• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak  Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak 

Sal

Salah ah satsatu u unsunsur ur dardari i pempemerieriksaksaan an adaadalah lah ruaruang ng linlingkugkupp pe

pememeririksksaaaan, n, yayaititu u susuatatu u tetempmpat at didimamana na akakan an didilalakukukakannnnyaya pemeriksaan apakah dikantor atau dilapangan tempat dimana wajib pemeriksaan apakah dikantor atau dilapangan tempat dimana wajib pajak mempunyai kewajiban untuk membayar pajak.

pajak mempunyai kewajiban untuk membayar pajak. Menur

Menurut ut HardHardi i dalam bukunya yang dalam bukunya yang berjuberjudul dul “Pem“Pemerikseriksaanaan P

Paajjaakk” ” bbaahhwwa a bbeerrddasasaarrkkaan n rruuaanng g lliinnggkkuuppnnyyaa, , jjeenniiss--jjeenniiss pemeriksaan sebagaimana disebut diatas dapat dibedakan menjadi pemeriksaan sebagaimana disebut diatas dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : 2 (dua) yaitu : 1 1.. PPeemmeerriikkssaaaan Ln Laappaannggaann;; 2 2.. PPeemmeerriikkssaaaan n KKaannttoor r ((2200003 3 : : 1100)).. Pemer

Pemeriksaaiksaan n lapanlapangan gan adalaadalah h pemepemeriksariksaan an yang yang dilakudilakukankan terhadap wajib pajak di tempat wajib pajak yang dapat meliputi terhadap wajib pajak di tempat wajib pajak yang dapat meliputi kantor wajib pajak, pabrik, tempat usaha atau tempat tinggal atau kantor wajib pajak, pabrik, tempat usaha atau tempat tinggal atau tempat lain yang diduga ada kaitannya dengan kegiatan usaha atau tempat lain yang diduga ada kaitannya dengan kegiatan usaha atau pe

pekekerjrjaaaan n bebebabas s wawajijib b papajajak k atatau au tetempmpat at lalain in yayang ng diditetentntukukanan Direktorat Jenderal Pajak.

Direktorat Jenderal Pajak. Pem

Pemerieriksaksaan an laplapangangan an ini ini dapdapat at melmelipuiputi ti suasuatu tu jenjenis is pajpajakak atau seluruh jenis pajak (all taxes), untuk tahun berjalan dan / atau atau seluruh jenis pajak (all taxes), untuk tahun berjalan dan / atau ta

tahuhun-n-tatahuhun n sesebebelulummnynya a dadan n / / atatau au ununtutuk k tutujujuan an lalain in yayangng di

dilalakukukakan n di di tetempmpat at wawajijib b papajajak. k. PePememeririksksaaaan n lalapapangngan an dadapapatt dil

dilaksaksanaanakan kan dendengan gan PemPemerieriksaksaan an LapLapangangan an (PL(PL) ) ataatau u dendengangan Pemer

Pemeriksaaiksaan n LapaLapangan ngan SederSederhana hana (PLS(PLS). ). PemePemeriksriksaan aan LapanLapangangan di

dilalaksksananaakakan n ddalalam am jjanangkgka a wwaaktktu u 2 2 (d(duaua) ) bbululan an dadan n ddapapatat diperpanjang menjadi paling lama 6 (enam) bulan. Sedangkan PSL diperpanjang menjadi paling lama 6 (enam) bulan. Sedangkan PSL di

dilalaksksananakakan an dadalalam m jajangngka ka wawaktktu u 1 1 (s(satatu) u) bubulalan n dadan n dadapapatt diperpanjang menjadi paling lama 2 (dua) bulan.

diperpanjang menjadi paling lama 2 (dua) bulan.

Pemeriksaan kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan wajib Pemeriksaan kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan wajib paj

pajak ak di di KanKantor tor UniUnit t PelPelaksaksanaanaan an PemPemerieriksksa a PajPajak. ak. PemPemerieriksaksaanan kantor meliputi suatu jenis pajak tertentu baik tahun berjalan dan / kantor meliputi suatu jenis pajak tertentu baik tahun berjalan dan / ata

atau u tahtahun-un-tahtahun un sebsebeluelumnmnya. ya. PemPemerieriksaksaan an kankantor tor hanhanya ya dadapatpat di

dilalakukukakan n dedengngan an PePememeririksksaaaaan an SeSedederhrhanana a KaKantntor or (P(PSKSK). ). PSPSK K  dil

(2)

diperpanjang menjadi paling lama 6 (enam) minggu.  Jenis Pemeriksaan Pajak 

Pemeriksaan harus dilakukan dengan tujuan agar indikasi bahwa wajib pajak yang diduga melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berkurang atau sama sekali dihilangkan dan tingkat kepatuhan dari wajib pajak itu sendiri akan meningkat.

Menurut Hardi dalam bukunya yang berjudul “Pemeriksaan Pajak” pemeriksaan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak dapat dibedakan menjadi 6 (enam) jenis pemeriksaan, dintaranya adalah :

1. Pemeriksaan Rutin;

2. Pemeriksaan Kriteria Seleksi; 3. Pemeriksaan Khusus;

4. Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi; 5. Pemeriksaan Tahun Berjalan;

6. Pemeriksaan Bukti Permulaan. (2003 : 9)

Pemeriksaan rutin adalah pemeriksaan yang bersifat rutin dilakukan terhadap wajib pajak sehubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya. Pemeriksaan rutin diantaranya dapat dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut :

a. SPT tahunan wajib pajak orang pribadi atau badan yang menyatakan lebih bayar.

b. SPT tahunan wajib pajak orang pribadi atau badan yang menyatakan rugi tidak lebih bayar.

c. Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas atau wajib pajak badan perubahan tempat terdaftar wajib pajak dari suatu KPP ke KPP lain.

d. Wajib pajak tidak menyampaikan SPT tahunan PPh walaupun telah dikirimkan Surat Teguran dan tidak mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT, termasuk SPT kembali pos dan wajib pajak kelompok Non-efektif.

e. Wajib pajak melakukan kegiatan membangun sendiri yang pemenuhan kewajiban PPN atas kegiatan tersebut patut

(3)

diduga tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya. f. Pemusatan tempat terhutang PPN.

Pemeriksaan kriteria seleksi adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak orang pribadi atau badan yang terpilih berdasarkan system kriteria seleksi. Penggunaan sistem tersebut dimaksudkan untuk mengurangi unsur subjektivitas dalam pemilihan wajib pajak karena mekanisme pemilihan dilakukan berdasarkan variabel-variabel terukur dalam suatu program aplikasi komputer. Variabel tersebut adalah rasio antara elemen dalam SPT yang dilaporkan dengan data atau informasi yang ada pada Direktorat Jenderal Pajak. Dengan sistem ini, hanya wajib pajak yang mempunyai potensi perpajakan yang tinggi dan menunjukkan indikasi kuat melakukan pelanggaran terhadap kewajiban perpajakannya yang akan diperiksa.

Selain pemeriksaan berdasarkan Kriteria Seleksi, dikenal pula istilah Pemeriksaan Khusus, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terutama terhadap wajib pajak sehubungan dengan adanya keterangan atau masalah yang berkaitan dengan wajib pajak tersebut. Pemeriksaan ini sifatnya sangat selektif dan dilakukan demi terselenggaranya keadilan dalam pelaksanaan pemungutan pajak. Pemeriksaan khusus dapat dilakukan terhadap :

a. Wajib Pajak yang diduga melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

b. Wajib Pajak tertentu berdasarkan pengaduan masyarakat termasuk melalui pos 5000.

c. Wajib Pajak tertentu berdasarkan pertimbangan Direktorat  Jenderal Pajak.

Secara prinsip pemeriksaan khusus ini harus mendapat persetujuan dari atasannya.

Pemeriksaan wajib pajak lokasi adalah pemeriksaan yang dilakukan atas cabang, perwakilan pabrik, dan atau tempat usaha dari wajib pajak domisili. Pemeriksaan terhadap wajib pajak lokasi dapat dilaksanakan sehubungan dengan :

(4)

a. SPT tahunan PPh Pasal 21 dan / atau SPT Masa PPN menyatakan lebih bayar.

b. SPT Tahunan PPh pasal 21 dan / atau SPT Masa PPN tidak disampaikan masing-masing selama 2 (dua) bulan berturut-turut atau 3 (tiga) bulan berberturut-turut-berturut-turut dari suatu tahun pajak. c. Permintaan Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak (UP3) wajib

pajak domisili dan / atau usulan dari UP3 wajib lokasi.

Pemeriksaan tahun berjalan adalah pemeriksaan terhadap wajib pajak yang dilakukan dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis pajak tertentu atau seluruh jenis pajak. Pemeriksaan Tahun Berjalan dapat dilakukan terhadap wajib pajak domisili atau wajib pajak lokasi. Pelaksanaan pemeriksaan tahun berjalan ini dapat dilakukan atas masa pajak sampai dengan bulan oktober tahun yang bersangkutan.

Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di didang perpajakan.

Kriteria Pemeriksaan

Kriteria pemeriksaan merupakan alasan atau dasar dilakukannya pemeriksaan terhadap Wajib Pajak.

Ada 2 kriteria pemeriksaan :

1. Pemeriksaan Rutin, merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakannya atau karena diwajibkan oleh UU.

2. Pemeriksaan Khusus, merupakan pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan sebab-sebab khusus;

a. Berdasarkan analisa resiko internal, yaitu dari hasil analisa internal KPP

b. Berdasarkan analisa resiko eksternal, yaitu dari adanya pengaduan masyarakat, adanya data dari pihak ketiga, atau sebab lain

(5)

Unsur lain dalam pemeriksaan adalah standar pemeriksaan, yaitu pegangan yang dapat dipakai oleh aparat untuk menjalankan tugas pemeriksaannya, agar wewenang untuk mengadakan pemeriksaan tidak disalahgunakan oleh aparat yang tidak ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak.

Standar Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada pasal (6) ayat (1) PMK 

Nomor : 17/PMK.03/2013 meliputi standar umum Pemeriksaan, standar pelaksanaan Pemeriksaan, dan standar pelaporan hasil Pemeriksaan.

1. Pedoman Umum Pemeriksaan

Dalam pedoman umum pemeriksaan meliputi sebagai berikut:

a. Pemeriksaan dilaksankan oleh Pemeriksa (Aparat) Pajak yang telah mendapat pendidikan teknis yang cukup dan memiliki keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak.

b. Pemeriksa (Aparat) Pajak harus bekerja dengan jujur, bertanggung jawab, penuh pengabdian, bersifat terbuka, sopan, dan objektif serta wajib menghindarkan diri dari perbuatan tercela.

c. Pemeriksaan harus dilakukan oleh Pemeriksa (Aparat) Pajak dengan menggunakan keahlian secara cermat dan seksama serta memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaan sebenarnya tentang wajib pajak.

d. Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

2. Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan

Dalam pedoman pelaksanaan pemeriksaan meliputi sebagai berikut :

a. Pelaksanaan Pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, yang paling sedikit meliputi kegiatan mengumpulkan dan mempelajari data Wajib Pajak, menyusun rencana Pemeriksaan (audit plan), dan menyusun program Pemeriksaan (audit program),

(6)

serta mendapat pengawasan yang seksama;

b. Pemeriksaan dilaksanakan dengan melakukan pengujian berdasarkan metode dan teknik Pemeriksaan sesuai dengan programPemeriksaan (audit program) yang telah disusun;

c. Temuan hasil Pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan;

d. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim Pemeriksa Pajak yang terdiri dari seorang supervisor, seorang ketua tim, dan seorang atau lebih anggota tim, dan dalam keadaan tertentu ketua tim dapat merangkap sebagai anggota tim;

e. Tim Pemeriksa Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf d dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu, baik yang berasal dari Direktorat Jenderal Pajak, maupun yang berasal dari instansi di luar Direktorat Jenderal Pajak yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, sebagai tenaga ahli seperti penerjemah bahasa, ahli di bidang teknologi informasi, dan pengacara;

f. Apabila diperlukan, Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim pemeriksa dari instansi lain;

g. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, dan/atau atau tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak;6. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar jam kerja; dan i. Pelaksanaan Pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk KKP

3. Pedoman Laporan Pemeriksaan

Dalam pedoman laporan pemeriksaan meliputi sebagai berikut :

a. Laporan Pemeriksaan Pajak disusun secara rinci, ringkas,  jelas, memuat ruang lingkup sesuai dengan tujuan

(7)

pemeriksaan memuat kesimpulan Pemeriksa (Aparat) Pajak yang didukung bukti yang kuat tentang ada / atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang diperlukan dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

b. Laporan Pemeriksa Pajak yang berkaitan dengan pengungkapan Surat Pemberitahuan harus memperhatikan : 1. Berbagai faktor perbandingan.

2. Nilai absolut dari penyimpangan. 3. Sifat dari penyimpangan.

4. Bukti atau petunjuk adanya penyimpangan. 5. Pengaruh Penyimpangan.

6. Hubungan dengan permasalahan lainnya.

c. Laporan Pemeriksaan Pajak harus didukung oleh daftar yang lengkap dan rinci sesuai dengan tujuan pemeriksaan.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN

Bwoga, Hanantha. PEMERIKSAAN PAJAK DI INDONESIA. Jakarta: Grasindo, 2005. http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14163 (diakses: 14.05, 21 Sept 2013) http://www.ortax.org/ortax/? mod=aturan&page=show&id=15309&hlm=4 (diakses: 15.44, 21 Sept 2013) http://www.pajak.go.id/content/pemeriksaan-pajak (diakses: 16.02, 21 Sept 2013)

Referensi

Dokumen terkait

// Den kadi duk jaman purwa / garwanta Sang Pandhusiwi / kang kocap layang wiwaha / lelima ayu linuwih / tiga putrining aji / kang kalih atmajeng wiku / pantes

Peneliti dan observer mendiskusikan hasil tindakan pengamatan yang telah dilakukan meliputi : analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan, dan penyimpulan data dan

Metode penelitian yang dilakukan untuk merancang dan membuat Aplikasi E-Seminar ini adalah dengan menggunakan metode penelitian waterfall yaitu dengan cara pengumpulan

tentang Allah yang sempit dan tidak tetap; dan, sebagaimana halnya dengan semua kecenderungan sebelumnya dalam pemikiran Hindu tentang kekristenan, teologi Kristen

Subjek penelitian adalah 15 pasien pascaoperasi epilepsi lobus temporal yang sudah melewati masa satu tahun pascaoperasi dan sudah pernah dilakukan tes IQ

Kendala yang dijumpai pada peternakan domba milik Bapak Subandi yaitu pada saat musim kemarau hijauan agak sulit untuk dicari sehingga perlu usaha yang lebih..

Berdasarkan hasil uji One Way Analysis of Variance (ANOVA) dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara tipe kepribadian terhadap impulsive buying pada

Hasil penelitian dari Sufian (2011), menemukan bahwa pertumbuhan bank (LNTA) berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas (ROA) pada level signifikansi