• Tidak ada hasil yang ditemukan

DWIFUNGSI LEGUMINOSA SEBAGAI PAKAN DAN REHABILITASI LAHAN PASCAERUPSI MERAPI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DWIFUNGSI LEGUMINOSA SEBAGAI PAKAN DAN REHABILITASI LAHAN PASCAERUPSI MERAPI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

DWIFUNGSI LEGUMINOSA SEBAGAI PAKAN DAN

REHABILITASI LAHAN PASCAERUPSI MERAPI

Supriadi1)*, Mulud Suhardjo1), Catur.P1) dan Mulyadi1) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta

Jl. Stadion Maguwuharjo No. 22 Karangsari, Wedomartani, Ngemplak, Sleman. Yogyakarta Telp (0274) 884662; Fax (0274) 562935 *)E-mail: supri.yadi20@yahoo.co.id.

ABSTRAK

Pengkajian dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan teknologi rehabilitasi lahan secara vegetatif dengan menggunakan tanaman legum penutup tanah yang dapat digunakan sebagai pakan ternak dan dalam jangka waktu cepat dapat memulihkan kualitas maupun produktivitas lahan yang terkena erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. Pengkajian dilakukan melalui percobaan lapang pada lahan petani dengan total luas 5.000 m2. Pengkajian

menggunakan rancangan petak terbagi dengan tiga ulangan. sebagai petak utama adalah penanaman 5 jenis legum yaitu (1) Koro Benguk (Mucuna sp), (2) komak (Lablab purpureus, L. sweet), (3) Kacang kerandang (Canavalia virosa), (4) Koro Pedang (Canavalia ensiformis) dan (5) Kacang tanah (Arachis hypogaea). Sedangkan sebagai anak petak adalah pemberian pupuk kandang yang terdiri atas 2 taraf dosis yaitu 10 t/ha dan tanpa pemberian pupuk (kontrol), semua perlakuan diberi pupuk NPK 15:15:15 dengan dosis 250 kg/ha. Hasil yang diperoleh berdasarkan analisis data panen diketahui bahwa pertumbuhan dan hasil biomasa tanaman koro pedang (6,75 ton/ha) dan komak (8,36 ton/ha) pada umur tanaman 112 HST lebih baik dibandingkan dengan tanaman legume yang lainnya. Hasil tanaman tersebut nampak lebih baik pada perlakuan yang diberi pupuk kandang dibandingkan tanpa perlakuan pupuk kandang. Tanaman komak dan koro pedang yang dipupuk kandang 10 ton/ha mampu tumbuh baik sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif rehabilitasi lahan secara vegetatif pada lahan terkena erupsi merapi. Kapasitas tampung Unit Ternak (UT) berdasarkan 30% porsi Hijauan Makanan Ternak (HMT) asal legume dari kebutuhan ransum bahan segar tertinggi adalah pada tanaman komak yaitu 2.5 UT/th dan yang kedua pada tanaman koro pedang 2,0 UT/th.

Kata kunci:rehabilitasi, lahan, erupsi, leguminosa, pakan

ABSTRACT

Dual function of legumes for plant a feed and land rehabilitation post meratpi eruption. The assessment carried out with the aim to get the vegetative rehabilitation technology using legume cover crops can be used as animal feed and in the quickest time to restore the quality and productivity of the land affected by the eruption of Mount Merapi in Sleman district. The assessment carried out through field trials on farmers' fields with a total area of 5,000 m2. Assessment using split plot design with three replications. as main plots were planting legumes 5 types: (1) Koro benguk (Mucuna sp.), (2) komak (Lablab purpureus, L. sweet), (3) kerandang (Canavalia virosa), (4) Koro pedang (Canavalia ensiformis) and (5) Peanut (Arachis hypogaea). Meanwhile, the subplot is manure consisting of two standard doses ie 10 t/ha and no fertilizer (control), all treatments were NPK 15:15:15 with doses 250 kg/ha. The results obtained by the analysis of the data harvest is known that the growth and yield of plant biomass swords koro (6.75 t/ha) and komak (8.36 t/ha) at the age of 112 Day After Planting (DAP) is better than the other legume crops. The crop looks better on manure treatment compared to untreated manure. Plants komak and koro pedang fertilized enclosure 10 t/ha was able to grow well so it can be used as an alternative vegetative rehabilitation of land

(2)

affected by the Merapi eruption. Capacities of Livestock Unit (LU) based on 30% share of Forage Feed from/origin of legume ration needs fresh ingredients are the highest in plants komak between 2.5 LU /yr and the second on the plant koro pedang 2.0 LU / yr.

Keywords: rehabilitation, land, eruption, legume, feed

PENDAHULUAN

Konservasi dan rehabilitasi tanah vegetatif mencakup semua tindakan konservasi yang menggunakan tumbuh-tumbuhan (vegetasi), baik tanaman legum yang menjalar sebagai tanaman penutup tanah maupun perdu. Tindakan konservasi tanah tersebut sangat beragam, mulai dari pergiliran tanaman, tumpang gilir dan monokultur.

Tanaman penutup tanah yang digunakan sebagai tanaman rehabilitasi lahan pasca erupsi adalah tanaman legume yang sekaligus dapat digunakan sebagai sumber pakan ternak yang harus memenuhi persyaratan, antara lain: mudah diperbanyak terutama dengan biji, tumbuh cepat dan menghasilkan banyak daun, toleran terhadap pemang-kasan dan injakan, bukan tanaman inang hama dan penyakit, sistem perakaran tidak berkompetisi berat dengan tanaman pokok, dan mampu menekan gulma. Jenis tanaman penutup tanah yang umum digunakan adalah rumput dan kacang-kacangan/legum. Tana-man penutup tanah kacang-kacangan (legume cover crop = LCC) yang merambat paling baik sebagai penutup tanah, karena mampu secara langsung memfiksasi nitrogen dari udara dan mampu beregenerasi sendiri. Tanaman LCC ini selain sebagai tanaman penu-tup tanah, spesies tertentu dapat berfungsi juga sebagai pakan ternak.

Leguminosa atau legum termasuk dicotyledoneus dimana embrio mengandung dua daun biji/cotyledone. Famili legume dibagi menjadi 3 group subfamili, yaitu: mimisaceae, tanaman kayu dan herba dengan bunga “regular”, caesalpinaceae, tanaman dengan bunga “irregular” dan papilonaceae, tanaman kayu dan herba ciri khas berbentuk bunga kupu-kupu (Susetyo 1980). Hijauan pakan jenis legume (polong-polongan) memiliki sifat yang berbeda dengan rumput-rumputan, jenis legume umumnya kaya akan protein, Ca dan P. Legume memiliki bintil-bintil akar yang berfungsi dalam pensuplai nitrogen, di mana di dalam bintil-bintil akar inilah bakteri bertempat tinggal dan berkembang biak serta melakukan kegiatan fiksasi nitrogen bebas dari udara. Itulah sebabnya penanaman cam-puran merupakan sumber protein dan mineral yang berkadar tinggi bagi ternak, disamping memperbaiki kesuburan tanah (AAK, 1983 dalam Prayitno 2013).

Menurut Reynold dan Atta (1986), hijauan pakan ternak pada sistem pertanaman lorong mampu meningkatkan produktivitas peternakan. Selain jenis rerumputan tanaman legume Leucaena sp merupakan tanaman yang sangat berpotensi sebagai pakan ternak bila ditanam sebagai pagar. Hal tersebut disebabkan biomasa dari tanaman legum ini cukup kaya akan protein.

Permasalahan yang ada, kerusakan tanah dan lingkungan adanya erupsi Gunung Merapi menjadikan lahan belum siap ditanami tanaman pangan tanpa ada pengelolaan lahan, sehingga perlu dipulihkan kembali agar lahan menjadi produktif dan usaha perta-nian dapat berkelanjutan. Adanya perbaikan media pertumbuhan diharapkan keterse-diaan pakan ternak maupun pangan serta kualitas lahan dan lingkungan meningkat, sehingga dilakukan tindakan rehabilitasi dan reklamasi. Tujuan dari penelitian ini adalah memulihkan lahan yang terkena erupsi Gunung Merapi melalui penanaman beberapa

(3)

METODE PENELITIAN

Pengkajian dilakukan pasca erupsi Gunung Merapi di lahan kering wilayah Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Wilayah ini masuk kedalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) II sebagai daerah yang terkena erupsi Gunung Merapi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi dengan tiga ulangan. sebagai petak utama adalah penanaman 5 jenis legum yaitu (1) Koro Benguk (Mucuna sp), (2) komak (Lablab purpureus, L sweet), (3) Kacang kerandang (Canavalia virosa), (4) Koro Pedang ( Cana-valia ensiformis) dan (5) Kacang tanah (Arachys hipogea). Sedangkan sebagai anak petak adalah pemberian pupuk kandang yang terdiri atas 2 taraf dosis yaitu 10 t/ha dan tanpa pemberian pupuk (kontrol), semua perlakuan diberi pupuk NPK 15:15:15 dengan dosisi 250 kg/ha. Ukuran plot petak yang digunakan antara 200-300 m2 dengan jarak tanam 50

cm x 50 cm kecuali kacang tanah yang ditanam dengan jarak 25 cm x 25 cm. Tahapan pelaksanaan penanaman adalah:

1. Lahan dibersihkan dan tanah diolah secara minimum tilage pada bagian lahan yang ditanami (dicangkul pada bagian lubang tanam).

2. Pupuk kandang dan pupuk kimia diberikan pada lubang yang akan ditanami legum. Dosis pupuk kandang adalah 0,25 kg lubang (10 t/ha) dan pupuk NPK 15:15:15 dosis 5 g/lubang (250 kg NPK 15:15:15/ ha).

3. Lubang yang telah diberi pupuk kemudian ditutup dengan tanah setempat dan diatasnya ditanami benih tanaman legume.

4. Selama pertumbuhan tanaman belum menutupi lahan, jika ada tanaman lain yang tumbuh dibersihkan dan dibenamkan di lahan setempat.

5. Setelah tanaman leguminosa memasuki masa masak, tanaman dibabat dan sulur maupun akar dibenamkan pada lahan setempat, sedangkan hijauan digunakan untuk pakan ternak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Fisik dan Kimia Tanah

Rehabilitasi lahan pasca erupsi dilakukan melalui penanaman tanaman legume dan pemupukan dengan pupuk organik. Hasil analisis sampel tanah sebelum dan sesudah rehabilitasi lahan yang terkena erupsi Gunung Merapi ditunjukkan pada Tabel 1.

Status pH tanah rata-rata sebelum direhabilitasi adalah 4,87. Hal ini disebabkan tanah tertutup oleh abu vulkanik dan pasir yang mempunyai kandungan sulfur, sehingga menye-babkan tanah menjadi masam. Kandungan C-organik tanah rendah dengan rata-rata 1,43%, kandungan P juga rendah dengan rata-rata 19,4 ppm, dan K termasuk dalam kategori sangat rendah 0,05 me/100g. Rendahnya kandungan K tersebut disebabkan unsur K dapat terlindi pada tanah. Keseluruhan hasil analisis tanah sebelum tanam menunjukkan bahwa tanah termasuk dalam kategori kurang subur sehingga diperlukan upaya perbaikan kesuburan tanah. Salah satu upaya memperbaiki kesuburan tanah adalah dengan menanam tanaman legume. Setelah dilakukan rehabilitasi lahan, dilakukan pengambilan sampel tanah dan dilakukan analisis untuk mengetahui perubahan seperti terlihat pada Tabel 2.

(4)

Tabel 1. Hasil analisis kimia tanah sebelum perlakuan rehabilitasi lahan.

C-org. N-total N-NH4 P2O5 K tersedia KTK

(%) No Perlakuan pH H2O (%) (ppm) (ppm) (me/ 100g) (me/ 100g) 1 Mucuna Tanpa PK 4,97 1,53 0,16 286 31 0,04 4,82 2 Kerandang Tanpa PK 4,99 1,16 0,12 264 29 0,08 3,44 3 Komak Tanpa PK 4,89 1,44 0,14 301 18 0,05 4,47 4 Kc. Tanah Tanpa PK 5,11 1,71 0,15 306 13 0,03 5,11

5 Koro Pedang Tanpa PK 4,67 1,33 0,13 283 12 0,04 3,24

6 Mucuna PK 4,84 1,61 0,15 305 23 0,09 4,79

7 Kerandang PK 4,8 1,45 0,13 246 20 0,08 3,96

8 Komak PK 4,86 1,76 0,20 373 12 0,04 4,54

9 Kc. Tanah PK 4,72 1,48 0,16 323 18 0,03 3,99

10 Koro Pedang PK 4,70 1,27 0,09 239 19 0,07 4,19

Keterangan: PK = Pupuk Kandang 5 t/ha. Sumber: Mulud et al. 2011. Diolah.

Tabel 2. Hasil analisis tanah setelah perlakuan rehabilitasi lahan.

C-org. N-total N-NH4 P2O5 K tersedia KTK

No Perlakuan pH H2O (%) (%) (ppm) (ppm) (me/ 100g) (me/ 100g ) 1 Mucuna Tanpa PK 4,89 1,22 0,11 194 9 0,04 3,75 2 Kerandang Tanpa PK 4,73 1,48 0,13 238 8 0,08 4,01 3 Komak Tanpa PK 4,82 1,56 0,11 240 9 0,12 3,20 4 Kc. Tanah Tanpa PK 4,86 1,24 0,10 307 9 0,05 3,69

5 Koro Pedang Tanpa PK 4,51 1,42 0,14 258 10 0,04 3,97

6 Mucuna PK 4,55 1,73 0,17 314 7 0,04 5,68

7 Kerandang PK 4,53 1,97 0,17 383 4 0,04 5,57

8 Komak PK 4,42 1,63 0,14 334 9 0,04 5,02

9 Kc. Tanah PK 4,24 2,43 0,20 396 9 0,05 5,41

10 Koro Pedang PK 4,31 1,63 0,15 257 10 0,09 2,55

Keterangan: PK = Pupuk Kandang 5 t/ha. Sumber: Mulud at al. 2011. Diolah.

Hasil analisis tanah lahan setelah direhabilitasi menunjukan bahwa pH tanah masih tetap rendah yaitu 4,75. Kandungan C-organik tanah pada lahan yang tidak diberi pupuk kandang termasuk rendah (1,38%), sedangkan yang diberi pupuk kandang menunjukkan lebih tinggi (2%). Kandungan P tersedia, pada perlakuan dengan pupuk kandang menun-jukkan cenderung lebih rendah dari pada tanpa pupuk kandang, hal ini diduga karena pertumbuhan tanaman legume yang lebih baik pada perlakuan pupuk kandang cenderung menyerap P dari tanah lebih banyak. Secara keseluruhan tanaman legume dengan pupuk kandang dapat meningkatkan C-organik tanah di lahan terkena erupsi Gunung Merapi, terutama pada tanaman kacang tanah mempunyai kandungan C-organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang lain.

(5)

Keragaan Pertumbuhan Tanaman Leguminosa

Tanaman legume pada kawasan terkena dampak erupsi Merapi dapat tumbuh secara optimal. Keragaan pertumbuhan tanaman legum dengan perlakuan pemberian dan tanpa pupuk kandang disajikan pada Tabel 3.

Pertumbuhan tanaman pada umur 48 HST, 80 HST dan 112 HST untuk tanaman legume jenis komak, koro pedang, kacang tanah, dan kerandang antara perlakuan yang dipupuk dengan pupuk kandang dan tanpa pupuk kandang tidak nampak beda nyata. Pada tanaman jenis mucuna dengan pupuk kandang pertumbuhannya lebih baik.

Tabel 3. Hasil pengukuran pertumbuhan tanaman legume.

Tinggi tanaman (cm) No

Leguminosa

Perlakuan 48 HST 80 HST 112 HST

1 Komak (Lablab purpureus, L sweet) Pupuk kandang Tanpa pupuk kandang

35,7 34,6 a ab 49 36 ab b 63,8 58,3 ab b 2 Koro pedang (Canavalia ensiformis) Pupuk kandang Tanpa pupuk kandang

34,0 33,3 ab ab 56 47 ab ab 58,3 60,2 b ab 3 Kacang tanah (Arachis hipogea) Pupuk kandang Tanpa pupuk kandang

17,9 17,2 b b 23 19 b b 32,8 25,2 b b 4 Mukuna/Koro benguk (Mucuna sp), Pupuk kandang Tanpa pupuk kandang 39,0 33,2 a b 123 68 a b 128,4 82,1 a b 5 Kerandang

(Canavalia ensiformis)

Pupuk kandang Tanpa pupuk kandang

16,7 17,0 B b 23 18 b b 26,2 32,7 b b

Pupuk kandang 5 t/ha.

Angka rerata dalam kolom yang sama diikuti huruf sama, tidak menunjukkan beda nyata pada uji beda nyata, tarap F nyata 5%.

Tabel 4 menunjukkan bahwa berat brangkasan dan persentase penutup tanah (Kanopi) tidak beda nyata antar perlakuan, namun berat brangkasan dan persentase penutup tanah (kanopi) tertinggi terdapat pada tanaman komak perlakuan pupuk kandang dengan berat yaitu 8.368 kg/ha dan 90% kanopi yang telah menutup tanah. Ini menunjukkan bahwa untuk biomass tanaman komak dengan pupuk kandang dapat menyediakan hijauan pakan ternak yang relatif tinggi pada tanah terkena erupai merapi. Selain itu tanaman penutup tanah ini juga untuk dapat menjaga kelembaban tanah dan dapat mengurangi intensitas penyinaran matahari menembus kepermukaan tanah.

Tabel 4. Hasil biomas, persentase penutupan tanah (kanopi) saat panen dan daya tampung ternak.

No Komoditas Perlakuan brangkasan Berat

(kg/ha) Kanopi (%) Daya Tampung (UT/th)

1 Komak Pupuk kandang 8.368 90 2,5

Tanpa pupuk kandang 5.808 71,7 1,7

2 Koro pedang Pupuk kandang 6.752 88,3 2,0

Tanpa pupuk kandang 5.408 86,7 1,6

3 Kacang tanah Pupuk kandang 6.520 73,3 2,0

Tanpa pupuk kandang 3.120 53,3 0,9

4 Mucuna Pupuk kandang 5.792 90 1,7

Tanpa pupuk kandang 4.832 85 1,5

5 Kerandang Pupuk kandang 5.200 60 1,6

(6)

Fungsi Hijauan Legume untuk Ternak

Para ahli peternakan memperkirakan 80% kebutuhan biaya budidaya ternak adalah biaya pakan, disisi lain kualitas produksi ternak disuatu wilayah sangat erat hubungannya dengan kualitas pakan lokal yang tersedia, sehingga pemanfaatan sumber pakan lokal secara optimal dapat menentukan tercapainya produktivitas secara maksimal. Nilai gizi suatu bahan pakan, selain ditentukan oleh kandunagn zat-zat gizinya juga sangat ditentukan oleh kemampuan degradasi dan adaptasi terhadap kecernaan pakan, terutama kandungan lignin dan zat anti nutrisi. Zat anitinutrisi banyak terkandung pada tanaman legume.

Kebanyakan tanaman pakan dan tanaman ekonomi penting termasuk dalam papilo-neceae group. Legume ada yang mempunyai siklus hidup secara annual, biennial atau perennial (Soegiri et al. 1982). Legume memegang peranan penting sebagai hijauan pakan ternak dan rumput-rumputan untuk ternak herbivora (Lubis, 1992). Dijelaskan lebih lanjut bahwa legum mempunyai sifat-sifat yang baik sebagai bahan pakan dan mem-punyai kandungan protein dan mineral yang tinggi. Tanaman legume meskipun mempu-nyai kandungan nutrisi cukup tinggi tetapi hanya dapat digunakan sebagai campuran pakan hijauan paling banyak 50% dari total hijauan yang diberikan (Susetyo, 1980). Hal ini disebabkan karena dalam legume terdapat zat anti nutrisi seperti mimosin, anti tripsin, dan juga mempunyai banyak bulu sehingga palatabilitasnya rendah.

Secara teoritis seekor ternak dapat mengkonsumsi hijauan segar sebanyak 8-10% dari bobot badannya, Satu Unit Ternak (UT) seberat 350 kg dapat mengkonsumsi 25-35 kg bahan segar, beberapa ahli pakan ternak memberikan batasan pemberian hijauan legum pada ternak sebanyak 30% dari kebutuhan ransum atau berkisar antara 8–10 kg/ekor/hari. Berdasrkan perhitungan tersebut, panenan biomassa tanaman leguminosa yang paling tinggi daya tampung ternak adalah pada tanaman komak yaitu sebanyak 2,5 Unit Ternak (UT) setahun dan yang kedua adalah pada tanaman legum yaitu sebanyak 2,0 UT/th.

KESIMPULAN

Tanaman komak dan koro pedang yang dipupuk kandang 10 t/ha masing-masing mampu tumbuh baik dan menghasilkan biomass 8,36 t/ha dan 6,75 t/ha yang mana lebih baik dibandingkan dengan tanaman kerandang, koro benguk dan kacang tanah. Tanaman komak dan koro pedang dapat dijadikan sebagai alternatif rehabilitasi lahan secara vege-tatif pada lahan kering terkena erupsi merapi dan juga dapat digunakan sebagai pakan ternak dengan daya tampung ternak masimg-masing 2,5 UT/th dan 2,0 UT/th.

DAFTAR PUSTAKA

Edi Prayitno. 2013. http://ilmuternakkita.blogspot.com/2010/01/leguminosa.html. [27 03 2013] Mulud.S, Supriadi, Mulyadi, Budiono, Catur Prasetiyono, Eko Srihartanto, Ign. Harsanto, Widada,

Surantiningsih. 2011. Laporan tahunan. Rehabilitasi Lahan/Tanah dan Penyediaan Hijauan Pakan Ternak di Lahan Kering Erupsi Merapi. BPTP Yogyakarta.

Lubis, D.A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan, Jakarta.

Reynolds,L. And A.N.Atta-Krah. 1986. Alley Farming With Livestock. Dalam Alley Farming In The Hunid And Subhumid Tropics. Ibadan Nigeria. 27-36p.

Soegiri, Ilyas, H. S., Damayanti. 1982. Mengenal Beberapa Jenis Hijauan Makanan Ternak Daerah Tropik. Direktorat Bina Produksi Peternakan. DitJen Peternakan Dep. Pertanian, Jakarta.

Gambar

Tabel 2. Hasil analisis tanah setelah perlakuan rehabilitasi lahan.
Tabel 4 menunjukkan bahwa berat brangkasan dan persentase penutup tanah (Kanopi)  tidak beda nyata antar perlakuan, namun berat brangkasan dan persentase penutup tanah  (kanopi) tertinggi terdapat pada tanaman komak perlakuan pupuk kandang dengan berat  ya

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah mengikuti perkuliahan: (1) prestasi belajar mahasiswa meningkat dan hampir 100% mahasiswa men- capai skor 70; (2) kualitas

Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah salah satu penyakit demyelinating yang Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah salah satu penyakit demyelinating yang menyerang

Dari hasil survei awal yang dilakukan kepada 30 responden yang menyatakan dari mana masyarakat di Kota Bandung mengetahui Buldalk Bokkeummyeon, didapat hasil

Berdasarkan hasil pengujian regresi pada tabel di atas diketahui F test sebesar 167.973 lebih besar dari F tabel sebesar 4.062, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan variabel

Penggunaan Dana Desa yang bersumber dari APBN untuk Pemberdayaan Masyarakat Desa terutama untuk penanggulangan kemiskinan dan peningkatan akses atas sumber daya

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rachmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Pengaruh

3) Reader akan membaca data pada e-KTP jika data tentang pemilihan yang akan dilaksanakan belum ada memori e-KTP maka reader akan menuliskan data pada memori e-KTP

Karangmalang, Yogyakart a. Kontribusi Penelitian dan PPM dalam Menghasilkan Insan Humanis dan Profesional l. Apri Nuryanto lll.. ffifi $lHlt I.. Menyusun