Seminar Nasional Biologi II tahun 2015
Pemanfaatan Sumberdaya Hayati dan Peningkatan Kualitas Lingkungan
i
DAFTAR ISI Cover Prosiding
Daftar Pemakalah Kunci
1. Pemanfaatan Sumberdaya Hayati Dan Peningkatan Kualitas Lingkungan: Bioremediasi Lahan Kritis
Irdika Mansur
2. Bioindikator Kualitas Perairan Tri Retnaningsih Soeprobowati Daftar Pemakalah Terpilih
1. Evaluasi Dan Seleksi Galur Mutan Sorgum Manis Varietas Numbu Hasil Mutasi Endang Gati Lestari dan Iswari S Dewi
Pemakalah Oral
1. Keragaman dan Kelimpahan Populasi Semut (Hymenoptera : Formicidae) di Kampus FSM Undip Tembalang Semarang
Mochamad Hadi
2. Pemanfaatan Bahan Alam Lokal Bengkuang (Pachyrhizus erosus) dan Alpukat (Persea americana Mill) terhadap Struktur Jaringan Hati dan Ginjal Tikus Putih Cicilia Novi Primani
3. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Masyarakat Suku Kaili di Dusun Tompu Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah
Slamet Ifandi, Jumari dan Sri Widodo Agung Suedy
4. Etnobotani Pemanfaatan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) di Kota Semarang
Hanif Mayasari, Jumari dan Erma Prihastanti
5. Potensi Dan Strategi Ekowisata Berdasarkan Analisis Swot Di Kawasan Mangrove Desa Mororejo Kabupaten Kendal
Haikal Hilman Fahrian, Sapto P. Putro dan Fuad Muhammad
6. Penentuan Umur Saat Penurunan Kondisi Fisiologis Hati Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica)
Tyas Rini Saraswati, Wasmen Manalu, Damiana R. Ekastuti, Nastiti Kusumorini 7. Pengujian Aktifitas Ekstrak Daun Berenuk (Crescentia cujete L) terhadap Nilai Gizi
Daging Ikan Peh (Himantura sp)
Umarudin, Munifatul Izzati dan Endah Dwi Hastuti
8. Peran dan Makna Filosofis Kelapa Bagi Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Masyarakat Sekitarnya.
Farah Diba Setiana, Endah Dwi Hastuti dan Jumari
9. Struktur Komunitas Semak Dalam Mendukung Konservasi Lingkungan di Pulau Panjang Kabupaten Jepara Jawa Tengah
Sri Utami, Sutrisno Anggoro dan Tri Retnaningsih Soeprobowati
10. Bobot Lemak Abdomen dan Lemak Subkutan Puyuh Jepang (Coturnix-coturnix japonica) Setelah Pemberian Serbuk Kunyit (Currcuma longa)
Sukarman Hadi Jaya Putra, Tyas Rini Saraswati dan Sri Isdadiyanto
11. Identifikasi Golongan Senyawa Aktif Bioherbisida Akar, Batang Dan Daun Mangga Hutan (Mangifera foetida L.) Terhadap Perkecambahan Biji Rumput Grinting (Cynodon dactylon (L.) Pers.)
Janne Hillary dan Tri Rini Nuringtyas
12. Inventarisasi Anggota Ordo Odonata Di Kawasan Wana Wisata Curug Semirang Kecamatan Ungaran Barat, Semarang
Frendi Irawan dan Mochamad Hadi
13. Produksi Bioetanol Dari Substrat Kacang Gude yang Dihidrolisis Oleh Kapang Aspergillus niger
Seminar Nasional Biologi II tahun 2015
Pemanfaatan Sumberdaya Hayati dan Peningkatan Kualitas Lingkungan
ii
14. Kondisi Hematologis Keturunan F1 dari Induk Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica L.) yang Diberi Suplemen Tepung Kunyit dalam Pakan
Silvana Tana dan Tyas Rini Saraswati
15. Pengenalan Beberapa Jenis Endiandra (Lauraceae) di Herbarium Bogoriense Pusat Penelitian Biologi-LIPI
Nalar Mutiara Esa, Jumari dan Deby Arifiani
16. Keanekaragaman Pisang Liar Di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor – LIPI Bogor
Nur Azizah, Jumari dan Lulut Dwi Sulistyaningsih
17. Potensi Sumberdaya Alam Hayati Kawasan Mangrove Pasar Banggi Kabupaten Rembang Sebagai Objek Ekowisata
Kusaeri, Jafron WasiqHidayat dan Sapto P. Putro
18. Toksisitas Ekstrak Daun dan Ranting Aglaia odorata, Lour Terhadap Interaksi Parasitoid Apanteles sp. dan Inangnya, Spodoptera litura (Fab.)
Udi Tarwotjo
19. Histologis Testis pada Keturunan F1 dari Induk Puyuh (Coturnix coturnix japonica L.) yang Diberi Suplemen Serbuk Kunyit (Curcuma longa L.) dalam Pakan.
Mitra Waty, Silvana Tana dan Tyas Rini Saraswati
20. Perkembangan Embrio Biji Anggrek Dendrobium phalaenopsis Fitzg Pada berbagai Medium Kultur in Vitro
Nintya Setiari, Aziz Purwantoro, Sukarti Moeljopawiro, Endang Semiarti
21. Kualitas air Untuk Mendukung Budidaya Ikan di Kawasan Minapolitan Desa Menayu Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang
Ayu Wulandari, Sapto P. Putro dan Fuad Muhammad
22. Pertambahan Bobot Badan Tikus Putih Setelah Pemberian Olive Oil Dan Virgin Coconut Oil
Enny Yusuf Wachidah Yuniwarti, Muhammad Anwar Djaelani
23. Suplementasi Daging Ikan Gabus (Channa striata) dalam Pakan terhadap Peningkatan Bobot Badan dan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang Diberi Perlakuan Stres
Sunarno, Siti Muflichatun Mardiati dan Teguh Suprihatin
24. Keragaman dan Kelimpahan Populasi Semut (Hymenoptera : Formicidae) di Kampus FSM Undip Tembalang Semarang
Dian Ratna Sari dan Mochamad Hadi
25. Perbandingan Keanekaragaman Jenis Crustacea Makroskopis Pada Lingkungan Terendam Rob Dan Tidak Terendam Rob Desa Bedono, Sayung, Demak
Ghani Ghaffar Garaudy, Siti Mukhlishoh S, Nur Hayati, dan Lianah
26. Ratio Kadar Apo B dan Apo A Tikus Putih Sprague Dawley Hiperlipidemia Setelah Diberi Cangkang Udang Laut (Penaeus monodon F.)
Sri Isdadiyanto
27. Bioakumulasi Logam Berat Pb, Cd, dan Cr Pada Insang Ikan Bandeng (Chanos chanos. Froskal) di Pertambakan Trimulyo, Semarang
Jumriah Nur, Tyas Rini Saraswati dan Tri Retnaningsih Soeprobowati
28. Konsentrasi Logam Berat Pb, Cd, dan Cr pada Air dan Sedimen di Perairan Pesisir Sriwulan, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak
Fatimah D. Purwaningsih, Tyas Rini Saraswati, Tri Retnaningsih Soeprobowati 29. Etnobotani Tumbuhan Obat Untuk Menjaga Stamina Tubuh Kaum Wanita dari
Kajian Pengobatan Tradisional Keraton Surakarta Hadiningrat Rini Verary Shanthi, Jumari dan Munifatul Izzati
30. Perubahan Bahan Organik Perairan Tambak Pada Model Budidaya Ganda Udang Windu-Rumput Laut
Seminar Nasional Biologi II tahun 2015
Pemanfaatan Sumberdaya Hayati dan Peningkatan Kualitas Lingkungan
iii
31. Aplikasi Keramba Jaring Apung Bertingkat Sistem Integrated Multi Trophic
Aquaculture (SDNC-IMTA) Terintegrasi Biomonitoring Menuju Industri Akuakultur Indonesia Berkelanjutan
Sapto P. Putro, Widowati, Suhartana, dan Fuad Muhammad
32. Bioprospeksi Pigmen Mikroorganisme Laut Strain Lokal Sebagai Sumber Diet Pangan Fungsional
Arina Tri Lunggani dan Agung Suprihadi
33. Komposisi dan Kemelimpahan Fitoplankton di Telaga Menjer, Wonosobo. Dyah Ayu Kumalasari, Tri R. Soeprobowati dan Sapto P. Putro 34. Komunitas Fitoplankton di Rawa Jombor Klaten, Jawa Tengah
Ayu Ambar Alina, Tri R. Soeprobowati dan Fuad Muhammad
35. Keanekaragaman Flora Mangrove Di Muara Banjir Kanal Timur Semarang Berdasarkan Bukti Polennya
Sri Widodo Agung S, Tri R. Soeprobowati dan Jafron W. Hidayat
36. Morfoanatomi Spora Acrostichum aureum Linn. dari Beberapa Daerah di Indonesia Graha Permana, Sri Widodo Agung Suedy, Rini Budihastuti
37. Isolasi Protoplas Pichia manshurica DUCC-Y15 Dengan Menggunakan Litik Enzim dari Saluran Pencernaan Keong Emas (Pomacea canaliculata)
Wijanarka, Jafron W.Hidayat dan Sarjana Parman
38. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Labu Kuning (Cucurbita moschata Duch.) Pada Penurunan Kadar Trigliserida Tikus Wistar (Rattus norvegicus L.) Hiperglikemik Heru Setiawan, Enny Yusuf Wachidah Y, Sri Isdadiyanto
39. Status Tingkat Cemaran Logam Berat Terlarut Pada Kawasan Mangrove di Wilayah Pesisir Kota Semarang dan Kabupaten Demak
Endah Dwi Hastuti
40. Pengaruh Kombinasi Pupuk Nanosilika Dan Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.var P-21)
Ayu Hanitya A., Erma Prihastanti, Endah Dwi Hastuti, Agus Subagyo, Ngadiwiyana
41. Pengaruh Pupuk Nanosilika Terhadap Persemaian Padi Sintanur (Oriza sativa L.var sintanur)
Erma Prihastanti, Agus Subagyo, Ngadiwiyana, Ayu Hanitya A.
42. Kajian Kemelimpahan dan Keanekaragaman Zooplankton pada Kawasan Sungai Hutan Edukasi Kampus Undip Semarang
Riche Hariyati dan Murningsih
43. Deteksi Karakterisasi Dominan Fusan dari Mikroalga Dunaliella salina dan Chlorella vulgaris Menggunakan Primer 18SrRNA untuk Mengembangkan Produksi
Karotenoid
Hermin Pancasakti Kusumaningrum dan Muhammad Zainuri
44. Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Inokulum Terhadap Kadar Kafein Kopi Robusta (Coffea canephora P.) Hasil Fermentasi Menggunakan Isolat Bakteri Asam Laktat yang di Isolasi dari Feces Luwak (Paradoxorus hermaphrodhitus)
Fatkur Rozi Sulistiyo, Endang Kusdiyantini dan Anto Budiharjo
45. Pengetahuan Lokal Mengenai Hewan Sebagai Sumber Bahan Pangan Pada Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) Desa Lantak Seribu Kec. Renah Pamenang Kab. Merangin, Jambi
Mutia Yuli Farida, Jumari dan Fuad Muhammad
46. Keanekaragaman Polo-poloan pada Upacara Ritual di Keraton Yogyakarta Lily Yulia Surya Sari, Jumaridan Endah Dwi Hastuti
47. Akurasi Vaginal Plug Sebagai Metode Penentu Awal Kebuntingan Pada Mencit (Mus musculus L.) Strain Swiss Webster
Agung Janika Sitasiwi
48. Produksi Enzim Protease Aspergillus flavus PaM-25 dengan Variasi pH dan Waktu Inkubasi
Seminar Nasional Biologi II tahun 2015
Pemanfaatan Sumberdaya Hayati dan Peningkatan Kualitas Lingkungan
iv
Pemakalah Poster
1. Perubahan Tinggi Sel Epitelium Villi Ileum Marmut (Cavia porcellus L.) Setelah Pemberian Teh Hijau
Hirawati Muliani
2. Variasi Berat Panen Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) yang Ditanam pada Media Tanam yang Berbeda
Rini Budihastuti
3. Keanekaragaman Lichen Di Kawasan WisataCandi Gedung Songo Semarang Jumari, Elda DA, Psn Masruri SA, Nalar ME, Nur Azizah, Peny UL
4. Pendataan Jenis Tumbuhan Di Kawasan Wisata Candi Gedong Songo Semarang untuk Mendukung Eduwisata
Jumari, Endah DJ, M. Hadi El Amin, Wildan RA, Dian RS
5. Perbandingan Penghitungan Populasi Skeletonema costatum(Greville) Cleve dengan Metode Hemocytometer dan SRCC
Siti Mudhakiroh dan Tri Retnaningsih Soeprobowati
Keanekaragaman Flora Mangrove Di Muara Banjir Kanal Timur
Semarang Berdasarkan Bukti Polennya
Sri Widodo Agung Suedy, Tri Retnaningsih Soeprobowati dan
Jafron Wasiq Hidayat
Jurusan Biologi, FSM Universitas Diponegoro (UNDIP) Jl. Prof. Soedarto SH, Kampus UNDIP Tembalang Semarang 50275
E-mail: agung.suedy@gmail.com
ABSTRACT
Palynology of data in the form of pollen or spores stored and preserved in sediments are very important evidence to reveal the history of the mangrove forests in the region.Pollen and spores can show the producing plant taxa.. The purpose of this study was to determine the diversity of mangrove plants in the Banjir Kanal Timur (BKT) Semarang in the past. Palynology of data obtained from drilling sediments at a depth of 200 cm . Preparation for palynology observation using acetolysis methods. Palynology observation parameters include the characteristics of pollen and spore types that include size, shape , ornamentation , and aperture. Based on identification Palynology was discovered 10 types of pollen and spores , which 2 types showed prominent mangrove flora were Sonneratia caseolaris and Achostichum aureum. Palynology evidence suggests that the degradation of mangrove biodiversity in this region has long been the case , it was shown by the low diversity of flora.
Keywords: palynology, mangrove, sediment, acetolysis, diversity
ABSTRAK
Data palinologi berupa polen dan atau spora yang tersimpan dan terawetkan di dalam sedimen merupakan bukti yang sangat penting untuk mengungkapkan sejarah hutan mangrove di suatu wilayah. Polen dan spora dapat menunjukkan taksa tumbuhan penghasilnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keanekaragaman tumbuhan mangrove di Banjir Kanal Timur Semarang di masa lampau. Data palinologi diperoleh dari pengeboran sedimen pada kedalaman 200 cm. Preparasi palinologi menggunakan metode Asetolisis yang dimodifikasi. Parameter pengamatan palinologi meliputi sifat dan ciri tipe polen serta spora yang meliputi ukuran, bentuk, ornamentasi, dan apertura dalam bentuk identifikasi morfologi. Berdasarkan hasil identifikasi palinologi telah ditemukan 10 tipe polen dan spora, dimana 2 tipe menunjukkan flora mangrove yang menonjol yaitu Sonneratia caseolaris dan Achostichum aureum. Bukti palinologi menunjukkan bahwa degradasi keanekaragaman mangrove di wilayah ini telah lama terjadi, hal ini diperlihatkan oleh keanekaragaman floranya yang rendah.
Kata kunci: palinologi, mangrove, sedimen, asetolisis, keanekaragaman
1. PENDAHULUAN
Wilayah Indonesia memiliki panjang pantai sebesar 81.000 km dengan sekitar 17.000 pulau. Pada kondisi fisik sebagai negara kepulauan ini, Indonesia rentan terhadap bencana baik bencana sebagai akibat dampak perubahan iklim maupun bencana alam laut lainnya. Wilayah pesisir sendiri memiliki peran yang sentral dalam mendukung berbagai kegiatan perekonomian. Perkembangan pesisir yang semakin maju juga menuntut peningkatan sarana dan prasarana sebagaimana yang terjadi di Pantai Utara Pulau Jawa (Pantura Jawa). Di satu sisi dampak positif pengembangan pesisir dapat mendukung distribusi perekonomian ditingkat lokal dan nasional. Namun di sisi lain, ketika pengembangan pesisir tidak direncanakan dengan baik akan mengakibatkan degradasi sumber daya pesisir. Salah satu dampaknya yaitu ancaman menurunnya ekosistem dan habitat keanekaragaman hayati termasuk kawasan hutan mangrove.
Peran hutan mangrove sangat penting dalam melindungi pantai dan lingkungan pesisir. Mangrove adalah tanaman yang tumbuh dan mendominasi di zona inter-tidal sepanjang garis pantai dan di estuarin (Ng dan Sivasothi, 2005). Namun, sekitar 96,95% kawasan hutan mangrove di pantai utara Jawa Tengah telah mengalami
pengrusakan, baik dalam status rusak sedang maupun berat. Hal itu disebabkan adanya alih fungsi lahan untuk tambak, permukiman, industri, pengembangan pariwisata yang tidak berbasis konservasi, serta adanya penebangan liar (Soedarmo, 2009; Malik, 2011). Demikian juga yang terjadi di kota Semarang, berdasarkan laporan BLH Kota Semarang luasan vegetasi mangrove pada periode 2003-2007 dari 128,2450 ha menjadi 28,7370 ha atau terjadi penurunan sebesar 78% (Dinas Kelautan dan Perikanan 2010a, 2010b: Malik, 2011).
Selain luasan hutan mangrove yang cenderung semakin menyusut, keanekaragaman flora penyusun mangrove juga mengalami penurunan yang sangat signifikan. Selama ini mangrove di Indonesia dikenal mempunyai keragaman jenis yang tinggi. Ekosistem hutan mangrove di Indonesia tercatat memiliki keanekaragaman kurang lebih 202 spesies yang terdiri atas 89 spesies pohon, 5 spesies palem, 19 spesies liana, 44 spesies epifit, dan satu spesies sikas (Bengen, 2001). Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan Setyawan, dkk. (2005) di pantai utara dan selatan Jawa Tengah telah ditemukan 55 spesies mangrove, namun daerah Semarang tidak dijadikan titik lokasi sampling. Sedangkan flora mangrove yang ditemukan di kecamatan Tugu, Semarang ini hanya tiga spesies yaitu Rhizophora mucronata, Avicennia marina dan Avicennia alba. (Malik, 2011). Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa pada ekosistem hutan mangrove di Kota Semarang ditemukan 7 spesies mangrove yaitu A alba, A marina, Brugueira cylindrical, R apiculata, R mucronata, R stylosa dan Sonneratia
caseolaris (Hastuti, dkk. 2012). Sementara berdasarkan hasil analisis vegetasi mangrove oleh Martuti (2013) di
Wilayah Tapak Tugurejo Semarang, terdapat lima spesies mangrove yang berhasil dijumpai, yaitu R mucronata, A
marina, Excoecaria aghalloca, B cylindrical, dan Xylocarpus mocullensis. Kondisi ini sangat berlawanan dengan
keanekaragaman flora mangrove di pesisir Rembang yang mencapai 27 spesies (Setyawan dan Winarno, 2006) maupun Pulau Sepanjang, Jawa Timur yang mencapai 32 spesies (Suhardjono, 2007).
Bukti-bukti palinologi berupa polen (serbuk sari bunga) dan spora tumbuhan, baik yang ada sekarang maupun yang telah mati dan terendapkan dalam sedimen (berupa fosil) dapat digunakan sebagai sumber data dan bahan untuk merekonstruksi vegetasi suatu daerah (Moore & Webb, 1978; Faegri &Iversen, 1989; Morley, 1990), termasuk yang terjadi pada kawasan hutan mangrove. Polen berasal dari tumbuhan yang pada mulanya membentuk vegetasi pada suatu area, oleh karena itu polen dapat digunakan untuk merekonstruksi vegetasi baik lokal maupun regional yang berada di sekeliling lingkungan pengendapan. Penelitian palinologi oleh Suedy, dkk. (2006a) telah menemukan 32 spesies tumbuhan mangrove di pantai Randusanga Brebes; dan 27 spesies flora mangrove di pantai Kaliuntu Rembang (Suedy, dkk. 2006b) serta 30 tipe polen dan spora flora mangrove di pantai Gandhong Demak (Suedy dan Setijadi, 2007). Penelitian oleh Setijadi, dkk. (2012) juga telah menemukan 62 tipe polen dan spora flora termasuk kelompok mangrove dari sedimen di Cilacap.
Data awal keanekaragaman flora mangrove di muara Banjir Kanal Timur Semarang telah ditemukan 12 tipe polen dan spora diantaranya dari spesies flora mangrove tipe Rhizophoraceae, Avicennia sp, S caseolaris,
Acrostichum aureum, E agallocha, dan Calophyllum inophyllum pada sedimen permukaan yang diambil sampai
kedalaman 40 cm (Suedy, dkk. 2014); sedangkan pada tulisan ini akan dibahas keanekaragaman flora mangrove berdasarkan polen dan spora yang ditemukan dalam sedimen kedalaman sekitar kurang lebih 2 m. Hal ini sesuai dengan pendapat Moore dan Webb (1978) serta Faegri dan Iversen (1989) bahwa analisis polen dan spora secara vertikal terhadap urutan lapisan sedimen merupakan cara untuk menelusuri sejarah flora dan vegetasi serta perubahan yang terjadi selama proses sedimentasi berlangsung, dimana menurut Hukum Superposisi dari Steno (1665) dalam Noor (2012) menyatakan bahwa pada kondisi normal perlapisan suatu batuan atau sedimen, yang berada pada posisi paling bawah merupakan batuan yang pertama terbentuk dan tertua dibandingkan dengan lapisan batuan diatasnya.
2. METODE PENELITIAN
Pengambilan sedimen dilakukan di muara Banjir Kanal Timur Semarang, Jawa Tengah pada bulan Maret 2014. Sampel sedimen diambil dengan pengeboran menggunakan bor tangan berdiameter 4 cm. Titik koordinat pengeboran satu titik yaitu: 06° 56’ 26.9” S; 110° 26’ 41.9” E di bawah tegakan mangrove di Desa Tanggungrejo Kecamatan Gayamsari Semarang Timur. Pengambilan sampel secara vertikal dengan kedalaman 2 meter. Preparasi batuan untuk sediaan mikroskop menggunakan metode standar palinologi, dalam penelitian ini digunakan modifikasi metode Asetolisis (Moore, dkk. 1991): 50 g sampel batuan direndam dengan HCl 50% untuk menghilangkan karbonat dan kemudian dinetralkan dengan akuades. Sampel yang telah netral direndam kembali dengan HF 40% untuk menghilangkan silikat, kemudian dinetralkan kembali, setelah itu direndam dengan HCl 50% dan dinetralkan lagi. Setelah itu dilakukan oksidasi dengan menggunakan HNO3 dan dinetralkan kembali. Untuk menghilangkan humic acid sampel batuan di rendam KOH 5% dalam kondisi panas dan dinetralkan kembali.
Hasilnya kemudian disaring dengan saringan nilon bertingkat ukuran 250-5m, setelah itu dibuat slide menggunakan mikropipet Soccorex sebanyak 800 µl yang merupakan sediaan mikroskop dengan mounting slide menggunakan entelan
Analisis deskriptif berupa identifikasi tipe, sifat dan ciri polen dan spora menggunakan mikroskop binokuler perbesaran sampai dengan 1000X. Acuan yang digunakan dalam melakukan identifikasi tipe polen dan spora antara lain: Erdtman (1952), Kapp (1969), Huang (1972), Faegri dan Iversen (1989), Moore dan Webb (1978), dan situs PalDat. pada www.paldat.org (Anonim, 2005). Analisis data menggunakan program PAST (PAlaentological
Statistics, ver. 0.99).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa dari sedimen yang diambil dari pantai Banjir Kanal Timur sedalam 200 cm telah ditemukan 10 tipe polen dan spora (Tabel 1). Tumbuhan penghasil polen-spora yang ditemukan tersebut kemudian dikelompokan menjadi mangrove mayor/sejati (utama), mangrove minor dan tumbuhan asosiasi menurut Tomlinson (1986), Noor dkk. (1999) dan Giesen et al. (2007) (Tabel 2). Berdasarkan kriteria flora kelompok mangrove ini ternyata tidak semua tipe polen dan spora yang ditemukan dihasilkan oleh tumbuhan kelompok mangrove, karena yang dimaksud tumbuhan kelompok mangrove adalah suatu komunitas tumbuhan atau suatu individu jenis tumbuhan yang membentuk komunitas di daerah pasang surut, hutan mangrove atau sering disebut hutan bakau merupakan sebagian wilayah ekosistem pantai yang mempunyai karakter unik dan khas (Kusmana, 2010).Adapun tipe-tipe polen dan spora yang ditemukan dan ciri-ciri dari masing-masing tipe polen dan spora yang ditemukan tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Tipe polen dan spora yang ditemukan dalam sedimen Banjir Kanal Timur (BKT) Semarang pada kedalaman 200 cm ( … /800µl sampel)
No Tipe Polen dan Spora
Jumlah Polen dan Spora pada kedalaman sedimen 200 cm 1 Sonneratia caseolaris 80 2 Cyathea 20 3 Poaceae/Gramineae 20 4 Polypodium/Polypodiaceae 20 5 Croton sp. 20 6 Ericaceae 40 7 Selaginella 20 8 Stenochlaena palustris 40 9 Acrostichum aureum 80 10 Pteris 20 Total (…../800µl) 360 Jumlah tipe 10
Tabel 2. Ciri-ciri polen dan spora flora mangrove yang ditemukan dalam sedimen Banjir Kanal Timur (BKT) Semarang pada kedalaman 200 cm.
No Tipe Polen dan
Spora Afinitas Ciri
Kelompok Mangrove Referensi 1 Sonneratia caseolaris Soneratia caseolaris prolate, ukuran 30-60µm, apertura triporate, hiasan eksin psilate pada kutubnya, verrucate-areolate pada ekuator
mayor/sejati Germeraad et al. 1968 Tomlinson, 1986 Giesen et al. 2007 2 Acrostichum aureum Acrostichum aureum spora semiangular berukuran sampai 75 µm, apertura trilete, hiasannya psilate. minor/sejati Morley, 1990 Tomlinson, 1986 Giesen et al. 2007
3 Stenochlaena palustris
Stenochlaena palustris
Triporate, prolate, pada bagian atas dan bawah memiliki cap psilate, ornamentasi scabrate. Spora monolate, berbentuk seperti ginjal, eksin dengan
ornamentasi verrucate, ukuran 20-25µm.
asosiasi Germeraad et al.
1968; Morley, 1990 Giesen et al. 2007
4 Croton sp. Croton sp. spheroidal, ukuran 55µm, inaperturate,
hiasan eksin gemmate
asosiasi Morley, 1990 Giesen et al. 2007
5 Ericaceae Ericaceae Tetrad, ukuran 27-32 µm,
butir individual berbentuk spheroidal asosiasi Morley, 1990 Tomlinson, 1986 6 Polypodium/ Poypodiaceae Polypodium/ Poypodiaceae spora tricolporate, subprolate, 20-30 µm, kolpus transversal, ornamentasi reticulate kasar, lumina berbentuk hexagonal asosiasi Morley, 1990 Tomlinson, 1986 7 Poaceae/ Gramineae Poaceae/ Gramineae polen monoporate, berbentuk globular, eksin psilate, ukuran 25-40 µm.
asosiasi Morley, 1990 Giesen et al. 2007
Tiga tipe polen dan spora yang tidak termasuk kelompok mangrove tersebut adalah Cyathea, Selaginella
dan Pteris, yang biasanya tumbuh pada dataran rendah dan tinggi bukan pada lingkungan pantai (Morley, 1990).
Ditemukannya tiga tipe ini diduga karena terbawa oleh angin atau aliran air. Perairan pantai Banjir Kanal Timur adalah kawasan muara dari sistem Sungai Banjir Kanal Timur, Tambak Lorok (Kali Banger) dan Kali Tenggang. Adapun sungai Banjir Kanal Timur melintasi kota Semarang bagian timur yang padat pemukiman dan industri. Sungai Banjir Kanal Timur memiliki panjang 14,25 km. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Hariyati et al. (2015 ) yang menyatakan bahwa ekosistem mangrove di muara Sungai Banjir Kanal Timur merupakan ekosistem kurang stabil yang lebih dipengaruhi oleh masuknya air tawar dan bermuara di BKT. Hal ini ditandai atas dominannya jenis diatom tawar (Navicula radiosa,Meridion circulare, Selapora bacillum, Synedra ulna, dan Eunotia lunula).
Berdasar hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan bukti palinologinya keanekaragaman flora mangrove di BKT tergolong rendah. Dari 7 tipe yang teridentifikasi hanya 2 tipe merupakan mangrove sejati atau mayor sedangkan yang lain merupakan mangrove ikutan, yaitu Sonneratia caseolaris dan Acrostichum aureum, dengan gambarnya adalah sebagai berikut:
Sonneratia caseolaris Acrostichum aureum
Gambar 1. Polen dan spora flora mangrove Sonneratia caseolaris serta Acrostichum aureum yang ditemukan dalam sedimen di BKT pada kedalaman 200 cm.
Apabila dibandingkan dengan bukti palinologi yang terdapat dalam sedimen permukaan yang telah diambil dan dianalisis sebelumnya (40cm), ternyata kondisinya tidak jauh berbeda antara sedimen permukaan dan kedalaman 200cm, seperti berikut ini:
Tabel 3. Tipe dan jumlah polen dan spora yang ditemukan dalam sedimen Banjir Kanal Timur (BKT) Semarang pada kedalaman 200 cm dan 40 cm ( … /800µl sampel)
No Tipe Polen dan Spora
Jumlah Polen dan Spora pada kedalaman sedimen 200 cm 40 cm 1 Sonneratia caseolaris 80 60 2 Calophylum sp. 0 40 3 Poaceae/Gramineae 20 20 4 Polypodium/Polypodiaceae 20 120 5 Croton sp. 20 0 6 Ericaceae 40 40 7 Stenochlaena palustris 40 0 8 Acrostichum aureum 80 60 Total (…../800µl) 300 340 Jumlah tipe 7 6
Sementara hasil analisis menggunakan program PAST (PAlaentological Statistics, ver. 0.99) adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil analisis ekologi berdasarkan bukti palinologi yang ditemukan dalam sedimen Banjir Kanal Timur (BKT) Semarang pada kedalaman 200 cm dan 40 cm ( … /800µl sampel)
Kedalaman sedimen 200 cm 40 cm Jumlah Taksa/Tipe 7 6 Jumlah Individu 300 340 Dominance_D 0.1911 0.218 Shannon_H 1.784 1.65 Simpson_1-D 0.8089 0.782 Evenness_e^H/S 0.8504 0.8678 Similarity r correlation 0.8437 0.8437
Hasil ini mengindikasikan bahwa perubahan hutan mangrove di BKT sudah terjadi dalam periode yang lama sekali karena kondisi hutan mangrove antara masa sekarang (ditandai dan ditunjukkan oleh bukti palinologi dari sampel permukaan/40 cm) tidak jauh berbeda dengan masa lampau (ditandai dan ditunjukkan oleh bukti palinologi kedalaman 200 cm). Kondisi didukung oleh menghilangnya mangrove asosiasi seperti Croton sp.dan Stenochlaena
palustris pada kondisi sekarang sementara pada masa lampau keduanya hadir dalam jumlah yang signifikan. Hal
ini diduga terjadi seiring dengan adanya degradasi lahan di BKT karena desakan kondisi masyarakat sehingga hutan mangrove yang ada dirubah menjadi pertambakan dan perkampungan maupun industry seperti disebutkan oleh Soedarmo (2009) maupun Malik (2011) serta laporan Dinas Kelautan dan Perikanan (2010a, 2010b).
Adalah kewajiban bagi seluruh pihak baik masyarakat sekitar BKT, masyarakat umum serta masyarakat sepanjang aliran BKT, perusahaan, pemerintah dan peneliti maupun perguruan tinggi untuk memberikan perhatian dan tindakan nyata untuk mengendalikan laju degradasi dan konversi lahan termasuk daerah pesisir BKT Semarang sehingga laju kerusakan maupun hilangnya sumber daya hayati tidak semakin parah karena kerugian yang terjadi menjadi tanggungan kita maupun generasi yang akan datang. Perlu langkah dan aktifitas yang nyata dalam merekonstruksi, merehabilitasi, menghijaukan kembali dan menjaga hutan mangrove di sekitar kawasan kita sehingga manfaatnya masih dapat dirasakan sampai generasi mendatang.
4. SIMPULAN
Bukti palinologi menunjukkan bahwa keanekaragaman flora mangrove di Banjir Kanal Timur (BKT) Semarang termasuk rendah. Degradasi keanekaragaman flora mangrove di BKT juga telah terjadi dalam rentang waktu yang lama.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Ditlitabmas) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun Anggaran 2015.
REFERENCES
[1] Bengen, D. G. 2001. Pedoman Tekhnis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Laut IPB.
[2] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2010a. Pemetaan Potensi, Kerusakan dan Model Rehabilitasi Kawasan Pesisir Kota Semarang. Pemerintah Kota Semarang.
[3] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2010b. Perikanan Dalam Angka. Pemerintah Kota Semarang.
[4] Hastuti, E. D., Anggoro, S. dan Pribadi, R. 2012. Dinamika Kondisi Struktur Komunitas Vegetasi Dan Kualitas Fisika-Kimia Lingkungan Di Kawasan Hutan Mangrove Kota Semarang. Jurnal Lingkungan Tropis, vol. 6, no. 1, Maret 2012. Hal: 61-71. [5] Hariyati, R., Soeprobowati, T.R. dan S. Chotidjah. 2015. Persebaran Diatom Epipelik secara Vertikal pada Ekosistem
Mangrove Muara Sungai Banjir Kanal Timur Semarang. http: //www.researchgate.net/publication/265067344. Diakses Juni 2015.
[6] Kusmana, C. 2010. Respon Mangrove Tarhadap Pencemaran. http://cecepkusmana. staff.ipb. ac.id/files/2011/01/2010. [7] Martuti, N. K. T. 2013. Keanekaragam Mangrove Di Wilayah Tapak, Tugurejo, Semarang. Jurnal MIPA 36 (2): 123-130
(2013). Universitas Negeri Semarang. Hal:123-130.
[8] Noor, J. 2012. Pengantar Geologi (Edisi Kedua). Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan. Pakuan University Press. Bogor.
[9] Setyawan, A. D., Indrowuryatno, Wiryanto, Winarno, K. dan Susilowati, A. 2005. Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah:Komposisi dan Struktur Vegetasi. BIODIVERSITAS Volume 6, Nomor 3. DOI: 10.13057/biodiv/d060312. Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta. Hal: 194-198.
[10] Setyawan, A. D. dan Winarno, K. 2006. Permasalahan Konservasi Ekosistem Mangrove di Pesisir Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. BIODIVERSITAS Volume 7, Nomor 2. DOI: 10.13057/biodiv/d070214. Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta. Hal: 159-163.
[11] Setijadi, R; Subagja, J; Kasiamdari, R. S; Rahardjo, A. T. dan Suedy S.W.A. 2013. Biodiversitas Flora Holosen Berdasarkan Palinologi dari Endapan Sedimen Daerah Cilacap. Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas Konservasi Keanekaragaman Hayati Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Indonesia. Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta. ISSN: 23337-506X.
[12] Suhardjono, R. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pulau Sepanjang, Jawa Timur. BIODIVERSITAS Volume 8, Nomor 2. Hal: 130-134.
[13] S.W.A. Suedy , T.R. Soeprobowati , A.T. Rahardjo , K.A. Maryunani dan R. Setijadi. 2006a. Keanekaragaman Flora Hutan Mangrove Di Pantai Randusanga Brebes Berdasarkan Bukti Palinologinya. Prosiding Seminar Nasional Konservasi Biodiversitas sebagai Penunjang Pembangunan Berkelanjutan, Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto. 16 September 2006. ISBN: 978-979-99995-2-8.
[14] S.W.A. Suedy , T.R. Soeprobowati , A.T. Rahardjo , K.A. Maryunani dan R. Setijadi. 2006b. Keanekaragaman Flora Hutan Mangrove Di Pantai Kaliuntu Rembang Berdasarkan Bukti Palinologinya. BIODIVERSITAS Volume 7, Nomor 4. Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta. Hal: 322-326.
[15] S.W.A. Suedy dan R. Setijadi. 2007. Fluktuasi Vegetasi Penyusun Hutan Mangrove di Pantai Gandhong-Sayung Demak Berdasarkan Bukti Palinologinya. BIOSFERA Volume 24, Nomor 3. Fakultas Biologi UNSOED Purwokerto.