• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Nilai Pancasila dalam Perencanaan Percepatan Penanganan dan Pemulihan Terdampak Pandemi Covid-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Nilai Pancasila dalam Perencanaan Percepatan Penanganan dan Pemulihan Terdampak Pandemi Covid-19"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Nilai Pancasila dalam Perencanaan Percepatan

Penanganan dan Pemulihan Terdampak Pandemi Covid-19

Suprayoga Hadi16

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

Abstrak

Pandemi Covid-19 yang dihadapi Indonesia sejak Maret 2020 hingga saat ini memerlukan penanganan yang terencana dengan baik, termasuk dalam penyiapan pemulihannya. Selama ini Pemerintah Indonesia telah merespon bencana kesehatan pandemi Covid-19 melalui berbagai kebijakan yang telah ditetapkan, terutama untuk memperkuat ketahanan masyarakat di dalam menghadapi pandemi Covid-19, dengan mengadopsi protokol kesehatan yang mengacu pada arahan World Health Organization (WHO) yang berlaku secara global. Namun demikian, dalam implementasi kebijakan penanganan Covid-19 yang mengacu pada protokol kesehatan WHO ini masih dihadapkan pada berbagai permasalahan yang menyebabkan masih belum efekttif dan optimalnya penanganan yang dilakukan, dimana tingkat penularan dan penyebaran virus Covid-19 masih terus berlanjut dan belum menunjukkan penurunan yang signifikan. Oleh karenanya, dengan memperhatikan perspetif kepentingan nasional, maka tulisan ini mencoba untuk mengusulkan perlunya suatu perubahan pendekatan penanganan pandemi Covid-19 yang berbasis nilai-nilai Pancasila, sebagai pandangan dan falsafah hidup bangsa dan masyarakat Indonesia, yang diharapkan dapat meningkatkan hasilguna dari upaya penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan Pemerintah. Implementasi nilai-nilai Pancasila di dalam perencanaan penanganan pandemi Covid-19 ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi proses perencanaan yang lebih efektif dan optimal, tidak hanya dalam penanganan bencana pandemi yang sedang berlangsung, namun juga sekaligus untuk merencanakan pemulihan kondisi bangsa dan masyarakat yang terdampak bencana pandemi Covid-19 lebih lanjut.

Kata Kunci: Pandemi, Covid-19, Perencanaan, Pancasila

16 Suprayoga Hadi adalah Perencana Ahli Utama pada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Ketua Umum Perkumpulan Perencana Pembangunan Indonesia (PPPI), Wakil Ketua I Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI), email: suprayoga@bappenas.go.id

(2)

I. Pendahuluan

Kejadian bencana kesehatan pandemi virus Corona tahun 2019 (Covid-19) yang terjadi secara global pada awal tahun 2020, yang dimulai di Wuhan, Tiongkok, dan telah meluas ke lebih dari 216 negara, termasuk Indonesia, telah menyebabkan korban jiwa yang semakin bertambah dari waktu ke waktu, yang data global menunjukkan angka terkonfirmasi positif sebanyak 28,392.790 jiwa dan sebanyak 911.877 jiwa meninggal, sementara vaksin untuk penanggulangan Covid-19 hingga saat ini belum ditemukan untuk menghentikan kasus penularannya. Di Indonesia sendiri, sejak pertama kali ditemukan korban terjangkit Covid-19 pada awal Maret 2020, hingga awal September 2020 telah menunjukkan jumlah korban terkonfirmasi positif sebanyak 218.382 jiwa, dengan 8.723 jiwa meninggal, walaupun yang sembuh menunjukkan peningkatan menjadi sebanyak 155.010 jiwa (Satuan Tugas Nasional Covid-19, 13 September 2020).

Pemerintah Indonesia telah merespon kejadian bencana non alam pandemi Covid-19 ini sejak pertengahan Maret 2020, melalui penerbitan berbagai kerangka regulasi yang ditujukan untuk percepatan penanganan Covid-19, dimulai dengan membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melalui Keppres 9/2020 jo. Keppres 7/2020, penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) melalui Peraturan Pemerintah 21/2020, penetapan Status Darurat Bencana Kesehatan melalui Keppres 11/2020, dan penerbitan Perppu No. 1 Tahun 2020 yang telah disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dalam Penanganan Covid-19, serta terakhir dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 tentang Komite Nasional Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Dalam implementasi berbagai kerangka regulasi yang dilakukan secara terkoordinasi melalui Gugus Tugas Nasional, termasuk pelibatan Gugus Tugas yang juga dibentuk di tingkat provinsi, kabupaten/kota, bahkan hingga tingkat RW/RT, telah banyak kemajuan yang dicapai, terutama dalam mengurangi atau setidaknya mencegah penambahan jumlah korban tertular pada daerah-daerah yang dikategorikan sebagai episentrum, termasuk penyebarannya ke daerah-daerah lainnya yang berpotensi terpapar, terutama dengan cukup masifnya pergerakan manusia yang mudik atau pulang kampung pada masa menjelang Idul Fitri dan arus baliknya setelah Idul Fitri, walaupun telah dilakukan PSBB yang diimplementasikan dalam membatasi pergerakan berbagai moda transportasi dari dan ke daerah episentrum Covid-19.

Dengan mempertimbangkan adanya penurunan jumlah penularan pada beberapa episentrum, walaupun berpindah ke episentrum yang baru di daerah lainnya, maka Pemerintah telah mempersiapkan transisi penanganan kedaruratan kesehatan pandemi Covid-19 menuju kehidupan produktif dan aman dari Covid-19, atau yang dikenal dengan

new normal”, yang sedang diujicobakan pada 4 provinsi dan 25 kabupaten/kota yang

memiliki kecenderungan penurunan angka korban positif yang relatif signifikan, melalui pelonggaran penerapan PSBB secara proporsional, yang akan dijadikan model untuk diterapkan bagi daerah lainnya secara nasional.

(3)

Pola penanganan pandemi Covid-19 di atas, bila ditinjau dari sudut pandang Pancasila sebagai dasar hukum, landasan ideologi dan falsafah hidup berbangsa dan bermasyarakat, sebenarnya berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah telah sejalan dengan penjabaran dari Pancasila, yang ditunjukkan dengan telah diperhatikannya penjabaran dari kelima sila ke dalam kerangka kebijakan, kerangka kelembagaan, dan kerangka implementasi dari penanganan Covid-19 oleh Pemerintah, termasuk dalam mempersiapkan sistem kehidupan produktif dan aman dari Covid-19 dalam kerangka “new normal”.

Dengan memperhatikan Pancasila sebagai dasar negara, ideologi dan pandangan hidup bangsa dan negara, serta sebagai sumber inspirasi dan common platform bagi seluruh komponen bangsa dalam mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam penanganan bencana pandemi Covid-19 ini, maka melalui esai ini akan ditelaah penjabaran dari nilai-nilai luhur dari Pancasila terutama sebagai pandangan hidup bangsa yang menjadi pertimbangan utama dalam penanganan Covid-19 dan kelanjutannya menuju

new normal” yang ditujukan untuk memulihkan kesejahteraan masyarakat yang terdampak

akibat bencana pandemi Covid-19.

Sehubungan dengan adanya koneksitas antara upaya percepatan penanganan Covid-19 dengan aktualisasi penjabaran Pancasila sebagai dasar hukum, landasan ideologi, dan pandangan hidup bangsa dalam menghadapi bencana pandemi Covid-19 ini, maka artikel yang disusun akan difokuskan pada rumusan permasalahan pokok “bagaimana Pancasila

bisa digunakan sebagai prinsip dasar, atau protokol, dalam perencanaan penanganan Covid-19 dan keberlanjutannya menuju kehidupan produktif yang aman dari Covid-19?”. Rumusan permasalahan dijadikan acuan dalam pembahasan yang dilakukan, dengan memperhatikan beberapa kerangka teoretis dan metodologi yang digunakan, untuk menghasilkan beberapa simpulan dan rekomendasi untuk pertimbangan dalam perencanaan penanganan dan pemulihan Covid-19 yang berbasis Pancasila.

II. Tinjauan Pustaka dan Metodologi

Sebelum membahas lebih lanjut yang disasarkan pada rumusan permasalahan yang telah ditetapkan, beberapa kerangka teoretis yang dijadikan rujukan untuk pembahasan, diataranta terkait dengan: (1) Teori Kebijakan, yang menurut Carl J Federick sebagaimana dikutip Leo Agustino(2008:7) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan)7; (2) Teori

Sinergitas, yang menurut A.F Stones James dalam Soekanto adalah bahwa interaksi antara dua pihak atau lebih bisa mendapatkan tingkat komunikasi dihadapkan pada elemen kerjasama dan kepercayaan. untuk melakukan suatu pekerjaan guna mencapai tujuan

(4)

bersama8; dan (3) Teori Pemberdayaan, yang menurut Kartasasmita (1996), kata

pemberdayaan terkait dengan penggalian dan pengembangan potensi masyarakat, dimana

“setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan, sehingga pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta untuk mengembangkannya9“. Dalam pemberdayaan, masyarakat tidak dijadikan sebagai obyek

melainkan subyek dari berbagai upaya pembangunan10, dimana pemberdayaan harus

mengikuti pendekatan: (1) harus terarah (targeted), (2) harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran, dan (3) menggunakan pendekatan kelompok.

Dengan memperhatikan kerangka teoretis di atas, untuk dapat menelaah rumusan permasalahan yang telah ditetapkan, digunakan metodologi dan pendekatan berikut ini: (1) Metode, pengumpulan data menggunakan studi pustaka, yang merujuk pada data sekunder seperti peraturan perundang-undangan, buku, jurnal akademik, dan artikel opini untuk mendukung proses analisis. (2) Pendekatan yang digunakan adalah dengan perspektif kepentingan nasional, melalui analisis multidisiplin ilmu, sesuai dengan kerangka teoretis yang diuraikan dalam bab tinjauan Pustaka, serta beberapa kerangka peraturan perundang-undangan sebagai rujukan.

Berdasarkan kerangka teoretis dan dengan menggunakan metodologi dan pendekatan di atas, dapat dirangkum ke dalam alur pikir dalam Gambar 1 berikut ini.

8 http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00254-MN%20Bab2001.pdf. Diunduh 3 September 2020,

9 Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195207251978031-ACE_SURYADI/09PemberdayaanMasyarakat.pdf. diunduh 21 Agustus 2020

10 Kartasasmita Ginanjar. 1996. Pembangunan untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. PT. Pustaka Cidesindo ; Jakarta

(5)

Gambar 1 Alur Pikir

Sumber: Analisis Penulis, September 2020

Alur Pikir pada Gambar 1 mengemukakan adanya 3 (tiga) tingkatan peran dan fungsi dari Pancasila, dimulai dengan Pancasila sebagai dasar hukum, ideologi dan falsafah hidup; selanjutnya Pancasila yang nilai-nilai luhurnya diadopsi menjadi protokol kesehatan untuk mendukung penanganan pandemi Covid-19; dan implementasi dari nilai-nilai lukur Pancasila sebagai dasar dan falsafah hidup bangsa dan masyarakat Indonesia, untuk dapat menjadi pendekatan pokok dalam perencanaan penanganan Covid-19 dan sekaligus perencanaan pemulihan kondisi dan masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 lebih lanjut.

Diperlukannya penerapan Pancasila sebagai protokol penanganan Covid-19 berfifat komplemen dan melengkapi protokol kesehatan yang telah ditetapkan secara global oleh WHO, namun diadopsi dan disesuaikan dengan kondisi bangsa dan masyarakat Indonesia, di dalam menghadapi pandemi Covid-19. Beberapa masalah yang dihadapi, seperti rendahnya kedisiplinan dalam melaksanakan protokol kesehatan WHO seperti 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan) diharapkan dapat lebih diatasi dan dijalankan dengan lebih baik melalui penerapan protokol Pancasila, yang berakar pada kondisi nilai-nilai budaya bangsa dan masyarakat Indonesia, sehingga dapat mempercepat upaya penanganannya.

III.Analisis

Sebelum membahas lebih jauh tentang peranan Pancasila sebagai prinsip dasar atau protokol dalam penanganan Covid-19 dan kelanjutannya menuju “new normal” kehidupan

produktif yang aman dari Covid-19, diperlukan pemahaman tentang Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup dalam berbangsa dan bernegara. Dengan memperhatikan

(6)

materi ceramah dari Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Lemhannas RI (Hariyono, Mei 2020), dapat disarikan bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan energi positif yang menjadi sumber inspirasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang perlu dilembagakan nilai-nilainya baik secara struktural maupun kultural, yang berarti perlu melibatkan peran dan tanggung jawab tidak hanya dari pemerintah namun juga peran serta masyarakat.

Selain itu, dikemukakan juga bahwa peran Pancasila sebagai landasan ideologi juga dijadikan landasan berpikir, yang disebut Hariyono (2020) sebagai progressive thinking, termasuk dalam pengambilan keputusan dan penyatuan pandangan, dengan memberikan kesempatan memperluas kreativitas, inovasi dan local genius, yang berbasis kerjasama (kolaborasi) diantara pihak yang terlibat. Selanjutnya ditegaskan pula bahwa Pancasila juga dapat dijadikan common platform diantara pihak-pihak yang terlibat, di mana peranan penting Pancasila adalah dalam mempersatukan berbagai keragaman kepentingan yang ada. Oleh karenanya, dalam implementasi Pancasila sebagai dasar ideologi dan pandangan hidup, diperlukan pertimbangan terhadap adanya keberagaman atau kemajemukan baik dalam konteks sosial budaya, yang perlu dijadikan modal sosial dan modal budaya di tingkat masyarakat madani (civil society) (Hariyono, Mei 2020).

Pada kesempatan berikutnya, memperhatikan materi ceramah Profesor Azumardi Azra di Lemhannas RI, terutama terkait dengan Rehabilitasi dan Rejuvenasi Pancasila (Azra, Mei 2020), yang mengemukakan beberapa aspek pokok dalam perwujudan Pancasila yang lebih kontekstual dan aktual, yang memerlukan penjabaran Pancasila sebagai prinsip dasar jati diri bangsa, yang dihadapkan pada tantangan krisis identitas budaya pada situasi keragaman budaya (multi culture), sehingga Pancasila perlu dijadikan kekuatan pemersatu (integrating force) atau sejalan dengan Profesor Hariyono untuk menjadi common platform, yang dalam implementasinya memerlukan keterbukaan Pancasila untuk menjadi ideologi terbuka (Azra, Mei 2020).

Selanjutnya dengan mengacu pada materi bahan ajar Pancasila dari Lemhannas RI (2020), bahwa dalam mewujudkan Pancasila sebagai falsafah hidup, dengan mempertimbangkan penjabaran masing-masing sila ke dalam aktualisasinya dalam kondisi dan situasi permasalahan pembangunan nasional, diperlukan pemahaman untuk penjabaran implementasi Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional yang ditujukan untuk mendukung upaya peningkatan manusia secara totalitas, melalui implementasinya ke dalam masing-masing gatra dinamis ketahanan nasional, yaitu ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertanahan keamanan (ipoleksosbud-hankam).

Dengan memperhatikan beberapa materi ceramah dan bahan ajar terkait Pancasila yang diperoleh dari Lemhannas RI, maka dalam membahas lebih lanjut peran nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, landasan ideologi, serta pandangan dan falsafah hidup bangsa, bernegara dan bermasyarakat, khususnya terkait dengan prinsip dasar atau protokol dalam penanganan pandemi Covid-19 dan kelanjutannya menuju kehidupan produktif yang aman

(7)

Covid-19 atau “new normal”, alur pikir pada lampiran 1 mencoba memvisualisasikan proses

pembahasan selanjutnya, untuk menjadi dasar pemikiran perlunya menjadikan Pancasila sebagai protokol penanganan Covid-19 dan persiapan menuju “new normal”.

Dengan merujuk pada Gambar 1 di atas, yang menggambarkan Pancasila sebagai protokol penanganan Covid-19 dan kesiapan menuju “new normal” sangatlah relevan,

terutama dengan memperhatikan fungsi Pancasila sebagai dasar negara, landasan ideologi, dan falsafah hidup berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat, yang apabila dikaitkan dengan aktualisasinya dalam kondisi kekinian khususnya dalam penanganan Covid-19 dapat menjadi dasar dalam penetapan kebijakan dan strategi penanganan Covid-19 dan keberlanjutannya dalam menuju kehidupan produktif yang aman dari Covid-19. Didasarkan pada nilai-nilai Pancasila, maka sudah sepatutnya bahwa dalam penanganan Covid-19 dan kesiapan menuju “new normal”, maka Pancasila dapat dijadikan landasan ideologi dan

falsafah dasar dalam penanganan Covid-19, yang dijadikan landasan idiil Pemerintah dalam merespon bencana pandemi Covid-19, serta menjadikan Pancasila sebagai dasar hukum penetapan kerangka regulasi dan kebijakan dalam percepatan penanganan Covid-19, termasuk menjadi dasar dalam penetapan strategi dan kebijakan dalam mempersiapkan kehidupan produktif yang aman dari Covid-19, atau “new normal”, yang menjadi landasan bagi upaya pemulihan kondisi dan masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19.

Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa masing-masing sila dalam Pancasila dapat dijadikan prinsip dasar atau protokol dalam penanganan Covid-19 dan sekaligus penyiapan

menuju “new normal” lebih lanjut, yang dapat diaktualisasikan ke dalam protokol sebagai berikut: (1) Sila Ketuhanan: selain melalui penerapan moderasi agama, juga diarahkan untuk terwujudnya peningkatan kedisiplinan, sebagai prasyarat dapat terwujudnya kondisi masyarakat produktif dan aman dari pandemi Covid-19; (2) Sila Kemanusiaan: meningkatkan sistem pelayanan kesehatan masyarakat, sebagai prasyarat membangun manusia secara totalitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; (3) Sila Persatuan: mewujudkan kebersamaan (integrating force) untuk melawan Covid-19, sebagaimana telah

diimplementasikan melalui gerakan nasional “Bersama Lawan Covid” (BLC); (4) Sila Kerakyatan: memprioritaskan suara dan aspirasi rakyat, dengan mengedepankan prinsip demokrasi di dalam penanganan Covid-19 termasuk menuju “new normal” yang

mempertimbangkan aspirasi masyarakat khususnya pada daerah terdampak Covid-19; dan (5) Sila Keadilan: mengupayakan perluasan perlindungan sosial dan bantuan sosial untuk dapat menjangkau korban masyarakat terdampak Covid-19 yang proporsional dan berasaskan keadilan sosial.

Dengan memperhatikan rangkuman pembahasan pada Gambar 1 sebelumnya, terkait dengan proses alur pikir yang melatarbelakangi diperlukannya penjabaran nilai-nilai Pancasila sebagai prinsip dasar atau protokol penanganan Covid-19 dan persiapan menuju

new normal”, pada Tabel 1 di atas, dijabarkan aktualisasi Pancasila sebagai protokol penanganan Covid-19 dan menuju kehidupan produktif yang aman dari Covid-19 (new normal), yang masing-masing sila sebagai falsafah dan pandangan hidup, dijabarkan

(8)

aktualisasinya dalam penanganan Covid-19, sebagai protokol atau prinsip dasar, serta implikasinya dalam penanganan Covid-19 menuju “new normal”.

Tabel 1. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Protokol Penanganan Covid-19 dan Kesiapan Menuju Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19 (New Normal)

No Sila Pancasila Perwujudan sebagai nilai falsafah hidup Aktualisasi dalam Penanganan Covid-19 Pancasila sebagai Protokol Implikasi dalam Penanganan Covid-19 Implikasi thd Pemulihan menuju New Normal 1 Ketuhanan yang Maha Esa Agama sebagai falsafah hidup (nilai religius) Bencana sebagai ujian yang dihadapi secara tawakal Moderasi beragama (pembatasan peribadatan) Pembatasan kegiatan beribadah & umat yang tawakal Meningkatkan kedisiplinan dalam hidup normal baru 2 Kemanusiaan yg Adil & Beradab Hak Azasi Manusia (nilai kekeluargaan) Kesehatan sebagai hak azasi manusia yg perlu dijaga Peningkatan sistem kesehatan berbasis masyarakat Penerapan pola hidup sehat (4 sehat 5 sempurna) Perluasan BPJS untuk kesehatan masyarakt (promotif-preventif) 3 Persatuan Indonesia Kesatuan bangsa dan kebersamaan (nilai keselarasan) Kebersamaan dalam menghadapi bencana (Pusat-Daerah-Masy) Pelibatan Pemda dalam penanganan seara lokalitas Penerapan PSBB secara proporsional di daerah terdampak Desentralisasi protokol new normal kpd Pemda terdampak 4 Kerakyatan yang dipimpin hikmah kebijaksanaan dalam permu-syawaratan/ perwakilan Kedaulatan rakyat dan demokrasi (nilai kerakyatan) Memperhatikan aspirasi dan pelibatan masyarakat Pelibatan peran serta masyarakat secara optimal Peningkatan peran serta masyarakat dlm pencegahan & pemulihan dampak Pelibatan masyarakat mulai individu, keluarga, komunitas, dalam pemulihan ekonomi masyarakat 5 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Keadilan sosial dan kesejahteraan (nilai keadilan) Akses penanganan menjangkau seluruh masyarakat Perlindungan & bantuan sosial bagi korban terdampak Bantuan sosial & insentif JPS bagi korban terdampak Perluasan cakupan bantuan sosial scara merata proporsional

(9)

Melalui Tabel 1, dapat dilihat bahwa matriks aktualisasi Pancasila sebagai prinsip dasar atau protokol penanganan Covid-19 dan kesiapan menuju “new normal” juga telah

didasarkan menurut masing-masing sila dalam Pancasila, yang menjadi dasar pertimbangan pokok dalam menterjemahkan nilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing sila ke dalam perwujudannya sebagai landasan ideologi dan falsafah hidup dalam berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat. Selanjutnya setiap sila dijabarkan ke dalam aktualisasinya dalam konteks kekinian khususnya dalam penanganan Covid-19, sebelum diambil kesepakatan untuk menjadikan Pancasila sebagai protokol baik dalam penanganan maupun

dalam penyiapan kehidupan “new normal” lebih lanjut.

Secara terinci, matriks aktualisasi telah mencoba menjabarkan masing-masing sila dari Pancasila mulai dari perwujudan dan aktualisasinya, hingga implikasinya dalam penanganan Covid-19 dan keberlanjutannya menuju kehidupan normal baru, yang intinya adalah untuk menjadikan Pancasila sebagai prinsip dasar atau protokol, dengan penjelasan: (1) sila pertama, mendorong implementasi dari moderasi beragama, khususnya ada pembatasan kegiatan ibadah, yang memerlukan kedisiplinan dalam penerapan pembatasan sosial berskala besar, khususnya di daerah terdampak parah (zona merah); (2) sila kedua, melalui peningkatan sistem kesehatan berbasis masyarakat, yang diimplementasikan melalui 4 sehat 5 sempurna (social distancing, memakai masker, cuci tangan dengan air dan sabun, istirahat yang mencukupi, serta asupan makanan bergizi); (3) sila ketiga, melakukan desentralisasi penanganan ke tingkat daerah dan desa, terutama dalam penetapan pembatasan sosial berskala besar dalam lingkup wilayah atau daerah terdampak, yang memerlukan sinergi dan integrasi dari seluruh jajaran administrasi pemerintahan dari Pusat hingga tingkat desa melalui Gugus Tugas yang dibentuk yang dibentuk mulai di tingkat nasional hingga RT/RW; (4) sila keempat, melibatkan peran serta masyarakat dan pelaku kepentingan lainnya, dengan memprioritaskan suara dan aspirasi masyarakat, terutama yang berada di wilayah terdampak atau potensial terdampak, untuk dapat lebih mandiri di dalam memitigasi risiko penyebaran Covid-19; dan (5) sila kelima, mengupayakan perluasan jangkauan perlindungan sosial dan bantuan sosial, khususnya kepada masyarakat yang terdampak Covid-19, termasuk mengupayakan pemulihan krisis ekonomi bagi sektor ekonomi informal dan KUKM yang terdampak, melalui penerapan jaring pengaman sosial (social safety net).

Dalam menerapkan protokol Pancasila untuk penanganan dan pemulihan dampak pandemi Covid-19 sudah barang tentu memerlukan dukungan kerangka regulasi yang memadai dan konsisten diterapkan. Beberapa kerangka regulasi yang telah diterbitkan oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah, seperti terbitnya Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 tentang Komite Nasional Percepatan Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, serta Keputusan Menteri Kesehatan yang mendasari penerbitan berbagai Peraturan dan Keputusan Kepala Daerah untuk penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di masing-masing daerah, menunjukkan telah memadainya kerangka regulasi yang melandasi legal formal penanganan Covid-19 dan upaya pemulihan perekonomian nasional yang terdampak Covid-19 lebih lanjut.

(10)

Selain itu, melalui pembentukan Komite Nasional Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional beserta Satuan Tugas untuk penanganan Covid-19 dan Satuan Tugas untuk pemulihan ekonomi nasional, juga telah menunjukkan komitmen Pemerintah dalam membentuk kelembagaan yang bersifat koordinatif untuk dapat ditanganinya pandemi Covid-19 dan pemulihan dampak ekonominya, sekaligus pembiayaannya yang telah dialokasikan secara afirmatif oleh Pemerintah.

IV.Penutup 4.1. Kesimpulan

Dengan tetap konsisten mengacu pada Pancasila sebagai dasar negara, landasan ideologi, dan pandangan hidup dalam berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, maka seharusnya upaya percepatan penanganan Covid-19 yang dilakukan oleh Pemerintah dan seluruh komponen bangsa dapat dilakukan secara lebih baik dan terarah, termasuk dalam mempersiapkan kondisi kehidupan pasca Covid-19 yang tetap produktif dan aman dari Covid-19 (new normal life). Untuk itu, diperlukan pemahaman yang utuh terhadap nilai-nilai yang dikandung setiap sila dari Pancasila, untuk dapat diaktualisasikan dalam kondisi kekinian permasalahan bangsa, terutama dalam merespon dan menghadapi isu dan permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, yaitu dalam melakukan percepatan penanganan bencana kesehatan pandemi Covid-19 dan sekaligus mempersiapan kehidupan normal baru yang tetap produktif dan aman. Selama ini Pemerintah telah mencoba menerapkan prinsip dasar atau protokol yang berlaku global, yang telah ditetapkan World Health Organization (WHO), yang kinerjanya walaupun sudah cukup baik, namun masih memerlukan penyempurnaan untuk dapat mempercepat penanganan pandemi Covid-19 secara lebih berhasilguna. Untuk itu, diperlukan upaya yang lebih memperhatikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang telah dituangkan ke dalam Pancasila, sebagai dasar negara, landasan ideologi, dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang dapat dijadikan prinsip dasar atau protokol dalam percepatan penanganan Covid-19 dan keberlanjutannya menuju kehidupan normal baru yang produktif dan aman dari Covid-19.

4.2. Rekomendasi.

Dengan memperhatikan pentingnya penerapan protokol Pancasila sebagai pelengkap dari protokol kesehatan WHO yang sudah diadopsi dalam penanganan pandemi Covid-19, maka beberapa rekomendasi yang dapat diakukan adalah sebagai berikut: (1) adopsi nilai-nilai luhur Pancasila dalam protokol kesehatan penanganan pandemi Covid-19 yang dimulai dalam kerangka regulasi, dengan mengadopsi nilai-nilai Pancasila ke dalam peraturan perundang-undangan yang melandasi langkah-langkah strategis untuk penanganan pandemi Covid-19, yang untuk itu direkomendasikan untuk dapat dimasukkan ke dalam proses peningkatan pemahaman dan implementasi Pancasila dalam kegiatan sosialisasi protokol kesehatan yang dijadikan pedoman masyarakat di dalam menghadapi pandemi Covid-19,

(11)

yang perlu dikoordinasikan oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 untuk penyusunan regulasinya dalam tataran operasional yang dijadikan pedoman bagi stakeholders terkait, terutama masyarakat dalam menerapkan protokol Pancasila yang konsisten dan sesuai dengan aspirasi masyarakat di tingkat lokal; dan (2) dalam kerangka kelembagaan, direkomendasikan untuk dapat melibatkan Lembaga masyarakat di tingkat lokal dan lembaga pendidikan yang dapat menjadi agent of change di tingkat lokal untuk dapat menyiapkan kerangka implementasi protokol Pancasila dalam penanganan pandemi Covid-19 yang lebih dekat dengan masyarakat, baik secara formal melalui struktur RT/RW dan sekolah, maupun secara informal melalui pendekatan sosial dan persuasif oleh Lembaga sosial kemasyarakatan seperti melalui dakwah dan majelis yang berbasis agama di masjid atau gereja, untuk dapat mendekatkan protokol kesehatan berbasis Pancasila dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

Referensi

Azra, Asyumardi (2020), Materi Ceramah PPRA LXI, Lemhannas RI;

Gugus Tugas Nasional Covid-19 (2020), Laporan Situasi Harian Percepatan Penanganan Covid-19 (30 Mei 2020);

Hariyono (2020), Materi Ceramah PPRA LXI, Lemhannas RI;

Kartasasmita Ginanjar. 1996. Pembangunan untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. PT. Pustaka Cidesindo ; Jakarta

Lemhannas RI (2020), Bahan Ajar Bidang Studi EMPAT KONSENSUS DASAR BANGSA, Sub Bidang Studi PANCASILA;

Undang-Undang Nomor 2 tahun 2020. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2020; Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 2020; Keputusan Presiden Nomor 9 tahun 2020; Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020.

https://eprints.uny.ac.id/8530/3/BAB%202%20-%2007401241045.pdf diunduh 5 September 2020

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00254-MN%20Bab2001.pdf. diunduh 3 September 2020,

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195207251978031-ACE_SURYADI/09PemberdayaanMasyarakat.pdf. diunduh 21 Agustus 2020.

Gambar

Gambar 1 Alur Pikir
Tabel  1.  Aktualisasi  Nilai-Nilai  Pancasila  Sebagai  Protokol  Penanganan  Covid-19  dan  Kesiapan Menuju Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19 (New Normal)

Referensi

Dokumen terkait

Apakah terdapat pengungkapan atas realisasi Belanja dalam rangka penanganan pandemi Covid- 19 dengan menggunakan akun Non penanganan pandemi Covid-19. Apakah terdapat pengungkapan

Untuk mengetahui perbedaan nilai skor kebocoran tepi sealant antara Glass Ionomer Cement dengan Resin Bis-GMA dilakukan dengan uji mann-whitney test dan dapat

Masukan jumlah tagihan sesuai dengan tagihan UKT masing-masing mahasiswa dan harus ditambah Rp 2.000,- dari nilai pembayaran, cth: Rp.. Masukan rekening Virtual Account

The PRAKARSA Refleksi Pembangunan Kesehatan di Indonesia dalam Situasi Pandemi Covid-19 Bagian Keempat: Pembelajaran Dari Penanganan Covid-19 di Sulawesi Barat. Oleh Muh Saleh,

Suatu antarmuka pemakai memerlukan perbaikan terhadap desain yang telah ada yang secara relatif akan mudah dipahami untuk didesain, seperti tombol-tombol pada mouse komputer

Melaksanakan dharma pengabdian kepada masyarakat untuk menerapkan nilai-nilai luhur, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan olahraga, dalam rangkapemberdayaan masyarakatc.

konsumen berada di tempat yang sulit untuk menonton tayangan televisi berlangganan seperti dalam visualisasi yang ditunjukan oleh iklan nexmedia ini yaitu

Penelitian ini menggunakan Teori Work-Life Balance (Rantanen, 2008) untuk mengetahui gambaran mengenai Tipe Work-Life Balance pada Dosen Tetap Universitas ‘X’ di Bandung