data (tabel data) semaksimal mungkin.
(2) Buku I (Buku Laporan)
Buku I merupakan penjelasan hasil identifikasi dan analisis data yang disajikan pada buku II. Buku I tersebut disistematisir menjadi tiga bab yaitu :
Bab 1 menjelaskan Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya. Bab 2 menjelaskan Tekanan Terhadap Lingkungan.
F. Isu-isu Utama Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta
Secara umum gambaran isu-isu yang mempengaruhi kualitas lingkungan hidup di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2010 adalah sebagai berikut :
1. Sumber Daya dan Lingkungan Hidup
Jakarta dengan jumlah penduduk yang besar dan pendapatan masyarakat yang relatif tinggi dibanding masyarakat lainnya di Indonesia, menghadapi dua persoalan besar berkaitan dengan isu SDA dan lingkungan hidup, yaitu [1] terus berlangsungnya dalam mengkonsumsi produk yang berasal dari SDA seperti, BBM dan air tanah; [2] pola dan perilaku masyarakat dan dunia bisnis cenderung kurang bersahabat pada lingkungan hidup, sehingga pencemaran Jakarta masih terus berlangsung.
Beberapa catatan berikut ini menunjukkan keriusan sebagian besar masyarakat pada masalah SDA dan lingkungan hidup di Jakarta : [1] terus berlangsungnya peningkatan konsumsi BBM tanpa upaya penghematan serta kesadaran yang rendah pada pemanfaatan energi alternatif; [2] meningkatnya produksi sampah kota dan belum tersedianya pola penanganan yang efektif dan efisien; [3] bahaya banjir tetap mengancam setiap tahun, karena pesatnya pembangunan dan sistem drainase yang kurang baik; [4] Jakarta sangat polutif dan merupakan kota yang memiliki tingkat pencemaran tinggi, [5] belum optimalnya penataan ruang dan peruntukan penggunaan lahan.
2. Bidang Sarana dan Prasarana Kota
Persoalan menonjol yang memerlukan perhatian serius berkaitan dengan prasarana dan sarana publik adalah : [1] belum berhasilnya penanganan permukiman kumuh melalui ressetlement; [2] banjir yang terus terjadi setiap tahun di sejumlah lokasi walaupun saat ini sifatnya hanya genangan sementara; [3] belum tertanganinya masalah sampah dengan teknologi modern; [4] belum memadainya fasilitas jalan, trotoar; [5] belum optimalnya penataan ruang dan peruntukan penggunaan lahan; [6] masih buruknya prasarana dan sarana pelayanan publik.
3. Bidang Ekonomi
Meskipun Pemerintah DKI Jakarta telah berupaya melakukan terobosan namun hasilnya belum terlihat maksimal, dimana roda perekonomian belum berjalan secara optimal. Kesenjangan ekonomi baik antar pelaku ekonomi maupun antar golongan pendapatan masih cukup tajam dan terjadi pada segala aspek kehidupan, sehingga struktur dan fundamental ekonomi sangat rentan terhadap gejolak yang terjadi.
4. Bidang Sosial Budaya
Bidang sosial budaya mencakup aspek yang sangat luas meliputi aspek kehidupan beragama, kesejahteraan sosial, pemberdayaan masyarakat, seni budaya, permuseuman, olah raga dan kepemudaan. Namun demikian dalam banyak hal dalam berbagai aspek ini saling kait-mengait yang memerlukan penanganan secara terpadu.
Beragamnya masyarakat yang tinggal di DKI Jakarta dapat menimbulkan terjadinya peristiwa-peristiwa yang bersifat primordial dan partisan. Sebagian dari mereka terutama akar rumput (grass-root) sangat fanatik terhadap kelompoknya sendiri dan menganggap kelompok lain sebagai saingan dan musuhnya. Kondisi ini dapat menimbulkan ketegangan dalam masyarakat sehingga mudah emosi dan ter-provokasi menjadi perkelahian antar warga masyarakat. Konflik sosial semacam ini sering terjadi di sejumlah wilayah dengan latar belakang dan penyebab yang sangat kecil.
Masalah sosial lainnya yang timbul akibat krisis dan sulitnya lapangan kerja adalah semakin banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Sebagian dari mereka adalah pengamen, pedagang di lampu lalu lintas, pengemis dan anak jalanan yang memerlukan perhatian dan pertolongan di satu sisi tetapi juga dibutuhkan ketegasan dalam penanganannya di lain pihak, karena berpotensi mengganggu ketentraman dan ketertiban umum. Sementara itu, jumlah pengguna narkoba juga semakin bertambah.
Banyaknya masyarakat yang terpuruk akibat krisis multi dimensi yang lalu, bukan hanya menyebabkan pendapatan mereka turun drastis, tetapi juga banyak diantara golongan masyarakat kecil itu kehilangan pekerjaan ataupun usahanya menjadi bangkrut. Tentunya kondisi ini tidak boleh berlangsung secara terus menerus dan harus ditanggulangi segera, sehingga program-program tentang penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat perlu terus dilanjutkan.
5. Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Persoalan kependudukan di DKI Jakarta pada dasarnya adalah jumlah penduduk yang terlalu besar jika dibanding dengan daya tampung wilayah dan pelayanan yang bisa diberikan oleh kota. Besarnya jumlah penduduk ini antara lain disebabkan oleh tingginya angka kelahiran serta banyaknya pendatang dari luar daerah ke Provinsi DKI Jakarta. Hal ini menjadi masalah ketika kota tidak mampu untuk menyediakan fasilitas kehidupan yang layak bagi pendatang dan keluarga kurang mampu dengan angka kelahiran yang tinggi. Sehingga akhirnya mereka harus tinggal di pemukiman yang padat dengan kualitas lingkungan hidup yang tidak sehat.
Beberapa permasalahan bidang kependudukan di Provinsi DKI Jakarta : 1. Pelayanan mengenai kependudukan dirasakan masih belum memadai. 2. Urbanisasi ke Provinsi DKI Jakarta masih sulit dikendalikan.
3. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2000 tentang Perubahan Pertama atas Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk Dalam Kerangka Sistem Informasi Manajemen Kependudukan Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta belum berjalan baik..
4. Rendahnya sikap dan pengetahuan tentang kesehatan keluarga dan kesejahteraan keluarga terutama di kalangan penduduk miskin.
Berkait dengan masalah kependudukan di Provinsi DKI Jakarta, masalah ketenagakerjaan yang muncul adalah pengangguran dan kualitas tenaga kerja yang masih belum memadai atau tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan yang tersedia. Persoalan semacam ini tentu saja menjadi kendala pembangunan Provinsi DKI Jakarta yang dituntut memiliki sumber daya manusia yang produktif dan efektif dalam bekerja, terutama dalam era perdagangan bebas AFTA 2013. Beberapa masalah yang menonjol yaitu :
1. Tingginya tingkat pengangguran.
2. Pencari kerja melebihi ketersediaan lapangan kerja.
3. Ketidaksesuaian antara kualitas angkatan kerja dengan persyaratan lapangan kerja. 4. Penduduk Provinsi DKI Jakarta kurang berminat jadi TKI.
5. Ketaatan terhadap peraturan ketenagakerjaan masih rendah.
Provinsi DKI Jakarta yang berperan ganda baik sebagai pemerintahan daerah juga sebagai Ibu Kota Negara memiliki kompleksitas permasalahan terutama dibidang pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Walaupun demikian sangat dipahami dalam proses realisasi pembangunan tersebut (pra-konstruksi, konstruksi, dan operasional) dipastikan akan menimbulkan dampak negatif dan dampak positif yang besar ataupun yang penting bagi lingkungan hidup disekitarnya, namun demikian bukan berarti pembangunan terhambat maka yang perlu dilakukan adalah pengelolaan pembangunan yang ramah lingkungan.
Dalam upaya mengantisipasi dan mengelola perubahan-perubahan yang timbul akibat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan yang berpotensi menimbulkan dampak-dampak penting, maka diwajibkan kepada pemrakarsa dan pelaku usaha untuk membuat/memiliki dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) serta Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL), dalam konteks menciptakan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan dan bertanggung jawab.
Beberapa faktor yang menjadi isu utama dalam kaitannya sebagai kontributor terhadap perubahan lingkungan hidup sesuai dengan prioritas pembangunan daerah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2010 yang dapat mengurangi kualitas lingkungan di DKI Jakarta, antara lain :
1. Banjir
2. Pencemaran (Situ, Sungai, Laut, Udara) 3. Limbah Padat dan Cair
4 Transportasi
5. Permukiman dan Kemiskinan
G. Kebijakan Pembangunan Daerah Berkelanjutan Provinsi DKI Jakarta
Pembangunan di DKI Jakarta adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan dan pembangunan pada hakekatnya adalah suatu proses perubahan menuju peningkatan kualitas kehidupan yang lebih baik dengan menempatkan manusia sebagai pelaku sekaligus bagian dari proses perubahan melalui pemanfaatan teknologi dan sumberdaya secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
1. Visi dan Misi Pemerintah Provinsi dan BPLHD Provinsi DKI Jakarta
Visi dan Misi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Visi : “Jakarta Yang Nyaman dan Sejahtera Untuk Semua” Misi :
1. Membangun tata kelola pemerintahan yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah “Good Governance”
2. Melayani masyarakat dengan prinsip pelayanan prima.
3. Memberdayakan masyarakat dengan prinsip pemberian otoritas pada masyarakat untuk mengenali permasalahan yang dihadapi dan mengupayakan pemecahan yang terbaik pada tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian pembangunan.
4. Membangun sarana dan prasarana kota yang menjamin kenyamanan, dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan.
5. Menciptakan lingkungan kehidupan kota yang dinamis dalam mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan.
Visi dan Misi BPLHD Provinsi DKI Jakarta
Visi : “Mewujudkan BPLHD sebagai penyelamat lingkungan dan pelopor perubahan
paradigma isu lingkungan dari beban menjadi aset dalam pembangunan berkelanjutan”
Misi :
1. Memberi pelayanan prima pada masyarakat berkaitan dengan berbagai informasi dan kebijakan seputar lingkungan hidup yang menjadi tanggung jawab BPLHD dengan menerapkan kaidah-kaidah Good Governance.
2. Memainkan peran aktif dan sentral dalam mendorong institusi pemerintah maupun swasta untuk membangun sarana dan prasarana kota dengan prinsip Pembangunan Berkelanjutan secara konsisten.
3. Mendorong tercapainya kesepahaman, koordinasi dan kerjasama yang efektif terkait dengan pengelolaan sumberdaya lingkungan hidup baik antar sektor, instansi, maupun wilayah.
4. Mendorong, mendidik dan memberdayakan masyarakat dan swasta untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai pembangunan dan peningkatan kualitas kehidupan sosial masyarakat majemuk perkotaan.
Permasalahan Provinsi DKI Jakarta pada prinsipnya berakar dari tuntutan peran dan fungsinya yang sedemikian besar, baik dalam lingkup nasional maupun daerah. Peran Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara dan fungsi Provinsi DKI Jakarta sebagai Kota Jasa (service city) menghendaki adanya visi, misi, tujuan dan strategi pembangunan yang mampu mengakomodasi semua kepentingan tersebut di atas secara terpadu. Konflik kepentingan yang muncul, khususnya dalam menentukan prioritas pembangunan, hendaknya dapat dieliminir karena telah menyebabkan timbulnya permasalahan-permasalahan hampir di semua sektor.
2. Prioritas Pembangunan Daerah Provinsi DKI Jakarta
Kebijakan pembangunan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2010 secara umum diarahkan kepada peningkatan kinerja dan kualitas pelayanan kepada masyarakat, peningkatan kualitas keamanan dan ketertiban kota sebagai kebutuhan dasar (basic need) masyarakat, serta peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Berdasarkan kebijakan tersebut, maka disusunlah Prioritas Pembangunan Daerah Provinsi DKI Jakarta.
Prioritas pembangunan tahun 2010 ditetapkan dengan memperhatikan isu strategis dan ditindaklanjuti oleh program-program yang bertujuan mewujudkan amanat Visi-Misi sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2007-2012.
Prioritas pembangunan tahun 2010 diarahkan untuk menghasilkan kinerja sebagai berikut : Pengembangan Sarana dan Prasarana Perkotaan
Diprioritaskan untuk menghasilkan kinerja antara lain :
a. Pengendalian banjir, antara lain : tersedianya tahapan pembangunan insfrastruktur pengendalian banjir untuk mengurangi banjir dan genangan di 26 (dua puluh enam) rawan banjir antara lain : Banjir Kanal Timur, Kali Ciliwung dan Kali Krukut.
b. Pengelolaan Jaringan Jalan, antara lain : optimalisasi, perluasan dan penambahan jaringan jalan (termasuk jalan layang) di Jakarta, terutama dalam rangka pengembangan wilayah Barat-Timur.
c. Penyediaan Sumber Air Bersih, antara lain beroperasinya sarana prasarana penyediaan air bersih bagi masyarakat yang belum terjangkau pelayanan air bersih perpipaan.
d. Pengelolaan Fasilitas Pejalan Kaki dan pembuatan jalur bagi sepeda dengan jalur khusus bagi Disabled Person dan Fasilitas Kendaraan Roda Dua.
Pembangunan Perhubungan dan Transportasi.
Diprioritaskan untuk menghasilkan kinerja antara lain meningkatnya kapasitas pelayanan angkutan umum, antara lain berfungsinya kelembagaan Mass Rapid Transit (MRT). Beroperasinya Busway koridor 9 dan 10 meningkatnya kualitas pelayanan busway koridor 1 sampai dengan 8, restrukturisasi trayek angkutan umum dan pengembangan sistem fendor, serta peningkatan kapasitas ruas jalan dan persimpangan.
Peningkatan Kualitas Pelayanan Keluarga Miskin.
Diprioritaskan untuk menghasilkan kinerja antara lain meningkatnya kualitas layanan bagi penduduk miskin, antara lain meningkatnya akses Gakin terhadap layanan pendidikan, layanan kesehatan, beras murah, permodalan usaha (PPMK), layanan rumah susun sewa serta tertatanya lingkungan permukiman kumuh.
Penanggulangan Polusi.
Diprioritaskan untuk menghasilkan kinerja antara lain :
a. Berkurangnya polusi udara antara lain : menurunnya tingkat pencemaran udara yang disebabkan oleh emisi dari sumber bergerak (transportasi) dan sumber tidak bergerak (industri) yang melebihi baku mutu udara ambien dan baku mutu tingkat kebisingan. Menurunnya jumlah pelanggaran pada Kawasan Dilarang Merokok.
b. Berkurangnya pencemaran air, antara lain : meningkatnya status mutu air (sungai, waduk/situ, muara, perairan Teluk Jakarta) yang memenuhi baku mutu. Berkurangnya
rumah tangga dan non rumah tangga yang membuang limbah domestiknya melebihi baku mutu serta industri yang membuang limbah cairnya melebihi baku mutu.
c. Meningkatnya kapasitas penanggulangan sampah, antara lain meningkatnya kemandirian pengelolaan sampah di sumber, meningkatnya layanan TPS/LPS dan terlaksananya tahapan pembangunan Intermediate Treatment Facility (ITF), diterapkan sistem 3 R (Reuse, Reduce and Recycle).
Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Pendidikan.
Diprioritaskan untuk mencapai kinerja antara lain : Tidak terjadinya putus sekolah bagi siswa SD, SMP, SMA, SMK, berkurangnya anak usia sekolah yang tidak bersekolah, meningkatnya mutu lulusan sekolah, meningkatnya kompetensi guru dan kapasitas manajemen sekolah. Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan.
Diprioritaskan untuk mencapai kinerja antara lain meningkatnya mutu pelayanan Puskesmas Kelurahan pada kelurahan padat penduduk. Pengembangan Puskesmas Kecamatan dengan fasilitas tempat tidur rawat inap. Meningkatnya pelayanan kesehatan masyarakat dengan menempatkan tenaga kesehatan masyarakat di kelurahan, penyediaan dana untuk pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, tidak mampu, korban wabah dan korban bencana, serta peningkatan aparat kesehatan dan peran serta masyarakat.
Penerapan Kaidah Good Governance.
Diprioritaskan untuk mencapai kinerja antara lain : a. Implementasi E-Procurement.
b. Terlaksananya komunikasi langsung masyarakat secara bertatap muka maupun elektronik. c. Terintegrasinya sistem informasi perencanaan dengan program penyusunan anggaran,
pelaksanaan APBD dan pengawasan pelaksanaan APBD. d. Peningkatan pelayanan perizinan.
e. Implementasi sistem akurasi pemerintahan.
f. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi antara lain : Terlaksananya reformasi kebijakan, terbentuknya organisasi yang lebih ramping. Tersusunnya job description untuk setiap jabatan perangkat daerah. Meningkatnya kompetensi PNS. Tersusunnya peta kompetensi dan terseleksinya pejabat struktural. Tersusunnya sistem remunerasi bagi PNS Provinsi DKI Jakarta dan terimplementasinya pemisahan peran operator dari regulator.
g. Meningkatnya kualitas pelayanan publik di garis depan, antara lain pelayanan kelurahan, pelayanan kecamatan dan pelayanan di UPT- SKPD lainnya.
Pemberdayaan Masyarakat dan Kelurahan.
Diprioritaskan untuk mencapai kinerja antara lain : meningkatnya ketahanan ekonomi masyarakat di tingkat Kelurahan dan kemampuan masyarakat untuk menyelesaikan
permasalahan di tingkat komunitas mereka sendiri; meningkatnya kapasitas dan kualitas pelayanan di tingkat Kelurahan, meningkatnya kapasitas Rukun Warga dalam melayani masyarakat.
Pengembangan Budaya Keragaman
Diprioritaskan untuk mencapai kinerja antara lain :
a. Meningkatnya peran Jakarta sebagai kota budaya, antara lain : beroperasinya kawasan Kota Tua, Gedung Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM) sebagai gedung pentas kelas dunia, Perpustakaan Besar DKI Jakarta dan berfungsinya perkampungan budaya betawi sebagai sentra budaya betawi.
b. Menumbuhkembangkan toleransi terhadap perbedaan nilai kehidupan perkotaan yang multi kultural, antara lain melalui fasilitas budaya lokal dalam kehidupan multikultur, fasilitas temu budaya lokal/etnis dengan budaya asing.
Pengelolaan Bencana
Diprioritaskan untuk mencapai kinerja antara lain : meningkatnya peran Pusat Pengendalian Bencana, meningkatnya kemampuan pencegahan dan penanggulangan kebakaran, evaluasi dan SAR; berfungsinya pengawasan dan penegakan peraturan terhadap keamanan bangunan publik, terintegrasinya seluruh sumberdaya daerah dalam keadaan eskalasi bencana.
Peningkatan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Diprioritaskan untuk mencapai kinerja antara lain : dipertahankannya kualitas RTH Publik sebagai sarana sosial, sarana lingkungan, dan identitas kota, bertambahnya taman kota dan taman pemakaman umum, bertambahnya jumlah dan kualitas RTH pada RW kumuh di lima wilayah kotamadya, dikembangkannya Taman Skala Kota, bertambahnya taman interaktif di Kelurahan yang padat penduduk dan disempurnakannya legal enforcement dan enforcement Fasilitas Sosial (Fasos) dan Fasilitas Umum (Fasum) terhadap kawasan yang dikembangkan oleh developer.
Pengelolaan Perumahan dan Permukiman
Diprioritaskan untuk mencapai kinerja antara lain : meningkatnya ketersediaan rumah susun untuk memenuhi kebutuhan penduduk berpenghasilan rendah; mengembangkan lingkungan perumahan yang sehat, terbentuknya badan usaha yang mandiri dan profesional untuk pembangunan dan pengelolaan rumah susun dan secara bertahap memindahkan penghuni bantaran kali/situ/danau dan permukiman ilegal ke rumah susun.
Fasilitas Penyelenggaraan Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Presiden Tahun 2009 Diprioritaskan untuk mencapai kinerja antara lain terselenggaranya keamanan dan ketertiban dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Presiden 2009.
Perluasan Kesempatan Kerja dan Usaha
Diprioritaskan untuk mencapai kinerja antara lain bertambahnya kesempatan kerja dan terinformasinya bursa tenaga kerja.
3. Prioritas Pengalokasian APBD 2010
Berdasarkan Prioritas Pembangunan Daerah sebagaimana dijelaskan diatas, maka kebijakan prioritas pengalokasian APBD 2010 diarahkan untuk menjamin terlaksananya ketiga prioritas pembangunan diatas. Dengan kata lain prioritas pengalokasian APBD ditujukan pada program yang secara nyata berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja, serta langsung menyentuh kepentingan publik. Untuk menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan, prioritas pengalokasian anggaran diarahkan sesuai peran SKPD sebagai regulator, supervisor dan operator sesuai tugas pokok dan fungsinya. Lebih rinci Prioritas APBD dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Prioritas pengalokasian pada kegiatan yang berskala besar, nyata dan untuk kepentingan masyarakat luas (program dedicated).
2) Prioritas pengalokasian pada SKPD yang berfungsi sebagai pelaksana pelayanan langsung publik, misalnya panti sosial, puskesmas, sekolah.
3) Prioritas pengalokasian untuk menjamin keseimbangan kapasitas aparat dan kemudahan akses masyarakat (penguatan kapasitas Kecamatan dan Kelurahan, serta PPMK).
4) Prioritas pengalokasian untuk meningkatkan proporsi belanja di tingkat wilayah (Kota/Kabupaten, Kecamatan dan Kelurahan) melalui pendelegasian kewenangan untuk urusan yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat.
5) Prioritas pengalokasian untuk penambahan kesejahteraan pegawai yang diperoleh dari efisiensi belanja non-fisik.
BAB II
KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KECENDERUNGANNYA
A. Lahan dan Hutan 1. Lahan
Lahan merupakan bagian dari bentang lahan (Landscape) yang meliputi lingkungan fisik, termasuk di dalamnya iklim, topografi/relief, hidrologi tanah dan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Secara garis besar penggunaan lahan dapat dikelompokkan menjadi : ladang, tegalan, sawah, perkebunan, sarana perhubungan, hutan, industri, permukiman dan penggunaan lainnya. Pada umumnya, penetapan penggunaan lahan didasarkan pada karakteristik lahan dan daya dukung lingkungannya. Bentuk penggunaan lahan yang ada dapat dikaji melalui proses evaluasi sumber daya lahan, sehingga dapat diketahui potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaannya.
Pengelolaan lahan yang ramah lingkungan dan penyusunan tata ruang yang tepat, dapat mengurangi dampak negatif yang mungkin ditimbulkan antara lain banjir, kekeringan dan longsor lahan.
Sumberdaya lahan menurut penggunaannya diklasifikasikan menjadi 12 jenis, yaitu sarana permukiman/sosekbud, pertanian lahan kering, pertanian lahan sawah, perkebunan, perikanan, perhubungan, areal berhutan, tanah kritis/rusak, padang, industri, pertambangan terbuka dan perairan. Lahan permukiman/sosekbud adalah tempat tinggal/halaman sekitarnya dan tempat kegiatan penduduk serta fasilitas pelayanan jasa seperti perdagangan, perkantoran, perpasaran, peribadatan, pendidikan, olahraga, pemakaman dan taman. Dari 12 jenis klasifikasi penggunaan lahan tersebut, 4 jenis (perkebunan, tanah kritis/rusak, padang dan pertambangan terbuka) tidak ada di DKI Jakarta. Lahan perairan adalah lahan yang ditutupi berbagai jenis air permukaan seperti sungai, danau, waduk dan rawa.
Sedangkan menurut status pemilikannya, penggunaan lahan digolongkan menjadi 6 jenis, yaitu Tanah Negara, Hak Pakai, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pengelolaan dan Tanah Milik.
Berdasarkan inventarisasi sumberdaya lahan menurut klasifikasi penggunaan lahan di DKI Jakarta untuk tahun 2010 belum terinventarisir, tetapi pergeseran penggunaan lahan tidak akan terlalu jauh