• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perpustakaan Sekolah Sebagai Penunjang Pendidikan di Sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perpustakaan Sekolah Sebagai Penunjang Pendidikan di Sekolah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Perpustakaan Sekolah Sebagai Penunjang Pendidikan

di Sekolah

Oleh :

I Wayan Tunjung

A.

Pendahuluan

Kalau perhatikan dari tahun ke tahun, ada peningkatan dalam proses penyelenggaraan penerimaan siswa baru, yaitu dengan diterapkannya system online. Ini membuat peserta dan orang tua murid dituntut kemandiriannya dalam mengakses informasi. Mungkin bagi peserta didik atau orang tua murid sekedar dapat membuka internet dan dapat melakukan browsing, sebagai reaksi untuk mendapatkan informasi merupakan hal yang sudah cukup, tetapi bagi panitia penyelenggara akan lebih berkualitas dan bijaksana apabila tim dalam penerimaan siswa baru, khususnya yang berhubungan dengan pengelola data mengetahui dan mengerti seluk beluk teknologi informasi. Sehingga kepanikan masyarakat dan kasalahan dalam hal entri data, ataupun adanya pengetahuan pada tampilan layar yang dilakukan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dapat dikomunikasikan secara cerdas dan bersahaja.

Di sisi lain terdapat peristiwa besar saat ini, yaitu menyangkut kebijaksanaan pemerintah mengeluarkan BSE (Buku Sekolah Elektronik), hal ini memaksa setiap siswa dan guru benar-benar belajar, bagaimana memanfaatkan teknologi informasi untuk

(2)

kegiatan positif, walaupun awalnya baru sebatas melakukan browsing (penelusuran) informasi melalui internet. Namun pada akhirnya diharapkan mampu melakukan kegiatan dengan gagasan-gagasan kreatif untuk berkarya di dunia digital. Ada harapan besar yang digantungkan pada kreativitas dan inovasi siswa/guru, untuk memperoleh dan menyediakan portal informasi sekolah yang dinamis, diantaranya berbentuk program e-Learning, dan semua kegiatan pendukung pendidikan seperti melihat pekerjaan rumah, menjawab soal-soal pekerjaan rumah, melihat jadwal ujian, perwalian, pengumuman nilai, bulletin sekolah dapat dilakukan secara online. Optimalisasi program-program tersebut sebagai upaya untuk memerdekakan siswa dari ketidakmampuannya melakukan kegiatan membaca, berhitung, menulis dan mengenalkan penggunaan teknologi informasi pada tingkat sekolah dasar. Dan pada sekolah menengah pertama ditingkatkan adanya pembelajaran dasar pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologinya. Selanjutnya pada tahap menengah atas siswa telah mampu melakukan analisis, sistesis dan hipotesis yang dalam pelaksanaannya dapat dipublikasikan pada kegiatan belajar mengajar, yaitu dengan telah memanfaatkan system teknologi informasi dan komunikasi atau ITC (Information and Communication Technology) untuk setiap materi ajar yang sedang dipelajari.

Ada yang perlu dicatat dalam konteks di atas, perpustakaan sebagai tempat penghimpun, pengelola dan penyebaran informasi seharusnya dapat dilibatkan dalam proses kegiatan belajar mengajar, yaitu dilakukannya secara informasi, melalui jasa layanan yang disediakan perpustakaan seperti: bimbingan pembaca, story telling, penelusuran informasi cepat (temasuk melakukan download materi buku sekolah elektronik, kemudian mencetak/burning pada media Compact Disk) dan, melakukan penyuluhan bagaimana memanfaatkan informasi yang ada di perpustakaan.

Dengan berorientasi pada pengguna, bahwa diterapkannya system layanan yang bersifat terbuka, maka informasi yang dimiliki perpustakaan, tentunya dapat dilihat, dibaca, dan dipinjam, hal ini akan membangkitkan dan menumbuhkan minat baca yang tinggi di lingkungan masyarakat, sehingga kesulitan yang hadir terhadap materi ajar dapat diminimalis.

(3)

B.

Keikutsertaan Perpustakaan Sekolah dalam Kegiatan Pendidikan

Sejalan dengan tujuan diselenggarakan pendidikan di sekolah, yang pada poin-poin pokoknya mencakup adanya kemampuan dasar siswa pada kemahiran melakukan kegiatan baca-tulis dan berhitung, maka perpustakaan sekolah dapat melaksanakan tujuan dan perannya dalam membantu proses pendidikan tersebut melalui:

1. Mengembangkan pembekalan inovatif untuk meningkatkan pemanfaatan bahan bacaan di perpustakaan sekolah.

2. Memotivasi siswa dan mereka yang terlibat pada kegiatan pendidikan/ pengajaran untuk menggunakan, menikmati, serta menghargai buku sebagai bahan rekreasi dan sumber informasi.

3. Membantu siswa dalam mengembangkan bakat, minat, dan kegemarannya.

4. Mengembangkan strategi guna mendukung keberadaan dari perpustakaan sekolah dengan melibatkan dukungan dan peran serta orang tua murid memalui komite sekolah, badan pengembang buku dan lembaga-lembaga donasi, agar keberadaan dari suatu ubit perpustakaan dapat terjaga kelangsungannya yaitu melalui penambahan koleksi dan fasilitas pendukungnya.

Melihat perkembangan perpustakaan sekolah di Indonesia amatlah berbeda-beda. Keberadaan dari suatu perpustakaan sekolah ada yang hanya mempunyai satu ruang koleksi sampai perpustakaan digital yang sudah maju. Sehingga menimbulkan beberapa masalah, diantaranya adalah bagaimana perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan penggunanya, dan sekaligus dapat menjadikan perpustakaan sebagai media alternatif pendidikan di luar pendidikan formalnya.

Dibahas dalam ”Buku Pengembangan Diri Manajer Sekolah”, sekolah dewasa ini

adalah organisasi yang semakin rumit dikelola. Hal ini karena kita sekarang menyadari sulitnya menyediakan program pembelajaran yang dapat memenuhi beragamnya kemampuan dan minat peserta didik, serta tantangan untuk memberikan mereka keterampilan yang relevan dan terpakai untuk dapat berfungsi dengan baik dalam masyarakat. Sekalipun kompetensi dan keberhasilan mengajar di kelas merupakan kriteria penting untuk dapat dipromosi di masa lalu, dewasa ini lebih banyak lagi

(4)

keterampilan yang diperlukan. Kepala sekolah diharapkan memiliki kemampuan manajerial yang baik agar dapat memimpin sekolahnya secara produktif.

Dalam poin-poin manajerial tersebut, termasuk didalamnya terselenggaranya kegiatan pada unit perpustakaan, dan menurut (Wijayanti) yang disebut ”perpustakaan sekolah” adalah perpustakaan yang melayani siswa, guru dan karyawan dari suatu sekolah tertentu. Perpustakaan sekolah didirikan untuk menunjang pencapaian tujuan sekolah, yaitu pendidikan dan pengajaran seperti digariskan dalam kurikulum sekolah.

Dari pengertian perpustakaan yang tersebut di atas terlihat dengan jelas bahwa tugas perpustakaan tidaklah ringan. Dalam hal melaksanakan tugas untuk mengumpulkan bahan pustaka saja merupakan tugas yang cukup berat, sebab tidak semua penerbit bersedia mengirimkan bahan pustaka yang diterbitkannya ke perpustakaan. Hal ini akan lebih terasa berat apabila pemakai perpustakaan membutuhkan bahan pustaka untuk kebutuhan pendidikan dan penelitian (Zahara). Namun keterlibatan perpustakaan sekolah pada kegiatan pendidikan tetap harus dijalankan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Proses penyerapan pelaksanaan kegiatan pendidikan ini diperjelas dalam ”Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas”, bahwa Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Akreditasi sebagai alat penilai kualitas dari suatu sekolah, harusnya telah mensyaratkan berdirinya suatu perpustakaan dengan standar minimal yaitu adanya gedung dengan luas minimal, prasarana pendukung, koleksi dan dikelola oleh tenaga yang memiliki profesi di bidang perpustakaan. Hal ini dimaksud sebagai upaya untuk membantu siswa dan guru sesuai dengan peran dan tujuan dari keberadaan perpustakaan sekolah.

Penekanan persyaratan perpustakaan sekolah harus dikelola oleh tenaga yang memiliki profesi bidang perpustakaan, diharapkan mampu mengelola perpustakaan sesuai standar

(5)

kinerja perpustakaan. Dimana dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya, pustakawan harus dapat menjadi penghubung dalam memperoleh bahan bacaan yang diinginkan oleh masyarakat di lingkungan sekolah. Kepedulian tersebut dapat diwujudkan pada proses melakukan kegiatan pembinaan koleksi yang terkait dengan pengadaan bahan bacaan di perpustakaan sekolah. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan bacaan, diantaranya dapat melalui:

a. Pembelian, dilakukan berdasarkan rekomendasi guru dan kebutuhan siswa. b. Sumbangan, aktif melakukan surat-menyurat kepada lembaga donasi.

c. Tukar menukar koleksi elektronik antar perpustakaan sekolah atau badan-badan yang bergerak di bidang pendidikan dan yang berperan sebagai tempat magang.

d. Melakukan kegiatan download bahan bacaan melalui internet, yang diklasifikasikan berdasarkan subyeknya dan menyimpannya pada media Compact Disk guna memudahkan bagi siswa/guru yang ingin membaca bahan bacaan wajib atau pengembangan.

Selain itu melakukan penyebarluasan, dan pelaksanaan visi pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh komunitas sekolas, melalui jasa layanan yang disediakan perpustakaan sekolah. Evaluasi kegiatan tersebut dapat dilihat dari laporan monitoring bulanan melalui data statistik pengunjung, transaksi pinjam kembali buku, data layanan referensi, data pertambahan koleksi, dan data kegiatan perpustakaan yang terkait dengan pendidikan (contoh: menyelenggarakan lomba membuat resensi buku yang ada di perpustakaan, bedah buku, nonton bareng untuk film dokumenter/ pengembangan ilmu dan teknologi yang dipadu oleh guru yang kompeten di bidangnya dan lain sebagainya).

Pada akhirnya dari media data yang ada dapat digunakan sebagai acuan mengetahui tingkat keaktifan pengunjung dan seberapa besar peran pengelola perpustakaan sekolah terlibat dalam proses pendidikan.

Sejak awal mungkin telah disadari oleh semua pihak pengelola sekolah, bahwa untuk kepentingan pengembangan mutu anak didik, selain menerima pembelajaran secara tatap muka dan kegiatan yang berhubungan dengan uji laboratorium/lapangan, tentu amat dibutuhkan bahan bacaan wajib dan pendamping yang tidak sedikit. Namun pada kenyataannya siswa hanya dibekali dengan sejumlah buku yang telah terpaket sesuai

(6)

kurikulum pada setiap pelajaran. Kondisi ini membuat mayoritas pengembangan perpustakaan sekolah tidak memiliki program yang jelas. Keberadaan tersebut dapat dimaklumi, karena memang dalam setiap akreditasi sekolah, perpustakaan tidak didesain sebagai penunjang kebutuhan utama. Walaupun begitu selalu disebut sebagai jantung dari berdirinya suatu sekolah. Wajar jika pada akhirnya bagi siswa yang orang tuanya mampu, menambah pengetahuan melalui bimbingan tambahan untuk beberapa mata pelajaran yang dianggap kurang dan merupakan materi pokok ujian nasional, sekalipun mampu membeli buku-buku pendamping sebagai pelengkap.

Melihat permasalahan tersebut, sudah waktunya sekolahmembantu dan mengurangi beban siswa-siswa yang kurang mampu secara finasial. Ada pemberdayaan perpustakaan sekolah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas bahan bacaan yang tersedia. Disamping itu, memperpanjang jam buka adalah suatu keadaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, agar masing-masing siswa mempunyai kesempatan untuk berkunjung, membawa dan meminjam bahan bacaan sesuai dengan kebutuhannya di luar jam belajar kelas. Harapannya, ketika siswa sering berkunjung ke perpustakaan, selain mendapat manfaat pada bidang keilmuannya yaitu mampu melakukan kegiatan membaca, memahami sebagai proses pendidikan, mereka dapat pula mengembangkan interaksi sosial antar siswa dan guru. Guru pun dapat mengembangkan wawasan keilmuannya jika ada hal-hal yang baru atau adanya pengembangan metode aplikasi praktis untuk bidang studi yang diajarkannya.

Kecakapan pengelola perpustakaan sekolah yang didukung para kepala sekolah dan pengurus yayasan yang memberikan kelengkapan bahan bacaan tidak hanya berbentuk koleksi full paper, tetapi telah pula dilengkapi jenis koleksi multi media dan sambungan internet akan memberikan nilai tambah bagi sekolahan. Sehingga dengan adanya variasi jenis bahan bacaan/koleksi yang dibaca akan menggairahkan semangat belajar siswa, apalagi jika program pelayanan perpustakaan menyediakan layanan tutorial geratis untuk mata pelajaran yang dianggap sulit dan merupakan bagian materi pokok dari ujian nasional.

Yang perlu digarisbawahi saat ini, seiring dengan masalah yang dihadapi kebanyakan orang tua murid yaitu pemanfaatan atau pengadaan sarana teknologi informasi. Sudah barang tentu tersedianya akses informasi melalui internet di

(7)

perpustakaan akan dapat membantu sekali bagi siswa yang tidak mempunyai fasilitas internet di rumah. Dan terkait dengan sistem pembelajaran online dan hadirnya buku sekolah elektronik, seharusnya kehadiran internet di perpustakaan sekolah dari tingkat dasar sampai dengan sekolah lanjut merupakan kebutuhan mutlak.

Upaya penyediaan fasilitas itu, siswa menjadi (familier) bagiamana mencari/menelusur bahan bacaan dengan mesin informasi (search engine) sesui topik yang diinginkan. Selanjutnya keterampailan melakukan penelusuran di internet akan membuat siswa memiliki kemandirian dalam proses mencari informasi tanpa harus selalu melibatkan orang tua. Dalam proses lanjut kemandirian tersebut akan bermanfaat ketika siswa ingin melanjutkan sekolah yang lebih tinggi, dengan bekal dari hasil prestasi belajarnya siswa dapat mendaftar dan memantau proses penerimaan siswa baru melalui internet.

Harus diakui bahwa dalam pemberdayaan perpustakaan ini dibutuhkan kepedulian yang sunguh-sungguh dari para pengambil kebijakan di sekolah dan good will dari pemerintah daerah/pusat, karena kelangsungan berdirinya sebuah perpustakaan tak lepas dari besarnya anggaran yang tersedia. Maka melakukan kerjasama dan koordinasi dengan perpustakaa nasiona, umum, daerah dan keliling di wilayah masing-masing adalah merupakan solusi awal seandainya sekolah tersebut belum mampu mengadakan/membangun perpustakaan secara mandiri. Siswa dapat memanfaatkan bahan bacaan yang ada pada mitra perpustakaan sekolah dengan rekomendasi dari sekolah, sehingga kebutuhan siswa akan bahan bacaan pendamping dan pemanfaatan sarana teknologi informasi dapat terpenuhi.

Diharapkan hubungan kemitraan perpustakaan sekolah dengan beberapa perpustakaan umum di wilayahnya, dapat membuahkan hasil yaitu meringankan beban orang tua yang dalam kondisi ekonomi pas-pasan, dengan begitu sekolah dapat mendudukkan siswa pada posisinya sebagai pelajar yang mendapat haknya berkembang sesuai kemampuannya. Disisi lain upaya sekolah, pemerintah dan orang tua murid untuk membangun budaya baca pada anak mulai dari usia dini akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Pada momentum ini akan juga bermanfaat untuk membangun pemahaman adanya keragaman dan perbedaan pada masing-masing sekolah, dampaknya dapat mendorong

(8)

kepekaan sosial menjadi sistem nilai yang responsif, utamanya terhadap siswa yang putus sekolah karena suatu sebab. Ada keberpihakan kepada yang tidak mau dan mampu melanjutkan sekolah, dengan memberikan peluang untuk ikut serta menikmati bahan bacaan yang tersedia pada perpustakaan umum yang merupakan mitra kerja perpustakaan sekolah, tanpa perlu membayar iuran anggota tetapi hanya perlu surat keterangan dari tingkat RT, RW untuk mengetahui tempat domisili yang bersangkutan, mengingat bahan bacaan yang tersedia pada perpustakaan tersebut telah disesuaikan dengan standar kurikulum yang dibakukan pemerintah. Implikasi logis dari pengalaman membaca, anak dapat mengenal dan mengerti bahasa lisan dan tulis dengan baik, sekalipun tidak memiliki legalitas dalam bentuk ijazah atau tanda kelulusan.

Celah ini harus kita manfaatkan dan sosialisasikan dengan sebaik-baiknya, guna menyiasatip realita mahalnya biaya pendidikan saat ini, kiranya program memberdayakan perpustakaan sekolah yang bersinergi dengan perpustakaan umum di masing-masing wilayah dapat membantu membebaskan belenggu siswa dari keterbatasan fasilitas pendidikan dan memerdekakan anak hingga ke pelosok negeri.

C.

Kesimpulan

Melihat tantangan ke depan dan pesatnya pertumbuhan informasi dewasa ini, serta disisi lain sebagai tanggung jawab sosial sekolah untuk meringankan beban siswa dan guru terhadap kebutuhan informasi, sudah saatnya melakukan pemberdayaan perpustakaan pada masing-masing sekolah dengan melibatkan pada proses kegiatan pendidikan. Ini penting dilakukan sebagai upaya sekolah membebaskan siswa dari ketidakmampuannya membaca dan memaknai pesan-pesan yang disampaikan melalui aksara.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Sinaga, Dian, Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa Melalui Perpustakaan Sekolah: Media Pustakawan vol. 13 No. 1 & 2 Juni 2008, Perpustakaan Nasional RI, Jakarta

Soerjadi, Perpustakaan Sebagai Bengkel Pendidikan di Sekolah: Mimbar Surya, No. 4/III, 2002, Badan Perpustakaan Jatim, Surabaya

Wijayanti, Pesan Perpustakaan Sekolah Sebagai Pendukung Proses Belajar Mengajar

Yunus, Peran Perpustakaan Sekolah Dasar Sebagai Sumber Belajar: Media Pustakawan vol. 13 No. 1 & 2 Juni 2008, Perpustakaan Nasional, Jakarta

..., Pengembangan Diri Manajer Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Evaluasi Kebijakan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan (Studi Pada Kampung Herbal Nginden Surabaya), yaitu: 1) Efektivitas, tujuan dari Kampung Herbal

Deregulasi paket oktober (pakto) dimana kebijakan ini merupakan kebijakan moneter dan perbankan ini memiliki cakupan yang sangat luas dan sangat liberal, di samping karena

Secara garis besar perancangan sistem aplikasi ini terdiri dari bebrapa bagian yaitu, mendeteksi posisi pengguna, mencari lokasi dan rute wisata Taman Safari II Prigen,

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah langkah – langkah penerapan teknik Two Stay Two Stray dengan media konkret

Berikut hal- hal yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan adalah (a) menentukan jadwal penelitian, (b) menganalisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi

Pada ekstrak akar ceplukan terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 20%-14% memperlihatkan adanya daya hambat, sedangkan pada konsentrasi

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak sendiri telah memberikan pengertian tentang keadilan restoratif yang diatur dalam Pasal 1 ayat (6)

15 Action , sistem yang mencerminkan eksekusi dari suatu aksi diantaranya yaitu : menampilkan login, menampilkan menu utama, menampilkan data user, menampilkan tambah data